Program Bina Keluarga Balita (BKB) melalui pendekatan sekolah kampung berbasis nilai lokal di Papua bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan orangtua dalam mengasuh anak usia 0-5 tahun secara optimal dengan melibatkan tokoh masyarakat dan menggunakan sumber daya lokal. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu orangtua kurang pendidikan dalam mengasuh anak-anak di desa.
Program Bina Keluarga Balita Melalui Pendekatan Sekolah Kampung
1. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 1
Program Bina Keluarga Balita (BKB) melalui Pendekatan
Sekolah Kampung berbasis nilai dan kearifan local
nak pra-sekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun dan biasanya anak-anak tersebut
mengikuti program pendidikan prasekolah antara lain: Tempat Penitipan Anak (TPA),
Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak- Kanak yang
semuanya termasuk dalam lingkup pendidikan nonformal. Pentingnya masa anak dan karakteristik anak
usia dini menuntut pendekatan pembelajaran yang berpusatkan pada anak, termasuk melalui Program
Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh kembang anak
balita secara optimal.
BKB yang merupakan bagian integral dari upaya nasional dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya melalui Gerakan Keluarga Berencana Nasional, bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap orangtua serta anggota keluarga untuk mempersiapkan pendidikan anak usia nol
(0) sampai dengan usia di bawah lima tahun dalam mengasuh dan mendidik anak balitanya secara
optimal.
Program ini merupakan upaya peningkatan kesadaran para ibu dan anggota keluarga lainnya dalam
memaksimalkan “usia emas balita” yakni masa ketika otak bayi sedang mengalami perkembangan yang
sangat pesat melalui bina tumbuh kembang anak balita. Upaya ini dapat dilakukan melalui kegiatan
rangsangan fisik, mental, emosional, intelektual dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan
cara mengenal lingkungan sekitar dalam lingkup yang sederhana sesuai dengan kebutuhan setiap usia
anak, belajar untuk mengenal permainan yang dapat merangsang perkembangan otak dan sebagainya.
Dalam rangka akselerasi program pemerintah untuk mencerdaskan masyarakat dan meningkatkan kualitas
sumber daya manusia secara khusus di tanah Papua, maka berdasarkan kondisi obyektif geografis, sosial,
ekonomi dan budaya dengan semangat Undang-Undang Nomor 21/2001 tentang Otonomi Khusus Papua
maka perlu ada kekhususan dalam berbagai pendekatan pembangunan, termasuk program Bina Keluarga
Balita melalui pendekatan sekolah kampung yang berbasis nilai dan kearifan lokal.
A
2. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 2
Hal ini sebagaimana visi-misi pemerintah
provinsi Papua saat ini yang bertekad
“Mewujudkan Papua Bangkit untuk Mandiri
dan Sejahtera”. Upaya ini haruslah dimulai
dengan memutus mata-rantai berbagai faktor
yang menyebabkan belum optimalnya
pembangunan sumber daya manusia Papua
selama ini, terutama pengambaian fokus
perhatian pembangunan pendidikan terhadap
kelompok penduduk usia dini sebagai
generasi masa depan Papua. Berdasarkan
Papua dalam Angka tahun 2012, dari
2.928.750 jiwa jumlah penduduk Papua,
sebanyak 11.15 persen merupakan penduduk
berusia 0-5 tahun.
Model program BKB melalui pendekatan sekolah kampung berbasis kearifan lokal secara khusus di tanah
Papua, dimaksudkan untuk membangun rasa percaya diri, membentuk dan memperkuat jatidiri anak-anak
(terutama di kampung-kampung) agar sejak awal dalam pertumbuhan dan perkembangannya sejak dini
anak dapat mengenal dirinya, komunitasnya dan lingkungannya sebagai indentitas yang memperkuat
karakter anak untuk suka belajar dan mencinta sekolah sehingga ketika saatnya anak siap secara mental,
emosional dan psikologis memasuki pendidikan formal (SD) secara optimal dan tidak putus sekolah.
Dalam pengelolaannya, program BKB berbasis pendekatan sekolah kampung dilakukan penduduk lokal
setempat yang pengelolanya direkrut dan direkomendasikan tokoh adat dan agama, sesuai struktur sosial
(adat dan agama) yang lahir, hidup, berkembang dan ada dalam masyarakat. Pengelola difasilitasi melalui
pelatihan dan pendampingan sebagai penggerak, dimana pihak dari luar hanya sebagai fasilitator dengan
menggunakan pendekatan yang berangkat dari falsafah “bakar batu, makan pinang dan papeda” yang
sangat akrab dengan kehidupan masyarakat di tanah Papua. Hal ini dilakukan untuk membangun dan
menjaga keberlanjutan program BKB saat ini dan depan secara berkelanjutan, melalui jejaring dan
komunikasi yang terbangun dalam wadah “tiga tungku” (adat-agama-pemerintah kampung).
3. Perwakilan BKKBN Provinsi Papua 3
Dalam pengembangan materi dan kegiatan BKB, menggunakan sumber dan media bahan lokal (kayu,
buah, batu dan tali), cerita lokal, dan permainan dengan bahasa daerah lokal yang berarti sebagai
permainan yang bisa dilakukan semua orang (besar-kecil, laki-perempuan, tua-muda di kampung).
Sumber dan media bahan lokal kemudian
disimulasikan sebagai materi dan kegiatan BKB
melalui pendekatan lokal yang dipandu
penggerak, dan dikonversikan ke dalam bentuk
pola asuh anak, perilaku dan pola hidup sehat,
bahkan bagi anak-anak usia 5 tahun dapat
disimulasikan untuk mengenal angka dan huruf,
pengembangan karakter dan lain-lain.
Upaya ini dapat menolong banyak orangtua
(terutama di kampung) yang terkadang kurang
pengetahuannya, pengalaman yang dimiliki
masih kurang, apalagi tingkat pendidikan
formal yang rendah, sehingga pendekatan
program BKB yang menggunakan pendekatan
sekolah kampung akan sangat membantu dalam berkomunikasi, bertindak dalam melakukan pola asuh
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi anak-anaknya.