SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 201
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Halaman I . 0
STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN
KABUPATEN WONOGIRI
[ L A P O R A N A K H I R ]
E-mail : ppw2016@gmail.co.id
Halaman I . 1
Halaman I . 2
Bab 1 I P e n d a h u l u a n
Bab 2 I Existensi Kabupaten Wonogiri
I Analisis Sistim Aktifitas Unggulan
Tujuan Perencanaan ................................................................................... IV. 1
Konsep Dasar Pengembangan Wilayah ....................................................... IV. 1
Konsep Peningkatan Peran Stakeholder ..................................................... IV. 4
Konsep Peningkatan Daya Saing ................................................................. IV. 9
Konsep Keterkaitan Antar Sektor ............................................................... IV. 23
Penetapan Skenario Pengembangan .......................................................... IV. 27
Bab 4 I Konsep dan Skenario Pengembangan Wilayah
Penetapan Sasaran Pembangunan ............................................................. V. I
Perumusan Strategi Pembangunan ............................................................. V. I
Rencana Detail Pembangunan ..................................................................... V. 15
Bab 5 I Rencana Program Pembangunan
Latar Belakang ............................................................................................ I. 3
T u j u a n ..................................................................................................... I. 4
Sasaran ....................................................................................................... I. 5
Ruang Lingkup .............................................................................................. I. 5
K e r a n g k a P i k i r ................................................................................ I. 6
Karakteristik Agregat Wonogiri ................................................................... II. 1
A. Wonogiri dalam Konstelasi Wilayah Sekitar ....................................................... II. 1
B. G e o g r a f i s .................................................................................................. II. 2
C. E k o n o m i ...................................................................................................... II. 2
D. D e m o g r a f i ................................................................................................. II. 6
Karakteristik Intra Wilayah .......................................................................... II. 10
A. Karakteristik Fisik Geografis.............................................................................. II. 10
B. Perekonomian Intra Wilayah............................................................................... II. 11
C. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... II. 20
D. Karakteristik Demografi .................................................................................... II. 38
E. Lima Karakter Masyarakat Wonogiri .................................................................. II. 41
F. Stakeholder Mapping ........................................................................................ II. 42
G. Perumusan Isu Spesifik ..................................................................................... II. 51
Bab 3
Analisis Komoditas Pengembangan Utama .................................................. III. 1
Analisis Aktifitas Makro Wilayah .................................................................. III. 33
Analisis Mikro Wilayah Utara ....................................................................... III. 35
Analisis Mikro Wilayah Selatan .................................................................... III. 38
Analisis Integrasi Antar Wilayah Mikro ....................................................... III. 40
Halaman I . 3
L A T A R B E L A K A N G
Pembangunan wilayah bertujuan
untuk meningkatkan daya saing wilayah,
meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
mengurangi ketimpangan antar wilayah,
serta memajukan kehidupan masyarakat.
Selain meningkatkan daya saing,
Pembangunan wilayah juga mengupayakan
keseimbangan pembangunan antar daerah
sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-
masing daerah. Indikator utama
keberhasilan pembangunan wilayah
merupakan gambaran capaian kinerja
pembangunan wilayah secara umum yang
dapat dilihat dari terjadinya pertumbuhan
ekonomi, pengurangan pengangguran dan
penurunan angka kemiskinan (Bappenas,
2015).
Salah satu daerah di Provinsi Jawa
Tengah yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan adalah Kabupaten Wonogiri.
Namun berdasarkan hasil Analisis
Pembangunan Wilayah di Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2015 oleh Bappenas,
diketahui bahwa Kabupaten Wonogiri
merupakan daerah dengan pertumbuhan
ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun
pengurangan kemiskinan di atas rata-rata
provinsi Jawa Tengah (low-growth, pro-
poor), sehingga tantangan yang harus
diha-
Latar Belakang I Tujuan I Sasaran I Ruang Lingkup I Kerangka Pikir
Halaman I . 3
dapi pemerintah daerah adalah menjaga
efektivitas dan efisiensi kebijakan dan
program pengurangan kemiskinan, dan
secara bersamaan mendorong percepatan
pembangunan ekonomi dengan prioritas
sektor atau kegiatan ekonomi yang punya
potensi berkembang seperti kelautan,
perikanan, pertanian, serta perdagangan
dan jasa. Dalam kaitannya dengan
peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), Kabupaten Wonogiri
termasuk daerah dengan pertumbuhan
ekonomi di bawah rata-rata provinsi Jawa
Tengah, namun peningkatan IPM di atas
rata-rata (low-growth, pro-human
development). Hal ini mengindikasikan
bahwa berbagai kebijakan dan program
pembangunan untuk meningkatkan
pelayanan publik dapat meningkatkan
IPM. Karenanya tantangan yang harus
dihadapi adalah bagaimana mendorong
percepatan pembangunan ekonomi
melalui peningkatan produktivitas dan
nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi
yang menggunakan sumber daya lokal
seperti industri manufaktur, perdagangan
dan jasa, pertanian, perikanan, dan
kelautan.
P . P . W
R E G I O N A L
P L A N N E R
URBAN AND REGIONAL PLANNING
DIPONEGORO UNIVERSITY
Halaman I . 4
T U J U A N
P . P . W
Kabupaten Wonogiri juga merupakan
daerah yang termasuk dalam sistem
perwilayahan SUBOSUKOWONOSRATEN
menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa
Tengah. Subosukowonosraten terdiri dari
tujuh kabupaten/ kota yang ada di eks
karesidenan Surakarta dalam satu wadah
yaitu Kotamadya Surakarta, Kabupaten
Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten
Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten
Klaten. Sistem perwilayahan SUBOSUKO-
WONOSRATEN ditujukan untuk memberikan
wadah dalam satu kesatuan pembangunan
wilayah tersebut terutama dalam upaya
peningkatan pertumbuhan ekonomi.
Pada kenyataannya tidak semua daerah
yang tergabung dalam SUBOSUKOWONO-
SRATEN memiliki tingkat pertumbuhan
ekonomi yang sama, dalam arti masih
terdapat daerah yang tidak mengalami
pertumbuhan wilayah sebagaimana daerah
lainnya yaitu Kabupaten Wonogiri. Hal ini
secara jelas dapat diketahui melalui
perkembangan trend Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) per kapita di ketujuh
daerah, dimana kontribusi PDRB Kabupaten
Wonogiri terhadap PDRB Provinsi Jawa
Tengah merupakan yang terendah diantara
daerah lain dalam SUBOSUKOWONOSRATEN
yaitu sebesar 2,14% pada tahun 2010
menjadi 2,11% pada tahun 2015. Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa
Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten
dalam sistem wilayah SUBOSUKOWONO-
SRATEN yang mengalami tingkat
pertumbuhan ekonomi paling rendah dan
cenderung mengalami perlambatan
pertumbuhan ekonomi.
Namun demikian, di Kabupaten Wonogiri
terdapat berbagai sektor yang sangat
berpotensi untuk dikembangkan yang
diperkirakan mampu memberikan
kontribusi positif bagi pembangunan
wilayah. Karenanya kondisi pertumbuhan
pembangunan Kabupaten Wonogiri yang
lebih rendah dari daerah lain di
SUBOSUKOWONOSRATEN merupakan hal
yang penting dan menarik untuk dianalisis
dan diarahkan secara tepat dan
komprehensif. Analisis yang dilakukan
terhadap berbagai isu, masalah dan
tantangan yang ada di Kabupaten Wonogiri
itu dapat dilakukan melalui sebuah
perencanaan pengembangan wilayah.
Dimana perencanaan sebagai general
activity menurut Hall, P (2007), adalah
penyusunan rangkaian tindakan secara
berurutan dan berkelanjutan yang
selanjutnya akan mengarah pada
pencapaian tujuan tertentu.
Tujuan pelaksanaan kegiatan studio
perencanaan pengembangan wilayah
adalah melakukan perencanaan wilayah
Kabupaten Wonogiri sesuai dengan
tahapan proses perencanaan wilayah
dengan metode dan pendekatan yang
sesuai untuk kebutuhan perencanaan
sehingga dihasilkan rencana
pengembangan wilayah Kabupaten
Wonogiri yang mencakup kerangka
kebijakan, konsep, dan strategi
pengembangan spasialnya.
Halaman I . 5
R U A N G L I N G K U P
S A S A R A N
P . P . W
Wilayah perencanaan dalam kegiatan ini
dibagi menurut dimensi tingkatan teknis
perencanaan yaitu wilayah perencanaan
makro, wilayah perencanaan meso dan
wilayah perencanaan mikro. Sebagai wilayah
perencanaan makro dalam hal ini adalah
Kabupaten Wonogiri yang merupakan salah
satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah dan
terletak pada 7º 32’ – 8º 15’ Lintang selatan
dengan garis bujur 110º 41’ – 111º 18’ Bujur
Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat
strategis karena terletak di ujung selatan
Provinsi Jawa Tengah dan diapit oleh
Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah
Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha.
Batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan
daerah sekitarnya, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Pacitan
Provinsi Jawa Timur dan Samudera
Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, sebelah
timur berbatasan dengan Kabupaten
Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dan
Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur
dan sebelah berbatasan dengan Kabupaten
Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Adapun yang diangkat sebagai wilayah
perencanaan meso adalah kondisi internal di
Kabupaten Wonogiri yang secara
administratif terbagi menjadi 25
Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa.
Sedangkan wilayah perencanaan mikro
adalah wilayah yang merupakan pusat
kegiatan lokal dan pusat kegiatan lokal
promosi sesuai dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Wonogiri Nomor 9 Tahun 2011
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Wonogiri serta wilayah
fungsional lainnya yang dipilih berdasarkan
kajian spesifik dan keunikan permasalahan
yang dihadapi.
Lingkup materi pembahasan meliputi :
1. Identifikasi potensi dan masalah terkait
pengembangan wilayah.
2. Kajian terhadap isu strategis yang
berkembang di Kabupaten Wonogiri.
3. Identifikasi data sosial dan
kependudukan, ekonomi, fisik wilayah
dan sarana prasarana, dan struktur pola
ruang.
4. Identifikasi dokumen perencanaan dan
kebijakan yang ada sebagai bahan
perbandingan dan literatur dalam
penyusunan strategi pengembangan dan
arahan program pengembangan
wilayah.
5. Menganalisis data, potensi dan masalah
pengembangan wilayah di Kabupaten
Wonogiri.
6. Menyusun rencana konsep dan arahan
pengembangan wilayah Kabupaten
Wonogiri.
1. Mengidentifikasi Karakteristik Wilayah Kabupaten Wonogiri .
2. Mengidentifikasi Potensi dan Permasalahan di Kabupaten Wonogiri.
3. Menemukan Konsep dan Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonogiri.
4. Rekomendasi Arahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonogiri.
Halaman I . 6
K E R A N G K A P I K I R
P . P . W
Substansi pembahasan yang direncanakan dalam perencanaan pengembangan wilayah
di Kabupaten Wonogiri meliputi kajian mengenai empat aspek yaitu, aspek fasilitas dan
infrastruktur, aktivitas ekonomi, aktivitas sosial dan aspek kelembagaan.
MIND MAPPING
I
KETERANGAN :
A. OPTIMISTIK
B. UNGGUL EKONOMI
C. UNGGUL SOSIAL
D. CONSERVATIV INDIKASI
PROGRAM
ISU
DATA
SEKUNDER
OBSERV
ASI
DELENIASI
WILAYAH
Anls. Pusat
Aktifitas
Anls.
Intra
Anls.
Agregat
PERMASALAHAN KRUSIAL YANG
DIHADAPI
RENCANA PEMBANGUNAN
A B C DDRIVING FORCE
SKENARIO PEMBANGUNAN
WILAYAH
JUSTIFIKASI SKENARIO TERPILIH
STRATEGI PEMBANGUNANFORCE FIELD
ANALYSIS
WIL. UTARA WIL. SELATAN
ANALISIS SISTIM AKTIVITAS
UNGGULAN
MAKRO WILAYAH
MIKRO WILAYAH KONSEP PEMBANGUNAN
WILAYAH
VISI PENGEMBANGAN WILAYAH
Halaman II . 1
Halaman II . 1
Karakteristik Agregat Wonogiri Karakteristik Intra Wilayah
P . P . W
R E G I O N A L
P L A N N E R
URBAN AND REGIONAL PLANNING
DIPONEGORO UNIVERSITY
KARAKTERISTIK AGREGAT WONOGIRI
Kabupaten Wonogiri berlokasi di ujung tenggara wilayah Provinsi
Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa
Yogyakarta (Kabupaten Gunung Kidul) dan Provinsi Jawa Timur
(Kabupaten Pacitan). Kabupaten Wonogiri pada awalnya adalah
salah satu wilayah Kerajaan Mataram yang setelah pemisahan
kerajaan menjadi daerah kekuasaan Kraton Mangkunegaran. Pasca
kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Wonogiri memutuskan untuk
tidak bergabung lagi menjadi Wilayah Swapraja Mangkunegaran,
sehingga pada tahun 1946 Wonogiri resmi menjadi kabupaten
dalam Republik Indonesia di bawah Provinsi Jawa Tengah.
Selain sebagai Wilayah Swapraja, pada masa pemerintahan Negara
Hindia Belanda sampai revolusi fisik (1946), Wonogiri termasuk ke
dalam wilayah Karesidenan Surakarta bersama Kabupaten Sragen,
Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar,
Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Wilayah-wilayah bekas
Karesidenan Surakarta ini sekarang tetap bersatu dalam sebuah
kawasan berikat (bonded zone) melalui skema kerjasama antar
daerah SUBOSUKOWONOSRATEN. Kawasan SUBOSUKOWONO-
SRATEN mulai diberlakukan pada tahun 2012 dan berfokus pada
kerjasama di bidang pengembangan ekonomi kreatif, promosi dan
pemasaran bersama, bantuan sarana dan prasarana, bantuan
modal dan penguatan kelembagaan koperasi dan pemberdayaan
UKMK, fasilitasi hak atas kekayaan intelektual, pengawasan dan
pengendalian distribusi barang, fasilitasi advokasi, dan monitoring
dan evaluasi tugas pembantuan dari Provinsi maupun Pusat.
A I Wonogiri
Dalam Konstelasi
Wilayah Sekitar
 History Base
Halaman II . 2
WONOGIRI
KARANGANYAR
KLATEN
SRAGEN
BOYOLALI
SUBOSUKOWONOSRATEN
Peta Ilustrasi (2017)
SURAKARTA
Wilayah Kabupaten Wonogiri berada pada posisi yang kurang
strategis dikarenakan jauh dari Ibu kota Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Wonogiri berada pada wilayah yang tertekan di
kawasan bagian selatan, hal ini dikarenakan trend pertumbuhan
wilayah kabupaten/kota yang terjadi di pulau Jawa lebih mengarah
pada kawasan utara. Kabupaten Wonogiri berjarak kurang lebih
155 km dari Jawa Tengah dengan jarak tempuh 4,5 jam. Sedangkan
dari ibu kota Provinsi DIY berjarak 95 Km dengan jarak tempuh
sekitar 3 jam.
B I Geografis
C I Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan
dengan wilayah sekitar (SUBOSUKOWONOSRATEN), Gunung Kidul
dan Pacitan, berada pada posisi 3 terendah (9,93%), setelah Pacitan
(5,36%) dan Gunung Kidul (6,39%).
Kondisi Geografis
Kabupaten
Wonogiri kurang
strategis
Kondisi Geografis
Kabupaten
Wonogiri kurang
strategis
EKONOMIAGREGAT
Grafik Proporsi PDRB wilayah Wonogiri dan Sekitarnya
Wonogiri
SUKOHARJO
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 3
Trend perkembangan PDRB selama 5 tahun terakhir pada
Kabupaten/Kota di SUBOSUKOWONOSRATEN dapat dilihat pada
grafik berikut ini:
0
50.000.000
100.000.000
150.000.000
200.000.000
250.000.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PBRB ADHB
WONOGIRI KLATEN BOYOLALI SUKOHARJO
KARANGANYAR SRAGEN SURAKARTA
Trend Pertumbuhan PDRB wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN
-
0.050
0.100
0.150
0.200
0.250
2010 2011 2012 2013 2014 2015
PDRB PERKPITA
WONOGIRI KLATEN BOYOLALI SUKOHARJO
KARANGANYAR SRAGEN SURAKARTA
Trend Pertumbuhan PDRB Perkapita wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN
Berdasarkan trend perkembangan PDRB dapat kita ketahui bahwa,
Kabupaten Wonogiri mengalami ketertinggalan dari daerah
sekitarnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan PDRB perkapita
selalu terendah selama lima tahun terakhir. Hal ini
menggambarkan bahwa telah terjadi perlambatan pembangunan di
wilayah Kabupaten Wonogiri dibandingkan wilayah sekitarnya di
Provinsi Jawa Tengah.
Trend
Perkembangan
PDRB ADHB dan
Pendapatan
Perkapita
Kabupaten
Wonogiri periode
2010-2015
terhadap
SUBOSUKOWONO
SRATEN
 Kecenderungan
Pertumbuhan
ekonomi lebih
rendah dari
Kabupaten yang
lain
Sumber : Analisis 2017
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 4
Sedangkan jika dilihat dari strukur PDRB yang ada maka posisi
Kabupaten Wonogiri terhadap SUBOSUKOWONOSRATEN, Gunung
Kidul dan Pacitan dapat tergambarkan melalui grafik berikut ini:
Kabupaten
Wonogiri
cenderung
mengandalkan
pertanian,
sementara
daya saing
pada sektor
yang lain
rendah
Berdasarkan struktur PDRB tersebut dapat kita ketahui bahwa
Kabupaten Wonogiri sangat bergantung dengan sektor Pertanian
yang memiliki proporsi terbesar yakni 33,61%. Hal ini berbeda jika
kita tinjau dengan wilayah sekitarnya yang lebih bergantung pada
sektor industri pengolahan sebagai sektor dominan (26,61%).
Dengan sektor industri pengolahan hanya 15,46% dapat kita ambil
kesimpulan awal bahwa hasil pertanian, kehutanan dan perikanan
di Kabupaten Wonogiri lebih dipilih untuk dijual langsung tanpa
pemberian nilai tambah produk. Ini menjadi gejala awal mengapa
Kabupaten Wonogiri lebih lambat pertumbuhan pembangunan
dibandingkan kawasan sekitarnya. Sektor pertanian, kehutanan dan
perikanan memang merupakan sektor yang dapat diperbaharui
sehingga dapat menjadi penopang dalam jangka panjang, namun
harus di imbangi juga dengan sektor pendukung dan penunjang
misalnya industri pengolahan produk pertanian, kehutanan dan
perikanan.
Dengan diketahuinya sektor dominan PDRB di Kabupaten Wonogiri
adalah pertanian, kehutanan dan perikanan. Maka perlu untuk
melakukan tinjauan seberapa besar pengaruh komponen
komoditas di Kabupaten Wonogiri terhadap kawasan sekitarnya.
Struktur PDRB wilayah Wonogiri dan Sekitarnya
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 5
P e r s e n t a s e J e n i s K o m o d i t a s
> 50% Ubi Kayu (70,77%); Kacang Tanah (54,93%);
Jamur (61,30%); Kacang Merah (100%);
Anggrek (96,34%); Biofarmaka
30 – 50% Jagung (45,33%); kedelai (43,05%)
Kacang Panjang (36,38%); Melinjo (35,99%); Mangga (33,41%); Sawo
(43,17%)
< 30% Padi (17,32%) Cabe Rawit (8,07%); Cabe Merah (19,19%); Melon
(28,85%); Nangka (21,47%)
Anthurium (6,91%)
P e r s e n t a s e J e n i s K o m o d i t a s
> 50% Cabe jamu (99,57%); Cengkeh (52,54%); Jarak (66,20%); Jambu Mete
(96,82%); Janggelan (100%); Kakao (86,31%); Kapas (100%); Kelapa
Deres (78,34%)
30 – 50% Kelapa Dalam (38,89%)
< 30% Kopi Arabika (16,61%)
Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa komoditas pertanian
di Kabupaten Wonogiri yang memiliki potensi dan penghasil
tertinggi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:
 Pertanian
Sumber : Analisis 2017
Berdasarkan hasil kompilasi data diatas dapat kita lihat bahwa
terdapat beberapa komoditas pertanian yang memiliki pengaruh
besar yakni lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN
diantaranya adalah: Ubi Kayu, Kacang Tanah, Jamur, Kacang Merah,
Anggrek dan tanaman biofarmaka. Dapat dikatakan komoditas
tersebut merupakan komoditas unggulan dari Wonogiri di wilayah
SUBOSUKOWONOSRATEN.
Hasil analisis menunjukkan beberapa komoditas perkebunan di
Kabupaten Wonogiri yang memiliki potensi dan penghasil tertinggi
di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:
 Perkebunan
Sumber : Analisis 2017
Berdasarkan hasil kompilasi diatas dapat kita lihat bahwa terdapat
beberapa komoditas perkebunan yang memiliki pengaruh besar
yakni lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN
diantaranya adalah: Cabe jamu, Cengkeh, Jarak, Jambu Mete,
Janggelan, Kakao, Kapas dan Kelapa Deres. Dapat dikatakan
komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan dari Wonogiri
di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN.
Halaman II . 6
016%
019%
014%
015%
014%
014%
008%Boyolali
Klaten
Sukoharjo
Wonogiri
Karanganyar
Sragen
Kota Surakarta
Persentase J e n i s K o m o d i t a s
> 50% Kambing (61,25%);
30 – 50% Ayam Kampung (32,69%); Sapi (30,15%)
< 30% Domba (29,05%); Pedaging (23,31%); Babi (11,67%); Ayam Itik
(6,70%); Kerbau (5,47%); Ayam petelur (0,78%)
Komoditas peternakan yang memiliki potensi dan penghasil
tertinggi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:
 Peternakan
Sumber : Analisis 2017
Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa hanya terdapat satu
jenis komoditas peternakan yang memiliki pengaruh besar yakni
lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN yaitu ternak
Kambing dan di ikuti oleh Ayam kampung dan Ternak Sapi pada
proporsi kontribusi antara 30-50%. Dapat dikatakan komoditas
ternak kambing tersebut merupakan komoditas unggulan dari
Kabupaten Wonogiri di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN.
Secara agrerat aspek demografi digunakan untuk melihat seberapa
besar aktifitas di Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan dengan
kawasan sekitarnya. Besarnya aktifitas ini di asumsikan berbanding
lurus dengan besarnya jumlah penduduk. Sehingga sebagai
indikator besarnya aktifitas digunakan besarnya jumlah penduduk.
Semakin banyak penduduk tentu akan membutuhkan semakin
banyak logistik. Berikut disajikan persentase jumlah penduduk yang
ada di Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan dengan SUBOSUKO-
WONOSRATEN.
D I Demografi
Sumber : Analisis 2017
WONOGIRI
Grafik Persebaran Penduduk di SUBOSUKOWONOSRATEN
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 7
Dari grafik diatas disimpulkan bahwa Kabupaten Wonogiri memiliki
jumlah penduduk ke tiga terbesar di SUBOSUKOWONOSRATEN. Hal
ini merupakan peluang bagi Kabupaten Wonogiri dari sisi
ketersediaan SDM. Namun secara lebih detail potensi ini harus
mempertimbangkan kualitas dan struktur umum jumlah penduduk,
yang akan dibahas pada karakteristik intra wilayah Kabupaten
Wonogiri. Jika dibandingkan tingkat pengangguran terbuka dengan
jumlah penduduk miskin pada masing masing wilayah
SUBOSUKOWONOSRATEN. Diperoleh gambaran lambannya
pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri dibandingkan
dengan SUBOSUKOWONOSRATEN. Penjelasan tentang hal tersebut
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Berdasarkan perbandingan diatas dapat diketahui bahwa
Kabupaten Wonogiri dalam konstelasi wilayah sekitar memiliki
tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan
Surakarta, Sukoharjo, Sragen dan Karanganyar. Seharusnya faktor
tingkat pengangguran di Kabupaten Wonogiri bukanlah
penghambat utama yang membedakan dengan daerah sekitarnya
dalam hal lambannya pembangunan di wilayah Kabupaten
Wonogiri. Sedangkan jika ditinjau dari aspek tingkat kemiskinan
penduduk maka Kabupaten Wonogiri masih jauh berada di bawah
Boyolali dan Sragen. Sehingga jumlah penduduk miskin seharusnya
juga bukan merupakan faktor pembeda utama dalam hal
penghambat pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri.
Sumber:Analisis2017
TingkatPenganggurandiSUBOSUKOWONOSRATEN
Wonogiri memiliki
jumlah penduduk
Ketiga terbesar
pada SUBOSUKO-
WONOSRATEN
Pengangguran bukan
penyebab lambannya
pembangunan
Kabupaten Wonogiri
Tingkat Kemiskinan di SUBOSUKOWONOSRATEN
Halaman II . 8
Jika dilihat dari jumlah pekerja pada masing masing wilayah
SUBOSUKOWONOSRATEN, untuk mengetahui produktifitas
masyarakat berdasarkan asumsi bahwa masyarakat produktifitas
tinggi adalah yang merupakan angkatan kerja dan sedang bekerja
(bukan merupakan pengangguran). Berikut perbandingan antara
kabupaten/kota di SUBOSUKOWONOSRATEN.
Sumber : Analisis 2017
Perbandingan Jumlah Pengangguran Angkatan
kerja di SUBOSUKOWONOSRATEN
Jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Wonogiri termasuk tiga
terbesar, sehingga persoalan angkatan kerja tidak dapat dijadikan
faktor pembeda dengan kabupaten/kota lain sebagai penyebab
utama lambannya pembangunan di Kabupaten Wonogiri.
Sementara itu jika dilihat dari angka indeks pembangunan manusia
(IPM) Kabupaten Wonogiri terhadap kawasan sekitarnya adalah
sebagai berikut :
Sumber : Analisis 2017
Perbandingan IPM di
SUBOSUKOWONOSRATEN
Data IPM tersebut
dapat menjelaskan
bahwa Kabupaten
Wonogiri masuk
dalam IPM tiga
terendah di
Subosukowonosra
ten. Dengan rata-
rata IPM wilayah
tersebut adalah
73,33 akhirnya
menempatkan
Kabupaten
Wonogiri memiliki
IPM dibawah rata-
rata bersama
dengan Kabupaten
Sragen dan
Kabupaten Boyolali
537179,0
596418,0
428885,0
505043,0
449689,0
464899,0
271199,0
,0
100000,0
200000,0
300000,0
400000,0
500000,0
600000,0
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
WonogiriKaranganyar
Sragen
Kota Surakarta
71,73
73,81
74,52
67,75
74,26
71,1
80,14
60
62
64
66
68
70
72
74
76
78
80
82
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
WonogiriKaranganyar
Sragen
Surakarta
Wonogiri memiliki
jumlah angkatan
kerja paling besar
di SUBOSUKOWO-
NOSRATEN.
Halaman II . 9
Jika dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Wonogiri, maka
wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah dengan
kepadatan paling rendah, meskipun dari jumlah penduduk
Kabupaten Wonogiri merupakan Kabupaten berpenduduk ketiga
terbanyak. Hal tersebut dikarenakan luas wilayah Kabupaten
Wonogiri yang cukup besar. Perbandingan tingkat kepadatan
wilayah di SUBOSUKOWONOSRATEN dapat dilihat pada grafik
berikut:
Kepadatan
penduduk
Kabupaten
Wonogiri jauh
lebih rendah
dibanding
SUBOSUKOWO
NOSRATEN
Perbandingan Kepadatan
Penduduk Wonogiri terhadap
SUBOSUKOWONOSRATEN
949,0
1768,0
1877,0
521,011064,0
934,0
11631,0
,0
2000,0
4000,0
6000,0
8000,0
10000,0
12000,0
Boyolali
Klaten
Sukoharjo
WonogiriKaranganyar
Sragen
Kota Surakarta
Halaman II . 10
Morfologi Kabupaten Wonogiri secara umum dapat dibedakan
menjadi dua kelas bentuk lahan, yaitu dataran dan perbukitan.
Selanjutnya dataran dan perbukitan yang ada dapat dipilahkan
berdasarkan asal-usulnya secara geomorfologis dan geologis. Di
bagian selatan Kabupaten Wonogiri, terdapat gugusan perbukitan
Karst sebagai hasil proses geomorfologis formasi Wonosari yang
berbatuan gamping. Satuan bentuk lahan ini tersebar di Kecamatan
Pracimantoro, Giritontro dan Paranggupito. Sementara disebelah
tenggara terdapat satuan perbukitan Denudasional hasil rombakan
batuan Vulkanik berumur Oligo-Miosen. Bentuk lahan ini tersebar
di Kecamatan Giriwoyo, dan Karang Tengah.
Di bagian utara dan barat laut wilayah terdapat satuan dataran kaki
vulkan hasil endapan aktivitas vulkanik gunung api Lawu. Wilayah
ini merupakan wilayah paling subur dan maju di Kabupaten
Wonogiri. Zona dataran kaki vulkan tersebar di Kecamatan
Wonogiri, Selogiri, Ngadirojo, Girimarto, Sidoharjo, Jatiroto, dan
Jatisrono.
Secara hidrologi, kekurangan air terjadi saat kemarau terutama di
wilayah Wonogiri bagian selatan. Hal ini ditandai dengan semakin
berkurangnya kapasitas tampungan air seperti danau/telaga di
Wonogiri bagian selatan pada musim kemarau, bahkan banyak
telaga menjadi cepat kering. Adapun sumber air di kawasan Karst
hanya diperoleh dari hujan yang turun dan sungai bawah tanah
yang keluar ke permukaan. Pola aliran sungai bawah tanah di
daerah Karst Pracimantoro menunjukkan bahwa arah alirannya
menuju ke arah timur lintasan kedua dan selanjutnya arah aliran
lintasan kedua menuju ke arah tenggara lintasan ketiga.
KARAKTERISTIK INTRA WILAYAH
A I Karakter fisik
Gegografis
 Dataran
 Perbukitan
 Hydrologi
Kemiringan rata-
rata < 15% (subur)
 Baturetno
 Wonogiri
 Selogiri
 Ngadirojo
 Sidoharjo
 Jatiroto
 Girimarto
 Jatisrono
 Slogohimo
Kemiringan rata-
rata > 15% (Karst)
 Paranggupito
 Giritontro
 Pracimantoro
 Giriwoyo
 Eromoko
 Baturetno
 Batuwarno
 Karang Tengah
Ancaman
kekeringan pada
saat kemarau
terjadi
khususnya pada
wilayah selatan
(perbukitan
karst)
Panorama Perbukitan dan Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri
Sumber : Internet
Halaman II . 11
Dataran Rendah
dengan kondisi
relatiif subur
dengan kemiringan
rata-rata <15%.
Potensial untuk
pengembangan
agro industri
Waduk Gajah Mungkur,
merupakan waduk buatan
sebagai sumber air potensial
untuk pengairan
Wilayah dataran Perbukitan
denudasional, dengan
ketinggian relative >15%
Wilayah relative
berlereng dan
perbukitan Karst,
cenderung sulit air
pada saat kemarau
B I Perekonomian
Intra Wilayah
 Potensi Ekonomi
 Pertumbuhan
Ekonomi
Peta ilustrasi Geografis Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Jika dilihat secara makro, mengacu pada kecenderungan aktifitas
ekonomi, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa potensi
komoditas ekonomis meliputi 1) perkebunan; 2) pertanian dan 3)
peternakan yang cukup besar kontribusinya terhadap
Subosukowonosraten. Hal tersebut sejalan dengan kontribusi
pertanian sebagai sektor basis.
Data PDRB menunjukkan bahwa Kecamatan Karangtengah memiliki
PDRB yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang.
Namun jika dilihat dari tinggi tingkat pertumbuhan PDRB, terjadi
pada Kecamatan Ngadirojo dan diikuti oleh Kecamatan Wonogiri
dan Kecamatan Puhpelem.
 Pertanian
 Perkebunan
 Peternakan
 Pariwisata
 Karangrejo
 Ngadirojo
 Wonogiri
 Puhpelem
Grafik Pertumbuhan PDRB 2013-2014
Sumber : Analisis 2017
B.1
B.2
Halaman II . 12
Sektor basis terbesar Kabupaten Wonogiri adalah Pertanian. dari
Berdasarkan data BPS Kecamatan Ngadirojo memiliki potensi lahan
pertanian yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan lain.
Potensi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Wonogiri
didominasi Ubi Kayu dan Kacang Tanah. Produksi Ubi Kayu terbesar
terdapat di Kecamatan Pracimantoro dan Ngadirojo, sebanyak
19,26 % dari produksi Ubi Kayu di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan
untuk Kacang Tanah berasal dari Kecamatan Ngadirojo, total
produksi mencapai 17,04% dari total produksi yang ada di
Kabupaten Wonogiri dan sisanya tersebar hampir di setiap
kecamatan kecuali di Kecamatan Bulukerto.
Komoditas padi dan jagung, meski tidak sebagai komoditas berdaya
saing tinggi di SUBOSUKOWONOSRATEN, namun komoditas padi
dan jagung termasuk tanaman pangan yang jumlah produksinya
cukup besar dan memiliki tingkat pertisipasi yang tinggi dan
ditanam hampir disetiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri.
Produksi padi di Kabupaten Wonogiri mencapai 3.018.732 kwintal
pada tahun 2015 sementara produksi jagung rata-rata 2013-2015
mencapai 2.070.531 kwintal. Hal yang menarik adalah hampir
keseluruhan petani padi dan jagung memiliki ternak sapi yang
sumber pakannya berasal dari residu padi dan jagung.
 Pertanian
 B.3.1 I Komoditi
Pertanian
Unggulan
 Tanaman
Pangan
Grafik Luas Lahan Pertanian Perkecamatan dalam Ha
Sumber : Analisis 2017
B.3
Kecamatan
produsen hasil
pertanian
(tanaman
pangan) paling
dominan :
 Ngadirojo
 Pracimantoro
Halaman II . 13
Komoditas Jenis Tanaman Kecamatan
yang berpotensi
Produksi Kontribusi Persebaran Produksi
Tanaman Pangan Ubi kayu Pracimantoro 978.500 kwt 19,26 % Merata di seluruh kecamatan
Ngadirojo 947.500 kwt
Kacang tanah Ngadirojo 66.160 kwt 17,04 % Hampir di seluruh kecamatan
kecuali Bulukerto
Padi Ngadirojo,
Selogiri,
Tirtomoyo,
Eromoko
3.018.732 17, 32% Hampir di seluruh kecamatan
kecuali Manyaran, Wuryantoro,
Kismantoro dan Paranggupito
Jagung Pracimantoro
Giriwoyo
2.070.531 45,33% Hampir di seluruh kecamatan
kecuali Sidoarjo, Wuryantoro
Sayur dan Buah Jamur Wonogiri 1894 kwt 62,67 % Tersebar di 9 kecamatan
Ngadirojo 1768 kwt
Kacang Merah Ngadirojo 495 kwt 86,15 % Tersebar di 4 kecamatan
Batuwarno 460 kwt
Tanaman Hias Anggrek Batuwarno
Biofarmaka :
Jahe, Dringgo, Kejibeling, Kencur, Kunyit, Lempuyang, Mengkudu, Sambiloto, Temuireng, Laos, Temukunci, Temulawak,
Lidah Buaya, Mahkota Dewa
Jika diperhatikan komoditas sayur dan buah yang cukup potensial adalah Jamur dan
Kacang Merah. Komoditas Jamur tersebar di 9 kecamatan, namun produksi terbesar
berasal dari Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Ngadirojo dengan kontribusi sebesar
62,67%. Sedangkan Kacang Merah terdapat di Kecamatan Ngadirojo dan Batuwarno
dengan total produksi sebesar 86,15%. Disamping itu potensi tanaman hias berupa
anggrek bisa dijumpai di Kecamatan Batuwarno khususnya di Desa Tegiri. Anggrek dari
Desa Tegiri Kecamatan Batuwarno telah mampu menembus pasar di Yogyakarta,
Semarang bahkan Jakarta dan Bandung. Komoditas Biofarmaka juga sangat potensial di
Kabupaten Wonogiri, sebagai kebutuhan industri jamu. Namun disayangkan kondisi
saat ini perusahaan jamu PT. Deltomed dan PT. Air Mancur telah pindah di Karang
Anyar.
Sumber : Olahan Data Sekunder 2017
Meskipun beberapa komoditas unggulan berdistribusi cukup besar
dan bersaing keluar daerah, namun jika dilihat hasil pertanian pada
beberapa komoditas, perkembangan dan pertumbuhannya cukup
dinamis. Komoditas padi, pada periode 2013-2015 terjadi
penurunan hasil produksi pada beberapa kecamatan seperti
Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, Puhpelem, Ngadirojo, Girimarto,
Selogiri, Bulukerto, Giritontro, Manyaran, Sidoharjo dan
Kismantoro.
 B.3.2 I Dinamisasi
Produksi
Pertanian
Tanaman Padi
Sawah (2013-2015)
 Terjadi penurunan
produksi padi pada
11 kecamatan di
Kabupaten
Wonogiri pada
periode 2013 - 2015
3319900,0
3260550,0
2348689,320
2976379,773
HASIL PRODUKSI PADI SAWAH 2013-2015
purata 2015 2014 2013 Linear (2013)
Grafik Hasil Produksi Padi Sawah Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 14
Disamping padi sawah juga terdapat Padi Gogo yang dikembangkan
di sekitar 10 kecamatan Kabupaten Wonogiri, dalam tiga tahun
terakhir perkembangan Padi Gogo cenderung statis dan bahkan
menurun di beberapa kecamatan. Kecuali pada Kecamatan
Pracimantoro dan Eromoko hasil produksi cukup baik.
Tanaman Padi
Gogo 2013-2015
 Produksi Padi
Gogo cenderung
menurun pada
periode 2013 -
2015
787680,0
754770,0
670043,0
737497,667
600000,0 650000,0 700000,0 750000,0 800000,0
purata 2015 2014 2013 Linear (2013)
Meskipun sebagai komoditas yang bersaing cukup baik secara
agregat, perkembangan produksi komoditas ubi kayu dan kacang
tanah mengalami flukstuasi yang menurun pada periode 2013-
2015.
Tanaman Ubi Kayu
2013-2015
 Produksi Ubi
Kayu dan
Kacang Tanah
cenderung
menurun pada
periode 2013 -
2015
,0
200000,0
400000,0
600000,0
800000,0
1000000,0
1200000,0
Manyaran
Pracimantoro
Ngadirojo
Giriwoyo
Tirtomoyo
Jatiroto
Paranggupito
Wonogiri
Giritontro
Purwantoro
Jatisrono
Batuwarno
Puhpelem
Karangtengah
Jatipurno
Kismantoro
Girimarto
Slogohimo
Baturetno
Bulukerto
Nguntoronadi
Selogiri
Eromoko
Wuryantoro
Sidoharjo
2013 2014 2015
Kesimpulan sementara yang diperoleh adalah, meski terdapat
komoditas unggulan, stabilitas produksi masih belum stabil. Peran
pemerintah dan stakeholder terkait masih perlu dioptimalkan.
371660,0
388090,0
28653,0
262801,0
,0 50000,0 100000,0150000,0200000,0250000,0300000,0350000,0400000,0450000,0
purata 2015 2014 2013
Grafik Hasil Produksi Padi Gogo Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Grafik Hasil Produksi Ubi Kayu Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Grafik Hasil Produksi Kacang Tanah Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 15
Kecamatan yang Berpotensi Kontribusi Ton Persebaran Produksi
 Cabe Jamu Paranggupito 95% 468 Terdapat di 5 kecamatan
 Cengkeh Karangtengah, Jatipurno 36,87% 271 Terdapat di 18 kecamatan
 Janggelan Karangtengah 42% 2.238 Terdapat di 10 kecamatan
 Jambu Mete Ngadirojo, Jatiroto, Sidoharjo,
Jatisrono dan Jatipurno
49,17 % 4.967 Merata di seluruh kecamatan
 Kapas Eromoko 54,8% 37 Terdapat di 3 kecamatan
 Kakao Girimarto, Ngadirojo dan
Jatipurno
82,3% 345 Terdapat di 8 kecamatan
 Jarak Paranggupito, Manyaran,
Giritontro dan Purwantoro
16,30% 8,1 Merata di seluruh kecamatan
 Kelapa Deres Paranggupito 85,75% 292 Terdapat di dua kecamatan
Potensi perkebunan yang menonjol di Kabupaten Wonogiri adalah
Cabe Jamu, Cengkeh, Janggelan, Jambu Mete, Kapas, Kakao, Jarak
dan Kelapa Deres karena memberikan kontribusi yang besar
terhadap SUBOSUKAWONOSRATEN.
 Perkebunan
 B.4.1 I Komoditi
Unggulan
Perkebunan
Sumber : Olahan Data Sekunder 2017
KEC. WONOGIRI :
 Jamur
 Kacang Merah
KEC. NGADIROJO :
 Jamur
 Ubi Kayu
 Kacang Tanah
 Kacang Merah
KEC. BATUWARNO :
 Anggrek
KEC. PRACIMANTORO :
 Ubi Kayu
 Kacang Tanah
Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Pertanian Kabupaten Wonogiri
Cabe jamu merupakan komoditas dominan yang terdapat di lima
kecamatan khususnya Paranggupito. Paranggupito memproduksi
Cabe Jamu sebesar 95 % dari total produksi di tingkat kabupaten.
Sedangkan untuk cengkeh produksinya tersebat di delapan belas
kecamatan. Produksi cengkeh terbesar terdapat di Kecamatan
Karangtengah dan Kecamatan Jatipurno dimana kedua kecamatan
tersebut memberikan kontribusi sebesar 36,87% dari total produksi
di Kabupaten Wonogiri.
Tabel Sebaran Komoditi Pertanian Kabupaten Wonogiri
B.4
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 16
Produksi janggelan tersebar di sepuluh kecamatan. Namun yang
memiliki potensi terbesar terdapat di Kecamatan Karangtengah
dengan produksi berkisar 42 % dari total produksi di Kabupaten
Wonogiri. Kabupaten Wonogiri juga dikenal sebagai penghasil
Jambu Mete, komoditas Jambu Mete tersebar hampir diseluruh
kecamatan, sementara terbesar terdapat di lima kecamatan yaitu
Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Jatiroto, Kecamatan Sidoharjo,
Kecamatan Jatisrono dan Jatipurno. Kecamatan-kecamatan
tersebut menyumbang memproduksi mete berkisar 49,17% dan
kecamatan-kecamatan yang berpotensi penghasil Jambu Mete
terpusat di sebelah utara Kabupaten Wonogiri.
Komoditas perkebunan lain yang memiliki potensi adalah Kapas
dan Kakao. Komoditas Kapas di Kabupaten Wonogiri hanya
terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Eromoko,
Pracimantoro dan Giriwoyo. Namun produksi kapas terbesar
berasal dari Kecamatan Eromoko sebanyak 54,8 % hal tersebut
seiring dengan luas areal tanaman kapas di Kecamatan Eromoko
berkisar 58,8 ha. Selain itu komoditas perkebunan yang juga
memiliki potensi adalah Kakao. Kakao terdapat di kecamatan
Girimarto, Ngadirojo dan Jatipurno, dimana ke 3 kecamatan
tersebut memproduksi Kakao sebesar 82,3 % dari total produksi
kakao di Kabupaten Wonogiri.
Produksi Jagelan
 Karang Tengah
Produksi Mete
Hampir seluruh
kecamatan
 Ngadirojo
 Jatitoro
 Sidoharjo
 Jatisrono
 Jatipurno
Produksi Kapas
 Eromoko
 Pracimantoro
 Giriwoyo
Produksi Kakao
 Ngadirojo
 Jatipurno
 Girimarto
 Kakao
 Jambu Mete
 Kapas
 Jarak
 Kakao
 Jambu Mete
 Kakao
 Jarak
 Jagelan
 Jarak
 Cabe Jamu
Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Perkebunan Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 17
Kec. Berpotensi Kontribusi Prod. (Ton) Persebaran Produksi
 Kambing Kismantoro 25,98 % 67.846 Merata di seluruh kecamatan
Pracimantoro 65.007
 Ayam Kampung Slogohimo 18,91% 245.000 Merata di seluruh kecamatan
Eromoko 189.153
 Sapi Eromoko 33,97% 13.200 Merata di seluruh kecamatan
Pracimantoro 13.16
Giriwoyo 9.429
Bulukerto 8.913
Selogiri 8.795
 Peternakan
 B.5.1 I
Komoditi
Unggulan
Peternakan
Potensi peternakan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah
Kambing, Ayam Kampung dan Sapi Potong. Potensi peternakan
tersebut tersebar dibeberapa kecamatan meliputi Kismantoro,
Pracimantoro, Slogohimo, Eromoko, Giriwoyo, Bulukerto, dan
Selogiri.
Dari data yang ada didapati bahwa ternak kambing memiliki
potensi yang sangat besar, dan populasi ternak kambing tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun terdapat dua
kecamatan yang potensi ternak kambing lebih unggul dibandingkan
dengan kecamatan lain karena memproduksi sekitar 25,98 % dari
total produksi yang dihasilkan. Kecamatan tersebut adalah
Kecamatan Kismantoro dan Pracimantoro.
Sapi potong di Kabupaten Wonogiri terdapat di seluruh wilayah
Kabupaten Wonogiri. Namun terdapat 5 kecamatan yang memiliki
potensi Sapi potong paling besar, memproduksi sebesar 33,97 %
dari total populasi Sapi di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan
tersebut adalah di Kecamatan Eromoko, Kecamatan Pracimantoro,
Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan
Selogiri.
Jarak dan Kelapa deres juga cukup potensial dikembangkan,
dimana komoditas jarak memiliki persebaran yang merata di semua
kecamatan, dengan empat kecamatan yang memiliki produksi yang
lebih tinggi dibandingkan kecamatan yang lain yaitu kecamatan
Paranggupito, Manyaran, Giritontro dan Purwantoro. Sedangkan
untuk komoditas Kelapa Deres hanya terdapat di dua kecamatan
yaitu Kecamatan Paranggupito dan Pracimantoro, dimana
Kecamatan Paranggupito memproduksi sekitar 85,75% dari total
produksi Kabupaten Wonogiri.
Sumber : Olahan Data Sekunder 2017
B.5
Produksi Kambing
 Kismantoro
 Pracimantoro
Hampir merata
diseluruh
Kabupaten
Produksi Sapi
Potong
 Eromoko
 Pracimantoro
 Giriwoyo
 Bulukerto
 Selogiri
Hampir merata
diseluruh
Kabupaten
Halaman II . 18
Selain Sapi dan Kambing, ternak unggas juga memiliki potensi besar di Kabupaten
Wonogiri, Ayam Kampung. Setiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri memiliki usaha
ternak Ayam Kampung. Namun Kecamatan yang memiliki potensi lebih besar
dibandingkan dengan kecamatan yang lain adalah Kecamatan Slogohimo dan Eromoko
yang memproduksi masing-masing sekitar 10,67 % dan 8,24% dari total produksi Ayam
Kampung di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan Ayam Pedaging, Kecamatan Ngadirojo
memproduksi 20,94% dari total produksi Kabupaten Wonogiri.
Komoditas bidang peternakan lain yang cukup berkembang adalah Babi. Babi terdapat di
sepuluh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan yang paling banyak memproduksi
Babi adalah Jatisrono dengan produksi sebesar 40,04% dari total produksi ternak babi di
Kabupaten Wonogiri.
Pada tahun 2015, populasi ternak kambing di kabupaten Wonogiri sejumlah 511,181
ekor dengan jumlah kambing yang dipotong 46.436 ekor. Dari data jumlah ternak
kambing tersebut proporsi jumlah ternak kambing yang dipotong sebesar 9,08 %.
Kecamatan yang memproduksi kambing yang dipotong pada tahun 2015 adalah
kecamatan Wonogiri, Jatisrono, dan Ngadirojo. Sedangkan populasi ternak sapi pada
tahun 2015 di kabupaten Wonogiri adalah 157.468 ekor, dengan jumlah sapi yang
dipotong 21.790 ekor atau berkisar 13,84 % dari keseluruhan populasi Sapi. Kecamatan
yang paling banyak menghasilkan Sapi yang dipotong pada tahun 2015 adalah
kecamatan Wonogiri, Sidoharjo dan Kecamatan Nguntoronadi.
Giriwoyo :
Sapi Potong
Wonogiri :
Ayam Pedaging
Selogiri :
Sapi Potong
Eromoko :
Sapi, Domba dan
Ayam Kampung
Pracimantoro :
Sapi dan Kambing
Baturetno :
Domba
Kismantoro :
Kambing
Bulukerto :
Sapi Potong
Purwantoro :
Ayam Kampung
Jatisrono :
Babi
Girimarto :
Ayam pedaging
Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Peternakan Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 19
Wisata Karst
 Pariwisata
Wisata Pantai
Kabupaten Wonogiri memiliki destinasi wisata yang potensial,
terutama wisata alamnya. Wisata alam yang ada di Wonogiri lebih
banyak berada di bagian selatan dan bagian timur-utara. Wisata
alam di bagian selatan berupa wisata pantai yang terletak di
Kecamatan Paranggupito dan wisata Karst di Kecamatan
Pracimantoro. Wisata pantai di Kecamatan Paranggupito tersebar
di sepanjang wilayah selatan Kecamatan Paranggupito. Kawasan
pantai Namu berada di desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito,
di kawasan pantai Nampu terdapat 5 pantai lain yaitu pantai
Prinjono, Pantai Puyangan, Pantai Waru, Pantai Karang Payung dan
Pantai Karang Bang. Sedangkan di Desa Paranggupito Kecamatan
Paranggupito terdapat empat pantai yaitu Pantai Klotok, Ngojok,
Njujugan dan Pantai Dadapan. Desa Gudangharjo Kecamatan
Paranggupito juga memiliki pantai Banyutowo, sesuai dengan
namanya pantai Banyutowo memiliki air laut yang tawar berbeda
dengan pantai-pantai yang lain. Hal tersebut disebabkan karena air
di pantai banyutowo berasal dari aliran air sungai bawah tanah
yang bermuara di laut.
PARANGGUPITO
 Pantai Prinjono
 Pantai Namu
 Pantai Punyangan
 Pantai Waru
 Pantai Karang Payung
 Pantai Klotok
 Pantai Ngojok
 Pantai Njujugan
 Pantai Dadapan
 Pnatai Banyutowo
PRACIMANTORO
 Museum KARST
 Gua Mrica
 Gua Proto
 Gua Tembus
 Gua Sapen
 Gua Sonya
 Gua Sondong
 Gua Gilap
Sedangkan untuk wisata Karst terdapat museum Karst di desa
Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro dan beberapa gua yang
disana mengalir sungai bawah tanah, gua-gua yang terdapat di
wilayah Karst adalah gua Mrica, Gua Proto, Gua Tembus, Gua
Sapen, Gua Sonya Ruri, Gua Sodong dan Gua Gilap.
Pengelolaan museum Karst ditangani langsung oleh pemerintah
pusat. Sedangkan wisata alam berupa air terjun banyak dijumpai di
Wonogiri bagian Timur-Utara, yang berada di lereng pegunungan
lawu selatan. Air terjun Binangun Watu Jadah terletak di Desa
Girimulyo Kecamatan Jatipurno, meskipun memiliki potensi daya
tarik wisata namun akses dan petunjuk jalan ke air terjun tersebut
cukup sulit sehingga tak heran apabila air terjun tersebut masih
belum menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Objek wisata air terjun yang lain yang ada di Kabupaten Wonogiri
adalah air terjun Setren Gilimanik, air terjun tersebut terletak di
Kecamatan Slogohimo. Obyek wisata Air terjun Setren Gilimanik
memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan air terjun
Binangun Watu Jadah dan bisa ditempuh sekitar 30-40 menit dari
pusat kota Wonogiri. Selain itu masih di wilayah Wonogiri bagian
timur-utara juga dijumpai wisata bukit Cumbri yaitu di Kecamatan
Purwantoro.
JATIPURNO
 Wisata Air terjun
GILIMANIK
 Wisata Air terjun
B.6
Halaman II . 20
SD/MI RUMAH BERSALIN
SLTP & MTs POSYANDU
SLTA/ SMK/ MA POLIKLINIK/ BALAI PENGOBATAN
RUMAH SAKIT RUMAH IBADAH
PUSKESMAS KOPERASI
POLINDES HOTEL
C I Sarana dan
Prasarana
Bardasarkan dari data ketesediaan sarana dan prasarana di
Kabupaten Wonogiri (Data BPS 2016) terdapat beberapa sarana
dasar yang diidentifikasi meliputi :
Ketersediaan sarana pendidikan tingkat SD, SMP Kabupaten
Wonogiri telah memenuhi SPM, berdasarkan hasil observasi
lapangan didapati bahkan kondisi saat ini jusru terjadi fenomena
beberapa SD dibeberapa kecamatan digabungkan karena jumlah
siswa yang terlalu sedikit. Sementara untuk jumlah sarana
SMA/sederajat jika diperhitungkan berdasarkan standar SPM
(perbandingan jumlah keseluruhan penduduk terhadap kebutuhan
SMA) memang masih belum memadai. Namun jika menggunakan
angka perbandingan usia SMA terhadap kebutuhan, jumlah SMA
sudah memadai, meski di beberapa kecamatan tidak terdapat SMA
namun kebutuhan tersebut ditutupi oleh kecamatan sekitar.
Sarana Dasar Kabupaten Wonogiri
Sumber : Dalam Angka BPS 2016
Grafik Ketersediaan SMA terhadap SPM di Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
 Ketersediaan SMA
sederajat sangat
minim
 Fasilitas Sekolah
tinggi tidak tersedia
 C.3.1 I Pendidikan
dan pelatihan
Halaman II . 21
Kelas Jalan Jumlah Luas Jalan (Km2
)
Jalan desa 2.215466756
Jalan kabupaten 2.888897192
Jalan kecamatan 15.02956789
Jalan negara 0.252142465
Jalan propinsi 1.202176057
Total 21.58825036
Luas Wilayah (km2
) 1.822.232.309
Nilai Indeks Aksesibilitas 0.011847
Sarana prasarana pelatihan di Kabupaten Wonogiri dari hasil survey
lapangan menunjukkan hanya terdapat satu balai pelatihan yang
lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan pemberdayaan bagi
wanita. Sedangkan BLK yang ada di Kabupaten Wonogiri
memfasilitasi kegiatan pelatihan yang diusulkan oleh kecamatan
melalui mekanisme musrenbang maupun kegiatan pelatihan yang
diselenggarakan melalui program kegiatan oleh disnakertrans.
Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK kualitasnya
masih belum memadai hal tersebut dikarenakan pelatihan hanya
dilakukan dalam waktu yang singkat 1-2 hari, dan setelah pelatihan
tidak ada program lanjutan terkait pembentukan kelompok
ataupun evaluasi program kegiatan, sehingga keberlanjutan
program pelatihan menjadi tidak terpantau dengan baik.
 Balai Latihan Kerja
( B L K )
Analisis rasio luas jalan dengan luas wilayah dilakukan untuk
mengetahui gambaran aksesibilitas makro di Kabupaten Wonogiri.
Semakin tinggi nilai rasio luas jalan dengan luas wilayah, maka
aksesibilitasnya semakin baik. Aksesibilitas yang semakin baik akan
berimplikasi pada konektivitas jalan di daerah tersebut juga
semakin baik. Perhitungan rasio luas jalan dengan luas wilayah
didasarkan pada rumus panjang jalan dikalikan lebar jalan rata-rata
(sesuai dengan status jalan) dibagi dengan luas wilayah dalam
satuan kilometer persegi. Nilai indeks yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan nilai indeks minimum untuk memenuhi
standar pelayanan mutu (SPM) jalan, yaitu sebesar 0,05
(Kepmenkimpraswil No 534/KPTS/M/2001). Hasil perhitungan rasio
luas jalan dengan luas wilayah disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.
 C.3.2 I Transportasi
A. Analisis Agregat
Aksesbilitas (Rasio
Luas Jalan dengan
Luas Wilayah)
Tabel Hasil Perhitungan Indeks Aksesbilitas
Sumber : Analisis 2017
Hasil perhitungan indeks aksesibilitas menunjukkan bahwa nilai
indeks aksesibilitas Kabupaten Wonogiri sebesar 0,012. Nilai ini
lebih rendah dari nilai minimum SPM jalan sebesar 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa prasarana jalan di Kabupaten
Wonogiri belum mendukung SPM aksesibilitas dan konektivitas
wilayah.
Halaman II . 22
Indeks Aksesibilitas hanya memberikan informasi umum
aksesibilitas wilayah secara keseluruhan. Untuk melihat variasi
aksesibilitas di dalam wilayah, sebaran jaringan jalan harus
diketahui untuk mengidentifikasi area-area yang aksesibilitasnya
sudah baik dan area yang aksesibilitasnya kurang baik. Guna
mendukung keperluan tersebut, maka kondisi aksesibilitas secara
intra wilayah dipetakan menggunakan teknik weighted kernel
density terhadap data jaringan jalan (bersumber dari RTRW
Kabupaten Wonogiri) dengan faktor pembobot adalah lebar jalan
rata – rata. Hasil pemodelan aksesibilitas yang diperoleh disajikan
pada Gambar 1 di bawah ini.
B. Analisis
Aksesibilitas Intra
Wilayah
Hasil yang diperoleh dari Gambar 1 menunjukkan sebaran wilayah
yang sudah memiliki aksesibilitas baik dan kurang baik. Warna
merah mengindikasikan wilayah dengan aksesibilitas kurang baik.
Wilayah dengan aksesibilitas kurang baik ini umumnya berada di
daerah bertopografi berbukit dan bergunung. Jalan pada wilayah
berbukit umumnya jalan setapak atau jalan yang di semen pada
dua sisi yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat
(Gambar 2).
Peta Kondisi Aksesibilitas Intra Wilayah Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Halaman II . 23
Sedangkan area berwarna oranye hingga hijau muda merupakan
wilayah yang dilalui oleh jalan kecamatan hingga jalan kabupaten
yang sebagian besar sudah diaspal dan terdiri dari dua lajur
(Gambar 3). Area berwarna hijau merupakan area dengan
aksesibilitas baik. Area ini merupakan area yang mempunyai
jaringan jalan cukup rapat (banyak pilihan akses) dan dilalui oleh
Jalan Kabupaten hingga Jalan Negara.
Kondisi Jalan Pada Area Dengan Aksesibilitas Sangat Rendah Hingga Rendah
Sumber : Survey lapangan 2017
Keberadaan terminal di Kabupaten Wonogiri hampir tersebar
merata di seluruh wilayah kabupaten. Hampir setiap kecamatan
sudah mempunyai terminal yang berlokasi di ibukota kecamatan
dan pada umumnya dekat dengan pasar. Terminal ini merupakan
terminal kelas C yang melayani angkutan orang dan barang wilayah
perdesaan (skala kecil). Sementara terminal besar kelas A dan kelas
B yang melayani baik Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Bus
Antar Kota Dalam Provinsi (ADAP) terdapat di tiga kecamatan, yaitu
di Kota Wonogiri (Terminal Bus Giri Adipura), Terminal Bus
Pracimantoro dan Terminal Bus Purwantoro.
 C.3.3 I Terminal
Kondisi Jalan Existing Pada Area Dengan Aksesibilitas Sedang Hingga Baik
Sumber : Survey lapangan 2017
Halaman II . 24
Terminal Bus Giri Adipura merupakan terminal terbesar di Kabupaten Wonogiri. Terminal ini
merupakan Terminal Kelas A yang melayani angkutan bus menuju kota – kota besar di Pulau
Jawa seperti Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya. Sedangkan
Terminal Bus Pracimantoro merupakan terminal bus yang menjadi penghubung mobilitas
penduduk di Kabupaten Wonogiri bagian timur menuju Kota Wonogiri, Kota Wonosari
Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kota – kota di sisi selatan Jawa
Timur seperti Pacitan dan Trenggalek. Adapun Terminal Purwantoro di sebelah timur
merupakan terminal penghubung mobilitas penduduk Wonogiri di sebelah timur, sekaligus
menghubungkan dengan Kota Ponorogo, Magetan dan Madiun. Provinsi Jawa Timur.
Informasi nama dan kelas terminal disajikan pada tabel dibawah, dan sebaran lokasi
terminal disajikan pada Gambar.
Peta Sebaran Terminal Bus Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
Data Terminal Kabupaten Wonogiri
Sumber : RTRW Wonogiri 2011-2031
Halaman II . 25
Pasar rakyat/tradisional di kabupaten wonogiri tersebar merata di
seluruh kecamatan sebanyak 30 pasar. Dimana pasar rakyat terbagi
menjadi 3 type, yaitu type A, B, dan C berdasarkan fasilitas, sarana
prasarana pendukung pasar dan jangkauan pelayanan. Sistim
transportasi dan aksesibilitas menuju pasar dalam kondisi yang baik
karena secara umum lokasi pasar berdekatan dengan terminal.
Adapun pasar rakyat/tradisional sebagai salah satu prasarana
perdagangan dan penggerak perekonomian masyarakat
ditunjukkan pada tabel berikut:
 C.3.4 I Pasar
Pasar Wonogiri type A merupakan pasar induk di kabupaten
Wonogiri yang memiliki jangkauan pelayanan seluruh kecamatan.
Terdapat tujuh Pasar type C di enam kecamatan Kismantoro,
Jatipurno, Giritontro, Batuwarno, Selogiri, Wonogiri (pasar
Wonokarto dan Sidorejo) dengan jangkauan pelayanan satu
kecamatan. Kabupaten Wonogiri belum memiliki gudang logistik
untuk mendukung perdagangan, para pedagang pasar
memanfaatkan kios pasar untuk menyimpan barang dagangan.
Dalam pengelolaannya pasar tradisional dikelola sepenuhnya oleh
pemerintah daerah tanpa adanya kerja sama dengan pihak swasta.
Sejalan dengan visi Bupati yang akan melaksanakan pembangunan
sarana prasarana salah satunya pasar, pemerintah kabupaten
Wonogiri menargetkan merenovasi pasar tradisional satu pasar
setiap tahunnya. Sebaran lokasi pasar dan aksesibilitasnya
ditunjukkanpada gambar berikut :
Data Pasar Rakyat Di Kabupaten Wonogiri
Sumber : Dinas Perindagkop dan UMKM kabupaten Wonogiri, 2017
Halaman II . 26
Pelayanan kebutuhan listrik di Kabupaten Wonogiri dilayani oleh
dua rayon yaitu Rayon Wonogiri dan Rayon Jatisrono. Berdasarkan
data tahun 2016, rasio elektrifikasi atau tingkat ketersediaan listrik
di Kabupaten Wonogiri mencapai 87,62%. Dengan demikian, masih
ada sekitar 12,38% rumah tangga yang tersebar di 108 dusun di
Kabupaten Wonogiri yang belum terlayani listrik. Untuk memenuhi
kebutuhan listrik, beberapa di antara mereka terpaksa
menyalurkan listrik dari dusun terdekat.
Sebaran Lokasi Pasar Dikabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis 2017
 C.3.5 I Listrik
Terlayani
88%
Belum
Terlayani
12%
Rasio Elektrifikasi Kabupaten Wonogiri
Sumber : Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah 2017
Halaman II . 27
Jangkauan listrik di Kabupaten Wonogiri sudah relatif tersebar
merata di seluruh wilayah kabupaten, walaupun masih ada
wilayah-wilayah yang belum teraliri listrik. Observasi di kawasan
perbukitan Giritontro dan Karang Tengah sudah menunjukkan
adanya layanan listrik ke permukiman penduduk dan tempat
usaha.
 C.3.6 I Sarana
Persampahan
Pelayanan Listrik di Permukiman dan Usaha Kecil di Kawasan Perbukitan Selatan
Sumber : Observasi 2017
Untuk memenuhi kebutuhan listrik, selain dari PLN pasokan listrik
didapatkan dari pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan
pembangkit litrik tenaga surya. Pembangkit listrik tenaga mikro
hidro sebanyak satu unit yang berlokasi di Desa Karangtengah
Kecamatan Karangtengah dengan kapasitas 15kVA dan melayani
100 pelanggan.
Perkembangan produksi sampah setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup signifikan akan tetapi yang terjadi saat ini
adalah antara produksi sampah dengan kemampuan untuk
mengelola sampah tersebut tidak seimbang. Penyebabnya adalah
terbatasnya sarana pengumpul sampah dan pengangkut sampah
serta adanya pengolahan sampah pada sumbernya. Berikut adalah
data tentang volume total sampah dan jumlah sarana pengangkut
sampah di Kabupaten Wonogiri:
Volume sampah dan Angkutan Sampah Kabupaten Wonogiri
Sumber : BPS Wonogiri Dalam Angka 2016
Halaman II . 28
Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri 2011-2031, pengelolaan sampah
kota/kecamatan di Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa tahapan mulai dari sumber
sampah hingga pengangkutan ke TPA yaitu:
1. Sistem Individual
Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap
bangunan/sumber sampah dan diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau
Transfer Depo sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir. Aktivitas pengumpulan
menggunakan gerobak sampah dan gerobak motor.
2. Penampungan
Secara umum bahan penampung sementara merupakan bak sampah yang didistribusikan
merata diseluruh kecamatan/kota di Kabupaten Wonogiri. Penempatan bak sampah pada
umumnya ditempatkan pada lokasi-lokasi berdekatan dengan pusat aktivitas masyarakat
dan pola kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah.
3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Tempat pembuangan akhir yang berada di Kabupaten Wonogiri merupakan tipe Open
Dumping yaitu sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa atau dengan
dilakukan penutupan dengan tanah. Berikut tabel kapasitas TPA Kabupaten Wonogiri:
Sumber : Peta Rencana Jaringan Sampah Kabupaten Wonogiri, RTRW 2011-2031
Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten Wonogiri memiliki 5 TPA yang melayani 25
Kecamatan dengan TPA dengan kapasitas kritis. TPA dengan kapasitas kritis diperlukan
pengaturan/pengelolaan sampah lebih lanjut seperti perluasan lahan TPA serta
pengolahan sampah dalam rangka daur ulang dan penggunaan ulang. Pemerintah
Kabupaten Wonogiri telah mewacanakan untuk memindahkan TPA Pracimantoro karena
berada di kawasan lindung karst.
4. Aksesibilitas TPA
Tingkat aksesibilitas TPA di Kabupaten Wonogiri sangat mempengaruhi sistem
pengangkutan dan distribusi pelayanan TPA. Pekerjaan distribusi pelayanan sampah
memerlukan perhatian serius, karena itu diperlukan perencanaan peralatan dan
pelaksanaan yang cermat. Selain lokasi TPA harus jauh dari keramaian kota dan dapat
dipergunakan dalam jangka waktu lama, TPA juga harus memiliki akses yang baik sehingga
pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menjadi lebih efisien. Berikut merupakan tingkat
aksesibilitas TPA di Kabupaten Wonogiri:
Halaman II . 29
5. Sistem Pengelolaan Sampah
Rencana sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Kabupaten Wonogiri dengan
3 (tiga) model pengelolaan sampah, yaitu:
a. Sistem on site
Sistem ini masih dipertahankan khususnya bagi daerah yang masih bersifat pedesaan,
yaitu dengan ditimbun atau dibakar di pekarangan rumah.
b. Sistem off site
Yaitu sistem pengelolaan sampah secara bertahap melalui pos-pos pembuangan,
mulai dari tong sampah, TPS dan dilanjutkan ke TPA.
c. Sistem campuran
Sistem ini diterapkan dalam kaitannya dengan adanya kegiatan industri di Kabupaten
Wonogiri, di mana untuk limbah padat industri sebelum dibuang ke TPA, perlu adanya
seleksi atau treatment agar tidak mencemari lingkungan.
Sumber : Hasil Analisis Jaringan Jalan – Studio PPW 2017
 C.3.7 I Sistim
Drainase dan Irigasi
Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan
adalah pembangunan sistem drainase primer, sekunder dan tersier
yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten,
dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada,
baik sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi
sebagai saluran pembuang utama.
Secara teknis sistem drainase berfungsi untuk menampung dan
mengalirkan air limpahan yang tidak terserap di dalam tanah (run
off). Besar kecilnya drainase permukaan sangat dipengaruhi oleh
kemiringan tanah dan jenis vegetasi penutup tanah. Jaringan
drainase di Kabupaten Wonogiri dikembangkan dengan sistem
jaringan terbuka dan sistem jaringan tertutup. Sistem jaringan
terbuka dilakukan untuk pematusan air hujan, sedangkan sistem
jaringan tertutup dilakukan untuk pematusan air kotor. Secara
umum seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri memiliki drainase
yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri tidak
terdapat daerah genangan.
Halaman II . 30
Peta Kondisi Drainase Wilayah
Kabupaten Wonogiri
Sumber : RTRW Kabupaten Woogiri
Kondisi drainase alami baik, bebas genangan
Drainase alami kurang baik, cukup rawan genangan
Drainase alami kondisi buruk, rawan genangan
Rencana jaringan drainase primer (sungai)
Rencana jaringan drainase sekunder
Rencana jaringan drainase tersier
Drainase Wilayah Kabupaten Wonogiri
Jaringan Drainase Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan
adalah pembangunan sistem drainase primer, sekunder dan tersier
yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten,
dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada,
baik sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi
sebagai saluran pembuang utama.
Secara teknis sistem drainase berfungsi untuk menampung dan
mengalirkan air limpasan yang tidak terserap di dalam tanah (run
off). Besar kecilnya drainase permukaan sangat dipengaruhi oleh
kemiringan tanah dan jenis vegetasi penutup tanah. Jaringan
drainase di Kabupaten Wonogiri dikembangkan dengan sistem
jaringan terbuka dan sistem jaringan tertutup. Sistem jaringan
terbuka dilakukan untuk pematusan air hujan, sedangkan sistem
jaringan tertutup dilakukan untuk pematusan air kotor. Secara
umum seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri memiliki drainase
yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri tidak
terdapat daerah genangan.
Halaman II . 31
Jaringan Irigasi Irigasi primer mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan
kelestarian fungsi sungai. Lokasi Irigasi primer pada Kabupaten
Wonogiri terletak di Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng,
Sungai Jlantah, Sungai Walikan, Sungai Brambang, Sungai Samin,
Sungai Ranjing, Sungai Langsur, Sungai Buntung, dan Sungai Siluwur.
Kabupaten Wonogiri mempunyai 19 Daerah Aliran Sungai (DAS),
diantaranya: DAS Alang Ngunggahan, Amblo, Dengkeng,
Durensewu, Gandingan, Gempeng, Kali Madiun, Keduang,
Kedungguling, Kepuh, Krawang, Mento, Pondok, Sambirejo,Selo
Hulu, temon, Walikan, Wiroko dan Wuryantoro. Berikut ini
merupakan gambar Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten
Wonogiri.
Kabupaten Wonogiri mempunyai Daerah Irigasi 392 DI dengan luas
total daerah yang terairi 30.572 Ha, yang terletak di 11 (sebelas)
Kecamatan, yaitu: Kecamatan Eromoko 3,0%, Wuryantoro 7,3%,
Manyaran 3,2%, Selogiri 10,9%, Wonogiri 11,8%, Sidoharjo 14,5%,
Jatipurno 5,9%, Girimarto 22,5%, Puhpelem 6,1%, Tirtomoyo 4,7%
dan Pracimantoro 10,2%.
Jumlah daerah irigasi yang merupakan kewenangan Kabupaten
Wonogiri sebanyak 442, jumlah P3A yang sudah terbentuk 49
diantaranya sudah berkembang sementara yang lainnya masih
dalam kategori belum dan sedang berkembang. Kondisi infrastruktur
pengairan yang masih kurang kuantitas dan kualitasnya, akan
berpengaruh terhadap produktivitas lahan, dan akhirnya
berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.
Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pusat sebanyak satu DI seluas + 439
ha berada di Kecamatan Selogiri. Daerah irigasi kewenangan Provinsi
sebanyak 3 DI seluas + 934 ha berada di Kecamatan Wonogiri,
Ngadirojo, dan Girimarto. Daerah irigasi kewenangan Kabupaten
Wonogiri sebanyak 392 DI seluas + 30.572 ha berada di seluruh
kecamatan, jumlah P3A yang sudah terbentuk 49 diantaranya sudah
berkembang sementara yang lainnya masih dalam kategori belum
dan sedang berkembang. Kondisi fisik jaringan dan bangunan irigasi
pada umumnya rawan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh
bencana alam, sementara kemampuan petani untuk melakukan
pemeliharaan jaringan irigasi relatif masih kurang sebagai
konsekuensi dari sistem irigasi kecil dan pola pemanfaatan air yang
monokultur untuk usaha tani sawah.
Halaman II . 32
Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Wonogiri
Sumber : Observasi lapangan 2017
Permasalahan utama dalam pembangunan pertanian tanaman
pangan khususnya padi adalah penyediaan air irigasi. Kenyataan
yang ada bahwa kualitas sumberdaya baik sumberdaya manusia
yaitu petani dan aparat pemerintah daerah pada umumnya masih
perlu mendapat perhatian secara khusus sehingga mempengaruhi
kemampuan dalam mengelola sumber daya air. Di lain pihak kondisi
infrastruktur pengairan mengalami penurunan kuantitas dan
kualitasnya, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan,
dan akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Kondisi
geografis wilayah Wonogiri topografinya berbukit hingga
bergunung, hal ini memerlukan biaya pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur pengairan yang besar.
Aktivitas pertanian pada wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan
pertanian lahan basah dan kering, dengan pengelolaan sawah
diusahakan dengan irigasi setengah teknis, sederhana dan teknis.
Sedangkan sumber yang digunakan untuk irigasi menggunakan air
dari mata air. Untuk pengelolaan irigasi dilaksanakan oleh
masyarakat dan pemerintah. Penyediaan air irigasi bagi pertanian
rakyat ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam
rangka meningkatkan produksi pertanian yang maksimal.
Analisis Jaringan
Irigasi Wonogiri
Halaman II . 33
Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air untuk irigasi.
Hak guna air untuk irigasi diberikan terutama hanya untuk kepentingan pertanian, dengan
tetap memperhatikan kepentingan lainnya berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air
pada daerah pelayanan tertentu.
Daerah Irigasi Kabupaten Wonogiri meliputi seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri yang
termasuk dalam kategori Daerah Irigasi Besar, yaitu : Daerah Irigasi Krisak, Daerah Irigasi
Beton, Daerah Irigasi Balong, Daerah Irigasi Temon, Daerah Irigasi Sugihan, dan Daerah
Irigasi Colo Barat, yang tidak dibatasi wilayah administrasi. Luas keseluruhan ketujuh Daerah
Irigasi ini sekitar 4.400 Ha Kondisi geografis wilayah Wonogiri topografinya berbukit hingga
bergunung, hal ini memerlukan biaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur
pengairan yang besar. Kondisi bangunan irigasi yang ada pada wilayah yang berbukit
sebagian besar dalam kondisi rusak karena kurangnya perawatan terhadap bangunan yang
ada, untuk lebih jelas mengenai kondisi jaringan irigasi Kabupaten Wonogiri dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Kondisi Jaringan Irigasi Tersier Kabupaten Wonogiri
Sumber : Data Sekunder
Kondisi Jaringan Irigasi Tersier Kabupaten Wonogiri
Sumber : Data Sekunder
Halaman II . 34
 C.3.8 I Air Bersih
Gambaran Umum
Daerah Wonogiri memiliki kondisi hidrologi yang beragam, mulai
dari daerah yang subur dan mempunyi sumber air yang baik, hingga
daerah yang sama sekali tidak memiliki sumber air. Daerah dengan
sumber air yang baik rata-rata berada di bagian utara dan di bagian
selatan merupakan daerah rawan bencana kekeringan. Ada 7
kecamatan yang termasuk dalam kategori rawan kekeringan yaitu:
Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno,
Manyaran, dan Eromoko yang menyebar di 41 desa kelurahan.
Sedangkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonogiri
pengembangan sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan sistem
Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH) di rencanakan pada
kawasan rawan kekeringan meliputi: Kecamatan Pracimantoro;
Kecamatan Giritontro; Kecamatan Paranggupito; Kecamatan
Giriwoyo; Kecamatan Eromoko; Kecamatan Wuryantoro;
Kecamatan Manyaran; Kecamatan Nguntoronadi; dan Kecamatan
Batuwarno. Menurut data Pemkab Wonogiri, 71 desa di Wonogiri
masuk kategori sanitasi beresiko tinggi, 170 desa kategori sanitasi
beresiko sedang dan 53 desa beresiko sanitasi rendah.
Masyarakat Kabupaten Wonogiri memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan berbagai
sumber yang memungkinkan untuk mereka akses diantaranya adalah:
a. PDAM (sambungan rumah / SR)
b. Air Permukaan (AP)
c. Perlindungan Mata Air (PMA) atau mata air terlindungi
d. Sumur Pompa Tangan (SPT)
e. Sumur Gali (SGL)
f. Sumur Bor (arteis)
g. Penampungan Air Hujan (PAH).
PDAM
11%
AP
2%
PMA
28%
SPT
12%
SGL
25%
S.Bor
7%
PAH
5%
Non Akses
10%
Proporsi Pemakaian Sarana Air Bersih
Sumber : Buku Putih Sanitasi 2013 Sumber : Analisis
Halaman II . 35
Waduk GAJAH
MUNGKUR sebagai
sumber air baku
Keberadaan Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Kabupaten Wonogiri
memang berpengaruh terhadap supply pemenuhan air bersih bagi
masyarakat. Air Baku tersebut sebagai sumber untuk jaringan SPAM
Regional Wosusokas (Wonogiri, Sukoharjo, Solo, Karanganyar,
Sragen).
Pemanfaatan air WGM bagi masyarakat Wonogiri melalui
Perusahaan Daerah Air Minum Giri Tirta Sari (PDAM GTS). PDAM
GTS Wonogiri mengakui ketercukupan air baku yang dimiliki selama
ini belum maksimal sehingga berakibat pasokan tidak lancar,
khususnya di awal musim penghujan. Pasalnya, air baku akan keruh
dan membutuhkan waktu tiga hari untuk menjernihkan kembali.
Dia mengatakan air baku bagi pelanggan PDAM dicukupi dengan
sistem interkoneksi dari sumber air Kurya, Kabupaten Karanganyar
dan air Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri.
Jangkauan
Pelayanan Air
Bersih
Jangkauan pelayanan air bersih baik yang digunakan oleh
masyarakat Kabupaten Wonogiri untuk memenuhi kebutuhan air
bersihnya rata-rata menggunakan mata air terlindungi dan sumur.
Sebagian kecil menggunakan air permukaan dan Penampungan air
hujan. Penduduk yang belum memiliki akses air bersih atau belum
terlayani mencapai 10% dari jumlah penduduk yang ada.
Jumlah Jangkauan Layanan Air Bersih Kabupaten Wonogiri
Sumber : PDAM Giri Tirta Sari Wonogiri, Data Survey Sanitarian Dinkes Kab. Wonogiri
Tahun 2012, Hasil Olah Data Pokja Sanitasi Kab. Wonogiri 2015
Halaman II . 36
,0
10000,0
20000,0
30000,0
40000,0
50000,0
60000,0
70000,0
1.Wonogiri
2.Sidoharjo
3.Pracimantoro
4.Selogiri
5.Wuryantoro
6.Ngadirojo
7.Girimarto
8.Giritontro
9.Giriwoyo
10.Eromoko
11.Jatisrono
12.Batuwarno
13.Manyaran
14.Slogohimo
15.Purwantoro
16.Paranggupito
17.Baturetno
18.Jatipurno
19.Tirtomoyo
20.Nguntoronadi
21.Jatiroto
22.Kismantoro
23.Bulukerto
24.Karangtengah
25.Puhpelem
Jangkauan layanan air bersih
PDAM Non PDAM Pop tak terlayani
,0
5000,0
10000,0
15000,0
20000,0
25000,0
30000,0
35000,0
40000,0
45000,0
50000,0
1.Wonogiri
2.Sidoharjo
3.Pracimantoro
4.Selogiri
5.Wuryantoro
6.Ngadirojo
7.Girimarto
8.Giritontro
9.Giriwoyo
10.Eromoko
11.Jatisrono
12.Batuwarno
13.Manyaran
14.Slogohimo
15.Purwantoro
16.Paranggupito
17.Baturetno
18.Jatipurno
19.Tirtomoyo
20.Nguntoronadi
21.Jatiroto
22.Kismantoro
23.Bulukerto
24.Karangtengah
25.Puhpelem
Sumber Air Bersih Non PDAM
AP PMA SPT SGL S.Bor PAH
Peta Desa Dengan Resiko Sanitasi Tinggi
Sumber : RTRW Kabupaten Wonogiri
Halaman II . 37
PDAM
Giri Tirta Sari
Pemenuhan air bersih dengan Jaringan Perpipaan terlindungi yang
ada di Kabupaten Wonogiri dikelola oleh PDAM Giri Tirta Sari.
Namun ada juga yang dikelola oleh masyakat dengan sistem PAM
Komunal yang bersumber dari sumur bor.
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hampir sebagaian besar
wilayah kabuapten wonogiri termasuk kedalam kategori daerah
rawan sanitasi. Hal ini dikarenakan sulitnya aksesibilitas terhadap air
bersih, pada peta tersebut digambarkan dengan symbol berwarna
merah.
Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten
WonogiriSumber : PDAM Giri Tirta Sari Wonogiri
Halaman II . 38
D I Karakteristik
Demografi
 Jumlah Penduduk
laki-laki lebih
banyak dikarenakan
bekerja diluar
daerah
 Konsentrasi
penduduk terfokus
pada 5 kecamatan
Penduduk Wonogiri pada tahun 2015 tercatat 949.017 jiwa, dengan
komposisi, 461.307 laki-laki dan 487.710 perempuan. Jumlah ini
meningkat dari tahun 2014 dengan laju pertumbuhan penduduk
0,35 persen. Sex ratio (rasio jenis kelamin) sebesar 94,59%
mengartikan bahwa pada tahun 2015 untuk setiap 100 penduduk
perempuan di Kabupaten Wonogiri terdapat 94 penduduk laki-laki.
Besaran sex rasio yang lebih kecil dari 100 ini berhubungan dengan
pola migrasi Wonogiri sebagai pengirim migran, dimana penduduk
laki-laki lebih banyak yang merantau ke luar wilayah.
Kepadatan penduduk Kabupaten Wonogiri Pada tahun 2015 adalah
521 jiwa/km2
dengan penyebaran penduduk yang tidak merata di
setiap kecamatan. Berdasarkan gambar 1, masih tampak bahwa
penyebaran penduduk masih mengelompok di beberapa
kecamatan. Kecamatan Jatisrono merupakan daerah dengan tingkat
kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1.148 jiwa per km2, sedangkan
tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat pada Kecamatan
Paranggupito yang hanya 259 jiwa per km2.
Sumber : Analisis 2017
Dominasi Pusat Aktifitas Berdasarkan
Kepadatan Penduduk Tiap Desa
 Wonogiri
 Selogiri
 Jatisrono
 Slogohimo
 Baturetno
Pusat aktifitas yang
dipengaruhi Kecamtan
Wonogiri sebagai ibu kota
Kabupaten
Pusat aktifitas terfokus pada
kecamatan Baturetno, yang
cenderung dilatarbelakangi
faktor historis
Pusat aktifitas yang berpusat pada
Kecamtan Jatisrono dan Slogohimo,
Sebagai titik henti, antara Wonogiri
dan Kabupaten Tetangga
Halaman II . 39
Berdasarkan ilustrasi kerenel density diatas tampak bahwa
penyebaran penduduk masih mengelompok di beberapa
kecamatan, tepatnya di kecamatan Wonogiri, Jatisrono dan
Baturetno, dengan persentase penduduk tertinggi yaitu 8,44 %,
sedangkan persentas penduduk terendah terdapat pada Kecamatan
Paranggupito yang hanya 1,77 %.
Sebaran Penduduk
 Relatif terpusat
pada beberapa
pusat aktiftas
Struktur penduduk Wonogiri berdasarkan data BPS tahun 2015
menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja (umur 15-64 tahun)
cukup tinggi, yaitu sebesar 753.854 orang. Jumlah angkatan kerja
sebanyak 521.058 orang dimana 505.043 orang diataranya bekerja
disektor usaha, sisanya 16.015 orang masih menganggur. Sehingga
tingkat pengangguran rata-rata wonogiri sebesar 3,07 %.
Sturktur Penduduk
 Piramida
penduduk dan
Angkatan Kerja
80000 60000 40000 20000
Diagram Piramida Penduduk Berdasarkan Usia pada Tahun 2015
Sumber : Analisis data BPS 2016
Jika dilihat dari usia penduduk, jumlah penduduk produktif (umur
15-64 tahun) di suatu wilayah sangat menentukan rasio
ketergantungan penduduk di wilayah tersebut. Rasio
ketergantungan menggambarkan beban tanggungan ekonomi
kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) terhadap kelompok
usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas).
Besar kecilnya rasio ketergantungan mempengarui tingkat
keberhasilan pembangunan disuatu wilayah. Semakin besar rasio
ketergantungan maka semakin sedikit penduduk usia produktif yang
berpartisipasi dalam pembangunan.
Halaman II . 40
Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kabupaten Wonogiri
Sumber : Analisis data BPS 2016
Jika dilihat tingkat produktifitas penduduk kabupaten Wonogiri
melalui komparasi jumlah penduduk usia kerja teradap penduduk
yang bekerja disimpulkan bahwa, untuk usia diats 25 tahun jumlah
penduduk usia kerja yang bekerja mencapai 70% (cukup produktif)
Produktifitas
Penduduk Usia
Kerja (PUK)
Jumlah Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja Terhadap PUK
Menurut Kelompok Umur 2015
Sumber : Analisis data BPS 2016
Selain itu jika dilihat dari komposisi penduduk usia kerja antara
wilayah perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Wonogiri, dapat
disimpulkan bahwa baik diwilayah perkotaan maupun perdesaan
jumlah pekerja diatas 15 s/d 54 hampir berimbang, sementara
diwilayah perdesaan yang notabene adalah berbasis pertanian yang
merupakan sektor unggulan Wonogiri pekerja didominasi oleh usia
diata 55 tahun.
Persentase Penduduk Usia Kerja berdasarkan Kelompok Umur di Daerah
Perkotaan dan Perdeasan, tahun 2015
Sumber : Analisis data BPS 2016
Halaman II . 41
Meliputi daerah Wonogiri bagian selatan [ sebagian daerah ini telah
tenggelam ke dalam genangan waduk gajah mungkur ]. Masyarakat
Sembuyan ini memiliki karakter sebagai KUTUK KALUNG KENDHO.
Masyarakat di Sembuyan ini, lebih bersifat penurut, mudah
diperintah pimpinan atau bersifat masyarakat PATERNALISTIK.
Karena itu, ketika pemerintah Orde Baru membangun waduk gajah
mungkur seluas 8.800 ha yang menenggelamkan 51 desa di 7
wilayah kecamatan serta harus memindahkan 60 ribu jiwa
penduduknya, hampir tak menemui kendala yang cukup berarti.
Daerah
SEMBUYAN
Wilayah ini meliputi kali wiroko dan sekitanya atau berada di bagian
tenggara wilayah Kabupaten Wonogiri atau tepatnya di wilayah
kecamatan Tirttomoyo dan sekitarnya. Masyarakat Wiroko ini
memiliki karakteristik sebagai KETHEK SERANGGON. Seperti
layaknya kera, suka hidup bergerombol. Tapi memiliki sfat sulit
diatur, mudah tersinggung dan agak longgar dalam tata krama sopan
santun. Jika didekati mereka adakalanya bersifat kurang mau
menghargai, tetapi jika dijauhi mereka sakit hati. Orang jawa
mengatakan mereka itu lebih bersifat masyarakat yang gampang-
gampang angel [gampang-gampang sulit].
Daerah
WIROKO
Meliputi daerah Wonogiri bagian timur. Karakter masyarakatnya
dikenal sebagai LEMAH BANG GINEBLEGAN. Yakni bagai tanah liat
yang bisa menjadi padat jika ditepuk-tepuk. Masyarakat ini suka
berfoya-foya, boros dan agak sulit untuk diperintah. Tapi bagi
pemimpin yang mampu memahmi sifat dan karakteristik mereka,
ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, sebenarnya
mereka akan menjadi mudah diarahkan demi tujuan positif.
Daerah
KEDUWANG
E I Lima Karakter
Masyarakat Wonogiri
Daerah
NGARLOH
Seperti diketahui dalam data sejarah, Mangkunegara I dalam
mengendalikan kerajaanya membagi sifat penduduk daerah
Wonogiri menjadi 5 daerah karakter. Meliputi antara lain sebagai
berikut:
Wilayah Wonogiri bagian utara, diantaranya mencakup wilayah
kecamatan Selogiri, memiliki karakteristik BANDOL NGROMPOL.
Artinya sifat masyarakat di Nglaroh ini pada umumnya kuat rokhani
dan jasmani, memiliki sifat bergerombol. Sifat mereka ini sangat
positif dalam kaitan menggalang kesatuan dan persatuan. Mereka
juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan yang
jika mampu memanfaatkan potensi masyarakat Nglaroh ini, akan
menjadi semacam kekuatan dasar yang kuat demi perjuangan.
Halaman II . 42
Mencakup wilayah Wonogiri bagian timur laut, yang sebagian
diantaranya kini telah masuk wilayah kabupaten Karanganyar,
masyarakat Honggobayan memiliki sifat layaknya ASU GALAK ORA
NYATHEK. Ibarat anjing galak [ suka menggonggong ] tapi tidak
menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya,
masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras bahkan
menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, sehingga
ada kesan , mereka sepintas memang menakutkan. Namun demikian
sebenarnya mereka baik hati. Perintah apapun dari pemimpinannya
akan dikerjakan dengan baik.
stakeholder yang terlibat dalam sebuah aktifitas berbeda tergantung
pada konteksnya. Di Kabupaten Wonogiri, stakeholder yang terlibat
secara makro dalam mendukung percepatan pembangunan,
terutama pada setor pertanian, perkebunan, dan peternakan
adalah, terdiri dari berbagai elemen.
Daerah
HONGGOBAYAN
PERTAMA : Birokrasi (eksekutif) dalam hal ini instansi-instrasi terkait yang terlibat baik
langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan petanian, perkebunan, dan perternakan
seperti Bappeda, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultural, Dinas Perindustrian,
Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan, Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Badan Pemberdayaan
Masyarakat Desa. Instansi pemerintah ini sebagai stakeholder yang dilibatkan dalam
memberikan support baik kebijakan, strategi dan anggaran dalam peningkatan dan
percepatan pembangunan.
KEDUA : Anggota legislative sebagai kelompok stakeholder yang mempunyai peranan dalam
mendukung dalam pelaksanaan anggran dan legitimasi.
KETIGA : Pengusaha (investor) dan dunia usaha sebagai kelompok stakeholder yang dalam
peranannya dapat memberi dukungan berupa investasi dan modal serta peluang tenaga kerja.
KEEMPAT : Organisasi sosial masyarakat sebagai kelompok yang memperjuangkan aspirasi
marginal dan kontrol sosial terhadap permasalahan/ isu-isu sosial terkait pertanian,
peternakan, dan perkebunan.
KELIMA : Masyarakat sebagai kelompok social subjek/penggerak kegiatan yang secara
langsung menjadi faktor penentu kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan dapat
berjalan. Dan keenam, perguruan tinggi yaitu kelompok yang terlibat dalam memberikan
dukungan terhadap peningkatan profibilitas pertanian berdasarkan hasil penelitian mereka.
Peran masing-masing stakholder dalam bentuk aktifitas/kegiatan dapat dilihat pada lampiran.
F I Stakeholder
M A M P I N G
Halaman II . 41
 Analisis
S T A K E H O L D E R
Berdasarkan identifikasi pemangku kepentingan di atas, selanjutnya
dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan dari
masing-masing stakeholder. Analisis dilakukan terhadap
stakeholder-stakeholder, dengan menilai pengaruh kegiatan-
kegiatannya terhadap peningkatan komuditas baik pertanian,
peternakan, dan perkebunan. Dari hasil analisis terhadap beberapa
variable pengukur realisasi kegiatan diperoleh bahwa pengaruh
stakeholder dalam mendukung percepatan pembangunan dari
sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan masih lemah.
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik perencanaan,
penganggran, pelaksanaan, dan lain-lain relative masih rendah. Hal
ini dapat dilihat pada diagram venn diatas, dimana peran secara
umum untuk kegiatan pertanian, peternakan, dan perkebunan
dipengaruhi langsung oleh instansi teknis, dan dalam mendukung
peningkatan yang membutuhkan koordinasi dengan dinas lain
seperti Dinas PU, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas
Penanam Modal, dan lembaga-lembaga terkait yang mampu
memberi dukungan percepatan pembangunan belum terkoordinir
secara baik. Peran masyarakat sebagai petani/peternak memberikan
pengaruh yang sangat kecil begitu juga peran kelompok tani,
gabungan kelompok tani, koperasi, produsen benis, pedagang
saprotan, dan buruh tani dalam kegiatan on farm, pengaruhnya
sangat kecil. Pengaruh dalam mendukung kegiatan off farm juga
masih rendah yang di dukung oleh BUMDES, indutri pengolahan,
pengepul, pasar desa, pasar kecamatan, dan eksportir.
Selanjutnya, dari gambaran secara makro keterlibatan pemangku
kepentingan yang ada, perlu dilakukan juga analisis terkait
pemangku kepentingan secara mikro yang terlibat dalam
pengembangan komuditas-komuditas unggulan di Wonogiri,
sebagaimana diketahui bahwa semakin spesifik peran pemangku
kepentingan itu di petakan maka akan semakin berbeda-beda pula
peranan dan keterlibatannya. Oleh karena itu, sub bab berikut akan
menganalisis stakeholder sesuai dengan masing-masing komuditas
yang telah di tentukan sebagai komuditas unggulan di Kabupaten
Wonogiri.
Diagram Hubungan dan Jaringan antar Stakeholder
Sumber : Analisis, 2017
Lembaga
Keuangan
Lembaga
Akadmis
L.S.M
Bapermasdes
Bumdes
GAPOKTAN
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan HoltikulturaBAPPEDA
Dinas
Peternakan,
Perikanan dan
Kelautan
Kelompok
Tani
Petani/
Peternak
Buruh
Tani
Pedagang
Saprotan
Koperasi Produsen
Benih
Industri
Pengolahan
Pengepul
Pasar
Desa
Pasar
Kecamatan
Eksportir
Dinas PerindustrianDinas P.UDinas
Penanaman
Modal
Dinas Tenaga
Kerja dan
TransmigrasiDPRD
Halaman II . 42
 STAKEHOLDER
M A P P I N G
Berdasarkan
Komoditas Unggulan
dan Komoditas
Andalan Kabupaten
Wonogiri
Stakeholder memiliki peran yang sangat penting dalam rangka
pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri. Hasil analisa
intrawilayah menunjukan bahwa pertanian merupakan sektor basis
utama yang menopang perekonomian di Kabupaten Wonogiri yang
dapat dikategorikan sebagai : 1) komoditas unggulan (sapi, mete,
cengkeh dan ubi kayu); 2) komoditas andalan (padi, jagung, kakao
dan kambing) dan 3) komoditas potensial (kacang tanah, jamus,
kacang merah, aggrek, biofarmaka, cabe jamu, janggelan, kapas,
kelapa deres, dan ayam kampung).
 KOMODITI
METE
Dari hasil analisis, pengaruh stakeholder di Komuditas Mete masih
lemah. Meski demikian, stakeholder yang terlbibat dalam
pengelolaan dan peningkatan kualitas mete umumnya sudah
memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menjalankan aktivitas,
namun dengan intensitas kegiatan yang rendah.
Jika dilihat pada diagram venn, pola hubungan antar stakeholder
secara umum sudah memiliki keterkaitan. Stakeholder yang
berengaruh besar dalam peningkatan produktivitas mete (1) petani
mete; (2) pengepul biji mete dan pengrajin mete; (3) adalah PPL;
industri olahan mete di luar Wonogiri; dan industri CNSL. (4)
Bappeda, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikulturan,
pengepul kulit, agen/took mete, dan idustri tahu; (5) Industri obat
pertanian, perkebunan mete luar wonogiri, produsen bibit,
pedagang seprotan, dan peternak.
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Mete
Sumber : Analisis, 2017
Industri
Tahu
Industri
CNSL
Industri obat
pertanian
Agen /
Toko Mete
Industri
olahan Mete
Luar Wonogiri
Pengepul Biji
Mete
Pengrajin Biji
Mete
Pengepul kulit
Mete
Perkebunan
Mete luar
Wonogiri
Petani METE
Peternak
P P L
Dinas
Pertanian,
Tanaman
Pangan dan
Hotikultural
BAPPEDA
Pedagang
SaprotanProdusen
Bibit
KOMODITAS UNGGULAN
Halaman II . 43
 KOMODITI
UBI KAYU
Sama halnya dengan Komoditi Mete, hasil analisis didapati pengaruh
stakeholder di Komuditas Ubi Kayu masih lemah. Meski demikian,
stakeholder yang terlbibat dalam pengelolaan dan peningkatan
kualitas ubi kayu sudah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam
menjalankan aktivitas, namun dengan intensitas kegiatan yang
rendah.
Stakeholder yang memiliki pengaruh dalam meningkatkan
produktivitas dan profibilitas ubi kayu adalah (1) petani ubi kayu; (2)
kelompok tani dan GAPOKTAN yang berperan sebagai wadah bagi
petani dalam mengembangkan usaha; (3) Penyuluh Pertanian
Lapangan yang berperan dalalm memberikan penyuluhan; (4)
pengrajin yang berperan dalam mengolah ubi kayu agar meminiki
nilai tambah; (5) Dinas pertaniann, tanaman pangan, dan
holtikultura, berperan dalam mengakomodir kegiatan petani ubi
kayu secara substansi dan penganggaran kegiatan, perdagangan
pupuk berperan menyediakan pupuk bagi petani, dan Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan UMKM yang berperan dalam
mendukung alat pertanian skala UMKM, pengadaan pameran, dll;
(7) Bappeda berperan dalam mengakomodir kegiatan SKPD teknis,
dan (8) adalah Balai Penyuluh Pertanian tingkat kecamatan berperan
dalam melakukan penyuluhan tingkat kecamatan, mengakomodir
PPL, dan menyediakan informasi pasar, teknologi, kepada petani di
tingkat kecamatan, lembaga akademis berperan dalam melakukan
penelitian untuk meningkatkan produktivitas ubi kayu, pedagang
pupuk berperan dalam menyediaka pupuk bagi petani, pengepul,
dan tenaga kerja upahan.
Petani UBI KAYU
Kelompok Tani
GAPOKTAN
PPL
BPP
Pedagang
Pupuk
Tanker
upahan
Pengepul
Pengrajin
Dinas Pertanian,
Tanaman
Pangan dan
Holtikultura
BAPPEDA
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan
dan UMKM
Lembaga
Akademis
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Ubi Kayu
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 44
 KOMODITI
CENGKEH
Peran stakeholder dalam pengembangan komoditas cengkeh di
Wonogiri juga masih lemah. Hal ini dilihat dari Intensitas peran
stakeholder terhadap kegiatan yang masih rendah.
Pola hubungan antar stakeholder secara umum dalam
pegembangan komoditas cengkeh adalah (1) Petani cengkeh
memiliki pengaruh paling besar; (2) Industri rokok yang berperan
membantu menyediakan benih bagi petani dan membeli cengkeh
dari petani; (3) PPL, Bappeda dan Dinas Pertanian, Pangan &
Hortikultura memiliki pengaruh yang sama, dimana PPL berperan
dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani cengkeh
sedangkan Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura berperan
dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan cengkeh
serta Bappeda dalam menyusun perencanaan pembangunan
pertanian secara umum; (4) Industri minyak atsiri, industri herbal,
pengepul, eksportir, pedangang saprotan, produsen benih dan
Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia belum memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pengembanan komoditas cengkeh di Wonogiri.
Pedagang
Saprotan
Prodeusan
Benih
P P L
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan Holtikultura
BAPPEDA
PETANI CENGKEH
Industri Rokok di
Luar Wonogiri
Pengepul
Eksportir
Industri
Herbal Luar
Industri
Minyak astiri
Luar
APCI
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Cengkeh
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 45
 KOMODITI
S A P I
Peran stakeholder dalam pembangan komoditas sapi di Wonogiri
secara umum masih belum optimal. Dilapangan didapati masih
terdapat beberapa stakeholder yang belum menjalankan perannya
dalam mengangkat produktifitas peternakan sapi, sehingga berdaya
saing lebih.
Stakeholder yang memiliki pengaruh dalam meningkatka
produktivitas dan profibilitas sapi diidentifikasi (1) peternak sapi
meimiliki pengaruh paling besar; (2) BUMD yang berperan dalam
meningkatkan kesejahteraan petani ternak; (3) Pedagang Bakso,
stakeholder ini cukup berpengaruh dikarenakan kontribusinya
menambah nilai ekonomidari usaha bakso; (4) Petani Penyedia
pakan yang berperan dalam menyediakan pakan ternak, pedagang
local dan pengrajin yang berperan dalam meningkatkan nilai
ekonomi sapi; (5) industri pakan ternak beperan mensuply pakan
bagi petani ternak, Penyuluh Pertanian Lapangan yang berperan
dalalm memberikan penyuluhan, dan koperasi berperan dalam
menyediakan pelayanan bagi masyarakat tani; (6) kelompok tani
yang berperan dalam mendukung ativitas peternakan dan sebagai
media berbagi ilmu para peternak, pasar hewan yang berperan
mengakomodir tempat penjualan hewan; (7) perbankan, RPH,
pedagang dari luar wonogiri, pengrajin kulit, pengrajin wayang,
pedagang bakso, industri obat, dan took obat merupakan elemen
pendukung yang memiliki peran paling kecil.
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Sapi Potong
Sumber : Analisis, 2017
PERBANKAN
PETERNAK SAPI
Kelompok
Peternak
R P H
Penyedia
Pakan
Industri
Pakan
Ternak
Pedagang
Bahan
Bakso
PEDAGANG
BAKSO
Jagal
KecamatanPedagang
Lokal
Pengrajin
Pengrajin
Kulit Sapi
Pengrajin
Wayang
Pedagang
Luar
Wonogri
B U M P
P P L
Toko
Obat
Industri
Obat
Halaman II . 46
 KOMODITI
J A G U N G
Hasil observasi dan analisis menunjukkan peran stakholder pada
komoditi jagung masih belum optimal dan perlu ditingkatkan.
Pola hubungan antar stakeholder secara umum sudah memiliki
keterkaitan. Urutan pengaruh stakeholder dalam pegembangan
komoditas jagung berturut – turut sebagai berikut (1) Petani jagung
memiliki pengaruh paling besar; (2) Dinas Pertanian, Pangan dan
Hortikultura yang berperan dalam penyusunan regulasi dan program
pengembangan kakao; (3) PPL yang berperan dalam memberikan
kegiatan penyuluhan bagi petani jagung; (4) BPP, Bappeda, Poktan,
Gapoktan yang perannya masih kurang; (5) stakeholder yang paling
rendah pengaruhnya adalah pedagang saprotan, produsen benih,
buruh tani, pedagang kecil, peternak, pengepul, pedagang besar,
dan industri pakan ternak diluar wonogiri.
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Jagung
Sumber : Analisis, 2017
KOMODITAS ANDALAN
BAPPEDA
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan Holtikultura
GAPOKTAN
KELOMPOK
TANIP P L
B P P
Buruh
Tani
Produsen
Benih
Pedagang
Saprotan
Pengepul
Pedagang
Kecil
Peternak
Pedagang
Besar
Industri di
Luar
Wonogiri
PETANI JAGUNG
Halaman II . 47
 KOMODITI
K A K A O
Peran stakholder pada pengembangan komoditi Kakao juga masih
belum optimal. Pola hubungan antar stakeholder komoditas kakao
adalah (1) Petani kakao memiliki pengaruh paling besar; (2) PPL yang
berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani
kakao; (3) Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura yang berperan
dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan kakao; (4)
Koperasi dan Industri pengolahan di luar wonogiri, pengaruh kedua
stakeholder tersebut tidak terlalu besar dimana koperasi berperan
dalam akses modal bagi petani kakao sedangkan industri
pengolahan tidak terlibat langsung mengembangkan kakao di
wonogiri; (5) Bappeda dan Pengepul, dimana Bappeda tidak terlibat
secara langsung hanya sebatas menyusun perencanaan
pembangunan pertanian secara umum sedangkan pengepul hanya
membeli dan memasarkan biji kakao dari petani; (6) peternak,
pedagang saprotan, produsen benih dan lembaga akademis hanya
berfungsi sebagai elemen pendukung yang memiliki peran paling
kecil.
PETANI KAKAO
P P L
BAPPEDA
Produsen
Benih
Pedagang
Saprotan
Peternak
KOPERASI
Pengepul
Industri
Pengolahan
Luar Wonogiri
Eksportir
Lembaga
Akademis
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan Holtikultura
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Kakao
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 48
 KOMODITI
K A M B I N G
Dari hasil analisis, pengaruh stakeholder dalam pembangan
komoditas kambing di Wonogiri belum optimal. Meski demikian,
stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan peningkatan
kualitas kambing umumnya sudah memiliki keterkaitan satu sama
lain dalam menjalankan aktivitas, namun dengan intensitas kegiatan
yang rendah.
Pola hubungan antar stakeholder dalam pegembangan komoditas
kambing adalah (1) peternak kambing memiliki pengaruh paling
besar; (2) Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura yang berperan
dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan kakao; (3)
PPL yang berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi
petani kakao; (4) RPH yang berperan untuk mengolah dan
mendistribusikan daging kambing ke industri pengolahan; (5) Pasar
Ternak dan Blantik yang berperan dalam membeli dan distribusi
daging kambing ke RPH; (6) Bappeda yang berperan dalam
menyusun perencanaan pembangunan pertanian / peternakan
secara umum; (7) stakeholder yang paling rendah pengaruhnya
adalah industri olahan daging kambing di luar Wonogiri karena tidak
berdampak langsung terhadap pengembangan komoditas kambing
di Wonogiri
Dinas
Peternakan,
Perikanan dan
Kelautan
P P L
BAPPEDA
PETERNAK KAMBING
Belantik
Pasar
Ternak
R P H
Industri
Pengolahan
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Kambing
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 49
 KOMODITI
P A D I
Pengaruh stakeholder di Komuditas padi masih belum optimal.
belum semua stakeholder yang ada menjalankan peran
sebagaimana mestinya. Pola hubungan stakholder pada komoditi
Padi, dilihat dari besar pengaruh dalam meningkatkan produktivitas
dan profibilitas padi adalah (1) Dinas Pertanian, Tanaman Pangan
dan Holtikultural yang berperan dalam mengakomodir kegiatan
petani padi secara substansi dan penganggaran kegiatan; (2)
kelompok tani dan gabungan kelompok tani yang berperan sebagai
wadah bagi petani dalam mengembangkan usaha; (3) Petani yang
menjalankan aktivitas pertanian; (4) FMR yang berperan dalam
proses penggilingan, grading, dan penjualan beras; (5) Penyuluh
Pertanian Lapangan yang berperan dalalm memberikan penyuluhan;
(6) Pengepul yang berperan membeli hasil pertanian (padi) dan
mengolahnya untuk dijual; (7) Bappeda berperan dalam
mengakomodir kegiatan SKPD teknis, pedagang besar dan pedagang
kecil yang berperan dalam menjual beras, (8) pedagang saprotan
yang menyediaka saprotan, produsen benih yang menyediakan
benih, dan buruh tani yang membantu kegiatan pertanian.
upahan.
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan Holtikultura
GAPOKTAN
Kelompok Tani
Buruh
Tani
PETANI PADI
P P L
FORCE
MILLING
RICE
Produsen
Benih
Pedagang
Saprotan
Pengepul
Koperasi
TaniPedagang
Kecil
Pedagang
Besar
Bappeda
Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Padi
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 50
Dari stakeholder beberapa komuditas di atas, selanjutnya dilakukan
analisis terhadap stakeholder yang peranannya terus muncul dalam
pengembangan komidutas. Ini di lakukan dengan mengoverlay
stakeholder yang terlibat dalam komuditas-kommuditas. Dari hasil
diperoleh bahwa, kecenderungan stakeholder yang terlibat dalam
pengembangan pertanian, peternakan, dan perkebunan adalah:
 Hasil Analisis
STAKEHOLDER
M A P P I N G
1. Bappeda
2. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura
3. Balai Penyuluh Pertania
4. PPL
5. Koperasi
6. Petani
7. Kel Tani
8. Gapoktan
9. Tenaga kerja upahan/buruh tani
10. Pengrajin
11. Pengepul
12. Lembaga akademmis
13. Industri olahan luar wonogiri
14. Industri olahan
15. Eksportir
16. Pedagang Kecil
17. Pedangang besar
18. Pedagang saprotal
19. Produsen bibit
20. Peternak
Peran masing-masing stakeholder, dapat dilihat pada diagam venn
berikut dimana (1) peran Bappeda, Dinas Pertanian, tanaman
pangan dan holtikultural dan Penyuluh Pertanian Lapngan (PPL)
berpengaruh besar dalam meningkatkan produktivitas. Sedangkan
Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan (BPL) pengaruhnya kecil karena
lebih pada unsur koordinasi dengan PPL, peranan penyuluh lebih
besar pada PPL. (2) Pengaruh Petani/peternak besar dalam
melaksanakan aktivitas. Sedangkan pengaruh kelompok tani dan
gapoktan masik relative kecil karena belum semua komuditas
mengaktifkan kelompok tani dan gapoktan ini. Begitu juga dengan
buruh tani, pengaruhnya kecil, karena ia hanya berperan ketika
musim tanam dan panen. (3) Pedagang seprotan, Produsen Bibit
memberi pengaruh yang cukup besar dalam mendukung
produktivitas. (4) Pengepul perannya hampir ada di semua
komuditas sebagai pembeli hasil dan juga pengolah hasil, begitu pula
industri olahan dari luar Wonogiri, hampir semua komuditas di olah
juga di liar Wonogiri. (5) Eksportir memberi pengaruh kecil dimana
hanya beberapa komuditas yang menjadi sasaran pembelian dari
luar. (6) Koperasi, Pedagang Besar, Pedagang Kecil, dan Pengrajin
memberi pengaruh keci. (7) Lembaga akademis juga berpengaruh
kecil dalam meneliti potensi peningkatan komuditas di Kabupaten
Wonogiri.
Halaman II . 51
Perumusan isu spesifik dilakukan dengan melakukan analisis data
sekunder dan data primer yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan
analisis data kemudian memunculkan potensi dan permasalahan di
Kabupaten Wonogiri. Potensi dan permasalahan yang muncul
dikelompokkan menjadi kriteria tertentu yang kemudian
mengerucut pada dua isu penting yaitu rendahnya daya saing dan
lemahnya peran stakeholder yang pada akhirnya memunculkan isu
spesifik dimana pengelolaan sumber daya lokal di Kabupaten
Wonogiri kurang kompetitif. Pemetaan potensi dan permasalahan
dipergunakan sebagai langkah awal dalam menyusun strategi
pengembangan wilayah di Kabupaten Wonogiri.
Potensi yang terdapat di Kabupaten Wonogiri diharapkan bisa
menjadi sebuah pendorong bagi perkembangan wilayah di Wonogiri
sedangkan identifikasi permasalahan sebagai faktor penghambat
menjadi tantangan yang nantinya diupayakan untuk diselesaikan
dengan strategi tertentu.
G I Perumusan
I S U S P E S I F I K
Eksportir
BAPPEDA
Dinas Pertanian,
Tanaman Pangan
dan Holtikultura
BPP
P P L
GAPOKTAN
Kelompok
Tani
Buruh
Tani
PETANI / PETERNAK
Pedagang
Saprotan
Produsen
Bibit
PENGEPUL
KOPERASI
Industri
Olahan Luar
Wonogiri
Pedagang
Bear
Pedagang
Kecil Pengrajin
Lembaga
Akademis
Dominasi Stakeholder Antar Komoditi
Sumber : Analisis, 2017
Halaman II . 52
Perumusan isu spesifik dilakukan dengan menggunakan alat analisis
MIND MAPPING yang hasil analisisnya dapat digambarkan sebagai
berikut :
M I N D M A P P I N G
Potensi yang tersedia
Permasalahan
Sumber:Analisis2017
Halaman III . 1
Halaman III . 1
P . P . W
R E G I O N A L
P L A N N E R
URBAN AND REGIONAL PLANNING
DIPONEGORO UNIVERSITY
Analisis Komoditas Pengembangan Utama
Dalam rangka pembangunan ekonomi daerah, identifikasi potensi wilayah mutlak
diperlukan untuk menetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral maupun
secara multisektoral. Salah satu langkah identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan
melakukan analisis komoditas pengembangan utama sehingga komoditas dengan kriteria
unggulan dan andalan daerah. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki
keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di
daerah lain. Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya
yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya
saingya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru maupun barang substitusi.
Sedangkan komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat
dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki
keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu
tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain.
Analisis komoditas pengembangan utama dilakukan untuk efisiensi dan efektifitas
penggunaan energi dan sumber daya yang ada di Kabupaten Wonogiri. Analisis ini
diharapkan mampu memberikan arahan dan fokus perencanaan terhadap pengembangan
komoditas lokal yang memiliki peluang dan potensi tinggi untuk percepatan pembangunan
Kabupaten Wonogiri.
Analisis komoditas pengembangan utama dilakukan dengan terlebih dahulu mencermati
secara agregat potensi komoditas yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya
dilakukan analisis intra wilayah dengan memetakan komoditas yang memiliki peluang
untuk dikembangkan. Hasil dari survey dan observasi lapangan yang telah dilakukan
digunakan sebagai konfirmasi guna penggalian secara lebih mendalam mengenai
karakteristik komoditas yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Hasil cross check informasi
antara data primer dan data sekunder kemudian dianalisis dengan menggunakan skoring.
Analisis Komoditas Pengembangan Utama
Analisis Aktifitas Wilayah Makro
Analisis Mikro Wilayah Selatan
Perumusan Stratgei Pembangunan
Analisis Integrasi Antar Wilayah Mikro
Analisis Mikro Wilayah Utara
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Analisis regresi-sederhana1
Analisis regresi-sederhana1Analisis regresi-sederhana1
Analisis regresi-sederhana1Dyni Sunendi
 
Modul 07 Rich Picture
Modul 07 Rich PictureModul 07 Rich Picture
Modul 07 Rich PictureArif Rahman
 
Arsitektur produk
Arsitektur produkArsitektur produk
Arsitektur produktijar22
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasiyy rahmat
 
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)NajMah Usman
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiYousuf Kurniawan
 
Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksReza Mahendra
 
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSS
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSSPanduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSS
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSSMuliadin Forester
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianAhmad Tobroni
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &Ira Masykura
 
Contoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemContoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemyussiwi purwitasari
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4WSKT
 
Uji proporsi satu populasi dan dua populasi
Uji proporsi satu populasi dan dua populasiUji proporsi satu populasi dan dua populasi
Uji proporsi satu populasi dan dua populasiRosmaiyadi Snt
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Muhammad Ali Subkhan Candra
 

Was ist angesagt? (20)

Analisis regresi-sederhana1
Analisis regresi-sederhana1Analisis regresi-sederhana1
Analisis regresi-sederhana1
 
Modul 07 Rich Picture
Modul 07 Rich PictureModul 07 Rich Picture
Modul 07 Rich Picture
 
Arsitektur produk
Arsitektur produkArsitektur produk
Arsitektur produk
 
Riset operasi
Riset operasiRiset operasi
Riset operasi
 
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
Bab ii perhitungan dalam epidemiologi (part 2)
 
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
Minggu 9_Teknik Analisis KorelasiMinggu 9_Teknik Analisis Korelasi
Minggu 9_Teknik Analisis Korelasi
 
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasiSTATISTIKA-Regresi dan korelasi
STATISTIKA-Regresi dan korelasi
 
Minggu 5_Skala Pengukuran
Minggu 5_Skala PengukuranMinggu 5_Skala Pengukuran
Minggu 5_Skala Pengukuran
 
Pendugaan Parameter
Pendugaan ParameterPendugaan Parameter
Pendugaan Parameter
 
Contoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode SimpleksContoh soal Metode Simpleks
Contoh soal Metode Simpleks
 
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSS
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSSPanduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSS
Panduan Analisis Korelasi Berganda Dengan SPSS
 
Menghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitianMenghitung besar-sampel-penelitian
Menghitung besar-sampel-penelitian
 
Analisis Kriteria Investasi (Analisis Proyek BAB 3)
Analisis Kriteria Investasi (Analisis Proyek BAB 3)Analisis Kriteria Investasi (Analisis Proyek BAB 3)
Analisis Kriteria Investasi (Analisis Proyek BAB 3)
 
Metodologi penelitian, desain studi &
Metodologi penelitian, desain  studi &Metodologi penelitian, desain  studi &
Metodologi penelitian, desain studi &
 
Contoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistemContoh tugas besar pemodelan sistem
Contoh tugas besar pemodelan sistem
 
Acceptance sampling
Acceptance samplingAcceptance sampling
Acceptance sampling
 
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4struktur cangkang (sell structure) kel. 4
struktur cangkang (sell structure) kel. 4
 
Uji proporsi satu populasi dan dua populasi
Uji proporsi satu populasi dan dua populasiUji proporsi satu populasi dan dua populasi
Uji proporsi satu populasi dan dua populasi
 
Analisis biplot
Analisis biplotAnalisis biplot
Analisis biplot
 
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
Dasar dasar matematika teknik optimasi (matrix hessian)
 

Ähnlich wie Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)

STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRI
STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRISTUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRI
STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRILatifah Tio
 
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4aBab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4aLatifah Tio
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraLaras Kun Rahmanti Putri
 
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)Latifah Tio
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriKonsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriLatifah Tio
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...guestc91ada
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANAbuAnshori
 
Strategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota TegalStrategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegalinfosanitasi
 
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5Ade Fathurahman
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENEKPD
 
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdf
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdfc6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdf
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdfabysugara3
 
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016Septian Widyanto
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimyogieardhensa
 

Ähnlich wie Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio) (20)

STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRI
STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRISTUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRI
STUDIO PERENCANAAN KECAMATAN WONOGIRI
 
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4aBab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a
Bab i Proposal Teknis Studio Perencanaan Wonogiri Kelompok 4a
 
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. BanjarnegaraMelihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
Melihat Disparitas dari Indeks Williamson di Kab. Banjarnegara
 
Bab i bismillah sudah
Bab i bismillah sudahBab i bismillah sudah
Bab i bismillah sudah
 
Gd
GdGd
Gd
 
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
Rencana Pembangunan Kawasan Maroko Kab. Wonogiri (Laporan perwil 10 juli)
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan WonogiriKonsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
Konsep dan Skenario Perencanaan Kecamatan Wonogiri
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
 
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAANBab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
Bab 1 LAPORAN AKHIR STUDIO PROSES PERENCANAAN
 
Bab I proptek
Bab I proptekBab I proptek
Bab I proptek
 
Strategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota TegalStrategi Sanitasi Kota Tegal
Strategi Sanitasi Kota Tegal
 
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
UKBM Geografi Kelas 12 Semester 5
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Bab i
Bab i Bab i
Bab i
 
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCENLaporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
Laporan Akhir EKPD 2009 Papua - UNCEN
 
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdf
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdfc6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdf
c6917c1ad429482e2b7334e840c3adec.pdf
 
PPW_PAPER_DIY.pdf
PPW_PAPER_DIY.pdfPPW_PAPER_DIY.pdf
PPW_PAPER_DIY.pdf
 
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
Kajian Kawasan Strategis Cepat Tumbuh Kabupaten Sleman Tahun 2016
 
Pengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatimPengeluaran pemda jatim
Pengeluaran pemda jatim
 

Mehr von bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintbramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingbramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagerybramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utarabramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALIbramantiyo marjuki
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practicesbramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus Districtbramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesiabramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Managementbramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regenerationbramantiyo marjuki
 
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan YogyakartaPembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakartabramantiyo marjuki
 

Mehr von bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan YogyakartaPembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
Pembiayaan Infrastruktur Transportasi di Kawasan Perkotaan Yogyakarta
 

Kürzlich hochgeladen

bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbaiqtryz
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfIAARD/Bogor, Indonesia
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptAnggitBetaniaNugraha
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )RifkiAbrar2
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfssuser4743df
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...rofinaputri
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...TitinSolikhah2
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024SDNTANAHTINGGI09
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energiZulfiWahyudiAsyhaer1
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxMuhammadSatarKusumaS
 

Kürzlich hochgeladen (10)

bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampelbagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
bagian 2 pengujian hipotesis deskriptif 1 sampel
 
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdfe-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
e-Book Persepsi dan Adopsi-Rachmat Hendayana.pdf
 
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI pptMATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
MATERI IPA KELAS 9 SMP: BIOTEKNOLOGI ppt
 
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )Dana Setiawan   (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
Dana Setiawan (Paparan terkait Konstruksi Jalan )
 
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdfDampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
Dampak Bioteknologi di Bidang Pertanian.pdf
 
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
PPT KLONING (Domba Dolly), perkembangan kloning hewan, mekanisme kloning hewa...
 
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
Lampiran 4 _ Lembar Kerja Rencana Pengembangan Kompetensi DIri_Titin Solikhah...
 
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
Petunjuk Teknis Penggunaan Aplikasi OSNK 2024
 
tranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energitranformasi energi atau perubahan energi
tranformasi energi atau perubahan energi
 
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docxPERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
PERCOBAAN 3 Dissolved Oxygen-Kimia Lingkungan.docx
 

Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Planning Studio)

  • 1. Halaman I . 0 STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN KABUPATEN WONOGIRI [ L A P O R A N A K H I R ] E-mail : ppw2016@gmail.co.id
  • 3. Halaman I . 2 Bab 1 I P e n d a h u l u a n Bab 2 I Existensi Kabupaten Wonogiri I Analisis Sistim Aktifitas Unggulan Tujuan Perencanaan ................................................................................... IV. 1 Konsep Dasar Pengembangan Wilayah ....................................................... IV. 1 Konsep Peningkatan Peran Stakeholder ..................................................... IV. 4 Konsep Peningkatan Daya Saing ................................................................. IV. 9 Konsep Keterkaitan Antar Sektor ............................................................... IV. 23 Penetapan Skenario Pengembangan .......................................................... IV. 27 Bab 4 I Konsep dan Skenario Pengembangan Wilayah Penetapan Sasaran Pembangunan ............................................................. V. I Perumusan Strategi Pembangunan ............................................................. V. I Rencana Detail Pembangunan ..................................................................... V. 15 Bab 5 I Rencana Program Pembangunan Latar Belakang ............................................................................................ I. 3 T u j u a n ..................................................................................................... I. 4 Sasaran ....................................................................................................... I. 5 Ruang Lingkup .............................................................................................. I. 5 K e r a n g k a P i k i r ................................................................................ I. 6 Karakteristik Agregat Wonogiri ................................................................... II. 1 A. Wonogiri dalam Konstelasi Wilayah Sekitar ....................................................... II. 1 B. G e o g r a f i s .................................................................................................. II. 2 C. E k o n o m i ...................................................................................................... II. 2 D. D e m o g r a f i ................................................................................................. II. 6 Karakteristik Intra Wilayah .......................................................................... II. 10 A. Karakteristik Fisik Geografis.............................................................................. II. 10 B. Perekonomian Intra Wilayah............................................................................... II. 11 C. Sarana dan Prasarana ...................................................................................... II. 20 D. Karakteristik Demografi .................................................................................... II. 38 E. Lima Karakter Masyarakat Wonogiri .................................................................. II. 41 F. Stakeholder Mapping ........................................................................................ II. 42 G. Perumusan Isu Spesifik ..................................................................................... II. 51 Bab 3 Analisis Komoditas Pengembangan Utama .................................................. III. 1 Analisis Aktifitas Makro Wilayah .................................................................. III. 33 Analisis Mikro Wilayah Utara ....................................................................... III. 35 Analisis Mikro Wilayah Selatan .................................................................... III. 38 Analisis Integrasi Antar Wilayah Mikro ....................................................... III. 40
  • 4. Halaman I . 3 L A T A R B E L A K A N G Pembangunan wilayah bertujuan untuk meningkatkan daya saing wilayah, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan antar wilayah, serta memajukan kehidupan masyarakat. Selain meningkatkan daya saing, Pembangunan wilayah juga mengupayakan keseimbangan pembangunan antar daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki masing- masing daerah. Indikator utama keberhasilan pembangunan wilayah merupakan gambaran capaian kinerja pembangunan wilayah secara umum yang dapat dilihat dari terjadinya pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran dan penurunan angka kemiskinan (Bappenas, 2015). Salah satu daerah di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah Kabupaten Wonogiri. Namun berdasarkan hasil Analisis Pembangunan Wilayah di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 oleh Bappenas, diketahui bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi namun pengurangan kemiskinan di atas rata-rata provinsi Jawa Tengah (low-growth, pro- poor), sehingga tantangan yang harus diha- Latar Belakang I Tujuan I Sasaran I Ruang Lingkup I Kerangka Pikir Halaman I . 3 dapi pemerintah daerah adalah menjaga efektivitas dan efisiensi kebijakan dan program pengurangan kemiskinan, dan secara bersamaan mendorong percepatan pembangunan ekonomi dengan prioritas sektor atau kegiatan ekonomi yang punya potensi berkembang seperti kelautan, perikanan, pertanian, serta perdagangan dan jasa. Dalam kaitannya dengan peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Kabupaten Wonogiri termasuk daerah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah rata-rata provinsi Jawa Tengah, namun peningkatan IPM di atas rata-rata (low-growth, pro-human development). Hal ini mengindikasikan bahwa berbagai kebijakan dan program pembangunan untuk meningkatkan pelayanan publik dapat meningkatkan IPM. Karenanya tantangan yang harus dihadapi adalah bagaimana mendorong percepatan pembangunan ekonomi melalui peningkatan produktivitas dan nilai tambah sektor dan kegiatan ekonomi yang menggunakan sumber daya lokal seperti industri manufaktur, perdagangan dan jasa, pertanian, perikanan, dan kelautan. P . P . W R E G I O N A L P L A N N E R URBAN AND REGIONAL PLANNING DIPONEGORO UNIVERSITY
  • 5. Halaman I . 4 T U J U A N P . P . W Kabupaten Wonogiri juga merupakan daerah yang termasuk dalam sistem perwilayahan SUBOSUKOWONOSRATEN menurut Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah. Subosukowonosraten terdiri dari tujuh kabupaten/ kota yang ada di eks karesidenan Surakarta dalam satu wadah yaitu Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sragen dan Kabupaten Klaten. Sistem perwilayahan SUBOSUKO- WONOSRATEN ditujukan untuk memberikan wadah dalam satu kesatuan pembangunan wilayah tersebut terutama dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi. Pada kenyataannya tidak semua daerah yang tergabung dalam SUBOSUKOWONO- SRATEN memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang sama, dalam arti masih terdapat daerah yang tidak mengalami pertumbuhan wilayah sebagaimana daerah lainnya yaitu Kabupaten Wonogiri. Hal ini secara jelas dapat diketahui melalui perkembangan trend Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita di ketujuh daerah, dimana kontribusi PDRB Kabupaten Wonogiri terhadap PDRB Provinsi Jawa Tengah merupakan yang terendah diantara daerah lain dalam SUBOSUKOWONOSRATEN yaitu sebesar 2,14% pada tahun 2010 menjadi 2,11% pada tahun 2015. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten dalam sistem wilayah SUBOSUKOWONO- SRATEN yang mengalami tingkat pertumbuhan ekonomi paling rendah dan cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, di Kabupaten Wonogiri terdapat berbagai sektor yang sangat berpotensi untuk dikembangkan yang diperkirakan mampu memberikan kontribusi positif bagi pembangunan wilayah. Karenanya kondisi pertumbuhan pembangunan Kabupaten Wonogiri yang lebih rendah dari daerah lain di SUBOSUKOWONOSRATEN merupakan hal yang penting dan menarik untuk dianalisis dan diarahkan secara tepat dan komprehensif. Analisis yang dilakukan terhadap berbagai isu, masalah dan tantangan yang ada di Kabupaten Wonogiri itu dapat dilakukan melalui sebuah perencanaan pengembangan wilayah. Dimana perencanaan sebagai general activity menurut Hall, P (2007), adalah penyusunan rangkaian tindakan secara berurutan dan berkelanjutan yang selanjutnya akan mengarah pada pencapaian tujuan tertentu. Tujuan pelaksanaan kegiatan studio perencanaan pengembangan wilayah adalah melakukan perencanaan wilayah Kabupaten Wonogiri sesuai dengan tahapan proses perencanaan wilayah dengan metode dan pendekatan yang sesuai untuk kebutuhan perencanaan sehingga dihasilkan rencana pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri yang mencakup kerangka kebijakan, konsep, dan strategi pengembangan spasialnya.
  • 6. Halaman I . 5 R U A N G L I N G K U P S A S A R A N P . P . W Wilayah perencanaan dalam kegiatan ini dibagi menurut dimensi tingkatan teknis perencanaan yaitu wilayah perencanaan makro, wilayah perencanaan meso dan wilayah perencanaan mikro. Sebagai wilayah perencanaan makro dalam hal ini adalah Kabupaten Wonogiri yang merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah dan terletak pada 7º 32’ – 8º 15’ Lintang selatan dengan garis bujur 110º 41’ – 111º 18’ Bujur Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Provinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha. Batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan daerah sekitarnya, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur dan Samudera Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ponorogo Provinsi Jawa Timur dan sebelah berbatasan dengan Kabupaten Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun yang diangkat sebagai wilayah perencanaan meso adalah kondisi internal di Kabupaten Wonogiri yang secara administratif terbagi menjadi 25 Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa. Sedangkan wilayah perencanaan mikro adalah wilayah yang merupakan pusat kegiatan lokal dan pusat kegiatan lokal promosi sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Wonogiri Nomor 9 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonogiri serta wilayah fungsional lainnya yang dipilih berdasarkan kajian spesifik dan keunikan permasalahan yang dihadapi. Lingkup materi pembahasan meliputi : 1. Identifikasi potensi dan masalah terkait pengembangan wilayah. 2. Kajian terhadap isu strategis yang berkembang di Kabupaten Wonogiri. 3. Identifikasi data sosial dan kependudukan, ekonomi, fisik wilayah dan sarana prasarana, dan struktur pola ruang. 4. Identifikasi dokumen perencanaan dan kebijakan yang ada sebagai bahan perbandingan dan literatur dalam penyusunan strategi pengembangan dan arahan program pengembangan wilayah. 5. Menganalisis data, potensi dan masalah pengembangan wilayah di Kabupaten Wonogiri. 6. Menyusun rencana konsep dan arahan pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri. 1. Mengidentifikasi Karakteristik Wilayah Kabupaten Wonogiri . 2. Mengidentifikasi Potensi dan Permasalahan di Kabupaten Wonogiri. 3. Menemukan Konsep dan Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonogiri. 4. Rekomendasi Arahan Pengembangan Wilayah Kabupaten Wonogiri.
  • 7. Halaman I . 6 K E R A N G K A P I K I R P . P . W Substansi pembahasan yang direncanakan dalam perencanaan pengembangan wilayah di Kabupaten Wonogiri meliputi kajian mengenai empat aspek yaitu, aspek fasilitas dan infrastruktur, aktivitas ekonomi, aktivitas sosial dan aspek kelembagaan. MIND MAPPING I KETERANGAN : A. OPTIMISTIK B. UNGGUL EKONOMI C. UNGGUL SOSIAL D. CONSERVATIV INDIKASI PROGRAM ISU DATA SEKUNDER OBSERV ASI DELENIASI WILAYAH Anls. Pusat Aktifitas Anls. Intra Anls. Agregat PERMASALAHAN KRUSIAL YANG DIHADAPI RENCANA PEMBANGUNAN A B C DDRIVING FORCE SKENARIO PEMBANGUNAN WILAYAH JUSTIFIKASI SKENARIO TERPILIH STRATEGI PEMBANGUNANFORCE FIELD ANALYSIS WIL. UTARA WIL. SELATAN ANALISIS SISTIM AKTIVITAS UNGGULAN MAKRO WILAYAH MIKRO WILAYAH KONSEP PEMBANGUNAN WILAYAH VISI PENGEMBANGAN WILAYAH
  • 8. Halaman II . 1 Halaman II . 1 Karakteristik Agregat Wonogiri Karakteristik Intra Wilayah P . P . W R E G I O N A L P L A N N E R URBAN AND REGIONAL PLANNING DIPONEGORO UNIVERSITY KARAKTERISTIK AGREGAT WONOGIRI Kabupaten Wonogiri berlokasi di ujung tenggara wilayah Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan langsung dengan Daerah Istimewa Yogyakarta (Kabupaten Gunung Kidul) dan Provinsi Jawa Timur (Kabupaten Pacitan). Kabupaten Wonogiri pada awalnya adalah salah satu wilayah Kerajaan Mataram yang setelah pemisahan kerajaan menjadi daerah kekuasaan Kraton Mangkunegaran. Pasca kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Wonogiri memutuskan untuk tidak bergabung lagi menjadi Wilayah Swapraja Mangkunegaran, sehingga pada tahun 1946 Wonogiri resmi menjadi kabupaten dalam Republik Indonesia di bawah Provinsi Jawa Tengah. Selain sebagai Wilayah Swapraja, pada masa pemerintahan Negara Hindia Belanda sampai revolusi fisik (1946), Wonogiri termasuk ke dalam wilayah Karesidenan Surakarta bersama Kabupaten Sragen, Kota Surakarta, Kabupaten Sukoharjo, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali. Wilayah-wilayah bekas Karesidenan Surakarta ini sekarang tetap bersatu dalam sebuah kawasan berikat (bonded zone) melalui skema kerjasama antar daerah SUBOSUKOWONOSRATEN. Kawasan SUBOSUKOWONO- SRATEN mulai diberlakukan pada tahun 2012 dan berfokus pada kerjasama di bidang pengembangan ekonomi kreatif, promosi dan pemasaran bersama, bantuan sarana dan prasarana, bantuan modal dan penguatan kelembagaan koperasi dan pemberdayaan UKMK, fasilitasi hak atas kekayaan intelektual, pengawasan dan pengendalian distribusi barang, fasilitasi advokasi, dan monitoring dan evaluasi tugas pembantuan dari Provinsi maupun Pusat. A I Wonogiri Dalam Konstelasi Wilayah Sekitar  History Base
  • 9. Halaman II . 2 WONOGIRI KARANGANYAR KLATEN SRAGEN BOYOLALI SUBOSUKOWONOSRATEN Peta Ilustrasi (2017) SURAKARTA Wilayah Kabupaten Wonogiri berada pada posisi yang kurang strategis dikarenakan jauh dari Ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Wonogiri berada pada wilayah yang tertekan di kawasan bagian selatan, hal ini dikarenakan trend pertumbuhan wilayah kabupaten/kota yang terjadi di pulau Jawa lebih mengarah pada kawasan utara. Kabupaten Wonogiri berjarak kurang lebih 155 km dari Jawa Tengah dengan jarak tempuh 4,5 jam. Sedangkan dari ibu kota Provinsi DIY berjarak 95 Km dengan jarak tempuh sekitar 3 jam. B I Geografis C I Ekonomi Kondisi perekonomian Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan dengan wilayah sekitar (SUBOSUKOWONOSRATEN), Gunung Kidul dan Pacitan, berada pada posisi 3 terendah (9,93%), setelah Pacitan (5,36%) dan Gunung Kidul (6,39%). Kondisi Geografis Kabupaten Wonogiri kurang strategis Kondisi Geografis Kabupaten Wonogiri kurang strategis EKONOMIAGREGAT Grafik Proporsi PDRB wilayah Wonogiri dan Sekitarnya Wonogiri SUKOHARJO Sumber : Analisis 2017
  • 10. Halaman II . 3 Trend perkembangan PDRB selama 5 tahun terakhir pada Kabupaten/Kota di SUBOSUKOWONOSRATEN dapat dilihat pada grafik berikut ini: 0 50.000.000 100.000.000 150.000.000 200.000.000 250.000.000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 PBRB ADHB WONOGIRI KLATEN BOYOLALI SUKOHARJO KARANGANYAR SRAGEN SURAKARTA Trend Pertumbuhan PDRB wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN - 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 2010 2011 2012 2013 2014 2015 PDRB PERKPITA WONOGIRI KLATEN BOYOLALI SUKOHARJO KARANGANYAR SRAGEN SURAKARTA Trend Pertumbuhan PDRB Perkapita wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN Berdasarkan trend perkembangan PDRB dapat kita ketahui bahwa, Kabupaten Wonogiri mengalami ketertinggalan dari daerah sekitarnya di wilayah Provinsi Jawa Tengah dengan PDRB perkapita selalu terendah selama lima tahun terakhir. Hal ini menggambarkan bahwa telah terjadi perlambatan pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri dibandingkan wilayah sekitarnya di Provinsi Jawa Tengah. Trend Perkembangan PDRB ADHB dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Wonogiri periode 2010-2015 terhadap SUBOSUKOWONO SRATEN  Kecenderungan Pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari Kabupaten yang lain Sumber : Analisis 2017 Sumber : Analisis 2017
  • 11. Halaman II . 4 Sedangkan jika dilihat dari strukur PDRB yang ada maka posisi Kabupaten Wonogiri terhadap SUBOSUKOWONOSRATEN, Gunung Kidul dan Pacitan dapat tergambarkan melalui grafik berikut ini: Kabupaten Wonogiri cenderung mengandalkan pertanian, sementara daya saing pada sektor yang lain rendah Berdasarkan struktur PDRB tersebut dapat kita ketahui bahwa Kabupaten Wonogiri sangat bergantung dengan sektor Pertanian yang memiliki proporsi terbesar yakni 33,61%. Hal ini berbeda jika kita tinjau dengan wilayah sekitarnya yang lebih bergantung pada sektor industri pengolahan sebagai sektor dominan (26,61%). Dengan sektor industri pengolahan hanya 15,46% dapat kita ambil kesimpulan awal bahwa hasil pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Wonogiri lebih dipilih untuk dijual langsung tanpa pemberian nilai tambah produk. Ini menjadi gejala awal mengapa Kabupaten Wonogiri lebih lambat pertumbuhan pembangunan dibandingkan kawasan sekitarnya. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memang merupakan sektor yang dapat diperbaharui sehingga dapat menjadi penopang dalam jangka panjang, namun harus di imbangi juga dengan sektor pendukung dan penunjang misalnya industri pengolahan produk pertanian, kehutanan dan perikanan. Dengan diketahuinya sektor dominan PDRB di Kabupaten Wonogiri adalah pertanian, kehutanan dan perikanan. Maka perlu untuk melakukan tinjauan seberapa besar pengaruh komponen komoditas di Kabupaten Wonogiri terhadap kawasan sekitarnya. Struktur PDRB wilayah Wonogiri dan Sekitarnya Sumber : Analisis 2017
  • 12. Halaman II . 5 P e r s e n t a s e J e n i s K o m o d i t a s > 50% Ubi Kayu (70,77%); Kacang Tanah (54,93%); Jamur (61,30%); Kacang Merah (100%); Anggrek (96,34%); Biofarmaka 30 – 50% Jagung (45,33%); kedelai (43,05%) Kacang Panjang (36,38%); Melinjo (35,99%); Mangga (33,41%); Sawo (43,17%) < 30% Padi (17,32%) Cabe Rawit (8,07%); Cabe Merah (19,19%); Melon (28,85%); Nangka (21,47%) Anthurium (6,91%) P e r s e n t a s e J e n i s K o m o d i t a s > 50% Cabe jamu (99,57%); Cengkeh (52,54%); Jarak (66,20%); Jambu Mete (96,82%); Janggelan (100%); Kakao (86,31%); Kapas (100%); Kelapa Deres (78,34%) 30 – 50% Kelapa Dalam (38,89%) < 30% Kopi Arabika (16,61%) Berdasarkan hasil analisis, terdapat beberapa komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri yang memiliki potensi dan penghasil tertinggi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:  Pertanian Sumber : Analisis 2017 Berdasarkan hasil kompilasi data diatas dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa komoditas pertanian yang memiliki pengaruh besar yakni lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN diantaranya adalah: Ubi Kayu, Kacang Tanah, Jamur, Kacang Merah, Anggrek dan tanaman biofarmaka. Dapat dikatakan komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan dari Wonogiri di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN. Hasil analisis menunjukkan beberapa komoditas perkebunan di Kabupaten Wonogiri yang memiliki potensi dan penghasil tertinggi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:  Perkebunan Sumber : Analisis 2017 Berdasarkan hasil kompilasi diatas dapat kita lihat bahwa terdapat beberapa komoditas perkebunan yang memiliki pengaruh besar yakni lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN diantaranya adalah: Cabe jamu, Cengkeh, Jarak, Jambu Mete, Janggelan, Kakao, Kapas dan Kelapa Deres. Dapat dikatakan komoditas tersebut merupakan komoditas unggulan dari Wonogiri di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN.
  • 13. Halaman II . 6 016% 019% 014% 015% 014% 014% 008%Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Kota Surakarta Persentase J e n i s K o m o d i t a s > 50% Kambing (61,25%); 30 – 50% Ayam Kampung (32,69%); Sapi (30,15%) < 30% Domba (29,05%); Pedaging (23,31%); Babi (11,67%); Ayam Itik (6,70%); Kerbau (5,47%); Ayam petelur (0,78%) Komoditas peternakan yang memiliki potensi dan penghasil tertinggi di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN meliputi:  Peternakan Sumber : Analisis 2017 Berdasarkan data diatas dapat kita lihat bahwa hanya terdapat satu jenis komoditas peternakan yang memiliki pengaruh besar yakni lebih dari 50% komoditas di SUBOSUKOWONOSRATEN yaitu ternak Kambing dan di ikuti oleh Ayam kampung dan Ternak Sapi pada proporsi kontribusi antara 30-50%. Dapat dikatakan komoditas ternak kambing tersebut merupakan komoditas unggulan dari Kabupaten Wonogiri di wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN. Secara agrerat aspek demografi digunakan untuk melihat seberapa besar aktifitas di Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan dengan kawasan sekitarnya. Besarnya aktifitas ini di asumsikan berbanding lurus dengan besarnya jumlah penduduk. Sehingga sebagai indikator besarnya aktifitas digunakan besarnya jumlah penduduk. Semakin banyak penduduk tentu akan membutuhkan semakin banyak logistik. Berikut disajikan persentase jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Wonogiri jika dibandingkan dengan SUBOSUKO- WONOSRATEN. D I Demografi Sumber : Analisis 2017 WONOGIRI Grafik Persebaran Penduduk di SUBOSUKOWONOSRATEN Sumber : Analisis 2017
  • 14. Halaman II . 7 Dari grafik diatas disimpulkan bahwa Kabupaten Wonogiri memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar di SUBOSUKOWONOSRATEN. Hal ini merupakan peluang bagi Kabupaten Wonogiri dari sisi ketersediaan SDM. Namun secara lebih detail potensi ini harus mempertimbangkan kualitas dan struktur umum jumlah penduduk, yang akan dibahas pada karakteristik intra wilayah Kabupaten Wonogiri. Jika dibandingkan tingkat pengangguran terbuka dengan jumlah penduduk miskin pada masing masing wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN. Diperoleh gambaran lambannya pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri dibandingkan dengan SUBOSUKOWONOSRATEN. Penjelasan tentang hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini: Berdasarkan perbandingan diatas dapat diketahui bahwa Kabupaten Wonogiri dalam konstelasi wilayah sekitar memiliki tingkat pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan Surakarta, Sukoharjo, Sragen dan Karanganyar. Seharusnya faktor tingkat pengangguran di Kabupaten Wonogiri bukanlah penghambat utama yang membedakan dengan daerah sekitarnya dalam hal lambannya pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri. Sedangkan jika ditinjau dari aspek tingkat kemiskinan penduduk maka Kabupaten Wonogiri masih jauh berada di bawah Boyolali dan Sragen. Sehingga jumlah penduduk miskin seharusnya juga bukan merupakan faktor pembeda utama dalam hal penghambat pembangunan di wilayah Kabupaten Wonogiri. Sumber:Analisis2017 TingkatPenganggurandiSUBOSUKOWONOSRATEN Wonogiri memiliki jumlah penduduk Ketiga terbesar pada SUBOSUKO- WONOSRATEN Pengangguran bukan penyebab lambannya pembangunan Kabupaten Wonogiri Tingkat Kemiskinan di SUBOSUKOWONOSRATEN
  • 15. Halaman II . 8 Jika dilihat dari jumlah pekerja pada masing masing wilayah SUBOSUKOWONOSRATEN, untuk mengetahui produktifitas masyarakat berdasarkan asumsi bahwa masyarakat produktifitas tinggi adalah yang merupakan angkatan kerja dan sedang bekerja (bukan merupakan pengangguran). Berikut perbandingan antara kabupaten/kota di SUBOSUKOWONOSRATEN. Sumber : Analisis 2017 Perbandingan Jumlah Pengangguran Angkatan kerja di SUBOSUKOWONOSRATEN Jumlah penduduk bekerja di Kabupaten Wonogiri termasuk tiga terbesar, sehingga persoalan angkatan kerja tidak dapat dijadikan faktor pembeda dengan kabupaten/kota lain sebagai penyebab utama lambannya pembangunan di Kabupaten Wonogiri. Sementara itu jika dilihat dari angka indeks pembangunan manusia (IPM) Kabupaten Wonogiri terhadap kawasan sekitarnya adalah sebagai berikut : Sumber : Analisis 2017 Perbandingan IPM di SUBOSUKOWONOSRATEN Data IPM tersebut dapat menjelaskan bahwa Kabupaten Wonogiri masuk dalam IPM tiga terendah di Subosukowonosra ten. Dengan rata- rata IPM wilayah tersebut adalah 73,33 akhirnya menempatkan Kabupaten Wonogiri memiliki IPM dibawah rata- rata bersama dengan Kabupaten Sragen dan Kabupaten Boyolali 537179,0 596418,0 428885,0 505043,0 449689,0 464899,0 271199,0 ,0 100000,0 200000,0 300000,0 400000,0 500000,0 600000,0 Boyolali Klaten Sukoharjo WonogiriKaranganyar Sragen Kota Surakarta 71,73 73,81 74,52 67,75 74,26 71,1 80,14 60 62 64 66 68 70 72 74 76 78 80 82 Boyolali Klaten Sukoharjo WonogiriKaranganyar Sragen Surakarta Wonogiri memiliki jumlah angkatan kerja paling besar di SUBOSUKOWO- NOSRATEN.
  • 16. Halaman II . 9 Jika dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten Wonogiri, maka wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah dengan kepadatan paling rendah, meskipun dari jumlah penduduk Kabupaten Wonogiri merupakan Kabupaten berpenduduk ketiga terbanyak. Hal tersebut dikarenakan luas wilayah Kabupaten Wonogiri yang cukup besar. Perbandingan tingkat kepadatan wilayah di SUBOSUKOWONOSRATEN dapat dilihat pada grafik berikut: Kepadatan penduduk Kabupaten Wonogiri jauh lebih rendah dibanding SUBOSUKOWO NOSRATEN Perbandingan Kepadatan Penduduk Wonogiri terhadap SUBOSUKOWONOSRATEN 949,0 1768,0 1877,0 521,011064,0 934,0 11631,0 ,0 2000,0 4000,0 6000,0 8000,0 10000,0 12000,0 Boyolali Klaten Sukoharjo WonogiriKaranganyar Sragen Kota Surakarta
  • 17. Halaman II . 10 Morfologi Kabupaten Wonogiri secara umum dapat dibedakan menjadi dua kelas bentuk lahan, yaitu dataran dan perbukitan. Selanjutnya dataran dan perbukitan yang ada dapat dipilahkan berdasarkan asal-usulnya secara geomorfologis dan geologis. Di bagian selatan Kabupaten Wonogiri, terdapat gugusan perbukitan Karst sebagai hasil proses geomorfologis formasi Wonosari yang berbatuan gamping. Satuan bentuk lahan ini tersebar di Kecamatan Pracimantoro, Giritontro dan Paranggupito. Sementara disebelah tenggara terdapat satuan perbukitan Denudasional hasil rombakan batuan Vulkanik berumur Oligo-Miosen. Bentuk lahan ini tersebar di Kecamatan Giriwoyo, dan Karang Tengah. Di bagian utara dan barat laut wilayah terdapat satuan dataran kaki vulkan hasil endapan aktivitas vulkanik gunung api Lawu. Wilayah ini merupakan wilayah paling subur dan maju di Kabupaten Wonogiri. Zona dataran kaki vulkan tersebar di Kecamatan Wonogiri, Selogiri, Ngadirojo, Girimarto, Sidoharjo, Jatiroto, dan Jatisrono. Secara hidrologi, kekurangan air terjadi saat kemarau terutama di wilayah Wonogiri bagian selatan. Hal ini ditandai dengan semakin berkurangnya kapasitas tampungan air seperti danau/telaga di Wonogiri bagian selatan pada musim kemarau, bahkan banyak telaga menjadi cepat kering. Adapun sumber air di kawasan Karst hanya diperoleh dari hujan yang turun dan sungai bawah tanah yang keluar ke permukaan. Pola aliran sungai bawah tanah di daerah Karst Pracimantoro menunjukkan bahwa arah alirannya menuju ke arah timur lintasan kedua dan selanjutnya arah aliran lintasan kedua menuju ke arah tenggara lintasan ketiga. KARAKTERISTIK INTRA WILAYAH A I Karakter fisik Gegografis  Dataran  Perbukitan  Hydrologi Kemiringan rata- rata < 15% (subur)  Baturetno  Wonogiri  Selogiri  Ngadirojo  Sidoharjo  Jatiroto  Girimarto  Jatisrono  Slogohimo Kemiringan rata- rata > 15% (Karst)  Paranggupito  Giritontro  Pracimantoro  Giriwoyo  Eromoko  Baturetno  Batuwarno  Karang Tengah Ancaman kekeringan pada saat kemarau terjadi khususnya pada wilayah selatan (perbukitan karst) Panorama Perbukitan dan Waduk Gajah Mungkur Kabupaten Wonogiri Sumber : Internet
  • 18. Halaman II . 11 Dataran Rendah dengan kondisi relatiif subur dengan kemiringan rata-rata <15%. Potensial untuk pengembangan agro industri Waduk Gajah Mungkur, merupakan waduk buatan sebagai sumber air potensial untuk pengairan Wilayah dataran Perbukitan denudasional, dengan ketinggian relative >15% Wilayah relative berlereng dan perbukitan Karst, cenderung sulit air pada saat kemarau B I Perekonomian Intra Wilayah  Potensi Ekonomi  Pertumbuhan Ekonomi Peta ilustrasi Geografis Wonogiri Sumber : Analisis 2017 Jika dilihat secara makro, mengacu pada kecenderungan aktifitas ekonomi, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa potensi komoditas ekonomis meliputi 1) perkebunan; 2) pertanian dan 3) peternakan yang cukup besar kontribusinya terhadap Subosukowonosraten. Hal tersebut sejalan dengan kontribusi pertanian sebagai sektor basis. Data PDRB menunjukkan bahwa Kecamatan Karangtengah memiliki PDRB yang paling tinggi dibandingkan dengan kecamatan lain yang. Namun jika dilihat dari tinggi tingkat pertumbuhan PDRB, terjadi pada Kecamatan Ngadirojo dan diikuti oleh Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Puhpelem.  Pertanian  Perkebunan  Peternakan  Pariwisata  Karangrejo  Ngadirojo  Wonogiri  Puhpelem Grafik Pertumbuhan PDRB 2013-2014 Sumber : Analisis 2017 B.1 B.2
  • 19. Halaman II . 12 Sektor basis terbesar Kabupaten Wonogiri adalah Pertanian. dari Berdasarkan data BPS Kecamatan Ngadirojo memiliki potensi lahan pertanian yang paling besar dibandingkan dengan kecamatan lain. Potensi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Wonogiri didominasi Ubi Kayu dan Kacang Tanah. Produksi Ubi Kayu terbesar terdapat di Kecamatan Pracimantoro dan Ngadirojo, sebanyak 19,26 % dari produksi Ubi Kayu di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan untuk Kacang Tanah berasal dari Kecamatan Ngadirojo, total produksi mencapai 17,04% dari total produksi yang ada di Kabupaten Wonogiri dan sisanya tersebar hampir di setiap kecamatan kecuali di Kecamatan Bulukerto. Komoditas padi dan jagung, meski tidak sebagai komoditas berdaya saing tinggi di SUBOSUKOWONOSRATEN, namun komoditas padi dan jagung termasuk tanaman pangan yang jumlah produksinya cukup besar dan memiliki tingkat pertisipasi yang tinggi dan ditanam hampir disetiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Produksi padi di Kabupaten Wonogiri mencapai 3.018.732 kwintal pada tahun 2015 sementara produksi jagung rata-rata 2013-2015 mencapai 2.070.531 kwintal. Hal yang menarik adalah hampir keseluruhan petani padi dan jagung memiliki ternak sapi yang sumber pakannya berasal dari residu padi dan jagung.  Pertanian  B.3.1 I Komoditi Pertanian Unggulan  Tanaman Pangan Grafik Luas Lahan Pertanian Perkecamatan dalam Ha Sumber : Analisis 2017 B.3 Kecamatan produsen hasil pertanian (tanaman pangan) paling dominan :  Ngadirojo  Pracimantoro
  • 20. Halaman II . 13 Komoditas Jenis Tanaman Kecamatan yang berpotensi Produksi Kontribusi Persebaran Produksi Tanaman Pangan Ubi kayu Pracimantoro 978.500 kwt 19,26 % Merata di seluruh kecamatan Ngadirojo 947.500 kwt Kacang tanah Ngadirojo 66.160 kwt 17,04 % Hampir di seluruh kecamatan kecuali Bulukerto Padi Ngadirojo, Selogiri, Tirtomoyo, Eromoko 3.018.732 17, 32% Hampir di seluruh kecamatan kecuali Manyaran, Wuryantoro, Kismantoro dan Paranggupito Jagung Pracimantoro Giriwoyo 2.070.531 45,33% Hampir di seluruh kecamatan kecuali Sidoarjo, Wuryantoro Sayur dan Buah Jamur Wonogiri 1894 kwt 62,67 % Tersebar di 9 kecamatan Ngadirojo 1768 kwt Kacang Merah Ngadirojo 495 kwt 86,15 % Tersebar di 4 kecamatan Batuwarno 460 kwt Tanaman Hias Anggrek Batuwarno Biofarmaka : Jahe, Dringgo, Kejibeling, Kencur, Kunyit, Lempuyang, Mengkudu, Sambiloto, Temuireng, Laos, Temukunci, Temulawak, Lidah Buaya, Mahkota Dewa Jika diperhatikan komoditas sayur dan buah yang cukup potensial adalah Jamur dan Kacang Merah. Komoditas Jamur tersebar di 9 kecamatan, namun produksi terbesar berasal dari Kecamatan Wonogiri dan Kecamatan Ngadirojo dengan kontribusi sebesar 62,67%. Sedangkan Kacang Merah terdapat di Kecamatan Ngadirojo dan Batuwarno dengan total produksi sebesar 86,15%. Disamping itu potensi tanaman hias berupa anggrek bisa dijumpai di Kecamatan Batuwarno khususnya di Desa Tegiri. Anggrek dari Desa Tegiri Kecamatan Batuwarno telah mampu menembus pasar di Yogyakarta, Semarang bahkan Jakarta dan Bandung. Komoditas Biofarmaka juga sangat potensial di Kabupaten Wonogiri, sebagai kebutuhan industri jamu. Namun disayangkan kondisi saat ini perusahaan jamu PT. Deltomed dan PT. Air Mancur telah pindah di Karang Anyar. Sumber : Olahan Data Sekunder 2017 Meskipun beberapa komoditas unggulan berdistribusi cukup besar dan bersaing keluar daerah, namun jika dilihat hasil pertanian pada beberapa komoditas, perkembangan dan pertumbuhannya cukup dinamis. Komoditas padi, pada periode 2013-2015 terjadi penurunan hasil produksi pada beberapa kecamatan seperti Kecamatan Jatiroto, Wonogiri, Puhpelem, Ngadirojo, Girimarto, Selogiri, Bulukerto, Giritontro, Manyaran, Sidoharjo dan Kismantoro.  B.3.2 I Dinamisasi Produksi Pertanian Tanaman Padi Sawah (2013-2015)  Terjadi penurunan produksi padi pada 11 kecamatan di Kabupaten Wonogiri pada periode 2013 - 2015 3319900,0 3260550,0 2348689,320 2976379,773 HASIL PRODUKSI PADI SAWAH 2013-2015 purata 2015 2014 2013 Linear (2013) Grafik Hasil Produksi Padi Sawah Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017
  • 21. Halaman II . 14 Disamping padi sawah juga terdapat Padi Gogo yang dikembangkan di sekitar 10 kecamatan Kabupaten Wonogiri, dalam tiga tahun terakhir perkembangan Padi Gogo cenderung statis dan bahkan menurun di beberapa kecamatan. Kecuali pada Kecamatan Pracimantoro dan Eromoko hasil produksi cukup baik. Tanaman Padi Gogo 2013-2015  Produksi Padi Gogo cenderung menurun pada periode 2013 - 2015 787680,0 754770,0 670043,0 737497,667 600000,0 650000,0 700000,0 750000,0 800000,0 purata 2015 2014 2013 Linear (2013) Meskipun sebagai komoditas yang bersaing cukup baik secara agregat, perkembangan produksi komoditas ubi kayu dan kacang tanah mengalami flukstuasi yang menurun pada periode 2013- 2015. Tanaman Ubi Kayu 2013-2015  Produksi Ubi Kayu dan Kacang Tanah cenderung menurun pada periode 2013 - 2015 ,0 200000,0 400000,0 600000,0 800000,0 1000000,0 1200000,0 Manyaran Pracimantoro Ngadirojo Giriwoyo Tirtomoyo Jatiroto Paranggupito Wonogiri Giritontro Purwantoro Jatisrono Batuwarno Puhpelem Karangtengah Jatipurno Kismantoro Girimarto Slogohimo Baturetno Bulukerto Nguntoronadi Selogiri Eromoko Wuryantoro Sidoharjo 2013 2014 2015 Kesimpulan sementara yang diperoleh adalah, meski terdapat komoditas unggulan, stabilitas produksi masih belum stabil. Peran pemerintah dan stakeholder terkait masih perlu dioptimalkan. 371660,0 388090,0 28653,0 262801,0 ,0 50000,0 100000,0150000,0200000,0250000,0300000,0350000,0400000,0450000,0 purata 2015 2014 2013 Grafik Hasil Produksi Padi Gogo Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017 Grafik Hasil Produksi Ubi Kayu Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017 Grafik Hasil Produksi Kacang Tanah Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017
  • 22. Halaman II . 15 Kecamatan yang Berpotensi Kontribusi Ton Persebaran Produksi  Cabe Jamu Paranggupito 95% 468 Terdapat di 5 kecamatan  Cengkeh Karangtengah, Jatipurno 36,87% 271 Terdapat di 18 kecamatan  Janggelan Karangtengah 42% 2.238 Terdapat di 10 kecamatan  Jambu Mete Ngadirojo, Jatiroto, Sidoharjo, Jatisrono dan Jatipurno 49,17 % 4.967 Merata di seluruh kecamatan  Kapas Eromoko 54,8% 37 Terdapat di 3 kecamatan  Kakao Girimarto, Ngadirojo dan Jatipurno 82,3% 345 Terdapat di 8 kecamatan  Jarak Paranggupito, Manyaran, Giritontro dan Purwantoro 16,30% 8,1 Merata di seluruh kecamatan  Kelapa Deres Paranggupito 85,75% 292 Terdapat di dua kecamatan Potensi perkebunan yang menonjol di Kabupaten Wonogiri adalah Cabe Jamu, Cengkeh, Janggelan, Jambu Mete, Kapas, Kakao, Jarak dan Kelapa Deres karena memberikan kontribusi yang besar terhadap SUBOSUKAWONOSRATEN.  Perkebunan  B.4.1 I Komoditi Unggulan Perkebunan Sumber : Olahan Data Sekunder 2017 KEC. WONOGIRI :  Jamur  Kacang Merah KEC. NGADIROJO :  Jamur  Ubi Kayu  Kacang Tanah  Kacang Merah KEC. BATUWARNO :  Anggrek KEC. PRACIMANTORO :  Ubi Kayu  Kacang Tanah Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Pertanian Kabupaten Wonogiri Cabe jamu merupakan komoditas dominan yang terdapat di lima kecamatan khususnya Paranggupito. Paranggupito memproduksi Cabe Jamu sebesar 95 % dari total produksi di tingkat kabupaten. Sedangkan untuk cengkeh produksinya tersebat di delapan belas kecamatan. Produksi cengkeh terbesar terdapat di Kecamatan Karangtengah dan Kecamatan Jatipurno dimana kedua kecamatan tersebut memberikan kontribusi sebesar 36,87% dari total produksi di Kabupaten Wonogiri. Tabel Sebaran Komoditi Pertanian Kabupaten Wonogiri B.4 Sumber : Analisis 2017
  • 23. Halaman II . 16 Produksi janggelan tersebar di sepuluh kecamatan. Namun yang memiliki potensi terbesar terdapat di Kecamatan Karangtengah dengan produksi berkisar 42 % dari total produksi di Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri juga dikenal sebagai penghasil Jambu Mete, komoditas Jambu Mete tersebar hampir diseluruh kecamatan, sementara terbesar terdapat di lima kecamatan yaitu Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Jatiroto, Kecamatan Sidoharjo, Kecamatan Jatisrono dan Jatipurno. Kecamatan-kecamatan tersebut menyumbang memproduksi mete berkisar 49,17% dan kecamatan-kecamatan yang berpotensi penghasil Jambu Mete terpusat di sebelah utara Kabupaten Wonogiri. Komoditas perkebunan lain yang memiliki potensi adalah Kapas dan Kakao. Komoditas Kapas di Kabupaten Wonogiri hanya terdapat di tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Eromoko, Pracimantoro dan Giriwoyo. Namun produksi kapas terbesar berasal dari Kecamatan Eromoko sebanyak 54,8 % hal tersebut seiring dengan luas areal tanaman kapas di Kecamatan Eromoko berkisar 58,8 ha. Selain itu komoditas perkebunan yang juga memiliki potensi adalah Kakao. Kakao terdapat di kecamatan Girimarto, Ngadirojo dan Jatipurno, dimana ke 3 kecamatan tersebut memproduksi Kakao sebesar 82,3 % dari total produksi kakao di Kabupaten Wonogiri. Produksi Jagelan  Karang Tengah Produksi Mete Hampir seluruh kecamatan  Ngadirojo  Jatitoro  Sidoharjo  Jatisrono  Jatipurno Produksi Kapas  Eromoko  Pracimantoro  Giriwoyo Produksi Kakao  Ngadirojo  Jatipurno  Girimarto  Kakao  Jambu Mete  Kapas  Jarak  Kakao  Jambu Mete  Kakao  Jarak  Jagelan  Jarak  Cabe Jamu Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Perkebunan Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017
  • 24. Halaman II . 17 Kec. Berpotensi Kontribusi Prod. (Ton) Persebaran Produksi  Kambing Kismantoro 25,98 % 67.846 Merata di seluruh kecamatan Pracimantoro 65.007  Ayam Kampung Slogohimo 18,91% 245.000 Merata di seluruh kecamatan Eromoko 189.153  Sapi Eromoko 33,97% 13.200 Merata di seluruh kecamatan Pracimantoro 13.16 Giriwoyo 9.429 Bulukerto 8.913 Selogiri 8.795  Peternakan  B.5.1 I Komoditi Unggulan Peternakan Potensi peternakan yang terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah Kambing, Ayam Kampung dan Sapi Potong. Potensi peternakan tersebut tersebar dibeberapa kecamatan meliputi Kismantoro, Pracimantoro, Slogohimo, Eromoko, Giriwoyo, Bulukerto, dan Selogiri. Dari data yang ada didapati bahwa ternak kambing memiliki potensi yang sangat besar, dan populasi ternak kambing tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun terdapat dua kecamatan yang potensi ternak kambing lebih unggul dibandingkan dengan kecamatan lain karena memproduksi sekitar 25,98 % dari total produksi yang dihasilkan. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kismantoro dan Pracimantoro. Sapi potong di Kabupaten Wonogiri terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun terdapat 5 kecamatan yang memiliki potensi Sapi potong paling besar, memproduksi sebesar 33,97 % dari total populasi Sapi di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan tersebut adalah di Kecamatan Eromoko, Kecamatan Pracimantoro, Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan Bulukerto dan Kecamatan Selogiri. Jarak dan Kelapa deres juga cukup potensial dikembangkan, dimana komoditas jarak memiliki persebaran yang merata di semua kecamatan, dengan empat kecamatan yang memiliki produksi yang lebih tinggi dibandingkan kecamatan yang lain yaitu kecamatan Paranggupito, Manyaran, Giritontro dan Purwantoro. Sedangkan untuk komoditas Kelapa Deres hanya terdapat di dua kecamatan yaitu Kecamatan Paranggupito dan Pracimantoro, dimana Kecamatan Paranggupito memproduksi sekitar 85,75% dari total produksi Kabupaten Wonogiri. Sumber : Olahan Data Sekunder 2017 B.5 Produksi Kambing  Kismantoro  Pracimantoro Hampir merata diseluruh Kabupaten Produksi Sapi Potong  Eromoko  Pracimantoro  Giriwoyo  Bulukerto  Selogiri Hampir merata diseluruh Kabupaten
  • 25. Halaman II . 18 Selain Sapi dan Kambing, ternak unggas juga memiliki potensi besar di Kabupaten Wonogiri, Ayam Kampung. Setiap kecamatan di Kabupaten Wonogiri memiliki usaha ternak Ayam Kampung. Namun Kecamatan yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan kecamatan yang lain adalah Kecamatan Slogohimo dan Eromoko yang memproduksi masing-masing sekitar 10,67 % dan 8,24% dari total produksi Ayam Kampung di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan Ayam Pedaging, Kecamatan Ngadirojo memproduksi 20,94% dari total produksi Kabupaten Wonogiri. Komoditas bidang peternakan lain yang cukup berkembang adalah Babi. Babi terdapat di sepuluh kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan yang paling banyak memproduksi Babi adalah Jatisrono dengan produksi sebesar 40,04% dari total produksi ternak babi di Kabupaten Wonogiri. Pada tahun 2015, populasi ternak kambing di kabupaten Wonogiri sejumlah 511,181 ekor dengan jumlah kambing yang dipotong 46.436 ekor. Dari data jumlah ternak kambing tersebut proporsi jumlah ternak kambing yang dipotong sebesar 9,08 %. Kecamatan yang memproduksi kambing yang dipotong pada tahun 2015 adalah kecamatan Wonogiri, Jatisrono, dan Ngadirojo. Sedangkan populasi ternak sapi pada tahun 2015 di kabupaten Wonogiri adalah 157.468 ekor, dengan jumlah sapi yang dipotong 21.790 ekor atau berkisar 13,84 % dari keseluruhan populasi Sapi. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan Sapi yang dipotong pada tahun 2015 adalah kecamatan Wonogiri, Sidoharjo dan Kecamatan Nguntoronadi. Giriwoyo : Sapi Potong Wonogiri : Ayam Pedaging Selogiri : Sapi Potong Eromoko : Sapi, Domba dan Ayam Kampung Pracimantoro : Sapi dan Kambing Baturetno : Domba Kismantoro : Kambing Bulukerto : Sapi Potong Purwantoro : Ayam Kampung Jatisrono : Babi Girimarto : Ayam pedaging Peta Ilustrasi Sebaran Potensi Peternakan Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017
  • 26. Halaman II . 19 Wisata Karst  Pariwisata Wisata Pantai Kabupaten Wonogiri memiliki destinasi wisata yang potensial, terutama wisata alamnya. Wisata alam yang ada di Wonogiri lebih banyak berada di bagian selatan dan bagian timur-utara. Wisata alam di bagian selatan berupa wisata pantai yang terletak di Kecamatan Paranggupito dan wisata Karst di Kecamatan Pracimantoro. Wisata pantai di Kecamatan Paranggupito tersebar di sepanjang wilayah selatan Kecamatan Paranggupito. Kawasan pantai Namu berada di desa Gunturharjo Kecamatan Paranggupito, di kawasan pantai Nampu terdapat 5 pantai lain yaitu pantai Prinjono, Pantai Puyangan, Pantai Waru, Pantai Karang Payung dan Pantai Karang Bang. Sedangkan di Desa Paranggupito Kecamatan Paranggupito terdapat empat pantai yaitu Pantai Klotok, Ngojok, Njujugan dan Pantai Dadapan. Desa Gudangharjo Kecamatan Paranggupito juga memiliki pantai Banyutowo, sesuai dengan namanya pantai Banyutowo memiliki air laut yang tawar berbeda dengan pantai-pantai yang lain. Hal tersebut disebabkan karena air di pantai banyutowo berasal dari aliran air sungai bawah tanah yang bermuara di laut. PARANGGUPITO  Pantai Prinjono  Pantai Namu  Pantai Punyangan  Pantai Waru  Pantai Karang Payung  Pantai Klotok  Pantai Ngojok  Pantai Njujugan  Pantai Dadapan  Pnatai Banyutowo PRACIMANTORO  Museum KARST  Gua Mrica  Gua Proto  Gua Tembus  Gua Sapen  Gua Sonya  Gua Sondong  Gua Gilap Sedangkan untuk wisata Karst terdapat museum Karst di desa Gebangharjo Kecamatan Pracimantoro dan beberapa gua yang disana mengalir sungai bawah tanah, gua-gua yang terdapat di wilayah Karst adalah gua Mrica, Gua Proto, Gua Tembus, Gua Sapen, Gua Sonya Ruri, Gua Sodong dan Gua Gilap. Pengelolaan museum Karst ditangani langsung oleh pemerintah pusat. Sedangkan wisata alam berupa air terjun banyak dijumpai di Wonogiri bagian Timur-Utara, yang berada di lereng pegunungan lawu selatan. Air terjun Binangun Watu Jadah terletak di Desa Girimulyo Kecamatan Jatipurno, meskipun memiliki potensi daya tarik wisata namun akses dan petunjuk jalan ke air terjun tersebut cukup sulit sehingga tak heran apabila air terjun tersebut masih belum menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi wisatawan. Objek wisata air terjun yang lain yang ada di Kabupaten Wonogiri adalah air terjun Setren Gilimanik, air terjun tersebut terletak di Kecamatan Slogohimo. Obyek wisata Air terjun Setren Gilimanik memiliki akses yang lebih baik dibandingkan dengan air terjun Binangun Watu Jadah dan bisa ditempuh sekitar 30-40 menit dari pusat kota Wonogiri. Selain itu masih di wilayah Wonogiri bagian timur-utara juga dijumpai wisata bukit Cumbri yaitu di Kecamatan Purwantoro. JATIPURNO  Wisata Air terjun GILIMANIK  Wisata Air terjun B.6
  • 27. Halaman II . 20 SD/MI RUMAH BERSALIN SLTP & MTs POSYANDU SLTA/ SMK/ MA POLIKLINIK/ BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT RUMAH IBADAH PUSKESMAS KOPERASI POLINDES HOTEL C I Sarana dan Prasarana Bardasarkan dari data ketesediaan sarana dan prasarana di Kabupaten Wonogiri (Data BPS 2016) terdapat beberapa sarana dasar yang diidentifikasi meliputi : Ketersediaan sarana pendidikan tingkat SD, SMP Kabupaten Wonogiri telah memenuhi SPM, berdasarkan hasil observasi lapangan didapati bahkan kondisi saat ini jusru terjadi fenomena beberapa SD dibeberapa kecamatan digabungkan karena jumlah siswa yang terlalu sedikit. Sementara untuk jumlah sarana SMA/sederajat jika diperhitungkan berdasarkan standar SPM (perbandingan jumlah keseluruhan penduduk terhadap kebutuhan SMA) memang masih belum memadai. Namun jika menggunakan angka perbandingan usia SMA terhadap kebutuhan, jumlah SMA sudah memadai, meski di beberapa kecamatan tidak terdapat SMA namun kebutuhan tersebut ditutupi oleh kecamatan sekitar. Sarana Dasar Kabupaten Wonogiri Sumber : Dalam Angka BPS 2016 Grafik Ketersediaan SMA terhadap SPM di Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017  Ketersediaan SMA sederajat sangat minim  Fasilitas Sekolah tinggi tidak tersedia  C.3.1 I Pendidikan dan pelatihan
  • 28. Halaman II . 21 Kelas Jalan Jumlah Luas Jalan (Km2 ) Jalan desa 2.215466756 Jalan kabupaten 2.888897192 Jalan kecamatan 15.02956789 Jalan negara 0.252142465 Jalan propinsi 1.202176057 Total 21.58825036 Luas Wilayah (km2 ) 1.822.232.309 Nilai Indeks Aksesibilitas 0.011847 Sarana prasarana pelatihan di Kabupaten Wonogiri dari hasil survey lapangan menunjukkan hanya terdapat satu balai pelatihan yang lebih banyak dipergunakan untuk kegiatan pemberdayaan bagi wanita. Sedangkan BLK yang ada di Kabupaten Wonogiri memfasilitasi kegiatan pelatihan yang diusulkan oleh kecamatan melalui mekanisme musrenbang maupun kegiatan pelatihan yang diselenggarakan melalui program kegiatan oleh disnakertrans. Kegiatan pelatihan yang diselenggarakan oleh BLK kualitasnya masih belum memadai hal tersebut dikarenakan pelatihan hanya dilakukan dalam waktu yang singkat 1-2 hari, dan setelah pelatihan tidak ada program lanjutan terkait pembentukan kelompok ataupun evaluasi program kegiatan, sehingga keberlanjutan program pelatihan menjadi tidak terpantau dengan baik.  Balai Latihan Kerja ( B L K ) Analisis rasio luas jalan dengan luas wilayah dilakukan untuk mengetahui gambaran aksesibilitas makro di Kabupaten Wonogiri. Semakin tinggi nilai rasio luas jalan dengan luas wilayah, maka aksesibilitasnya semakin baik. Aksesibilitas yang semakin baik akan berimplikasi pada konektivitas jalan di daerah tersebut juga semakin baik. Perhitungan rasio luas jalan dengan luas wilayah didasarkan pada rumus panjang jalan dikalikan lebar jalan rata-rata (sesuai dengan status jalan) dibagi dengan luas wilayah dalam satuan kilometer persegi. Nilai indeks yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai indeks minimum untuk memenuhi standar pelayanan mutu (SPM) jalan, yaitu sebesar 0,05 (Kepmenkimpraswil No 534/KPTS/M/2001). Hasil perhitungan rasio luas jalan dengan luas wilayah disajikan pada Tabel 1 di bawah ini.  C.3.2 I Transportasi A. Analisis Agregat Aksesbilitas (Rasio Luas Jalan dengan Luas Wilayah) Tabel Hasil Perhitungan Indeks Aksesbilitas Sumber : Analisis 2017 Hasil perhitungan indeks aksesibilitas menunjukkan bahwa nilai indeks aksesibilitas Kabupaten Wonogiri sebesar 0,012. Nilai ini lebih rendah dari nilai minimum SPM jalan sebesar 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa prasarana jalan di Kabupaten Wonogiri belum mendukung SPM aksesibilitas dan konektivitas wilayah.
  • 29. Halaman II . 22 Indeks Aksesibilitas hanya memberikan informasi umum aksesibilitas wilayah secara keseluruhan. Untuk melihat variasi aksesibilitas di dalam wilayah, sebaran jaringan jalan harus diketahui untuk mengidentifikasi area-area yang aksesibilitasnya sudah baik dan area yang aksesibilitasnya kurang baik. Guna mendukung keperluan tersebut, maka kondisi aksesibilitas secara intra wilayah dipetakan menggunakan teknik weighted kernel density terhadap data jaringan jalan (bersumber dari RTRW Kabupaten Wonogiri) dengan faktor pembobot adalah lebar jalan rata – rata. Hasil pemodelan aksesibilitas yang diperoleh disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. B. Analisis Aksesibilitas Intra Wilayah Hasil yang diperoleh dari Gambar 1 menunjukkan sebaran wilayah yang sudah memiliki aksesibilitas baik dan kurang baik. Warna merah mengindikasikan wilayah dengan aksesibilitas kurang baik. Wilayah dengan aksesibilitas kurang baik ini umumnya berada di daerah bertopografi berbukit dan bergunung. Jalan pada wilayah berbukit umumnya jalan setapak atau jalan yang di semen pada dua sisi yang hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat (Gambar 2). Peta Kondisi Aksesibilitas Intra Wilayah Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017
  • 30. Halaman II . 23 Sedangkan area berwarna oranye hingga hijau muda merupakan wilayah yang dilalui oleh jalan kecamatan hingga jalan kabupaten yang sebagian besar sudah diaspal dan terdiri dari dua lajur (Gambar 3). Area berwarna hijau merupakan area dengan aksesibilitas baik. Area ini merupakan area yang mempunyai jaringan jalan cukup rapat (banyak pilihan akses) dan dilalui oleh Jalan Kabupaten hingga Jalan Negara. Kondisi Jalan Pada Area Dengan Aksesibilitas Sangat Rendah Hingga Rendah Sumber : Survey lapangan 2017 Keberadaan terminal di Kabupaten Wonogiri hampir tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten. Hampir setiap kecamatan sudah mempunyai terminal yang berlokasi di ibukota kecamatan dan pada umumnya dekat dengan pasar. Terminal ini merupakan terminal kelas C yang melayani angkutan orang dan barang wilayah perdesaan (skala kecil). Sementara terminal besar kelas A dan kelas B yang melayani baik Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Bus Antar Kota Dalam Provinsi (ADAP) terdapat di tiga kecamatan, yaitu di Kota Wonogiri (Terminal Bus Giri Adipura), Terminal Bus Pracimantoro dan Terminal Bus Purwantoro.  C.3.3 I Terminal Kondisi Jalan Existing Pada Area Dengan Aksesibilitas Sedang Hingga Baik Sumber : Survey lapangan 2017
  • 31. Halaman II . 24 Terminal Bus Giri Adipura merupakan terminal terbesar di Kabupaten Wonogiri. Terminal ini merupakan Terminal Kelas A yang melayani angkutan bus menuju kota – kota besar di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bandung, Solo, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya. Sedangkan Terminal Bus Pracimantoro merupakan terminal bus yang menjadi penghubung mobilitas penduduk di Kabupaten Wonogiri bagian timur menuju Kota Wonogiri, Kota Wonosari Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta, dan kota – kota di sisi selatan Jawa Timur seperti Pacitan dan Trenggalek. Adapun Terminal Purwantoro di sebelah timur merupakan terminal penghubung mobilitas penduduk Wonogiri di sebelah timur, sekaligus menghubungkan dengan Kota Ponorogo, Magetan dan Madiun. Provinsi Jawa Timur. Informasi nama dan kelas terminal disajikan pada tabel dibawah, dan sebaran lokasi terminal disajikan pada Gambar. Peta Sebaran Terminal Bus Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017 Data Terminal Kabupaten Wonogiri Sumber : RTRW Wonogiri 2011-2031
  • 32. Halaman II . 25 Pasar rakyat/tradisional di kabupaten wonogiri tersebar merata di seluruh kecamatan sebanyak 30 pasar. Dimana pasar rakyat terbagi menjadi 3 type, yaitu type A, B, dan C berdasarkan fasilitas, sarana prasarana pendukung pasar dan jangkauan pelayanan. Sistim transportasi dan aksesibilitas menuju pasar dalam kondisi yang baik karena secara umum lokasi pasar berdekatan dengan terminal. Adapun pasar rakyat/tradisional sebagai salah satu prasarana perdagangan dan penggerak perekonomian masyarakat ditunjukkan pada tabel berikut:  C.3.4 I Pasar Pasar Wonogiri type A merupakan pasar induk di kabupaten Wonogiri yang memiliki jangkauan pelayanan seluruh kecamatan. Terdapat tujuh Pasar type C di enam kecamatan Kismantoro, Jatipurno, Giritontro, Batuwarno, Selogiri, Wonogiri (pasar Wonokarto dan Sidorejo) dengan jangkauan pelayanan satu kecamatan. Kabupaten Wonogiri belum memiliki gudang logistik untuk mendukung perdagangan, para pedagang pasar memanfaatkan kios pasar untuk menyimpan barang dagangan. Dalam pengelolaannya pasar tradisional dikelola sepenuhnya oleh pemerintah daerah tanpa adanya kerja sama dengan pihak swasta. Sejalan dengan visi Bupati yang akan melaksanakan pembangunan sarana prasarana salah satunya pasar, pemerintah kabupaten Wonogiri menargetkan merenovasi pasar tradisional satu pasar setiap tahunnya. Sebaran lokasi pasar dan aksesibilitasnya ditunjukkanpada gambar berikut : Data Pasar Rakyat Di Kabupaten Wonogiri Sumber : Dinas Perindagkop dan UMKM kabupaten Wonogiri, 2017
  • 33. Halaman II . 26 Pelayanan kebutuhan listrik di Kabupaten Wonogiri dilayani oleh dua rayon yaitu Rayon Wonogiri dan Rayon Jatisrono. Berdasarkan data tahun 2016, rasio elektrifikasi atau tingkat ketersediaan listrik di Kabupaten Wonogiri mencapai 87,62%. Dengan demikian, masih ada sekitar 12,38% rumah tangga yang tersebar di 108 dusun di Kabupaten Wonogiri yang belum terlayani listrik. Untuk memenuhi kebutuhan listrik, beberapa di antara mereka terpaksa menyalurkan listrik dari dusun terdekat. Sebaran Lokasi Pasar Dikabupaten Wonogiri Sumber : Analisis 2017  C.3.5 I Listrik Terlayani 88% Belum Terlayani 12% Rasio Elektrifikasi Kabupaten Wonogiri Sumber : Dinas ESDM Provinsi Jawa Tengah 2017
  • 34. Halaman II . 27 Jangkauan listrik di Kabupaten Wonogiri sudah relatif tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten, walaupun masih ada wilayah-wilayah yang belum teraliri listrik. Observasi di kawasan perbukitan Giritontro dan Karang Tengah sudah menunjukkan adanya layanan listrik ke permukiman penduduk dan tempat usaha.  C.3.6 I Sarana Persampahan Pelayanan Listrik di Permukiman dan Usaha Kecil di Kawasan Perbukitan Selatan Sumber : Observasi 2017 Untuk memenuhi kebutuhan listrik, selain dari PLN pasokan listrik didapatkan dari pembangkit listrik tenaga mikro hidro dan pembangkit litrik tenaga surya. Pembangkit listrik tenaga mikro hidro sebanyak satu unit yang berlokasi di Desa Karangtengah Kecamatan Karangtengah dengan kapasitas 15kVA dan melayani 100 pelanggan. Perkembangan produksi sampah setiap tahunnya mengalami peningkatan yang cukup signifikan akan tetapi yang terjadi saat ini adalah antara produksi sampah dengan kemampuan untuk mengelola sampah tersebut tidak seimbang. Penyebabnya adalah terbatasnya sarana pengumpul sampah dan pengangkut sampah serta adanya pengolahan sampah pada sumbernya. Berikut adalah data tentang volume total sampah dan jumlah sarana pengangkut sampah di Kabupaten Wonogiri: Volume sampah dan Angkutan Sampah Kabupaten Wonogiri Sumber : BPS Wonogiri Dalam Angka 2016
  • 35. Halaman II . 28 Berdasarkan dokumen RTRW Kabupaten Wonogiri 2011-2031, pengelolaan sampah kota/kecamatan di Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa tahapan mulai dari sumber sampah hingga pengangkutan ke TPA yaitu: 1. Sistem Individual Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap bangunan/sumber sampah dan diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Transfer Depo sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir. Aktivitas pengumpulan menggunakan gerobak sampah dan gerobak motor. 2. Penampungan Secara umum bahan penampung sementara merupakan bak sampah yang didistribusikan merata diseluruh kecamatan/kota di Kabupaten Wonogiri. Penempatan bak sampah pada umumnya ditempatkan pada lokasi-lokasi berdekatan dengan pusat aktivitas masyarakat dan pola kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah. 3. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tempat pembuangan akhir yang berada di Kabupaten Wonogiri merupakan tipe Open Dumping yaitu sampah hanya dibuang atau ditimbun di suatu tempat tanpa atau dengan dilakukan penutupan dengan tanah. Berikut tabel kapasitas TPA Kabupaten Wonogiri: Sumber : Peta Rencana Jaringan Sampah Kabupaten Wonogiri, RTRW 2011-2031 Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten Wonogiri memiliki 5 TPA yang melayani 25 Kecamatan dengan TPA dengan kapasitas kritis. TPA dengan kapasitas kritis diperlukan pengaturan/pengelolaan sampah lebih lanjut seperti perluasan lahan TPA serta pengolahan sampah dalam rangka daur ulang dan penggunaan ulang. Pemerintah Kabupaten Wonogiri telah mewacanakan untuk memindahkan TPA Pracimantoro karena berada di kawasan lindung karst. 4. Aksesibilitas TPA Tingkat aksesibilitas TPA di Kabupaten Wonogiri sangat mempengaruhi sistem pengangkutan dan distribusi pelayanan TPA. Pekerjaan distribusi pelayanan sampah memerlukan perhatian serius, karena itu diperlukan perencanaan peralatan dan pelaksanaan yang cermat. Selain lokasi TPA harus jauh dari keramaian kota dan dapat dipergunakan dalam jangka waktu lama, TPA juga harus memiliki akses yang baik sehingga pengangkutan sampah dari TPS ke TPA menjadi lebih efisien. Berikut merupakan tingkat aksesibilitas TPA di Kabupaten Wonogiri:
  • 36. Halaman II . 29 5. Sistem Pengelolaan Sampah Rencana sistem pengelolaan sampah yang akan diterapkan di Kabupaten Wonogiri dengan 3 (tiga) model pengelolaan sampah, yaitu: a. Sistem on site Sistem ini masih dipertahankan khususnya bagi daerah yang masih bersifat pedesaan, yaitu dengan ditimbun atau dibakar di pekarangan rumah. b. Sistem off site Yaitu sistem pengelolaan sampah secara bertahap melalui pos-pos pembuangan, mulai dari tong sampah, TPS dan dilanjutkan ke TPA. c. Sistem campuran Sistem ini diterapkan dalam kaitannya dengan adanya kegiatan industri di Kabupaten Wonogiri, di mana untuk limbah padat industri sebelum dibuang ke TPA, perlu adanya seleksi atau treatment agar tidak mencemari lingkungan. Sumber : Hasil Analisis Jaringan Jalan – Studio PPW 2017  C.3.7 I Sistim Drainase dan Irigasi Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan adalah pembangunan sistem drainase primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten, dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada, baik sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi sebagai saluran pembuang utama. Secara teknis sistem drainase berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air limpahan yang tidak terserap di dalam tanah (run off). Besar kecilnya drainase permukaan sangat dipengaruhi oleh kemiringan tanah dan jenis vegetasi penutup tanah. Jaringan drainase di Kabupaten Wonogiri dikembangkan dengan sistem jaringan terbuka dan sistem jaringan tertutup. Sistem jaringan terbuka dilakukan untuk pematusan air hujan, sedangkan sistem jaringan tertutup dilakukan untuk pematusan air kotor. Secara umum seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri memiliki drainase yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri tidak terdapat daerah genangan.
  • 37. Halaman II . 30 Peta Kondisi Drainase Wilayah Kabupaten Wonogiri Sumber : RTRW Kabupaten Woogiri Kondisi drainase alami baik, bebas genangan Drainase alami kurang baik, cukup rawan genangan Drainase alami kondisi buruk, rawan genangan Rencana jaringan drainase primer (sungai) Rencana jaringan drainase sekunder Rencana jaringan drainase tersier Drainase Wilayah Kabupaten Wonogiri Jaringan Drainase Pengembangan sistem jaringan drainase perkotaan dan perdesaan adalah pembangunan sistem drainase primer, sekunder dan tersier yang berfungsi untuk melayani seluruh bagian wilayah kabupaten, dengan memanfaatkan sistem jaringan drainase yang sudah ada, baik sungai, anak sungai, maupun saluran-saluran sistem irigasi sebagai saluran pembuang utama. Secara teknis sistem drainase berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air limpasan yang tidak terserap di dalam tanah (run off). Besar kecilnya drainase permukaan sangat dipengaruhi oleh kemiringan tanah dan jenis vegetasi penutup tanah. Jaringan drainase di Kabupaten Wonogiri dikembangkan dengan sistem jaringan terbuka dan sistem jaringan tertutup. Sistem jaringan terbuka dilakukan untuk pematusan air hujan, sedangkan sistem jaringan tertutup dilakukan untuk pematusan air kotor. Secara umum seluruh wilayah di Kabupaten Wonogiri memiliki drainase yang baik. Hal ini dapat dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri tidak terdapat daerah genangan.
  • 38. Halaman II . 31 Jaringan Irigasi Irigasi primer mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Lokasi Irigasi primer pada Kabupaten Wonogiri terletak di Sungai Bengawan Solo, Sungai Dengkeng, Sungai Jlantah, Sungai Walikan, Sungai Brambang, Sungai Samin, Sungai Ranjing, Sungai Langsur, Sungai Buntung, dan Sungai Siluwur. Kabupaten Wonogiri mempunyai 19 Daerah Aliran Sungai (DAS), diantaranya: DAS Alang Ngunggahan, Amblo, Dengkeng, Durensewu, Gandingan, Gempeng, Kali Madiun, Keduang, Kedungguling, Kepuh, Krawang, Mento, Pondok, Sambirejo,Selo Hulu, temon, Walikan, Wiroko dan Wuryantoro. Berikut ini merupakan gambar Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Wonogiri. Kabupaten Wonogiri mempunyai Daerah Irigasi 392 DI dengan luas total daerah yang terairi 30.572 Ha, yang terletak di 11 (sebelas) Kecamatan, yaitu: Kecamatan Eromoko 3,0%, Wuryantoro 7,3%, Manyaran 3,2%, Selogiri 10,9%, Wonogiri 11,8%, Sidoharjo 14,5%, Jatipurno 5,9%, Girimarto 22,5%, Puhpelem 6,1%, Tirtomoyo 4,7% dan Pracimantoro 10,2%. Jumlah daerah irigasi yang merupakan kewenangan Kabupaten Wonogiri sebanyak 442, jumlah P3A yang sudah terbentuk 49 diantaranya sudah berkembang sementara yang lainnya masih dalam kategori belum dan sedang berkembang. Kondisi infrastruktur pengairan yang masih kurang kuantitas dan kualitasnya, akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan, dan akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Daerah Irigasi (DI) kewenangan Pusat sebanyak satu DI seluas + 439 ha berada di Kecamatan Selogiri. Daerah irigasi kewenangan Provinsi sebanyak 3 DI seluas + 934 ha berada di Kecamatan Wonogiri, Ngadirojo, dan Girimarto. Daerah irigasi kewenangan Kabupaten Wonogiri sebanyak 392 DI seluas + 30.572 ha berada di seluruh kecamatan, jumlah P3A yang sudah terbentuk 49 diantaranya sudah berkembang sementara yang lainnya masih dalam kategori belum dan sedang berkembang. Kondisi fisik jaringan dan bangunan irigasi pada umumnya rawan terhadap kerusakan yang disebabkan oleh bencana alam, sementara kemampuan petani untuk melakukan pemeliharaan jaringan irigasi relatif masih kurang sebagai konsekuensi dari sistem irigasi kecil dan pola pemanfaatan air yang monokultur untuk usaha tani sawah.
  • 39. Halaman II . 32 Sistem jaringan irigasi di Kabupaten Wonogiri Sumber : Observasi lapangan 2017 Permasalahan utama dalam pembangunan pertanian tanaman pangan khususnya padi adalah penyediaan air irigasi. Kenyataan yang ada bahwa kualitas sumberdaya baik sumberdaya manusia yaitu petani dan aparat pemerintah daerah pada umumnya masih perlu mendapat perhatian secara khusus sehingga mempengaruhi kemampuan dalam mengelola sumber daya air. Di lain pihak kondisi infrastruktur pengairan mengalami penurunan kuantitas dan kualitasnya, yang akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan, dan akhirnya berpengaruh terhadap kesejahteraan petani. Kondisi geografis wilayah Wonogiri topografinya berbukit hingga bergunung, hal ini memerlukan biaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pengairan yang besar. Aktivitas pertanian pada wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan pertanian lahan basah dan kering, dengan pengelolaan sawah diusahakan dengan irigasi setengah teknis, sederhana dan teknis. Sedangkan sumber yang digunakan untuk irigasi menggunakan air dari mata air. Untuk pengelolaan irigasi dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah. Penyediaan air irigasi bagi pertanian rakyat ditujukan untuk mendukung produktivitas lahan dalam rangka meningkatkan produksi pertanian yang maksimal. Analisis Jaringan Irigasi Wonogiri
  • 40. Halaman II . 33 Hak guna air untuk irigasi berupa hak guna pakai air dan hak guna usaha air untuk irigasi. Hak guna air untuk irigasi diberikan terutama hanya untuk kepentingan pertanian, dengan tetap memperhatikan kepentingan lainnya berdasarkan ketersediaan dan kebutuhan air pada daerah pelayanan tertentu. Daerah Irigasi Kabupaten Wonogiri meliputi seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri yang termasuk dalam kategori Daerah Irigasi Besar, yaitu : Daerah Irigasi Krisak, Daerah Irigasi Beton, Daerah Irigasi Balong, Daerah Irigasi Temon, Daerah Irigasi Sugihan, dan Daerah Irigasi Colo Barat, yang tidak dibatasi wilayah administrasi. Luas keseluruhan ketujuh Daerah Irigasi ini sekitar 4.400 Ha Kondisi geografis wilayah Wonogiri topografinya berbukit hingga bergunung, hal ini memerlukan biaya pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur pengairan yang besar. Kondisi bangunan irigasi yang ada pada wilayah yang berbukit sebagian besar dalam kondisi rusak karena kurangnya perawatan terhadap bangunan yang ada, untuk lebih jelas mengenai kondisi jaringan irigasi Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Kondisi Jaringan Irigasi Tersier Kabupaten Wonogiri Sumber : Data Sekunder Kondisi Jaringan Irigasi Tersier Kabupaten Wonogiri Sumber : Data Sekunder
  • 41. Halaman II . 34  C.3.8 I Air Bersih Gambaran Umum Daerah Wonogiri memiliki kondisi hidrologi yang beragam, mulai dari daerah yang subur dan mempunyi sumber air yang baik, hingga daerah yang sama sekali tidak memiliki sumber air. Daerah dengan sumber air yang baik rata-rata berada di bagian utara dan di bagian selatan merupakan daerah rawan bencana kekeringan. Ada 7 kecamatan yang termasuk dalam kategori rawan kekeringan yaitu: Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Manyaran, dan Eromoko yang menyebar di 41 desa kelurahan. Sedangkan berdasarkan RTRW Kabupaten Wonogiri pengembangan sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan sistem Akuifer Buatan dan Simpanan Air Hujan (ABSAH) di rencanakan pada kawasan rawan kekeringan meliputi: Kecamatan Pracimantoro; Kecamatan Giritontro; Kecamatan Paranggupito; Kecamatan Giriwoyo; Kecamatan Eromoko; Kecamatan Wuryantoro; Kecamatan Manyaran; Kecamatan Nguntoronadi; dan Kecamatan Batuwarno. Menurut data Pemkab Wonogiri, 71 desa di Wonogiri masuk kategori sanitasi beresiko tinggi, 170 desa kategori sanitasi beresiko sedang dan 53 desa beresiko sanitasi rendah. Masyarakat Kabupaten Wonogiri memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan berbagai sumber yang memungkinkan untuk mereka akses diantaranya adalah: a. PDAM (sambungan rumah / SR) b. Air Permukaan (AP) c. Perlindungan Mata Air (PMA) atau mata air terlindungi d. Sumur Pompa Tangan (SPT) e. Sumur Gali (SGL) f. Sumur Bor (arteis) g. Penampungan Air Hujan (PAH). PDAM 11% AP 2% PMA 28% SPT 12% SGL 25% S.Bor 7% PAH 5% Non Akses 10% Proporsi Pemakaian Sarana Air Bersih Sumber : Buku Putih Sanitasi 2013 Sumber : Analisis
  • 42. Halaman II . 35 Waduk GAJAH MUNGKUR sebagai sumber air baku Keberadaan Waduk Gajah Mungkur (WGM) di Kabupaten Wonogiri memang berpengaruh terhadap supply pemenuhan air bersih bagi masyarakat. Air Baku tersebut sebagai sumber untuk jaringan SPAM Regional Wosusokas (Wonogiri, Sukoharjo, Solo, Karanganyar, Sragen). Pemanfaatan air WGM bagi masyarakat Wonogiri melalui Perusahaan Daerah Air Minum Giri Tirta Sari (PDAM GTS). PDAM GTS Wonogiri mengakui ketercukupan air baku yang dimiliki selama ini belum maksimal sehingga berakibat pasokan tidak lancar, khususnya di awal musim penghujan. Pasalnya, air baku akan keruh dan membutuhkan waktu tiga hari untuk menjernihkan kembali. Dia mengatakan air baku bagi pelanggan PDAM dicukupi dengan sistem interkoneksi dari sumber air Kurya, Kabupaten Karanganyar dan air Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Jangkauan Pelayanan Air Bersih Jangkauan pelayanan air bersih baik yang digunakan oleh masyarakat Kabupaten Wonogiri untuk memenuhi kebutuhan air bersihnya rata-rata menggunakan mata air terlindungi dan sumur. Sebagian kecil menggunakan air permukaan dan Penampungan air hujan. Penduduk yang belum memiliki akses air bersih atau belum terlayani mencapai 10% dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah Jangkauan Layanan Air Bersih Kabupaten Wonogiri Sumber : PDAM Giri Tirta Sari Wonogiri, Data Survey Sanitarian Dinkes Kab. Wonogiri Tahun 2012, Hasil Olah Data Pokja Sanitasi Kab. Wonogiri 2015
  • 43. Halaman II . 36 ,0 10000,0 20000,0 30000,0 40000,0 50000,0 60000,0 70000,0 1.Wonogiri 2.Sidoharjo 3.Pracimantoro 4.Selogiri 5.Wuryantoro 6.Ngadirojo 7.Girimarto 8.Giritontro 9.Giriwoyo 10.Eromoko 11.Jatisrono 12.Batuwarno 13.Manyaran 14.Slogohimo 15.Purwantoro 16.Paranggupito 17.Baturetno 18.Jatipurno 19.Tirtomoyo 20.Nguntoronadi 21.Jatiroto 22.Kismantoro 23.Bulukerto 24.Karangtengah 25.Puhpelem Jangkauan layanan air bersih PDAM Non PDAM Pop tak terlayani ,0 5000,0 10000,0 15000,0 20000,0 25000,0 30000,0 35000,0 40000,0 45000,0 50000,0 1.Wonogiri 2.Sidoharjo 3.Pracimantoro 4.Selogiri 5.Wuryantoro 6.Ngadirojo 7.Girimarto 8.Giritontro 9.Giriwoyo 10.Eromoko 11.Jatisrono 12.Batuwarno 13.Manyaran 14.Slogohimo 15.Purwantoro 16.Paranggupito 17.Baturetno 18.Jatipurno 19.Tirtomoyo 20.Nguntoronadi 21.Jatiroto 22.Kismantoro 23.Bulukerto 24.Karangtengah 25.Puhpelem Sumber Air Bersih Non PDAM AP PMA SPT SGL S.Bor PAH Peta Desa Dengan Resiko Sanitasi Tinggi Sumber : RTRW Kabupaten Wonogiri
  • 44. Halaman II . 37 PDAM Giri Tirta Sari Pemenuhan air bersih dengan Jaringan Perpipaan terlindungi yang ada di Kabupaten Wonogiri dikelola oleh PDAM Giri Tirta Sari. Namun ada juga yang dikelola oleh masyakat dengan sistem PAM Komunal yang bersumber dari sumur bor. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa hampir sebagaian besar wilayah kabuapten wonogiri termasuk kedalam kategori daerah rawan sanitasi. Hal ini dikarenakan sulitnya aksesibilitas terhadap air bersih, pada peta tersebut digambarkan dengan symbol berwarna merah. Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Kabupaten WonogiriSumber : PDAM Giri Tirta Sari Wonogiri
  • 45. Halaman II . 38 D I Karakteristik Demografi  Jumlah Penduduk laki-laki lebih banyak dikarenakan bekerja diluar daerah  Konsentrasi penduduk terfokus pada 5 kecamatan Penduduk Wonogiri pada tahun 2015 tercatat 949.017 jiwa, dengan komposisi, 461.307 laki-laki dan 487.710 perempuan. Jumlah ini meningkat dari tahun 2014 dengan laju pertumbuhan penduduk 0,35 persen. Sex ratio (rasio jenis kelamin) sebesar 94,59% mengartikan bahwa pada tahun 2015 untuk setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Wonogiri terdapat 94 penduduk laki-laki. Besaran sex rasio yang lebih kecil dari 100 ini berhubungan dengan pola migrasi Wonogiri sebagai pengirim migran, dimana penduduk laki-laki lebih banyak yang merantau ke luar wilayah. Kepadatan penduduk Kabupaten Wonogiri Pada tahun 2015 adalah 521 jiwa/km2 dengan penyebaran penduduk yang tidak merata di setiap kecamatan. Berdasarkan gambar 1, masih tampak bahwa penyebaran penduduk masih mengelompok di beberapa kecamatan. Kecamatan Jatisrono merupakan daerah dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1.148 jiwa per km2, sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Paranggupito yang hanya 259 jiwa per km2. Sumber : Analisis 2017 Dominasi Pusat Aktifitas Berdasarkan Kepadatan Penduduk Tiap Desa  Wonogiri  Selogiri  Jatisrono  Slogohimo  Baturetno Pusat aktifitas yang dipengaruhi Kecamtan Wonogiri sebagai ibu kota Kabupaten Pusat aktifitas terfokus pada kecamatan Baturetno, yang cenderung dilatarbelakangi faktor historis Pusat aktifitas yang berpusat pada Kecamtan Jatisrono dan Slogohimo, Sebagai titik henti, antara Wonogiri dan Kabupaten Tetangga
  • 46. Halaman II . 39 Berdasarkan ilustrasi kerenel density diatas tampak bahwa penyebaran penduduk masih mengelompok di beberapa kecamatan, tepatnya di kecamatan Wonogiri, Jatisrono dan Baturetno, dengan persentase penduduk tertinggi yaitu 8,44 %, sedangkan persentas penduduk terendah terdapat pada Kecamatan Paranggupito yang hanya 1,77 %. Sebaran Penduduk  Relatif terpusat pada beberapa pusat aktiftas Struktur penduduk Wonogiri berdasarkan data BPS tahun 2015 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja (umur 15-64 tahun) cukup tinggi, yaitu sebesar 753.854 orang. Jumlah angkatan kerja sebanyak 521.058 orang dimana 505.043 orang diataranya bekerja disektor usaha, sisanya 16.015 orang masih menganggur. Sehingga tingkat pengangguran rata-rata wonogiri sebesar 3,07 %. Sturktur Penduduk  Piramida penduduk dan Angkatan Kerja 80000 60000 40000 20000 Diagram Piramida Penduduk Berdasarkan Usia pada Tahun 2015 Sumber : Analisis data BPS 2016 Jika dilihat dari usia penduduk, jumlah penduduk produktif (umur 15-64 tahun) di suatu wilayah sangat menentukan rasio ketergantungan penduduk di wilayah tersebut. Rasio ketergantungan menggambarkan beban tanggungan ekonomi kelompok usia produktif (umur 15-64 tahun) terhadap kelompok usia tidak produktif (kurang dari 15 tahun dan 65 tahun ke atas). Besar kecilnya rasio ketergantungan mempengarui tingkat keberhasilan pembangunan disuatu wilayah. Semakin besar rasio ketergantungan maka semakin sedikit penduduk usia produktif yang berpartisipasi dalam pembangunan.
  • 47. Halaman II . 40 Tabel Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia Kabupaten Wonogiri Sumber : Analisis data BPS 2016 Jika dilihat tingkat produktifitas penduduk kabupaten Wonogiri melalui komparasi jumlah penduduk usia kerja teradap penduduk yang bekerja disimpulkan bahwa, untuk usia diats 25 tahun jumlah penduduk usia kerja yang bekerja mencapai 70% (cukup produktif) Produktifitas Penduduk Usia Kerja (PUK) Jumlah Proporsi Penduduk Usia 15 Tahun yang Bekerja Terhadap PUK Menurut Kelompok Umur 2015 Sumber : Analisis data BPS 2016 Selain itu jika dilihat dari komposisi penduduk usia kerja antara wilayah perdesaan dan perkotaan di Kabupaten Wonogiri, dapat disimpulkan bahwa baik diwilayah perkotaan maupun perdesaan jumlah pekerja diatas 15 s/d 54 hampir berimbang, sementara diwilayah perdesaan yang notabene adalah berbasis pertanian yang merupakan sektor unggulan Wonogiri pekerja didominasi oleh usia diata 55 tahun. Persentase Penduduk Usia Kerja berdasarkan Kelompok Umur di Daerah Perkotaan dan Perdeasan, tahun 2015 Sumber : Analisis data BPS 2016
  • 48. Halaman II . 41 Meliputi daerah Wonogiri bagian selatan [ sebagian daerah ini telah tenggelam ke dalam genangan waduk gajah mungkur ]. Masyarakat Sembuyan ini memiliki karakter sebagai KUTUK KALUNG KENDHO. Masyarakat di Sembuyan ini, lebih bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau bersifat masyarakat PATERNALISTIK. Karena itu, ketika pemerintah Orde Baru membangun waduk gajah mungkur seluas 8.800 ha yang menenggelamkan 51 desa di 7 wilayah kecamatan serta harus memindahkan 60 ribu jiwa penduduknya, hampir tak menemui kendala yang cukup berarti. Daerah SEMBUYAN Wilayah ini meliputi kali wiroko dan sekitanya atau berada di bagian tenggara wilayah Kabupaten Wonogiri atau tepatnya di wilayah kecamatan Tirttomoyo dan sekitarnya. Masyarakat Wiroko ini memiliki karakteristik sebagai KETHEK SERANGGON. Seperti layaknya kera, suka hidup bergerombol. Tapi memiliki sfat sulit diatur, mudah tersinggung dan agak longgar dalam tata krama sopan santun. Jika didekati mereka adakalanya bersifat kurang mau menghargai, tetapi jika dijauhi mereka sakit hati. Orang jawa mengatakan mereka itu lebih bersifat masyarakat yang gampang- gampang angel [gampang-gampang sulit]. Daerah WIROKO Meliputi daerah Wonogiri bagian timur. Karakter masyarakatnya dikenal sebagai LEMAH BANG GINEBLEGAN. Yakni bagai tanah liat yang bisa menjadi padat jika ditepuk-tepuk. Masyarakat ini suka berfoya-foya, boros dan agak sulit untuk diperintah. Tapi bagi pemimpin yang mampu memahmi sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuk-nepuk layaknya sifat tanah liat, sebenarnya mereka akan menjadi mudah diarahkan demi tujuan positif. Daerah KEDUWANG E I Lima Karakter Masyarakat Wonogiri Daerah NGARLOH Seperti diketahui dalam data sejarah, Mangkunegara I dalam mengendalikan kerajaanya membagi sifat penduduk daerah Wonogiri menjadi 5 daerah karakter. Meliputi antara lain sebagai berikut: Wilayah Wonogiri bagian utara, diantaranya mencakup wilayah kecamatan Selogiri, memiliki karakteristik BANDOL NGROMPOL. Artinya sifat masyarakat di Nglaroh ini pada umumnya kuat rokhani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol. Sifat mereka ini sangat positif dalam kaitan menggalang kesatuan dan persatuan. Mereka juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan yang jika mampu memanfaatkan potensi masyarakat Nglaroh ini, akan menjadi semacam kekuatan dasar yang kuat demi perjuangan.
  • 49. Halaman II . 42 Mencakup wilayah Wonogiri bagian timur laut, yang sebagian diantaranya kini telah masuk wilayah kabupaten Karanganyar, masyarakat Honggobayan memiliki sifat layaknya ASU GALAK ORA NYATHEK. Ibarat anjing galak [ suka menggonggong ] tapi tidak menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras bahkan menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, sehingga ada kesan , mereka sepintas memang menakutkan. Namun demikian sebenarnya mereka baik hati. Perintah apapun dari pemimpinannya akan dikerjakan dengan baik. stakeholder yang terlibat dalam sebuah aktifitas berbeda tergantung pada konteksnya. Di Kabupaten Wonogiri, stakeholder yang terlibat secara makro dalam mendukung percepatan pembangunan, terutama pada setor pertanian, perkebunan, dan peternakan adalah, terdiri dari berbagai elemen. Daerah HONGGOBAYAN PERTAMA : Birokrasi (eksekutif) dalam hal ini instansi-instrasi terkait yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan petanian, perkebunan, dan perternakan seperti Bappeda, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultural, Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM, Dinas Peternakan, Perikanan, dan Kelautan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Instansi pemerintah ini sebagai stakeholder yang dilibatkan dalam memberikan support baik kebijakan, strategi dan anggaran dalam peningkatan dan percepatan pembangunan. KEDUA : Anggota legislative sebagai kelompok stakeholder yang mempunyai peranan dalam mendukung dalam pelaksanaan anggran dan legitimasi. KETIGA : Pengusaha (investor) dan dunia usaha sebagai kelompok stakeholder yang dalam peranannya dapat memberi dukungan berupa investasi dan modal serta peluang tenaga kerja. KEEMPAT : Organisasi sosial masyarakat sebagai kelompok yang memperjuangkan aspirasi marginal dan kontrol sosial terhadap permasalahan/ isu-isu sosial terkait pertanian, peternakan, dan perkebunan. KELIMA : Masyarakat sebagai kelompok social subjek/penggerak kegiatan yang secara langsung menjadi faktor penentu kegiatan pertanian, perkebunan, dan peternakan dapat berjalan. Dan keenam, perguruan tinggi yaitu kelompok yang terlibat dalam memberikan dukungan terhadap peningkatan profibilitas pertanian berdasarkan hasil penelitian mereka. Peran masing-masing stakholder dalam bentuk aktifitas/kegiatan dapat dilihat pada lampiran. F I Stakeholder M A M P I N G
  • 50. Halaman II . 41  Analisis S T A K E H O L D E R Berdasarkan identifikasi pemangku kepentingan di atas, selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh dan kepentingan dari masing-masing stakeholder. Analisis dilakukan terhadap stakeholder-stakeholder, dengan menilai pengaruh kegiatan- kegiatannya terhadap peningkatan komuditas baik pertanian, peternakan, dan perkebunan. Dari hasil analisis terhadap beberapa variable pengukur realisasi kegiatan diperoleh bahwa pengaruh stakeholder dalam mendukung percepatan pembangunan dari sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan masih lemah. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik perencanaan, penganggran, pelaksanaan, dan lain-lain relative masih rendah. Hal ini dapat dilihat pada diagram venn diatas, dimana peran secara umum untuk kegiatan pertanian, peternakan, dan perkebunan dipengaruhi langsung oleh instansi teknis, dan dalam mendukung peningkatan yang membutuhkan koordinasi dengan dinas lain seperti Dinas PU, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas Penanam Modal, dan lembaga-lembaga terkait yang mampu memberi dukungan percepatan pembangunan belum terkoordinir secara baik. Peran masyarakat sebagai petani/peternak memberikan pengaruh yang sangat kecil begitu juga peran kelompok tani, gabungan kelompok tani, koperasi, produsen benis, pedagang saprotan, dan buruh tani dalam kegiatan on farm, pengaruhnya sangat kecil. Pengaruh dalam mendukung kegiatan off farm juga masih rendah yang di dukung oleh BUMDES, indutri pengolahan, pengepul, pasar desa, pasar kecamatan, dan eksportir. Selanjutnya, dari gambaran secara makro keterlibatan pemangku kepentingan yang ada, perlu dilakukan juga analisis terkait pemangku kepentingan secara mikro yang terlibat dalam pengembangan komuditas-komuditas unggulan di Wonogiri, sebagaimana diketahui bahwa semakin spesifik peran pemangku kepentingan itu di petakan maka akan semakin berbeda-beda pula peranan dan keterlibatannya. Oleh karena itu, sub bab berikut akan menganalisis stakeholder sesuai dengan masing-masing komuditas yang telah di tentukan sebagai komuditas unggulan di Kabupaten Wonogiri. Diagram Hubungan dan Jaringan antar Stakeholder Sumber : Analisis, 2017 Lembaga Keuangan Lembaga Akadmis L.S.M Bapermasdes Bumdes GAPOKTAN Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan HoltikulturaBAPPEDA Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kelompok Tani Petani/ Peternak Buruh Tani Pedagang Saprotan Koperasi Produsen Benih Industri Pengolahan Pengepul Pasar Desa Pasar Kecamatan Eksportir Dinas PerindustrianDinas P.UDinas Penanaman Modal Dinas Tenaga Kerja dan TransmigrasiDPRD
  • 51. Halaman II . 42  STAKEHOLDER M A P P I N G Berdasarkan Komoditas Unggulan dan Komoditas Andalan Kabupaten Wonogiri Stakeholder memiliki peran yang sangat penting dalam rangka pengembangan wilayah Kabupaten Wonogiri. Hasil analisa intrawilayah menunjukan bahwa pertanian merupakan sektor basis utama yang menopang perekonomian di Kabupaten Wonogiri yang dapat dikategorikan sebagai : 1) komoditas unggulan (sapi, mete, cengkeh dan ubi kayu); 2) komoditas andalan (padi, jagung, kakao dan kambing) dan 3) komoditas potensial (kacang tanah, jamus, kacang merah, aggrek, biofarmaka, cabe jamu, janggelan, kapas, kelapa deres, dan ayam kampung).  KOMODITI METE Dari hasil analisis, pengaruh stakeholder di Komuditas Mete masih lemah. Meski demikian, stakeholder yang terlbibat dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas mete umumnya sudah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menjalankan aktivitas, namun dengan intensitas kegiatan yang rendah. Jika dilihat pada diagram venn, pola hubungan antar stakeholder secara umum sudah memiliki keterkaitan. Stakeholder yang berengaruh besar dalam peningkatan produktivitas mete (1) petani mete; (2) pengepul biji mete dan pengrajin mete; (3) adalah PPL; industri olahan mete di luar Wonogiri; dan industri CNSL. (4) Bappeda, Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikulturan, pengepul kulit, agen/took mete, dan idustri tahu; (5) Industri obat pertanian, perkebunan mete luar wonogiri, produsen bibit, pedagang seprotan, dan peternak. Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Mete Sumber : Analisis, 2017 Industri Tahu Industri CNSL Industri obat pertanian Agen / Toko Mete Industri olahan Mete Luar Wonogiri Pengepul Biji Mete Pengrajin Biji Mete Pengepul kulit Mete Perkebunan Mete luar Wonogiri Petani METE Peternak P P L Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hotikultural BAPPEDA Pedagang SaprotanProdusen Bibit KOMODITAS UNGGULAN
  • 52. Halaman II . 43  KOMODITI UBI KAYU Sama halnya dengan Komoditi Mete, hasil analisis didapati pengaruh stakeholder di Komuditas Ubi Kayu masih lemah. Meski demikian, stakeholder yang terlbibat dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas ubi kayu sudah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menjalankan aktivitas, namun dengan intensitas kegiatan yang rendah. Stakeholder yang memiliki pengaruh dalam meningkatkan produktivitas dan profibilitas ubi kayu adalah (1) petani ubi kayu; (2) kelompok tani dan GAPOKTAN yang berperan sebagai wadah bagi petani dalam mengembangkan usaha; (3) Penyuluh Pertanian Lapangan yang berperan dalalm memberikan penyuluhan; (4) pengrajin yang berperan dalam mengolah ubi kayu agar meminiki nilai tambah; (5) Dinas pertaniann, tanaman pangan, dan holtikultura, berperan dalam mengakomodir kegiatan petani ubi kayu secara substansi dan penganggaran kegiatan, perdagangan pupuk berperan menyediakan pupuk bagi petani, dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM yang berperan dalam mendukung alat pertanian skala UMKM, pengadaan pameran, dll; (7) Bappeda berperan dalam mengakomodir kegiatan SKPD teknis, dan (8) adalah Balai Penyuluh Pertanian tingkat kecamatan berperan dalam melakukan penyuluhan tingkat kecamatan, mengakomodir PPL, dan menyediakan informasi pasar, teknologi, kepada petani di tingkat kecamatan, lembaga akademis berperan dalam melakukan penelitian untuk meningkatkan produktivitas ubi kayu, pedagang pupuk berperan dalam menyediaka pupuk bagi petani, pengepul, dan tenaga kerja upahan. Petani UBI KAYU Kelompok Tani GAPOKTAN PPL BPP Pedagang Pupuk Tanker upahan Pengepul Pengrajin Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura BAPPEDA Dinas Perindustrian, Perdagangan dan UMKM Lembaga Akademis Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Ubi Kayu Sumber : Analisis, 2017
  • 53. Halaman II . 44  KOMODITI CENGKEH Peran stakeholder dalam pengembangan komoditas cengkeh di Wonogiri juga masih lemah. Hal ini dilihat dari Intensitas peran stakeholder terhadap kegiatan yang masih rendah. Pola hubungan antar stakeholder secara umum dalam pegembangan komoditas cengkeh adalah (1) Petani cengkeh memiliki pengaruh paling besar; (2) Industri rokok yang berperan membantu menyediakan benih bagi petani dan membeli cengkeh dari petani; (3) PPL, Bappeda dan Dinas Pertanian, Pangan & Hortikultura memiliki pengaruh yang sama, dimana PPL berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani cengkeh sedangkan Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura berperan dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan cengkeh serta Bappeda dalam menyusun perencanaan pembangunan pertanian secara umum; (4) Industri minyak atsiri, industri herbal, pengepul, eksportir, pedangang saprotan, produsen benih dan Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia belum memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengembanan komoditas cengkeh di Wonogiri. Pedagang Saprotan Prodeusan Benih P P L Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura BAPPEDA PETANI CENGKEH Industri Rokok di Luar Wonogiri Pengepul Eksportir Industri Herbal Luar Industri Minyak astiri Luar APCI Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Cengkeh Sumber : Analisis, 2017
  • 54. Halaman II . 45  KOMODITI S A P I Peran stakeholder dalam pembangan komoditas sapi di Wonogiri secara umum masih belum optimal. Dilapangan didapati masih terdapat beberapa stakeholder yang belum menjalankan perannya dalam mengangkat produktifitas peternakan sapi, sehingga berdaya saing lebih. Stakeholder yang memiliki pengaruh dalam meningkatka produktivitas dan profibilitas sapi diidentifikasi (1) peternak sapi meimiliki pengaruh paling besar; (2) BUMD yang berperan dalam meningkatkan kesejahteraan petani ternak; (3) Pedagang Bakso, stakeholder ini cukup berpengaruh dikarenakan kontribusinya menambah nilai ekonomidari usaha bakso; (4) Petani Penyedia pakan yang berperan dalam menyediakan pakan ternak, pedagang local dan pengrajin yang berperan dalam meningkatkan nilai ekonomi sapi; (5) industri pakan ternak beperan mensuply pakan bagi petani ternak, Penyuluh Pertanian Lapangan yang berperan dalalm memberikan penyuluhan, dan koperasi berperan dalam menyediakan pelayanan bagi masyarakat tani; (6) kelompok tani yang berperan dalam mendukung ativitas peternakan dan sebagai media berbagi ilmu para peternak, pasar hewan yang berperan mengakomodir tempat penjualan hewan; (7) perbankan, RPH, pedagang dari luar wonogiri, pengrajin kulit, pengrajin wayang, pedagang bakso, industri obat, dan took obat merupakan elemen pendukung yang memiliki peran paling kecil. Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Sapi Potong Sumber : Analisis, 2017 PERBANKAN PETERNAK SAPI Kelompok Peternak R P H Penyedia Pakan Industri Pakan Ternak Pedagang Bahan Bakso PEDAGANG BAKSO Jagal KecamatanPedagang Lokal Pengrajin Pengrajin Kulit Sapi Pengrajin Wayang Pedagang Luar Wonogri B U M P P P L Toko Obat Industri Obat
  • 55. Halaman II . 46  KOMODITI J A G U N G Hasil observasi dan analisis menunjukkan peran stakholder pada komoditi jagung masih belum optimal dan perlu ditingkatkan. Pola hubungan antar stakeholder secara umum sudah memiliki keterkaitan. Urutan pengaruh stakeholder dalam pegembangan komoditas jagung berturut – turut sebagai berikut (1) Petani jagung memiliki pengaruh paling besar; (2) Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura yang berperan dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan kakao; (3) PPL yang berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani jagung; (4) BPP, Bappeda, Poktan, Gapoktan yang perannya masih kurang; (5) stakeholder yang paling rendah pengaruhnya adalah pedagang saprotan, produsen benih, buruh tani, pedagang kecil, peternak, pengepul, pedagang besar, dan industri pakan ternak diluar wonogiri. Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Jagung Sumber : Analisis, 2017 KOMODITAS ANDALAN BAPPEDA Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura GAPOKTAN KELOMPOK TANIP P L B P P Buruh Tani Produsen Benih Pedagang Saprotan Pengepul Pedagang Kecil Peternak Pedagang Besar Industri di Luar Wonogiri PETANI JAGUNG
  • 56. Halaman II . 47  KOMODITI K A K A O Peran stakholder pada pengembangan komoditi Kakao juga masih belum optimal. Pola hubungan antar stakeholder komoditas kakao adalah (1) Petani kakao memiliki pengaruh paling besar; (2) PPL yang berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani kakao; (3) Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura yang berperan dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan kakao; (4) Koperasi dan Industri pengolahan di luar wonogiri, pengaruh kedua stakeholder tersebut tidak terlalu besar dimana koperasi berperan dalam akses modal bagi petani kakao sedangkan industri pengolahan tidak terlibat langsung mengembangkan kakao di wonogiri; (5) Bappeda dan Pengepul, dimana Bappeda tidak terlibat secara langsung hanya sebatas menyusun perencanaan pembangunan pertanian secara umum sedangkan pengepul hanya membeli dan memasarkan biji kakao dari petani; (6) peternak, pedagang saprotan, produsen benih dan lembaga akademis hanya berfungsi sebagai elemen pendukung yang memiliki peran paling kecil. PETANI KAKAO P P L BAPPEDA Produsen Benih Pedagang Saprotan Peternak KOPERASI Pengepul Industri Pengolahan Luar Wonogiri Eksportir Lembaga Akademis Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Kakao Sumber : Analisis, 2017
  • 57. Halaman II . 48  KOMODITI K A M B I N G Dari hasil analisis, pengaruh stakeholder dalam pembangan komoditas kambing di Wonogiri belum optimal. Meski demikian, stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan peningkatan kualitas kambing umumnya sudah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam menjalankan aktivitas, namun dengan intensitas kegiatan yang rendah. Pola hubungan antar stakeholder dalam pegembangan komoditas kambing adalah (1) peternak kambing memiliki pengaruh paling besar; (2) Dinas Pertanian, Pangan dan Hortikultura yang berperan dalam penyusunan regulasi dan program pengembangan kakao; (3) PPL yang berperan dalam memberikan kegiatan penyuluhan bagi petani kakao; (4) RPH yang berperan untuk mengolah dan mendistribusikan daging kambing ke industri pengolahan; (5) Pasar Ternak dan Blantik yang berperan dalam membeli dan distribusi daging kambing ke RPH; (6) Bappeda yang berperan dalam menyusun perencanaan pembangunan pertanian / peternakan secara umum; (7) stakeholder yang paling rendah pengaruhnya adalah industri olahan daging kambing di luar Wonogiri karena tidak berdampak langsung terhadap pengembangan komoditas kambing di Wonogiri Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan P P L BAPPEDA PETERNAK KAMBING Belantik Pasar Ternak R P H Industri Pengolahan Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Kambing Sumber : Analisis, 2017
  • 58. Halaman II . 49  KOMODITI P A D I Pengaruh stakeholder di Komuditas padi masih belum optimal. belum semua stakeholder yang ada menjalankan peran sebagaimana mestinya. Pola hubungan stakholder pada komoditi Padi, dilihat dari besar pengaruh dalam meningkatkan produktivitas dan profibilitas padi adalah (1) Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultural yang berperan dalam mengakomodir kegiatan petani padi secara substansi dan penganggaran kegiatan; (2) kelompok tani dan gabungan kelompok tani yang berperan sebagai wadah bagi petani dalam mengembangkan usaha; (3) Petani yang menjalankan aktivitas pertanian; (4) FMR yang berperan dalam proses penggilingan, grading, dan penjualan beras; (5) Penyuluh Pertanian Lapangan yang berperan dalalm memberikan penyuluhan; (6) Pengepul yang berperan membeli hasil pertanian (padi) dan mengolahnya untuk dijual; (7) Bappeda berperan dalam mengakomodir kegiatan SKPD teknis, pedagang besar dan pedagang kecil yang berperan dalam menjual beras, (8) pedagang saprotan yang menyediaka saprotan, produsen benih yang menyediakan benih, dan buruh tani yang membantu kegiatan pertanian. upahan. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura GAPOKTAN Kelompok Tani Buruh Tani PETANI PADI P P L FORCE MILLING RICE Produsen Benih Pedagang Saprotan Pengepul Koperasi TaniPedagang Kecil Pedagang Besar Bappeda Diagram Venn Stakeholder pada Komoditi Padi Sumber : Analisis, 2017
  • 59. Halaman II . 50 Dari stakeholder beberapa komuditas di atas, selanjutnya dilakukan analisis terhadap stakeholder yang peranannya terus muncul dalam pengembangan komidutas. Ini di lakukan dengan mengoverlay stakeholder yang terlibat dalam komuditas-kommuditas. Dari hasil diperoleh bahwa, kecenderungan stakeholder yang terlibat dalam pengembangan pertanian, peternakan, dan perkebunan adalah:  Hasil Analisis STAKEHOLDER M A P P I N G 1. Bappeda 2. Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura 3. Balai Penyuluh Pertania 4. PPL 5. Koperasi 6. Petani 7. Kel Tani 8. Gapoktan 9. Tenaga kerja upahan/buruh tani 10. Pengrajin 11. Pengepul 12. Lembaga akademmis 13. Industri olahan luar wonogiri 14. Industri olahan 15. Eksportir 16. Pedagang Kecil 17. Pedangang besar 18. Pedagang saprotal 19. Produsen bibit 20. Peternak Peran masing-masing stakeholder, dapat dilihat pada diagam venn berikut dimana (1) peran Bappeda, Dinas Pertanian, tanaman pangan dan holtikultural dan Penyuluh Pertanian Lapngan (PPL) berpengaruh besar dalam meningkatkan produktivitas. Sedangkan Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan (BPL) pengaruhnya kecil karena lebih pada unsur koordinasi dengan PPL, peranan penyuluh lebih besar pada PPL. (2) Pengaruh Petani/peternak besar dalam melaksanakan aktivitas. Sedangkan pengaruh kelompok tani dan gapoktan masik relative kecil karena belum semua komuditas mengaktifkan kelompok tani dan gapoktan ini. Begitu juga dengan buruh tani, pengaruhnya kecil, karena ia hanya berperan ketika musim tanam dan panen. (3) Pedagang seprotan, Produsen Bibit memberi pengaruh yang cukup besar dalam mendukung produktivitas. (4) Pengepul perannya hampir ada di semua komuditas sebagai pembeli hasil dan juga pengolah hasil, begitu pula industri olahan dari luar Wonogiri, hampir semua komuditas di olah juga di liar Wonogiri. (5) Eksportir memberi pengaruh kecil dimana hanya beberapa komuditas yang menjadi sasaran pembelian dari luar. (6) Koperasi, Pedagang Besar, Pedagang Kecil, dan Pengrajin memberi pengaruh keci. (7) Lembaga akademis juga berpengaruh kecil dalam meneliti potensi peningkatan komuditas di Kabupaten Wonogiri.
  • 60. Halaman II . 51 Perumusan isu spesifik dilakukan dengan melakukan analisis data sekunder dan data primer yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan analisis data kemudian memunculkan potensi dan permasalahan di Kabupaten Wonogiri. Potensi dan permasalahan yang muncul dikelompokkan menjadi kriteria tertentu yang kemudian mengerucut pada dua isu penting yaitu rendahnya daya saing dan lemahnya peran stakeholder yang pada akhirnya memunculkan isu spesifik dimana pengelolaan sumber daya lokal di Kabupaten Wonogiri kurang kompetitif. Pemetaan potensi dan permasalahan dipergunakan sebagai langkah awal dalam menyusun strategi pengembangan wilayah di Kabupaten Wonogiri. Potensi yang terdapat di Kabupaten Wonogiri diharapkan bisa menjadi sebuah pendorong bagi perkembangan wilayah di Wonogiri sedangkan identifikasi permasalahan sebagai faktor penghambat menjadi tantangan yang nantinya diupayakan untuk diselesaikan dengan strategi tertentu. G I Perumusan I S U S P E S I F I K Eksportir BAPPEDA Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Holtikultura BPP P P L GAPOKTAN Kelompok Tani Buruh Tani PETANI / PETERNAK Pedagang Saprotan Produsen Bibit PENGEPUL KOPERASI Industri Olahan Luar Wonogiri Pedagang Bear Pedagang Kecil Pengrajin Lembaga Akademis Dominasi Stakeholder Antar Komoditi Sumber : Analisis, 2017
  • 61. Halaman II . 52 Perumusan isu spesifik dilakukan dengan menggunakan alat analisis MIND MAPPING yang hasil analisisnya dapat digambarkan sebagai berikut : M I N D M A P P I N G Potensi yang tersedia Permasalahan Sumber:Analisis2017
  • 62. Halaman III . 1 Halaman III . 1 P . P . W R E G I O N A L P L A N N E R URBAN AND REGIONAL PLANNING DIPONEGORO UNIVERSITY Analisis Komoditas Pengembangan Utama Dalam rangka pembangunan ekonomi daerah, identifikasi potensi wilayah mutlak diperlukan untuk menetapkan kebijakan pola pengembangan baik secara sektoral maupun secara multisektoral. Salah satu langkah identifikasi potensi ekonomi daerah adalah dengan melakukan analisis komoditas pengembangan utama sehingga komoditas dengan kriteria unggulan dan andalan daerah. Komoditas unggulan adalah komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif, karena telah memenangkan persaingan dengan produk sejenis di daerah lain. Keunggulan kompetitif demikian dapat terjadi karena efisiensi produksinya yang tinggi akibat posisi tawarnya yang tinggi baik terhadap pemasok, pembeli, serta daya saingya yang tinggi terhadap pesaing, pendatang baru maupun barang substitusi. Sedangkan komoditas andalan adalah komoditas potensial yang dipandang dapat dipersandingkan dengan produk sejenis di daerah lain, karena disamping memiliki keunggulan komparatif juga memiliki efisiensi usaha yang tinggi. Efisiensi usaha itu tercermin dari efisiensi produksi, produktivitas pekerja, profitabilitas dan lain-lain. Analisis komoditas pengembangan utama dilakukan untuk efisiensi dan efektifitas penggunaan energi dan sumber daya yang ada di Kabupaten Wonogiri. Analisis ini diharapkan mampu memberikan arahan dan fokus perencanaan terhadap pengembangan komoditas lokal yang memiliki peluang dan potensi tinggi untuk percepatan pembangunan Kabupaten Wonogiri. Analisis komoditas pengembangan utama dilakukan dengan terlebih dahulu mencermati secara agregat potensi komoditas yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya dilakukan analisis intra wilayah dengan memetakan komoditas yang memiliki peluang untuk dikembangkan. Hasil dari survey dan observasi lapangan yang telah dilakukan digunakan sebagai konfirmasi guna penggalian secara lebih mendalam mengenai karakteristik komoditas yang terdapat di Kabupaten Wonogiri. Hasil cross check informasi antara data primer dan data sekunder kemudian dianalisis dengan menggunakan skoring. Analisis Komoditas Pengembangan Utama Analisis Aktifitas Wilayah Makro Analisis Mikro Wilayah Selatan Perumusan Stratgei Pembangunan Analisis Integrasi Antar Wilayah Mikro Analisis Mikro Wilayah Utara