1. 2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Terbenam Matahari
Matahari dan Bulan itu berbentuk bulat, tetapi menurut yang
tampak kepada kita bentuk itu lebih mirip dengan semacam piringan
bundar yang datar dan bergerak di langit. Dalam hal ini kita sering
gunakan istilah piringan matahari dan piringan Bulan. Piringan itu
tidak selalu sama besar sebagaimana yang kita lihat, hal itu
dikarenakan oleh jarak Matahari dan Bulan dari Bumi tidak selalu
sama besar. 1
Matahari terbenam apabila piringan Matahari sudah
seluruhnya berada dibawah ufuk. Pada waktu itu garis ufuk
bersinggungan dengan tepi piringan Matahari yang atas.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di gambar berikut.
16’
Titik pusat Matahari sudah agak jauh dibawah ufuk, jarak
dari garis ufuk ke titik pusat Matahari besarnya seperdua garis tengah
(semi diameter) Matahari. Garis tengah (diameter) Matahari besarnya
rata-rata 32’. Jadi, jarak pusat Matahari dari garis ufuk sebesar 1
⁄2 x
32’ = 16’.
Adapun definisi terbenam menurut Kamus Ensiklopedi Hisab
Rukyat adalah apabila piringan atas (uper limb) bersinggungan dengan
1 Sa’adoeddin Djambek, Hisab Awal Bulan, Jakarta: Tinta Mas, 1978, hlm 17
2. 3
kaki langit. Dalam pengertian astronomi Matahari dan Bulan
dikatakan terbenam apabila jarak zenitnya sama dengan 90° + Semi
Diameter + Refraksi + Parallaks.2
2. Pengertian Azimut Matahari
Azimut adalah jarak atau bujur pada bola langit yang dihitung
dari titik utara melalui horizon sampai dengan proyeksi bintang.3
Dalam buku Ilmu Falak ( Teori dan Aplikasi), A. Jamil
mengatakan bahwa Azimut sebuah benda langit adalah jarak dari titik
utara ke lingkaran vertikal yang dilalui benda langit tersebut, diukur
sepanjang lingkaran horizon searah perputaran jarum jam, yaitu
melalui titik timur, titik selatan sampai titik ke barat.4
Sebuah benda langit yang berkulminasi, azimutnya ialah 0°,
jika kedudukannya sebelah utara titik zenith. Azimutnya berjumlah
180°, jika kedudukannya sebelah selatan titik zenit. Azimut titik timur
besarnya 90° sedangkan azimut titik barat 270°. Azimut terbit dan
azimut terbenam Matahari senantiasa berubah dikarenakan deklinasi
matahari setiap hari berubah pula.
2 Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005,
hal 72.
3 Slamet Hambali, Ilmu Falak 1, Semarang: Pasca Sarjana IAIN Walisongo
Semarang, 2011, hlm 52
4 A. Jamil, Ilmu Falak (Teori & Praktek), Jakarta: Amzah, 2009, hlm 17
3. 4
3. Perhitungan Matahari Terbenam dan Azimutnya pada Awal Bulan
Żulhijah Tahun 1438.
Untuk menghitung terbenamnya matahari dan besar
azimutnya, perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: 5
Menentukan lokasi atau kota (cari dat lintang dan bujur tempat untuk
lokasi yang bersangkutan serta tinggi tempat dari permukaan air laut).
Menentukan awal bulan apa dan tahun berapa Hijriyah yang akan kita
hitung.
Mengkonversikan tanggal, bulan serta tahun yang akan kita hitung.
Menyiapkan data astronomis pada tanggal masehi yang telah kita
konversikan sebelumya, untuk mengetahui kapan terjadi FIB (Fraction
Illumination Bulan) terkecil.
Melacak FIB terkecil pada tanggal yang bersangkutan akan terjadi
pada jam berapa dalam waktu Greenwich.
Menghitung sabaq matahari (kecepatan matahari perjam), dengan cara
menghitung selisih harga mutlak antara data ELM (Ecliptic Longitude
Matahari) pada FIB terkecil tersbut dengan data ELM pada satu jam
berikutnya.
Menghitung sabaq Bulan (Kecepatan Bulan perjam), dengan cara
menghitung selisih harga mutlak antara data ALB (Apparent Longitude
Bulan) pada jam FIB terkecil tersebut dengan data ALB pada satu jam
berikutnya.
Menghitung waktu ijtima’ (menurut GMT), dengan rumus:
Ijtima’ = Jam FIB + (ELM – ALB) + 7 jam WIB
SB – SM
Melacak data Ephemeris untuk memperkirakan matahari terbenam
menurut waktu Greenwich dengan cara interpolasi.
5 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,
hlm 155-159
4. 5
- Deklinasi Matahari (δo) pada kolom Apparent Declination
Matahari.
- Semi diameter Matahari (SDo) pada kolom Semi Diameter
Matahari.
- Equation of Time (e) pada kolom Equation of Time.
Menghitung tinggi Matahari (ho) dengan rumus :
ho = - ( Dip + Refr + SD)
Menghitung sudut Waktu Matahari (to) taqribi dengan rumus :
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo
Menghitung waktu matahari terbenam (ghurub) taqribi dengan rumus:
Ghurub = pk. 12 + to
Menghitung sudut waktu Matahari (to) hakiki dengan rumus :
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo
Menghitung waktu Matahari terbenam (ghurub) hakiki dengan rumus:
Ghurub = pk. 12 + to
Menghitung azimut Matahari saat terbenam dengan rumus :
Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to
Perhitungan waktu terbenam Matahari dan azimuthnya :
Lokasi : Semarang
Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS
Bujur tempat Semarang (λ) : 110o 24’ BT
Tinggi tempat Semarang : 200 meter di atas permukaan laut
1. Menghitung konversi tanggal 29 Żukaidah 1438/ 29 – 11 – 1438.
Waktu yang dilalui 1alui 1437 th + 10 bulan + 29 hari
1437 : 30 6 = 47 Daur + 27 Tahun
47 daur x 106317 = 499657 hari
6 1 siklus dalam tahun hijriyah yakni 30 tahun dengan 19 tahun bashitoh dan 11 tahun
kabisat.
5. 6
27 th = (27x 354) + 10 = 9568 hari
10 bln = (30x5) + (29x5) = 295 hari
29 h = 29 hari +
= 509549 hari
Selisih M - H = 227016 hari 8
Anggaran baru Gregorius ( 10 + 3 ) = 13 hari +
= 736578 hari
509549 : 79 = 72792, sisa 5 = Selasa (dimulai dari jum’at)
509549 : 510 = 101909, sisa 4 = Wage (dimulai dari legi)
736578 : 146111 = 504 siklus + 234 hari
504 siklus = 504 x 4 = 2016
234 hari = 7 bulan + 21 hari12
Sehingga menjadi 21 hari + 7 bulan + 2016 tahun (yang sudah
dilewati) maka menjadi 21 Agustus 201713 hari Selasa Wage.
2. Mencari saat Ijtimak akhir Żulkaidah 1438.
7 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun hijriyah ( 30 tahun ) yakni 354 x 19 di tambah 355 x
11.
8 Ini jumlah hari dari penentuan 1 Muharram 1 H yakni 15 Juli 622 M ( 155 tahun kabisat,
466 tahun bashitah (226820 hari ) + 181 (bulan juli) + 15 hari .
9 Jumlah hari dalam satu minggu.
10 Jumlah pasaran dalam satu minggu.
11 Jumlah hari dalam 1 siklus tahun Masehi ( 1 kabisat 366 hari dan 3 tahun bashitah
365 hari ). Dalam melihat sisa yang melebihi umur dalam setahun Miladi harus memperhatikan
tahun basithah atau tahun kabisah.
12 Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta: Buana Pustaka,
hlm 109.
13 Untuk mengetahui waktu yang sudah terlewati maka ditambah satu angka kecuali
hari.
6. 7
a. FIB terkecil pada tanggal 21 Agustus 2017 adalah 0,00002 dalam
tabel terjadi pada jam 18 GMT
b. ELM14 ( Thul al-syamsi ) pada jam 18 GMT = 148o 52’ 09”
c. ALB15 ( Thul al-qamar ) pada jam 18 GMT = 148o 34’ 18”
d. Sabak matahari perjam = ELM 18 GMT = 148o 52’ 09”
ELM 19 GMT = 148o 54’ 33”
Sabak Matahari = 0o 2’ 24”
e. Sabak bulan perjam = ALB 18 GMT = 148o 34’ 18”
ALB 19 GMT = 149o 09’ 24”
Sabak Bulan = 0o 35’ 06”
f. Saat ijtima’ adalah jam FIB16 + (ELM – ALB) + 7 jam WIB
(SB – SM)
Perhitungannya = Jam 18 + 0o 32’ 45.14” + 7 jam WIB
= 25j 32m 45.14d – 24j
= 1j 32m 45.14d
Jadi ijtima’ terjadi pada jam 1j 32m 45.14. Pada hari Rabu Kliwon
22 Agustus 201717
3. Menghitung tinggi Matahari saat terbenam :
Lokasi : Semarang
Lintang tempat Semarang (Φ) : -7o 00’ LS
Bujur tempat Semarang (λ) = 110o 24’ BT
Deklinasi (δo) pada jam 11 GMT18 = 11o 37’ 48”
14 Ecliptic Longitude Matahari / Bujur Matahari / Taqwim / Thul syamsi: Jarak matahari
dari titik aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika.
15 Apparent Longitude Bulan / Bujur Bulan / Taqwim / Thul qamar: Jarak bulan dari titik
aries diukur sepanjang lingkaran ekliptika.
16 Piringan bulan yang menerima sinar matahari dan menghadap ke bumi.
17 Karena hasil perhitungan ijtima’ lebih dari 24 jam maka hasil tersebut dikurangi ( -) 24
jam sehingga hari dan pasaranpun bertambah satu hari.
7. 8
Equation of time pada jam 11 GMT = - 0j 2m 51d
Dip (kerendahan ufuk) = 0o 1.76’ x √200 = 0o 24’ 53.41”
Refraksi = 0o 34’ 30”
Semi diameter = 0o 16’
KWD = 105o – 110o 24’ : 15 = - 0o 21’ 36”
Perhitungannya :
Rumus ho = - ( Dip + Refr + SD)
= - (0o 24’ 53.41” + 0o 34’ 30” + 0o
16’)
= - 1o 15’ 23.41”
4. Mencari sudut waktu Matahari (to) perkiraan ( taqribi) dan saat Matahari
terbenam perkiraan (taqribi)
- Perhitungan sudut waktu Matahari (to) perkiraan (taqribi) saat
terbenam dengan rumus:
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo
= sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o 37’48” – tan -
7o 00’ x tan 11o 37’ 48”
= 89o 50’ 40” : 15
= +5j 59m 22.67d
- Perhitungan terbenam Matahari taqribi :
Terbenam Matahari = pk. 12 + (+ 5j 59m 22.67d)
= pk. 17j 59m 22.67d – e + ( BTd – BTx ) : 15
= pk. 17j 59m 22.67d − (- 0j 2m 51d ) +
(105o− 110o 24’) : 15
= pk. 17o 40’ 37.67” WIB
= pk. 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan)
18 Rata- rata terbenamnya matahari khususnya di Indonesia bagian barat jam 18 WIB (11
GMT), maka dari itu menggunakan deklinasi dan equation of time pada jam 11, namun pada jam
11 GMT masih menggunakan perhitungan taqriby.
8. 9
5. Mencari sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) dan saat
Matahari terbenam sesungguhnya ( hakiki ).
a. Deklinasi Matahari (δo) pk. 17j 40m 38d WIB. Dengan rumus :
δo = δo
1 + k ( δo
2 − δo
1 )
δo
1 ( pk.17 WIB/10 GMT ) = 11o 38’ 39”
δo
2 ( pk.18 WIB/11 GMT ) = 11o 37’ 48”
k ( selisih waktu ) 19 = 00j 40m 38d
δo = 11o 38’ 39”+ 00j 40m 38d x (11o 37’48” − 11o 38’ 39”
= 11o 38’ 4.46”
b. Equation of Time ( e ) pk. 17j 40m 38d. Dengan rumus :
e = e1 + k ( e2 – e1 )
e1 ( pk. 17 WIB/10 GMT ) = - 0j 2m 52d
e2 ( pk. pk.18 WIB/11 GMT ) = - 0 j 2 m 51 d
k ( selisih waktu ) 20 = 00j 40m 38d
e = - 0j 2m 52d + 00j 40m 38d x
( - 0j 2m 51d – - 0j 2m 52d )
= - 0o 2’ 51.32”
- Perhitungan sudut waktu Matahari (to) sesungguhnya ( hakiki ) saat
terbenam dengan rumus :
Cos to = sin ho : cos Φx : cos δo – tan Φx x tan δo
= sin - 1o 15’ 23.41” : cos -7o 00’ : cos 11o
38’ 4.46” – tan -7o 00’ x tan 11o 38’ 4.46”
= 89o 50’ 38.14” : 15
= + 5j 59m 22.54d
19 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby
20 Diambil dari menit dan detik ghurub taqriby
9. 10
- Perhitungan terbenam Matahari hakiki :
Terbenam Matahari = pk. 12 + ( + 5j 59m 22.54d )
= 17j 59m 22.54d WH – e + ( BTd – BTx )
= 17j 59m 22.54d – (- 0o 2’ 51.32”) +
(105o− 110o 24’ ) : 15
= 17j 40m 37.86d WIB
Ghurub = 17j 40m 38d WIB ( dibulatkan )
6. Menghitung azimuth Matahari ( Azo ) saat ghurub pk. 17j 40m 38d WIB (
pk. 10j 40m 38d GMT ) dengan rumus :
Cotan Ao = tan δo x cos Φx : sin to – sin Φx : tan to
= tan 11o 38’ 4.46” x cos -7o 00’ : sin 89o
50’ 38.14” – sin -7o 00’ : tan 89o 50’
38.14”
= 78o 25’ 53.45”
Azimut Matahari saat ghurub ( Azo ) = 360o − 78o 25’ 53.45”
= 281o 34’ 6.55” ( dari arah
utara searah jarum jam)