SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 9
 
ISLAMICMARKETING.XYZ  
NO HARM AND NO HARMING 
BAGAIMANA MEMAHAMI 
ISLAMIC MARKETING? 
___ 
By Coky Fauzi Alfi 
 
 
Islamic marketing is not about selling more “stuff” to Muslims, it is about presenting Allah (SWT) 
the best conduct one could have while participating in markets. 
-Djavlonbek Kadirov 
 
Seperti tidak ingin hanya berhenti pada pertanyaan ‘Apa itu Islamic Marketing?’, Suhail 
Nadeem (2011) lalu melanjutkan dengan empat pertanyaan lainnya: (1) ‘Apakah itu tentang 
menjual produk halal?’; (2) ‘Apakah itu tentang menjual produk yang digunakan untuk 
mempraktikkan ajaran Islam?’; (3) ‘Apakah itu tentang memasarkan konten atau aplikasi Islami 
 
 
 
  2 
 
pada berbagai alat?’; atau (4) ‘Apakah itu tentang memilih nama atau simbol yang terkait 
(langsung atau tidak langsung) dengan Islam untuk sebuah merek atau ​tagline​ produk?’ . 
 
Pertanyaan pertama mengacu pada fenomena produk-produk yang telah memperoleh label 
halal, apakah yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang memasarkan 
produk-produk tersebut? Atau, pertanyaan kedua yang menangkap tren gaya hidup di kalangan 
Muslim saat ini yang gemar mengonsumsi produk-produk untuk mempraktikkan ajaran-ajaran 
Islam dan Sunnah, seperti layanan travel haji dan umrah, Qur'an digital, pencari kiblat digital, 
pengobatan bekam, atau pengobatan herbal habbatussauda, apakah yang dimaksud dengan 
Islamic Marketing adalah tentang memasarkan produk-produk tersebut? Atau, pertanyaan 
ketiga yang merujuk pada Generasi M yang suka meng-​install​ berbagai konten atau aplikasi 
Islami di berbagai perangkat komunikasi seperti, ​mobile phone​, ​tablet​, atau ​notebook​, apakah 
yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang memasarkan konten atau aplikasi 
tersebut? Atau pertanyaan keempat yang melihat fenomena menarik terhadap berbagai merek 
atau tagline produk yang menggunakan nama atau simbol yang terkait (langsung maupun tidak) 
dengan Islam, seperti Mecca Cola, Qibla Cola, Zamzam Cola, jilbab syar'i, nasi goreng barokah 
atau kurma nabi, apakah yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang strategi 
penggunaan merek atau ​tagline​ seperti itu? 
 
Islamic Marketing bukan hanya tentang memasarkan produk dengan label halal, atau produk 
untuk menunjang praktik-praktik ajaran Islam/sunnah, atau produk dengan konten Islami, atau 
pula tentang strategi merek dengan nama/simbol Islam. Islamic Marketing adalah tentang 
bagaimana menghadirkan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam sebuah perilaku terbaik dari 
seseorang ketika dia berpartisipasi di pasar (Kadirov, 2019). Karena, nilai-nilai dan 
ajaran-ajaran Islam, dalam Islamic Marketing, bukan sebagai ​tool​, melainkan sebagai ​resource 
(Jafari, 2012). Islam menjadi referensi utama dalam memengaruhi aktivitas pemasaran. 
 
Jika membandingkannya dengan pemasaran konvensional, keterlibatan Allah menjadi suatu 
pembeda yang krusial. Bagi Islamic Marketing, Allah menjadi titik temu dari niat Pemasar dan 
Konsumen. Selain itu, kehadiran Allah juga menjadi fundamental bagi Pemasar dan Konsumen 
ketika mengambil sebuah keputusan. Karenanya, relasi kepercayaan dan komitmen antara 
Pemasar dan Konsumen kemudian menjadi lebih mudah dibangun atau dirawat. 
 
 
  3 
 
 
Sedikitnya, selama ini, terdapat dua istilah yang lazim telah dipakai untuk mengasosiasikan 
perihal "pemasaran dengan cara Islam". Istilah-istilah tersebut yaitu, ​'Halal Marketing' 
(Pemasaran Halal) dan ​'Shari'ah Marketing'​ (Pemasaran Syari'ah). Pemasaran Halal dapat 
didefinisikan sebagai proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang 
mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa 
yang memiliki nilai tertentu dengan individu atau kelompok lain sesuai kaidah dan tuntunan 
yang ditetapkan oleh syari’at Islam (Salehudin & Mukhlish, 2012). Sedangkan, Pemasaran 
Syari'ah merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, 
penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam 
keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam 
(Sula & Kartajaya, 2006). Kadangkala, keduanya lalu dipahami serupa oleh para praktisi 
pemasaran. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, keduanya kemudian bermuara pada 
sebuah terminologi yaitu 'Islamic Marketing'. 
 
'Islamic Marketing' terdiri dari dua terminologi yang lebih dulu eksis yaitu, ​'Islamic'​ dan 
'Marketing'​. Arti '​Islamic'​ (alih bahasa: 'Islami'), dalam Collins English Dictionary, adalah 
'belonging or relating to Islam'​ (alih bahasa: 'bagian dari atau berkaitan dengan Islam'). 
Sementara apabila merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti 'Islami' adalah 
'bersifat keislaman'. Sedangkan, arti ​'Marketing'​ (alih bahasa: 'Pemasaran'), dalam Cambridge 
Dictionary, adalah ​'the business activity that involves finding out what customers want, using that 
information to design products and services, and selling them effectively'​ (alih bahasa: 'aktivitas 
bisnis untuk mencari tahu apa yang diinginkan oleh Konsumen, lalu menggunakan informasi 
tersebut untuk merancang produk dan layanan, dan kemudian menjualnya secara efektif'). 
Sementara apabila mengacu kepada KBBI, arti 'Pemasaran' adalah 'proses, cara, perbuatan 
memasarkan suatu barang dagangan'. Sehingga 'Islamic Marketing' atau 'Pemasaran Islami', 
secara linguistik, dapat diartikan sebagai 'proses, cara, perbuatan memasarkan barang dan 
layanan secara keislaman'.  
 
Namun, mendefinisikan Islamic Marketing tidak cukup dipahami secara linguistik saja. Para 
Cendekiawan pemasaran lalu mencoba untuk melihatnya dari berbagai sudut pandang atau 
pendekatan. Walaupun begitu, masih terdapat sejumlah tantangan konseptual dengan 
 
 
  4 
 
meninggalkan pertanyaan-pertanyaan substansial yang perlu dijawab secara tuntas. Kadirov 
(2019) merangkum hal tersebut dalam beberapa konjektur sebagai berikut: 
 
#1 Konjektur Syari’ah (normatif) 
Logika halal-haram atau wajib-sunnah-mubah-makruh digunakan dalam membingkai 
fenomena pemasaran. Dari sudut pandang ini, pemasaran hanya dapat ‘Islami’ jika sesuai 
dengan aturan-aturan Syari’ah. Pendekatan seperti itu valid dan berpotensi efektif. Dengan 
menggunakan sudut pandang ini memang dapat mengakomodir tujuan dari yurisprudensi 
Islam, dalam hal menetapkan batasan untuk tindakan-tindakan yang dibolehkan atau dilarang. 
Namun, Islamic Marketing akan berubah menjadi pemikiran mikro yang terlalu legalistik. 
Aturan Syari'ah dalam konteks isu Islamic Marketing dapat menghasilkan solusi yang efektif 
apabila masalah/situasi yang menjadi fokus sudah memiliki contoh pada masa silam. Tetapi, hal 
seperti itu juga dapat mengarah pada perdebatan yang panjang karena banyaknya pendapat dan 
interpretasi ketika kasusnya kurang jelas. Seseorang yang ahli dalam bidang hukum Islam 
mungkin bukan ahli dalam bidang pemasaran. Sementara, historis keputusan hukum yang ada 
dapat saja berhenti berlaku, karena sudah tidak tepat lagi digunakan untuk menyelesaikan 
dinamika masalah-masalah pemasaran modern yang kompleks seperti, aktivitas pemasaran 
yang bersinggungan dengan isu multi-etnis, multi-agama, multi-budaya masyarakat, kemajuan 
komunikasi dan teknologi, realitas baru dalam kehidupan sosial dan digital, dan lainnya. Studi 
Islamic Marketing, secara hati-hati, harus melampaui kerangka mikro dari batasan 
yurisprudensi Islam yang sangat spesifik (Kadirov, 2014). 
#2 Konjektur Etika 
Beberapa Cendekiawan merujuk pada pedoman etika dari Islam. Menurut sudut pandang ini, 
Islamic Marketing merupakan jenis pemasaran etis (​ethical marketing​). Pilihan konseptual 
seperti itu mungkin menyebabkan regresi tanpa akhir dengan meninggalkan sejumlah 
pertanyaan substansial seperti: apakah etika Islam secara radikal berbeda dari pedoman etika 
lainnya?; apakah semua aktivitas pemasaran yang disetujui oleh Islam secara konsisten juga 
sesuai dengan label "etis"?; atau apakah praktik pemasaran yang dianggap "etis" itu sudah pasti 
Islami? seperti bank atau produsen minuman alkohol atau rokok yang menggunakan praktik 
tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat (sumbangan, sponsor atau hibah) sebagai 
salah satu strategi pemasarannya; apakah Islamic Marketing lantas tidak dapat dipraktikan oleh 
 
 
  5 
 
non-Muslim?; dan dapatkah kita dengan aman mengklaim bahwa semua kegiatan pemasaran 
yang tidak etis itu adalah tidak Islami? 
 
#3 Konjektur Konsumen 
Pendekatan lain untuk memahami Islamic Marketing adalah dengan mengamati aktivitas 
pemasar yang secara khusus menargetkan konsumen Muslim. Karena selama ini, masih banyak 
perusahaan berskala global yang mengabaikan kebutuhan umat Islam (El-Bassiouny, 2014). 
Sehingga asumsinya adalah, bahwa dengan menargetkan konsumen Muslim, secara bertahap, 
akan mengubah cara pemasaran perusahaan-perusahaan tersebut menjadi pemasaran yang 
Islami. Hal itu mungkin saja sebagian benar. Namun, belum cukup meyakinkan untuk 
menyatakan pendekatan ini tepat. Contoh sederhana, bahwa sebagian besar perusahaan 
penerbangan komersial jarak jauh tidak dibangun secara sengaja dengan mempertimbangkan 
kebutuhan para penumpang Muslim. Bahwa memang benar terdapat layanan travel halal yang 
sedang tumbuh, namun itu belum dianggap sebagai industri utama. Hingga kini, umat Islam 
masih tertinggal dalam arena penciptaan nilai yang sangat kompetitif di pasar global. Sehingga, 
peran Muslim baru sebatas sebagai konsumen pasif, yang senantiasa mengharapkan pemasar 
dapat memahami akan kebutuhan khusus mereka. 
#4 Konjektur Positivis 
Menurut perspektif ini, pemasaran yang Islami adalah segala aktivitas pemasaran yang 
dilakukan oleh Muslim, atau semua kegiatan konsumsi/produksi yang dilakukan oleh Muslim. 
Perspektif positivis mengamati perilaku Muslim ketika melakukan kegiatan transaksi di pasar. 
Perlu diperhatikan bahwa, tidak semua Muslim memiliki pengetahuan atau motivasi yang 
cukup untuk menjalankan aktivitas pemasaran yang Islami, sehingga selalu terbuka 
kemungkinan akan terjadi kegiatan pasar yang meragukan dari prinsip-prinsip ajaran Islam. 
Oleh karena itu, Islamic Marketing tidak selalu dapat disamakan dengan apa yang dilakukan 
atau dipraktikkan oleh pelaku pasar Muslim. 
#5 Konjektur Amoralitas 
Sudut pandang pendapat ini adalah, bahwa bisnis atau perdagangan merupakan kegiatan yang 
amoral. Maksudnya, netral secara moral, bebas dari etika, terlepas dari vonis agama, dan berada 
 
 
  6 
 
di luar penilaian benar atau salah. Pendapat ini menganggap bisnis dan Islam merupakan dua 
hal yang bertolak belakang dan tidak dapat dipadukan. Bisnis mewakili masalah teknis/praktis 
sedangkan Islam merupakan moral/dogma. Karenanya, semua aktivitas pemasaran seharusnya 
dilakukan dengan cara yang sama/tidak berbeda untuk Muslim atau non-Muslim. Pendapat 
paling salah kaprah seperti itu dapat disangkal hanya dengan menunjukkan, bahwa segala 
macam perilaku Manusia, termasuk dalam bisnis dan perdagangan, merupakan bentuk dari 
tindakan moral. 
 
Kadirov (2019) meyakini bahwa Islamic Marketing, sebagai sebuah studi yang baru, seharusnya 
melakukan kajian-kajian ilmiah yang lebih luas daripada usulan-usulan konseptualisasi yang 
berdasarkan perspektif normatif, etis, konsumeris, atau positivis. Karena sejauh ini, 
usulan-usulan tentang definisi Islamic Marketing yang telah diformulasikan oleh beberapa 
Cendekiawan memang berangkat dari salah satu perspektif tersebut. 
 
"Pemasaran Islami dapat berupa pemasaran berbasis-agama (religion-based marketing) yang 
aktivitasnya berpedoman kepada syari'at Islam, atau dapat juga berarti praktik pemasaran yang 
dilakukan oleh Pemasar (non-Muslim) kepada konsumen Muslim." 
-Alserhan (2011) 
 
"Pemasaran Islami merupakan suatu proses mengidentifikasi dan mengimplementasi strategi 
maksimalisasi-nilai (value maximization strategy) guna menyejahterakan pihak-pihak yang 
berkepentingan (stakeholders) khususnya dan masyarakat secara umum, dengan berpedoman 
kepada Al-Quran dan Sunnah." 
-Hussnain (2011) 
 
"Pemasaran Islami adalah suatu proses dan strategi (hikmah) untuk: (1) memenuhi kebutuhan akan 
barang dan layanan yang halal (tayyibat) berdasar kesepakatan bersama (Pembeli dan Penjual); 
dan (2) menyejahterakan (falah) kedua belah pihak (Pembeli dan Penjual), sehingga mereka dapat 
berkecukupan secara material dan spiritual di dunia maupun akhirat." 
-Alom dan Haque (2011) 
 
 
  7 
 
 
"Pemasaran Islami dapat dilihat sebagai: (1) Suatu aplikasi ketakwaan melalui aktivitas 
pemasaran, baik dari perspektif Pemasar maupun Konsumen, yang bersumber dari nilai-nilai dan 
ajaran-ajaran Islam; (2) Sebuah mazhab pemikiran, dalam ranah Ilmu Pemasaran, yang memiliki 
kompas moral ke arah nilai-nilai Islam; dan (3) Sebuah kajian yang menafsirkan perilaku 
Konsumen Muslim dari berbagai latar budaya." 
-Wilson (2012) 
 
"Pemasaran Islami adalah sebuah studi tentang fenomena pemasaran yang berkaitan dengan 
prinsip-prinsip dan praktik-praktik dalam ajaran Islam, atau dalam konteks masyarakat Muslim." 
-Jafari (2012) 
 
"Pemasaran Islami didefinisikan sebagai sebuah ilmu untuk: (1) memuaskan kebutuhan konsumen 
akan barang dan layanan yang halal, sehat, suci, dan sah melalui perilaku yang baik dan 
kesepakatan bersama (Pemasar dan Konsumen), guna mencapai kesejahteraan material dan 
spiritual di dunia maupun akhirat; dan (2) menyadarkan Konsumen akan pentingnya cara-cara 
pemasaran dan beriklan yang etis." 
-Abuznaid (2012) 
 
Kadirov (2019) lalu menawarkan sebuah konsep yang berangkat dari fungsi dasar pemasaran 
yaitu, ​creating value​ (menciptakan nilai) dan/atau ​bridging the value gap​ (menjembatani 
kesenjangan nilai). Pemasaran adalah tentang bagaimana menciptakan nilai dan/atau 
menjembatani kesenjangannya. ​Value​ atau nilai artinya berharga atau berguna. Dalam konteks 
bisnis, sesuatu yang bernilai adalah sesuatu yang dianggap layak untuk dapat ditukar dengan 
sesuatu yang lain sebagai imbalan. Bagaimana sesuatu itu dianggap layak tukar? Jika ia 
bermanfaat untuk tujuan penggunaan, kepemilikan, intensionalitas, atau penciptaan nilai lebih 
lanjut. Sehingga, menjadi tugas pemasar agar sesuatu tersebut kemudian dapat dianggap 
sebagai layak tukar. 
 
 
 
  8 
 
Secara umum dan masih dalam konteks bisnis, value dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, 
value-in-use​ atau nilai-pakai; dan ​value-in-exchange​ atau nilai-tukar. Seringkali, terjadi 
kesenjangan di antara mereka, yaitu nilai-tukar yang tidak sama dengan nilai-pakai. Misalnya, 
karya seni yang mungkin memiliki nilai-tukar (harga) yang tinggi, sedangkan nilai dalam 
penggunaannya rendah karena hanya sebagai hiasan, atau bahkan sama dengan nol jika 
disimpan dalam gudang. Maka kemudian, menjadi tugas lain dari pemasar untuk menutup celah 
antara nilai-tukar dengan nilai-pakai. 
 
Jika fungsi dasar pemasaran tersebut lalu ditarik ke dalam kerangka konsep Islamic Marketing, 
maka proses menciptakan nilai dan/atau menjembatani kesenjangan nilai tersebut harus sesuai 
dengan apa-apa saja yang diharapkan oleh ajaran Islam. Kadirov (2019) merangkumnya menjadi 
sebuah definisi yaitu, "Islamic Marketing adalah sebuah proses menciptakan nilai 
(menjembatani kesenjangan nilai) yang sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi dalam ajaran 
Islam."   
 
Lalu dalam konteks pemasaran, apa saja ekspektasi-ekspektasi dalam ajaran Islam? Banyak. 
Spektrumnya terbentang mulai dari normatif hingga etis. Namun meski demikian, ekspektasi 
utama terhadap Islamic Marketing adalah ​no harm and no harming​, yang merupakan cerminan 
dari hadits, "Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain” (Ibnu Majah, 
no. 2340). 
 
 
Referensi  
Abuznaid, S. (2012). Islamic marketing: addressing the Muslim market. ​An-Najah University 
Journal of Research (Humanities)​, 26(6), 1473-1503. 
Alom, M. M., & Haque, M. S. (2011). Marketing: an Islamic perspective. ​World Journal of Social 
Sciences​, 1(3), 71-81. 
Alserhan, B. A. (2011). ​The Principles of Islamic Marketing​ (1st ed.): Routledge, 2011. 
El-Bassiouny, N. (2014). The one-billion-plus marginalization: Toward a scholarly 
understanding of Islamic consumers. ​Journal of Business Research​, 67(2), 42-49. 
 
 
  9 
 
Hussnain, S. A. (2011). What is Islamic marketing. ​Global Journal of Management and Business 
Research​, 11(11), 101-103. 
Jafari, A. (2012). Islamic marketing: insights from a critical perspective. ​Journal of Islamic 
Marketing​, 3(1), 22-34. doi:doi:10.1108/17590831211206563 
Kadirov, D. (2019). ​Islamic Marketing Theories, Practices, and Perspectives​: Conscientia Capital 
Press, 2019. 
Kadirov, D. (2014). Islamic marketing as macromarketing. ​Journal of Islamic Marketing​, 5(1), 
2-19. 
Nadeem, S. (2011). ​Islamic Principles of Marketing​. 
https://www.slideshare.net/snadeem/islamic-principles-of-marketing-by-suhail-nadeem. 
Sula, M. S., & Kartajaya, H. (2006). ​Syariah Marketing​: Mizan Pustaka. 
Wilson, J. A. J. (2012). The new wave of transformational Islamic marketing: Reflections and 
definitions. ​Journal of Islamic Marketing​, 3(1), 5-11. doi:doi:10.1108/17590831211225436 
 
 
 
Artikel-artikel lainnya dari ​IslamicMarketing.xyz 
Ekosistem untuk Islamic Marketing 
Bagaimana Islam Memandang Praktik Pemasaran 
Tiga Fenomena di Balik Kemunculan Islamic Marketing 
 
 

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.pptPertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
Lalu M
 
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumen
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumenPembentukan dan pengubahan sikap konsumen
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumen
Reni Kurniati
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
nasruddien
 
Karakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imcKarakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imc
akbarmarioni
 
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT GaramStudi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
siti nurlaeli
 

Was ist angesagt? (20)

NILAI KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN BAB 5 PHILIP KOTLER
NILAI KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN BAB 5 PHILIP KOTLERNILAI KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN BAB 5 PHILIP KOTLER
NILAI KEPUASAN DAN LOYALITAS PELANGGAN BAB 5 PHILIP KOTLER
 
Presentasi bab xv pengaruh teknologi terhadap perilaku konsumen
Presentasi bab xv pengaruh teknologi terhadap perilaku konsumenPresentasi bab xv pengaruh teknologi terhadap perilaku konsumen
Presentasi bab xv pengaruh teknologi terhadap perilaku konsumen
 
Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.pptPertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
Pertemuan Ke 2,3 MOTIVASI-DAN-KEBUTUHAN.ppt
 
Presentasi promosi & periklanan
Presentasi promosi & periklananPresentasi promosi & periklanan
Presentasi promosi & periklanan
 
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumen
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumenPembentukan dan pengubahan sikap konsumen
Pembentukan dan pengubahan sikap konsumen
 
Komunikasi pemasaran terpadu
Komunikasi pemasaran terpaduKomunikasi pemasaran terpadu
Komunikasi pemasaran terpadu
 
Strategi merek
Strategi merekStrategi merek
Strategi merek
 
Manajemen Pemasaran Principles of Marketing Philip Kotler & Gary Armstrong Ba...
Manajemen Pemasaran Principles of Marketing Philip Kotler & Gary Armstrong Ba...Manajemen Pemasaran Principles of Marketing Philip Kotler & Gary Armstrong Ba...
Manajemen Pemasaran Principles of Marketing Philip Kotler & Gary Armstrong Ba...
 
Materi Pelatihan tentang Digital Marketing dan Social Media Marketing
Materi Pelatihan tentang Digital Marketing dan Social Media MarketingMateri Pelatihan tentang Digital Marketing dan Social Media Marketing
Materi Pelatihan tentang Digital Marketing dan Social Media Marketing
 
Definisi manajemen strategik
Definisi  manajemen strategikDefinisi  manajemen strategik
Definisi manajemen strategik
 
Business plan - gallery of muslim
Business plan - gallery of muslimBusiness plan - gallery of muslim
Business plan - gallery of muslim
 
Studi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasionalStudi kasus pemasaran internasional
Studi kasus pemasaran internasional
 
Marketing Pemasaran Kotler & Keller - Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran
Marketing Pemasaran Kotler & Keller - Penyusunan Rencana dan Strategi PemasaranMarketing Pemasaran Kotler & Keller - Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran
Marketing Pemasaran Kotler & Keller - Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran
 
Strategi pemasaran.ppt
Strategi pemasaran.pptStrategi pemasaran.ppt
Strategi pemasaran.ppt
 
Karakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imcKarakteristik media dalam kegiatan imc
Karakteristik media dalam kegiatan imc
 
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern3. komponen sistem informasi pemasaran modern
3. komponen sistem informasi pemasaran modern
 
Pemasaran (marketing)
Pemasaran (marketing)Pemasaran (marketing)
Pemasaran (marketing)
 
PT Nestle Indonesia
PT Nestle IndonesiaPT Nestle Indonesia
PT Nestle Indonesia
 
Marketing Plan Rencana Pemasaran
Marketing Plan Rencana PemasaranMarketing Plan Rencana Pemasaran
Marketing Plan Rencana Pemasaran
 
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT GaramStudi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
Studi kasus permasalahan pengambilan keputusan PT Garam
 

Ähnlich wie Bagaimana Memahami Islamic Marketing?

Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumenBab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
Shelly Intan Permatasari
 
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
ApriliaSafitri2
 
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
Royhan Jamaan
 
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmuMakalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
ranger11
 
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
Vidya Anggraeni
 
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
MaksiPrimaDewi
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
YusufMuhammad65
 

Ähnlich wie Bagaimana Memahami Islamic Marketing? (20)

BMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen PemasaranBMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
BMP EKMA4216 Manajemen Pemasaran
 
4, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; marketin...
4, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; marketin...4, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; marketin...
4, be & gg, petra vitara wimar. hapzi ali, ethics and business ; marketin...
 
Relationship Marketing Dalam Perspektif Islam
Relationship Marketing Dalam Perspektif IslamRelationship Marketing Dalam Perspektif Islam
Relationship Marketing Dalam Perspektif Islam
 
MANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARANMANAJEMEN PEMASARAN
MANAJEMEN PEMASARAN
 
Muslim Zaman Now.pdf
Muslim Zaman Now.pdfMuslim Zaman Now.pdf
Muslim Zaman Now.pdf
 
Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumenBab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
Bab x memahami proses pemasaran dan perilaku konsumen
 
Dasar-dasar Bisnis Islam
Dasar-dasar Bisnis IslamDasar-dasar Bisnis Islam
Dasar-dasar Bisnis Islam
 
Manajemen Pemasaran Syariah.pdf
Manajemen Pemasaran Syariah.pdfManajemen Pemasaran Syariah.pdf
Manajemen Pemasaran Syariah.pdf
 
Manajemen Pemasaran Syariah.docx
Manajemen Pemasaran Syariah.docxManajemen Pemasaran Syariah.docx
Manajemen Pemasaran Syariah.docx
 
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
5. be gg. aprilia safitri, hapzi ali, marketing ethics, universitas mercubuan...
 
Makalah digital marketing
Makalah digital marketingMakalah digital marketing
Makalah digital marketing
 
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
be gg, royhan jamaan, prof. dr. hapzi ali, mm, cma, mpm, marketing ethics, un...
 
Karakteristik Manajemen Pemasaran .pdf
Karakteristik Manajemen Pemasaran .pdfKarakteristik Manajemen Pemasaran .pdf
Karakteristik Manajemen Pemasaran .pdf
 
Karakteristik Manajemen Pemasaran.docx
Karakteristik Manajemen Pemasaran.docxKarakteristik Manajemen Pemasaran.docx
Karakteristik Manajemen Pemasaran.docx
 
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmuMakalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
Makalah manajemen pemasaran gudang makalahmu
 
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
Kewirausahaan, deby anggreani br sembiring, hapzi ali,prof.dr.mm, manajemen p...
 
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
5. be gg, vidya anggraeni, prof. dr. ir. hapzi ali, mm, cma, marketing ethics...
 
Makalah bank syari'ah iyus
Makalah bank syari'ah iyusMakalah bank syari'ah iyus
Makalah bank syari'ah iyus
 
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
4,BE&GG, Maksi Prima Dewi, Hapzi Ali, Ethics and Business : Marketing Ethics ...
 
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptxETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
ETIKA PEMASARAN DALAM ISLAM MAKALAH KELOMPOK 10.pptx
 

Mehr von Coky Fauzi Alfi

Mehr von Coky Fauzi Alfi (20)

Ogd indonesia-final-for-publication
Ogd indonesia-final-for-publicationOgd indonesia-final-for-publication
Ogd indonesia-final-for-publication
 
Gsar id final 18 apr _smaller
Gsar id final 18 apr _smallerGsar id final 18 apr _smaller
Gsar id final 18 apr _smaller
 
Buku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakauBuku fakta-tembakau
Buku fakta-tembakau
 
Jumpa pers-kemdikbud-akhir-tahun-2012
Jumpa pers-kemdikbud-akhir-tahun-2012Jumpa pers-kemdikbud-akhir-tahun-2012
Jumpa pers-kemdikbud-akhir-tahun-2012
 
Annual report kip_(17_juli_2012)_rev_1_opt43
Annual report kip_(17_juli_2012)_rev_1_opt43Annual report kip_(17_juli_2012)_rev_1_opt43
Annual report kip_(17_juli_2012)_rev_1_opt43
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
Uu 2008 14..
Uu 2008 14..Uu 2008 14..
Uu 2008 14..
 
M05 mengelola proses desain
M05 mengelola proses desainM05 mengelola proses desain
M05 mengelola proses desain
 
M03 mengelola strategi desain-key skills
M03 mengelola strategi desain-key skillsM03 mengelola strategi desain-key skills
M03 mengelola strategi desain-key skills
 
M04 mengelola strategi desain
M04 mengelola strategi desainM04 mengelola strategi desain
M04 mengelola strategi desain
 
M06 introduksi jaringan komputer
M06 introduksi jaringan komputerM06 introduksi jaringan komputer
M06 introduksi jaringan komputer
 
M02 introduksi manajemen desain
M02 introduksi manajemen desainM02 introduksi manajemen desain
M02 introduksi manajemen desain
 
M05 introduksi perangkat lunak
M05 introduksi perangkat lunakM05 introduksi perangkat lunak
M05 introduksi perangkat lunak
 
M04 introduksi perangkat keras
M04 introduksi perangkat kerasM04 introduksi perangkat keras
M04 introduksi perangkat keras
 
M01 introduksi teori manajemen
M01 introduksi teori manajemenM01 introduksi teori manajemen
M01 introduksi teori manajemen
 
M03 introduksi dikw
M03 introduksi dikwM03 introduksi dikw
M03 introduksi dikw
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 
M02 introduksi teknologi informasi
M02 introduksi teknologi informasiM02 introduksi teknologi informasi
M02 introduksi teknologi informasi
 
M02 introduksi teknologi informasi
M02 introduksi teknologi informasiM02 introduksi teknologi informasi
M02 introduksi teknologi informasi
 
Silabus
SilabusSilabus
Silabus
 

Bagaimana Memahami Islamic Marketing?

  • 1.   ISLAMICMARKETING.XYZ   NO HARM AND NO HARMING  BAGAIMANA MEMAHAMI  ISLAMIC MARKETING?  ___  By Coky Fauzi Alfi      Islamic marketing is not about selling more “stuff” to Muslims, it is about presenting Allah (SWT)  the best conduct one could have while participating in markets.  -Djavlonbek Kadirov    Seperti tidak ingin hanya berhenti pada pertanyaan ‘Apa itu Islamic Marketing?’, Suhail  Nadeem (2011) lalu melanjutkan dengan empat pertanyaan lainnya: (1) ‘Apakah itu tentang  menjual produk halal?’; (2) ‘Apakah itu tentang menjual produk yang digunakan untuk  mempraktikkan ajaran Islam?’; (3) ‘Apakah itu tentang memasarkan konten atau aplikasi Islami   
  • 2.       2    pada berbagai alat?’; atau (4) ‘Apakah itu tentang memilih nama atau simbol yang terkait  (langsung atau tidak langsung) dengan Islam untuk sebuah merek atau ​tagline​ produk?’ .    Pertanyaan pertama mengacu pada fenomena produk-produk yang telah memperoleh label  halal, apakah yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang memasarkan  produk-produk tersebut? Atau, pertanyaan kedua yang menangkap tren gaya hidup di kalangan  Muslim saat ini yang gemar mengonsumsi produk-produk untuk mempraktikkan ajaran-ajaran  Islam dan Sunnah, seperti layanan travel haji dan umrah, Qur'an digital, pencari kiblat digital,  pengobatan bekam, atau pengobatan herbal habbatussauda, apakah yang dimaksud dengan  Islamic Marketing adalah tentang memasarkan produk-produk tersebut? Atau, pertanyaan  ketiga yang merujuk pada Generasi M yang suka meng-​install​ berbagai konten atau aplikasi  Islami di berbagai perangkat komunikasi seperti, ​mobile phone​, ​tablet​, atau ​notebook​, apakah  yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang memasarkan konten atau aplikasi  tersebut? Atau pertanyaan keempat yang melihat fenomena menarik terhadap berbagai merek  atau tagline produk yang menggunakan nama atau simbol yang terkait (langsung maupun tidak)  dengan Islam, seperti Mecca Cola, Qibla Cola, Zamzam Cola, jilbab syar'i, nasi goreng barokah  atau kurma nabi, apakah yang dimaksud dengan Islamic Marketing adalah tentang strategi  penggunaan merek atau ​tagline​ seperti itu?    Islamic Marketing bukan hanya tentang memasarkan produk dengan label halal, atau produk  untuk menunjang praktik-praktik ajaran Islam/sunnah, atau produk dengan konten Islami, atau  pula tentang strategi merek dengan nama/simbol Islam. Islamic Marketing adalah tentang  bagaimana menghadirkan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam sebuah perilaku terbaik dari  seseorang ketika dia berpartisipasi di pasar (Kadirov, 2019). Karena, nilai-nilai dan  ajaran-ajaran Islam, dalam Islamic Marketing, bukan sebagai ​tool​, melainkan sebagai ​resource  (Jafari, 2012). Islam menjadi referensi utama dalam memengaruhi aktivitas pemasaran.    Jika membandingkannya dengan pemasaran konvensional, keterlibatan Allah menjadi suatu  pembeda yang krusial. Bagi Islamic Marketing, Allah menjadi titik temu dari niat Pemasar dan  Konsumen. Selain itu, kehadiran Allah juga menjadi fundamental bagi Pemasar dan Konsumen  ketika mengambil sebuah keputusan. Karenanya, relasi kepercayaan dan komitmen antara  Pemasar dan Konsumen kemudian menjadi lebih mudah dibangun atau dirawat. 
  • 3.       3      Sedikitnya, selama ini, terdapat dua istilah yang lazim telah dipakai untuk mengasosiasikan  perihal "pemasaran dengan cara Islam". Istilah-istilah tersebut yaitu, ​'Halal Marketing'  (Pemasaran Halal) dan ​'Shari'ah Marketing'​ (Pemasaran Syari'ah). Pemasaran Halal dapat  didefinisikan sebagai proses sosial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang  mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran barang dan jasa  yang memiliki nilai tertentu dengan individu atau kelompok lain sesuai kaidah dan tuntunan  yang ditetapkan oleh syari’at Islam (Salehudin & Mukhlish, 2012). Sedangkan, Pemasaran  Syari'ah merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan,  penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholders-nya, yang dalam  keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam Islam  (Sula & Kartajaya, 2006). Kadangkala, keduanya lalu dipahami serupa oleh para praktisi  pemasaran. Namun dalam beberapa tahun belakangan ini, keduanya kemudian bermuara pada  sebuah terminologi yaitu 'Islamic Marketing'.    'Islamic Marketing' terdiri dari dua terminologi yang lebih dulu eksis yaitu, ​'Islamic'​ dan  'Marketing'​. Arti '​Islamic'​ (alih bahasa: 'Islami'), dalam Collins English Dictionary, adalah  'belonging or relating to Islam'​ (alih bahasa: 'bagian dari atau berkaitan dengan Islam').  Sementara apabila merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti 'Islami' adalah  'bersifat keislaman'. Sedangkan, arti ​'Marketing'​ (alih bahasa: 'Pemasaran'), dalam Cambridge  Dictionary, adalah ​'the business activity that involves finding out what customers want, using that  information to design products and services, and selling them effectively'​ (alih bahasa: 'aktivitas  bisnis untuk mencari tahu apa yang diinginkan oleh Konsumen, lalu menggunakan informasi  tersebut untuk merancang produk dan layanan, dan kemudian menjualnya secara efektif').  Sementara apabila mengacu kepada KBBI, arti 'Pemasaran' adalah 'proses, cara, perbuatan  memasarkan suatu barang dagangan'. Sehingga 'Islamic Marketing' atau 'Pemasaran Islami',  secara linguistik, dapat diartikan sebagai 'proses, cara, perbuatan memasarkan barang dan  layanan secara keislaman'.     Namun, mendefinisikan Islamic Marketing tidak cukup dipahami secara linguistik saja. Para  Cendekiawan pemasaran lalu mencoba untuk melihatnya dari berbagai sudut pandang atau  pendekatan. Walaupun begitu, masih terdapat sejumlah tantangan konseptual dengan 
  • 4.       4    meninggalkan pertanyaan-pertanyaan substansial yang perlu dijawab secara tuntas. Kadirov  (2019) merangkum hal tersebut dalam beberapa konjektur sebagai berikut:    #1 Konjektur Syari’ah (normatif)  Logika halal-haram atau wajib-sunnah-mubah-makruh digunakan dalam membingkai  fenomena pemasaran. Dari sudut pandang ini, pemasaran hanya dapat ‘Islami’ jika sesuai  dengan aturan-aturan Syari’ah. Pendekatan seperti itu valid dan berpotensi efektif. Dengan  menggunakan sudut pandang ini memang dapat mengakomodir tujuan dari yurisprudensi  Islam, dalam hal menetapkan batasan untuk tindakan-tindakan yang dibolehkan atau dilarang.  Namun, Islamic Marketing akan berubah menjadi pemikiran mikro yang terlalu legalistik.  Aturan Syari'ah dalam konteks isu Islamic Marketing dapat menghasilkan solusi yang efektif  apabila masalah/situasi yang menjadi fokus sudah memiliki contoh pada masa silam. Tetapi, hal  seperti itu juga dapat mengarah pada perdebatan yang panjang karena banyaknya pendapat dan  interpretasi ketika kasusnya kurang jelas. Seseorang yang ahli dalam bidang hukum Islam  mungkin bukan ahli dalam bidang pemasaran. Sementara, historis keputusan hukum yang ada  dapat saja berhenti berlaku, karena sudah tidak tepat lagi digunakan untuk menyelesaikan  dinamika masalah-masalah pemasaran modern yang kompleks seperti, aktivitas pemasaran  yang bersinggungan dengan isu multi-etnis, multi-agama, multi-budaya masyarakat, kemajuan  komunikasi dan teknologi, realitas baru dalam kehidupan sosial dan digital, dan lainnya. Studi  Islamic Marketing, secara hati-hati, harus melampaui kerangka mikro dari batasan  yurisprudensi Islam yang sangat spesifik (Kadirov, 2014).  #2 Konjektur Etika  Beberapa Cendekiawan merujuk pada pedoman etika dari Islam. Menurut sudut pandang ini,  Islamic Marketing merupakan jenis pemasaran etis (​ethical marketing​). Pilihan konseptual  seperti itu mungkin menyebabkan regresi tanpa akhir dengan meninggalkan sejumlah  pertanyaan substansial seperti: apakah etika Islam secara radikal berbeda dari pedoman etika  lainnya?; apakah semua aktivitas pemasaran yang disetujui oleh Islam secara konsisten juga  sesuai dengan label "etis"?; atau apakah praktik pemasaran yang dianggap "etis" itu sudah pasti  Islami? seperti bank atau produsen minuman alkohol atau rokok yang menggunakan praktik  tanggung jawab sosial perusahaan untuk masyarakat (sumbangan, sponsor atau hibah) sebagai  salah satu strategi pemasarannya; apakah Islamic Marketing lantas tidak dapat dipraktikan oleh 
  • 5.       5    non-Muslim?; dan dapatkah kita dengan aman mengklaim bahwa semua kegiatan pemasaran  yang tidak etis itu adalah tidak Islami?    #3 Konjektur Konsumen  Pendekatan lain untuk memahami Islamic Marketing adalah dengan mengamati aktivitas  pemasar yang secara khusus menargetkan konsumen Muslim. Karena selama ini, masih banyak  perusahaan berskala global yang mengabaikan kebutuhan umat Islam (El-Bassiouny, 2014).  Sehingga asumsinya adalah, bahwa dengan menargetkan konsumen Muslim, secara bertahap,  akan mengubah cara pemasaran perusahaan-perusahaan tersebut menjadi pemasaran yang  Islami. Hal itu mungkin saja sebagian benar. Namun, belum cukup meyakinkan untuk  menyatakan pendekatan ini tepat. Contoh sederhana, bahwa sebagian besar perusahaan  penerbangan komersial jarak jauh tidak dibangun secara sengaja dengan mempertimbangkan  kebutuhan para penumpang Muslim. Bahwa memang benar terdapat layanan travel halal yang  sedang tumbuh, namun itu belum dianggap sebagai industri utama. Hingga kini, umat Islam  masih tertinggal dalam arena penciptaan nilai yang sangat kompetitif di pasar global. Sehingga,  peran Muslim baru sebatas sebagai konsumen pasif, yang senantiasa mengharapkan pemasar  dapat memahami akan kebutuhan khusus mereka.  #4 Konjektur Positivis  Menurut perspektif ini, pemasaran yang Islami adalah segala aktivitas pemasaran yang  dilakukan oleh Muslim, atau semua kegiatan konsumsi/produksi yang dilakukan oleh Muslim.  Perspektif positivis mengamati perilaku Muslim ketika melakukan kegiatan transaksi di pasar.  Perlu diperhatikan bahwa, tidak semua Muslim memiliki pengetahuan atau motivasi yang  cukup untuk menjalankan aktivitas pemasaran yang Islami, sehingga selalu terbuka  kemungkinan akan terjadi kegiatan pasar yang meragukan dari prinsip-prinsip ajaran Islam.  Oleh karena itu, Islamic Marketing tidak selalu dapat disamakan dengan apa yang dilakukan  atau dipraktikkan oleh pelaku pasar Muslim.  #5 Konjektur Amoralitas  Sudut pandang pendapat ini adalah, bahwa bisnis atau perdagangan merupakan kegiatan yang  amoral. Maksudnya, netral secara moral, bebas dari etika, terlepas dari vonis agama, dan berada 
  • 6.       6    di luar penilaian benar atau salah. Pendapat ini menganggap bisnis dan Islam merupakan dua  hal yang bertolak belakang dan tidak dapat dipadukan. Bisnis mewakili masalah teknis/praktis  sedangkan Islam merupakan moral/dogma. Karenanya, semua aktivitas pemasaran seharusnya  dilakukan dengan cara yang sama/tidak berbeda untuk Muslim atau non-Muslim. Pendapat  paling salah kaprah seperti itu dapat disangkal hanya dengan menunjukkan, bahwa segala  macam perilaku Manusia, termasuk dalam bisnis dan perdagangan, merupakan bentuk dari  tindakan moral.    Kadirov (2019) meyakini bahwa Islamic Marketing, sebagai sebuah studi yang baru, seharusnya  melakukan kajian-kajian ilmiah yang lebih luas daripada usulan-usulan konseptualisasi yang  berdasarkan perspektif normatif, etis, konsumeris, atau positivis. Karena sejauh ini,  usulan-usulan tentang definisi Islamic Marketing yang telah diformulasikan oleh beberapa  Cendekiawan memang berangkat dari salah satu perspektif tersebut.    "Pemasaran Islami dapat berupa pemasaran berbasis-agama (religion-based marketing) yang  aktivitasnya berpedoman kepada syari'at Islam, atau dapat juga berarti praktik pemasaran yang  dilakukan oleh Pemasar (non-Muslim) kepada konsumen Muslim."  -Alserhan (2011)    "Pemasaran Islami merupakan suatu proses mengidentifikasi dan mengimplementasi strategi  maksimalisasi-nilai (value maximization strategy) guna menyejahterakan pihak-pihak yang  berkepentingan (stakeholders) khususnya dan masyarakat secara umum, dengan berpedoman  kepada Al-Quran dan Sunnah."  -Hussnain (2011)    "Pemasaran Islami adalah suatu proses dan strategi (hikmah) untuk: (1) memenuhi kebutuhan akan  barang dan layanan yang halal (tayyibat) berdasar kesepakatan bersama (Pembeli dan Penjual);  dan (2) menyejahterakan (falah) kedua belah pihak (Pembeli dan Penjual), sehingga mereka dapat  berkecukupan secara material dan spiritual di dunia maupun akhirat."  -Alom dan Haque (2011) 
  • 7.       7      "Pemasaran Islami dapat dilihat sebagai: (1) Suatu aplikasi ketakwaan melalui aktivitas  pemasaran, baik dari perspektif Pemasar maupun Konsumen, yang bersumber dari nilai-nilai dan  ajaran-ajaran Islam; (2) Sebuah mazhab pemikiran, dalam ranah Ilmu Pemasaran, yang memiliki  kompas moral ke arah nilai-nilai Islam; dan (3) Sebuah kajian yang menafsirkan perilaku  Konsumen Muslim dari berbagai latar budaya."  -Wilson (2012)    "Pemasaran Islami adalah sebuah studi tentang fenomena pemasaran yang berkaitan dengan  prinsip-prinsip dan praktik-praktik dalam ajaran Islam, atau dalam konteks masyarakat Muslim."  -Jafari (2012)    "Pemasaran Islami didefinisikan sebagai sebuah ilmu untuk: (1) memuaskan kebutuhan konsumen  akan barang dan layanan yang halal, sehat, suci, dan sah melalui perilaku yang baik dan  kesepakatan bersama (Pemasar dan Konsumen), guna mencapai kesejahteraan material dan  spiritual di dunia maupun akhirat; dan (2) menyadarkan Konsumen akan pentingnya cara-cara  pemasaran dan beriklan yang etis."  -Abuznaid (2012)    Kadirov (2019) lalu menawarkan sebuah konsep yang berangkat dari fungsi dasar pemasaran  yaitu, ​creating value​ (menciptakan nilai) dan/atau ​bridging the value gap​ (menjembatani  kesenjangan nilai). Pemasaran adalah tentang bagaimana menciptakan nilai dan/atau  menjembatani kesenjangannya. ​Value​ atau nilai artinya berharga atau berguna. Dalam konteks  bisnis, sesuatu yang bernilai adalah sesuatu yang dianggap layak untuk dapat ditukar dengan  sesuatu yang lain sebagai imbalan. Bagaimana sesuatu itu dianggap layak tukar? Jika ia  bermanfaat untuk tujuan penggunaan, kepemilikan, intensionalitas, atau penciptaan nilai lebih  lanjut. Sehingga, menjadi tugas pemasar agar sesuatu tersebut kemudian dapat dianggap  sebagai layak tukar.   
  • 8.       8    Secara umum dan masih dalam konteks bisnis, value dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu,  value-in-use​ atau nilai-pakai; dan ​value-in-exchange​ atau nilai-tukar. Seringkali, terjadi  kesenjangan di antara mereka, yaitu nilai-tukar yang tidak sama dengan nilai-pakai. Misalnya,  karya seni yang mungkin memiliki nilai-tukar (harga) yang tinggi, sedangkan nilai dalam  penggunaannya rendah karena hanya sebagai hiasan, atau bahkan sama dengan nol jika  disimpan dalam gudang. Maka kemudian, menjadi tugas lain dari pemasar untuk menutup celah  antara nilai-tukar dengan nilai-pakai.    Jika fungsi dasar pemasaran tersebut lalu ditarik ke dalam kerangka konsep Islamic Marketing,  maka proses menciptakan nilai dan/atau menjembatani kesenjangan nilai tersebut harus sesuai  dengan apa-apa saja yang diharapkan oleh ajaran Islam. Kadirov (2019) merangkumnya menjadi  sebuah definisi yaitu, "Islamic Marketing adalah sebuah proses menciptakan nilai  (menjembatani kesenjangan nilai) yang sesuai dengan ekspektasi-ekspektasi dalam ajaran  Islam."      Lalu dalam konteks pemasaran, apa saja ekspektasi-ekspektasi dalam ajaran Islam? Banyak.  Spektrumnya terbentang mulai dari normatif hingga etis. Namun meski demikian, ekspektasi  utama terhadap Islamic Marketing adalah ​no harm and no harming​, yang merupakan cerminan  dari hadits, "Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain” (Ibnu Majah,  no. 2340).      Referensi   Abuznaid, S. (2012). Islamic marketing: addressing the Muslim market. ​An-Najah University  Journal of Research (Humanities)​, 26(6), 1473-1503.  Alom, M. M., & Haque, M. S. (2011). Marketing: an Islamic perspective. ​World Journal of Social  Sciences​, 1(3), 71-81.  Alserhan, B. A. (2011). ​The Principles of Islamic Marketing​ (1st ed.): Routledge, 2011.  El-Bassiouny, N. (2014). The one-billion-plus marginalization: Toward a scholarly  understanding of Islamic consumers. ​Journal of Business Research​, 67(2), 42-49. 
  • 9.       9    Hussnain, S. A. (2011). What is Islamic marketing. ​Global Journal of Management and Business  Research​, 11(11), 101-103.  Jafari, A. (2012). Islamic marketing: insights from a critical perspective. ​Journal of Islamic  Marketing​, 3(1), 22-34. doi:doi:10.1108/17590831211206563  Kadirov, D. (2019). ​Islamic Marketing Theories, Practices, and Perspectives​: Conscientia Capital  Press, 2019.  Kadirov, D. (2014). Islamic marketing as macromarketing. ​Journal of Islamic Marketing​, 5(1),  2-19.  Nadeem, S. (2011). ​Islamic Principles of Marketing​.  https://www.slideshare.net/snadeem/islamic-principles-of-marketing-by-suhail-nadeem.  Sula, M. S., & Kartajaya, H. (2006). ​Syariah Marketing​: Mizan Pustaka.  Wilson, J. A. J. (2012). The new wave of transformational Islamic marketing: Reflections and  definitions. ​Journal of Islamic Marketing​, 3(1), 5-11. doi:doi:10.1108/17590831211225436        Artikel-artikel lainnya dari ​IslamicMarketing.xyz  Ekosistem untuk Islamic Marketing  Bagaimana Islam Memandang Praktik Pemasaran  Tiga Fenomena di Balik Kemunculan Islamic Marketing