Pengambilan keputusan merupakan inti dari kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu, pemimpin pendidikan dalam pengambilan keputusan disarankan dilakukan secara musyawarah dengan melibatkan bawahan atau para stakeholder yang berkepentingan. Kepemimpinan pendidikan sangat ideal apabila menjalankan gaya kepemimpinan partisipatif agar seiring sejalan dengan hakikat musyawarah dalam pengambilan ke
2.
Organisasi pendidikan merupakan organisasi
unik yang bertujuan mencetak manusia yang
memiliki kepribadian, kecerdasan dan
keterampilan tertentu
Organisasi pendidikan menjadi front office line
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran,
dimana transfer of knowledge and value terjadi.
Era desentralisasi dan otonomi daerah sesuai PP.
No. 38 tahun 2007 memberikan kewenangan
penyelenggaraan pendidikan kepada
pemkab/pemkot.
3. ERA OTONOMI DAERAH
MENCETAK SDM
INSTITUSI
PENDIDIKAN
TRANSFER OF
KNOWLEDGE
AND
PERSONALITY
FRONT OFFICE
LINE
PUBLIC EXPECTATION
4. Dari sudut pandang
penyelenggaraan pendidikan,
kepemimpinan menjadi penting
ditinjau dari 2 (dua) hal:
1. Penggantian pemimpin
seringkali mengubah kinerja
organisasi;
2. Kepemimpinan menjadi faktor
internal yang mempengaruhi
keberhasilan organisasi.
6.
Dari tiga unsur masalah di atas, proses
pengambilan keputusan menjadi masalah
tersendiri dalam diri seorang pemimpin
melibatkan ego, kepentingan, kondisi
bawahan, materi keputusan.
Pengambilan keputusan tidak dapat
didelegasikan kepada staf di bawahnya.
7.
Bagaimanakah pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif agama?
Bagaimanakah pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif filosofis?
Bagaimanakah pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif psikologis?
Bagaimanakah pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif sosiologis?
8.
Mengetahui pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif agama.
Mengetahui pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif filosofis.
Mengetahui pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif psikologis.
Mengetahui pengambilan keputusan dalam
kepemimpinan pendidikan ditinjau dalam
perspektif sosiologis.
10.
Teoritis: pengkajian dan pengembangan ilmu
manajemen pendidikan, khususnya
menyangkut kepemimpinan dan pengambilan
keputusan.
Praktis: peningkatan kualitas kepemimpinan
baik sebagai pengelola maupun sebagai
penyelenggara pendidikan.
11. Leadership is capability of persuading others
to work together under their direction as a
team to accomplish certain designated
objectives (James M. Black, Management: A
Guide to Executive Command)
12.
13. 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Memiliki kecerdasan melebihi orang-orang
yang dipimpinnya.
Mempunyai perhatian terhadap kepentingan
yang menyeluruh.
Mantap dalam kelancaran berbicara.
Mantap dalam berpikir dan emosi.
Mempunyai dorongan yang kuat dari dalam
diri untuk memimpin.
Memahami kepentingan tentang kerjasama.
14. 1.
2.
3.
Pendekatan Sifat/bawaan: Pemimpin
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu.
Pendekatan Perilaku: menekankan kepada
fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam
kelompoknya, baik fungsi yang berhubungan
dengan tugas (task-related) dan fungsi
pemeliharaan kelompok (group-maintanance).
Pendekatan Situasional: pemimpin menjalankan
kepemimpinannya, terutama dalam mengambil
keputusan, sesuai dengan situasi dan kondisi
tertentu.
16. KEPUTUSAN
suatu pengakhiran atau
pemutusan dari suatu
proses pemikiran untuk
menjawab suatu
pertanyaan, khususnya
mengenai suatu masalah.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
proses pendekatan yang
sistematis terhadap suatu
masalah, mulai dari
identifikasi dan perumusan
masalah, pengumpulan dan
penganalisaan data dan
informasi, pengembangan
dan pemilihan alternatif,
serta pelaksanaan tindakan
yang tujuannya untuk
memperbaiki keadaan yang
belum memuaskan.
17. MASALAH
?
GUNAKAN TEKNIK
ANALISIS
LAKUKAN PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
KEPUTUSAN
SELIDIKI
MASALAH:
KEMBANG
KAN
ALTERNAT
IF
EVALUA
SI
DAN
PILIH
YANG
TERBAIK
LAKSANA
KAN
KEPUTUS
AN
DAN
ADAKAN
TINDAK
LANJUT
MASALAH
TERPECAHKAN
PERTANYAAN
TERJAWAB
KINERJA
BERLANJUT
18.
Islam menggariskan kepada pemimpin untuk
mengambil keputusan secara
bermusyawarah, lemah lembut, bersiap dan
memaafkan. Apabila keputusan telah diambil
maka harus patuh (committed) dalam
menjalankannya (QS. Ali Imran: 159).
Musyawarah menjadi pilihan yang tepat
dalam hal-hal tertentu untuk pengambilan
keputusan (QS. Al Baqarah: 233)
19.
Penerapan filsafat rekonstruksionisme
sebagai upaya menyelematkan generasi muda
dari cara pandang materialistik.
Filsafat rekontruksionisme memandang
bahwa pendidikan perlu mengubah tata
susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang baru untuk mencapai
tujuan bersama
Pengambilan keputusan dalam
rekonstruksionisme adalah didasarkan atas
semangat perubahan.
20.
Pengambilan keputusan berhubungan dengan
dua hal: perilaku pemimpin dan perilaku yang
dipimpin (pengikut).
Perilaku pemimpin tercermin dari gaya
kepemimpinan yang dijalankan. Gaya itu
dilatarbelakangi oleh sifat atau watak dari
pemimpin. Perilaku dan watak sangat berkaitan
dengan psikologis pemimpin. Dalam
hubungannya dengan pengambilan keputusan,
gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya yang
mampu memecahkan berbagai persoalan dengan
tepat.
21.
Pengambilan keputusan secara partisipatif
dipandang efektif (Likert, 1976).
Likert memandang manajer yang efektif
adalah manajer yang berorientasi pada
bawahan yang bergantung pada komunikasi
untuk tetap menjaga agar semua orang
bekerja sebagai suatu unit. Semua anggota
kelompok, termasuk manajer atau pemimpin,
menerapkan hubungan suportif di mana
mereka saling berbagi kebutuhan, nilai-nilai
aspirasi, tujuan, dan harapan bersama.
22.
Dalam konteks pendidikan mikro, kepala
sekolah sebaiknya melibatkan para guru, staf
karyawan dan komite sekolah dalam
pengambilan keputusan, sebagai bentuk
keputusan partisipatif.
23. Secara umum keputusan dapat dilakukan
secara:
a. otokratik.
b. Konsultasi.
c. Keputusan bersama.
d. Pendelegasian
24.
Pimpinan dan bawahan hendaknya
menganggap satu keluarga besar, dengan
pimpinan sebagai kepala keluarganya. Asas
yang digunakan adalah kekeluargaan dan
gotong royong sesuai dengan faham
integralistik. Tipe kepemimpinan yang
membentuk bangunan kekeluargaan adalah
kepemimpinan demokratik atau partisipatif.
25.
Pengambilan keputusan merupakan aktivitas
yang sangat menentukan dalam suatu organisasi.
Pengambilan keputusan merupakan esensi/inti
dari kepemimpinan. Seorang pemimpin disebut
pemimpin apabila dapat dan mampu mengambil
keputusan. Dalam kepemimpinan dikenal gayagaya kepemimpinan. Salah satu di antaranya
adalah kepemimpinan partisipatif. Kepemimpinan
partisipatif mengandaikan adanya kondisi
pemimpin memberikan ruang yang luas pada
keterlibatan yang utuh dan mendalam dari
seluruh pimpinan dan anggota organisasi untuk
ikut serta dalam pengambilan keputusan.
26.
Pengambilan keputusan dapat dipandang dan
dilandasi oleh agama, filsafat, psikologi dan
sosiologi. Berbasarkan landasan agama,
dianjurkan akan dalam pengambilan keputusan,
seorang pemimpin menempuh jalan musyawarah.
Dalam kepemimpinan pendidikan tentu saja
musyawarah melibatkan berbagai stakeholder,
terutama guru. Secara psikologis, pelibatan
stakeholder dalam musyawarah akan
meningkatkan motivasi, gairah, dan tanggung
jawab untuk turut serta melaksanakan keputusan
secara bersama-sama.
27.
Pengambilan keputusan merupakan inti dari
kepemimpinan pendidikan. Oleh karena itu,
pemimpin pendidikan dalam pengambilan
keputusan disarankan dilakukan secara
musyawarah dengan melibatkan bawahan
atau para stakeholder yang berkepentingan.
Kepemimpinan pendidikan sangat ideal
apabila menjalankan gaya kepemimpinan
partisipatif agar seiring sejalan dengan
hakikat musyawarah dalam pengambilan
keputusan.