Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Sekolah Sabat ke-10 Triwulan 4 2016
1. Pelajaran 10 untuk 3 Desember 2016
Diadaptasi dari www.fustero.es
www.gmahktanjungpinang.org
Yesaya 55:9
Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalan-Ku dari
jalanmu dan rancangan-Ku dari
rancanganmu.
2. Penghibur yang menyedihkan
Masuknya Elihu
Elihu membela ALLAH
Tidak logisnya kejahatan
Tantangan iman
Seorang sahabat Ayub yang
ke-4, Elihu, bergabung
dengan Elifas, Bildad dan
Zofar. Ia juga
beragumentasi dengan Ayub
mengenai keadaan yang
menimpanya.
Untuk sejenak, ia berdiam
diri, hingga kemudian ia
memulai suatu kata-kata
yang panjang lebar. Itulah
kata-kata terakhir yang
meminta agar Ayub
mengakui dosa-dosanya.
3. PENGHIBUR YANG MENYEDIHKAN
“Maka ketiga orang itu
menghentikan sanggahan
mereka terhadap Ayub,
karena ia menganggap dirinya
benar.” (Ayub 32:1)
Para sahabat Ayub menyampaikan kata-kata yang
panjang lebar tentang hal-hal yang penting, pada
dasarnya mereka membela karakter ALLAH dalam
cara Ia memperlakukan Ayub.
Tema kata-kata “PENGHIBURAN” mereka kepada
Ayub adalah: ALLAH sedang menghukummu
dalam belas kasih-Nya atas dosa-dosa yang kau
sembunyikan, maka bertobatlah.
Ayub tetap menyatakan bahwa dirinya tak bersalah. Ia
tidak mengerti mengapa ia menderita, namun ia tetap
setia dan percaya kepada ALLAH. (Bacalah Ayub 13:28;
19:25-27; 28:28).
Boleh saja kita mengetahui banyak kebenaran, namun kita membutuhkan
kerendahan hati dan hikmat untuk dapat memahami bagaimana agar kebenaran
tersebut dapat digunakan dengan tepat pada waktu dan tempat yang tepat pula.
4. “Lalu marahlah Elihu bin Barakheel, orang Bus, dari kaum Ram; ia marah
terhadap Ayub, karena ia menganggap dirinya lebih benar dari pada Allah,
dan ia juga marah terhadap ketiga orang sahabat itu, karena mereka memper-
salahkan Ayub, meskipun tidak dapat memberikan sanggahan.” (Ayub 32:2-3)
Elihu mulai berbicara ketika Elifas, Bildad dan
Zofar telah diam. Elihu adalah anggota dari
keluarga Nahor (Saudara laki-laki Abraham).
Namanya (Elihu = “Ia Adalah ALLAH-ku”) dan
nama ayahnya (Barakel = “ALLAH
memberkati”) membuktikan bahwa ia adalah
seorang putra dari banyak generasi orang-
orang yang percaya kepada ALLAH.
Elihu “menjadi sangat marah” terhadap:
AYUB, karena ia menganggap dirinya lebih
benar dari pada Allah.
Elifas, Bildad, Zofar, karena mereka
mempersalahkan Ayub, meskipun tidak
dapat memberikan sanggahan.
Apakah Elihu memahami argumen Ayub? Pantaskah ia marah?
5. “Sungguh, Allah tidak berlaku curang,
Yang Mahakuasa tidak membengkokkan
keadilan.” (Ayub 34:12)
Apakah ALLAH adalah Adil ataukah Ayub adalah
korban yang tak bersalah? Elihu memilih untuk
membela karakter ALLAH dan memilih untuk
menuduh Ayub telah berbuat dosa.
Elihu sangat membela karakter ALLAH. Ia
memperkenalkan-Nya sebagai Pencipta, Penopang
alam semesta, Maha Bijaksana, Adil dan Maha
Kuasa… (Ayub 34:21-22; 36:5-7; 37:23-24).
Pilihan Pertama: Jika ALLAH Adalah adil, maka…
Ayub pantas menerima apa yang telah
menimpanya
Pilihan ke-2: Jika Ayub tidak pantas menerima
apa yang telah menimpanya, maka…
ALLAH tidak adil
6. TIDAK LOGISNYA KEJAHATAN
“Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi,
tidak sanggup aku mencapainya.” (Mazmur 139:6)
Elihu tidak cukup berhikmat dan rendah hati untuk
menerima pilihan ke-3: ALLAH Adalah Adil dan Ayub tidak
pantas menerima apa yang telah menimpanya.
Ada pihak ke-3 dalam pertentangan ini: Iblislah yang
menyerang Ayub agar ia tidak lagi percaya kepada ALLAH.
Iblis adalah Kerub yang sempurna sampai terdapat kejahatan pada dirinya.
(Yehezkiel 28:12-17).
“Tidak ada yang dapat menjelaskan bagaimana
kejahatan bermula dalam diri Lucifer. Kita
juga tak dapat menjelaskan akibat-akibat dosa
yang terjadi dalam hidup kita. Dosa adalah
sesuatu yang misterius dan yang tidak dapat
diterangkan dan dipertanggungjawabkan;
memaafkannya berarti mempertahankannya;.”
(E.G.W. “The Great Controversy”, pp. 492, 493).
7. TANTANGAN IMAN
“Firman-Mu: Siapakah dia yang menyelubungi keputusan tanpa pengetahuan?
Itulah sebabnya, tanpa pengertian aku telah bercerita tentang hal-hal yang
sangat ajaib bagiku dan yang tidak kuketahui.” (Ayub 42:3)
Ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab
dalam kitab Ayub. Sekarang kita mengetahui
banyak hal tentang ALLAH, Surga, pertentangan
ALLAH dengan Setan, namun dapatkah kita
menjawab semua pertanyaan di atas?
Ada suatu pelajaran yang jelas dalam kisah Ayub;
ada banyak hal yang tak dapat kita pahami,
namun “orang yang benar itu akan hidup oleh
percayanya.” (Habakuk 2:4).
Dalam hal apa sajakah kita
perlu percaya kepada
ALLAH bahkan ketika kita
tidak dapat memahami
akan hal tersebut?
Apakah kebaikan dan kesetiaan Ayub adalah
sumber dari penderitaan dalam hidupnya?
Mengapa kelurga dan pelayannya harus mati?
Apakah penderitaannya ada gunanya?
Apa tujuan ALLAH menerima tantangan setan?
Bukankah hal itupun tidak membuat setan
mengakui kekalahannya.