SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
DEFINISI PENJAHAT DAN TEORI-TEORI
TENTANG KEJAHATAN
Sutherland menyatakan a person who commits a
crime (seseorang yang melakukan perbuatan
kejahatan), Istilah penjahat tidak ada dalam
hukum pidana, penjahat istilah dalam ilmu sosil
(kriminologi) sedangkan dalam hukum pidana
istilah tersebut sesuai dengan tingkatannya,
tersangka kalau perkaranya masih di tingkat
penyidikan, terdakwa apabila telah sampai ke
persidangan dan jaksa penuntut umum telah
mendakwanya dengan suatu pasal, terpidana
apabila hakim berpendapat ia bersalah dan cukup
alat bukti untuk membuktikan kesalahannya, dan
narapidana apabila ia menjalani pidananya di
lembaga pemasyarakatan. Hal tersebut
dikarenakan “asas pruduga tak
bersalah”sehingga apabila belum ada putusan
yang in kracht yang bersangkutan belum bisa
dinyatakan sebagai orang yang melakukan
perbuatan kejahatan
Lombroso menyatakan penjahat adalah seorang
yang dapat dilihat dari penelitian bagian badan
dengan pengukuran antropometris, pendapat ini
ditolak Vollmer, penjahat adalah orang yang
dilahirkan tolol dan tidak mempunyai
kesempatan untuk merubah tingkah laku anti
sosial, ini juga ditolak Parsons menyatakan
penjahat adalah orang yang mengancam
kehidupan dan kebahagiaan orang lain dan
membebankan kepentingan ekonominya.
Mabel Elliot penjahat adalah orang-orang yang
gagal dalam menyesuaikan dirinyadengan
norma-norma masyarakat sehingga
tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh
masyarakat.
Hari Saheroedji menyimpulkan semua defenisi
tersebut bahwa penjahat adalah orang yang
berkelakukan anti sosial, bertentangan dengan
norma-norma kemasyarakatan dan agama serta
merugikan dan mengganggu ketertiban umum.
GW Bawengan yang dikutip dari Ruth Shonle
Cavan tediri dari:
1. The casual offender, pelanggaran kecil
sehingga tidak bisa disebut penjahat seperti naik
sepeda tidak pakai lampu di malam hari
2. The occasiona criminal, kejahatan enteng
3. The episodic criminal, kejahatan karena
dorongan emosi yang hebat, awalnya bercanda
akhirnya karena tersinggung membunuh
4. The white collar crime, menurut Sutherland
adalah kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha
dan pejabat dalam hubungan dengan
fungsinya.Menurut Ruth S.Cavan mereka kebal
dengan hukum karena punya kekuasaan dan
kemampuan materil
5. The habitual criminal, yang mengulangi
kejahatan(residivis)
6. The profesional criminal, kejahatan sebagai
mata pencaharian dan mengeai delik ekonomi
atau yang berlatar perekonomian
7. Organized crime, kejahatan dengan suatu
organisasi dengan organisator yang mengatur
operasi kejahatan
8. The mentally abnormal criminal, menurut
Cavan seperti golongan psychopatis dan
psychotis
9. The nonmalicious criminal, kejahatan yang
mempunyai arti relatif, karena ada sebagian bagi
kelompok lain itu bukan merupakan kejahatan
seperti bugil dalam suatu ritual kepercayaan itu
perbuatan suci bagi kelompok lain ini merupakan
kejahatan
Sejarah Perkembangan Akal Pemikiran Manusia
yang menjadi Dasar Dibangunnya Teori-teori
Kriminologi
1. Spritualisme bahwa segala kebaikan
bersumber dari Tuhan dan segala keburukan
datang dari setan, orang yag melakukan
kejahatan
dianggap sebagai orang yaang telahterkena
bujukan setan. Bencana alam dipandang sebagai
hukuman atas pelanggaran norma
2.Naturalisme
Perkembangan paham rasionalis muncul dari
ilmu alam setelah abad pertengahan
menyebabkan manusia mencari model
penjelasan lain yang lebih rasionil dan mampu
dibuktikan secara ilmiah, lahirnya
rasionalisme di Eropa menjadikan pendekatan ini
mendominasi pemikiran tentang kejahatan pada
abad selanjutnya
3.Aliran klasik
Dasarnya manusia adalah makhluk yang
memiliki kehendak bebas (free will) Dalam
bertingkah laku manusia memiliki kemampuan
untuk memperhitungkan segala tindakan
berdasarkan keinginannya
(Hedonisme) atau manusia dalam berprilaku
dipandu oleh 2 hal yaitu penderitaan dan
Kesenangan. Pemikiran ini mendasari L Beccaria
menuntut adanya persamaan dihadapan hukum
bagi semua orang dan hukuman yang dijatuhkan
harus sebanding dengan perbuatan/kelakuan.
Pembaharuan dari aliran klasik karena tidak ada
keadilan misal anak-anak di hukum,orang gila di
hukum maka aliran neo klasik aspek kondisi
pelaku sudah mulai diperhitungkan.
3.AliranPositif Dibagi atas 2 pandangan:
1. Determinisme Biologis yaitu teori yang
mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia
sepenuhnya tergantung pada pengaruh biologis
yang ada dalam dirinya.
2. Determinisme Cultural yaitu teori yang
mendasari pemikirannya pada pengaruh sosial,
budaya dan lingkungan dimana seseorang hidup.
4. Teori anomi, teori yang mencari sebab
kejahatan dari sosio-kultural dengan berorientasi
pada kelas sosia. Emile Durkheim orang yang
pertama kali menggunakan istilah anomi untuk
menggambarkan keadaan yang disebut
Deregulation di dalam masyarakat (hancurnya
keteraturan sosial akibat hilangnya patokan-
patokan dan nilai-nilai).
Robert Merton juga penganut Anomi tapi
berbeda dengan Durkheim yaitu teorinya
membagi norma sosial menjadi 2 jenis yakni
tujuan sosial (Societal goals) dan sarana yang
tersedia (Accept talk
means) untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
sarana yang dipergunakan. Tapi dalam
kenyataannya tidak semua orang dapat
menggunakan sarana yang tersedia sehingga
digunakan berbagai cara untuk mendapatkan hal
itu yang menimbulkan penyimpangan dalam
mencapai tujuan, Yaitu teori yang bersifat
kongkrit yang berusaha
menjelaskan bagaimana seorang menjadi jahat.
Terkenal dengan Teori sosial kontrol yang
memulai pertanyaan mengapa oang mentaati
norma atau tidak semua orang melanggar
hukum. Jawabannya karena orang mengikuti
hukum sebagai respon atas kekuatan-kekuatan
pengontrol tertentu dalam kehidupan mereka.
Mereka menjadi kriinil ketika kekuatan yang
mengontrol tersebut lemah atau hilang.
Menurut Travis Hirchi dengan perfectif micro
sosiological studies (social bond) ikatan sosial
ada 4:
1. Attachment dibagi menjadi attachment total
dan attachment partial.
Attachment total yaitu suatu keadaan dimana
seseorang individu melepas ego yang terdapat
dalam dirinya diganti dengan rasa kebersamaan,
rasa kebersamaan inilah yang mendorong
seseorang untuk selalu mentaati hukum karena
melanggar berarti menyakiti
perasaan orang lain.
Attachment partial yaitu suatu hubungan antara
seorang individu dengan lainnya dimana
hubungan tersebut tidak didasarkan pada
peleburan ego dengan ego yang lain tapi
hadirnya orang
lain yang mengawasi.
Dari 2 hal itu dapat diketahui bahwa attachment
total akan
mencegah hasrat seseorang melakukan deviasi
sedangkan attachment partial hanya
menimbulkan kepatuhan bila ada orang lain yang
mengawasi bila tidak ada maka terjadi deviasi.
2. Comitment
Yaitu keterikatan seseorang pada sub sistem
konvensional seperti sekolah, pekerjaan,
organisasi dan sebagainya. Komitmen
merupakan aspek rasional yang ada dalam
ikatan. Segala kegiatan yang dilakukan
bermanfaat bagi ikatan tersebut bisa berupa harta
benda, reputasi, masa depan dan sebagainya
3. Involvement
Merupakan aktivitas seseorang dalam subsistem
konvensional. Jika seseorang berperan aktif
dalam organisasi kecil
kemungkinan terkena deviasi. Logikanya mreka
menghabiskan waktu dan tenaga dalam kegiatan
tersebut. Sehingga tidak ada waktu untuk
memikirkan dan berbuat yang melanggar hukum
4. Beliefs
Merupakan aspek moral yang terdapat dalam
ikatan sosial, yang merupakan kepercayaan
seseorang pada nilai-nilai moral yang ada.
Kepercayaan terhadap norma atau agama akan
menyebabkan orang patuh pada norma tersebut
Bridging Teori
Merupakan teori yang menengahi antara makro
dengan
mikro teori.Terdiri atas:
Teori sub kultur adalah suatu sub bagian budaya
diantara budaya dominan dalam masyarakat
yang memiliki norma-norma, keyakinan-
keyakinan dan nilai-nilainya sendiri. Sub kultur
timbul ketika sejumlah orang dalam keadaan
serupa mendapati diri mereka terpisah dari
masyarakat banyak dan kemudian secra bersama
saling mendukung. Sub kultur bisa orang se
suku,bangsa minoritas, penghuni penjara,
kelompok profesi dan sebagainya
a. Deliquent Sub Cultur
Albert Cohen melalui suatu penelitian
menyatakan bahwa perilaku deliquen lebih
banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah (lower
class) dan mereka lebih banyak membentuk
geng, tidak terdapat alasa yang rasional bagi
deliquen sub kultur untuk mencuri (selain
mencari status kebersamaan), mencari
kesenangan dengan menibulkan kegelisahan
pada orang lain juga meremehkan nilai-nilai
kelas menengah
b. Teori Differential Opportunity
Ricard Cloward dan Llloyd Ohlin
mengkobinasikan teori strain, differential
asociation dan social disorganization. Dimana
delinquent sub culture tumbuh subur di daerah-
daerah kelas bawah dan mengambil bentuk
tertentu yang mereka lakukan karena kesempatan
untuk mendapatkan ukses secara tidak lebih
tersebar secara merata dibanding kesempakatan
untuk meraih sukses secara sah.
di 09:06
Teori-Teori Umum tentang Perilaku
Menyimpang
Teori-teori umum tentang penyimpangan
berusaha menjelaskan semua contoh
penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk
apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental,
bunuh diri dan lain-lain). Berdasarkan
perspektifnya penyimpangan ini dapat
digolongkan dalam dua teori utama. Perpektif
patologi sosial menyamakan masyarakat dengan
suatu organisme biologis dan penyimpangan
disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam
organisme itu, berlawanan dengan model
pemikiran medis dari para psikolog dan
psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial
memberikan pengertian pemyimpangan sebagai
kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas
lokal. Masing-masing pandangan ini penting
bagi tahap perkembangan teoritis dalam
mengkaji penyimpangan.
Teori-Teori Sosiologi tentang Perilaku
Menyimpang
Teori anomi adalah teori struktural tentang
penyimpangan yang paling penting selama lebih
dari lima puluh tahun. Teori anomi
menempatkan ketidakseimbangan nilai dan
norma dalam masyarakat sebagai penyebab
penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya
lebih ditekankan dari pada cara-cara yang
tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya
itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat
seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa
bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah
penyimpangan. Sebagian besar orang menganut
norma-norma masyarakat dalam waktu yang
lama, sementara orang atau kelompok lainnya
melakukan penyimpangan. Kelompok yang
mengalami lebih banyak ketegangan karena
ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang
kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi
penyimpangan daripada kelompok lainnya.
Teori sosiologi atau teori belajar memandang
penyimpangan muncul dari konflik normatif di
mana individu dan kelompok belajar norma-
norma yang membolehkan penyimpangan dalam
keadaan tertentu. Pembelajaran itu mungkin
tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa
penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi
pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi
norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan
penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam
keadaan tertentu. Teori Differential Association
oleh Sutherland adalah teori belajar tentang
penyimpangan yang paling terkenal. Walaupun
teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan
umum tentang kejahatan, dapat juga
diaplikasikan dalam bentuk-bentuk
penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori
sosiologis tentang penyimpangan mempunyai
asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk
menjadi anggota kelompok atau masyarakat
secara umum. Sebagian teori lebih menekankan
proses belajar ini daripada teori lainnya, seperti
beberapa teori yang akan dibahas pada Bab
berikutnya.
Teori Labeling
Teori-teori umum tentang penyimpangan
mencoba menjelaskan semua bentuk
penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih
mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas.
Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis
penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk
substantif penyimpangan tertentu (seperti
alkoholisme dan bunuh diri), atau dibatasi untuk
menjelaskan tindakan menyimpang bukan
perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpektif-
perpektif labeling, kontrol dan konflik adalah
contoh-contoh teori-teori terbatas yang
didiskusikan.
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan
interaksionisme dengan berkonsentrasi pada
konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan
agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan
bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan
penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial
tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran
penyimpang. Ditutupnya peran konvensional
bagi seseorang dengan pemberian stigma dan
label, menyebabkan orang tersebut dapat
menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam
mempertahankan diri dari pemberian label.
Untuk masuk kembali ke dalam peran sosial
konvensional yang tidak menyimpang adalah
berbahaya dan individu merasa teralienasi.
Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan
label yang dimaksudkan untuk mengontrol
penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.
Teori Kontrol
Perspektif kontrol adalah perspektif yang
terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan
kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab
kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau
ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya
integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah
ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah)
cenderung melanggar hukum karena merasa
sedikit terikat dengan peraturan konvensional.
Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok
konvensional, sedikit sekali kecenderungan
menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya.
Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari
putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas
untuk menyimpang.
Teori Konflik
Teori konflik adalah pendekatan terhadap
penyimpangan yang paling banyak diaplikasikan
kepada kejahatan, walaupun banyak juga
digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan
lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma,
peraturan dan hukum daripada penjelasan
perilaku yang dianggap melanggar peraturan.
Peraturan datang dari individu dan kelompok
yang mempunyai kekuasaan yang mempengaruhi
dan memotong kebijakan publik melalui hukum.
Kelompok-kelompok elit menggunakan
pengaruhnya terhadap isi hukum dan proses
pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma
sosial lainnya mengikuti pola berikut ini.
Beberapa kelompok yang sangat berkuasa
membuat norma mereka menjadi dominan,
misalnya norma yang menganjurkan hubungan
heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras,
menghindari bunuh diri karena alasan moral dan
agama.
Homoseksualitas menyangkut orientasi dan
perilaku seksual. Perilaku homoseksual adalah
hubungan seks antara orang yang berjenis
kelamin sama. Orientasi homoseksual adalah
sikap atau perasaan ketertarikan seseorang pada
orang lain dengan jenis kelamin yang sama
untuk tujuan kepuasan seksual. Lebih banyak
perilaku homoseksual dibandingkan orang yang
memiliki orientasi homoseksual. Norma dan
aturan hukum yang melarang homoseksualitas
dianggap kuno, di mana opini masyarakat akhir-
akhir ini lebih bisa menerima homoseksualitas.
Perkembangan suatu orientasi homoseksualitas
terjadi dalam konteks biologis. Tetapi makna
sesungguhnya dari orientasi tersebut berada
dalam proses sosialisasi seksual dan penerimaan
serta indentifikasi peran seks. Sosialisasi seksual
adalah suatu proses yang kompleks yang dimulai
dari belajar norma. Norma-norma seksual
mengidentivikasi objek seksual, waktu, tempat
dan situasi. Banyak kombinasi yang mungkin
dapat terjadi dan termasuk terjadinya kesalahan
dalam sosialisasi. Preferensi seksual terbentuk
saat masa remaja, walaupun banyak juga para
homoseksual yang menjadi homoseksual di usia
yang lebih tua. Penerimaan identifas
homoseksual terjadi setelah suatu proses
peningkatan aktivitas homoseksual dan
partisipasi dalam suatu subkebudayaan
homoseksual atau komunikasi homoseksual.
Secara sosiologis, seorang homoseksual adalah
orang yang memiliki identitas homoseksual.
Homoseksualitas Perempuan (Lesbianisme)
Lesbianisme, sama dengan homoseksual pada
laki-laki, terjadi melalui penerimaan orientasi
seksual lesbian. Lesbian lebih cenderung
membangun orientasi seksualnya dalam konteks
hubungan pertemanan dengan perempuan
lainnya. Hubungan seks antara lesbian, terjadi
dalam konteks berjalannya hubungan sosial
dengan perempuan lain. Hubungan antara para
lesbian umumnya berlangsung dalam jangka
waktu lama, bukan berarti para homoseks tidak
membangun hubungan seperti ini. Namun
lesbian lebih cenderung selektif dalam memilih
pasangan seks dan tidak banyak terlibat dalam
subkebudayaan lesbian. Karena lesbianisme ini
lebih bersifat pribadi dan rahasia, para lesbian
tidak banyak mendapat ancaman dari stigma
sosial atau hukum. Perilaku dan orientasi seksual
mereka tidak begitu nyata bagi orang lain. Dan
karena alasan ini, para lesbian tidak banyak
membutuhkan dukungan suasana subkebudayaan
lesbian.
Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan
Penanggulangan dan pencegahan kejahatan tidak
cukup hanya dengan pendekatan
secara integral, tetapi pendekatan sarana penal
dan non penal tersebut harus
didukung juga dengan meningkatnya kesadaran
hukum masyarakat.
Tingkat Kriminalitas
Pendekatan Integral
Jenis-jenis tindak krlminal yang terjadi di
sepanjang tahun 2007 di atas
merupakan tindak pidana yang umumnya juga
terjadi di daerah-daerah lain. Dalam
kebijakan kriminal (criminal policy), upaya
penanggulangan dan pencegahan
kejahatan perlu digunakan pendekatan integral,
yaitu perpaduan antara sarana
penal dan non penal. Sarana penal adalah hukum
pidana melalui kebijakan hukum
pidana. Sementara non penal adalah sarana non
hukum pidana, yang dapat berupa
kebijakan ekonomi, sosial, budaya, agama,
pendidikan, teknologi, dan lain-lain.
Upaya penanggulangan dan pencegahan
kejahatan ini memerlukan pendekatan
integral dikarenakan hukum pidana tidak akan
mampu menjadi satu-satunya sarana
dalam upaya penanggulangan kejahatan yang
begitu komplek yang terjadi
dimasyarakat.
Penggunaan hukum pidana dalam
penanggulangan kejahatan hanya bersifat
Kurieren
am Symptom dan bukan sebagai faktor yang
menghilangkan sebab-sebab terjadinya
kejahatan. Adanya sanksi pidana hanyalah
berusaha mengatasi gejala atau akibat
dari penyakit dan bukan sebagai obat (remidium)
untuk mengatasi sebab-sebab
terjadinya penyakit.
Hukum pidana memiliki kemampuan yang
terbatas dalam upaya penanggulangan
kejahatan yang begitu beragam dan kompleks.
Berkaitan dengan kelemahan
penggunaan hukum pidana, Roeslan Saleh
menyatakan bahwa "keragu-raguan
masyarakat terhadap hukum pidana semakin
besar sehubungan dengan praktek
penyelenggaraan hukum pidana yang terlalu
normatif-sistematis.
Adapun batas-batas kemampuan hukum piclana
sebagai sarana kebijakan kriminal
dalam penanggulangan kejahatan adalah
pertama, sebab-sebab kejahatan yang
demikian kompleks berada di luar jangkauan
hukum pidana; kedua, hukum pidana
hanya merupakan bagian kecil (sub-sistem) dari
sarana kontrol sosial yang tidak
mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai
masalah kemanusiaan clan
kemasyarakatan yang sangat kompleks (sebagai
masalah sosio-psikologis,
sosio-politik, sosio-ekonomi, sosio-kultural,
dsb); tiga, penggunaan hukum
piclana dalam menanggulangi kejahatan hanya
merupakan "kurieren am symptom",
oleh karena itu hukum pidana hanya merupakan
"pengobatan simptomatik" clan
bukan pengobatan kausatif'; empat, sanksi
hukum piclana merupakan "remedium"
yang mengandung sifat kontradiktif/paradoksal
clan mengandung unsur-unsur serta
efek sampingan yang negatif; lima, sistem
pemidanaan bersifat fragmentair clan
individual/personal, tidak bersifat
struktural/fungsional; enam, keterbatasan
jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi
pidana yang bersifat kaku clan
imperatif; clan tujuh, bekerjanyalberfungsinya
hukum pidana memerlukan sarana
pendukung yang lebih bervariasi clan lebih
menuntut biaya tinggi.
Pendekatan dengan sarana non penal mencakup
area pencegahan kejahatan (crime
prevention) yang sangat luas. Pencegahan
kejahatan pada dasarnya merupakan
tujuan utama dari kebijakan kriminal. Pernyataan
yang sering diungkapkan dalam
kongres-kongres PBB mengenai "the prevention
of crime and the treatment of
offenders", yaitu : pertama, pencegahan
kejahatan clan peradilan plclana
janganlah diperlakukan/dilihat sebagai problem
yang terisolir clan ditangani
dengan metode yang simplistik clan fragmentair,
tetapi seyogyanya dilihat
sebagai masalah yang lebih kompleks clan
ditangani dengan kebijakan/tindakan
yang luas clan menyeluruh; kedua, pencegahan
kejahatan harus didasarkan pada
penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi
yang menyebabkan timbulnya
kejahatan.
Upaya penghapusan sebab-sebab clan kondisi-
kondisi yang demikian harus
merupakan "strategi pokoklmendasar dalam
upaya pencegahan kejahatan" (the basic
crime prevention strategy); tiga, penyebab utama
dari kejahatan dibanyak negara
ialah ketimpangan sosial, diskriminasi rasial dan
diskriminasi nasional,
standar hidup yang rendah, pengangguran dan
hubungannya dengan pembangunan
ekonomi, sistem politik, nilai-nilai sosio kultural
dan perubahan masyarakat,
juga dalam hubungannya dengan tata ekonomi
dunia/internasional baru.
Berdasarkan pernyataan dalam kongres PBB di
atas, terlihat bahwa kebijakan
penanggulangan kejahatan tidak hanya akan
menyembuhkan atau membina para
terpidana (penjahat) saja, tetapi penanggulangan
kejahatan dilakukan juga
dengan upaya penyembuhan masyarakat, yaitu
dengan menghapuskan sebab-sebab
maupun kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya kejahatan.
Perlunya Kesadaran hukum
Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan
kejahatan tidak cukup hanya dengan
pendekatan secara integral, tetapi pendekatan
sarana penal dan non penal
tersebut harus didukung juga dengan
meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran hukum masyarakat merupakan salah
satu bagian dari budaya hukum.
Dikatakan sebagai salah satu bagian, karena
selama ini ada persepsi bahwa
budaya hukum hanya meliputi kesadaran hukum
masyarakat saja.
Padahal budaya hukum juga mencakup
kesadaran hukum dari pihak pelaku usaha,
parlemen, pemerintah, dan aparat penegak
hukum. Hal ini perlu ditegaskan karena
pihak yang dianggap paling tabu hukum dan
wajib menegakkannya, justru
oknumnyalah yang melanggar hukum. Hal ini
menunjukkan kesadaran hukum yang
masih rendah dari pihak yang seharusnya
menjadi "tauladan bagi masyarakat"
dalam mematuhi dan menegakkan hukum.
Kejahatan merupakan produk dari masyarakat,
sehingga apabila kesadaran hukum
telah tumbuh dimasyarakat, kemudian ditambah
dengan adanya upaya strategis
melalui kolaborasi antara sarana penal dan non
penal, maka dengan sendiri
tingkat kriminalitas akan turun, sehingga tujuan
akhir politik kriminal, yaitu
upaya perlindungan masyarakat (social defence)
dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat (social welfare) akan terwujud.
Amin! (*)
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca
d=rja&ved=0CEYQFjAD&url=ftp%3A%2F
%2Fsmpn16-mlg.sch.id%2Fdinda%2F--LaW
%2520facuLty%2520UB--%2FKRIMINOLOGI
%2FRangkuman.doc&ei=rOtIUtrQAoPYrQeP_o
DoDQ&usg=AFQjCNEjp-
rioMFegqENNGZQdBO8bKGp9A&bvm=bv.53
217764,d.bmk
terpidana (penjahat) saja, tetapi penanggulangan
kejahatan dilakukan juga
dengan upaya penyembuhan masyarakat, yaitu
dengan menghapuskan sebab-sebab
maupun kondisi-kondisi yang menyebabkan
terjadinya kejahatan.
Perlunya Kesadaran hukum
Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan
kejahatan tidak cukup hanya dengan
pendekatan secara integral, tetapi pendekatan
sarana penal dan non penal
tersebut harus didukung juga dengan
meningkatnya kesadaran hukum masyarakat.
Kesadaran hukum masyarakat merupakan salah
satu bagian dari budaya hukum.
Dikatakan sebagai salah satu bagian, karena
selama ini ada persepsi bahwa
budaya hukum hanya meliputi kesadaran hukum
masyarakat saja.
Padahal budaya hukum juga mencakup
kesadaran hukum dari pihak pelaku usaha,
parlemen, pemerintah, dan aparat penegak
hukum. Hal ini perlu ditegaskan karena
pihak yang dianggap paling tabu hukum dan
wajib menegakkannya, justru
oknumnyalah yang melanggar hukum. Hal ini
menunjukkan kesadaran hukum yang
masih rendah dari pihak yang seharusnya
menjadi "tauladan bagi masyarakat"
dalam mematuhi dan menegakkan hukum.
Kejahatan merupakan produk dari masyarakat,
sehingga apabila kesadaran hukum
telah tumbuh dimasyarakat, kemudian ditambah
dengan adanya upaya strategis
melalui kolaborasi antara sarana penal dan non
penal, maka dengan sendiri
tingkat kriminalitas akan turun, sehingga tujuan
akhir politik kriminal, yaitu
upaya perlindungan masyarakat (social defence)
dan upaya mencapai kesejahteraan
masyarakat (social welfare) akan terwujud.
Amin! (*)
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca
d=rja&ved=0CEYQFjAD&url=ftp%3A%2F
%2Fsmpn16-mlg.sch.id%2Fdinda%2F--LaW
%2520facuLty%2520UB--%2FKRIMINOLOGI
%2FRangkuman.doc&ei=rOtIUtrQAoPYrQeP_o
DoDQ&usg=AFQjCNEjp-
rioMFegqENNGZQdBO8bKGp9A&bvm=bv.53
217764,d.bmk

Weitere ähnliche Inhalte

Empfohlen

Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsPixeldarts
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthThinkNow
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfmarketingartwork
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024Neil Kimberley
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)contently
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024Albert Qian
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsKurio // The Social Media Age(ncy)
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Search Engine Journal
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summarySpeakerHub
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Tessa Mero
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentLily Ray
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best PracticesVit Horky
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementMindGenius
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...RachelPearson36
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Applitools
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at WorkGetSmarter
 

Empfohlen (20)

Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage EngineeringsProduct Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
Product Design Trends in 2024 | Teenage Engineerings
 
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental HealthHow Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
How Race, Age and Gender Shape Attitudes Towards Mental Health
 
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdfAI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
AI Trends in Creative Operations 2024 by Artwork Flow.pdf
 
Skeleton Culture Code
Skeleton Culture CodeSkeleton Culture Code
Skeleton Culture Code
 
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
PEPSICO Presentation to CAGNY Conference Feb 2024
 
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
Content Methodology: A Best Practices Report (Webinar)
 
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
How to Prepare For a Successful Job Search for 2024
 
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie InsightsSocial Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
Social Media Marketing Trends 2024 // The Global Indie Insights
 
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
Trends In Paid Search: Navigating The Digital Landscape In 2024
 
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
5 Public speaking tips from TED - Visualized summary
 
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
ChatGPT and the Future of Work - Clark Boyd
 
Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next Getting into the tech field. what next
Getting into the tech field. what next
 
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search IntentGoogle's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
Google's Just Not That Into You: Understanding Core Updates & Search Intent
 
How to have difficult conversations
How to have difficult conversations How to have difficult conversations
How to have difficult conversations
 
Introduction to Data Science
Introduction to Data ScienceIntroduction to Data Science
Introduction to Data Science
 
Time Management & Productivity - Best Practices
Time Management & Productivity -  Best PracticesTime Management & Productivity -  Best Practices
Time Management & Productivity - Best Practices
 
The six step guide to practical project management
The six step guide to practical project managementThe six step guide to practical project management
The six step guide to practical project management
 
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
Beginners Guide to TikTok for Search - Rachel Pearson - We are Tilt __ Bright...
 
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
Unlocking the Power of ChatGPT and AI in Testing - A Real-World Look, present...
 
12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work12 Ways to Increase Your Influence at Work
12 Ways to Increase Your Influence at Work
 

Rangkuman (1)

  • 1. DEFINISI PENJAHAT DAN TEORI-TEORI TENTANG KEJAHATAN Sutherland menyatakan a person who commits a crime (seseorang yang melakukan perbuatan kejahatan), Istilah penjahat tidak ada dalam hukum pidana, penjahat istilah dalam ilmu sosil (kriminologi) sedangkan dalam hukum pidana istilah tersebut sesuai dengan tingkatannya, tersangka kalau perkaranya masih di tingkat penyidikan, terdakwa apabila telah sampai ke persidangan dan jaksa penuntut umum telah mendakwanya dengan suatu pasal, terpidana apabila hakim berpendapat ia bersalah dan cukup alat bukti untuk membuktikan kesalahannya, dan narapidana apabila ia menjalani pidananya di lembaga pemasyarakatan. Hal tersebut dikarenakan “asas pruduga tak bersalah”sehingga apabila belum ada putusan yang in kracht yang bersangkutan belum bisa dinyatakan sebagai orang yang melakukan perbuatan kejahatan Lombroso menyatakan penjahat adalah seorang yang dapat dilihat dari penelitian bagian badan dengan pengukuran antropometris, pendapat ini ditolak Vollmer, penjahat adalah orang yang dilahirkan tolol dan tidak mempunyai kesempatan untuk merubah tingkah laku anti sosial, ini juga ditolak Parsons menyatakan penjahat adalah orang yang mengancam kehidupan dan kebahagiaan orang lain dan membebankan kepentingan ekonominya. Mabel Elliot penjahat adalah orang-orang yang gagal dalam menyesuaikan dirinyadengan norma-norma masyarakat sehingga tingkah lakunya tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat. Hari Saheroedji menyimpulkan semua defenisi tersebut bahwa penjahat adalah orang yang berkelakukan anti sosial, bertentangan dengan norma-norma kemasyarakatan dan agama serta merugikan dan mengganggu ketertiban umum. GW Bawengan yang dikutip dari Ruth Shonle Cavan tediri dari: 1. The casual offender, pelanggaran kecil sehingga tidak bisa disebut penjahat seperti naik sepeda tidak pakai lampu di malam hari 2. The occasiona criminal, kejahatan enteng 3. The episodic criminal, kejahatan karena dorongan emosi yang hebat, awalnya bercanda akhirnya karena tersinggung membunuh 4. The white collar crime, menurut Sutherland adalah kejahatan yang dilakukan oleh pengusaha dan pejabat dalam hubungan dengan fungsinya.Menurut Ruth S.Cavan mereka kebal dengan hukum karena punya kekuasaan dan kemampuan materil 5. The habitual criminal, yang mengulangi kejahatan(residivis) 6. The profesional criminal, kejahatan sebagai mata pencaharian dan mengeai delik ekonomi atau yang berlatar perekonomian 7. Organized crime, kejahatan dengan suatu organisasi dengan organisator yang mengatur operasi kejahatan 8. The mentally abnormal criminal, menurut Cavan seperti golongan psychopatis dan psychotis 9. The nonmalicious criminal, kejahatan yang mempunyai arti relatif, karena ada sebagian bagi kelompok lain itu bukan merupakan kejahatan seperti bugil dalam suatu ritual kepercayaan itu perbuatan suci bagi kelompok lain ini merupakan kejahatan Sejarah Perkembangan Akal Pemikiran Manusia yang menjadi Dasar Dibangunnya Teori-teori Kriminologi 1. Spritualisme bahwa segala kebaikan bersumber dari Tuhan dan segala keburukan datang dari setan, orang yag melakukan kejahatan dianggap sebagai orang yaang telahterkena bujukan setan. Bencana alam dipandang sebagai hukuman atas pelanggaran norma 2.Naturalisme Perkembangan paham rasionalis muncul dari ilmu alam setelah abad pertengahan menyebabkan manusia mencari model penjelasan lain yang lebih rasionil dan mampu dibuktikan secara ilmiah, lahirnya rasionalisme di Eropa menjadikan pendekatan ini mendominasi pemikiran tentang kejahatan pada abad selanjutnya 3.Aliran klasik Dasarnya manusia adalah makhluk yang memiliki kehendak bebas (free will) Dalam bertingkah laku manusia memiliki kemampuan untuk memperhitungkan segala tindakan berdasarkan keinginannya (Hedonisme) atau manusia dalam berprilaku dipandu oleh 2 hal yaitu penderitaan dan Kesenangan. Pemikiran ini mendasari L Beccaria menuntut adanya persamaan dihadapan hukum bagi semua orang dan hukuman yang dijatuhkan harus sebanding dengan perbuatan/kelakuan. Pembaharuan dari aliran klasik karena tidak ada keadilan misal anak-anak di hukum,orang gila di hukum maka aliran neo klasik aspek kondisi pelaku sudah mulai diperhitungkan.
  • 2. 3.AliranPositif Dibagi atas 2 pandangan: 1. Determinisme Biologis yaitu teori yang mendasari pemikiran bahwa perilaku manusia sepenuhnya tergantung pada pengaruh biologis yang ada dalam dirinya. 2. Determinisme Cultural yaitu teori yang mendasari pemikirannya pada pengaruh sosial, budaya dan lingkungan dimana seseorang hidup. 4. Teori anomi, teori yang mencari sebab kejahatan dari sosio-kultural dengan berorientasi pada kelas sosia. Emile Durkheim orang yang pertama kali menggunakan istilah anomi untuk menggambarkan keadaan yang disebut Deregulation di dalam masyarakat (hancurnya keteraturan sosial akibat hilangnya patokan- patokan dan nilai-nilai). Robert Merton juga penganut Anomi tapi berbeda dengan Durkheim yaitu teorinya membagi norma sosial menjadi 2 jenis yakni tujuan sosial (Societal goals) dan sarana yang tersedia (Accept talk means) untuk mencapai tujuan tersebut terdapat sarana yang dipergunakan. Tapi dalam kenyataannya tidak semua orang dapat menggunakan sarana yang tersedia sehingga digunakan berbagai cara untuk mendapatkan hal itu yang menimbulkan penyimpangan dalam mencapai tujuan, Yaitu teori yang bersifat kongkrit yang berusaha menjelaskan bagaimana seorang menjadi jahat. Terkenal dengan Teori sosial kontrol yang memulai pertanyaan mengapa oang mentaati norma atau tidak semua orang melanggar hukum. Jawabannya karena orang mengikuti hukum sebagai respon atas kekuatan-kekuatan pengontrol tertentu dalam kehidupan mereka. Mereka menjadi kriinil ketika kekuatan yang mengontrol tersebut lemah atau hilang. Menurut Travis Hirchi dengan perfectif micro sosiological studies (social bond) ikatan sosial ada 4: 1. Attachment dibagi menjadi attachment total dan attachment partial. Attachment total yaitu suatu keadaan dimana seseorang individu melepas ego yang terdapat dalam dirinya diganti dengan rasa kebersamaan, rasa kebersamaan inilah yang mendorong seseorang untuk selalu mentaati hukum karena melanggar berarti menyakiti perasaan orang lain. Attachment partial yaitu suatu hubungan antara seorang individu dengan lainnya dimana hubungan tersebut tidak didasarkan pada peleburan ego dengan ego yang lain tapi hadirnya orang lain yang mengawasi. Dari 2 hal itu dapat diketahui bahwa attachment total akan mencegah hasrat seseorang melakukan deviasi sedangkan attachment partial hanya menimbulkan kepatuhan bila ada orang lain yang mengawasi bila tidak ada maka terjadi deviasi. 2. Comitment Yaitu keterikatan seseorang pada sub sistem konvensional seperti sekolah, pekerjaan, organisasi dan sebagainya. Komitmen merupakan aspek rasional yang ada dalam ikatan. Segala kegiatan yang dilakukan bermanfaat bagi ikatan tersebut bisa berupa harta benda, reputasi, masa depan dan sebagainya 3. Involvement Merupakan aktivitas seseorang dalam subsistem konvensional. Jika seseorang berperan aktif dalam organisasi kecil kemungkinan terkena deviasi. Logikanya mreka menghabiskan waktu dan tenaga dalam kegiatan tersebut. Sehingga tidak ada waktu untuk memikirkan dan berbuat yang melanggar hukum 4. Beliefs Merupakan aspek moral yang terdapat dalam ikatan sosial, yang merupakan kepercayaan seseorang pada nilai-nilai moral yang ada. Kepercayaan terhadap norma atau agama akan menyebabkan orang patuh pada norma tersebut Bridging Teori Merupakan teori yang menengahi antara makro dengan mikro teori.Terdiri atas: Teori sub kultur adalah suatu sub bagian budaya diantara budaya dominan dalam masyarakat yang memiliki norma-norma, keyakinan- keyakinan dan nilai-nilainya sendiri. Sub kultur timbul ketika sejumlah orang dalam keadaan serupa mendapati diri mereka terpisah dari masyarakat banyak dan kemudian secra bersama saling mendukung. Sub kultur bisa orang se suku,bangsa minoritas, penghuni penjara, kelompok profesi dan sebagainya a. Deliquent Sub Cultur Albert Cohen melalui suatu penelitian menyatakan bahwa perilaku deliquen lebih banyak terjadi pada laki-laki kelas bawah (lower class) dan mereka lebih banyak membentuk geng, tidak terdapat alasa yang rasional bagi deliquen sub kultur untuk mencuri (selain mencari status kebersamaan), mencari
  • 3. kesenangan dengan menibulkan kegelisahan pada orang lain juga meremehkan nilai-nilai kelas menengah b. Teori Differential Opportunity Ricard Cloward dan Llloyd Ohlin mengkobinasikan teori strain, differential asociation dan social disorganization. Dimana delinquent sub culture tumbuh subur di daerah- daerah kelas bawah dan mengambil bentuk tertentu yang mereka lakukan karena kesempatan untuk mendapatkan ukses secara tidak lebih tersebar secara merata dibanding kesempakatan untuk meraih sukses secara sah. di 09:06 Teori-Teori Umum tentang Perilaku Menyimpang Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri dan lain-lain). Berdasarkan perspektifnya penyimpangan ini dapat digolongkan dalam dua teori utama. Perpektif patologi sosial menyamakan masyarakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu, berlawanan dengan model pemikiran medis dari para psikolog dan psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan. Teori-Teori Sosiologi tentang Perilaku Menyimpang Teori anomi adalah teori struktural tentang penyimpangan yang paling penting selama lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat sebagai penyebab penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan. Sebagian besar orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama, sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan. Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya. Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana individu dan kelompok belajar norma- norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu. Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu. Teori Differential Association oleh Sutherland adalah teori belajar tentang penyimpangan yang paling terkenal. Walaupun teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan umum tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum. Sebagian teori lebih menekankan proses belajar ini daripada teori lainnya, seperti beberapa teori yang akan dibahas pada Bab berikutnya. Teori Labeling Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan semua bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas. Beberapa teori terbatas adalah untuk jenis penyimpangan tertentu saja, atau untuk bentuk substantif penyimpangan tertentu (seperti alkoholisme dan bunuh diri), atau dibatasi untuk menjelaskan tindakan menyimpang bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpektif- perpektif labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh teori-teori terbatas yang didiskusikan. Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan, sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah
  • 4. berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling, pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya. Teori Kontrol Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat, atau macetnya integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya. Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan, seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang. Teori Konflik Teori konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling banyak diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia adalah teori penjelasan norma, peraturan dan hukum daripada penjelasan perilaku yang dianggap melanggar peraturan. Peraturan datang dari individu dan kelompok yang mempunyai kekuasaan yang mempengaruhi dan memotong kebijakan publik melalui hukum. Kelompok-kelompok elit menggunakan pengaruhnya terhadap isi hukum dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma sosial lainnya mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat berkuasa membuat norma mereka menjadi dominan, misalnya norma yang menganjurkan hubungan heteroseksual, tidak kecanduan minuman keras, menghindari bunuh diri karena alasan moral dan agama. Homoseksualitas menyangkut orientasi dan perilaku seksual. Perilaku homoseksual adalah hubungan seks antara orang yang berjenis kelamin sama. Orientasi homoseksual adalah sikap atau perasaan ketertarikan seseorang pada orang lain dengan jenis kelamin yang sama untuk tujuan kepuasan seksual. Lebih banyak perilaku homoseksual dibandingkan orang yang memiliki orientasi homoseksual. Norma dan aturan hukum yang melarang homoseksualitas dianggap kuno, di mana opini masyarakat akhir- akhir ini lebih bisa menerima homoseksualitas. Perkembangan suatu orientasi homoseksualitas terjadi dalam konteks biologis. Tetapi makna sesungguhnya dari orientasi tersebut berada dalam proses sosialisasi seksual dan penerimaan serta indentifikasi peran seks. Sosialisasi seksual adalah suatu proses yang kompleks yang dimulai dari belajar norma. Norma-norma seksual mengidentivikasi objek seksual, waktu, tempat dan situasi. Banyak kombinasi yang mungkin dapat terjadi dan termasuk terjadinya kesalahan dalam sosialisasi. Preferensi seksual terbentuk saat masa remaja, walaupun banyak juga para homoseksual yang menjadi homoseksual di usia yang lebih tua. Penerimaan identifas homoseksual terjadi setelah suatu proses peningkatan aktivitas homoseksual dan partisipasi dalam suatu subkebudayaan homoseksual atau komunikasi homoseksual. Secara sosiologis, seorang homoseksual adalah orang yang memiliki identitas homoseksual. Homoseksualitas Perempuan (Lesbianisme) Lesbianisme, sama dengan homoseksual pada laki-laki, terjadi melalui penerimaan orientasi seksual lesbian. Lesbian lebih cenderung membangun orientasi seksualnya dalam konteks hubungan pertemanan dengan perempuan lainnya. Hubungan seks antara lesbian, terjadi dalam konteks berjalannya hubungan sosial dengan perempuan lain. Hubungan antara para lesbian umumnya berlangsung dalam jangka waktu lama, bukan berarti para homoseks tidak membangun hubungan seperti ini. Namun lesbian lebih cenderung selektif dalam memilih pasangan seks dan tidak banyak terlibat dalam subkebudayaan lesbian. Karena lesbianisme ini lebih bersifat pribadi dan rahasia, para lesbian tidak banyak mendapat ancaman dari stigma sosial atau hukum. Perilaku dan orientasi seksual mereka tidak begitu nyata bagi orang lain. Dan karena alasan ini, para lesbian tidak banyak membutuhkan dukungan suasana subkebudayaan lesbian. Pencegahan dan Penanggulangan Kejahatan Penanggulangan dan pencegahan kejahatan tidak cukup hanya dengan pendekatan secara integral, tetapi pendekatan sarana penal dan non penal tersebut harus didukung juga dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Tingkat Kriminalitas
  • 5. Pendekatan Integral Jenis-jenis tindak krlminal yang terjadi di sepanjang tahun 2007 di atas merupakan tindak pidana yang umumnya juga terjadi di daerah-daerah lain. Dalam kebijakan kriminal (criminal policy), upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan perlu digunakan pendekatan integral, yaitu perpaduan antara sarana penal dan non penal. Sarana penal adalah hukum pidana melalui kebijakan hukum pidana. Sementara non penal adalah sarana non hukum pidana, yang dapat berupa kebijakan ekonomi, sosial, budaya, agama, pendidikan, teknologi, dan lain-lain. Upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan ini memerlukan pendekatan integral dikarenakan hukum pidana tidak akan mampu menjadi satu-satunya sarana dalam upaya penanggulangan kejahatan yang begitu komplek yang terjadi dimasyarakat. Penggunaan hukum pidana dalam penanggulangan kejahatan hanya bersifat Kurieren am Symptom dan bukan sebagai faktor yang menghilangkan sebab-sebab terjadinya kejahatan. Adanya sanksi pidana hanyalah berusaha mengatasi gejala atau akibat dari penyakit dan bukan sebagai obat (remidium) untuk mengatasi sebab-sebab terjadinya penyakit. Hukum pidana memiliki kemampuan yang terbatas dalam upaya penanggulangan kejahatan yang begitu beragam dan kompleks. Berkaitan dengan kelemahan penggunaan hukum pidana, Roeslan Saleh menyatakan bahwa "keragu-raguan masyarakat terhadap hukum pidana semakin besar sehubungan dengan praktek penyelenggaraan hukum pidana yang terlalu normatif-sistematis. Adapun batas-batas kemampuan hukum piclana sebagai sarana kebijakan kriminal dalam penanggulangan kejahatan adalah pertama, sebab-sebab kejahatan yang demikian kompleks berada di luar jangkauan hukum pidana; kedua, hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub-sistem) dari sarana kontrol sosial yang tidak mungkin mengatasi masalah kejahatan sebagai masalah kemanusiaan clan kemasyarakatan yang sangat kompleks (sebagai masalah sosio-psikologis, sosio-politik, sosio-ekonomi, sosio-kultural, dsb); tiga, penggunaan hukum piclana dalam menanggulangi kejahatan hanya merupakan "kurieren am symptom", oleh karena itu hukum pidana hanya merupakan "pengobatan simptomatik" clan bukan pengobatan kausatif'; empat, sanksi hukum piclana merupakan "remedium" yang mengandung sifat kontradiktif/paradoksal clan mengandung unsur-unsur serta efek sampingan yang negatif; lima, sistem pemidanaan bersifat fragmentair clan individual/personal, tidak bersifat struktural/fungsional; enam, keterbatasan jenis sanksi pidana dan sistem perumusan sanksi pidana yang bersifat kaku clan imperatif; clan tujuh, bekerjanyalberfungsinya hukum pidana memerlukan sarana pendukung yang lebih bervariasi clan lebih menuntut biaya tinggi. Pendekatan dengan sarana non penal mencakup area pencegahan kejahatan (crime prevention) yang sangat luas. Pencegahan kejahatan pada dasarnya merupakan tujuan utama dari kebijakan kriminal. Pernyataan yang sering diungkapkan dalam kongres-kongres PBB mengenai "the prevention of crime and the treatment of offenders", yaitu : pertama, pencegahan kejahatan clan peradilan plclana janganlah diperlakukan/dilihat sebagai problem yang terisolir clan ditangani dengan metode yang simplistik clan fragmentair, tetapi seyogyanya dilihat sebagai masalah yang lebih kompleks clan ditangani dengan kebijakan/tindakan yang luas clan menyeluruh; kedua, pencegahan kejahatan harus didasarkan pada penghapusan sebab-sebab dan kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya kejahatan. Upaya penghapusan sebab-sebab clan kondisi- kondisi yang demikian harus merupakan "strategi pokoklmendasar dalam upaya pencegahan kejahatan" (the basic crime prevention strategy); tiga, penyebab utama dari kejahatan dibanyak negara ialah ketimpangan sosial, diskriminasi rasial dan diskriminasi nasional, standar hidup yang rendah, pengangguran dan hubungannya dengan pembangunan ekonomi, sistem politik, nilai-nilai sosio kultural dan perubahan masyarakat, juga dalam hubungannya dengan tata ekonomi dunia/internasional baru. Berdasarkan pernyataan dalam kongres PBB di atas, terlihat bahwa kebijakan penanggulangan kejahatan tidak hanya akan menyembuhkan atau membina para
  • 6. terpidana (penjahat) saja, tetapi penanggulangan kejahatan dilakukan juga dengan upaya penyembuhan masyarakat, yaitu dengan menghapuskan sebab-sebab maupun kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Perlunya Kesadaran hukum Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan tidak cukup hanya dengan pendekatan secara integral, tetapi pendekatan sarana penal dan non penal tersebut harus didukung juga dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum. Dikatakan sebagai salah satu bagian, karena selama ini ada persepsi bahwa budaya hukum hanya meliputi kesadaran hukum masyarakat saja. Padahal budaya hukum juga mencakup kesadaran hukum dari pihak pelaku usaha, parlemen, pemerintah, dan aparat penegak hukum. Hal ini perlu ditegaskan karena pihak yang dianggap paling tabu hukum dan wajib menegakkannya, justru oknumnyalah yang melanggar hukum. Hal ini menunjukkan kesadaran hukum yang masih rendah dari pihak yang seharusnya menjadi "tauladan bagi masyarakat" dalam mematuhi dan menegakkan hukum. Kejahatan merupakan produk dari masyarakat, sehingga apabila kesadaran hukum telah tumbuh dimasyarakat, kemudian ditambah dengan adanya upaya strategis melalui kolaborasi antara sarana penal dan non penal, maka dengan sendiri tingkat kriminalitas akan turun, sehingga tujuan akhir politik kriminal, yaitu upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare) akan terwujud. Amin! (*) http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca d=rja&ved=0CEYQFjAD&url=ftp%3A%2F %2Fsmpn16-mlg.sch.id%2Fdinda%2F--LaW %2520facuLty%2520UB--%2FKRIMINOLOGI %2FRangkuman.doc&ei=rOtIUtrQAoPYrQeP_o DoDQ&usg=AFQjCNEjp- rioMFegqENNGZQdBO8bKGp9A&bvm=bv.53 217764,d.bmk
  • 7. terpidana (penjahat) saja, tetapi penanggulangan kejahatan dilakukan juga dengan upaya penyembuhan masyarakat, yaitu dengan menghapuskan sebab-sebab maupun kondisi-kondisi yang menyebabkan terjadinya kejahatan. Perlunya Kesadaran hukum Dalam upaya penanggulangan dan pencegahan kejahatan tidak cukup hanya dengan pendekatan secara integral, tetapi pendekatan sarana penal dan non penal tersebut harus didukung juga dengan meningkatnya kesadaran hukum masyarakat. Kesadaran hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum. Dikatakan sebagai salah satu bagian, karena selama ini ada persepsi bahwa budaya hukum hanya meliputi kesadaran hukum masyarakat saja. Padahal budaya hukum juga mencakup kesadaran hukum dari pihak pelaku usaha, parlemen, pemerintah, dan aparat penegak hukum. Hal ini perlu ditegaskan karena pihak yang dianggap paling tabu hukum dan wajib menegakkannya, justru oknumnyalah yang melanggar hukum. Hal ini menunjukkan kesadaran hukum yang masih rendah dari pihak yang seharusnya menjadi "tauladan bagi masyarakat" dalam mematuhi dan menegakkan hukum. Kejahatan merupakan produk dari masyarakat, sehingga apabila kesadaran hukum telah tumbuh dimasyarakat, kemudian ditambah dengan adanya upaya strategis melalui kolaborasi antara sarana penal dan non penal, maka dengan sendiri tingkat kriminalitas akan turun, sehingga tujuan akhir politik kriminal, yaitu upaya perlindungan masyarakat (social defence) dan upaya mencapai kesejahteraan masyarakat (social welfare) akan terwujud. Amin! (*) http://www.google.com/url? sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ca d=rja&ved=0CEYQFjAD&url=ftp%3A%2F %2Fsmpn16-mlg.sch.id%2Fdinda%2F--LaW %2520facuLty%2520UB--%2FKRIMINOLOGI %2FRangkuman.doc&ei=rOtIUtrQAoPYrQeP_o DoDQ&usg=AFQjCNEjp- rioMFegqENNGZQdBO8bKGp9A&bvm=bv.53 217764,d.bmk