SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 44
DIKTAT
     STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA


                DISUSUN OLEH:

           Nama: DEA NINDRIA IMANSARI

                NPM: 111 300 32

                 KELAS: 1A- MIPA

          PENDIDIKAN MATEMATIKA/MIPA



               DOSEN PENGAMPU :

                 HARYANTO M.Si




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
     PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
        (STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG
                      2011

                                              1
BAB 1

LATAR BELAKANG

  A. Pendahuluan
  Didalam suatu proses belajar mengajar tercangkup komponen, pendekatan, dan berbagai
  metode mengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama
  diselenggarakan proses belajar adalah demi terapainya tujuan pembelajaran. Dan ujuan
  tersebut salah satunya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik
  dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat
  didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan maka yang berperan sebagai
  pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa
  berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut
  utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan umum maupun tujuan khusus prooses
  belajar itu tercapai.

  B. Pengertian
  Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm
  perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

  Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu
  kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru
  dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang
  dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
  pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara
  sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga
  bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan
  tuntas.




                                                                                             2
C. Tujuan Pembelajaran



         Umum:

         Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu
         memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar.

         Khusus:

            Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar
            Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar mengajar
            Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori dan fenomena
             dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya.
            Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar,
             dan pengembangan paradigma baru pendidikan




           D. INTERAKSI DIDALAM KELAS
Pada hakekatnya belajar metematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Disinilah
makna dari strategi pembelajaran matematika adalah strategi pemblajaran aktif, yang ditandai oleh dua
faktor yaitu:

   a. Interaksi optimal antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, di antaranya antara
      dua komponen utama yaitu guru dan siswa.

   b. Berfungsi secara optimal seluruh “sense” yang meliputi indera, emosi, karsa, karya, dan nalar. Hal
      itu dapat berlangsung antara lain jika proses itu melibatkan aspek visual, audio, maupun teks.



         E. PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, dan MENYENANGKAN




      PROSES PEMBELAJARAN

      Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga
      seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1)
      pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik
                                                                                                     3
pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut adalah
penjelasannya.

  1. Pendekatan Belajar
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran.

Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi
dari setiap usaha, yaitu :

       Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran
       (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat
       yang memerlukannya.
       Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif
       untuk mencapai sasaran.
       Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak
       titik awal sampai dengan sasaran.
       Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard)
       untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.


Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:

          1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan
             profil perilaku dan pribadi peserta didik.
          2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang
             dipandang paling efektif.
          3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan
             teknik pembelajaran.
          4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria
             dan ukuran baku keberhasilan.


 2. Strategi Pembelajaran


                                                                                               4
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kemp (Wina Senjaya,
2008) . Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan
bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam
suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke
dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan
berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of
operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something”
(Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang
dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah;
(2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7)
brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya.



  3. Metode Pembelajaran
metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan
demikian,teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah
pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang
tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan
teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor
metode yang sama. Beberapa metode mengajar :

1. Metode Ceramah
   Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam
   pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu
   seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan
   pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan
   teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar.

2. Metode Tanya Jawab
                                                                                              5
Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang
senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup
pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa
ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah :
metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu
terletakdalam :
1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru.
Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui
fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin
mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin
mencari jawaban yang tepat dan faktual.

2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa
Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak
berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari
untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai
jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan
tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup
dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang
dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini
sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai
perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan.
Penggunaan Metode Tanya Jawab
Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab,
berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti
dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran
penggunaan metode tanya-jawab.
Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas
1. Melanjutkan pelajaran yang lalu
2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa

3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa
Kelebihan metode tanya Jawab :
1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal
yang belum dimengerti oleh siswa.
3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu
yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya Jawab:
1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila
dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada

                                                                                        6
hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan
   sehingga membuat persoalan baru.
   2. Membutuhkan waktu lebih banyak.

3. Metode diskusi
              Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan
   pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan
   jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang
   disepakati bersama.
   Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak:

   a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa

   b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya

   c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai

   d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis

   e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman

   f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun
   dari pelajaran sekolah

   g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut.

   Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut:

   a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem
   dan topik kepada kelas.

   b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber
   pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang
   diajukan.

   c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah
   membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok.

   d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang
   baru dikemukakan.

   e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh
   siswa atau kelompok lain.

   f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat.


                                                                                                7
g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik
   setuju maupun bertentangan.

   h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat.

   i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi.

   j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari
   pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang.

4. Metode demonstrasi
                Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu
   proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat
   bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium
   dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white
   board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan
   siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan
   lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan.

5. Metode karyawisata / pengalaman kerja
             Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa
   mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai
   sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual,
   siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu
   yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar.

6. Metode penugasan
              Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi
   tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat
   berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode
   penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih
   banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan
   mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi
   mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri

7. Metode ekspermen laboratorium
             Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan
   percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal
   daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman,
   mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan
   siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan
   pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan.


                                                                                              8
Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan-
   tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab
   dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah
   yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan-
   bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3.
   Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen
   selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan
   mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan.

8. Metode bermain peran / simulasi
              Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara
   seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu
   konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih
   memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama.



  4. teknik pembelajaran
  Definis Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam
  mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode
  ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik
  tersendiri.
  Beberapa teknik pembelajaran :
  a. Teknik Menjelaskan
  Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar.
  Karena teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri
  agar tidak terjebak ke ceramah murni yang menghilangkan peranan siswa kecuali hanya
  mendengarkan atau bahkan hanya mendengarkan yang dikemukakan guru.
  b. Teknik Bertanya
  Ada pepatah dalam pengajaran: “Question is the heart of the teaching”, artinya “Pertanyaan
  adalah jantungnya pengajaran”. Dengan demikian, pengajaran tanpa bertanya adalah
  pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya jawab, perlu diketahui tujuan
  mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan.

  c. Diskusi
  Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang
  pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemempuan umum yang harus
  dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill itu lebih berfokus pada pengembangan
  kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial, dan keterampilan-keterampilan
  hidup lainnya dalam masyarakat.

  d. Penemuan Terbimbing
                                                                                               9
Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan
 persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu
 dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan
 menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan
 bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa
 bahan yang ditemukan sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan
 kebenarannya.

 e. Pemecahan Masalah
 Sebagian besar ahli pendidikan matematika mengatakan bahwa masalah merupakan
 pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua
 pernyataan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya
 jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh
 suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku.

 5. Taktik Pembelajaran
 taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik
 pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama
 menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
 digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
 karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi
 kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik
 karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
 keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman
 dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
 Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat)
 Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah
 terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut
 dengan model pembelajaran.




BAB 3


                                                                                            10
BEBERAPA MODEL
PEMBELAJARAN MATEMATIKA

   1. Model penemuan terbimbing

Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental
dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut
ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).

Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam
mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan
demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk
menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang
tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9).
Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa
dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis
sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah
disediakn guru (PPPG, 2004:4).

Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam
pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan
pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model
pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum
yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat
menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya


Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan
dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan
terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model
ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika
tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri
sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan
sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang
dipelajari (Markaban, 2006:15).

Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS).
                                                                                             11
LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep
atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4).

Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya,
akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan.
Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam
proses pemahaman dan ‟mengkonstuksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG,
2004:5).


Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada,
penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika
diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri,
sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan
guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang
sedang dipelajari.

Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas dan
menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya
dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan
ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan
pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas
siswa dan membantu mereka dalam „menemukan‟ pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini
memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelak-sanaannya, akan tetapi hasil belajar yang
dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat
lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „meng-
konstruksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Metode ini bisa dilakukan baik secara
perseorangan maupun kelompok. Beberapa materi seperti menemukan rumus luas lingkaran,
dalil Phytagoras, volume tabung, dan sebagainya sangat terbantu dalam menanamkan konsep
matematika. Dengan metode Penemuan Terbimbing guru bisa meminimalisir bentuk-bentuk ‟pe-
ngumuman‟ saja dari rumus tersebut, tetapi lebih pada upaya siswa yang diarahkan menemukan
konsep itu dibawah bimbingan guru.

Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode penemuan terbimbing ini dapat
digambarkan sebagai berikut.

Penemuan Terbimbing       Peran Guru                 Peran Siswa
Sedikit bimbingan         -menyatakan persoalan      - menemukan pemecahan
Banyak bimbingan          -menyatakan persoalan      - mengikuti petunjuk

                          -memberikan bimbingan      - menemukan penyelesaian
                                                                                             12
Agar pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah
yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis
data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja.
Bimbingan ini sebaiknya me-ngarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju,
melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal
ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi
konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk me-nyusunnya. Di samping itu perlu diingat
pula bahwa induksi tidak menja-min 100% kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau
soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar

Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing

Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini
berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah
sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya.
Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang
ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis
data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah
kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.


                                                                                               13
d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh
guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur
sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakn soal latihan atau soal
tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar.

Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat
disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya.

Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut :

a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan.
b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan).
c. Mendukung kemampuan problem solving siswa.
d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa
juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.
e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Sedangkan kekurangannya sebagai berikut :

a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.
b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa
masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah.
c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini.




   2. Model pemecahan masalah

       A. Pengertian
       Strategi belajar mengajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah menekankan
       pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara
       bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons
       yang tepat terhadap masalah yang ada.

                                                                                               14
B. Karakteristik Penyelesaian Masalah
       Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :

   1. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian
      masalah kurang (tidak) rasional.
   2. Penyelesaian masalah secara intuitif, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi
      berdasarkan intuisi atau firasat.
   3. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan
      coba-coba, percobaan yang dilakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak.
   4. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan
      kewenangan seseorang.
   5. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia
      empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia
      supranatural/dunia mistik/dunia gaib.
   6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui
      proses deduksi dan induksi.

Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara
ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi
pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber
lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut:

   1. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau kontroversial. Bahan seperti itu dapat
      direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau
      disusun sendiri oleh guru.
   2. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa
   3. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat
   4. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum
      sekolah
   5. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang
      dikehendaki
   6. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa.
   7.

   3. Model pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama
diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri:

      untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama
      kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah
                                                                                               15
jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis
      kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut.
      penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif

       Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas
       akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam
       memahami konsep-konsep yang sulit.
       Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang
       mempunyai berbagai macam latar belakang.
       Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social
       siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain,
       memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam
       kelompok.
Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif :

Fase Indikator                    Aktivitas Guru

1     Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
      memotivasi siswa        dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa

2     Menyajikan informasi        Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
                                  demonstrasi atau lewat bahan bacaan

3     Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
      dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok
      belajar                    agar melakukan transisi efisien

4     Membimbing kelompok         Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
      bekerja dan belajar         mengerjakan tugas

5     Evaluasi                    Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
                                  dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
                                  hasil kerjanya

6     Memberikan penghargaan      Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar
                                  siswa baik individu maupun kelompok.



       Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakn oleh beberap ahli antara lain
       slavin(1985),lazarowitz (1988),atau sharan (1990) antar lain sbagai berikut:

1. Circle of Learning
                                                                                              16
Belajar bersama ini dikemukaan Johnson & Johnson pada tahun 1987
(Krismanto, 2000) dengan langkah-langkah berikut.
a. Beberapa orang (5 – 6) dengan kemampuan akademik yang bervariasi
(mixed abilities group) berkumpul bersama.
b. Mereka saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban
setiap anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian
tugas yang diberikan kepada kelompok tersebut.
c. Pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika
mereka sudah benar-benar kehabisan akal.
Hal yang juga dianggap penting dalam model ini adalah adanya saling
ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka di antara
anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan, dan selain
menggunakan keterampilan pribadi juga mengembangkan keterampilan
kelompok.
2. Grup Penyelidikan (Group Investigation)
Grup Penyelidikan (Group Investigation) digagas oleh Lazarowitz dkk, 1988
(Krismanto, 2000). Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang
luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada
aktivitas positif siswa. Ada empat karakteristik pada model ini.
a. Kelas dibagi ke dalam sejumlah kelompok (grup).
b. Kelompok siswa dihadapkan pada masalah dengan berbagai aspeknya
yang dapat meningkatkan daya keingintahuan dan daya saling
ketergantungan positif di antara mereka.
c. Di dalam kelompok, siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk
meningkatkan keterampilan cara belajar.
d. Guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung,
memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan, dan menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif.
Siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan:
a. mengidentifikasi topik dan mengorganisasi diri dalam “kelompok
peneliti”,
b. merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari,
c. melaksanakan investigasi,
d. menyiapkan laporan,
e. menyampaikan laporan akhir, dan
f. mengevaluasi proses dan hasil kegiatan.
3. Co-op co-op
Kegiatan ini dikemukakan Kagan, 1985.a (Krismanto, 2000). Seperti halnya
grup penyelidikan, Co-op co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang
kompleks. Para siswa mengendalikan diri mereka sendiri tentang apa dan

                                                                            17
bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan. Siswa dalam suatu tim
(kelompok) menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa
mempunyai topik mini yang harus diselesaikan dan setiap tim memberikan
kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas. Struktur ini memerlukan
cara dan keterampilan bernalar yang cukup tinggi, termasuk menganalisis dan
melakukan sintesis bahan yang dipelajari. Langkahnya adalah:
a. diskusi kelas untuk seluruh siswa,
b. seleksi atau penyusunan tim siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan
tugas tertentu,
c. seleksi tim untuk memilih topik,
d. seleksi topik mini (oleh angota kelompok di dalam kelompok/timnya oleh
mereka sendiri),
e. penyiapan topik mini, presentasi topik mini, persiapan presentasi tim,
f. presentasi tim, dan
g. evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru.
4. Jigsaw
Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978 (Krismanto, 2000).
Langkah-langkah pada model ini adalah sebagai berikut.
a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang pada setiap
kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw
(gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap
siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut.
b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam
sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group” atau
Kelompok Ahli (KA).
c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran
dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya
kepada teman mereka sendiri.
d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan
mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada temannya
dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan kemungkinan
siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di dalam
grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar secara
kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis
pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu
mengevaluasi proses pembelajaran mereka.
5. Numbered Heads Together (NHT)
NHT digagas Kagan 1985. b (Krismanto, 2000) dengan tahap kegiatan
berikut.
a. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok, masing-masing 4 orang. Setiap

                                                                              18
anggota diberi satu nomor 1, 2, 3, atau 4.
b. Guru menyampaikan pertanyaan atau tugas.
c. Guru memberitahu siswa untuk berembug sehingga setiap anggota tim
memahami jawaban tim. Guru menyebut salah satu nomor dari 1, 2, 3,
atau 4, dan siswa dengan nomor yang disebutkan guru yang harus
menjawab.
d. Tanggapan dari teman lainnya.
e. Kesimpulan
Setiap tim terdiri dari siswa yang berkemampuan bervariasi: satu
berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini ketergantungan
positif juga dikembangkan dan yang kurang terbantu oleh yang lebih. Yang
berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak
dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi
tanggung jawab atau nama baik kelompok. Yang paling lemah diharapkan
sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena
mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab.
6. Team Assisted/ Accelarated Instruction (TAI).
Slavin (1985) menyatakan (Krismanto, 2000) telah mengembangkan model
ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan
keampuhan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini
memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI
disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya
dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Model ini juga
merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Berikut ini
langkahnya.
a. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual.
b. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling
memeriksa jawaban teman satu tim, dan semua bertanggung jawab atas
keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab
bersama.
c. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang
dikerjakan teman satu timnya.

7.Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT)

TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok –
kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis
kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam
kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada
setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota
kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang
                                                                                         19
diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau
menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.
Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka
seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan
dibagi dalam meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang
yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan
diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan
dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu
meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan
dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta
dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan
menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya
anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim
berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu.
Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap
penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams),
pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang
diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri – ciri
sebagai berikut.
a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil

b)   Games Tournament .

Kelebihan model pembelajaran kooperatif ini adalah:

       Melatih sisiwa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya

       Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain

       Menumbuhkan rasa tanggung jawab social

Sedangkan kekurangaannya antara lain:

       Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok

       Kendala teknis,misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung
       untuk diatur kegiatan kelompok

       Agak memakan banyak waktu

8.student teams-achievment division (STAD)




                                                                                            20
Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetensi dan
kompetisi antar kelompok.Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta
„mengajar‟ temannya




   4. Model pembelajaran kontekstual

    Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa
untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa
untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat
menerapkan dalam kehidupan.
Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
CTL.
   1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating
      knowledge)
   2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring
      knowledge)
   3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge)
   4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge)
   5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge)


 Bentuk Pembelajaran dalam Metode Kontekstual
1. Mengaitkan (Relating)
Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan
sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan
informasi baru.
2. Mengalami (Experiencing)
Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman
sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan
(memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan (Applying)
Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat
memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan.
                                                                                           21
4. Kerja sama (Cooperating)
Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek
dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja secara individual. Pengalaman bekerja
sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan
dunia nyata.
5. Mentransfer (Transferring)
Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman
belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan

Kelebihan dan Kelemahan
Suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian
pula dengan metode pembelajaran kontekstual.
1. Kelebihan:
• Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya.
• Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi
• Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan
• Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan
hasil pemikiran
• Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
2. Kelemahan:
• Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya
• Membutuhkan banyak biaya

   5. Missouri mathematic project (MMP) . Metode Missouri Mathematics Project (MMP)

Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur Pengajaran Matematika
(SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama.

Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut:

a. Pendahuluan (7‟): apersepsi, revisi, motivasi, introduksi.

b. Pengembangan (10‟): pembelajaran konsep/prinsip.

c. Penerapan (23‟): pelatihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan, skill, evaluasi

d. Penutup (5‟): penyusunan rangkuman, penugaan.

Adapun Metode MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas dalam struktur yang
hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah adalah sebagai berikut (Winarno, 2000):

model Missouri Mathematics Project (MMP) memuat 5 langkah berikut.
                                                                                            22
1. Pendahuluan atau Review

a. Membahas PR

b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru

c. Membangkitkan motivasi

2. Pengembangan

a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu

b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik

3. Latihan Dengan Bimbingan Guru

a. Siswa merespon soal

b. Guru mengamati

c. Belajar kooperatif

4. Kerja Mandiri

Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2

5. Penutup

a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah
dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.

b. Memberi tugas PR.

Contohnya adalah sebagai berikut, yaitu untuk topik memfaktorkan persamaan kuadrat.

1. Pendahuluan atau Review

a. Membahas PR, hal ini tergantung pada ada tidaknya PR.

b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru.

Contohnya dengan meminta siswa menjabarkan: (x+2)(x+3); (x−3)(x+3); (x)(x+3). Guru
memantau pekerjaan siswa serta memperbaiki kesalahan yang ada.

c. Membangkitkan motivasi, misalnya dengan menyatakan bahwa pengetahuan memfaktorkan
ini sangat sering digunakan dalam kegiatan menggambar grafik fungsi kuadrat.
                                                                                                23
2. Pengembangan

a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu.

b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik.

Alternatif langkahnya:

a. Minta seorang siswa menjelaskan mengapa (x + 2)(x + 3) = x2 + 5x + 6?

Ajukan pertanyaan: ”Dari mana bilangan 6 didapat?”; serta ”Dari mana bilangan 5 didapat?”

b. Guru dapat membantu dengan diagram perkalian suku dua.

c. Informasikan bahwa proses dari bentuk perkalian diubah ke bentuk penjumlahan disebut
menjabarkan; sedangkan proses kebalikannya disebut memfaktorkan.

3. Latihan dengan bimbingan guru (siswa merespon soal, guru mengamati dan membantu di
mana perlu, siswa dapat berdiskusi dengan teman lainnya).

Alternatifnya

a. Meminta siswa memfaktorkan x2+7x+10; x2−7x+6; x2+9x; dan x2−25.

b. Guru berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa serta melakukan tanya jawab di mana
perlu.

4. Kerja Mandiri

Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2.

5. Penutup

a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah
dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan.

b. Memberi tugas PR.




                                                                                                 24
6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep
dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri
sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi
pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang
telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan
dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape
recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa
pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau
pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat
digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa.

Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai
berikut:

   Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa
    jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan
    disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk
    mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2)
    mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan
    mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan
    digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5)
    menginformasikan kerangka pelajaran.
 Presentasi.
 Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun
keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil
sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh
konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan
langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.

   Latihan terstruktur
 Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting
dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.

   Latihan terbimbing
 Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau
keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai
kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan.

                                                                                              25
   Latihan mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika
telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan.


. Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL
1. Latar belakang Filosofis
CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan
selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak
sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena
pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar
pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses
akomodasi.
Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur
kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model
pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna
manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa.
2. Latar belakangPsikologis
Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran
ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah
peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental
yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman.
Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL.
    1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai
       dengan pengalaman yang mereka miliki
    2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas.
    3. Belajar adalah proses pemecahan masalah
    4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju
       yang kompleks
    5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan.


C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
NO                Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal
                     CTL                          Pembelajaran Konvensional
1     Siswa sebagai subjek belajar         Siswa sebagai objek belajar



                                                                                                26
2.    Siswa belajar melalui kegiatan       Siswa lebih banyak belajar secara individu
          kelompok

    3.    Pembelajaran dikaitkan dengan        Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
          kehidupan nyata

    4     Kemampuan didasarkan atas            Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
          pengalaman

    5     Tujuan akhir kepuasan diri           Tujuan akhir nilai atau angka

   6      Prilaku dibangun atas kesadaran      Prilaku dibangun oleh factor dari luar

    7     Pengetahuan yang dimiliki            Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute
          individu berkembang sesuai           dan final, tidak mungkin berkembang.
          dengan pengalaman yang
          dialaminya

    8     Siswa bertanggungjawab dalam         Guru penentu jalannya proses pembelajaran
          memonitor dan mengembangkan
          pembelajaran

    9     Pembelajaran bisa terjadi dimana     Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
          saja

    10    Keberhasilan pembelajaran dapat      Keberhasilan pembelajaran hanya bisa
          diukur dengan berbagai cara          diukur dengan tes

   D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL
   Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa
   tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya
   belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
   Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar
   dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan
   cara bergerak.
   Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru
   manakala menggunakan pendekatan CTL.
1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan

                                                                                                     27
3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang
   baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
   E. Asas-Asas CTL
   CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi
   pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL
   1. Konstruktivisme
   Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
   2. Inkuiri
   Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir
   secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah:
1.   Merumuskan masalah
2.   Mengajukan hipotesis
3.   Mengumpulkan data
4.   Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan
5.   Membuat kesimpulan
     3. Bertanya (Questioning)
     Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang
     sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan
     mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir.
     Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk:
     a)   menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran
     b)   membangkitkan motvasi siswa untuk belajar
     c)   merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat
     d)   memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan
     e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu
     4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
     Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil
     pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat
     dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
     5. Pemodelan (Modeling)
     Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru
     oleh setiap siswa.
     6. Refleksi (Reflection)
     Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara
     mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui.
1. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
                                                                                                   28
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan
   belajar yang dilakukan siswa.
       F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL

   a. Pola Pembelajaran Konvensional
   untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
   Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar
   Guru menyampaikan materi pelajaran
   Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya
   Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan
   kesimpulan
   Guru melakukan post-tes
   Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar”
   Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru.
   b. Pola Pembelajaran CTL
   untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1. Pendahuluan
2. Inti
3. Penutup
   Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung
   dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima
   informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada
   beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai
   berikut:
1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik
   maupun mental.
2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam
   kehidupan nyata.
3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi
   sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan.
   Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain


       BAB 4


   CERAMAH



                                                                                                29
Pengertian
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode
yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan
ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat,
disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini
adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui
adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman
peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts),
transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan
dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.
DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS)




Pengertian
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta
dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan
pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya
digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode
lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok,
permainan, dan lain-lain.
CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING)
                                                                                       30
Pengertian
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun
gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta.
Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya
kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap)
untuk menjadi pembelajaran bersama.
DISKUSI KELOMPOK




Pengertian
Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan
cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil,
yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat
membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga
meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam
                                                                                   31
diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan
kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik
mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan
diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi
umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan
pemaparan hasil diskusi kelompok.
BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY)




Pengertian
Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peranperan
yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun
kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada
kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran.
SIMULASI




                                                                                      32
Pengertian
Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk
mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun
fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam
kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di
dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek
penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi
penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi
dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang
sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan
fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan
tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya
berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam
keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam
contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi
dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat
melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya.
SANDIWARA




                                                                                  33
Pengertian
Metode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai
kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini
ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya
adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu
tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah.
Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis
dikombinasikan secara seimbang.
DEMONSTRASI




Pengertian
Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta
dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah
pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada
peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk
memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah
demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil,
peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat,
                                                                                    34
melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan
dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan.
PRAKTEK LAPANGAN




Pengertian
Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan
peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang
diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang bisa berarti di tempat
kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman
nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat
memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat
metode praktek adalah pengembangan keterampilan.
MPINGAN
PERMAINAN (GAMES)




Pengertian
                                                                                  35
Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan
(ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah
„pemecah es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi
kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk
membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme.
Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
(fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan
suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh
menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai
secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal
yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses
belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan.
Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian yang dialami
sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi
hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah
perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai.


                                              BAB 5

                               CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN




                                       Besaran dan satuan

Kelas : X

Waktu : 45 menit

Model Pembelajaran : CTL

Metode : Eksperimen

Standar kompetensi:

Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya

Kompetensi dasar:

Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu).

                                                                                       36
Indikator:

    1. Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca

    2. Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda.

    3. Siswa menemukan konsep massa.

    4. Siswa menghitung massa jenis suatu benda.

Alat dari kit guru:

    Kit neraca

    Bola dan balok

    Botol air

Materi:

Massa dapat dimaknai dengan berbagai definisi, bergantung pada proses pembelajarannya.
Massa dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah zat bila dalam proses pembelajarannya harus
menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah zat akan menambah massanya. Pendefinisian
seperti ini memberikan konsekuensi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Orang
membeli bahan bakar gas (elpiji) diukur dengan cara ditimbang. Elpiji dalam sebuah tabung
dikatakan masih penuh bila massanya besar, sedangkan jika habis massanya akan ringan. Inilah
arti pentingnya mempelajari massa agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Persiapan pembelajaran:

Sebelum masuk kelas, guru menyiapkan bola besi dan balok kayu. Balok kayu dibuat sedikit
lebih berat dibanding bola besi. Alat ini digunakan untuk membangkitkan motivasi di awal
pembelajaran.

Kegiatan Pembelajaran:

Waktu     Peran       Perkembangan Pembelajaran                Alat bantu
5‟        MM          Pendahuluan                              Bola besi dan
                                                               balok kayu
          MM          Siswa diminta untuk mengobservasi bola
                      dan balok kayu.


                                                                                         37
G    Hasil observasi dilaporkan dan ditulis di
           papan tulis.
      MM
           “Apakah yang anda rasakan pada tangan
      G    kanan dan kiri sama? Apa bedanya?

      MM   Betulkah bola besi lebih berat dari pada
           balok kayu?”
      G
           Siswa diminta mengamati berat kedua
           benda yang dibandingkan dengan neraca.

           Apakah ada pertanyaan?

           Mengapa ada perbedaan antara
           membandingkan massa kedua benda
           menggunakan tangan dan neraca?

           Manakah yang lebih tepat digunakan
           sebagai alat ukur massa?
35‟   M    Penyusunan Opini:                           Kit neraca, air
                                                       dalam botol
      G    Siswa diminta memberikan penjelasan
           mengukur massa dengan neraca.
      MM
           Kegiatan inti:
      MM
           Kepada siswa diberikan kit neraca dan air
      MM   dalam botol.

      MM     1. Siswa diminta merangkai neraca.

      G      2. Siswa diminta menimbang air yang
             volumenya 50 ml.
      G
             3. Siswa diminta menimbang air yang
             volumenya 100 ml.

             4. Siswa diminta mencatat datanya.

             5. Siswa diminta memprediksikan
             massa air yang volumenya 150 ml dan
                                                                         38
200 ml.

  6. Siswa diminta mengukur massa air
  yang volumenya 150ml dan 200 ml.

Diskusi:

   1. Salah satu kelompok diminta
      menulis data di papan tulis.
   2. Berdasarkan data yang ditulis di
      papan tulis, siswa diajak untuk
      mendefinisikan massa.
   3. Mendiskusikan pengaruh
      pemanasan terhadap massa zat.

Kegiatan 2:

  1. Berdasarkan tabel yang telah
  diperoleh, bagaimana hubungan antara
  massa dan volume air?

  2. Digambar dalam bentuk grafik
  (sumbu x volume, sumbu y massa),
  berapa gradiennya!

  3. Gradien itu apa,       gradien   ini
  dinamakan massa jenis?

  4. Siswa diminta memformulasikan
  massa jenis

  5. Siswa diajak mendiskusikan makna
  massa jenis!

  6. Siswa diajak menghitung massa
  jenis suatu benda lain.

  7. Massa suatu zat adalah khas untuk
  zat itu, sehingga definisi massa
  diperbaiki!

Siswa diajak mengenal besaran-besaran
                                            39
dasar yang lain selain massa.

                     Siswa diajak mengenal besaran volume,
                     yang diturunkan dari besaran pokok
                     panjang.

                     Pemecahan masalah:

                     Setiap besaran memiliki alat ukur.
                     Besaran terdiri atas besaran pokok dan
                     besaran turunan.

                       Penerapan konsep:

                     Bagaimana cara mengukur jumlah gas
                     dalam tabung elpiji?
5‟       G           Kegiatan Pemantapan:

                     Siswa diminta menunjukkan alat ukur
                     massa selain neraca yang ada di
                     lingkungan mereka. Siswa diminta
                     mengidentifikasi alat-alat ukur besaran
                     pokok lain yang biasa digunakan di
                     lingkungannya.

Keterangan:

MM : Kegiatan utama dilakukan oleh murid-murid (diskusi murid-murid)

G : Kegiatan utama dilakukan oleh guru

M : Kegiatan dilakukan tanya jawab guru murid

Penilaian

Penugasan: Membuat deskripsi tentang kegiatan pengukuran massa yang terjadi di pasar
tradisional di lingkungannya.

Kriteria penilaian

No.                  Aspek                  Skor         Bobot    Skor
                                                                 Maksimal
                                                                                  40
1.    Kelengkapan:
      a. lengkap (data + gambar)       3
      b. agak lengkap (data)           2            5                15
      c. kurang lengkap (gambar)       1
2.    Kesesuaian:
      a. sesuai                        3
      b. agak lengkap                  2            5                15
      c. tidak lengkap                 1

Skore Nilai (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30

Skore Anak (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 10



                                           3

Penilaian kedua aspek dilakukan melalui Evaluasi Keterampilan Proses Sains

Observasi

Tuliskan hasil pengamatan anda tentang bola besi dan balok kayu dalam percobaan ini!

Mengajukan pertanyaan

Pertanyaan apa saja yang ada dalam pikiranmu saat mengamati hasil penimbangan bola besi dan
balok kayu menggunakan neraca?

Merancang percobaan

Bagaimanakah prosedur merangkai kit neraca agar siap digunakan untuk menimbang?

Mengkomunikasikan

Tuliskan data hasil pengamatanmu pada kertas yang tersedia di meja masing-masing!

Prediksi

Berapa massa air jika volume air sebanyak 150 ml?

Interpretasi data

                                                                                         41
Apa yang terjadi bila jumlah air dalam wadah ditambah?

Inferensi (Kesimpulan sementara)

Berdasarkan data yang telah anda interpretasikan, kesimpulan apakah yang dapat kalian
temukan?

Kesimpulan

Setelah mengetahui massa jenis, apakah yang dimaksud dengan massa itu?

Penilaian aspek kognitif

Mengingat:

Faktor apakah yang mempengaruhi besar kecilnya massa air?

Memahami:

Mengapa pemanasan suatu benda dapat mengubah massa jenisnya?

Menerapkan:

Mengapa saat membeli elpiji di toko kita harus menimbangnya lebih dahulu?

Menganalisis:

Mengapa ikan di danau sekitar kutub masih tetap hidup meskipun danau tersebut tertutup oleh
es?

Menilai:

Benarkah konsep berikut ini, berikan alasan pendapat anda! Meskipun besi yang dipanaskan
akan muai, namun massa jenisnya tetap karena pertambahan volume besi diikuti dengan
pertambahan massa besi tersebut

Mencipta:

Bagaimanakah prosedur untuk menunjukkan bahwa benda yang dipanaskan massanya tidak
berubah?

Penilaian aspek psikomotorik

                                                                                              42
Selama siswa melakukan percobaan, guru menilai keterampilan kerja siswa

Penilaian aspek apektif

Selama siswa melakukan diskusi, dinilai ketekunannya, kerjasamanya, dan kepatuhannya dalam
melaksanakan tugas.

Pembahasan

Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dirancang ini memenuhi hakekat CTL, antara lain:

   1. Konstruktivisme, siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit membandingkan massa
      dua benda yang diukur dengan tangan dan neraca. Berdasarkan hasil observasinya siswa
      dapat diajak untuk mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda.
   2. Tanya Jawab, kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup
      selalu dilakukan tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan
      untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
      mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud
      keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan
      siswa, siswa dengan guru.
   3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula
      dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori
      atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan
      data, analisis data, kemudian disimpulkan. Definisi massa ditemukan oleh siswa selama
      proses pembelajaran melalui kegiatan ilmiah.
   4. Komunitas belajar, adalah komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk
      berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan
      kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
      kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. Identitas
      MM diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak mendominasi kelas,
      tetapi Tanya jawab antar siswa antar kelompok siswa dapat berjalan lancer.
   5. Pemodelan, dalam pembelajaran ini, guru mendemontrasikan suatu kinerja (mengukur
      massa) agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model
      yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn mengukur massa air yang
      volumenya sudah ditentukan lebih dahulu. Guru mengarahkan siswa supaya tidak
      melakukan hal yang sebaliknya yaitu memaksakan untuk mengisi air ke dalam suatu
      wadah agar massanya sebesar x gram. Ini dilakukan untuk memberikan contoh bekerja
      ilmiah yang benar, membedakan antara variabel bebas (mengisi air ke dalam suatu
      wadah) untuk mendaatkan variable terikat (massa air yang teramati melalui neraca.
   6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman
      yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum
                                                                                         43
diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Dalam pembelajaran ini
   siswa diberi kesempatan untuk membadingkan hasil pembelajaran ini dengan fakta yang
   terjadi dalam kehidupan sehari-hari (membeli elpiji). Siswa yang sudah memahami
   konsep massa, akan meminta penjual menimbang elpiji sebelum dibawa pulang, tidak
   hanya percaya dengan segel yang ada pada tabung gas.
7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan,
   ketrampilan sikap) siswa secara nyata. RPP ini dilengkapi dengan instrumen penilaian
   yang menyeluruh, mulai dari saat melakukan kegiatan pembelajaran sampai dengan
   setelah pembelajaran itu selesai.




                                                                                      44

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranNini Ibrahim01
 
Sumber dan Media Pembelajaran
 Sumber dan Media Pembelajaran Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber dan Media PembelajaranNini Ibrahim01
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranTandrian
 
Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Strategi Belajar Mengajar (SBM)Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Strategi Belajar Mengajar (SBM)wiki_tuwi23
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikPermata_An-Nur
 
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. SyafiqBME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiqartventure ipkt
 
Klasifikasi strategi belajar mengajar
Klasifikasi strategi belajar mengajarKlasifikasi strategi belajar mengajar
Klasifikasi strategi belajar mengajarFKIP UHO
 
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran KelasImplementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran KelasNini Ibrahim01
 
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013Nini Ibrahim01
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Rina Rahmawati
 
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaranPendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaranAsri Maulida Ramadhani
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaraniskawia
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1FKIP UHO
 
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaHariyatunnisa Ahmad
 

Was ist angesagt? (20)

Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi PembelajaranPengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
Pengembangan Tujuan dan Materi Pembelajaran
 
Nota
NotaNota
Nota
 
Sumber dan Media Pembelajaran
 Sumber dan Media Pembelajaran Sumber dan Media Pembelajaran
Sumber dan Media Pembelajaran
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran
 
Teaching strategy
Teaching strategyTeaching strategy
Teaching strategy
 
Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Strategi Belajar Mengajar (SBM)Strategi Belajar Mengajar (SBM)
Strategi Belajar Mengajar (SBM)
 
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknikBmm3171   konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
Bmm3171 konsep strategi, pendekatan, kaedah dan teknik
 
Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran
 
Deri
DeriDeri
Deri
 
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. SyafiqBME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
BME 3102 Konsep Strategi, Pendekatan, Kaedah (Kump. Syafiq
 
Klasifikasi strategi belajar mengajar
Klasifikasi strategi belajar mengajarKlasifikasi strategi belajar mengajar
Klasifikasi strategi belajar mengajar
 
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran KelasImplementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
Implementasi Keterampilan Mengajar dalam Pembelajaran Kelas
 
Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi PembelajaranEvaluasi Pembelajaran
Evaluasi Pembelajaran
 
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
Konsep Rencana Pembelajaran Kurikulum 2013
 
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
Ppt. Belajar dan Pembalajaran tentang Pendekatan, Strategi, Metode Dan Model ...
 
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaranPendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
Pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran
 
Makalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaranMakalah strategi pembelajaran
Makalah strategi pembelajaran
 
Pertemuan 1
Pertemuan 1Pertemuan 1
Pertemuan 1
 
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
 

Andere mochten auch

kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remaja
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remajakecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remaja
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remajaOlivia Tifani
 
Contoh IPS IPS Kelas VI
Contoh IPS IPS Kelas VIContoh IPS IPS Kelas VI
Contoh IPS IPS Kelas VIHarsidi Side
 
materi sistem oprasi windows semester 1
materi sistem oprasi windows semester 1materi sistem oprasi windows semester 1
materi sistem oprasi windows semester 1ruli_budiyanto
 
Ips negara maju dan negara berkembang Arab Saudi
Ips negara maju dan negara berkembang Arab SaudiIps negara maju dan negara berkembang Arab Saudi
Ips negara maju dan negara berkembang Arab Saudinazirahatqa
 
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2Agus Witono
 
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murti
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murtiPengantar epidemiologi prof_bhisma_murti
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murtiRomi Wido
 
49994163 litosfer-dan-pedosfer
49994163 litosfer-dan-pedosfer49994163 litosfer-dan-pedosfer
49994163 litosfer-dan-pedosferWagi Dealoved
 
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGIMETODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGIHeri Cahyono
 
Alkohol cuka dan formalin
Alkohol cuka dan formalinAlkohol cuka dan formalin
Alkohol cuka dan formalinaditgalih
 
Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamKarya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamAfifah Nur Indah Sari
 
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology)
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology) Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology)
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology) Fathoni Rizqi Kurniawan
 
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraPengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraAbu Ja'far
 
Filum echinodermatafg
Filum echinodermatafgFilum echinodermatafg
Filum echinodermatafgAndy Zyuhendi
 
Jenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valveJenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valveKusuma Manik
 

Andere mochten auch (20)

kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remaja
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remajakecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remaja
kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada remaja
 
Tugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain PembelajaranTugas Desain Pembelajaran
Tugas Desain Pembelajaran
 
Gaya Angkat Pesawat Terbang
Gaya Angkat Pesawat TerbangGaya Angkat Pesawat Terbang
Gaya Angkat Pesawat Terbang
 
Contoh IPS IPS Kelas VI
Contoh IPS IPS Kelas VIContoh IPS IPS Kelas VI
Contoh IPS IPS Kelas VI
 
Anatomi 1
Anatomi 1Anatomi 1
Anatomi 1
 
materi sistem oprasi windows semester 1
materi sistem oprasi windows semester 1materi sistem oprasi windows semester 1
materi sistem oprasi windows semester 1
 
Ips negara maju dan negara berkembang Arab Saudi
Ips negara maju dan negara berkembang Arab SaudiIps negara maju dan negara berkembang Arab Saudi
Ips negara maju dan negara berkembang Arab Saudi
 
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
126 312 teknik-pemesinan-jilid-2
 
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murti
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murtiPengantar epidemiologi prof_bhisma_murti
Pengantar epidemiologi prof_bhisma_murti
 
49994163 litosfer-dan-pedosfer
49994163 litosfer-dan-pedosfer49994163 litosfer-dan-pedosfer
49994163 litosfer-dan-pedosfer
 
Pt krakatau steel,
Pt krakatau steel, Pt krakatau steel,
Pt krakatau steel,
 
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGIMETODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI
METODOLOGI PENELITIAN PENDIDIKAN BIOLOGI
 
Juknis tanah
Juknis tanahJuknis tanah
Juknis tanah
 
Alkohol cuka dan formalin
Alkohol cuka dan formalinAlkohol cuka dan formalin
Alkohol cuka dan formalin
 
Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitamKarya tulis kulit semangka anti flek hitam
Karya tulis kulit semangka anti flek hitam
 
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology)
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology) Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology)
Rangkuman materi UN ipa smp (fisika, kimia, biology)
 
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastraPengertian sastra dan jenis jenis sastra
Pengertian sastra dan jenis jenis sastra
 
Filum echinodermatafg
Filum echinodermatafgFilum echinodermatafg
Filum echinodermatafg
 
Jenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valveJenis dan fungsi valve
Jenis dan fungsi valve
 
Hewan Transgenik
Hewan Transgenik Hewan Transgenik
Hewan Transgenik
 

Ähnlich wie tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxMuhamadhendro
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranTandrian
 
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajar
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna BelajarBK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajar
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajarnadya1997
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaranDaly Indra
 
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxPpt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxHerdiNanda
 
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxStrategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxRamaekafitria05
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Fadhli Khan
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiArief Marbot
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDani Novita Rahma
 
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptx
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptxtugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptx
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptxjosephmaulana1
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr intmardyansofian
 
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfirwan prayogo
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuYusri Sairi
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarRizal M Suhardi
 
Ppt uas tekno
Ppt uas teknoPpt uas tekno
Ppt uas teknouus_yuli
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Dedi Yulianto
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranFKIP UHO
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranFKIP UHO
 

Ähnlich wie tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika (20)

PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptxPPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
PPT ZEIN_Presentation1 (2).pptx
 
Pengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaranPengertian strategi pembelajaran
Pengertian strategi pembelajaran
 
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajar
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna BelajarBK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajar
BK (Bimbingan Konseling) XI, Makna Belajar
 
Powerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaranPowerpoint strategi pembelajaran
Powerpoint strategi pembelajaran
 
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan PembelajaranKegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
 
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
59 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptxPpt Strategi Belajar Kel.1.pptx
Ppt Strategi Belajar Kel.1.pptx
 
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptxStrategy PEMBELAJARAN.pptx
Strategy PEMBELAJARAN.pptx
 
Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)Kegiatan pembelajaran (7)
Kegiatan pembelajaran (7)
 
Modul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategiModul perkuliahan strategi
Modul perkuliahan strategi
 
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaranDefinisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
Definisi model, metode, pendekatan dan strategi pembelajaran
 
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptx
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptxtugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptx
tugas kelompok PPT STRATEGI PEMBELAJARAN.pptx
 
Pemilihan media dr int
Pemilihan media dr intPemilihan media dr int
Pemilihan media dr int
 
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdfModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
ModelPembelajaranDalamPendidikanJasmani.pdf
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Ppt uas tekno
Ppt uas teknoPpt uas tekno
Ppt uas tekno
 
Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
 
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaranKegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
 

Kürzlich hochgeladen

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024RoseMia3
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptannanurkhasanah2
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024editwebsitesubdit
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptimamshadiqin2
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxSaujiOji
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10maulitaYuliaS
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxDEAAYUANGGREANI
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...MuhammadSyamsuryadiS
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 

Kürzlich hochgeladen (20)

DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.pptLingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
Lingkungan bawah airLingkungan bawah air.ppt
 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
 
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
algoritma dan pemrograman komputer, tugas kelas 10
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
Membaca dengan Metode Fonik - Membuat Rancangan Pembelajaran dengan Metode Fo...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 

tugas akhir mata kuliah standar belajar matematika

  • 1. DIKTAT STRATEGI BELAJAR MATEMATIKA DISUSUN OLEH: Nama: DEA NINDRIA IMANSARI NPM: 111 300 32 KELAS: 1A- MIPA PENDIDIKAN MATEMATIKA/MIPA DOSEN PENGAMPU : HARYANTO M.Si SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (STKIP-PGRI) BANDAR LAMPUNG 2011 1
  • 2. BAB 1 LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Didalam suatu proses belajar mengajar tercangkup komponen, pendekatan, dan berbagai metode mengajaran yang dikembangkan dalam proses tersebut. Tujuan utama diselenggarakan proses belajar adalah demi terapainya tujuan pembelajaran. Dan ujuan tersebut salah satunya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkan maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi sebagai pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan umum maupun tujuan khusus prooses belajar itu tercapai. B. Pengertian Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru - anak didik dlm perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran. Sehingga bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas. 2
  • 3. C. Tujuan Pembelajaran Umum: Agar mahasiswa/calon guru/guru memahami berbagai strategi belajar mengajar serta mampu memilih dan melaksanakan strategi belajar mengajar. Khusus:  Membekali mahasiswa teori-teori, konsep-konsep strategi belajar mengajar  Membekali mahasiswa teknik-teknik yang dipergunakan dalam strategi belajar mengajar  Membekali mahasiswa agar memiliki sikap kritis terhadap pemikiran, teori dan fenomena dalam interaksi belajar mengajar, serta mampu menganalisisnya.  Mahasiswa dapat mendeskripsikan konsep pembaharuan dalam cara belajar mengajar, dan pengembangan paradigma baru pendidikan D. INTERAKSI DIDALAM KELAS Pada hakekatnya belajar metematika adalah berfikir dan berbuat atau mengerjakan matematika. Disinilah makna dari strategi pembelajaran matematika adalah strategi pemblajaran aktif, yang ditandai oleh dua faktor yaitu: a. Interaksi optimal antara seluruh komponen dalam proses belajar mengajar, di antaranya antara dua komponen utama yaitu guru dan siswa. b. Berfungsi secara optimal seluruh “sense” yang meliputi indera, emosi, karsa, karya, dan nalar. Hal itu dapat berlangsung antara lain jika proses itu melibatkan aspek visual, audio, maupun teks. E. PEMBELAJARAN YANG AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, dan MENYENANGKAN PROSES PEMBELAJARAN Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik 3
  • 4. pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Berikut adalah penjelasannya. 1. Pendekatan Belajar Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu : Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha. Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah: 1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik. 2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif. 3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan. 2. Strategi Pembelajaran 4
  • 5. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kemp (Wina Senjaya, 2008) . Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya (2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. 3. Metode Pembelajaran metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian,teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama. Beberapa metode mengajar : 1. Metode Ceramah Yang dimaksud dengan ceramah ialah penerangan dan penuturan secara lisan. Dalam pelaksanaan ceramah untuk menjelaskan uraiannya, pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar-gambar. Tetapi metode utama, berhubungan antara pengajar dengan pembelajar ialah berbicara. Peranan dalam metode ceramah adalah mendengarkan dengan teliti dan mencatat pokok-pokok penting yang dikemukakan oleh pengajar. 2. Metode Tanya Jawab 5
  • 6. Dalam penggunaan metode mengajar di dalam kelas, tidak hanya Guru saja yang senantiasa berbicara seperti halnya dengan metode ceramah. melainkan mencakup pertanyaan pertanyaan dan penyumbang ide-ide dari pihak siswa. Cara mengajar yang serupa ini dapat dibedakan dalam dua jenis ialah : metode tanya jawab dan metode diskusi Perbedaan pokok antara kedua metode itu terletakdalam : 1) Corak pertanvaan yang diajukan oleh Guru. Pada hakikatnya metode tanya-jawab berusaha menanyakan apakah murid telah mengtahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal lain siswa juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran murid. Melalui metode tanya-jawab Guru ingin mencari jawaban yang tepat dan faktual. 2) Sifat pengambilan bagian yang diharapkan dari pihak siswa Sebaliknya dengan metode diskusi, Guru mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang agak berlainan sifatnya. Di sini Guru merangsang siswa menggunakan fakta-fakta yang dipelajari untuk memecahkan suatu persoalan. Pertanyaan seperti ini biasanya tidak mempunyai jawaban yang tepat dan tunggal, melainkan lebih dari sebuah jawaban. Dari penjelasan tersebut kita ketahui bahwa metode, tanya-jawab mempunyai wilayah yang saling mencakup dengan metode diskusi, sehingga kadang-kadang sukar dibedakan, apakah yang sedang dipakai oleh Guru dalam suatu kelas. Tetapi lepas dari kenyataan bahwa kedua metode ini sering sukar dibedakan, akan tetapi tujuan dan teknik masing-masing cukup mempunyai perbedaan yang besar sehingga dalam uraian ini seyogyanya dibedakan. Penggunaan Metode Tanya Jawab Untuk memberikan gambaran tentang wajar atau tidaknya penggunaan metode tanya-jawab, berikut ini akan disajikan suatu kejadian dalam kelas. Dalam tiap kejadian akan diikuti dengan analisis mengenai aspek pokok pelajaran itu dan sejauh manakah kewajaran penggunaan metode tanya-jawab. Ilustrasi penggunaan metode tanya jawab di kelas 1. Melanjutkan pelajaran yang lalu 2. Menyelingi pembicaraan untuk mendapatkan kerjasama siswa 3. Memimpin pengamatan atau pemikiran siswa Kelebihan metode tanya Jawab : 1. Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja. 2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa. 3. Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan. Kelemahan metode tanya Jawab: 1. Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada 6
  • 7. hubungannya dengan pokok yang dibicarakan. Dalam hal ini sering tidak terkendalikan sehingga membuat persoalan baru. 2. Membutuhkan waktu lebih banyak. 3. Metode diskusi Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterikatan pada suatu topik atau pokok pernyataan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Diskusi sebagai metode pembelajaran lebih cocok dan diperlukan apabila guru hendak: a.memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa b.memberi kesempatan pada siswa untuk mengeluarkan kemampuannya c.mendapatkan balikan dari siswa apakah tujuan telah tercapai d.membantu siswa belajar berpikir secara kritis e.membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman-teman f.membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah sendiri maupun dari pelajaran sekolah g.mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Kegiatan siswa dalam pelaksanaan metode diskusi sebagai berikut: a.Menelaah topik/pokok masalah yang diajukan oleh guru atau mengusahakan suatu problem dan topik kepada kelas. b.Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencatat data dari buku-buku sumber atau sumber pengetahuan lainnya, agar dapat mengemukakan jawaban pemecahan problem yang diajukan. c.Mengemukakan pendapat baik pemikiran sendiri maupun yang diperoleh setelah membicarakan bersama-sama teman sebangku atau sekelompok. d.Mendengar tanggapan reaksi atau tanggapan kelompok lainnya terhadap pendapat yang baru dikemukakan. e.Mendengarkan dengan teliti dan mencoba memahami pendapat yang dikemukakan oleh siswa atau kelompok lain. f.Menghormati pendapat teman-teman atau kelompok lainnya walau berbeda pendapat. 7
  • 8. g.Mencatat sendiri pokok-pokok pendapat penting yang saling dikemukakan teman baik setuju maupun bertentangan. h.Menyusun kesimpulan-kesimpulan diskusi dalam bahasa yang baik dan tepat. i.Ikut menjaga dan memelihara ketertiban diskusi. j.Tidak bertujuan untuk mencari kemenangan dalam diskusi melainkan berusaha mencari pendapat yang benar yang telah dianalisa dari segala sudut pandang. 4. Metode demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan suatu proses kejadian. Metode demonstrasi biasanya diaplikasikan dengan menggunakan alat – alat bantu pengajaran seperti benda – benda miniatur, gambar, perangkat alat – alat laboratorium dan lain – lain. Akan tetapi, alat demonstrasi yang paling pokok adalah papan tulis dan white board, mengingat fungsinya yang multi proses. Dengan menggunakan papan tulis guru dan siswa dapat menggambarkan objek, membuat skema, membuat hitungan matematika, dan lain – lain peragaan konsep serta fakta yang memungkinkan. 5. Metode karyawisata / pengalaman kerja Metode karyawisata/widyawisata adalah cara penyajian dengan membawa siswa mempelajari materi pelajaran di luar kelas. Karyawisata memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, dapat meransang kreativitas siswa, informasi dapat lebih luas dan aktual, siswa dapat mencari dan mengolah sendiri informasi. Tetapi karyawisata memerlukan waktu yang panjang dan biaya, memerlukan perencanaan dan persiapan yang tidak sebentar. 6. Metode penugasan Pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan berarti guru memberi tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas yang diberikan guru dapat berupa masalah yang harus dipecahkan dan prosedurnya tidak diberitahukan. Metode penugasan ini dapat mengembangkan kemandirian siswa, merangsang untuk belajar lebih banyak, membina disiplin dan tanggung jawab siswa, dan membina kebiasaan mencari dan mengolah sendiri informasi. Kekurangan metode ini terletak pada sulitnya mengawasi mengenai kemungkinan siswa tidak bekerja secara mandiri 7. Metode ekspermen laboratorium Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dengan melakukan eksperimen, siswa menjadi akan lebih yakin atas suatu hal daripada hanya menerima dari guru dan buku, dapat memperkaya pengalaman, mengembangkan sikap ilmiah, dan hasil belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan siswa. Metode ini paling tepat apabila digunakan untuk merealisasikan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri atau pendekatan penemuan. 8
  • 9. Beberapa saran untuk mengadakan eksperimen. 1. Menerangkan sejelas-jelasnya tujuan- tujuan pelajaran pada siswa, sehingga siswa mengetahui pertanyaan yang perlu dijawab dengan eksperimen. 2. Membicarakan bersama dengan siswa prosedur atau langkah-langkah yang dianggap sebaik-baiknya untuk memecahkan rnasalah dalam eksperimen, serta bahan- bahan yang diperlukan, variabel yang perlu dikontrol dan hal-hal yang perlu dicatat. 3. Menolong siswa untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan. 4. Setelah eksperimen selesai siswa membandingkan hasilnya dengan hasil eksperimen orang lain dan mendiskusikan bila ada perbedaan-perbedaan atau kekeliruan-kekeliruan. 8. Metode bermain peran / simulasi Pembelajaran dengan metode bermain peran adalah pembelajaran dengan cara seolah – olah berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Dalam metode ini siswa berkesempatanm terlibat secara aktif sehingga akan lebih memahami konsep dan lebih lama mengingat, tetapi memerlukan waktu lama. 4. teknik pembelajaran Definis Teknik Pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri. Beberapa teknik pembelajaran : a. Teknik Menjelaskan Menjelaskan merupakan salah satu bagian penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. Karena teknik ini sangat perlu dikuasai guru, namun dengan guru senantiasa membatasi diri agar tidak terjebak ke ceramah murni yang menghilangkan peranan siswa kecuali hanya mendengarkan atau bahkan hanya mendengarkan yang dikemukakan guru. b. Teknik Bertanya Ada pepatah dalam pengajaran: “Question is the heart of the teaching”, artinya “Pertanyaan adalah jantungnya pengajaran”. Dengan demikian, pengajaran tanpa bertanya adalah pengajaran yang gersang. Untuk menggunakan tanya jawab, perlu diketahui tujuan mengajukan pertanyaan, jenis dan tingkat pertanyaan, serta teknik mengajukan pertanyaan. c. Diskusi Teknik diskusi perlu dikembangkan sebagai salah satu bentuk kegiatan yang menunjang pada keterampilan hidup (life skill) yang berkaitan dengan kemempuan umum yang harus dimiliki setiap warga masyarakat, karena life skill itu lebih berfokus pada pengembangan kemampuan siswa untuk bersosialisasi, berinteraksi sosial, dan keterampilan-keterampilan hidup lainnya dalam masyarakat. d. Penemuan Terbimbing 9
  • 10. Dalam menggunakan metode penemuan terbimbing, peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan itu dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Penemuan terbimbing biasanya dilakukan dengan bahan yang dikembangkan pembelajarannya secara induktif. Guru harus yakin benar bahwa bahan yang ditemukan sungguh secara matematis dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. e. Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika mengatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pernyataan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah hanya jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui oleh pelaku. 5. Taktik Pembelajaran taktik pembelajaran merupakan gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni (kiat) Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. BAB 3 10
  • 11. BEBERAPA MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA 1. Model penemuan terbimbing Penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund ”discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20). Sedangkan menurut Jerome Bruner ”penemuan adalah suatu proses, suatu jalan/cara dalam mendekati permasalahan bukannya suatu produk atau iten pengetahuan tertentu”. Dengan demikian di dalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan (Markaban, 2006:9). Model penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator. Guru membimbing siswa dimana ia diperlukan. Dalam model ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakn guru (PPPG, 2004:4). Model penemuan terbimbing atau terpimpin adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004:87). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir sendiri sehingga dapat ”menemukan” prinsip umum yang diinginkan dengan bimbingan dan petunjuk dari guru berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan. Menurut Markaban (2006:11-15) Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya Dengan penjelasan diatas model penemuan yang dipandu oleh guru ini kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing. Pembelajaran model ini dapat diselenggarakan secara individu dan kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari (Markaban, 2006:15). Peran guru dalam penemuan terbimbing sering diungkapkan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). 11
  • 12. LKS ini biasanya digunakan dalam memberikan bimbingan kepada siswa menemukan konsep atau terutama prinsip (rumus, sifat) (PPPG, 2003:4). Perlu diingat bahwa model ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan ‟mengkonstuksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut (PPPG, 2004:5). Sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, penemuan terbimbing menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa jika diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berpikir sendiri, menganalisis sendiri, sehingga dapat „menemukan‟ prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Dengan metode ini, siswa dihadapkan kepada situasi untuk menyelidiki secara bebas dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and error) hendaknya dianjurkan. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam „menemukan‟ pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelak-sanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan yang baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses pemahaman dan „meng- konstruksi‟ sendiri konsep atau pengetahuan tersebut. Metode ini bisa dilakukan baik secara perseorangan maupun kelompok. Beberapa materi seperti menemukan rumus luas lingkaran, dalil Phytagoras, volume tabung, dan sebagainya sangat terbantu dalam menanamkan konsep matematika. Dengan metode Penemuan Terbimbing guru bisa meminimalisir bentuk-bentuk ‟pe- ngumuman‟ saja dari rumus tersebut, tetapi lebih pada upaya siswa yang diarahkan menemukan konsep itu dibawah bimbingan guru. Secara sederhana, peran siswa dan guru dalam metode penemuan terbimbing ini dapat digambarkan sebagai berikut. Penemuan Terbimbing Peran Guru Peran Siswa Sedikit bimbingan -menyatakan persoalan - menemukan pemecahan Banyak bimbingan -menyatakan persoalan - mengikuti petunjuk -memberikan bimbingan - menemukan penyelesaian 12
  • 13. Agar pelaksanaan Metode Penemuan Terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru Matematika adalah sebagai berikut: a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya me-ngarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan kepada siswa untuk me-nyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menja-min 100% kebenaran konjektur. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar Langkah-langkah Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menurut Markaban (2006:16) agar pelaksanaan model pembelajaran penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut : a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. Perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan, atau LKS. c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. 13
  • 14. d. Bila dipandang perlu,konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk menyakinkan prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai. e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari hendaknya guru menyediakn soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah penemuan itu benar. Memperhatikan langkah-langkah model pembelajaran penemuan terbimbing diatas dapat disampaikan kelebihan dan kekurangan yang dimlikinya. Kelebihan model pembelajaran penemuan terbimbing adalah sebagai berikut : a. Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b. Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inguiry (mencari-temukan). c. Mendukung kemampuan problem solving siswa. d. Memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa antar guru, dengan demikian siswa juga terlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar. e. Lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. Sedangkan kekurangannya sebagai berikut : a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah dimengerti dengan model ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. 2. Model pemecahan masalah A. Pengertian Strategi belajar mengajar dengan model pembelajaran pemecahan masalah menekankan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Proses ini berlangsung secara bertahap, mulai dari menerima stimulus dari lingkungan sampai pada memberi respons yang tepat terhadap masalah yang ada. 14
  • 15. B. Karakteristik Penyelesaian Masalah Penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain : 1. Penyelesaian masalah berdasarkan pengalaman masa lampau, dalam hal ini penyelesaian masalah kurang (tidak) rasional. 2. Penyelesaian masalah secara intuitif, masalah diselesaikan tidak berdasarkan akal, tetapi berdasarkan intuisi atau firasat. 3. Penyelesaian masalah dengan cara trial error, penyelesaian masalah dilakukan dengan coba-coba, percobaan yang dilakukan tidak berdasar hipotesis tetapi secara acak. 4. Penyelesaian masalah secara otoritas. Penyelesaian masalah dilakukan berdasarkan kewenangan seseorang. 5. Penyelesaian masalah secara meta fisik. Masalah-masalah yang dihadapi dalam dunia empirik diselesaikan dengan prinsip-prinsip yang bersumber pada dunia supranatural/dunia mistik/dunia gaib. 6. Penyelesaian masalah secara ilmiah ialah penyelesaian masalah secara rasional melalui proses deduksi dan induksi. Penyelesaian masalah dalam strategi belajar mengajar disini ialah penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi ilmiah. Guru memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan, materi pelajaran tidak terbatas hanya pada buku teks disekolah tetapi dapat diambil dari sumber-sumber lingkungan yang ada. Pemilihan materi seperti itu memerlukan beberapa kriteria sebagai berikut: 1. Bahan yang dipilih bersifat conflict issue atau kontroversial. Bahan seperti itu dapat direkam dari peristiwa-peristiwa konkret dalam bentuk audo visual atau kliping atau disusun sendiri oleh guru. 2. Bahan yang dipilih bersifat umum sehingga tidak terlalu asing bagi siswa 3. Bahan tersebut mencakup kepentingan orang banyak dalam masyarakat 4. Bahan tersebut mendukung tujuan pengajaran dan pokok bahasan dalam kurikulum sekolah 5. Bahan tersebut merangsang perkembangan kelas yang mengarah pada tujuan yang dikehendaki 6. Bahan tersebut menjamin kesinambungan pengalaman belajar siswa. 7. 3. Model pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: untuk memuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara bekerja sama kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah 15
  • 16. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang heterogen ras, suku, budaya, dan jenis kelamin, maka diupayakan agar tiap kelompok terdapat keheterogenan tersebut. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Hasil belajar akademik , yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit. Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang. Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan social siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok. Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif : Fase Indikator Aktivitas Guru 1 Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan 3 Mengorganisasikan siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya dalam kelompok-kelompok membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok belajar agar melakukan transisi efisien 4 Membimbing kelompok Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat bekerja dan belajar mengerjakan tugas 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya 6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok. Beberapa kegiatan kelompok yang dikemukakn oleh beberap ahli antara lain slavin(1985),lazarowitz (1988),atau sharan (1990) antar lain sbagai berikut: 1. Circle of Learning 16
  • 17. Belajar bersama ini dikemukaan Johnson & Johnson pada tahun 1987 (Krismanto, 2000) dengan langkah-langkah berikut. a. Beberapa orang (5 – 6) dengan kemampuan akademik yang bervariasi (mixed abilities group) berkumpul bersama. b. Mereka saling berbagi pendapat dan saling membantu dengan kewajiban setiap anggota harus benar-benar memahami jawaban atau penyelesaian tugas yang diberikan kepada kelompok tersebut. c. Pertanyaan atau permintaan bantuan kepada guru dilakukan hanya jika mereka sudah benar-benar kehabisan akal. Hal yang juga dianggap penting dalam model ini adalah adanya saling ketergantungan dalam arti positif, adanya interaksi tatap muka di antara anggota, keterlibatan anggota sangatlah diperhitungkan, dan selain menggunakan keterampilan pribadi juga mengembangkan keterampilan kelompok. 2. Grup Penyelidikan (Group Investigation) Grup Penyelidikan (Group Investigation) digagas oleh Lazarowitz dkk, 1988 (Krismanto, 2000). Model ini menyiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktivitas positif siswa. Ada empat karakteristik pada model ini. a. Kelas dibagi ke dalam sejumlah kelompok (grup). b. Kelompok siswa dihadapkan pada masalah dengan berbagai aspeknya yang dapat meningkatkan daya keingintahuan dan daya saling ketergantungan positif di antara mereka. c. Di dalam kelompok, siswa terlibat dalam komunikasi aktif untuk meningkatkan keterampilan cara belajar. d. Guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi hanya jika diperlukan, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan: a. mengidentifikasi topik dan mengorganisasi diri dalam “kelompok peneliti”, b. merencanakan tugas-tugas yang harus dipelajari, c. melaksanakan investigasi, d. menyiapkan laporan, e. menyampaikan laporan akhir, dan f. mengevaluasi proses dan hasil kegiatan. 3. Co-op co-op Kegiatan ini dikemukakan Kagan, 1985.a (Krismanto, 2000). Seperti halnya grup penyelidikan, Co-op co-op berorientasi pada tugas pembelajaran yang kompleks. Para siswa mengendalikan diri mereka sendiri tentang apa dan 17
  • 18. bagaimana mempelajari bahan yang ditugaskan. Siswa dalam suatu tim (kelompok) menyusun proyek yang dapat membantu tim lain. Setiap siswa mempunyai topik mini yang harus diselesaikan dan setiap tim memberikan kontribusi yang menunjang tercapainya tujuan kelas. Struktur ini memerlukan cara dan keterampilan bernalar yang cukup tinggi, termasuk menganalisis dan melakukan sintesis bahan yang dipelajari. Langkahnya adalah: a. diskusi kelas untuk seluruh siswa, b. seleksi atau penyusunan tim siswa untuk mempelajari atau menyelesaikan tugas tertentu, c. seleksi tim untuk memilih topik, d. seleksi topik mini (oleh angota kelompok di dalam kelompok/timnya oleh mereka sendiri), e. penyiapan topik mini, presentasi topik mini, persiapan presentasi tim, f. presentasi tim, dan g. evaluasi oleh siswa dengan bimbingan guru. 4. Jigsaw Pertama kali dikembangkan oleh Aronson dkk, 1978 (Krismanto, 2000). Langkah-langkah pada model ini adalah sebagai berikut. a. Kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan 4 – 6 orang pada setiap kelompok. Setiap kelompok oleh Aronson dinamai kelompok jigsaw (gigi gergaji). Pelajaran dibagi dalam beberapa bagian sehingga setiap siswa mempelajari salah satu bagian pelajaran tersebut. b. Semua siswa dengan bagian pelajaran yang sama belajar bersama dalam sebuah kelompok dan dikenal sebagai “counterpart group” atau Kelompok Ahli (KA). c. Dalam setiap KA siswa berdiskusi dan mengklarifikasi bahan pelajaran dan menyusun sebuah rencana bagaimana cara mereka mengajarkannya kepada teman mereka sendiri. d. Jika sudah siap, siswa kembali ke kelompok jigsaw mereka, dan mengajarkan bagian yang dipelajari masing-masing kepada temannya dalam kelompok jigsaw tersebut. Hal ini memberikan kemungkinan siswa terlibat aktif dalam diskusi dan saling komunikasi baik di dalam grup jigsaw maupun KA. Keterampilan bekerja dan belajar secara kooperatif dipelajari langsung di dalam kegiatan pada kedua jenis pengelompokan. Siswa juga diberikan motivasi untuk selalu mengevaluasi proses pembelajaran mereka. 5. Numbered Heads Together (NHT) NHT digagas Kagan 1985. b (Krismanto, 2000) dengan tahap kegiatan berikut. a. Siswa dikelompokkan menjadi kelompok, masing-masing 4 orang. Setiap 18
  • 19. anggota diberi satu nomor 1, 2, 3, atau 4. b. Guru menyampaikan pertanyaan atau tugas. c. Guru memberitahu siswa untuk berembug sehingga setiap anggota tim memahami jawaban tim. Guru menyebut salah satu nomor dari 1, 2, 3, atau 4, dan siswa dengan nomor yang disebutkan guru yang harus menjawab. d. Tanggapan dari teman lainnya. e. Kesimpulan Setiap tim terdiri dari siswa yang berkemampuan bervariasi: satu berkemampuan tinggi, dua sedang, dan satu rendah. Di sini ketergantungan positif juga dikembangkan dan yang kurang terbantu oleh yang lebih. Yang berkemampuan tinggi bersedia membantu meskipun mungkin mereka tidak dipanggil untuk menjawab. Bantuan yang diberikan dengan motivasi tanggung jawab atau nama baik kelompok. Yang paling lemah diharapkan sangat antusias dalam memahami permasalahan dan jawabannya karena mereka merasa merekalah yang akan ditunjuk guru untuk menjawab. 6. Team Assisted/ Accelarated Instruction (TAI). Slavin (1985) menyatakan (Krismanto, 2000) telah mengembangkan model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keampuhan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual. Model ini juga merupakan model kelompok berkemampuan heterogen. Berikut ini langkahnya. a. Setiap siswa belajar pada aspek khusus pembelajaran secara individual. b. Anggota tim menggunakan lembar jawab yang digunakan untuk saling memeriksa jawaban teman satu tim, dan semua bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban pada akhir kegiatan sebagai tanggung jawab bersama. c. Diskusi terjadi pada saat siswa saling mempertanyakan jawaban yang dikerjakan teman satu timnya. 7.Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Games-Tournaments (TGT) TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing – masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama – sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang 19
  • 20. diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggungjawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru. Akhirnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran, maka seluruh siswa akan diberikan permainan akademik. Dalam permainan akademik siswa akan dibagi dalam meja – meja turnamen, dimana setiap meja turnamen terdiri dari 5 sampai 6 orang yang merupakan wakil dari kelompoknya masing – masing. Dalam setiap meja permainan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang sama. Siswa dikelompokkan dalam satu meja turnamen secara homogen dari segi kemampuan akademik, artinya dalam satu meja turnamen kemampuan setiap peserta diusahakan agar setara. Hal ini dapat ditentukan dengan melihat nilai yang mereka peroleh pada saat pre-test. Skor yang diperoleh setiap peserta dalam permainan akademik dicatat pada lembar pencatat skor. Skor kelompok diperoleh dengan menjumlahkan skor – skor yang diperoleh anggota suatu kelompok, kemudian dibagi banyaknya anggota kelompok tersebut. Skor kelompok ini digunakan untuk memberikan penghargaan tim berupa sertifikat dengan mencantumkan predikat tertentu. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (geams), pertandingan (tournament), dan perhargaan kelompok ( team recognition). Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki ciri – ciri sebagai berikut. a) Siswa Bekerja Dalam Kelompok – Kelompok Kecil b) Games Tournament . Kelebihan model pembelajaran kooperatif ini adalah: Melatih sisiwa mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya Melatih siswa untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain Menumbuhkan rasa tanggung jawab social Sedangkan kekurangaannya antara lain: Kadang hanya beberapa siswa yang aktif dalam kelompok Kendala teknis,misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung untuk diatur kegiatan kelompok Agak memakan banyak waktu 8.student teams-achievment division (STAD) 20
  • 21. Bagian esensial dari model ini adalah adanya kerjasama anggota kelompok dan kompetensi dan kompetisi antar kelompok.Siswa bekerja di kelompok untuk belajar dari temannya serta „mengajar‟ temannya 4. Model pembelajaran kontekstual Contextual teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penh ntuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, kedua CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, ketiga mendorong siswa untuk dapat menerapkan dalam kehidupan. Terdapat lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL. 1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada (activating knowledge) 2. Pembelajaran untuk memperoleh dan menambah pengetahuan baru (acquiring knowledge) 3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge) 4. Mempraktikan pengetrahuan dan pengalaman tersebut (applying knomledge) 5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) Bentuk Pembelajaran dalam Metode Kontekstual 1. Mengaitkan (Relating) Dalam hal ini guru menggunakan strategi relating apabila ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jelasnya, mengkaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru. 2. Mengalami (Experiencing) Merupakan inti pembelajaran kontekstual dimana mengkaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan informasi baru dengan pengalaman sebelumnya. Pembelajaran bisa terjadi dengan lebih cepat ketika siswa memanfaatkan (memanipulasi) peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. 3. Menerapkan (Applying) Ketika siswa menerapkan konsep dalam aktivitas belajar memecahkan masalahnya, guru dapat memotivasi siswa dengan memberikan latihan yang realistik dan relevan. 21
  • 22. 4. Kerja sama (Cooperating) Siswa yang bekerja sama secara kelompok biasanya mudah mengatasi masalah yang komplek dengan sedikit bantuan ketimbang siswa yang bekerja secara individual. Pengalaman bekerja sama tidak hanya membantu siswa mempelajari bahan pembelajaran tetapi konsisten dengan dunia nyata. 5. Mentransfer (Transferring) Fungsi dan peran guru dalam konteks ini adalah menciptakan bermacam-macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hapalan Kelebihan dan Kelemahan Suatu metode pembelajaran mempunyai kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Demikian pula dengan metode pembelajaran kontekstual. 1. Kelebihan: • Peserta didik mampu menghubungkan teori dengan kondisi di lapangan yang sebenarnya. • Peserta didik dilatih agar tidak tergantung pada menghapal materi • Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dalam meghapdapi suatu permasalahan • Melatih peserta didik untuk berani menyampaikan argumen, bertanya, serta menyampaikan hasil pemikiran • Melatih kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. 2. Kelemahan: • Membutuhkan waktu lama dalam pelaksanaannya • Membutuhkan banyak biaya 5. Missouri mathematic project (MMP) . Metode Missouri Mathematics Project (MMP) Sebelum melihat MMP, ada baiknya kita mengingat dahulu Struktur Pengajaran Matematika (SPM) karena antara MMP dan SPM hampir sama. Secara sederhana tahapan kegiatan dalam SPM adalah sebagai berikut: a. Pendahuluan (7‟): apersepsi, revisi, motivasi, introduksi. b. Pengembangan (10‟): pembelajaran konsep/prinsip. c. Penerapan (23‟): pelatihan penggunaan konsep/prinsip, pengembangan, skill, evaluasi d. Penutup (5‟): penyusunan rangkuman, penugaan. Adapun Metode MMP yang secara empiris melalui penelitian, dikemas dalam struktur yang hampir sama dengan SPM dengan urutan langkah adalah sebagai berikut (Winarno, 2000): model Missouri Mathematics Project (MMP) memuat 5 langkah berikut. 22
  • 23. 1. Pendahuluan atau Review a. Membahas PR b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru c. Membangkitkan motivasi 2. Pengembangan a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik 3. Latihan Dengan Bimbingan Guru a. Siswa merespon soal b. Guru mengamati c. Belajar kooperatif 4. Kerja Mandiri Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2 5. Penutup a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan. b. Memberi tugas PR. Contohnya adalah sebagai berikut, yaitu untuk topik memfaktorkan persamaan kuadrat. 1. Pendahuluan atau Review a. Membahas PR, hal ini tergantung pada ada tidaknya PR. b. Meninjau ulang pelajaran lalu yang berkait dengan materi baru. Contohnya dengan meminta siswa menjabarkan: (x+2)(x+3); (x−3)(x+3); (x)(x+3). Guru memantau pekerjaan siswa serta memperbaiki kesalahan yang ada. c. Membangkitkan motivasi, misalnya dengan menyatakan bahwa pengetahuan memfaktorkan ini sangat sering digunakan dalam kegiatan menggambar grafik fungsi kuadrat. 23
  • 24. 2. Pengembangan a. Penyajian ide baru sebagai perluasan konsep matematika terdahulu. b. Penjelasan, diskusi demonstrasi dengan contoh konkret yang sifatnya piktorial dan simbolik. Alternatif langkahnya: a. Minta seorang siswa menjelaskan mengapa (x + 2)(x + 3) = x2 + 5x + 6? Ajukan pertanyaan: ”Dari mana bilangan 6 didapat?”; serta ”Dari mana bilangan 5 didapat?” b. Guru dapat membantu dengan diagram perkalian suku dua. c. Informasikan bahwa proses dari bentuk perkalian diubah ke bentuk penjumlahan disebut menjabarkan; sedangkan proses kebalikannya disebut memfaktorkan. 3. Latihan dengan bimbingan guru (siswa merespon soal, guru mengamati dan membantu di mana perlu, siswa dapat berdiskusi dengan teman lainnya). Alternatifnya a. Meminta siswa memfaktorkan x2+7x+10; x2−7x+6; x2+9x; dan x2−25. b. Guru berkeliling untuk memantau pekerjaan siswa serta melakukan tanya jawab di mana perlu. 4. Kerja Mandiri Siswa bekerja sendiri untuk latihan atau perluasan konsep pada langkah 2. 5. Penutup a. Siswa membuat rangkuman pelajaran, membuat renungan tentang hal-hal baik yang sudah dilakukan serta hal-hal kurang baik yang harus dihilangkan. b. Memberi tugas PR. 24
  • 25. 6. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Model pembelajaran adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Kritik terhadap penggunaan model ini antara lain bahwa model ini tidak dapat digunakan setiap waktu dan tidak untuk semua tujuan pembelajaran dan semua siswa. Tahapan atau sintaks model pembelajaran langsung menurut Bruce dan Weil (1996), sebagai berikut:  Orientasi. Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong siswa jika guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa: (1) kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran; (3) memberikan penjelasan/arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan; (4) menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran; dan(5) menginformasikan kerangka pelajaran.  Presentasi. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa: (1) penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat dikuasai siswa dalam waktu relatif pendek;(2) pemberian contoh-contoh konsep; (3) pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas; dan (4) menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.  Latihan terstruktur Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi respon siswa yang salah.  Latihan terbimbing Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga digunakan oleh guru untuk mengases/menilai kemampuan siswa untuk melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan memberikan bimbingan jika diperlukan. 25
  • 26. Latihan mandiri Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, fase ini dapat dilalui siswa jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan tugas 85-90% dalam fase bimbingan latihan. . Latar Belakang Filosofi dan Psikologis CTL 1. Latar belakang Filosofis CTL banyak dipengarhi oleh filsafat konstruktivisme yang mulai digagas oleh Mark Baldwin dan selanjutnya dikembangkan oleh Jean Piaget. Piaget berpendapat, bahwa sejak kecil setiap anak sudah memiliki struktur kognitif yang kemudian dinamakan “skema”. Skema terbentuk karena pengalaman, dan proses penyempurnaan skema itu dinamakan asimilasi dan semakin besar pertumbuhan anak maka skema akan semakin sempurna yang kemudian disebut dengan proses akomodasi. Pendapat Piaget tentang bagaimana sebenarnya pengetahuan itu terbentuk dalam struktur kognitif anak, sangat berpengaruh terhadap beberapa model pembelajaran, diantaranya model pembelajaran kontekstual.. menurut pembelajaran kontekstual, pengetahuan itu akan bermakna manakala ditemukan dan dibangun sendiri oleh siswa. 2. Latar belakangPsikologis Dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan stimulus dan respon. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti emosi, minat, motivasi, dan kemampuan atau pengalaman. Ada yang perlu dipahami tentang pbelajar dalam konteks CTL. 1. Belajar bukanlah menghafal, akan tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang mereka miliki 2. Belajar bukan sekedar mengumnpulkan fakta yang lepas-lepas. 3. Belajar adalah proses pemecahan masalah 4. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang dari yang sederhana menuju yang kompleks 5. Belajar pada hakikatnya adalah menangkap pengetahuan dari kenyataan. C. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal NO Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensioanal CTL Pembelajaran Konvensional 1 Siswa sebagai subjek belajar Siswa sebagai objek belajar 26
  • 27. 2. Siswa belajar melalui kegiatan Siswa lebih banyak belajar secara individu kelompok 3. Pembelajaran dikaitkan dengan Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak kehidupan nyata 4 Kemampuan didasarkan atas Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan pengalaman 5 Tujuan akhir kepuasan diri Tujuan akhir nilai atau angka 6 Prilaku dibangun atas kesadaran Prilaku dibangun oleh factor dari luar 7 Pengetahuan yang dimiliki Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute individu berkembang sesuai dan final, tidak mungkin berkembang. dengan pengalaman yang dialaminya 8 Siswa bertanggungjawab dalam Guru penentu jalannya proses pembelajaran memonitor dan mengembangkan pembelajaran 9 Pembelajaran bisa terjadi dimana Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas saja 10 Keberhasilan pembelajaran dapat Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan berbagai cara diukur dengan tes D. Peran Guru dan Siswa dalam CTL Setiap siswa mempunyai gaya yang berbeda dalam belajar. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis. Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak. Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL. 1. Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang 2. setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan 27
  • 28. 3. belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui 4. belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada. E. Asas-Asas CTL CTL sebagi suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL 1. Konstruktivisme Adalah proses pembangunan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 2. Inkuiri Adalah proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berfikir secara sistematis. Proses inkuiri dilakukan dalam beberapa langkah: 1. Merumuskan masalah 2. Mengajukan hipotesis 3. Mengumpulkan data 4. Menguji hipnotis berdasarkan data yang ditemukan 5. Membuat kesimpulan 3. Bertanya (Questioning) Belajar pada hakikatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berfikir. Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna untuk: a) menggali informasi dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran b) membangkitkan motvasi siswa untuk belajar c) merangsang keingintahuan siswa terhadap sesuat d) memfokuskan siswa pada suatu yang diinginkan e) membimbing siswa untuk menemukan atau menyimpulkan sesuatu 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep Masyarakat Belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, asas ini dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. 5. Pemodelan (Modeling) Merupakan proses pembelajarn dengan memperagakan sesuatu sebagai conto yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6. Refleksi (Reflection) Merupakan proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah dilalui. 1. 7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment) 28
  • 29. Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa. F. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL a. Pola Pembelajaran Konvensional untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut: Siswa disuruh untuk membaca buku tentang pasar Guru menyampaikan materi pelajaran Guru memberikan kesempatan pada siswa untk bertanya Guru mengulas pokok-pokok materi pelajaran yang telah disampaikan dan dilanjutkan dengan kesimpulan Guru melakukan post-tes Guru menugaskan kepada siswa untuk membuat karangan sesuai dengan tema “pasar” Model pembelajaran diatas jelas bahwa sepenhnya ada pada kendali guru. b. Pola Pembelajaran CTL untuk mencapai tujuan kompetensi, guru menerapkan strategi pembelajaran sebagai berikut: 1. Pendahuluan 2. Inti 3. Penutup Pada CTL untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep, anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan. Untuk itu ada beberapa catatan dalam penerapan CTL sebagai suatu strategi pembelajaran, yaitu sebagai berikut: 1. CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental. 2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata. 3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat untuk memperoleh informasi, akan tetapi sebagai tempat untuk menguji data hasil temuan mereka di lapangan. Materi pelajaran ditemukan oleh siswa sendiri, bukan hasil pemberian dari orang lain BAB 4 CERAMAH 29
  • 30. Pengertian Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll. DISKUSI UMUM (DISKUSI KELAS) Pengertian Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/ pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain. CURAH PENDAPAT (BRAINSTORMING) 30
  • 31. Pengertian Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi pembelajaran bersama. DISKUSI KELOMPOK Pengertian Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam 31
  • 32. diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok. BERMAIN PERAN (ROLE-PLAY) Pengertian Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk „menghadirkan‟ peranperan yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu „pertunjukan peran‟ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/ alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. SIMULASI 32
  • 33. Pengertian Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek di dalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).Contoh lainnya, dalam sebuah pelatihan fasilitasi, seorang peserta melakukan simulasi suatu metode belajar seakan-akan tengah melakukannya bersama kelompok dampingannya. Pendamping lainnya berperan sebagai kelompok dampingan yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta (ibu tani, bapak tani, pengurus kelompok, dsb.). Dalam contoh yang kedua, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri saat melakukan suatu kegiatan/tugas yang benar-benar akan dilakukannya. SANDIWARA 33
  • 34. Pengertian Metode sandiwara seperti memindahkan „sepenggal cerita‟ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang. DEMONSTRASI Pengertian Demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, 34
  • 35. melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah membuat perubahan pada rana keterampilan. PRAKTEK LAPANGAN Pengertian Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di „lapangan‟, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalah pengembangan keterampilan. MPINGAN PERMAINAN (GAMES) Pengertian 35
  • 36. Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah „pemecah es‟. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta. Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat.Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu „aksi‟ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah rana sikap-nilai. BAB 5 CONTOH RENCANA PEMBELAJARAN Besaran dan satuan Kelas : X Waktu : 45 menit Model Pembelajaran : CTL Metode : Eksperimen Standar kompetensi: Menerapkan konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi dasar: Mengukur besaran fisika (massa, panjang, dan waktu). 36
  • 37. Indikator: 1. Siswa membandingkan pengukuran massa dengan indera dan neraca 2. Siswa mensimulasikan cara mengukur massa suatu benda. 3. Siswa menemukan konsep massa. 4. Siswa menghitung massa jenis suatu benda. Alat dari kit guru: Kit neraca Bola dan balok Botol air Materi: Massa dapat dimaknai dengan berbagai definisi, bergantung pada proses pembelajarannya. Massa dapat didefinisikan sebagai ukuran jumlah zat bila dalam proses pembelajarannya harus menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jumlah zat akan menambah massanya. Pendefinisian seperti ini memberikan konsekuensi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Orang membeli bahan bakar gas (elpiji) diukur dengan cara ditimbang. Elpiji dalam sebuah tabung dikatakan masih penuh bila massanya besar, sedangkan jika habis massanya akan ringan. Inilah arti pentingnya mempelajari massa agar dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Persiapan pembelajaran: Sebelum masuk kelas, guru menyiapkan bola besi dan balok kayu. Balok kayu dibuat sedikit lebih berat dibanding bola besi. Alat ini digunakan untuk membangkitkan motivasi di awal pembelajaran. Kegiatan Pembelajaran: Waktu Peran Perkembangan Pembelajaran Alat bantu 5‟ MM Pendahuluan Bola besi dan balok kayu MM Siswa diminta untuk mengobservasi bola dan balok kayu. 37
  • 38. G Hasil observasi dilaporkan dan ditulis di papan tulis. MM “Apakah yang anda rasakan pada tangan G kanan dan kiri sama? Apa bedanya? MM Betulkah bola besi lebih berat dari pada balok kayu?” G Siswa diminta mengamati berat kedua benda yang dibandingkan dengan neraca. Apakah ada pertanyaan? Mengapa ada perbedaan antara membandingkan massa kedua benda menggunakan tangan dan neraca? Manakah yang lebih tepat digunakan sebagai alat ukur massa? 35‟ M Penyusunan Opini: Kit neraca, air dalam botol G Siswa diminta memberikan penjelasan mengukur massa dengan neraca. MM Kegiatan inti: MM Kepada siswa diberikan kit neraca dan air MM dalam botol. MM 1. Siswa diminta merangkai neraca. G 2. Siswa diminta menimbang air yang volumenya 50 ml. G 3. Siswa diminta menimbang air yang volumenya 100 ml. 4. Siswa diminta mencatat datanya. 5. Siswa diminta memprediksikan massa air yang volumenya 150 ml dan 38
  • 39. 200 ml. 6. Siswa diminta mengukur massa air yang volumenya 150ml dan 200 ml. Diskusi: 1. Salah satu kelompok diminta menulis data di papan tulis. 2. Berdasarkan data yang ditulis di papan tulis, siswa diajak untuk mendefinisikan massa. 3. Mendiskusikan pengaruh pemanasan terhadap massa zat. Kegiatan 2: 1. Berdasarkan tabel yang telah diperoleh, bagaimana hubungan antara massa dan volume air? 2. Digambar dalam bentuk grafik (sumbu x volume, sumbu y massa), berapa gradiennya! 3. Gradien itu apa, gradien ini dinamakan massa jenis? 4. Siswa diminta memformulasikan massa jenis 5. Siswa diajak mendiskusikan makna massa jenis! 6. Siswa diajak menghitung massa jenis suatu benda lain. 7. Massa suatu zat adalah khas untuk zat itu, sehingga definisi massa diperbaiki! Siswa diajak mengenal besaran-besaran 39
  • 40. dasar yang lain selain massa. Siswa diajak mengenal besaran volume, yang diturunkan dari besaran pokok panjang. Pemecahan masalah: Setiap besaran memiliki alat ukur. Besaran terdiri atas besaran pokok dan besaran turunan. Penerapan konsep: Bagaimana cara mengukur jumlah gas dalam tabung elpiji? 5‟ G Kegiatan Pemantapan: Siswa diminta menunjukkan alat ukur massa selain neraca yang ada di lingkungan mereka. Siswa diminta mengidentifikasi alat-alat ukur besaran pokok lain yang biasa digunakan di lingkungannya. Keterangan: MM : Kegiatan utama dilakukan oleh murid-murid (diskusi murid-murid) G : Kegiatan utama dilakukan oleh guru M : Kegiatan dilakukan tanya jawab guru murid Penilaian Penugasan: Membuat deskripsi tentang kegiatan pengukuran massa yang terjadi di pasar tradisional di lingkungannya. Kriteria penilaian No. Aspek Skor Bobot Skor Maksimal 40
  • 41. 1. Kelengkapan: a. lengkap (data + gambar) 3 b. agak lengkap (data) 2 5 15 c. kurang lengkap (gambar) 1 2. Kesesuaian: a. sesuai 3 b. agak lengkap 2 5 15 c. tidak lengkap 1 Skore Nilai (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 30 Skore Anak (Nilai perolehan x bobot) + (Nilai perolehan x bobot) = 10 3 Penilaian kedua aspek dilakukan melalui Evaluasi Keterampilan Proses Sains Observasi Tuliskan hasil pengamatan anda tentang bola besi dan balok kayu dalam percobaan ini! Mengajukan pertanyaan Pertanyaan apa saja yang ada dalam pikiranmu saat mengamati hasil penimbangan bola besi dan balok kayu menggunakan neraca? Merancang percobaan Bagaimanakah prosedur merangkai kit neraca agar siap digunakan untuk menimbang? Mengkomunikasikan Tuliskan data hasil pengamatanmu pada kertas yang tersedia di meja masing-masing! Prediksi Berapa massa air jika volume air sebanyak 150 ml? Interpretasi data 41
  • 42. Apa yang terjadi bila jumlah air dalam wadah ditambah? Inferensi (Kesimpulan sementara) Berdasarkan data yang telah anda interpretasikan, kesimpulan apakah yang dapat kalian temukan? Kesimpulan Setelah mengetahui massa jenis, apakah yang dimaksud dengan massa itu? Penilaian aspek kognitif Mengingat: Faktor apakah yang mempengaruhi besar kecilnya massa air? Memahami: Mengapa pemanasan suatu benda dapat mengubah massa jenisnya? Menerapkan: Mengapa saat membeli elpiji di toko kita harus menimbangnya lebih dahulu? Menganalisis: Mengapa ikan di danau sekitar kutub masih tetap hidup meskipun danau tersebut tertutup oleh es? Menilai: Benarkah konsep berikut ini, berikan alasan pendapat anda! Meskipun besi yang dipanaskan akan muai, namun massa jenisnya tetap karena pertambahan volume besi diikuti dengan pertambahan massa besi tersebut Mencipta: Bagaimanakah prosedur untuk menunjukkan bahwa benda yang dipanaskan massanya tidak berubah? Penilaian aspek psikomotorik 42
  • 43. Selama siswa melakukan percobaan, guru menilai keterampilan kerja siswa Penilaian aspek apektif Selama siswa melakukan diskusi, dinilai ketekunannya, kerjasamanya, dan kepatuhannya dalam melaksanakan tugas. Pembahasan Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang dirancang ini memenuhi hakekat CTL, antara lain: 1. Konstruktivisme, siswa dihadapkan pada pengalaman kongkrit membandingkan massa dua benda yang diukur dengan tangan dan neraca. Berdasarkan hasil observasinya siswa dapat diajak untuk mengenali faktor yang mempengaruhi keadaan suatu benda. 2. Tanya Jawab, kegiatan pembelajaran mulai dari pendahuluan, inti sampai dengan penutup selalu dilakukan tanya jawab antara guru dengan siswa. Pertanyaan dari guru digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan guru. 3. Inkuiri, merupakan siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipotesis, pengumpulan data, analisis data, kemudian disimpulkan. Definisi massa ditemukan oleh siswa selama proses pembelajaran melalui kegiatan ilmiah. 4. Komunitas belajar, adalah komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam; pembentukan kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, bekerja dengan masyarakat. Identitas MM diharapkan selama proses kegiatan pembelajaran guru tidak mendominasi kelas, tetapi Tanya jawab antar siswa antar kelompok siswa dapat berjalan lancer. 5. Pemodelan, dalam pembelajaran ini, guru mendemontrasikan suatu kinerja (mengukur massa) agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi model tentang how to learn mengukur massa air yang volumenya sudah ditentukan lebih dahulu. Guru mengarahkan siswa supaya tidak melakukan hal yang sebaliknya yaitu memaksakan untuk mengisi air ke dalam suatu wadah agar massanya sebesar x gram. Ini dilakukan untuk memberikan contoh bekerja ilmiah yang benar, membedakan antara variabel bebas (mengisi air ke dalam suatu wadah) untuk mendaatkan variable terikat (massa air yang teramati melalui neraca. 6. Refleksi, yaitu melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal yang sudah diketahui, dan hal yang belum 43
  • 44. diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Dalam pembelajaran ini siswa diberi kesempatan untuk membadingkan hasil pembelajaran ini dengan fakta yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari (membeli elpiji). Siswa yang sudah memahami konsep massa, akan meminta penjual menimbang elpiji sebelum dibawa pulang, tidak hanya percaya dengan segel yang ada pada tabung gas. 7. Penilaian otentik, prosedur penilaian yang menunjukkan kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. RPP ini dilengkapi dengan instrumen penilaian yang menyeluruh, mulai dari saat melakukan kegiatan pembelajaran sampai dengan setelah pembelajaran itu selesai. 44