Teknik kultur jaringan digunakan untuk mengisolasi dan menumbuhkan bagian tumbuhan seperti jaringan, organ, atau sel-sel di bawah kondisi aseptik agar dapat diperbanyak. Terdiri dari 6 tahap yaitu pemilihan tanaman induk, inisiasi kultur, sentrilisasi, multiplikasi, pemanjangan tunas dan induksi akar, serta aklimatisasi untuk menyesuaikan planlet dengan lingkungan luar.
2. Transfer inti
Memasukkan donor DNA dari
hewan yang karakternya diinginkan
ke dalam sel telur hewan yang
intinya (DNA-nya) telah dihilangkan
Contoh kasus:
Klon domba Dolly (by
Ian Wilmut dkk)
merusak nukelus satu sel telur,
kemudian dimasuki nucleus donor yang
diambil dari sel-sel kelenjar susu seekor
domba dewasa
memiliki materi genetic yang
sama persis dengan induk
yang mendonorkan
nukelusnya
distimulasi agar membelah
menjadi kumpulan sel-
sel(blastomer) yang ditanam
ke dalam rahim seekor domba
betina dewasa sebagai induk
pengganti
3.
4. Fusi sel
Peleburan 2 sel berbeda
menjadi satu yang mengandung
2 sel asli tersebut.
Yang dihasilkan: Sel
Hibridoma
Contoh 1: Sel Manusia
dengan Sel Tikus
Sel limfosit manusia
berfusi dengan sel
kanker pada tikus agar
membelah cepat
(karena milenoma pada
sel kanker tikus)
membentuk antibodi
yang membelah cepat
Contoh 2: Fusi tumbuhan
(fusi protoplasma) – sel
kentang dengan sel
tomat, selulosa harus
dihancurkan dulu, hanya
protoplasma yang
difusikan, contohnya
tanaman berbuah tomat
berumbi kentang
5.
6. Kultur
Jaringan
Teori dasar: Schawann dan Scheleiden (1838) : sifat totipotensi
(total genetic potential) sel, setiap sel tanaman yang hidup
dilengkapi dengan informasi genetik dan perangkat fisiologis yang
lengkap untuk tumbuh dan berkembang menjadi tanaman utuh,
jika kondisinya sesuai.
Metode untuk mengisolasi bagian dari tumbuhan
seperti protoplasma, sekelompok sel, jaringan atau
organ serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik
sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi
tanaman lengkap kembali
Macam-
Macam Kultur
Jaringan
Kultur meristem, menggunakan jaringan
(akar, batang, daun) yang meristematik
Kultur anter, menggunakan
kepala sari sebagai eksplan
Kultur embrio, menggunakan embrio.
Misalnya embrio kelapa kopyor yang
sulit dikembangbiakan secara alamiah
Kultur protoplas, menggunakan sel jaringan
hidup sehingga eksplan tanpa dinding karena
selulosa dihancurkan
Kultur kloroplas, menggunakan kloroplas
Kultur polen, menggunakan serbuk sari sebagai
eksplannya
7. 1. Pemilihan dan Penyiapan Tanaman Induk Sumber Eksplan
Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit, disiapkan secara
In Vitro
2. Inisiasi Kultur
eksplan yang dikulturkan akan menginisiasi pertumbuhan baru, sehingga akan memungkinkan dilakukannya
pemilihan bagian tanaman yang tumbuhnya paling kuat,untuk perbanyakan (multiplikasi) pada kultur tahap
selanjutnya
3. Sentrilisasi
segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat yang steril, yaitu di laminar
flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril
4. Multiplikasi atau Perbanyakan Propagul
menggandakan propagul atau bahan tanaman yang diperbanyak seperti tunas atau embrio, serta memeliharanya dalam
keadaan tertentu sehingga sewaktu-waktu bisa dilanjutkan untuk tahap berikutnya
5. Pemanjangan Tunas, Induksi, dan Perkembangan Akar
untuk membentuk akar dan pucuk tanaman yang cukup kuat untuk dapat bertahan hidup sampai saat dipindahkan dari lingkungan in-vitro ke
lingkungan luar
6. Aklimatisasi
adalah proses pengkondisian planlet atau tunas mikro (jika pengakaran dilakukan secara ex-vitro) di lingkungan baru yang
aseptik (bebas mikroba ) di luar botol, dengan media tanah, atau pakis sehingga planlet dapat bertahan dan terus menjadi
bibit yang siap ditanam di lapangan