1. Komisi Informasi Pusat
Republik Indonesia
LAPORAN TAHUNAN
Komisi Informasi Pusat
2011
Annual Report
Central Information
Commission
of Republic of Indonesia
www.komisiinformasi.go.id
1
2. SEKRETARIAT KOMISI INFORMASI PUSAT: Bambang Hardi Winata (Sekretaris/Kuasa Pengguna Anggaran) BAGIAN UMUM: M. Samuah (Kabag),
Muryani (Subag TU & Perlengkapan), Heru Djati Nugroho (Subag Keuangan), Staff: Aris Sudjarwo, Maskundarjo, Abdul Rahman, Himawan, Arie Wijaya,
Djoko Sarwono, Diah Purwitasari, Bagaria Tambunan, Aditya Indra A. BAGIAN PERENCANAAN: Daulat Siregar (Kabag/Pejabat Pembuat Komitmen),
Aprial Sibarani (Subag Program), St. Hasmawati (Subag Evaluasi & Pelaporan), Staff: Sari Wulan, Abdulrachman F, Dustiawan, Agustianingsih, Catur
(Bendahara), Deddy Gunawan (Staff Bendahara) BAGIAN ADMINISTRASI PENGADUAN DAN PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI: Hafida
Riana (Kabag), Chairul Hasibuan (Subag Administrasi Pengaduan), Ramlan Ahmad (Subag Administrasi Penyelesaian Sengketa Informasi), Staff: Rizal,
Aditya Indra, Indah Puji Rahayu, Isnaneni. TENAGA AHLI: Astrid Debora, Agus Wijayanto Nugroho, Ferdiansyah ASISTEN AHLI: Triana Nurchayati,
2
Aditya Nuriya, Ayu Arismawati, Tya Tirtasari, Leny Sulistiani, Agni Istighfar Paribrata, Syahrul, Sekar Anindajati (Sekretaris Ketua)
4. Komisioner Komisi Commissioner of Central
Informasi Pusat Information Commission
KETUA CHAIRMAN
Abdul Rahman Ma’mun. Pernah menjadi produser berita di Abdul Rahman Ma’mun. He has extent experience in
ANTV, wartawan di Metro TV, redaktur pelaksana di Majalah media and journalism. He was working as news producer
Panjimas. Meraih dua gelar S1, di Teknik Sipil Universitas on ANTV, journalist on Metro TV, and managing editor of
Gadjah Mada (UGM) dan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Sejak Panjimas Magazine. He attained two bachelor degrees: in Civil
kuliah, ia aktif di dunia pers mahasiswa, antara lain menjadi Engineering University of Gadjah Mada (UGM) and IAIN Sunan
Pemimpin Umum Majalah Balairung UGM dan mendirikan Kalijaga Yogyakarta. Since he was in college, he had been active
Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di tahun 1993. in the student press, of which he assigned as General Manager
Komisioner termuda yang ada di KI Pusat ini pernah mengikuti of Balairung Magazine UGM. He founded the Student Press
workshop mediasi yang diselenggarakan oleh Management Association of Indonesia (PPMI) in 1993. Rahman attended
System International (MSI) di kantor pusatnya, di Washington training in Mediation Workshop organized by Management
DC, Amerika Serikat, pada 23 Desember 2011. Pada periode Systems International (MSI) at its headquarters in
2009–2011, ia menangani Bidang Edukasi, Sosialisasi dan Washington DC, USA on 23 December 2011. Rahman is the
Advokasi (ESA). Melalui hasil pemilihan pergantian jabatan youngest commissioner in the Information Commission Center
Ketua Komisi Informasi Pusat, Rabu 03 Agustus 2011, Rahman for 2009–2011 periods. He served in the Field of Education,
terpilih menjadi ketua KI Pusat untuk masa jabatan 2011–2013 Dissemination and Advocacy (ESA). He was appointed as
sekaligus memegang tanggung jawab di bidang Subkomisi Chairman of Central Information Commission for the term of
Informasi Pelayanan Dasar. 2011–2013, by election held on Wednesday, 3 August 2011.
In addition, he is in charge as well for Information of Basic
Services Sub-committee.
WAKIL KETUA VICE CHAIRMAN
Usman Abdhali Watik. Wakil Ketua Komisi Informasi Pusat Usman Abdhali Watik. He is Vice Chairman of Central
(sekaligus Komisioner Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi Information Commission and incumbent commissioner
dan Komisioner Subkomisi Informasi Keuangan dan Anggaran). for Settlement of Information Disputes and Information
Sebelumnya ia adalah dosen Komunikasi Politik di Universitas of Finance and Budget Sub-committe. Previously, he was
Paramadina; dosen Metodologi Penelitian Komunikasi di a lecturer for the course of Political Communication at the
Universitas Pelita Harapan dan Universitas Tarumanagara; University of Paramadina; lecturer of Communication Research
thesis adjudicator di London School of Public Relations. Methods at the University of Pelita Harapan and Universitas
Selama 8 bulan pernah mendampingi (sebagai staf ahli) para Tarumanagara; and thesis adjudicator at the London School
“Senator” DPD RI dalam upayanya membuat RUU Pedesaan. of Public Relations. For eight months, he was assigned as
Salah seorang tim kreatif acara TV (Indosiar) pendidikan specialist staff for senators of The Regional Representatives
politik “Republik BBM” ini lulusan jurusan Administrasi Council (DPD) who were drafting Rural Bill. Moreover, he was
Negara Universitas Hasanuddin dan menyelesaikan Program involved in politics-educational TV show “Republic BBM”,
Master Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (Tesis: Strategi as creative staff (Indosiar). He graduated from Hasanuddin
Kampanye pada Pemilihan Presiden). Ia pernah mengikuti University with major in Public Administration, and completed
pelatihan internasional yang berlangsung di Washington DC, Master Program of Communication Studies in University
Amerika Serikat, tentang Alternative Dispute Resolutions yang of Indonesia, with thesis: Campaign Strategy in Presidential
diselenggarakan OGIS (Office of Government Information elections. He attended International Training in Washington
Services). Peneliti media massa di The Indonesian Institute ini DC, USA on “Alternative Dispute Resolutions,” held by OGIS
juga lulus sebagai penerima beasiswa Program Doktoral. (Office of Government Information Services). Watik is mass
media researcher at the Indonesian Institute, wherehe received
PhD. scholarship from the institution.
ANGGOTA MEMBER
Ahmad Alamsyah Saragih. Pendidikan terakhir Sarjana Ahmad Alamsyah Saragih. His educational background
Ekonomi jurusan Ekonomi dan Studi Pembangunan di is Bachelor of Economics, majoring in Economics and
Universitas Padjadjaran Bandung. Pernah bekerja seba Development Studies at the University of Padjadjaran
gai Local Governance Specialist pada Initiative for Local Bandung. He was working as a Specialist in Local Governance
Gover an e Reform (ILGR), World Bank. Di Komisi Informasi
n c Initiative for Local Governance Reform (ILGR), World Bank.
Pusat, ia menjabat sebagai ketua untuk periode 2009–2011, In Central Information Commission he served as Chairman
sekali us merupakan ketua pertama di lembaga ini. Kini, di
g for working period 2009–2011, also noted as the first
sisa dua tahun kepengurusan, ia diberikan tanggung jawab chairman of the institution. Nowadays, in the remaining two
untuk menangani Bidang Kelem agaan sekaligus mengawal
b years of his working period, he is given responsibility for
Subkomisi Informasi Pertahanan dan Keamanan periode running Institutional Field, as well as Information Security
2011–2013. and Defense Sub-committee for 2011–2013 period.
4
5. ANGGOTA MEMBER
Henny S. Widyaningsih. Sejak 1985 menjadi dosen di jurusan Henny S. Widyaningsih. She has been teaching since 1985, in the
Komunikasi FISIP Universitas Indonesia (UI) dan 8 tahun Department of Communication, FISIP University of Indonesia (UI),
menjadi kepala Humas dan Protokol UI. Ia juga aktif di berbagai and for eight years, she was assigned as Head of Public Relations and
organisasi profesi kehumasan, seperti Bakohumas, Perhumas, Protocol UI. She is active in assorted public relations professional
ISKI, Amic dan beberapa kali menjadi juri dalam penghargaan organizations, such as Bakohumas, Perhumas, ISKI, Amic, and
Anugerah Media Humas yang diselenggarakan oleh Bakohumas several times was appointed as jury in media awards organized by
dan Perhumas. Menjabat sebagai wakil ketua Komisi Informasi Perhumas and Bakohumas. She served as Vice Chairman of Central
Pusat pada periode 2009–2011 dan membidangi Penyelesaian Information Commission for 2009–2011 period, and was in charge
Sengketa Informasi (PSI). Saat ini, ia menjadi komisioner Bidang for Settlement of Information Disputes (PSI). Her current position
Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi (ASE) periode 2011–2013. is commissioner for Education, Dissemination and Advocacy (ESA)
for 2011–2013 period.
ANGGOTA MEMBER
Dono Prasetyo. Lulusan Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Dono Prasetyo. He graduated from the Faculty of Biology,
Wacana, Salatiga (1990) dan sekarang sedang menempuh Studi University of Kristen Satya Wacana, Salatiga in 1990, and he is
Pascasarjana (S2) Fakultas Manajemen Administrasi Publik di currently taking postgraduate studies in the Faculty of Management
Universitas Nasional Jakarta. Sejak tahun 2003–2008, Dono bersama of Public Administration at the National University Jakarta. In 2003–
aktivis Koalisi Kebebasan Memperoleh Informasi Publik berjuang dan 2008, Dono, along with activists of coalition for obtaining freedom
mengawal proses pembentukan UU No. 14 Tahun 2008 Tentang of public information, overseeingand struggling for establishment
Keterbukaan Informasi Publik yang pada rancangan awal dikenal process of Law No. 14 of 2008 on public information disclosure,
dengan RUU Kebebasan Memperoleh Informasi Publik (RUU KMIP). which was known on its preliminary stage as Bill of Freedom of
Ia juga pernah menjabat sebagai direktur Pengembangan Institusi Information (RUU KMIP). He served as Director of Institutional
Institut Studi Arus Informasi (ISAI). Aktif memperjuangkan kebebasan Development at Institut Studi Arus Informasi (ISAI). He has been
berekspresi termasuk di dalamnya adalah kebebasan media untuk actively struggling for freedom of expression, including freedom
menulis. Mengikuti workshop mediasi yang diselenggarakan oleh for media to write. He attended Mediation Workshop organized by
Management System International (MSI) di kantor pusatnya di the Management Systems International (MSI) at its headquarters
Washington DC, Amerika Serikat, pada 23 Desember 2011. Pada in Washington DC, USA on 23 December 2011. For working period
periode 2009–2011 kepengurusan di KI Pusat, Dono terpilih untuk of 2009–2011, Dono was chosen to carry out duties in the Field
mengemban amanat di Bidang Edukasi, Sosialisasi dan Advokasi. of Education, Dissemination and Advocacy. As for his working
Untuk kepengurusan selanjutnya (periode 2011–2013), Dono period of 2011–2013, Dono is responsible for the Settlement of
mendapat tanggung jawab untuk membidangi Penyelesaian Information Disputes (PSI).
Sengketa Informasi (PSI).
ANGGOTA MEMBER
Ramly Amin Simbolon. Wartawan senior yang merupakan salah Ramly Amin Simbolon. He is senior journalist who is one
satu kader terbaik dari Grup Pos Kota, Jakarta. Pengalamannya of best personnel of Pos Kota Group, Jakarta. His extensive
yang panjang sebagai wartawan di DPR dan Istana Kepresidenan experience as a journalist in the House of Representative and the
membawanya pada jabatan wakil pemimpin Redaksi Harian Presidential Palace took him to the post of Deputy Chief Editor
Terbit. Menyelesaikan S2 Kriminologi FISIP Universitas Indonesia of Harian Terbit. He finished his postgraduate study at FISIP
(2009). Ramly—biasa orang-orang menyapanya—pada periode Criminology, University of Indonesia in 2009. Ramly was elected
2009–2011 terpilih sebagai anggota Komisi Informasi Pusat dan to join Central Information Commission, and in 2009–2011
diberi tanggung jawab untuk membidangi Penyelesaian Sengketa working period, he was in charge for Settlement of Information
Informasi. Kini pada periode 2011–2013, Ramly mendapat amanat Disputes Subcommittee. In the second half of his working period
dalam Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi (ASE). of 2011–2013, Ramly acquired mandate to work on the field of
Education, Dissemination and Advocacy (ESA).
ANGGOTA MEMBER
Amirudin. Lulusan S1 Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Diponegoro Amirudin. He attained graduate degree of Communication
(1992), Graduate Diploma Bidang Komunikasi Kebudayaan University Science, FISIP Diponegoro University in 1992; Graduate Diploma
of Copenhagen Denmark (1996), S-2 Antropologi UI (2002), Training of Communication Culture University of Copenhagen Denmark
Mediasi di Negara Bagian Arizona, Universitas Arizona, Amerika in 1996; postgraduate degree in Anthropology from University of
Serikat (2006). Sejak 1992 menjadi dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Indonesia in 2002. He attended Mediation Training at Arizona State,
FISIP UNDIP, ketua KPID Jawa Tengah (2007–2009), kepala Badan Riset Arizona State University, USA in 2006. Since 1992, he has been
dan Data Mapilu-PWI Pusat, anggota presidium Jaringan Jurnalis teaching in Department of Communication Science of FISIP Undip.
untuk Transformasi, Edukasi, dan Demokrasi (J-TREND), sekretaris He was elected as Chairman of the Regional Branch of the National
Moslem Intelectual Institute for Civil Society (MIICS). Mengikuti Broadcasting Commission (KPID) Central Java for 2007–2009 period,
workshop mediasi yang diselenggarakan oleh Management System Head of Research and Data Center Mapilu-PWI, Member of the
International (MSI) di kantor pusatnya, di Washington DC, Amerika Presidium of the Network of Journalists for Transformation, Education
Serikat, pada 23 Desember 2011. Dosen yang tengah menempuh and Democracy (J-TREND), and Secretary of Moeslem Intellectual
S3 bidang Antropologi di Universitas Indonesia ini sebelumnya Institute for Civil Society (MIICS). He attended as well, the Mediation
memegang Bidang Kelembagaan pada KI Pusat periode 2009– Workshop organized by the Management Systems International (MSI)
2011. Pada periode selanjutnya (2011–2013), Amirudin dipercayai at its headquarters in Washington DC, USA on 23 December 2011.
memangku bidang yang sama. He is currently undergoing PhD program of Anthropology at the
University of Indonesia. He was previously in charge for Institutional
Field of Information Commission for period of 2009–2011. In second
half period of 2011–2013,Amirudinis assigned at the same post.
5
6. Komisi Informasi Provinsi
KI Provinsi Lampung (Periode 2011–2015)
Dilantik pada 3 Maret 2011
Ketua: Juniardi
Alamat: Jl. Basuki Rahmat No. 29
Teluk Betung, Bandar Lampung
KI Provinsi Sumatera Selatan (2011–2015) Telp./Fax. (0721) 470586
Dilantik pada 4 Agustus 2011
KI Provinsi Nangroe Aceh Darussalam (2012-2016) Ketua: Sulasiman
Alamat: Gedung Dinas Perhubungan, KI Provinsi Kalimantan Tengah (2011–2015)
Dilantik pada 19 Juni 2012 Dilantik pada 7 Oktober 2011
Ketua: Afrizal Tjoetra, SPd. MSi Komunikasi dan Informatika,
Jl. Kapt. A. Rifai No.51 Palembang, Sumatera Selatan Ketua: Satriadi
Alamat: Jl. Sultan Alaydin Mahmud Syah No.14 Alamat: Kantor Dishubkominfo Kalteng.
Seuramoe, Aceh. Fax. 0651–22221 Telp. (0711) 363125.
Jl. S. Parman No.1, Palangkaraya, Kalteng.
Telp. (0536) 3221090, 3221205.
Fax. (0536) 3221674/3224547
KI Provinsi Kepulauan Riau (2010–2014)
Dilantik pada 4 Agustus 2010
Ketua: Arifuddin Jalil
Alamat: Jl. D.I Panjaitan No. 2 Km. 6
Tanjung Pinang, Telp. (0771) 4571167,
Fax. (0771) 4511769
KI Provinsi Jawa Barat (2011–2015)
Dilantik pada 29 April 2011
Ketua: Dan Satriana
Alamat: Jl. Ehrlich No. 3 Bandung 40171
Telp./Fax. (022) 4237254
KI Provinsi Banten (2010–2015) KI Provinsi DKI Jakarta (2012–2016)
Dilantik pada 24 Februari 2011 Dilantik pada 15 Maret 2012
Ketua: Yhannu Setyawan, SH, MH Ketua: Yulianto Widirahardjo
Alamat: Gedung Prasada Sarana Karya KI Provinsi Jawa Tengah (2010–2014)
Alamat: Jl. Syekh Nawawi Bantani Blok. F No. 1
Lantai 9, Jl. Suryopranoto No. 8, Jakarta Dilantik pada 3 Mei 2010
Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika KI Provinsi DI Yogyakarta (2011–2015)
Telp./Fax. (021) 63857449 Ketua: Rahmulyo Adiwibowo
Lt. II Kawasan Pusat Pemerintahan Dilantik pada 31 Oktober 2011
Alamat: Jl. Tri Lomba Juang No. 18 Semarang.
Provinsi Banten (KP3B) Curug, Serang, Banten. Ketua: Roswati
Telp./Fax. (024) 8411093
Telp. (0254) 267114 Alamat: Gedung Plaza Informasi Provinsi DIY.
Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta 55152
6 Telp. (0274) 7129800 Fax. (0274) 485405
7. KI Provinsi Sulawesi Selatan (2011–2015)
KI Provinsi Kalimantan Timur (2012–2016) Dilantik pada 12 April 2011
Dilantik pada tanggal 30 Mei 2012 Ketua: Aswar Hasan, MSi
Ketua: Jaidun, SH, MH Alamat: Kantor Dinas Perhubungan,
Alamat: Jl. Basuki Rahmat No.41, Komunikasi dan Informatika
Samarinda 75112. Jl. Perintis Kemerdekaan Km-15 Daya,
Telp./Fax. (0541) 731963 Makassar, Sulawesi Selatan 90241 KI Provinsi Gorontalo (2010–2014)
Telp./Fax. (0411) 513901 Dilantik pada 10 Desember 2010
Ketua: Amir Mahmud
Alamat: Jl. Jamaludin Malik 41,
Gorontalo Telp. (0435) 828626
KI Provinsi Sulawesi Utara (2012–2016)
Dilantik pada tanggal 13 April 2012
Ketua: Drs. Boy Lalamentik
Alamat: Jl. Martadinata No. 35
Telp./Fax. (0431) 863634
Manado 95127
KI Provinsi Bali (Periode 2012–2016) KI Provinsi Nusa Tenggara Barat(2011–2015)
KI Provinsi Jawa Timur (2010–2014) Dilantik pada 4 Juni 2012 Dilantik pada 8 Februari 2012
Dilantik pada 14 Mei 2010 Ketua: Gede Santanu, SE, MM Ketua: Agus Marta Hariadi, SE
Ketua: Djoko Tetuko A. Latif Alamat: Jl. Kapten Cok Agung Tresna No. 63, Alamat: Jalan Udayana No. 14 Lantai. 2
Alamat: Jl. Bandilan No.4 Waru–Sidoarjo Denpasar Nusa Tenggara Barat
Telp./Fax. (031) 8546945
7
8. Milestone Komisi Informasi Pusat
30 April 2008
UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
1–3 Okt. 2010
Ketua KI Pusat, A. Alamsyah Saragih,
Informasi Publik (UU KIP) disahkan oleh
menyampaikan presentasi mengenai
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Jaminan Hak atas Informasi” pada The
4th Connecting Civil Societies of Asia
and Europe Conference, an official side
event of Asia-Europe Meeting (ASEM8) di
12 Mei 2009 Brussel, Belgia.
Rapat Paripurna DPR RI menetapkan 7
Komisioner Komisi Informasi Pusat (KI
Pusat) hasil uji kelayakan dan kepatutan
di Komisi I DPR RI, yakni Abdul Rahman
Ma’mun, Amirudin, Ramly Amin
Simbolon, Henny S. Widyaningsih, 28 Sept. 2010
Ahmad Alamsyah Saragih, Dono Hari Hak untuk Tahu se-Dunia
Prasetyo, dan Usman Abdhali Watik. (International Right to Know Day)
diperingati KI Pusat bersama Badan
Publik dan masyarakat pemohon
informasi.
2 Juni 2009
Presiden menandatangani Keputusan
Presiden No. 48/P Tahun 2009 tentang
pengangkatan 7 Komisioner KI Pusat
periode 2009–2013.
20 Agustus 2010
KI Pusat menetapkan Peraturan Komisi
Informasi Nomor 2 Tahun 2010 tentang
Prosedur Penyelesaian Sengketa
16 Juli 2009 Informasi Publik (Perki PSI).
Pengukuhan dan pengucapan
sumpah jabatan Komisioner Komisi
Informasi Pusat (KI Pusat) periode
2009–2013.
26 Juli 2010
KI Pusat bertemu Ketua Mahkamah
28 Agustus 2009 Agung, Harifin A Tumpa, membahas
KI Pusat menetapkan Kode Etik penyelesaian sengketa informasi di
Komisi Informasi. tingkat pengadilan dan kasasi MA.
6 Maret 2010
KI Pusat bertemu Ketua Mahkamah
Konstitusi Mahfudz MD membahas 14 Juli 2010
kerjasama penyelenggaraan persidangan Penandatangan MoU antara KI
sengketa informasi dengan video Pusat dengan Badan Pengawas
conference di Gedung MK. Pemilu (Bawaslu).
7 April 2010
KI Pusat menetapkan Tata Tertib
Komisi Informasi Pusat.
30 April 2010
KI Pusat menetapkan Peraturan Komisi
Informasi Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Standar Layanan Informasi Publik (Perki
SLIP) dan diundangkan 7 Juni 2010.
30 April 2010
KI Pusat bertemu Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono membahas
kesiapan pemberlakuan UU KIP
mulai 1 Mei 2010.
8
9. 8 April 2012
7 Oktober 2010 KI Pusat menyampaikan
Putusan ajudikasi sengketa informasi pertama KI Laporan Tahunan 2011
Pusat antara Lembaga Penelitian dan Aplikasi Wacana kepada DPR RI.
(LPAW) Blora melawan PT. Blora Patragas Hulu (BUMD
Pemkab Blora), bahwa dokumen Surat Perjanjian 20–31 Des 2011
Kerjasama antara PT. BPH dengan pihak ketiga adalah Benchmarking ke Amerika Serikat
informasi terbuka yang bisa diakses publik. sebagai rintisan kerjasama
antara Komisi Informasi Pusat
dengan Management System
International (MSI).
30 Oktober 2010
Komisioner KI Pusat berkunjung 19–23 Des. 2011
Kantor Pemerintah Amerika Serikat Benchmarking ke Nepal. Delegasi KI
Urusan Informasi Publik (OGIS) di Pusat melakukan kajian perbandingan
Washington DC, Amerika Serikat. antara Nepal Right to Information Act
dengan UU KIP.
15 Nov. 2010
Putusan ajudikasi KI Pusat antara ICW 29 Nov. 2011
dengan 5 SMPN di Jakarta dan Dinas Terbitnya Peraturan Mahkamah Agung
Pendidikan DKI Jakarta, bahwa SPJ Dana (Perma) Nomor 2 tahun 2011 tentang
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) Informasi Publik di Pengadilan.
merupakan informasi terbuka yang bisa
diakses publik.
17 Des. 2010 29 Sept. 2011
Komisioner KI Pusat melakukan
Pengumuman rating dan pemberian
pertemuan dengan Presiden dan
penghargaan kepada Badan Publik dalam
Sekjen Komisi Informasi Prancis
menjalankan ketentuan UU KIP sebagai
(CADA) di Paris.
bagian dari rangkaian acara peringatan
Right to Know Day.
20 Des. 2010
Komisioner KI Pusat
melakukan pertemuan
dengan Komisi Informasi 28 Sept. 2011
Scotlandia (Scotish Peringatan Right to Know
Information Commission) di Day (Hari Hak untuk Tahu)
St. Andrew, Scotland. se-Dunia.
31 Des. 2010
KI Pusat telah telah menerima 8 Agustus 2011
122 keberatan kepada Badan Serah terima jabatan pimpinan Komisi Infor
Publik dan 82 kasus berlanjut masi Pusat dari Ahmad Alamsyah Saragih
ke tahap pengajuan sengketa dan Henny S. Widyaningsih (Ketua dan Wakil
informasi sejak pemberlakuan Ketua Periode 2009–2011) kepada Abdul
UU KIP 1 Mei 2010. Rahman Ma’mun dan Usman Abdhali Watik
(Ketua dan Wakil Ketua Periode 2011–2013)
24 Januari 2011 30 April 2011
KI Pusat menyampaikan Laporan Konferensi pers peringatan 1 tahun
Tahunan 2010 kepada DPR RI. pemberlakuan UU KIP.
9
10. Daftar Isi Table of Contents
Pengantar —11 Overview—11
1. Pendahuluan—13 1. Introduction—13
2. Indikator Kinerja Komisi Informasi Pusat—15 2. Central Information Commission’s Performance
n Indikator Output-1: Presentase Badan Publik yang Indicators—15
melak anakan ketentuan Keterbukaan Informasi
s n Output Indicator-1: Percentage of public agencies
Publik .............................................................................................15 to implement provisions of public disclosure.................... 15
n Indikator Output-2: Presentase Sengketa Informasi n Output Indicator-2: Percentage of Public Information
Publik Yang Terselesaikan ...................................................... 17 Disputes Resolved....................................................................... 17
n Indikator Output-3: Jumlah Kegiatan Komisi n Output Indicator-3: Number of Conducted Activities
Informasi Pusat Yang Terlaksana ......................................... 17 by The Central Information Commission........................... 17
3. Bidang Kelembagaan—19 3. Institutional Unit—19
1. Kerjasama dengan Lembaga Lain........................................ 19 1. MoU with Other Institutions.................................................. 19
2. Bimbingan Teknis Badan Publik untuk Penerapan 2. Public Agency Technical Guidance for Implementing
SLIP.................................................................................................. 20 SLIP.................................................................................................. 20
3. Mendorong pembentukan KI Provinsi............................... 20 3. Encouraging the Establishment of Provincial
4. Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi 2011....... 21 Information Commission........................................................ 20
5. Monitoring dan Evaluasi Badan Publik 4. National Coordinating Meeting of Information
Dalam Pelaksanaan UU KIP.................................................... 21 Commission 2011...................................................................... 21
6. Benchmark Keterbukaan Informasi Publik di Luar 5. Public Agencies Monitoring and Evaluation as
Negeri............................................................................................. 24 implementation of KIP Act..................................................... 21
6. Benchmark on Transparency of Public Information
Abroad............................................................................................ 24
4. Bidang Penyelesaian Sengketa Informasi—26 4. Public Information Dispute Settlement Division—26
4.1. Penanganan Sengketa Informasi Publik Sesuai UU 4.1. Settlement of Public Information Dispute based on
No. 14 tahun 2008..................................................................... 26 Act No.14/2008........................................................................... 26
4.2. Pelatihan Mediasi ...................................................................... 29 4.2. Mediation Training ................................................................... 29
4.3. Diskusi Ahli dalam Rangka Proses Penyelesaian 4.3. Expert Discussion on Process of Dispute Settlement .29
Sengketa........................................................................................ 29 4.4. Facilitate Establishment of Network of Legal Aid ......... 30
4.4. Memfasilitasi Pembentukan Jaringan Kerja Bantuan
Hukum............................................................................................ 30
5. Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi—31 5. Advocacy, Socialization and Education Division—31
5.1 Memfasilitasi Pembentukan Jaringan Kerja Komunitas 5.1 Facilitate Establishment of Network of Public
Peduli Informasi Publik............................................................ 31 Information Disclosure Support Community.................. 31
5.2 Diskusi Publik Reguler.............................................................. 32 5.2 Regular Public Discussion....................................................... 32
5.3 Pengelolaan Website................................................................ 32 5.3 Website Maintenance............................................................... 32
5.4 Penerbitan News Letter........................................................... 32 5.4 Publication of News Letter .................................................... 32
5.5 Pembuatan CD Audio Visual................................................. 33 5.5 Production of Audio Visual CD............................................. 33
5.6 Advertorial.................................................................................... 33 5.6 Advertorial.................................................................................... 33
5.7 Iklan Layanan Masyarakat Tentang Keterbukaan 5.7 Public Service Ad on Public Information Disclosure .........33
Informasi Publik.......................................................................... 33 5.8 Interactive Dialogue ................................................................. 34
5.8 Dialog Interaktif.......................................................................... 34
6. Dukungan Administrasi Kesekretariatan 35 — 6. Administrative Support—35
6.1 Struktur Organisasi Sekretariat Komisi Informasi 6.1 Organizational Structure of Secretariat of Central
Pusat............................................................................................... 35 Information Commission ....................................................... 35
6.2 Keuangan Komisi Informasi Pusat T.A 2011.................... 36 6.2 Finance of Central Information Commission Fiscal
6.3 Rencana Kerja Komisi Informasi Pusat 2012.................... 38 Year 2011 ...................................................................................... 36
6.3 Work Plan of Central Information Commission
in 2012 .......................................................................................... 38
10
11. Pengantar Overview
Sebuah riset, yang dilakukan Center for Law and Democracy A research conducted by the Center for Law and Democracy
(CLD) Canada di akhir tahun 2011, menempatkan Indonesia (CLD) Canada at the end of 2011, put Indonesia as the highest
sebagai negara dengan nilai tertinggi di Asia Tenggara (120 scored country in Southeast Asia (120 points) on transparency
poin) dalam aspek regulasi transparansi yang mengatur hak atas of regulation with respect of the right to information (right to
informasi (right to know). Selain itu, Indonesia juga masuk dalam know). Furthermore, Indonesia is listed in the top 20 of more
20 besar dari lebih dari 120 negara di dunia yang menerapkan than 120 countries around the world to administer freedom of
Undang-undang Kebebasan Informasi (Freedom of Information information legislation (Freedom of Information Act). Indonesia
Act). Hal itu, tentu, karena Indonesia memiliki Undang-undang admitted Act no. 14/ 2008 on Public Information Disclosure
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP) which was initiated and passed by the House of
(UU KIP), yang merupakan inisiatif DPR, yang disahkan pada 30 Representative on 30 April 2008, and put into practice since 30
April 2008 dan diberlakukan sejak 30 April 2010. April 2010.
UU KIP merupakan regulasi yang strategis guna mewujudkan Public Information Disclosure Act (KIP Act) is a strategic
proses demokratisasi dalam kerangka menuju kesejahteraan regulation to support democracy process in order to achieve
rakyat. Keterbukaan informasi publik merupakan salah satu common welfare. Public information disclosure is one of
ciri dari kehidupan negara demokratis. Keterbukaan informasi distinguished traits of democratic country. Disclosure of
memiliki makna yang luas bagi kehidupan bernegara dan public information has a significant designation for a nation,
berbangsa, karena semua pengelolaan badan-badan publik, as all management of public service institutions must be held
dalam proses penyelenggaraan negara dan pemerintahan, accountable to the public.
wajib dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
Semua Badan Publik, menurut UU KIP, berkewajiban menyam According to KIP Act, all of public institutions are obliged to
paikan informasi publik secara terbuka kepada masya rakat. disclose their materials to the public. However, the Act also
Namun demikian, dalam UU ini diatur pula informasi yang exempts certain information from public access as set forth
dikecualikan, di mana informasi tersebut tidak dapat diberikan/ in article 17 of this Act, unless the Information Commission
diakses oleh publik (pemohon) sebagaimana diatur dalam pasal decided otherwise.
17 UU ini, kecuali atas putusan Komisi Informasi.
UU juga mengamanatkan pendirian Komisi Informasi sebagai Moreover, the KIP Act mandates the arrangement of the
lembaga mandiri yang berfungsi menjalankan UU dan peraturan Information Commission as an independent agency to
pelaksanaannya; menetapkan petunjuk teknis standar layanan administer and implement the Act; setup technical guidelines
informasi publik; dan menyelesaikan sengketa informasi publik for public information standard service, and resolve disputes
melalui mediasi dan/atau ajudikasi nonlitigasi. on public information through mediation and/or adjudication
of litigation.
Komisi Informasi Pusat periode pertama (2009–2013), yang The Central Information Commission on its initial working period
beranggotakan 7 (tujuh) komisioner, dibentuk berdasarkan of 2009–2013, consists of seven commissioners, constituted under
Keppres No. 48/P Tahun 2009 setelah melalui uji kepatutan Presidential Decree No. 48 / 2009, inaugurated after passing fit and
dan kelayakan oleh Komisi 1 DPR RI. Dari ketujuh anggota proper test by the House of Representatives. Of those seven, two of
Komisi Informasi, 2 (dua) orang di antaranya mewakili unsur them representing the government, namely Amirudin and Henny
pemerintah, yakni Amirudin dan Henny S. Widyaningsih, dan S. Widyaningsih, while five other representing public communities,
5 (lima) orang lainnya mewakili unsur masyarakat, yakni Abdul namely Abdul Rahman Ma’mun, Ahmad Alamsyah Saragih, Dono
Rahman Ma’mun, Ahmad Alamsyah Saragih, Dono Presetyo, Presetyo, Ramly Amin Simbolon, and Usman Abdhali Watik.
Ramly Amin Simbolon, dan Usman Abdhali Watik.
Berdasarkan aturan internal Komisi Informasi Pusat, Ketua dan Based on the internal rule of Central Information Commission,
Wakil Ketua dipilih setiap 2 tahun sekali. Oleh karena itu di the Chairman and Vice Chairman are elected every two years.
pertengahan tahun 2011 dilakukan pergantian Ketua dan Wakil Therefore, in medio of 2011, Abdul Rahman Ma’mun replaced
Ketua. Abdul Rahman Ma’mun menggantikan Ahmad Alamsyah Ahmad Alamsyah Saragih as Chairman, and Usman Abdhali Watik
Saragih selaku Ketua, dan Usman Abdhali Watik menggantikan took Henny S. Widyaningsih’s post as Vice Chairman.
Henny S. Widyaningsih.
11
12. Di tahun 2011 atau tahun kedua pemberlakuan UU KIP, Komisi In 2011, the second year of rendering the KIP Act, the Central
Informasi Pusat telah melakukan program kerja yang mengacu Information Commission has arranged a working program with
kepada Rencana Strategis 2010–2013, yaitu tahap Penguatan. reference to the Strategic Plan 2010–2013, namely Strengthening
Kinerja Komisi Informasi Pusat 2011 pada tahap penguatan Phase. Central Information Commission’s 2011 performance at
kelembagaan inilah yang dituangkan dalam Laporan Tahunan this stage of institutional strengthening is, thenceforth, outlined
Komisi Informasi Pusat Tahun Anggaran 2011 ini. on our Annual Report.
Ketua Komisi Informasi Pusat
Chairman of the Central Information Commission
Abdul Rahman Ma’mun
12
13. 1. Pendahuluan 1. Introduction
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi Information Commission is an independent agency to exercise
menjalankan Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik Act of Freedom of Information and its derivative regulations,
dan peraturan pelaksanaannya, menetapkan petunjuk teknis stipulate technical guidelines for public information service
standar layanan informasi publik dan menyelesaikan sengketa standards and resolve disputes on public information through
informasi publik melalui mediasi dan/atau ajudikasi non-litigasi. mediation and/or adjudication of non-litigation.
Sesuai Undang-Undang No. 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan In accord to Act No. 14/ 2008 on Public Information, Central
Informasi Publik, Komisi Informasi Pusat dibentuk dengan Information Commission was established with 4-year tenure.
masa kerja 4 tahun. Dalam dokumen Rencana Strategis Komisi Central Information Commission’s Strategic Plan 2010–2013
Informasi Pusat 2010–2013, dirancang tahapan perkembangan setup its developmental phase and working composition as
dan komposisi program kerja sebagai berikut: follows:
Sebagaimana tertuang dalam Rencana Strategis Komisi Infor Central Information Commission’s working program is designed
masi Pusat untuk 2010–2013, secara gradual program kerja KI to gradually meet the 4-phase of institution development,
Pusat dilaksanakan untuk memenuhi 4 tahapan perkembangan which are Development Phase in the first year, Strengthening
dalam membangun kelembagaan KI Pusat, yakni: Tahap Phase in the second year, Consolidation Phase in the third year,
Pengembangan di tahun pertama, Tahap Penguatan di tahun and Service Phase for the fourth year.
kedua, Tahap Pemantapan di tahun ketiga, dan Tahap Pelayanan
di tahun keempat.
Tahapan Pengembangan
Komisi Informasi Pusat 2010–2013
2010 2013
Pelayanan Monitoring & Evaluasi
5%
10% 20% 20%
Jaringan 20%
10%
30%
Regulasi 10% 50%
30%
10%
35%
10%
20%
Organisasi 10%
50% 40%
10%
10%
Pengembangan Penguatan Pemantapan Pelayanan
2010 2011 2012 2013
Di setiap tahapannya, program kerja KI dikemas dalam 5 do Each stage consists of five domain, in which each domain is
main, di mana di setiap domain diberikan bobot proporsi weighted proportionally based on the targets of each phase.
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pemenuhan target di These five domains are: service, monitoring and evaluation,
setiap tahap pengembangannya. Kelima domain itu meliputi: network, regulation, and organization.
pelayanan (service), monitoring dan evaluasi (monitoring and
evaluation), jaringan kerja (network), regulasi (regulation), dan
organisasi (organization).
Di tahun pertama (2010)—tahap pengembangan organisasi, In the first year (2010)—organizational development
program kerja KI diberikan bobot proporsi: organisasi sebesar phase, Central Information Commission’s working programs
50%, regulasi sebesar 30%, jaringan kerja sebesar 10%, dan are weighted: 50% for organization, 30% for regulation, 10%
pelayanan sebesar 10%. Di tahun pertama ini, program for network, and 10% service. In this first year, monitoring
monitoring dan evaluasi belum dilaksanakan mengingat masih and evaluation domain was not carried out yet because the
di tahap set-up organisasi di tahun pertama. organization was still in it’s initial stage.
Di tahun kedua (2011)—tahap penguatan kelembagaan, In the second year (2011)—institutional strengthening
proporsi program digeser ke fokus penguatan, sehingga phase, program’s focus was shifted to reinforcement. Therefore,
komposisi program bergeser seperti berikut: Untuk program domains are weighted as follows: organizational program was
13
14. organisasi dari yang semula proporsinya 50% diturunkan reduced from 50% to 30%, regulatory program was reduced as
menjadi 30%, program regulasi dinaikkan dari yang semula 30% well, from 30% to 35%, service program was raised from 10% to
menjadi 35%, program pelayanan dinaikkan dari yang semula 20%, and monitoring and evaluation program was implemented
10% menjadi 20%, dan program monitoring dan evaluasi in this second year with the proportion of 5%. Network domain
sudah mulai dilaksanakan di tahun kedua ini dengan proporsi kept its share of 10%, given its importance for both development
sebesar 5%. Khusus untuk program jaringan proporsinya tetap, and strengthening phases.
yaitu 10%, mengingat jaringan kerja sama-sama penting untuk
pengembangan maupun penguatan organisasi.
Di tahun ketiga (2012)—tahap pemantapan, beda lagi, In the third year (2012)—consolidation phase, the weight of
proporsi programnya bergeser pula mengikuti arah dan each domain is different as well. Program’s proportion is designed
orientasi pengembangan lembaga. Fokus program di tahun ini to follow the latter orientation of the developing agency. Focus
adalah pemantapan sehingga program-program pun diarahkan of this year’s program is directed towards consolidation. Hence
untuk kepentingan itu. Karenanya proporsi program kembali the proportion is re shifted to: organizational development
digeser: program pengembangan organisasi turun menjadi program down 15% from the previous 30%, regulatory program
15% dari yang sebelumnya 30%, program regulasi diturunkan reduced from 35% to 20%, network program remained at 10%,
menjadi 20% dari yang semula 35%, program jaringan kerja program service increased to 35% from previously 20%, and
tetap 10%, program pelayanan dinaikkan menjadi 35% dari monitoring and evaluation program is increased to 5%.
yang sebelumnya 20%, dan program monitoring dan evaluasi
dinaikkan dari yang sebelumnya hanya 5% menjadi 20%.
Di tahun keempat (2013)—tahap pelayanan, tahun di mana In the fourth year (2013)—stage of service, the final year of
KI Pusat di periode pertama berakhir. Fokus program kembali first batch of the Central Information Commission. The focus
diarahkan untuk benar-benar fokus pada penguatan fungsi of the program rerouted to service. Number of programs,
pelayanan. Karenanya sejumlah program yang diturunkan consequently, are lowered to adjust the service functions.
di tahun ini pun proporsinya digeser menyesuaikan dengan Organizational program is set to 10%, regulation takes 10% of
kebutuhan penguatan fungsi pelayanan. Komposisi program program, 10% for network, 50% for service, whereas monitoring
ditetapkan, antara lain: pengembangan organisasi sebesar 10%, and evaluation sets to 20%.
regulasi sebesar 10%, jaringan kerja sebesar 10%, dan pelayanan
sebesar 50%, serta monitoring dan evaluasi sebesar 20%.
Pada tahun 2011 fokus bergeser pada pelayanan (penyelesaian In 2011, the focus of the agency is weighted to service (resolving
sengketa dan konsultasi bagi badan publik) dan penyusunan disputes and providing consultation for public agencies) and
regulasi-regulasi pendukung untuk memperkuat fungsi drafting supporting regulations to strengthen these service
pelayanan Komisi informasi Pusat berdasarkan perkembangan functions. In order to implement our work plans, the Central
kebutuhan. Untuk menjalankan berbagai rencana kerja tersebut, Information Commission commissioners are distributed to three
Komisi Informasi Pusat mendistribusikannya ke dalam tiga areas, namely: (i) Field of Dispute Resolution; (ii) Institutional
bidang kerja, yakni: (i) Bidang Penyelesaian Sengketa; (ii) Bidang Sector; (iii) Sector Advocacy, Dissemination and Education.
Kelembagaan; (iii) Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi.
Untuk mendukung kerja ketiga Bidang tersebut telah dibentuk To support these three divisions, a secretariat was established
sekretariat yang merupakan satuan kerja di kementerian as a working unit in the Ministry of Communications and
Kominfo. Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris dan Information. This secretariat is led by a secretary in charge of
membawahi tiga bagian: (i) Bagian Administrasi Penyelesaian three sub-units: (i) Administration of Dispute Resolution; (ii)
Sengketa, (ii) Bagian Perencanaan dan Program, (iii) Bagian Planning and Programs; (iii) General Section.
Umum.
Laporan Tahunan Komisi Informasi Pusat Tahun 2011 ini Central Information Commission’s annual report of 2011
memuat kinerja Komisi Informasi Pusat tahun anggaran 2011, concludes our performance related to 2011 budget,
perkembangan pelaksanaan kegiatan selama periode 2011 development of activities in 2011 in our respective field of work,
berdasarkan masing-masing Bidang Kerja, Realisasi Anggaran Actual 2011 Budget, Work Plan and Activities Budget of 2012.
2011, dan Rencana Kerja dan Anggaran Kegiatan tahun 2012.
14
15. 2. Indikator Kinerja Komisi 2. Central Information
Informasi Pusat Commission’s
Performance Indicators
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri yang berfungsi Information Commission is an independent agency to exercise
menjalankan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya, Act of Freedom of Information and its implementing regulations,
menetapkan petunjuk teknis standar layanan informasi publik stipulate technical guidelines for public information service
dan menyelesaikan sengketa informasi publik melalui mediasi standards and resolve disputes on public information through
dan/atau ajudikasi non-litigasi. regulatory and/ or adjudication of non-litigation.
Pada saat pembentukan, berdasarkan RPJMN dan Renstra Ke At the time of formation, RPJMN and Strategic Plan of Ministry
men erian Kominfo, ditetapkan tiga indikator kinerja dalam pe
t of Communications stipulated three performance indicators to
lakanaan tugas dan fungsi Komisi Informasi. Ketiga indikator
s gauge performance and functions of this commission. These
utama tersebut adalah: (i) persentase Badan Publik yang melak three main indicators are: (i) percentage of public agencies
sanakan ketentuan KIP; (ii) persentase penyelesaian sengketa to implement KIP provisions, (ii) percentage of settled public
informasi publik, dan (iii) persentase pelaksanaan kegiatan information disputes, and (iii) percentage of activities conducted
Komisi Informasi Pusat. by Central Information Commission.
n Indikator Output-1: Presentase Badan Publik yang n Output Indicator-1: Percentage of public agencies to
melak anakan ketentuan Keterbukaan Informasi Publik
s implement provisions of public disclosure
Berdasarkan UU KIP, paling tidak ada tujuh ketentuan yang harus Based on KIP Act, there are at least seven provisions that must
dijalankan oleh Badan Publik. Dari tujuh ketentuan tersebut be exercised by public agencies. Of those seven provisions,
dapat disusun beberapa variabel kunci pelaksanaan UU KIP several key variables are derived to measure public agencies
oleh Badan Publik. Variabel tersebut adalah: (i) Pembentukan compliance on KIP Act. Those variables are: (i) Installment of
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); (ii) Management Officer for Information and Documentation
Pengklasifikasian dan penyediaan informasi oleh Badan Publik; (PPID); (ii) Classification and provision of information by public
(iii) Penyusunan SOP layanan informasi. agency; (iii) Arrangement of SOP for information services.
Komisi Informasi Pusat memiliki kompetensi untuk menyele aikan
s Central Information Commission is authorized to settle public
Sengketa Informasi Publik di Badan Publik tingkat Pusat. Hingga information disputes at the public agency on the national level.
saat ini, Komisi Informasi baru memonitor dua variabel utama Until now, Information Commission has set two main variables
untuk melihat tingkat kepatuhan Badan Publik tingkat Pusat, yakni: to measure level of compliance of public agency on national
pertama, pembentukan PPID di tingkat Kementerian dan Lembaga. level, which are: firstly, the establishment of PPID in ministries
Kedua, pelaksanaan kewajiban mempublikasikan informasi secara and institutions of equal level. Secondly, the compliance of
berkala sebagaimana diatur pasal 9 UU KIP. public agency to publish information on a regular basis as
stipulated in article 9 of UU KIP.
Adapun ketentuan untuk mendokumentasikan informasi yang As for provisions for archiving information that must be
wajib tersedia setiap saat, sebagaimana diatur pasal 11 UU available at any time, as acknowledge in Article 11 of UU KIP,
KIP, dan penyusunan SOP layanan informasi belum merupakan and arrangement of SOP for information service, both are not
variabel yang dipantau pada tahun 2011. Pemantauan atas monitored in 2011. These variables will be monitored in 2012, in
variabel ini akan dilakukan mulai tahun 2012, guna melihat accord to implementation progress on the national level.
perkembangan pelaksanaan di Badan Publik tingkat Pusat.
Baru 29% Badan Publik tingkat Pusat yang membentuk PPID. On average, merely 29% of public agencies at national
Pemantauan dilakukan terhadap 34 Kementerian dan 129 Lem level formed PPID. This monitoring was conducted over
baga di tingkat Pusat. Fokus sosialisasi dan tingginya permin 34 ministries and 129 institutions. 71.0% of ministerial public
taan informasi kepada Kementerian menyebabkan Badan Publik agencies formed PPID due to high demand of information,
Kementerian mencapai porsi pembentukan PPID 71.0%, sedangkan followed by intense socialization by KIP. Whereas, only 22.5%
Badan Publik Lembaga Non Kementerian hanya mencapai 22.5 of non-ministerial public agencies conducted similar measure.
%. Dengan demikian, secara keseluruhan baru 29% Badan Publik Thus, the overall outcome is 29%.
tingkat Pusat yang telah membentuk PPID.
15
16. Tahapan Pengembangan
Komisi Informasi Pusat 2010–2013
Ada 9 Kementerian dan Lembaga yang mencapai skor di There are nine ministries and institutions scored above 50%
atas 50% untuk penyediaan informasi berkala. Komisi In for its provision of regular information. Central Information
for
masi Pusat melakukan monitoring terhadap pelaksanaan Commission observed implementation of Article 9 of KIP Act
pasal 9 UU KIP, tentang penyediaan informasi berkala, pada 28 on provision of regular information on 28 September 2011.
September 2011. Hasil monitoring menunjukkan bahwa ham The result indicated that most institutions did not update their
pir sebagian besar kementerian lembaga belum melakukan websites content periodically as instructed by the KIP Act and
penyeuaian isi (content) situs mereka berdasarkan jenis-jenis
s Information Commission Regulation No. 1/2010 on Public
infor asi berkala yang telah diatur oleh Undang-undang KIP
m Information Services Standards. The highest rate achieved by
dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang the Ministry of Communications (68.0).
Standar Layanan Informasi Publik. Angka tertinggi dicapai oleh
Kementerian Kominfo (68.0).
Tabel–2.1
Laporan Pelayanan Informasi Publik di Badan Publik
Jumlah Informasi Publik
Badan Publik
Permintaan Diberikan Tidak Diberikan Dalam Proses
Kementerian Kominfo 723 684 10 42
Kementerian Kesehatan 925 923 1 1
Kementerian keuangan 70 60 10 0
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 906 Tidak dilaporkan Tidak dilaporkan -
Badan Pemeriksa Keuangan dan
299 106 87 -
Pembangunan (BPKP)
Sumber: Laporan Tahunan Layanan Informasi di Badan Publik
Jumlah sengketa informasi relatif kecil dibandingkan The number of disputes on information disclosure is
jumlah permintaan. Dalam laporan beberapa kementerian relatively small compared to the amount of request for
dan lembaga yang memiliki peringkat tinggi, hanya sebagian information. High ranked ministries and agencies reported,
kecil jumlah informasi yang ditolak dan diadukan untuk only small amount of request is rejected and reported to
mendapatkan penyelesaian sengketa ke Komisi Informasi. Information Commission for further settlement. There was no
Belum dilakukan pemantauan lebih mendalam, apakah comprehensive research whether the low number is due to:
rendahnya aduan tersebut disebabkan oleh karena: (i) pemohon (i) requests were rejected; (ii) applicants did not understand
informasi menerima penolakan; (ii) tidak memahami prosedur procedures for settling disputes through the Information
penyelesaian sengketa melalui Komisi Informasi; (iii) mengetahui Commission; (iii) applicants recognized the procedures, but
prosedur pengaduan, tapi enggan mengadukan penolakan. were reluctant to file complains. In fiscal year 2012, monitoring
Pada tahun anggaran 2012 akan dilakukan monitoring dan and evaluation measures will be conducted concerning this
evaluasi terhadap kondisi ini. matter.
16
17. Hanya 7 Pemerintah Provinsi yang mencapai skor di atas Only seven Provincial Government scored above 50% for
50% untuk kategori penyediaan informasi berkala dan providing regular information and establishing of the
pembentukan Komisi Informasi Provinsi. Komisi Informasi Provincial Information Commission. Central Information
Pusat melakukan monitoring terhadap pelaksanaan pasal 9 UU Commission observed implementation of Article 9 of KIP Act
KIP, tentang penyediaan informasi berkala, pada 33 provinsi. for provision of regular information on 33 provinces. The results
Hasil monitoring per 31 Oktober 2011 menunjukkan bahwa of monitoring by 31 October 2011, showed that most of the
hampir sebagian besar pemerintah provinsi belum melakukan provincial governments did not adjust their website contents
Mediasi sengketa informasi. Termohon Walikota Jakarta Timur KIP gelar sidang ajudikasi sengketa informasi pertanahan antara Pemohon Agus
memberi informasi kepada Pemohon warga Jakarta Suseno Jember dengan Termohon BPN Provinsi Jatim yang berlangsung di
Surabaya, Kamis (29/3/2012).
penyesuaian isi (content) situs mereka berdasarkan jenis-jenis
informasi berkala yang telah diatur oleh Undang-undang KIP and provide periodical information as requested by KIP Act and
dan Peraturan Komisi Informasi No. 1 tahun 2010 tentang Commission Regulation KIP No. 1/2010 on Public Information
Standar Layanan Informasi Publik. Untuk pembentukan Komisi Service Standards. As for Information Commission, only 12
Informasi, baru mencapai angka 12 Provinsi. Angka tertinggi provinces have established such body on their respective area.
untuk skor kepatuhan dicapai oleh Pemerintah Provinsi Jawa The Provincial Government of East Java reached the highest
Timur (65.6). score for compliance (65.6).
n Indikator Output-2: Presentase Sengketa Informasi n Output Indicator-2: Percentage of Public Information
Publik Yang Terselesaikan Disputes Resolved
Ada 48% sengketa yang telah diselesaikan. Dari total 495 Approximately 48% of disputes have been resolved. Of total
permohonan penyelesaian sengketa yang masuk ke Komisi 495 requests for dispute settlement until December 2011, a
Informasi Pusat hingga Desember 2011, sebanyak 237 sudah number of 237 was successfully resolved by Central Information
berhasil diselesaikan oleh Komisi Informasi Pusat, baik melalui Commission, either through mediation, adjudication, with
mediasi, ajudikasi, penarikan permohonan penyelesaian seng drawal or termination, or through Preliminary Examination
ke informasi publik maupun penghentian melalui tahap
ta Council (MPP). Overall, number of disputes resolved by Central
Majelis Pemeriksaan Pendahuluan (MPP). Secara keseluruhan Information Commission is still below 50%.
jumlah sengketa yang berhasil diselesaikan Komisi Informasi
Pusat masih di bawah 50%.
Tabel–2.1
Status Permohonan Penyelesaian Sengketa Informasi
Jumlah
Status
2010 2011 Total
Proses Majelis Pemeriksaan Pendahuluan 106 106
Mediasi berjalan 12 108 120
Ajudikasi berjalan 13 19 32
Ditolak/dicabut 13 139 152
Mediasi Selesai 20 36 56
Ajudikasi selesai 18 11 29
Total Sengketa Informasi 76 419 495
17
18. Secara keseluruhan jumlah sengketa informasi yang didaftarkan Overall number of disputes registered to Central Information
ke Komisi Informasi Pusat mengalami lonjakan lebih dari 5 kali Commission surged to more than five times. In 2010, Central
lipat. Pada tahun 2011 jumlah sengketa yang didaftarkan 76 Information Commission filed 76 cases. The number was
kasus, meningkat menjadi 419 kasus pada tahun 2011. increased to 419 cases in 2011.
n Indikator Output-3: Jumlah Kegiatan Komisi Informasi n Output Indicators-3: Number of Conducted Activities by
Pusat Yang Terlaksana The Central Information Commission
Hampir semua kegiatan terlaksana, tetapi sisa anggaran Nearly all of planned activities carried out, but the remaining
belum teralokasikan untuk membiayai kegiatan baru. Jum budget was not able to finance further activities. Budget
lah realisasi anggaran Komisi Informasi Pusat pada tahun 2011 realization of 2011 came to 85.1%. The remaining budget mostly
mencapai 85.1%. Sebagian besar anggaran tersisa berasal dari derived from completed activities. Total calculation of inventories
kegiatan yang telah selesai dilaksanakan. Hasil inventarisasi completed in the last quarter of 2011. Hence, the remaining budget
baru diperoleh pada triwulan terakhir sehingga sebagian besar could not be allocated to new activities through budget revision
penghematan tak mungkin dialokasikan menjadi kegiatan scheme. This was caused by: (i) intense and ongoing program
baru melalui skema revisi anggaran. Hal ini disebabkan oleh: (i) activities; (ii) long process of budget allocation to procurement of
pelaksanaan kegiatan lain yang masih memiliki intensitas tinggi; expenditures (more than three months).
(ii) pengalokasian ke belanja barang yang diperlukan akan
menghadapi proses pengadaan yang memakan waktu cukup
panjang (lebih dari 3 bulan).
Pada Diagram-2.3 terlihat bahwa ada 3 jenis kegiatan yang Chart-2.3 shows three types of activity that have not been
tidak terselesaikan. Dua di antaranya hanya terealisasi sebagian completed. Two of which were only partially accomplished
(pembuatan CD audio visual dan penyuluhan dan penyebaran (audio visual CD production and counseling and dissemination
standar layanan informasi ke badan Publik) dan satu kegiatan of information service standards to public agencies) and one of
tidak terlaksana sama sekali (penyusunan road map pelayanan which was not completed at all (drafting of public information
informasi publik). services road map).
Diagram–2.3
Realisasi Anggaran dan Kegiatan 2011
18
19. 3. Bidang Kelembagaan 3. Institutional Unit
Bidang Kelembagaan Komisi Informasi (KI) memiliki tugas: (1) Me Information Commission’s Institutional Unit carries our duties as
nyusun pelaksanaan regulasi internal untuk kepentingan meng follows: (1) drafting internal regulations related to Information
efek
tifkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kelembagaan Commission’s function and institutional duties; (2) drafting,
Komisi Informasi; (2) Menyusun, memantau, dan mengevaluasi monitoring, and evaluating policies towards public agencies;
arah kebijakan pelayanan informasi bagi badan publik; (3) Melaku (3) coordinating and establishing cooperation with partner
kan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga mitra; (4) Mela institutions; (4) monitoring and evaluating implementation
kukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan UU KIP dan of KIP Act and its derivative regulations on public agencies
peraturan turunannya di Badan Publik di seluruh Indonesia. throughout Indonesia.
Pada tahun 2011, bidang kelembagaan menangani 7 kegiatan. In 2011, Institutional Unit was in charge of seven activities.
Satu kegiatan yang tidak terlaksana dengan pertimbangan One activity was not conducted due to time constraint and the
waktu dan kesiapan substansi. Penyusunan roadmap semula readiness of the substance. Drafting the road map was originally
ditujukan untuk menentukan arah perkembangan informasi intended to determine development stages of Indonesia
Indonesia yang melibatkan berbagai stakeholder. Terkait information disclosure, involving various stakeholders.
dengan keanggotaan Indonesia dalam OGP (Open Government Indonesia is member of OGP (Open Government Partnership),
Partnership), upaya pengumpulan stakeholder dalam menyusun therefore, steps to collect inputs from stakeholders regarding
langkah-langkah keterbukaan informasi ke depan telah dila u
k information disclosure have been made by the Presidential
kan oleh Unit Kerja Presiden bidang Pengawasan dan Pengen Work Unit for Supervision and Control of Development (UKP4)
dalian Pembangunan (UKP4) yang berkoordinasi dengan Komisi in coordination with the Central Information Commission. The
Informasi Pusat. Atas pertimbangan tersebut, maka Komisi Central Information Commission took this matter into account
Informasi Pusat memilih tidak melakukan kegiatan ini agar tidak and decided to discard the activity in order to avoid overlap.
terjadi tumpang tindih.
1. Kerjasama dengan Lembaga Lain 1. MoU with Other Institutions
Maksud dan tujuan kegiatan ini adalah membangun kerjasama It is meant as activities to build strategic partnership with several
dengan beberapa lembaga strategis terkait efektivitas pelaksa institutions. Hence, Information Commission would be able to
naan tugas Komisi Informasi dalam penyelesaian sengketa carry out its task to settle information disputes more effectively,
informasi sebagaimana yang diatur oleh UU KIP. Pada tahun as mentioned on KIP Act. In 2011, Information Commission has
2011, dilakukan kerjasama dengan: (i) Dewan Pers terkait established partnership with: (i) The Press Council, on issues
dengan isu hambatan yang dialami oleh para jurnalis dalam related to barriers for journalists to access information on public
mengakses informasi di Badan Publik; (ii) Mahkamah Agung, agencies; (ii) The Supreme Court, in order to backup Information
dalam hal tindak lanjut putusan Komisi Informasi; (iii) Kemen Commission’s adjudications; (iii) Ministry of Home Affairs to
terian Dalam Negeri untuk kepastian tafsir atas posisi sekretariat obtain certainty on structural position of Provincial Information
Komisi Informasi Provinsi; (iv) Kepolisian RI, berkaitan banyak Commission secretariat; (iv) the Police, numbers of public report
nya laporan dari masyarakat ke pihak kepolisian namun belum to the police has not met prerequisite requirements by law; (v) of
memenuhi syarat-syarat sebagaimana diatur oleh undang- the Ombudsman of the Republic of Indonesia; (vi) Management
undang; (v) Ombudsman Republik Indonesia; (vi) Management Systems International (MSI).
System International (MSI).
Tabel–3.1
Kerjasama dengan Lembaga Lain
Institusi Hasil
MOU tentang Pelaksanaan UU No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
Dewan Pers
Dalam Mendukung Kemerdekaan Pers.
Penerbitan Peraturan MA No. 2 Tahun 2011 tentang Tata Cara Penyelesaian Sengketa
Mahkamah Agung
Informasi Publik di Pengadilan
Rencana penerbitan surat edaran/peraturan menteri dalam negeri tentang struktur sekretariat
Kementerian Dalam Negeri
komisi informasi provinsi
Draft/rencana penerbitan surat edaran Komisi Informasi tentang tindak lanjut penanganan
Kepolisian RI
sengketa informasi di kepolisian
Ombudsman Republik Harmonisasi dalam hal penerimaan atas tindaklanjut laporan di ORI atau sengketa di Komisi
Indonesia (ORI) Informasi Pusat, serta eksekusi putusan Komisi Informasi.
Management System Rancangan MoU Komisi Informasi Pusat dengan MSI untuk bantuan teknis penguatan
International (MSI) kelembagaan dan SDM Komisi Informasi Pusat.
19
20. Poin Pokok
MoU KOMISI INFORMASI PUSAT dengan DEWAN PERS
Tentang
PELAKSANAAN UU NO. 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DALAM MENDUKUNG
KEMERDEKAAN PERS
• Pelaksanaan kegiatan jurnalistik terkait penerapan UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
• Dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik, pers tunduk kepada UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik
Jurnalistik yang ditetapkan oleh Dewan Pers. (Pasal 7).
Poin Pokok
PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2 TAHUN 2011
Tentang
TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA INFORMASI PUBLIK DI PENGADILAN
Mekanisme Keberatan atas Putusan Komisi Informasi
• Gugatan adalah Keberatan yang diajukan oleh salah satu atau para pihak yang secara tertulis menyatakan tidak menerima
Putusan Komisi Informasi (selanjutnya disebut “Keberatan”). (Pasal 1 angka 1)
• Pihak adalah pihak-pihak yang semula bersengketa di Komisi Informasi yaitu Pemohon informasi dengan Badan Publik
negara atau Badan Publik selain Badan Publik negara. (Pasal 1 angka 10)
• Pengadilan Negeri berwenang untuk mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik selain Badan Publik Negara
dan/atau Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik selain Badan Publik Negara. (Pasal 3 huruf a)
• Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang untuk mengadili sengketa yang diajukan oleh Badan Publik Negara dan/atau
Pemohon Informasi yang meminta informasi kepada Badan Publik Negara. (Pasal 3 huruf a)
Pelaksanaan Putusan Sengketa Informasi
• Putusan Komisi Informasi yang berkekuatan hukum tetap dapat dimintakan penetapan eksekusi kepada Ketua Pengadilan
yang berwenang oleh Pemohon informasi. (Pasal 12 angka1)
• Terhadap putusan Komisi Informasi yang telah diputus namun belum dilaksanakan dapat dimintakan penetapan eksekusi.
(Pasal 13 angka 1)
2. Bimbingan Teknis Badan Publik untuk Penerapan SLIP 2. Public Agency Technical Guidance for Implementing SLIP
Kegiatan ini bertujuan untuk mengujicobakan kerangka This activity is aimed to trying out informational exemption
pengecualian informasi ke Badan Publik di beberapa tingkatan framework to public agencies at several levels (central, provincial,
(pusat, provinsi, kabupaten/kota). Pilihan tema tersebut diambil county/city). This subject was chosen due to inquiries from PPID
karena banyaknya permintaan dari para PPID di Badan Publik of public agency for standards and framework of exempted
mengenai kerangka standar pengecualian informasi. Kegiatan information. The activity was carried out in three locations (Solo,
ini dilakukan di 3 lokasi (Solo, Kupang, dan Kepulauan Riau). Kupang, and Riau Islands). From these trials, Central Information
Dari ujicoba akan diperoleh beberapa masukan yang akan Commission gained valuable inputs which would be used to
digunakan untuk menyusun pedoman pengecualian informasi develop guidelines for exclusion of information disclosure.
oleh Komisi Informasi Pusat.
3. Mendorong Pembentukan KI Provinsi 3. Encouraging the Establishment of Provincial Information
Commission
Dalam praktik, pembentukan ini sangat ditentukan oleh ke In practice, the establishment of Provincial Information Commission
mauan politik dari pimpinan di daerah. Untuk hal tersebut is determined by political will of dignitaries in the region.
Komisi Informasi melakukan kunjungan ke daerah dan mela Information Commission, therefore, visited several areas and held
kukan pembahasan bersama stakeholder setempat baik dari discussions with local stakeholders from the executive, legislative,
eksekutif, legislatif, maupun masyarakat. Dari pembahasan ter and communities. Outputs of discussion are: (i) preliminary team to
se ut dihasilkan: (i) tim persiapan pembentukan; (ii) rencana
b establish Provincial Information Commission; (ii) preliminary work
kerja pembentukan. plan for establishing Provincial Information Commission.
Seleksi Komisi Informasi di provinsi secara umum terbagi Selection stages for commissioner of Information Commission in
menjadi tahapan-tahapan berikut : (i) Pembentukan tim seleksi provincial level are generally divided as follows: (i) establishment
oleh pemerintah daerah; (ii) Proses rekrutmen oleh tim seleksi, of selection team by the local government; (ii) recruitment process
dihasilkan 10–15 nama; (iii) uji kepatutan dan kelayakan di by selection team; the team generated 10–15 names; (iii) fit and
DPRD; (iv) pelantikan oleh Gubernur. proper test in the parliament; (iv) inauguration by the governor.
Hingga Desember 2011 telah terbentuk 11 Komisi Informasi Until December 2011, 11 Provincial Information Commissions
Provinsi. Yakni di Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, have been established, which are located in West Java, East Java,
Banten, Gorontalo, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Tengah, Jakarta, Banten, Gorontalo, South Sumatera, Lampung, Central
DIY, Sulawesi Selatan, Kalimantan Tengah. Yang menunggu Java, Yogyakarta, South Sulawesi, and Central Kalimantan.
20
21. Tabel–3.2
Pembentukan Komisi Informasi Provinsi
Tahapan Jumlah provinsi Persentase
Telah terbentuk 11 33 %
Menunggu pelantikan 5 15%
Dalam tahap fit and proper test 2 6%
Telah selesai seleksi oleh pansel 1 3%
Dalam persiapan pembentukan tim seleksi 2 6%
Belum melakukan upaya sama sekali 12 36%
Jumlah 33 100%
pelantikan adalah Sulawesi Utara, NTB, DKI Jakarta, Kalimantan Provinces awaiting inauguration are North Sulawesi, West Nusa
Barat, Kalimantan Timur. Provinsi yang sedang fit and proper test Tenggara, DKI Jakarta, West Kalimantan, and East Kalimantan.
adalah Aceh dan Bali. Provinsi yang sudah melakukan seleksi di Provinces under fit and proper test are Aceh and Bali. A province
eksekutif adalah Sumatera Utara. Provinsi yang sedang dalam undergoing executive selection is North Sumatra. Provinces
persiapan pembentukan tim seleksi adalah Sumatera Barat, establishing selection team are West Sumatra and South
Sulawesi Tenggara. Dan 12 provinsi belum melakukan upaya Sulawesi. Whereas, 12 other provinces have not initiated the
sama sekali. process at all.
4. Rapat Koordinasi Nasional Komisi Informasi 2011 4. National Coordinating Meeting of Information
Commission 2011
Komisi Informasi terdiri atas KI Pusat dan KI daerah. Adapun Information Commission consists of Central Information
tugas-tugas penyusunan regulasi dimandatkan oleh UU KIP Commission and Regional Information Commission. Regulatory
kepada KI Pusat. Oleh karena hubungan antara KI Pusat dan KI formulation function as mandated by KIP Act is assigned to
Daerah tidak bersifat vertikal maka diperlukan suatu instrumen Central Information Commission. Due to its structural relation
koordinasi formal agar: (i) regulasi yang disusun mencerminkan between Central and Regional Information Commission that is
kebutuhan bersama; (ii) menjaga kesatuan hukum dalam proses not vertical, consequently, formal coordinating instruments are
penyelesaian sengketa agar tidak terjadi perbedaan perlakuan required for: (i) regulation made reflects the common needs; (ii)
dalam putusan KI pusat maupun KI daerah; (iii) mempercepat maintaining unanimity of law in dispute resolution process, and
perkembangan kapasitas komisi informasi yang baru terbentuk avoiding differences upon adjudication by Central and Regional
melalui forum konsultasi untuk berbagi pengalaman. Information Commission; (iii) accelerating newly established
Information Commission’s capacity through consultation forum
and experience sharing.
Rakornas di Yogyakarta pada tanggal 30 Juni 2011 dihadiri oleh National Coordinating Meeting in Yogyakarta on 30 June 2011
8 Komisi Informasi. Dalam pertemuan tersebut dibahas bebe was attended by eight Information Commissions. The meeting
rapa hal krusial terkait dengan efektivitas pelaksanaan sengketa discussed several crucial subjects regarding to the effectiveness
informasi di beberapa daerah. Hasil pembahasan tersebut ditu of dispute settlement conducts in numerous regions. The
angkan dalam keputusan Rakornas Komisi Informasi Pusat. results of the discussion are set forth in the Accord of Central
Information Commission.
5. Monitoring dan Evaluasi Badan Publik Dalam 5. Public Agencies Monitoring and Evaluation as
Pelaksanaan UU KIP Implementation of KIP Act
Berdasarkan UU KIP, paling tidak ada tujuh ketentuan yang harus Based on KIP Act, there are at least seven provisions that must
dijalankan oleh Badan Publik. Dari tujuh ketentuan tersebut be exercised by public agencies. Of those seven provisions,
dapat disusun beberapa variabel kunci pelaksanaan UU KIP several key variables are derived to measure public agencies
oleh Badan Publik. Variabel tersebut adalah: (i) Pembentukan compliance on KIP Act. Those variables are: (i) Installment of
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); (ii) Management Officer for Information and Documentation
Pengklasifikasian dan penyediaan informasi oleh Badan Publik; (PPID); (ii) Classification and provision of information by public
(iii) Penyusunan SOP layanan informasi; agency; (iii) Arrangement of SOP for information services.
Komisi Informasi Pusat memiliki kompetensi untuk menyelesai Central Information Commission is authorized to settle public
kan Sengketa Informasi Publik di Badan Publik tingkat Pusat. information disputes at the public agency on the national level.
Hingga saat ini, Komisi Informasi baru memonitor dua varia el
b Until now, Information Commission has set two main variables
utama untuk melihat tingkat kepatuhan Badan Publik tingkat to measure level of compliance of public agency on national
Pusat, yakni: pertama, pembentukan PPID di tingkat Kemen level, which are: firstly, the establishment of PPID in ministries
terian dan Lembaga. Kedua, pelaksanaan kewajiban mem and institutions of equal level. Secondly, the compliance of
21