SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Abstrak
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 ISSN 0853-7291
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat
di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
Fonny J.L Risamasu1* dan Hanif Budi Prayitno2
1Jurusan Perikanan dan Kelautan Faperta Undana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kotak Pos 104, Kupang 85001-NTT;
Telp/Fax . (0380-881560), Hp. 082144581773, e-mail : risamasuf@yahoo.co.id
2)Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur, Jakarta 14430; Telp. (021) 64713850, Fax.
(021) 64711948, Hp. 081578811106, e-mail : hani007@lipi.go.id
Penelitian zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan silikat telah dilakukan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan
Selatan pada 12 stasiun pengamatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan
ketersediaan dan distribusi spasial zat hara di perairan tersebut. Pengambilan sampel air menggunakan botol
Niskin pada lapisan permukaan dan dekat dasar perairan, sedangkan pengukuran konsentrasi zat hara
menggunakan Spektrofometer Shimadzu UV-1201V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Kepulauan
Matasiri termasuk perairan yang subur. Rata-rata konsentrasi fosfat di permukaan dan di dekat dasar perairan
relatif sama, sedangkan konsentrasi nitrit, nitrat dan silikat lebih tinggi di dekat dasar perairan dari pada di
permukaan.
Kata kunci: Fosfat, Nitrit, Nitrat, Silikat, Kepulauan Matasiri.
Key words: phosphate, nitrite, nitrate, silicate, Matasiri Islands.
Pendahuluan
Kalimantan Selatan memiliki sungai-sungai
besar seperti Sungai Barito memberikan banyak
pasokan air tawar ke laut di sekitarnya. Perairan
Kepulauan Matasiri di Kalimantan Selatan terletak
berdekatan dengan Sungai Barito, tentu massa airnya
sangat kaya dengan bahan organik dan zat hara yang
dibawa oleh air sungai. Bahan-bahan organik dan zat
hara dari sungai yang masuk secara massive ke
perairan pesisir berperan penting dalam menstimulasi
proses biologi di perairan tersebut (Gypens et al.,
2009). Sebagai contoh, proses pengkayaan zat hara
yang berasal dari upwelling, sumber antropogenik dan
masukan air sungai mneyebabkan peningkatan
pertumbuhan fitoplankton di lingkungan pesisir
(Bardalet et al.,1996; Carter et al., 2005).
*) Corresponding author
© Ilmu Kelautan, UNDIP
www.ijms.undip.ac.id Diterima/Received: 21-07-2011
Disetujui/Accepted: 20-08-2011
A research on marine nutrients including phosphate, nitrite, nitrate and silicate was conducted in the Matasiri
Islands waters, South Kalimantan, on 12 observation stations. The aim of the research is to understand and
assess the waters condition based on the availability and the spatial distribution of nutrients in these waters.
Water sampling used Niskin bottles in the surface and near bottom layers, whereas the measurement of
nutrients concentration used spectrophotometer Shimadzu UV-1201V. The results showed that Matasiri Islands
waters is categorized as fertile waters. The average concentration of phosphate in surface and near bottom
layers were relatively similar, whereas the average concentration of nitrite, nitrate and silicate were higher in
near bottom layer than in the surface.
Abstract
Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan
memiliki dampak positif, namun pada tingkatan
tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif.
Dampak positifnya adalah adanya peningkatan
produksi fitoplankton dan total produksi ikan (Jones-
Lee & Lee, 2005; Gypens et al., 2009) sedangkan
dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan
kandungan oksigen di perairan, penurunan
biodiversitas dan terkadang memperbesar potensi
muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton
berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah
Harmful Algal Blooms atau HABs (Howart et al., 2000;
Gypens et al., 2009).
Zat hara yang umum menjadi fokus perhatian
di lingkungan perairan adalah fosfor dan nitrogen.
Kedua unsur ini memiliki peran vital bagi
pertumbuhan fitoplankton atau alga yang biasa
digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat
kesuburan suatu perairan (Howart et al., 2000;
Fachrul et al., 2005). Di dalam alga, perbandingan
nitrogen dan fosfor mendekati rasio Redfield sebesar
16:1 (basis atom) atau 7,5:1 (basis massa) (Vaulot,
2001; Jones-Lee dan Lee, 2005).
Selain fosfor dan nitrogen, unsur lain yang
juga cukup mendapat perhatian adalah silikon. Silikon
terlarut merupakan unsur hara yang penting bagi
produktivitas primer (Papush & Danielsson, 2006).
Silikon juga merupakan unsur hara yang berperan
sebagai regulator bagi kompetisi fitoplankton, di mana
diatom selalu mendominasi populasi fitoplankton
pada konsentrasi silikat yang tinggi (Egge dan Aksnes,
1992).
Nitrogen dan fosfor di dalam sistem perairan
ada dalam berbagai bentuk, namun hanya beberapa
saja yang dapat dimanfaatkan oleh alga dan
tumbuhan air. Untuk nitrogen, beberapa yang dapat
dimanfaatkan adalah nitrit dan nitrat, sementara
untuk fosfor berupa senyawa orto fosfat (Jones-Lee &
Lee, 2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan
dikaji mengenai kondisi parameter kimia berupa
senyawa fosfat, nitrit, nitrat dan silikat di perairan
Matasiri, Kalimantan Selatan untuk mengetahui
kualitas air dan tingkat kesuburannya.
Materi dan Metode
Penelitian unsur hara yang meliputi senyawa
fosfat, nitrit, nitrat dan silikat telah dilakukan di
perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
pada bulan November 2010 (Gambar 1).
Sampel air laut diambil dari lapisan pemukaan
dan lapisan dekat dasar perairan menggunakan botol
Niskin, kemudian ditempatkan dalam botol polyetilene.
Sampel selanjutnya disaring menggunakan membran
filter Nitroselulosa berukuran pori 0,45 μm dengan
diameter 47 mm dan disimpan di dalam refrigerator
lalu dilakukan analisis. Pengukuran konsentrasi zat
hara mengikuti metode yang dilakukan oleh Strickland
dan Parsons (1968) menggunakan Spektrofotometer
Shimadzu UV-1201V dengan panjang gelombang 885
nm untuk fosfat, 543 nm untuk nitrit dan nitrat, serta
810 nm untuk silikat. Hasil penelitian disajikan secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis konsentrasi rata-rata fosfat,
nitrit, nitrat, dan silikat di perairan Kepulauan Matasiri,
Kalimantan Selatan disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Konsentrasi fosfat tertinggi di lapisan
permukaan perairan terdapat di Stasiun 9 (0,016 mg
P-PO4/L) dan terendah di Stasiun 7 dan 8 (0,001 mg P-
PO4/L). Untuk lapisan dekat dasar perairan,
konsentrasi fosfat tertinggi terdapat di Stasiun 11
(0,016 mg P-PO4/L) dan terendah di Stasiun 7 dan 8
(0,001 mg P-PO4/L). Konsentrasi fosfat rata-rata baik
di lapisan permukaan maupun di lapisan dekat dasar
adalah 0,006 mg P-PO4/L. Dari data tersebut terlihat
bahwa konsentrasi rata-rata fosfat baik di permukaan
maupun di dekat dasar perairan umumnya sama.
Distribusi fosfat di 12 stasiun pengamatan di perairan
Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan, disajikan
pada Gambar 2.
Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004,
Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
136 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)
Tabel 1. Hasil pengukuran konsentrasi zat hara di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan.
Stasiun Koordinat lokasi
Kedalaman
pengambilan
sampel (m)
P-PO4(mg/L) N-NO2(mg/L) N-NO3(mg/L) Si-SiO2 (mg/L)
P D P D P D P D
1
040 43,941 ’LS;
1150 27,950’BT
32 0,003 0,004 TTD 0,001 0,069 0,029 0,154 0,173
2
040 43,00 ’LS;
1150 37,977’BT
33 0,003 0,003 TTD TTD 0,030 0,025 0,136 0,186
3
040 43,996 ’LS;
1150 47,964’BT
40 0,003 0,003 TTD TTD 0,024 0,033 0,154 0,193
4
040 43,974 ’LS;
1150 57,962’BT
42 0,003 0,003 TTD TTD 0,028 0,024 0,142 0,191
5
040 51,00 ’LS;
1150 33,061’BT
38 0,007 0,007 TTD TTD 0,031 0,048 0,129 0,158
6
040 51,06 ’LS;
1150 42,995’BT
51 0,005 0,009 0,001 0,001 0,031 0,042 0,137 0,172
7
040 50,951 ’LS;
1150 52,988’BT
47 0,001 0,001 TTD 0,001 0,025 0,035 0,139 0,187
8
040 50,946 ’LS;
1160 02,959’BT
51 0,001 0,001 TTD 0,004 0,025 0,029 0,132 0,204
9
040 57,997 ’LS;
1150 38,036’BT
44 0,016 0,013 0,001 TTD 0,032 0,025 0,182 0,152
10
040 57,975 ’LS;
1150 48,055’BT
66 0,013 0,012 TTD TTD 0,029 0,030 0,135 0,183
11
040 57,966 ’LS;
1150 58,018’BT
56 0,010 0,016 TTD 0,005 0,023 0,038 0,140 0,246
12
040 57,994 ’LS;
1160 08,000’BT
54 0,009 0,007 TTD 0,010 0,037 0,048 0,146 0,285
Keterangan: P = permukaan; D = dasar; TTD = Tidak terdeteksi
Tabel 2. Konsentrasi rata-rata zat hara di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan.
Konsentrasi
Posfat
(P-PO4 mg /L)
Nitrit
(N-NO2 mg /L)
Nitrat
(N-NO3 mg /L)
Silikat
(Si-SiO2 mg/L)
Perm. Dasar Perm. Dasar Perm. Dasar Perm. Dasar
Min. 0,001 0,001 TTD TTD 0,024 0,024 0,129 0,152
Maks. 0,016 0,016 0,001 0,005 0,069 0,048 0,182 0,285
Rata-rata 0,006 0,006 0,0002 0,002 0,032 0,034 0,144 0,194
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
Gambar 2. Distribusi horisontal fosfat pada permukaan dan dasar di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 137
Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun
2004, disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi
maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota
laut adalah 0,015 mg P-PO4/L. Data penelitian
menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat di 11 dari 12
stasiun penelitian berada di batasan konsentrasi yang
dipersyaratkan, sedangkan konsentrasi fosfat yang
lebih tinggi dari baku mutu terdapat di lapisan
permukaan Stasiun 9 dan di lapisan dekat dasar
Stasiun 11. Dengan demikian secara umum kondisi
air laut di perairan Kepulauan Matasiri masih baik.
Konsentrasi fosfat yang tinggi di lapisan
permukaan Stasiun 9 (Barat Daya Pulau Matasiri)
kemungkinan disebabkan karena terjadinya
percampuran masa air tawar dari Sungai Barito dan
massa air laut dari Selat Makassar dan Laut Flores,
sehingga fosfat yang berasal dari ketiga sumber
tersebut akan bertemu dan terakumulasi di Stasiun 9,
sedangkan tingginya konsentrasi fosfat di lapisan
dekat dasar Stasiun 11 (Selatan Pulau Matasiri)
mungkin disebabkan tingginya difusi fosfat dari
sedimen. Sedimen merupakan tempat penyimpanan
utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan,
umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan
dengan oksida besi dan senyawa hidroksida. Senyawa
fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami
dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui
proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut
yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air
(Paytan dan McLaughlin, 2007).
Berdasarkan data pengukuran kosentrasi nitrit
dalam sampel air laut yang diambil dari lapisan
permukaan perairan di 12 stasiun pengamatan,
konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun 6 dan 9
(0,001 mg N-NO2/L), sedangkan di 10 stasiun lainnya
konsentrasi nitrit nilainya tidak terbaca pada
spektrofotometer. Pada lapisan dekat dasar nilai nitrit
tertinggi terdapat pada stasiun 12 (0,010 mg N-
NO2/L), sedangkan 6 stasiun nilai nitrit tidak
terdeteksi. Data ini menunjukkan bahwa secara umum
konsentrasi nitrit di lapisan permukaan perairan
Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan tergolong
rendah. Distribusi nitrit di 12 stasiun pengamatan di
perairan Kepulauan Matasiri disajikan pada Gambar 3.
Dari Gambar 3 terlihat bahwa konsentrasi
rata-rata nitrit tertinggi pada lapisan dekat dasar
perairan daripada di lapisan permukaan. Rendahnya
konsentrasi nitrit di lapisan permukaan karena pada
lapisan ini oksigen yang tersedia cukup melimpah
dengan adanya difusi oksigen dari atmosfir. Dengan
bantuan bakteri, oksigen tersebut akan mengoksidasi
nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di
lapisan nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit
di lapisan permukaan menjadi kecil. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hutagalung & Rozak (1997) bahwa
distribusi vertikal nitrit semakin tinggi sejalan dengan
bertambahnya kedalaman laut dan semakin rendahnya
kadar oksigen, sedangkan distribusi horizontal kadar
nitrit semakin tinggi menuju kearah pantai dan muara
sungai.
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
Gambar 3. Distribusi horisontal nitrit di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)138
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi
nitrat dalam sampel air laut yang diambil dari lapisan
permukaan perairan, konsentrasi tertinggi terdapat di
stasiun 1 (0,069 mg N-NO3/L), sedangkan terendah di
Stasiun 7 dan 8 (0,025 mg N-NO3/L). Untuk sampel
air laut yang diambil dari lapisan dekat dasar
perairan, konsentrasi nitrat tertinggi terdapat di
Stasiun 5 dan 12 (0,048 mg N-NO3/L), terendah di
Stasiun 4 (0,024mg N-NO3/L). Konsentrasi nitrat rata-
rata di lapisan permukaan adalah 0,032 mg N-NO3/L,
sedangkan di lapisan dekat dasar 0,034 mg N-NO3/L.
Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi nitrat
rata-rata lebih tinggi di dasar perairan dibanding
dengan di lapisan permukaan. Kecenderungan ini
diperkuat oleh pendapat Hutagalung dan Rozak
(1997) menyatakan bahwa kadar nitrat semakin
tinggi bila kedalaman bertambah, sedangkan untuk
distribusi horisontal kadar nitrat semakin tinggi
menuju ke arah pantai. Distribusi nitrat di 12 stasiun
pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri,
Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 4.
Konsentrasi nitrat di lapisan permukaan yang
lebih rendah dibandingkan di lapisan dekat dasar
disebabkan karena nitrat di lapisan permukaan lebih
banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh
fitoplankton. Selain itu, konsentrasi nitrat yang sedikit
lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi
oleh sedimen. Di dalam sedimen nitrat diproduksi dari
biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia
yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger,
1988).
Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004,
disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi nitrat air
laut yang layak untuk kehidupan biota laut adalah
0,008 mg N-NO3/L. Dibandingkan dengan baku mutu,
konsentrasi nitrat dalam penelitian ini jauh lebih tinggi
atau berada di atas baku mutu. Fakta ini ditemukan di
seluruh stasiun pengamatan baik di lapisan
permukaan maupun di lapisan dekat dasar perairan.
Data ini mengindikasikan bahwa perairan di
Kepulauan Matasiri tengah mengalami tekanan berupa
pengkayaan nitrogen atau nitrat. Sebagai imbasnya,
potensi terjadinya ledakan populasi (blooming) alga
sangat besar. Tentunya hal ini sangat merugikan
karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan
biodiversitas ekosistem perairan setempat. Sumber
peningkatan kadar nitrat umumnya adalah limbah
perkotaan, industri dan pertanian (Environtment
Canada, 2003). Oleh karena itu, pengkayaan nitrat
yang terjadi di perairan Kepulauan Matasiri
kemungkinan besar dipengaruhi oleh masukan massa
air Sungai Barito yang banyak membawa masukan
senyawa nitrogen dari darat, karena Sungai Barito
merupakan sungai terbesar yang lokasinya paling
dekat dengan Kepulauan Matasiri dan paling mungkin
mempengaruhi kondisi perairan tersebut.
Berdasarkan data hasil pengukuran
konsentrasi silikat dalam sampel air laut, diketahui
bahwa sebaran silikat terlarut secara horizontal di
lapisan permukaan perairan konsentrasi tertinggi
terdapat pada stasiun 9 (0,182 mg/L), sedangkan
terendah di Stasiun 5 (0,129 mg Si/L). Selanjutnya
4. Distribusi horisontal nitrat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 139
utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan
berkembang biak adalah nitrogen dalam bentuk nitrat
(NO 
3
) (Nybakken 1988). Dengan demikian perairan ini
tergolong ke dalam kategori subur.
Perairan Kepulauan Matasiri yang tergolong
subur dengan konsentrasi nitrat yang cukup tinggi,
bahkan jauh melebihi konsentrasi maksimum baku
mutu nitrat untuk air laut, menyimpan potensi untuk
terjadinya blooming alga. Namun demikian, potensi
blooming yang terjadi rendah kemungkinannya
didominasi oleh jenis yang berbahaya atau lebih dikenal
dengan istilah Harmful Algae Blooms (HABs). Hal ini
disebabkan konsentrasi rata-rata silikat di perairan
Kepulauan Matasiri sebesar 0,144 mg Si/L masih
berada di atas batasan konsentrasi minimum yang
dihipotesiskan oleh Tsunogai (1979) untuk memicu
terjadinya blooming alga berbahaya. Selain silikat, bila
terjadi peningkatan kadar nitrat dan fosfat dalam air
laut, maka dapat memicu terjadinya peledakan
populasi (blooming) algae (fitoplankton) berbahaya
(Hutagalung dan Rozak, 1997; Effendie, 2003).
Dalam hipotesisnya Tsunogai (1979)
menggambarkan perkembangan fitoplankton dalam
dua tahap. Pertama, di saat kondisi semua parameter
fisika dan kimia terpenuhi, diatom akan tumbuh pesat
dan mendominasi lapisan permukaan suatu perairan
dengan mengkonsumsi silikat yang tersedia. Kedua, di
saat konsentrasi silikat menurun hingga kurang dari
batasan minimum antara 5-10 µg-at Si/L (0,140–0,280
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
sebaran silikat terlarut di dasar perairan tertinggi
pada stasiun 12 (0,285 mg/L) dan terendah di
Stasiun 9 (0,152 mg Si/L). Konsentrasi silikat rata-
rata di lapisan permukaan perairan adalah 0,144 mg
Si/L, sedangkan di lapisan dekat dasar 0,194 mg
Si/L. Distribusi silikat di 12 stasiun pengamatan di
perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
disajikan pada Gambar 5.
Data tersebut memperlihatkan bahwa
konsentrasi silikat tertinggi berada di lapisan dekat
dasar perairan dari pada di lapisan permukaan.
Distribusi SiO2 di perairan pesisir umumnya lebih
tinggi daripada di laut terbuka karena limpasan air
sungai. Konsentrasi silikat terlarut di lapisan
permukaan perairan laut umumnya lebih rendah jika
dibandingkan dengan di dasar perairan, kecuali di
daerah yang mengalami upwelling (Millero,1996).
Rendahnya konsentrasi silikat di lapisan permukaan
disebabkan lebih banyak organisme-organisme yang
memanfaatkan silikat di lapisan ini, seperti diatom
(Bacillariophyceae) yang banyak membutuhkan silikat
untuk membentuk dinding selnya (Effendi, 2003).
Ditinjau dari konsentrasi zat hara fosfat, nitrit,
nitrat dan silikat, kualitas air perairan Kepulauan
Matasiri secara umum masih tergolong baik. Selain
itu, konsentrasi nitrat yang tinggi menggambarkan
ketersediaan sumber nitrogen yang cukup melimpah
bagi pertumbuhan fitoplankton. Nutrien anorganik
Gambar 5. Distribusi horisontal silikat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan
140 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142
batasan minimum antara 5-10 µg-at Si/L (0,140–
0,280 mg Si/L) dan tidak cukup memenuhi
kebutuhan diatom untuk tumbuh dan berkembang,
maka perkembangan diatom akan terhenti dan akan
digantikan oleh fitoplankton dari jenis lain yang
mungkin berbahaya seperti misalnya dinoflagellata.
Kesimpulan
Zat hara di perairan Kepulauan Matasiri
cukup melimpah untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan produsen primer sehingga perairan di
Kepulauan Matasiri termasuk subur. Konsentrasi rata-
rata fosfat di lapisan permukaan dan di lapisan dekat
dasar perairan relatif sama, sedangkan nitrit, nitrat
dan silikat lebih tinggi di lapisan dekat dasar perairan
daripada di permukaan. Konsentrasi nitrat sangat
tinggi di Kepulauan Matasiri mengindikasikan
terjadinya pengkayaan nitrogen sebagian besar
dipengaruhi oleh masukan massa air sungai Barito
yang membawa senyawa nitrogen dari daratan ke
perairan laut.
Ucapan Terima Kasih
Pada kesempatan ini disampaikan ucapan
terima kasih kepada pengelola proyek kerjasama joint
research DIKTI dan LIPI, sehingga kegiatan penelitian
ini dapat terlaksana. Terima kasih juga disampaikan
kepada kapten dan awak kapal Baruna Jaya VIII yang
turut membantu dalam memperlancar kegiatan
penelitian di lapangan.
Daftar Pustaka
Berdalet, E., C. Marrase, M. Estrada, L. Arin, & M.
Maclean. 1996. Microbial community
responses to nitrogen and phosphorus deficient
nutrient inputs: microplankton dynamic and
biochemical characterization. J. Plankton Res.,
18(9): 1627-1641.
Carter, C. M., A.H. Ross, D.R. Schiel, C. Howard-
Williams, & B. Hayden. 2005. In situ microcosm
experiment on the influence of nitrate and light
on phytoplankton community composition. J.
Exp. Mar. Biol. Ecol., 326: 1-13.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan
Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit
Kanisius.
Egge J.K., & D.L. Aksnes. 1992. Silicate as regulating
nutrient in phytoplankton competition. Mar.
Ecol. Prog. Ser., 83: 281-289
Ecol. Prog. Ser., 83: 281-289
Environment Canada. 2003. Canadian water quality
guidelines for the protection of aquatic life:
Nitrate ions. Ecosystem Health: Science-based
Solutions Report No. 1-6. National Guidelines
And Standards Office, Water Policy Coordination
Directorate, Environment Canada. 115 pp.
Fachrul, F.M., H. Haeruman, & L.C. Sitepu. 2005.
Komunitas fitoplankton sebagai bio-indikator
kualitas perairan Teluk Jakarta. Seminar
Nasional MIPA 2005. FMIPA-Universitas
Indonesia, 24-26 November 2005, Jakarta.
Gypens, N., A.V. Borges, & C. Lancelot. 2009. Effect of
eutrophication on air–sea CO2 fluxes in the
coastal Southern North Sea: a model study of
the past 50 years. Global Change Biology, 15:
1040–1056.
Hutagalung, H.P & A. Rozak. 1997. Metode Analisis air
laut, sedimen dan biota. Buku 2. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI,
Jakarta.
Howarth, R., D. Anderson, J. Cloern, C. Elfring, C.
Hopkinson, B. Lapointe, T. Malone, N. Marcus,
K. McGlathery, A. Sharpley, & D. Walker. 2000.
Nutrient Pollution of Coastal Rivers, Bays, and Seas.
Issues in Ecology., No.7, 17pp.
Jones-Lee, A., & G.F. Lee. 2005. Eutrophication
(Excessive Fertilization).Water Encyclopedia:
Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken,
NJ. p 107-114.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia
(KLH). 2004. Baku mutu air laut untuk biota laut.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut.
KLH. Jakarta.
Millero, F.J. 1996. Chemical Oceanography. Second
edition. CRC Press Boca Raton, Boston London,
New York Washington D.C.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu
Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh M.
Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo
& S. Sukarjo. Gramedia . Jakart. 459 hal.
Papush, L. & A. Danielsson. 2006. Silicon in the marine
environment: Dissolved silica trends in the Baltic
Sea. Estuarine, Coastal and Shelf Science., 67:
53-66.
Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 141
142 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)
Paytan,A.&K.McLaughlin.2007.TheOceanicPhosphoru
s Cycle. Chem. Rev., 107(2): 563-576.
Seitzinger, S. P. 1988. Denitrification in freshwater
and marine coastal ecosystems : Ecological and
geochemical significance. Limnol. Oceanogr.
33(4, Part 2): 702-724.
Strickland, J.D.H. & T.R. Parsons. 1972.A practical
handbook of seawater analysis, Bulletin 167
(Second edition). Fisheries Research Board of
(Second edition). Fisheries Research Board of
Canada. Ottawa. 310 pp.
Tsunogai, S. 1979. Dissolved silica as the primary factor
determining the composition of phytoplankton
classes in the ocean. Bull. Facul. Fisheries.
Hokkaido Univ., 30: 314-322.
Vaulot, D. 2001. Phytoplankton. Encyclopedia of Life
Science. Macmillan Publishers Ltd. London. p1-7.
ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIMustain Adinugroho
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIr. Zakaria, M.M
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanWiwinUMRAH
 
F distribution table2
F distribution table2F distribution table2
F distribution table2Rione Drevale
 
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
Monitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  BudidayaMonitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  Budidaya
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan BudidayaBBAP takalar
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Ade Setiawan
 
Laporan produksi tanaman industri lengkap
Laporan produksi tanaman industri lengkapLaporan produksi tanaman industri lengkap
Laporan produksi tanaman industri lengkapFerli Dian SAputra
 
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautTeknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautSittiNursinar
 
Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananKelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananAji Sanjaya
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriBasyrowi Arby
 

Was ist angesagt? (20)

Evapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujanEvapotranspirasi dan curah hujan
Evapotranspirasi dan curah hujan
 
Lokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambakLokasi desain-tambak
Lokasi desain-tambak
 
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEIPEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
PEMANENAN DAN PASCA PANEN PADA BUDIDAYA UDANG VANNAMEI
 
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaanIstilah istilah dalam rancangan percobaan
Istilah istilah dalam rancangan percobaan
 
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikanEndokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
Endokrinologi kontrol hormon reproduksi ikan
 
F distribution table2
F distribution table2F distribution table2
F distribution table2
 
07. rak
07. rak07. rak
07. rak
 
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
Monitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  BudidayaMonitoring  Kualitas  Ikan Dan  Lingkungan  Kawasan  Budidaya
Monitoring Kualitas Ikan Dan Lingkungan Kawasan Budidaya
 
Kegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairanKegiatan budidaya perairan
Kegiatan budidaya perairan
 
Sampling plankton
Sampling planktonSampling plankton
Sampling plankton
 
Tabel uji-wilcoxon
Tabel uji-wilcoxonTabel uji-wilcoxon
Tabel uji-wilcoxon
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
 
Tabel f-0-01
Tabel f-0-01Tabel f-0-01
Tabel f-0-01
 
Plankton net
Plankton netPlankton net
Plankton net
 
Laporan produksi tanaman industri lengkap
Laporan produksi tanaman industri lengkapLaporan produksi tanaman industri lengkap
Laporan produksi tanaman industri lengkap
 
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air lautTeknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
Teknik pembenihan dan pembesaran ikan air laut
 
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan IdentifikasiPengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
Pengenalan Jenis Ikan dan Identifikasi
 
Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Kelembagaan Pemasaran Komoditi PerikananKelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
Kelembagaan Pemasaran Komoditi Perikanan
 
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
 
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensoriSni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
Sni 01 2346-2006 petunjuk pengujian organoleptik dan atau sensori
 

Ähnlich wie Nutrien

Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut IndonesiaKuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesiawidodopranowo
 
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaBBAP takalar
 
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...Repository Ipb
 
Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1Didik Prasetya
 
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17Hotma Purba
 
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...Repository Ipb
 
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANEPENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANELifia Citra Ramadhanti
 
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA JAKARTA UTARA DA...
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA  JAKARTA UTARA DA...ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA  JAKARTA UTARA DA...
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA JAKARTA UTARA DA...DasaptaErwinIrawan
 
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinjaAndrew Hidayat
 
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...Mustasim Mustasim
 
prediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikanprediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikanMuhammadFajrulFalah9
 
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdfFriscaZofanoraPramah1
 
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptRakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptOceanEnviro
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008BBAP takalar
 

Ähnlich wie Nutrien (20)

6.isnaini
6.isnaini6.isnaini
6.isnaini
 
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut IndonesiaKuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
Kuliah Umum: Hidrodinamika Laut Indonesia
 
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca BencanaKualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
Kualitas Lahan Tambak Sinjai Timur Pasca Bencana
 
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
KARAKTERISTIK KIMIAWI DAN KESUBURAN PERAIRAN TELUK PELABUHAN RATU PADA MUSIM ...
 
Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1Ikan tercemar logam barito1
Ikan tercemar logam barito1
 
Butilitin
ButilitinButilitin
Butilitin
 
1 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-171 jurnal zainuri_1-17
1 jurnal zainuri_1-17
 
36 sebatik
36 sebatik36 sebatik
36 sebatik
 
Hasil Penelitian
Hasil PenelitianHasil Penelitian
Hasil Penelitian
 
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...
ANALISIS BEBERAPA KARAKTERISTIK LINGKUNGAN PERAIRAN YANG MEMPENGARUHI AKUMULA...
 
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANEPENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
PENELITIAN RESIDU AIR DI SUNGAI CISADANE
 
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA JAKARTA UTARA DA...
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA  JAKARTA UTARA DA...ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA  JAKARTA UTARA DA...
ANALISIS HIDROKIMIA SPASIAL TEMPORAL AIRTANAH BEBAS DI KOTA JAKARTA UTARA DA...
 
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja Andrew hidayat   91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
Andrew hidayat 91387-id-evaluasi-kesesuaian-tambak-garam-ditinja
 
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...
Preferensi Parameter Oseanografi (SPL dan Klorofil-a) Terhadap Ikan Cakalang ...
 
prediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikanprediksi zona potensi penangkapan ikan
prediksi zona potensi penangkapan ikan
 
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf
18-Article Text-121-1-10-20210202.pdf
 
Ujian skripsi
Ujian skripsiUjian skripsi
Ujian skripsi
 
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.pptRakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
RakerdaBKTRN-DitjenLautan.ppt
 
Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008Laporan Monitoring Residu 20008
Laporan Monitoring Residu 20008
 
Laporan
LaporanLaporan
Laporan
 

Kürzlich hochgeladen

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxIgitNuryana13
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxmawan5982
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5KIKI TRISNA MUKTI
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxIrfanAudah1
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...Kanaidi ken
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatArfiGraphy
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxssuser35630b
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptxGiftaJewela
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxsdn3jatiblora
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1udin100
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfbibizaenab
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 

Kürzlich hochgeladen (20)

PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptxPaparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
 
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docxTugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
Tugas 1 ABK di SD prodi pendidikan guru sekolah dasar.docx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
Materi Strategi Perubahan dibuat oleh kelompok 5
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptxRefleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
Refleksi Mandiri Modul 1.3 - KANVAS BAGJA.pptx.pptx
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
PELAKSANAAN + Link2 Materi Pelatihan "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN & ...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajatLatihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
421783639-ppt-overdosis-dan-keracunan-pptx.pptx
 
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptxAksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
Aksi nyata Malaikat Kebaikan [Guru].pptx
 
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
Dampak Pendudukan Jepang.pptx indonesia1
 
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdfBab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
Bab 6 Kreatif Mengungap Rasa dan Realitas.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 

Nutrien

  • 1. Abstrak ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 ISSN 0853-7291 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan Fonny J.L Risamasu1* dan Hanif Budi Prayitno2 1Jurusan Perikanan dan Kelautan Faperta Undana, Jl. Adisucipto, Penfui, Kotak Pos 104, Kupang 85001-NTT; Telp/Fax . (0380-881560), Hp. 082144581773, e-mail : risamasuf@yahoo.co.id 2)Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI, Jl. Pasir Putih 1 Ancol Timur, Jakarta 14430; Telp. (021) 64713850, Fax. (021) 64711948, Hp. 081578811106, e-mail : hani007@lipi.go.id Penelitian zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan silikat telah dilakukan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan pada 12 stasiun pengamatan. Penelitian bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan berdasarkan ketersediaan dan distribusi spasial zat hara di perairan tersebut. Pengambilan sampel air menggunakan botol Niskin pada lapisan permukaan dan dekat dasar perairan, sedangkan pengukuran konsentrasi zat hara menggunakan Spektrofometer Shimadzu UV-1201V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perairan Kepulauan Matasiri termasuk perairan yang subur. Rata-rata konsentrasi fosfat di permukaan dan di dekat dasar perairan relatif sama, sedangkan konsentrasi nitrit, nitrat dan silikat lebih tinggi di dekat dasar perairan dari pada di permukaan. Kata kunci: Fosfat, Nitrit, Nitrat, Silikat, Kepulauan Matasiri. Key words: phosphate, nitrite, nitrate, silicate, Matasiri Islands. Pendahuluan Kalimantan Selatan memiliki sungai-sungai besar seperti Sungai Barito memberikan banyak pasokan air tawar ke laut di sekitarnya. Perairan Kepulauan Matasiri di Kalimantan Selatan terletak berdekatan dengan Sungai Barito, tentu massa airnya sangat kaya dengan bahan organik dan zat hara yang dibawa oleh air sungai. Bahan-bahan organik dan zat hara dari sungai yang masuk secara massive ke perairan pesisir berperan penting dalam menstimulasi proses biologi di perairan tersebut (Gypens et al., 2009). Sebagai contoh, proses pengkayaan zat hara yang berasal dari upwelling, sumber antropogenik dan masukan air sungai mneyebabkan peningkatan pertumbuhan fitoplankton di lingkungan pesisir (Bardalet et al.,1996; Carter et al., 2005). *) Corresponding author © Ilmu Kelautan, UNDIP www.ijms.undip.ac.id Diterima/Received: 21-07-2011 Disetujui/Accepted: 20-08-2011 A research on marine nutrients including phosphate, nitrite, nitrate and silicate was conducted in the Matasiri Islands waters, South Kalimantan, on 12 observation stations. The aim of the research is to understand and assess the waters condition based on the availability and the spatial distribution of nutrients in these waters. Water sampling used Niskin bottles in the surface and near bottom layers, whereas the measurement of nutrients concentration used spectrophotometer Shimadzu UV-1201V. The results showed that Matasiri Islands waters is categorized as fertile waters. The average concentration of phosphate in surface and near bottom layers were relatively similar, whereas the average concentration of nitrite, nitrate and silicate were higher in near bottom layer than in the surface. Abstract Pengkayaan zat hara di lingkungan perairan memiliki dampak positif, namun pada tingkatan tertentu juga dapat menimbulkan dampak negatif. Dampak positifnya adalah adanya peningkatan produksi fitoplankton dan total produksi ikan (Jones- Lee & Lee, 2005; Gypens et al., 2009) sedangkan dampak negatifnya adalah terjadinya penurunan kandungan oksigen di perairan, penurunan biodiversitas dan terkadang memperbesar potensi muncul dan berkembangnya jenis fitoplankton berbahaya yang lebih umum dikenal dengan istilah Harmful Algal Blooms atau HABs (Howart et al., 2000; Gypens et al., 2009). Zat hara yang umum menjadi fokus perhatian di lingkungan perairan adalah fosfor dan nitrogen. Kedua unsur ini memiliki peran vital bagi
  • 2. pertumbuhan fitoplankton atau alga yang biasa digunakan sebagai indikator kualitas air dan tingkat kesuburan suatu perairan (Howart et al., 2000; Fachrul et al., 2005). Di dalam alga, perbandingan nitrogen dan fosfor mendekati rasio Redfield sebesar 16:1 (basis atom) atau 7,5:1 (basis massa) (Vaulot, 2001; Jones-Lee dan Lee, 2005). Selain fosfor dan nitrogen, unsur lain yang juga cukup mendapat perhatian adalah silikon. Silikon terlarut merupakan unsur hara yang penting bagi produktivitas primer (Papush & Danielsson, 2006). Silikon juga merupakan unsur hara yang berperan sebagai regulator bagi kompetisi fitoplankton, di mana diatom selalu mendominasi populasi fitoplankton pada konsentrasi silikat yang tinggi (Egge dan Aksnes, 1992). Nitrogen dan fosfor di dalam sistem perairan ada dalam berbagai bentuk, namun hanya beberapa saja yang dapat dimanfaatkan oleh alga dan tumbuhan air. Untuk nitrogen, beberapa yang dapat dimanfaatkan adalah nitrit dan nitrat, sementara untuk fosfor berupa senyawa orto fosfat (Jones-Lee & Lee, 2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji mengenai kondisi parameter kimia berupa senyawa fosfat, nitrit, nitrat dan silikat di perairan Matasiri, Kalimantan Selatan untuk mengetahui kualitas air dan tingkat kesuburannya. Materi dan Metode Penelitian unsur hara yang meliputi senyawa fosfat, nitrit, nitrat dan silikat telah dilakukan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan pada bulan November 2010 (Gambar 1). Sampel air laut diambil dari lapisan pemukaan dan lapisan dekat dasar perairan menggunakan botol Niskin, kemudian ditempatkan dalam botol polyetilene. Sampel selanjutnya disaring menggunakan membran filter Nitroselulosa berukuran pori 0,45 μm dengan diameter 47 mm dan disimpan di dalam refrigerator lalu dilakukan analisis. Pengukuran konsentrasi zat hara mengikuti metode yang dilakukan oleh Strickland dan Parsons (1968) menggunakan Spektrofotometer Shimadzu UV-1201V dengan panjang gelombang 885 nm untuk fosfat, 543 nm untuk nitrit dan nitrat, serta 810 nm untuk silikat. Hasil penelitian disajikan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan gambar. Hasil dan Pembahasan Hasil analisis konsentrasi rata-rata fosfat, nitrit, nitrat, dan silikat di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan disajikan pada Tabel 1 dan 2. Konsentrasi fosfat tertinggi di lapisan permukaan perairan terdapat di Stasiun 9 (0,016 mg P-PO4/L) dan terendah di Stasiun 7 dan 8 (0,001 mg P- PO4/L). Untuk lapisan dekat dasar perairan, konsentrasi fosfat tertinggi terdapat di Stasiun 11 (0,016 mg P-PO4/L) dan terendah di Stasiun 7 dan 8 (0,001 mg P-PO4/L). Konsentrasi fosfat rata-rata baik di lapisan permukaan maupun di lapisan dekat dasar adalah 0,006 mg P-PO4/L. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi rata-rata fosfat baik di permukaan maupun di dekat dasar perairan umumnya sama. Distribusi fosfat di 12 stasiun pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan, disajikan pada Gambar 2. Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004, Gambar 1. Peta lokasi penelitian di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 136 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)
  • 3. Tabel 1. Hasil pengukuran konsentrasi zat hara di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Stasiun Koordinat lokasi Kedalaman pengambilan sampel (m) P-PO4(mg/L) N-NO2(mg/L) N-NO3(mg/L) Si-SiO2 (mg/L) P D P D P D P D 1 040 43,941 ’LS; 1150 27,950’BT 32 0,003 0,004 TTD 0,001 0,069 0,029 0,154 0,173 2 040 43,00 ’LS; 1150 37,977’BT 33 0,003 0,003 TTD TTD 0,030 0,025 0,136 0,186 3 040 43,996 ’LS; 1150 47,964’BT 40 0,003 0,003 TTD TTD 0,024 0,033 0,154 0,193 4 040 43,974 ’LS; 1150 57,962’BT 42 0,003 0,003 TTD TTD 0,028 0,024 0,142 0,191 5 040 51,00 ’LS; 1150 33,061’BT 38 0,007 0,007 TTD TTD 0,031 0,048 0,129 0,158 6 040 51,06 ’LS; 1150 42,995’BT 51 0,005 0,009 0,001 0,001 0,031 0,042 0,137 0,172 7 040 50,951 ’LS; 1150 52,988’BT 47 0,001 0,001 TTD 0,001 0,025 0,035 0,139 0,187 8 040 50,946 ’LS; 1160 02,959’BT 51 0,001 0,001 TTD 0,004 0,025 0,029 0,132 0,204 9 040 57,997 ’LS; 1150 38,036’BT 44 0,016 0,013 0,001 TTD 0,032 0,025 0,182 0,152 10 040 57,975 ’LS; 1150 48,055’BT 66 0,013 0,012 TTD TTD 0,029 0,030 0,135 0,183 11 040 57,966 ’LS; 1150 58,018’BT 56 0,010 0,016 TTD 0,005 0,023 0,038 0,140 0,246 12 040 57,994 ’LS; 1160 08,000’BT 54 0,009 0,007 TTD 0,010 0,037 0,048 0,146 0,285 Keterangan: P = permukaan; D = dasar; TTD = Tidak terdeteksi Tabel 2. Konsentrasi rata-rata zat hara di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Konsentrasi Posfat (P-PO4 mg /L) Nitrit (N-NO2 mg /L) Nitrat (N-NO3 mg /L) Silikat (Si-SiO2 mg/L) Perm. Dasar Perm. Dasar Perm. Dasar Perm. Dasar Min. 0,001 0,001 TTD TTD 0,024 0,024 0,129 0,152 Maks. 0,016 0,016 0,001 0,005 0,069 0,048 0,182 0,285 Rata-rata 0,006 0,006 0,0002 0,002 0,032 0,034 0,144 0,194 ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 Gambar 2. Distribusi horisontal fosfat pada permukaan dan dasar di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 137
  • 4. Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004, disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi maksimum fosfat yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,015 mg P-PO4/L. Data penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi fosfat di 11 dari 12 stasiun penelitian berada di batasan konsentrasi yang dipersyaratkan, sedangkan konsentrasi fosfat yang lebih tinggi dari baku mutu terdapat di lapisan permukaan Stasiun 9 dan di lapisan dekat dasar Stasiun 11. Dengan demikian secara umum kondisi air laut di perairan Kepulauan Matasiri masih baik. Konsentrasi fosfat yang tinggi di lapisan permukaan Stasiun 9 (Barat Daya Pulau Matasiri) kemungkinan disebabkan karena terjadinya percampuran masa air tawar dari Sungai Barito dan massa air laut dari Selat Makassar dan Laut Flores, sehingga fosfat yang berasal dari ketiga sumber tersebut akan bertemu dan terakumulasi di Stasiun 9, sedangkan tingginya konsentrasi fosfat di lapisan dekat dasar Stasiun 11 (Selatan Pulau Matasiri) mungkin disebabkan tingginya difusi fosfat dari sedimen. Sedimen merupakan tempat penyimpanan utama fosfor dalam siklus yang terjadi di lautan, umumnya dalam bentuk partikulat yang berikatan dengan oksida besi dan senyawa hidroksida. Senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air (Paytan dan McLaughlin, 2007). Berdasarkan data pengukuran kosentrasi nitrit dalam sampel air laut yang diambil dari lapisan permukaan perairan di 12 stasiun pengamatan, konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun 6 dan 9 (0,001 mg N-NO2/L), sedangkan di 10 stasiun lainnya konsentrasi nitrit nilainya tidak terbaca pada spektrofotometer. Pada lapisan dekat dasar nilai nitrit tertinggi terdapat pada stasiun 12 (0,010 mg N- NO2/L), sedangkan 6 stasiun nilai nitrit tidak terdeteksi. Data ini menunjukkan bahwa secara umum konsentrasi nitrit di lapisan permukaan perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan tergolong rendah. Distribusi nitrit di 12 stasiun pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri disajikan pada Gambar 3. Dari Gambar 3 terlihat bahwa konsentrasi rata-rata nitrit tertinggi pada lapisan dekat dasar perairan daripada di lapisan permukaan. Rendahnya konsentrasi nitrit di lapisan permukaan karena pada lapisan ini oksigen yang tersedia cukup melimpah dengan adanya difusi oksigen dari atmosfir. Dengan bantuan bakteri, oksigen tersebut akan mengoksidasi nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan nitrit menjadi nitrat sehingga konsentrasi nitrit di lapisan permukaan menjadi kecil. Hal ini sesuai dengan pendapat Hutagalung & Rozak (1997) bahwa distribusi vertikal nitrit semakin tinggi sejalan dengan bertambahnya kedalaman laut dan semakin rendahnya kadar oksigen, sedangkan distribusi horizontal kadar nitrit semakin tinggi menuju kearah pantai dan muara sungai. ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 Gambar 3. Distribusi horisontal nitrit di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)138
  • 5. ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi nitrat dalam sampel air laut yang diambil dari lapisan permukaan perairan, konsentrasi tertinggi terdapat di stasiun 1 (0,069 mg N-NO3/L), sedangkan terendah di Stasiun 7 dan 8 (0,025 mg N-NO3/L). Untuk sampel air laut yang diambil dari lapisan dekat dasar perairan, konsentrasi nitrat tertinggi terdapat di Stasiun 5 dan 12 (0,048 mg N-NO3/L), terendah di Stasiun 4 (0,024mg N-NO3/L). Konsentrasi nitrat rata- rata di lapisan permukaan adalah 0,032 mg N-NO3/L, sedangkan di lapisan dekat dasar 0,034 mg N-NO3/L. Dari data tersebut terlihat bahwa konsentrasi nitrat rata-rata lebih tinggi di dasar perairan dibanding dengan di lapisan permukaan. Kecenderungan ini diperkuat oleh pendapat Hutagalung dan Rozak (1997) menyatakan bahwa kadar nitrat semakin tinggi bila kedalaman bertambah, sedangkan untuk distribusi horisontal kadar nitrat semakin tinggi menuju ke arah pantai. Distribusi nitrat di 12 stasiun pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 4. Konsentrasi nitrat di lapisan permukaan yang lebih rendah dibandingkan di lapisan dekat dasar disebabkan karena nitrat di lapisan permukaan lebih banyak dimanfaatkan atau dikonsumsi oleh fitoplankton. Selain itu, konsentrasi nitrat yang sedikit lebih tinggi di dekat dasar perairan juga dipengaruhi oleh sedimen. Di dalam sedimen nitrat diproduksi dari biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat (Seitzinger, 1988). Dalam keputusan MENLH No.51 Tahun 2004, disebutkan bahwa baku mutu konsentrasi nitrat air laut yang layak untuk kehidupan biota laut adalah 0,008 mg N-NO3/L. Dibandingkan dengan baku mutu, konsentrasi nitrat dalam penelitian ini jauh lebih tinggi atau berada di atas baku mutu. Fakta ini ditemukan di seluruh stasiun pengamatan baik di lapisan permukaan maupun di lapisan dekat dasar perairan. Data ini mengindikasikan bahwa perairan di Kepulauan Matasiri tengah mengalami tekanan berupa pengkayaan nitrogen atau nitrat. Sebagai imbasnya, potensi terjadinya ledakan populasi (blooming) alga sangat besar. Tentunya hal ini sangat merugikan karena dapat berpengaruh terhadap kesehatan dan biodiversitas ekosistem perairan setempat. Sumber peningkatan kadar nitrat umumnya adalah limbah perkotaan, industri dan pertanian (Environtment Canada, 2003). Oleh karena itu, pengkayaan nitrat yang terjadi di perairan Kepulauan Matasiri kemungkinan besar dipengaruhi oleh masukan massa air Sungai Barito yang banyak membawa masukan senyawa nitrogen dari darat, karena Sungai Barito merupakan sungai terbesar yang lokasinya paling dekat dengan Kepulauan Matasiri dan paling mungkin mempengaruhi kondisi perairan tersebut. Berdasarkan data hasil pengukuran konsentrasi silikat dalam sampel air laut, diketahui bahwa sebaran silikat terlarut secara horizontal di lapisan permukaan perairan konsentrasi tertinggi terdapat pada stasiun 9 (0,182 mg/L), sedangkan terendah di Stasiun 5 (0,129 mg Si/L). Selanjutnya 4. Distribusi horisontal nitrat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 139
  • 6. utama yang diperlukan fitoplankton untuk tumbuh dan berkembang biak adalah nitrogen dalam bentuk nitrat (NO  3 ) (Nybakken 1988). Dengan demikian perairan ini tergolong ke dalam kategori subur. Perairan Kepulauan Matasiri yang tergolong subur dengan konsentrasi nitrat yang cukup tinggi, bahkan jauh melebihi konsentrasi maksimum baku mutu nitrat untuk air laut, menyimpan potensi untuk terjadinya blooming alga. Namun demikian, potensi blooming yang terjadi rendah kemungkinannya didominasi oleh jenis yang berbahaya atau lebih dikenal dengan istilah Harmful Algae Blooms (HABs). Hal ini disebabkan konsentrasi rata-rata silikat di perairan Kepulauan Matasiri sebesar 0,144 mg Si/L masih berada di atas batasan konsentrasi minimum yang dihipotesiskan oleh Tsunogai (1979) untuk memicu terjadinya blooming alga berbahaya. Selain silikat, bila terjadi peningkatan kadar nitrat dan fosfat dalam air laut, maka dapat memicu terjadinya peledakan populasi (blooming) algae (fitoplankton) berbahaya (Hutagalung dan Rozak, 1997; Effendie, 2003). Dalam hipotesisnya Tsunogai (1979) menggambarkan perkembangan fitoplankton dalam dua tahap. Pertama, di saat kondisi semua parameter fisika dan kimia terpenuhi, diatom akan tumbuh pesat dan mendominasi lapisan permukaan suatu perairan dengan mengkonsumsi silikat yang tersedia. Kedua, di saat konsentrasi silikat menurun hingga kurang dari batasan minimum antara 5-10 µg-at Si/L (0,140–0,280 ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 sebaran silikat terlarut di dasar perairan tertinggi pada stasiun 12 (0,285 mg/L) dan terendah di Stasiun 9 (0,152 mg Si/L). Konsentrasi silikat rata- rata di lapisan permukaan perairan adalah 0,144 mg Si/L, sedangkan di lapisan dekat dasar 0,194 mg Si/L. Distribusi silikat di 12 stasiun pengamatan di perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 5. Data tersebut memperlihatkan bahwa konsentrasi silikat tertinggi berada di lapisan dekat dasar perairan dari pada di lapisan permukaan. Distribusi SiO2 di perairan pesisir umumnya lebih tinggi daripada di laut terbuka karena limpasan air sungai. Konsentrasi silikat terlarut di lapisan permukaan perairan laut umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan di dasar perairan, kecuali di daerah yang mengalami upwelling (Millero,1996). Rendahnya konsentrasi silikat di lapisan permukaan disebabkan lebih banyak organisme-organisme yang memanfaatkan silikat di lapisan ini, seperti diatom (Bacillariophyceae) yang banyak membutuhkan silikat untuk membentuk dinding selnya (Effendi, 2003). Ditinjau dari konsentrasi zat hara fosfat, nitrit, nitrat dan silikat, kualitas air perairan Kepulauan Matasiri secara umum masih tergolong baik. Selain itu, konsentrasi nitrat yang tinggi menggambarkan ketersediaan sumber nitrogen yang cukup melimpah bagi pertumbuhan fitoplankton. Nutrien anorganik Gambar 5. Distribusi horisontal silikat di permukaan dan dasar perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan 140 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno)
  • 7. ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142 batasan minimum antara 5-10 µg-at Si/L (0,140– 0,280 mg Si/L) dan tidak cukup memenuhi kebutuhan diatom untuk tumbuh dan berkembang, maka perkembangan diatom akan terhenti dan akan digantikan oleh fitoplankton dari jenis lain yang mungkin berbahaya seperti misalnya dinoflagellata. Kesimpulan Zat hara di perairan Kepulauan Matasiri cukup melimpah untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan produsen primer sehingga perairan di Kepulauan Matasiri termasuk subur. Konsentrasi rata- rata fosfat di lapisan permukaan dan di lapisan dekat dasar perairan relatif sama, sedangkan nitrit, nitrat dan silikat lebih tinggi di lapisan dekat dasar perairan daripada di permukaan. Konsentrasi nitrat sangat tinggi di Kepulauan Matasiri mengindikasikan terjadinya pengkayaan nitrogen sebagian besar dipengaruhi oleh masukan massa air sungai Barito yang membawa senyawa nitrogen dari daratan ke perairan laut. Ucapan Terima Kasih Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada pengelola proyek kerjasama joint research DIKTI dan LIPI, sehingga kegiatan penelitian ini dapat terlaksana. Terima kasih juga disampaikan kepada kapten dan awak kapal Baruna Jaya VIII yang turut membantu dalam memperlancar kegiatan penelitian di lapangan. Daftar Pustaka Berdalet, E., C. Marrase, M. Estrada, L. Arin, & M. Maclean. 1996. Microbial community responses to nitrogen and phosphorus deficient nutrient inputs: microplankton dynamic and biochemical characterization. J. Plankton Res., 18(9): 1627-1641. Carter, C. M., A.H. Ross, D.R. Schiel, C. Howard- Williams, & B. Hayden. 2005. In situ microcosm experiment on the influence of nitrate and light on phytoplankton community composition. J. Exp. Mar. Biol. Ecol., 326: 1-13. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Egge J.K., & D.L. Aksnes. 1992. Silicate as regulating nutrient in phytoplankton competition. Mar. Ecol. Prog. Ser., 83: 281-289 Ecol. Prog. Ser., 83: 281-289 Environment Canada. 2003. Canadian water quality guidelines for the protection of aquatic life: Nitrate ions. Ecosystem Health: Science-based Solutions Report No. 1-6. National Guidelines And Standards Office, Water Policy Coordination Directorate, Environment Canada. 115 pp. Fachrul, F.M., H. Haeruman, & L.C. Sitepu. 2005. Komunitas fitoplankton sebagai bio-indikator kualitas perairan Teluk Jakarta. Seminar Nasional MIPA 2005. FMIPA-Universitas Indonesia, 24-26 November 2005, Jakarta. Gypens, N., A.V. Borges, & C. Lancelot. 2009. Effect of eutrophication on air–sea CO2 fluxes in the coastal Southern North Sea: a model study of the past 50 years. Global Change Biology, 15: 1040–1056. Hutagalung, H.P & A. Rozak. 1997. Metode Analisis air laut, sedimen dan biota. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi LIPI, Jakarta. Howarth, R., D. Anderson, J. Cloern, C. Elfring, C. Hopkinson, B. Lapointe, T. Malone, N. Marcus, K. McGlathery, A. Sharpley, & D. Walker. 2000. Nutrient Pollution of Coastal Rivers, Bays, and Seas. Issues in Ecology., No.7, 17pp. Jones-Lee, A., & G.F. Lee. 2005. Eutrophication (Excessive Fertilization).Water Encyclopedia: Surface and Agricultural Water. Wiley, Hoboken, NJ. p 107-114. Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia (KLH). 2004. Baku mutu air laut untuk biota laut. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. KLH. Jakarta. Millero, F.J. 1996. Chemical Oceanography. Second edition. CRC Press Boca Raton, Boston London, New York Washington D.C. Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut, Suatu Pendekatan Ekologi. Alih bahasa oleh M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M. Hutomo & S. Sukarjo. Gramedia . Jakart. 459 hal. Papush, L. & A. Danielsson. 2006. Silicon in the marine environment: Dissolved silica trends in the Baltic Sea. Estuarine, Coastal and Shelf Science., 67: 53-66. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) 141
  • 8. 142 Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri (F. J. L Risamasu dan H. B. Prayitno) Paytan,A.&K.McLaughlin.2007.TheOceanicPhosphoru s Cycle. Chem. Rev., 107(2): 563-576. Seitzinger, S. P. 1988. Denitrification in freshwater and marine coastal ecosystems : Ecological and geochemical significance. Limnol. Oceanogr. 33(4, Part 2): 702-724. Strickland, J.D.H. & T.R. Parsons. 1972.A practical handbook of seawater analysis, Bulletin 167 (Second edition). Fisheries Research Board of (Second edition). Fisheries Research Board of Canada. Ottawa. 310 pp. Tsunogai, S. 1979. Dissolved silica as the primary factor determining the composition of phytoplankton classes in the ocean. Bull. Facul. Fisheries. Hokkaido Univ., 30: 314-322. Vaulot, D. 2001. Phytoplankton. Encyclopedia of Life Science. Macmillan Publishers Ltd. London. p1-7. ILMU KELAUTAN September 2011. Vol. 16 (3) 135-142