SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 100
Downloaden Sie, um offline zu lesen
GPS DAN GIS
SURVEI PEMETAAN
MENGGUNAKAN
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang
tak terkira sehingga modul pelatihan ini selesai disusun. Pelatihan ini akan secara
nyata meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya
Manusia (SDM) di bidang Pemetaan di lingkungan Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat. Peningkatan kapasitas ini sangat penting artinya
dalam pengelolaan data dan informasi geospasial, dan juga sebagai dukungan
dalam kegiatan pencantuman koordinat geografis (geotagging) pada lokasi
pelaksanaan paket kegiatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, untuk
dapat membantu terlaksananya program PU melalui Kepmen PU Nomor 25
Tahun 2014 tentang pengelolaan Data Spasial di lingkungan Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta dalam mendukung percepatan
pelaksanaan prioritas pembangunan Nasional.
GPS merupakan alat bantu dalam mengelola data baik spasial maupun non spasial
dan saat ini telah menjadi alat utama untuk mengetahui informasi posisi.
Pelatihan ini memberikan kesempatan kepada para petugas dari berbagai bidang
di Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbarui diri dengan perkembangan
teknologi GPS yang cepat tersebut. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan
pengguna dapat melakukan pekerjaan - pekerjaan survei dan pemetaan
menggunakan GPS.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung
terselesaikannya penyusunan modul pelatihan ini, para reviewer yang telah
meluangkan waktu untuk mereview dan memberikan saran perbaikan, dan juga
terselenggaranya pelatihan dasar - dasar GPS dan pemetaan. Pada akhirnya
semoga modul sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja.
Disusun di Jakarta tahun 2016
Pusat Data dan Teknologi Informasi
Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
Pengenalan GPS dan GIS
BAB II
Quantum GIS
BAB III
Manajemen Data GPS di dalam GIS
BAB IV
Simbolisasi dan Layouting Kartografis
BAB V
Analisa Spasial dan Aplikasi GIS
BAB VI
Publikasi Data GPS Ke dalam Peta Online
G LOSSAR IU M
DAFTAR ISI
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
1
BAB I
GPS DAN GIS
1. 1 Mengapa Menggunakan GPS ?
Manfaat utama GPS adalah dapat memberikan informasi posisi di permukaan bumi, Segala
kegiatan yang berkaitan dengan posisi/lokasi di permukaan bumi dapat diselesaikan dengan
bantuan GPS. Misalnya kita akan pergi ke suatu tempat baru yang belum pernah kita kunjungi,
dengan bantuan GPS, kita bisa mengetahui cara (disebut rute) agar kita bisa sampai di tempat
tersebut tanpa harus bertanya kepada orang - orang rute menuju ke tempat tersebut. Ilmu dan
metode untuk mengetahui posisi suatu tempat (baik secara relatif maupun absolut) kita kenal
dengan istilah navigasi. Ilmu ini banyak digunakan sejak jaman dulu sampai sekarang. Bentuknya
juga berkembang mulai dari kompas sederhana, peta, teropong, hingga sekarang menggunakan
GPS. GPS telah merevolusi cara pandang orang terhadap posisi dan lokasi. Penggunaan GPS di
jaman sekarang dapat ditemui di berbagai bidang, mulai dari dunia transportasi (posisi pesawat,
bus, mobil, keretaapi), militer (navigasi rudal, satelit mata-mata), hingga ke aktivitas olahraga
(hiking, climbing). Dengan menggunakan GPS, orang tidak terlalu khawatir berada di
tempat asing karena dia dapat mengetahui posisinya dengan baik dan apa yang harus dia lakukan
di tempat tersebut.
1. 2 Sistem GPS
Global Positioning System (GPS) adalah sebuah sistem navigasi satelit yang menyediakan
informasi lokasi dan waktu dalam berbagai kondisi cuaca, dimanapun di atas permukaan bumi,
sepanjang masih menerima sinyal GPS yang dipancarkan dari satelit. Pengembangan GPS dimulai
dari tahun 1973 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan beroperasi penuh pada tahun
1995. Nama resminya adalah NAVSTAR-GPS. Sistem GPS terdiri dari 24 satelit yang membentuk
konstelasi di luar angkasa dan beberapa satelit lagi sebagai cadangan. Berikut ini adalah tabel
perkembangan jumlah satelit yang beroperasi semenjak awal dibangun hingga sekarang.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
2
Blok Satelit
Periode
Peluncuran
Jumlah satelit yang telah diluncurkan
Beroperasi di Orbit
Sukses Gagal Dalam persiapan Rencana
I 1978–1985 10 1 0 0 0
II 1989–1990 9 0 0 0 0
IIA 1990–1997 19 0 0 0 6
IIR 1997–2004 12 1 0 0 12
IIR-M 2005–2009 8 0 0 0 7
IIF From 2010 8 0 4 0 8
IIIA From 2016 0 0 0 12 0
IIIB — 0 0 0 8 0
IIIC — 0 0 0 16 0
Total 65 2 5 36 32
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Satelit GPS (Sumber : Wikipedia. Juni 2014)
1. 3 Cara Kerja Sistem GPS
Untuk menentukan posisi koordinat suatu tempat di permukaan bumi, GPS menggunakan prinsip
triangulasi. Sebagaimana diketahui, GPS memancarkan sinyal ke segala arah dari pusat satelit, dan
membentuk ruang sinyal dalam bentuk bola (sphere). Kita dipermukaan bumi menerima sinyal
tersebut dan receiver yang kita gunakan mencatat bahwa jarak kita 11.000 miles (kenapa jarak bisa
diketahui ? GPS memancarkan sinyal pada jam X dengan kecepatan Y dan diterima oleh receiver
dalam waktu X+I, dengan demikian jarak satelit ke receiver adalah I dikalikan Y). Karena ruang
sinyal bentuknya sphere, maka jarak 110000 miles dapat berada dimana saja di dalam ruang sinyal
satelit.
Gambar 1.2 Triangulasi Satelit Pertama
Sumber : Trimble GPS Tutorial
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
3
Selanjutnya, ada satelit kedua yang memancarkan sinyal dan menangkap posisi kita pada jarak
12000 miles. Berarti, ada dua sphere yang terbentuk, dan posisi kita pasti ada di irisan antara dua
sphere tersebut, tidak lagi di seluruh ruang sphere 1 dan sphere 2. .
Gambar 1.3 Triangulasi Satelit Kedua
Kemudian ada satelit ketiga yang diterima sinyalnya, dan jarak ke receiver ternyata 13000 miles.
Adanya satelit ketiga ini semakin menyempitkan posisi kita menjadi hanya ada dua kemungkinan
lokasi seperti ditunjukkan gambar di bawah. Untuk memastikan yang mana lokasi kita, bisa
digunakan satelit keempat, tapi biasanya salah satu dari dua lokasi tersebut posisinya tidak berada
di permukaan bumi, sehingga dapat dipastikan hanya ada satu lokasi yang merupakan lokasi
receiver kita, dengan demikian posisi kita dapat ditentukan koordinatnya.
Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi disebutkan bahwa
triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi receiver dan pada akhirnya
nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak berada di permukaan bumi. Yang
menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui satu titik berada di permukaan bumi,
padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan
mudah jika posisi koordinat satelit di luar angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat
dihitung. Koordinat posisi satelit dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi
koordinat dan ketinggian satelit sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit
dikontrol oleh Ground Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground
station dan kemudian dipancarkan ke seluruh dunia.
Gambar 1.5 Pseudo Random Code
Sumber : Trimble GPS Tutorial
Sumber : Trimble GPS Tutorial
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
4
Dengan menggunakan kecepatan cahaya, maka waktu tempuh satelit ke receiver biasanya sangat
sedikit (seper sekian detik), oleh karena itu penanda waktu baik di satelit maupun receiver haruslah
sangat tersinkronisasi dan sangat presisi. Untuk satelit tidak ada masalah karena bisa digunakan
jam atom. Namun untuk receiver? Implementasi jam atom akan menyebabkan harga receiver
menjadi sangat mahal dan tidak akan dapat dibeli masyarakat umum. Oleh karena itu, sebagai
pengganti jam atomik yang presisi, di GPS receiver digunakan pengukuran satelit keempat dari
triangulasi di atas. Jika waktu di receiver tidak ada kesalahan, seharusnya pengukuran jarak dari
GPS keempat (dan sphere yang dihasilkan) akan menghasilkan lokasi fix kita di permukaan bumi,
namun jika waktu receiver tidak sinkron dengan satelit, maka kalkulasi akan menjadi error dan
pengukuran satelit keempat tidak akan tepat menginterseksi ketiga pengukuran satelit sebelumnya.
Receiver kemudian akan menghitung faktor koreksi dalam bentuk pengurangan hasil pengukuran
agar ke empat sphere dari empat satelit tepat berinterseksi di satu titik, faktor koreksi ini juga
sekaligus menjadi faktor koreksi waktu di Receiver agar kembali sama dengan jam atomik di satelit.
Gambar 1.6 Triangulasi Satelit Keempat sebagai Pengkoreksi Waktu Receiver
Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi disebutkan bahwa
triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi receiver dan pada akhirnya
nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak berada di permukaan bumi. Yang
menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui satu titik berada di permukaan bumi,
padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan
mudah jika posisi koordinat satelit di luar angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat
dihitung. Koordinat posisi satelit dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi
koordinat dan ketinggian satelit sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit
dikontrol oleh Ground Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground
station dan kemudian dipancarkan ke seluruh dunia.
Dengan demikian, melengkapi prinsip triangulasi sebagai cara receiver memperoleh informasi posisi
koordinat di permukaan bumi, dapat diketahui juga tiga aspek yang menyusun sistem GPS, yaitu
Satelit GPS di angkasa, GPS receiver di permukaan bumi, dan Ground Station sebagai pemelihara
sistem.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
5
Gambar 1.7 Tiga Segmen GNSS/GPS
1. 4 Sinyal GPS
Setiap saat Satelit GPS memancarkan sinyal elektromagnetik pada spektrum gelombang mikro
berisi pesan navigasi ke seluruh dunia sesuai cakupannya. Sinyal ini diterima oleh receiver dan
memprosesnya menjadi informasi posisi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Sinyal dari
satelit membawa informasi antara lain sinyal jarak untuk menghitung jarak receiver dan satelit, dan
pesan navigasi. Pesan navigasi antara lain berisi informasi orbit satelit, jam satelit pada waktu sinyal
diluncurkan, dan informasi lainnya. Pesan navigasi ini diistilahkan sebagai “Almanac GPS”. Sinyal
GPS satelit kemudian dipancarkan dalam beberapa frekuensi mulai dari Frekuensi L1 sampai L5.
 Frekuensi L1 merupakan frekuensi yang di masa lalu dikenal sebagai Coarse Acquisition (C/A)
Code dan Encrypted Precision P(Y) Code. L1 merupakan frekuensi yang diterima di
kebanyakan receiver mulai dari grade navigasi sampai grade geodetic. L1 sendiri dibagi dua
yaitu C/A code untuk kepentingan sipil dan P(Y) code untuk kepentingan militer.
 Frekuensi L2 merupakan frekuensi baru yang dikembangkan pada tahun 1995. Frekuensi L2
lebih presisi daripada frekuensi L1 dan hanya bisa diterima receiver tipe geodetik dan
sebagian receiver tipe mapping. Receiver yang mendukung penerimaan dual frequency (L1
dan L2) memungkinkan untuk melakukan differential GPS processing untuk memperoleh data
posisi dengan akurasi sentimeter sampai millimeter.
 Frekuensi L3 merupakan frekuensi sangat presisi yang hanya digunakan untuk kepentingan
militer, yaitu untuk kepentingan peledakan nuklir.
 Frekuensi L4 dan L5 tidak ditransmisikan ke permukaan bumi dan hanya digunakan untuk
mengkaji pengaruh ionosfer terhadap sinyal GPS dan kemungkinan koreksinya.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
6
1. 5 Jenis dan Sumber Kesalahan Posisi dari GPS
Sinyal GPS dan pemodelan matematis untuk memperoleh informasi koordinat yang akurat hanya
bisa diperoleh jika sinyal ditransmisikan dalam kondisi ruang hampa udara dan tidak ada unsur
pengganggu diantara satelit dan receiver. Dalam kenyataannya, terdapat banyak faktor internal dan
eksternal yang dapat berpengaruh terhadap sinyal GPS sehingga tidak dapat menghasilkan
informasi koordinat yang akurat dan presisi .
Sumber utama eksternal pengganggu sinyal GPS adalah atmosfer bumi. Atmosfer dapat
menghamburkan, membelokkan dan memperlambat sinyal GPS sehingga kecepatannya tidak
konstan (yang berpengaruh pada kalkulasi jarak). Strata dari atmosfer yang dapat mengganggu
sinyal GPS antara lain Ionosfer (ketinggian 50 sampai 500 km dari permukaan bumi) yang banyak
mengandung partikel ionisasi, dan Troposfer (ketinggian 0 - 50 km) yang banyak mengandung uap
air dan variasi suhu/tekanan udara. Diantara keduanya, yang paling berat pengaruhnya terhadap
sinyal GPS adalah Ionosfer.
Gambar 1.8 Sinyal GPS terpengaruh oleh Ionosfer dan Troposfer
Setelah sampai di permukaan bumi, gangguan tidak berhenti. Sinyal GPS besar kemungkinan
dipantulkan dan dibelokkan arahnya oleh benda di permukaan bumi sebelum sampai ke receiver.
Efek ini disebut dengan “multipath error”. Gedung, vegetasi tinggi dan benda bermagnet merupakan
beberapa contoh penyebab multipath yang pada akhirnya menyebabkan penerimaan sinyal yang
sama selama dua kali atau lebih di receiver sehingga kalkulasi koordinat menjadi rawan salah.
Beberapa jenis receiver mapping dan geodetik biasanya mempunyai teknologi pemilahan sinyal
untuk memisahkan sinyal yang datang langsung dari satelit dan sinyal yang disebabkan oleh efek
multipath.
Sumber : Trimble GPS Tutorial
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
7
Gambar 1.9 Multipath
Sedangkan faktor internal penyebab kesalahan posisi antara lain kesalahan informasi ephemeris
dan almanac GPS yang dipancarkan oleh satelit bersamaan dengan sinyal. Walaupun kesalahan ini
biasanya sudah dimonitor dan diminimalisir oleh Ground Station, kesalahan dari aspek satelit ini
masih mungkin bisa terjadi.
Sebelum tahun 2000, sistem GPS pernah diimplementasikan yang disebut Selective Availability
(SA). SA adalah implementasi “noise” terhadap sinyal GPS sehingga kalkulasi koordinat tidak bisa
akurat dalam batas tertentu. Hal ini sengaja dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika untuk
mencegah penggunaan GPS oleh pelaku kejahatan dan terorisme. SA tidak berlaku untuk
kepentingan militer karena receiver militer diberikan semacam kode pendeskripsi SA sehingga efek
ini dapat dihilangkan. Saat ini SA sudah dimatikan sehingga GNSS/GPS dapat digunakan
semaksimal dan seoptimal mungkin baik untuk kepentingan sipil maupun militer.
Kesalahan - kesalahan diatas umumnya dapat dikoreksi antara lain menggunakan teknik differensial
GPS (akan dibahas di modul GPS tingkat lanjut).
1.6 Jenis Receiver GPS
GPS Receiver adalah alat yang dapat melakukan penerimaan sinyal GPS dari satelit GPS dan
memproses sinyal tersebut untuk menghasilkan data koordinat. Dewasa ini dikenal tiga kategori
GPS Receiver untuk kepentingan sipil (non militer), yaitu GPS Receiver Tipe Navigasi, GPS
Receiver Tipe Mapping, dan GPS Receiver Tipe Geodetik
1.6.1 Receiver GPS Tipe Navigasi
GPS Receiver tipe navigasi adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai alat bantu
navigasi dan informasi posisi secara umum. Receiver navigasi biasanya dicirikan dengan
kemampuan memberikan informasi koordinat dengan akurasi mulai dari 3 meter hingga puluhan
meter. Selain informasi posisi, receiver navigasi biasanya mempunyai fitur lain seperti Peta, turn by
turn navigation, lokasi fasilitas penting, route planning, tracking, geocaching dan fungsi lain.
Receiver tipe navigasi harganya biasanya cukup murah dan tersedia bebas di pasaran. Receiver
tipe Navigasi dapat berbentuk dedicated handheld atau GPS modules yang bisa dikoneksikan
dengan komputer, laptop, kamera, kendaraan atau smartphone. Beberapa perusahaan
pengembang GPS Receiver tipe navigasi antara lain Garmin, Navman, Magellan, Tomtom, Mio dan
Navigon.
Sumber : Trimble GPS Tutorial
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
8
Gambar 1.10 Receiver Navigasi Handheld (Kiri), Receiver Navigasi Modules (Kanan)
1.6.2 Receiver GPS Tipe Mapping
GPS Receiver tipe mapping adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai receiver
GPS untuk kepentingan Survei dan Pemetaan. Receiver mapping biasanya dicirikan dengan
kemampuan memberikan informasi koordinat dengan akurasi mulai dari orde centimeter hingga 3
meter. Receiver ini juga sudah mendukung fasilitas koreksi data GPS yang diakibatkan efek
multipath, bias atmosfer, dan low visibility, baik secara koreksi metode absolut maupun differensial,
dan juga secara realtime correction maupun post processing correction, sehingga secara umum
kualitas data yang dihasilkan lebih baik dari receiver navigasi. Dikarenakan kegunaan utamanya
untuk survei dan pemetaan, biasanya fungsi navigasi yang disediakan tidak sebanyak receiver
navigasi, tapi fungsi pemetaan, manajemen data spasial dan Sistem informasi Geografisnya
diperbanyak. Receiver tipe Mapping umumnya berbentuk dedicated handheld dan sudah
mendukung sistem operasi mobile seperti Windows Mobile dan Android. Beberapa perusahaan
pengembang GPS Receiver tipe mapping antara lain Trimble, Spectra, Topcon, Sokkia, dan Leica.
Gambar 1.11 Receiver Mapping Handheld
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
9
1.6.3 Receiver GPS Tipe Geodetik
GPS Receiver tipe Geodetik adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai receiver
GPS untuk memperoleh informasi posisi yang akurat dan presisi hingga orde milimeter. Receiver ini
juga sudah mendukung fasilitas koreksi data GPS yang diakibatkan efek multipath, bias atmosfer,
dan low visibility, baik secara koreksi metode absolut maupun differensial, dan juga secara realtime
correction maupun post processing correction, sehingga secara umum kualitas data yang dihasilkan
jauh lebih baik dari receiver navigasi dan receiver mapping. Dikarenakan kegunaan utamanya untuk
informasi posisi yang presisi, biasanya fungsi navigasi dan mapping yang disediakan tidak banyak,
tapi fungsi koreksi data, logging/perekaman data. Receiver tipe Geodetik umumnya berbentuk
dedicated Antenna/Receiver yang nanti dapat dikoneksikan dengan receiver Mapping sebagai
controller-nya (atau dedicated controller). Beberapa perusahaan pengembang GPS Receiver tipe
mapping antara lain Trimble, Spectra, Topcon, Sokkia, dan Leica. GPS Receiver tipe geodetic
banyak dipakai untuk aplikasi yang memerlukan informasi posisi yang presisi seperti studi deformasi
tanah dan batuan, pengukuran kadastral (bidang tanah), studi pergerakan lempeng, pembuatan
peta skala besar, dan lain-lain.
Gambar 1.12 Receiver Geodetik
1.7 Aplikasi GPS
GNSS/GPS saat ini telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam kegiatan survei
dan pemetaan, tetapi juga kegiatan lain seperti kerekayasaan, olahraga, navigasi, transportasi,
kebencanaan dan lain-lain. Secara umum aplikasi GPS dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu
Lokasi, Navigasi, Tracking, Mapping dan Timing.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
10
1.7.1 Lokasi
Penentuan posisi koordinat merupakan aplikasi paling dasar dari GNSS/GPS. Contoh kegiatan
penentuan lokasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya, pemetaan titik dan penunjuk posisi sesuatu
di permukaan bumi.
Gambar 1.13 Penentuan Posisi
1.7.2 Navigasi
Navigasi atau penunjukan arah dan jalur menuju tempat tertentu sekarang sudah lazim
menggunakan GPS dibanding alat konvensional seperti kompas. Berbagai sarana dan kegiatan
transportasi sudah menggunakan GPS antara lain dalam penerbangan pesawat, pelayaran, hiking,
bepergian menggunakan kendaraan, dan lain-lain.
Gambar 1.14 Navigasi GPS menggunakan Smartphone
1.7.3 Tracking
Kalau navigasi atau penunjukan arah dan jalur menuju tempat tertentu, tracking adalah proses
monitoring dan perekaman sepanjang perjalanan menuju tempat tersebut. Beberapa kegiatan yang
menggunakan tracking antara lain pemetaan jalan, sungai, monitoring posisi kendaraan pelayanan
public seperti bus dan ambulans, dan lainnya.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
11
1.7.4 Mapping
Survei dan Pemetaan merupakan salah satu pengguna utama GPS. Dengan menggunakan GPS,
pemetaan dan ploting obyek di permukaan bumi dapat langsung dilakukan tanpa harus
menginterpretasi dan melihat posisi obyek tersebut berdasarkan referensi tertentu (misalnya peta
dasar dan foto/citra udara). Melalui fungsi penentuan titik (waypoint) dan tracking, pemetaan obyek
titik dan garis dapat langsung dilakukan menggunakan data GPS (tanpa harus menggunakan peta
dasar).
Gambar 1.16 Pemetaan Menggunakan GPS
1.7.5 Timing
Timing atau penentuan waktu/jeda waktu sekarang juga menggunakan GPS sebagai salah satu
sumber informasi atau referensi. Jam atom yang terpasang di satelit dapat menjadi standar
penunjuk waktu untuk berbagai kepentingan atau aplikasi yang memerlukan kepresisian waktu di
seluruh dunia.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
12
Gambar 1.17 Penggunaan GPS untuk menentukan waktu di Server maupun Client
1.8 GNSS (Global Navigation Satellite System)
Setelah GPS sukses digunakan di seluruh dunia, negara - negara maju yang memiliki teknologi
serupa mulai membangun dan meluncurkan sistem GPS milik mereka sendiri. Rusia
mengembangkan GLONASS, Eropa mengembangkan GALILEO, China membanguna jaringan
navigasi satelit BeiDou, India dengan INRSS-nya dan Jepang dengan sistem QZNSS.
Perkembangan ini menyebabkan berbagai sistem navigasi satelit yang telah dikembangkan
diusulkan untuk dapat bekerja secara bersama dan membentuk sistem navigasi satelit global yang
disebut Global Navigation Satellite System (GNSS) .
Sistem GNSS menggunakan konstelasi dua atau lebih satelit di angkasa untuk menghitung dan
mengirimkan informasi posisi (dalam bentuk koordinat absolut lintang, bujur dan ketinggian) ke
penerima di permukaan bumi. Sistem GNSS terdiri dari beberapa konstelasi satelit milik beberapa
negara yang membentuk satu konstelasi besar guna memberikan layanan posisi yang seakurat dan
sepresisi mungkin di seluruh dunia. Dengan adanya kerjasama GNSS, maka sistem GPS yang
sebelumnya hanya mampu menerima 24 satelit, jika ditambah GLONASS bisa menjadi sekitar
50-an satelit, Implikasinya adalah, kapanpun kegiatan penggunaan GPS dilakukan, kita tidak akan
khawatir akan ketersediaan jumlah satelit yang mengorbit tepat di atas kita. Namun demikian, belum
semua receiver mendukung penggunaan dua sistem navigasi satelit (misalnya GPS dan
GLONASS) pada waktu yang bersamaan. Biasanya hanya receiver tipe Mapping dan Geodetik
yang sudah mendukung dua atau lebih sistem navigasi satelit (umumnya GPS dan GLONASS yang
sudah operasional).
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
13
Tabel 1.2 Perbandingan Beberapa Konstelasi Sistem GNSS (Sumber : Wikipedia)
Gambar 1.18 Konstelasi Berbagai Sistem GNSS di Dunia, Uni Eropa Galileo (Kiri atas), Jepang QZNSS (Kanan atas), Amerika
GPS (Kiri bawah) dan Rusia GLONASS (Kanan bawah)
System
GPS GLONASS BeiDou Galileo IRNSS
Pemilik
Amerika Serikat Rusia China Uni Eropa India
Koding CDMA FDMA CDMA CDMA CDMA
Tinggi Orbit 20,180 km (12,540 mi) 19,130 km (11,890 mi) 21,150 km (13,140 mi) 23,222 km (14,429 mi) 36,000 km (22,000 mi)
Period Rotasi 11.97 hours (11 h 58 m) 11.26 hours (11 h 16 m) 12.63 hours (12 h 38 m) 14.08 hours (14 h 5 m) N/A
Jumlah Satelit Minimal 24
31, Termasuk
24 operasional
1 dalam persiapan
2 dalam pemeliharaan
3 cadangan
5 Sateli Geostationer,
30 Satelit medium Earth
orbit (MEO)
4 test bed satellites in
orbit,
22 operational satellites
budgeted
3 geostationary orbit
(GEO) satellites,
4 geosynchronous orbit
satellites
Akurasi (akses free)
Posisi: 3.5-7.8 m[9]
Posisi: 5–10 m
kecepatan: 0.1 m/s
Posisi: 10 m
kecepatan: 0.2 m/s
Posisi: 1 m Posisi: 10 m (India
daratan), 20 m (Indian
Akurasi (akses berbayar) Posisi: lebih baik dari 3.5
-7.8 m melalui koreksi
Posisi: 10 cm Posisi: 1 cm
Frequency 1.57542 GHz (L1 signal)
1.2276 GHz (L2 signal)
Around 1.602 GHz (SP)
Around 1.246 GHz (SP)
1.561098 GHz (B1)
1.589742 GHz (B1-2)
1.20714 GHz (B2)
1.26852 GHz (B3)
1.164–1.215 GHz (E5a
and E5b)
1.260–1.300 GHz (E6)
1.559–1.592 GHz (E2-L1
-E11)
N/A
Status Beroperasi Beroperasi 15 satelit beroperasi,
20 direncanakan
Dalam persiapan 4 satelit beroperasi,
3 satelit akan diluncurkan
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
14
1.9 Sistem Informasi Geografis
1.9.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem
informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff,
1989).
Secara umum pengertian SIG sebagai berikut:
” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang
bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanip-
ulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”.
Keunggulan utama dari SIG adalah SIG memungkinkan kita untuk melihat, memahami, menanyakan, menginterpretasi
dan menampilkan data spasial dalam banyak cara, yang memperlihatkan hubungan, pola dan trend secara spasial, da-
lam bentuk peta, globe, laporan dan grafik. SIG mampu membantu dalam pemecahan masalah dengan cara menampil-
kan data menggunakan cara yang mudah dipahami dan hasilnya mudah disebarluaskan.
Beberapa pertanyaan dan masalah yang dapat dipecahkan secara efektif dan efisien dengan menggunakan SIG, misal-
nya:
1. Dimana saja wilayah yang mengalami penurunan kualitas permukiman ?
2. Jenis pohon apa saja yang dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Rinjani?
3. Apakah setiap kawasan wisata pesisir di Indonesia sudah mengimplementasikan Peringatan Dini Bahaya Tsuna-
mi?
4. Bagaimana peluang pasar yang ada apabila di sebuah tempat akan dibangun sebuah toko?
5. Bagaimana perkembangan permukiman di Jakarta dari tahun 1980 sampai 2010?
6. Manakah rute yang tercepat dari Kantor Kementerian PU ke Bandara Sukarno Hatta?
dan beragam pertanyaan dan permasalahan spasial lainnya. Secara singkat fungsionalitas SIG meliputi kemampuan pen-
gukuran (measurement), pemetaan (mapping), pemantauan (monitoring) dan pemodelan (modeling).
Untuk menjawab pertanyaan diatas kita memerlukan data spasial yang menyajikan sebaran indikator permasalahan yang
diangkat dalam pertanyaan/permasalahan spasial untuk kemudian dianalisis menggunakan metode/teknik tertentu. Jika
dalam SIG dasar kita mempelajari cara pembuatan peta, esensi data spasial, karakteristik data spasial, akuisisi data,
manajemen data, dan aspek kartografi data spasial, maka dalam SIG analisis kita mempelajari mengenai bagaimana
cara memecahkan masalah keruangan atau mengaplikasikan SIG untuk kegiatan tertentu dan menghasilkan output ter-
tentu.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
15
1.9.2 Elemen SIG
Gambar 1.19 Elemen SIG
Sebagai sebuah sistem, SIG terdiri dari beberapa elemen fungsional yang mempunyai tugas - tugas spesifik. Elemen SIG
meliputi input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data serta keluaran informasi.
Data input merupakan elemen yang bertugas mengatur bagaimana data mentah dimasukkan ke dalam SIG. Data
yang dapat menjadi masukan dalam SIG antara lain peta (analog atau dijital), pengukuran lapangan, data GPS, foto
udara dan citra satelit, DEM, data statistik dalam bentuk laporan dan tabel , serta berbagai jenis data lainnya. Teknik
input data ke dalam SIG juga terdapat berbagai macam cara. Untuk data peta dalam bentuk cetak dapat dimasukkan ke
dalam SIG dengan menggunakan teknik dijitasi manual menggunakan digitizer. Sedangkan untuk data peta hasil scan-
ning dapat dimasukkan dalam SIG menggunakan teknik on-screen digitizing atau konversi raster ke vektor. Data foto
udara dan citra satelit dapat diekstrak informasinya menggunakan teknik on-screen digitizing (untuk interpretasi visual)
atau import raster (untuk hasil analisis dijital). Untuk data GPS dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan menggunakan
teknik COGO (coordinate geometry) atau menggunakan fasilitas import GPS data dari software SIG. Sedangkan untuk
data statistik dan data spasial dijital lain dapat dimasukkan ke dalam SIG menggunakan fasilitas eksport-import data yang
biasanya tersedia di setiap software.
Setelah dimasukkan ke dalam SIG, data kemudian dikelola dan disimpan dalam sebuah basis data spasial. Proses
pengelolaan data meliputi editing data dan cara penyimpanan data. Editing data diperlukan karena biasanya data
yang masuk ke dalam SIG masih memiliki kesalahan sebagai akibat dari proses input data maupun proses import datan-
ya. Penyimpanan data terkait bagaimana cara penyimpanan data ke dalam basis data spasial agar nantinya ketika data
dipanggil (retrieval) untuk analisa tertentu dapat berjalan optimal, efektif dan efisien. Terdapat berbagai jenis model
penyimpanan basis data di dalam SIG, masing - masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Manipulasi dan analisis data adalah mengenai bagaimana data diolah dan dianalisis untuk menghasilkan sebuah
informasi. Teknik analisa data di dalam SIG dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu teknik analisis data spasial
dan teknik analisis data atribut. Yang termasuk dalam kategori analisis spasial antara lain pengukuran
(measurement), reklasifikasi spasial (spatial reclassification), analisa jaringan, analisa permukaan (surface analy-
sis), vector geoprocessing (overlay, clipping, buffer, extraction, merging), dan raster geoprocessing (filter,
reklasifikasi, map algebra, majority analysis, interpolasi). Sedangkan yang termasuk teknik analisis data atribut
antara lain query, join table, analisa statistik.
Informasi hasil manipulasi dan analisis kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk. Bentuk paling umum dari keluaran
SIG adalah peta, baik dalam bentuk dijital di layar monitor, disket, CD ataupun dalam format cetak (hardcopy).
Bentuk keluaran yang lain bisa berupa tabel, grafik, maupun laporan. Hasil keluaran analisis juga bisa disimpan kembali
dalam basis data yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi lain.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
16
1.9.3 Data Spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geo-
grafis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membu-
atnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini :
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan
koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum (referensi titik ketinggian terendah) dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang
berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya.
Gambar 1.20 Data Grafis dan Data Atribut
1.9.4 Format Data Spasial
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file
satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu:
1.9.4.1 Data Vektor
Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh
garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah
garis).
Gambar 1.21 Data Vektor
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
17
1.9.4.2 Data Raster
Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data
raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Gambar 1.22 Data Raster
Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran piksel-nya. Dengan kata lain, resolusi piksel menggam-
barkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap piksel pada citra. Semakin kecil ukuran per-
mukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepre-
sentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan
sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin
besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia.
1.9.5 Geoprocessing/Analisis Spasial
Geoprocessing adalah suatu proses dalam SIG yang digunakan untuk mengolah/melakukan analisa terhadap data spasi-
al, dimana pada akhirnya akan menghasilkan data dan informasi yang baru. Bisa dibilang geoprocessing ini adalah aspek
yang paling penting di dalam SIG, yang membedakannya dengan kartografi (kartografi hanya berkutat pada teknik pem-
buatan peta saja). Geoprocessing dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu geoprocessing vector dan geoprocessing
raster.
Geoprocessing vector adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktu data vektor. Contoh dari
teknik geoprocessing vector antara lain clipping , buffering, splitting, merging, dan overlay vector.
Geoprocessing raster adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktur data raster. Raster
geoprocessing dipecah lagi menjadi operasi berbasis titik (point operation), berbasis piksel tetangga (neighbourhood op-
eration) dan berbasis zona (zonal operation). Yang termasuk dalam kategori point operation antara lain map algebra.
Sedangkan yang termasuk dalam kategori neighbourhood operation antara lain filter, raster statistics analysis dan majori-
ty analysis. Adapun yang termasuk dalam kategori zonal operation adalah zonal statistics analysis.
Gambar 1.23 Vector Geoprocessing dan Raster Geoprocessing
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
18
1.9.6 Sumber Data Spasial
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, data spasial dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain :
Peta Analog
Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta
analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata
angin dan sebagainya.
Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara perubahan
format dari analog menjadi digital. Proses perubahannya dan input datanya dapat dengan cara manual menggunakan
digitizer, maupun secara digital di layar monitor.
Data Penginderaan Jauh
Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting
bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit
di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam
tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster.
Data Hasil Pengukuran Lapangan
Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupa-
kan sumber data atribut contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan
hutan dan lain-lain. Data pengukurang lapangan yang bersifat spasial biasanya disimpan dalam bentuk tabel, untuk
kemudian setelah dimasukkan di dalam SIG kemudian dibangun topologi data spasialnya.
Data GPS (Global Positioning System)
Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS se-
makin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan
mengenai GPS akan diterangkan selanjutnya.
Data Statistik, Tabel, Laporan
Data statistik dalam bentuk tabel dan laporan - laporan dapat menjadi masukan dalam SIG. Data tabular setelah dimasuk-
kan dalam SIG kemudian diintegrasikan dengan data spasialnya melalui fungsi join dan relate table. Hasil join dan relate
dapat digunakan untuk mendukung analisa dan memperkaya data dan informasi di dalam basis data spasial.
1.9.7 Peta
Peta merupakan bagian penting dari SIG. Peta dalam SIG dapat berfungsi sebagai data masukan, cara representasi da-
ta, model untuk melakukan analisa, dan bentuk penampilan informasi. Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh
muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan
proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap
dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada
peta.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
19
1.9.7.1 Proyeksi Peta
Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk
kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat dida-
tarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar.
1.9.7.2 Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator)
Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan
topografi.
1.9.7.3 Sifat-sifat Proyeksi UTM
1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang
disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah.
2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone.
3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996.
4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1.
5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001.
6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter.
1.9.7.4 Sistem Koordinat UTM
Gambar 1.24 Grid UTM Per Zona
Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000
mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter
utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
21
BAB II
QUANTUM GIS
2.1 Quantum GIS
Quantum GIS adalah sebuah perangkat lunak SIG Open Source yang dapat dijalankan di dalam platform Microsoft Win-
dows, Linux, Unix, Mac OSX, dan Android. Perangkat lunak ini dikembangkan mulai tahun 2002, dan saat ini merupakan
salah satu perangkat lunak SIG dengan kemampuan dan fungsionalitas SIG yang paling lengkap untuk kategori
perangkat lunak SIG open Source.
Quantum GIS terdiri dari beberapa modul, yaitu :
1. QGIS Desktop - Untuk input data, penampilan data, query data, analisa data, dan presentasi dalam bentuk peta.
2. QGIS Browser - Untuk manajemen data.
3. QGIS Server - Untuk mengelola basis data spasial dan layanan peta yang mendukung koneksi web site.
4. QGIS Client - Framework Aplikasi GIS berbasis web yang mengkonsumsi data dari Quantum GIS Server.
Gambar 2.1. Tampilan Quantum GIS Desktop
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
22
Gambar 2.2. Tampilan Quantum GIS Browser dan Gambar 2.3. Tampilan Quantum GIS Client
2.2 Pengenalan Quantum GIS Desktop
Quantum GIS Desktop terdiri dari dua modul utama, yaitu Quantum Desktop itu sendiri dan Quantum GIS Browser. Quan-
tum GIS Desktop digunakan untuk penampilan data, editing data, simbolisasi data, analisa data, dan pembuatan layout
peta. Sedangkan Quantum GIS Browser untuk manajemen data (copy, paste, preview, delete).
2.2.1 Pengenalan Quantum GIS Desktop Map
1. Buka Quantum GIS Desktop Map dari Menu Start Programs>Quantum GIS>Quantum GIS Desktop 1.8.0
2. Buka layer Batas Kecamatan Sulawesi Tenggara dalam format shapefile dengan cara klik tombol Add Vector layer ,
atau dari menu Layer > Add Vector Layer.
3. Di pilihan Source Type pilih File, kemudian klik Browse, Arahkan ke folder
C:PelatihanQGISDataPengenalanBatas_kecamatan_sultra.shp. Klik Open.
4. Lakukan eksplorasi data dengan menggunakan tool berikut ini dibawah. Kenali fungsi—fungsi seperti zooming dan
panning. Zooming bisa dilakukan juga menggunakan mouse wheel.
Untuk menggeser peta
Untuk Zoom in
Untuk Zoom Out
Untuk Zoom ke layar penuh
Untuk Zoom ke tampilan sebelum dan sesudah
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
23
2.2.2 Pengenalan Quantum GIS Desktop Map Browser
1. Buka Quantum GIS Desktop `Browser dari Menu Start Programs>Quantum GIS>Quantum GIS Browser 1.8.0
2. Navigasikan ke C:PelatihanQGISDataPengenalan. Data spasial yang berada di folder tersebut akan ditampilkan.
3. Di Quantum GIS browser kita bisa melakukan operasi operasi seperti melihat dan mengedit metadata citra, melihat
preview data spasial dan atribut, mengatur koordinat layer, dan membuat data spasial baru.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
25
BAB III
MANAJEMEN DATA GPS DI DALAM GIS
3. 1 Import Data GPS ke dalam GIS (Format GPX)
Data dari GPS lazim disimpan dalam format GPX. GPS keluaran terbaru (seperti Garmin Oregon 550) bahkan sudah
menggunakan format GPX native sebagai format penyimpanan data hasil pengukuran). Data GPS dengan format GPX ini
dapat dipanggil secara langsung ke dalam Quantum GIS untuk dimanfaatkan dalam pemetaan bersama data lain dengan
format shapefile. Langkah import datanya adalah sebagai berikut
1. Dari menu Layer pilih Add Vector Layer, kemudian navigasikan ke tempat anda menyimpan file gpx. Pastikan jenis file
yang dipilih di kolom filetype adalah GPX. Klik Open.
2. Setelah klik Open, QGIS akan menampilkan layer mana yang akan ditampilkan. Data GPS yang lazim disimpan da-
lam file GPX adalah data waypoints (titik), data rute (garis dan titik) dan data tracks (garis dan titik). Pilih sesuai
dengan jenis data yang akan ditampilkan. Jika data yang akan dipanggil adalah data titik (waypoint) gunakan pilihan
Point, jika data yang akan dipanggil adalah data hasil tracking, gunakan pilihan tracks.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
26
3. Data akan ditampilkan, untuk mengubah format, klik kanan nama layer, kemudian Save As. Pilih format yang umum
digunakan untuk data spasial, yaitu format shapefile (shp).
3. 2 Import Data GPS ke dalam GIS (Non Format GPX)
Beberapa jenis GPS dari Garmin atau Magellan, terutama untuk seri lama seperti Garmin 12 Series tidak mendukung
penyimpanan file format GPX secara langsung, oleh karena itu kita memerlukan bantuan software tambahan untuk meng-
import data dari GPS non USB. Salah satu software gratis yang menyediakan fungsi tersebut adalah GPSBabel yang
dapat diunduh di website http://www.gpsbabel.org/download.html. Langkah import data-nya adalah sebagai berikut :
1. Download dan install GPSBabel.
2. Buka GPSBabel, koneksikan GPS ke dalam komputer.
3. Untuk menu Input, pilih device, kemudian format gunakan Garmin Serial/USB Protocol, device akan secara otomatis
terdeteksi. Kemudian di menu Translation pilih dan centang data yang akan diekstrak. Kemudian di kolom output pilih
file, format pilih GPX XML dan klik tombol Filename untuk menentukan lokasi keluaran file.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
27
3. 3 Editing dan Koreksi Data GPS (Cara Manual)
Data hasil pengukuran GPS tidak lepas dari kesalahan (error), sebagaimana diuraikan di awal, kesalahan dapat disebab-
kan karena kalibrasi alat yang tidak benar, adanya multipath, adanya pengaruh bias atmosfer dan penyebab lain. Untuk
pengukuran menggunakan GPS Navigasi, perbedaan posisi hasil pengukuran dan posisi sebenarnya besar sekali
kemungkinannya untuk terjadi. Pergeserannya bervariasi dari 5 meter hingga puluhan meter. Oleh karena itu ada baiknya
sebelum digunakan dalam pemetaan, data hasil pengukuran dikoreksi terlebih dahulu guna mendapatkan data dengan
akurasi yang lebih baik. Untuk pengukuran menggunakan GPS Navigasi, data hasil pengukuran umumnya tidak akan
dapat memberikan akurasi yang lebih baik dari 3 meter, oleh karena itu data ini tidak dapat digunakan untuk pemetaan
skala besar (lebih besar dari skala 1 : 25.000), Untuk pemetaan skala besar, gunakan GPS receiver tipe Geodetik yang
akurasinya bisa sampai orde millimeter.
Metode koreksi yang dibahas dalam modul ini ada dua, yaitu koreksi relatif menggunakan peta dasar yang kita anggap
lebih akurat (bisa menggunakan citra ortho-corrected) dan koreksi relatif menggunakan teknik perataan (averaging).
Koreksi pengukuran GPS menggunakan citra orho ini pada prinsipnya adalah melihat kesesuaian antara hasil pengukuran
GPS dengan kenampakan lokasi pengukuran yang dilihat di citra satelit ortho. Adapun yang dimaksud dengan citra satelit
ortho adalah citra satelit yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga kesalahan geometriknya sudah dihilangkan dan
dapat digunakan untuk kegiatan pemetaan baik sebagai sumber informasi, sumber referensi maupun peta dasar. Akurasi
citra ortho bergantung pada jenis citra dan resolusi spasialnya. Untuk praktek ini digunakan citra ortho SPOT-6 perekaman
tahun 2014 dengan resolusi spasial 1,5 meter yang merekam daerah Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Citra ini diproses
oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan dapat digunakan untuk pemetaan skala 10.000, sehingga dengan demikian
hasil pengukuran GPS dapat ditingkatkan akurasinya untuk memenuhi standar akurasi Peta Skala 1 : 10.000. Berikut ini
contoh koreksi data pengukuran menggunakan citra ortho.
1. Buka QGIS Dekstop
2. Buka data hasil pengukuran GPS yang sudah dikonversi ke format shapefile.
3. Tampilkan citra satelit SPOT-6 Kota Yogyakarta Tahun 2013 dari Menu Layer > Add Raster Layer, kemudian navi-
gasikan ke lokasi penyimpanan file.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
28
4. Untuk memulai proses editing, klik kanan dari nama layer titik waypoint, kemudian pilih Toggle Editing.
5. Gunakan Selection Tool (Lingkaran merah) untuk memilih titik yang akan diedit, kemudian gunakan tombol Move Fea-
tures (Lingkaran biru) untuk memindahkan titik. Klik Tombol Save (lingkaran hijau) apabila editing sudah selesai. Untuk
menutup sesi editing, klik tombol Toggle Editing (lingkaran kuning).
6. Untuk mengedit data hasil tracking, buka data track yang sudah dikonversi ke format shapefile ke dalam QGIS
menggunakan tombol Add Vector Layer.
7. Aktifkan mode editing untuk data track dengan cara klik Tombol Toggle Editing.
8. Gunakan Selection Tool (Lingkaran merah) untuk memilih garis yang akan diedit, kemudian gunakan tombol Move
Features (Lingkaran biru) untuk memindahkan garis. Gunakan tombol Node Tool (lingkaran Ungu) untuk mengubah
bentuk garis. Klik Tombol Save (lingkaran hijau) apabila editing sudah selesai. Untuk menutup sesi editing, klik tombol
Toggle Editing (lingkaran kuning).
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
29
3. 4 Editing dan Koreksi Data GPS (Teknik Perataan/Averaging).
Data koordinat dari GPS untuk sebuah posisi di permukaan bumi jika diambil secara kontinu berdasarkan selang waktu
tertentu tidak pernah menunjukkan posisi yang benar - benar sama ketika data diplot. Hal ini disebabkan antara lain peru-
bahan konfigurasi satelit, efek bias atmosfer, efek multipath dan pengaruh lain terhadap sinyal sehingga hasil kalkulasi
koordinat tidak sama. Jika kita menggunakan GPS receiver grade geodetic pergeseran koordinat dari waktu ke waktu bi-
asanya relatif kecil (di dalam radius sentimeter sampai millimeter), hal ini dikarenakan sumber - sumber penyebab kesala-
han sudah dieliminir di GPS geodetic. Selain itu di GPS Geodetik biasanya sudah mendukung proses koreksi data baik
secara real time (misalnya RTK) maupun Post Processing (misalnya DGPS). Adapun untuk GPS receiver tipe navigasi,
pergeseran posisinya dari range 3 meter sampai puluhan meter. GPS navigasi juga tidak mendukung penerimaan data
mentah (RAW) dari satelit, sehingga tidak bisa dilakukan koreksi realtime maupun differensial sebagaimana di GPS Geo-
detik. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil koordinat yang lebih baik/akurat dari GPS navigasi, idealnya kita tidak han-
ya mengambil satu koordinat saja ketika survei, tapi dilakukan berulang kali (sampling) dan hasilnya nanti dilakukan
perataan untuk memperoleh koordinat yang paling mendekati koordinat sebenarnya dari sebuah posisi di permukaan
bumi.
Untuk proses perataan koordinat, kita bisa menggunakan berbagai perangkat lunak baik geografis maupun non geografis.
Perangkat lunak non geografis yang bisa digunakan antara lain software spreadsheet seperti Microsoft Excel. Dalam prak-
tek ini kita akan mencoba melakukan perataan koordinat menggunakan Microsoft Excel.
Tahapannya sebagai berikut :
1. Untuk melakukan perataan koordinat, ketika survei dilakukan, ketika berada di posisi yang akan diambil koordinatnya,
aktifkan mode tracking di dalam GPS receiver, dengan konfigurasi pengambilan data berdasarkan waktu. Atur interval
logging data misalnya per detik, per dua detik atau per lima detik sesuai kebutuhan, kemudian lakukan logging dalam
selang waktu ertentu, misalnya 5 menit atau 10 menit. Untuk konfigurasi logging dengan interval 1 detik selama
5 menit, kita akan memperoleh data koordinat sebanyak 300 pasang koordinat untuk satu lokasi survei. Setelah
selesai, matikan mode tracking, save track, kemudian lanjutkan di lokasi survei berikutnya dengan cara yang sama.
2. Setelah survei selesai, ambil setiap track yang merepresentasikan satu lokasi survei ke dalam computer melalui kon-
eksi USB atau koneksi lain yang didukung oleh GPS Receiver. File yang diambil adalah file track dengan ekstensi
GPX.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
30
3. Kita akan menggunakan software Quantum GIS yang mempunyai fitur membuka file Tracklog GPS dalam format
Point (kebanyakan software hanya bisa membuka file tracklog GPS dalam format line/garis). Buka Quantum
GIS Dekstop, kemudian dari menu Layer klik Add Vector Layer > File, pilih format GPX sebagai filetype. Mun-
cul pilihan jenis data yang akan di-import, pilih Track Points, kemudian klik OK.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
31
5. Data hasil tracking akan ditampilkan sebagai point layer.
6. Simpan layer tracklog dengan cara, dari nama layer > klik kanan > Save as, muncul pilihan save vector, pilih for-
mat ESRI Shapefile, tentukan lokasi penyimpanan dan nama file, kemudian klik OK.
7. Tampilkan data tracklog dalam format SHP ke dalam QGIS dari Menu Layer > Add Vector Layer > File, pilih Shape-
file sebagai filetype, kemudian pilih layer tracklog.shp.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
32
8. Buka tabel atribut dengan cara klik kanan nama layer > Open Attribute Table.
9. Kita akan menambahkan nilai Koordinat X dan Y ke dalam tabel atribut agar nanti bisa kita hitung nilai perataanya.
Klik tombol Toggle Editing (Lingkaran merah), kemudian klik Field Calculator (Lingkaran biru).
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
33
10. Setelah jendela field calculator muncul, centang pilihan create new field, kemudian masukkan KoordinatX sebagai
nama field dan field type ke Decimal Number, dan Precision atur ke 10. Di kolom function list, expand kelompok
fungsi Geometry, kemudian klik dua kali piliha $X, kemudian klik OK.
11. Koordinat X (longitude) akan ditambahkan di tabel atribut.
12. Ulangi langkah yang sama, tapi untuk Koordinat Y. Jangan lupa pilih $Y di kolom geometry. Setelah selesai, klik
Tombol Toggle Editing lagi untuk menyimpan hasil editing.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
34
13. Untuk langkah selanjutnya kita akan menggunakan Microsoft Excel untuk melakukan perataan koordinat. Agar bisa
dibaca di Microsoft Excel, data tabel atribut yang dihasilkan perlu dieksport ke format yang bisa dibaca oleh Mi-
crosoft Excel, kita akan menggunakan format CSV (Comma Separated Values). Untuk melakukan eksport file, dari
nama layer > klik kanan > Save As. Muncul pilihan save vector, pilih format Comma Separated Values. Un-
tuk menghindari kesalahan pembatas kolom, di kolom Separator ganti dari COMMA menjadi TAB. Kemudi-
an klik OK untuk menyimpan.
14. Buka tabel hasil export di Microsoft excel, kemudian hapus semua kolom yang tidak diperlukan. Untuk contoh
semua kolom saya hapus kecuali kolom koordinat X (longitude) dan Y (Latitude). Dalam kenyataannya sebenarn-
ya terdapat kolom-kolom berisi informasi penting yang mungkin diperlukan, misalnya tanggal perekaman data dan
elevasi titik survei.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
35
15. Untuk menghitung nilai rata - rata koordinat kita akan menggunakan fungsi AVERAGE dari Microsoft Excel. Ben-
tuk statement-nya dan hasilnya seperti contoh di bawah. Selain koordinat X lakukan juga untuk koordinat Y.
16. Setelah selesai, hapus semua field dan record, kecuali field Average X dan Average Y, save as tabel sebagai file
Comma Separated Value (CSV) dengan cara, klik kanan nama layer > Save As, muncul jendela save as,
pilih format CSV, tentukan lokasi penyimpanan kemudian kilk OK.
17. Hasil perataan untuk Koordinat X dan Y merupakan koordinat pendekatan yang lebih akurat daripada pengambi-
lan koordinat secara langsung. Setelah mendapat pasangan koordinat rata-rata, simpan sebagai file CSV kem-
bali.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
36
18. Hasil perataan dapat ditampilkan ke dalam Quantum GIS dengan cara sebagai berikut. Klik tombol Add delimited
text Layer, kemudian muncul jendela pengaturan delimited layer, .browse ke file CSV hasil editing di Ex-
cel. Untuk file format pilih CSV, kemudian geometry definition ke Point Features, X field ke Kolom Average X,
dan Y field ke kolom Average Y. Klik OK. Jika ada pilihan penentuan system koordinat, klik OK
19. Koordinat hasil perataan ditampilkan di peta.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
37
3.5 Evaluasi Koreksi GPS
Demikian telah dibahas dua metode sederhana untuk mengkoreksi data hasil survei GPS menggunakan GPS receiver tipe
navigasi. Dua metode diatas memang bukan metode terbaik untuk memperoleh data koordinat yang akurat dan presisi,
mengingat penggunaan GPS navigasi sendiri mempunyai banyak keterbatasan sebagaimana dijelaskan di awal. Satu hal
yang harus dipahami adalah, kita akan sulit memperoleh data koordinat dengan akurasi 3 meter atau lebih kecil
menggunakan GPS navigasi. Dua metode yang telah dijelaskan pun tidak lepas dari berbagai kelemahan yang menyebab-
kan penggunaannya menjadi terbatas.
Untuk metode koreksi manual menggunakan peta dasar/citra ortho yang telah diketahui kualitas geometriknya, kualitas
data hasil koreksi akan bergantung pada kualitas peta/citra referensi. Jika citra ortho yang kita gunakan mempunyai resolu-
si spasial 5 meter, maka koreksi yang kita lakukan terhadap data GPS mungkin tidak akan lebih baik dari 15 meter.
Demikian pula jika resolusi spasial citra 0,5 meter (50 cm), maka koreksi yang kita lakukan terhadap data GPS bisa men-
capai akurasi 2-3 meter. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan resolusi citra akan sangat menentukan kejelasan ke-
nampakan lokasi survei di permukaan bumi, sehingga dapat dikatakan, makin tinggi resolusi citranya, makin mudah kita
mengamati dan mengidentifikasi pergeseran posisi antara lokasi survei yang sebenarnya dengan lokasi yang ditunjukkan
oleh pembacaan GPS.
Adapun untuk teknik perataan (averaging), metode ini hanya bisa dipakai untuk meningkatkan akurasi jika sebaran data
titik hasil logging mempunyai distribusi penyebaran yang normal. Dilihat dari konsep statistik, distribusi normal/Standar
deviasi kecil, memungkinkan nilai rata-rata (mean/average) dapat digunakan untuk merepresentasikan populasi atau sam-
pel. Sedangkan jika distribusinya tidak normal, maka teknik ini tidak dapat digunakan, dan kemungkinan besar tidak akan
memberikan koordinat rata-rata yang cukup akurat dan presisi. Dalam prakteknya kita dapat melakukan seleksi data jika
data sampel tidak menunjukkan distribusi yang normal, data - data yang memiliki kecenderungan penyebaran yang me-
nyimpang jauh (outliers) dapat dihapus dan tidak digunakan dalam proses averaging. Di bawah ini adalah contoh sebaran
data titik koordinat yang terdistribusi normal dan tidak normal.
Distribusi Normal
Distribusi Tidak Normal
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
38
3.6 Input Data Atribut
Input data atribut dapat dilakukan langsung ketika data grafis selesai didigit, tapi bisa juga dilakukan setelah input data
grafis selesai. Terdapat tiga macam cara untuk melakukan entri data atribut, yaitu menggunakan tool identify features,
tabel atribut, dan Field calculator.
3.6.1 Input Data Atribut menggunakan Identify Features.
1.Buka data penggunaan lahan.shp hasil digitasi di langkah sebelumnya. Kemudian klik toggle editing untuk
mengaktifkan mode editing.
2.Lakukan identify features menggunakan tombol Identify , hasil identify akan ditampilkan di layar. Klik dua kali menu
Actions, akan muncul menu Edit Feature From. Klik, kemudian jika nilainya masih NULL, isi dengan jenis
penggunaan lahan yang sesuai.
3. Klik tombol save atau toggle editing untuk menyimpan hasil editing.
3.6.2 Input Data Atribut menggunakan Tabel Atribut.
1. Dalam mode editing, Editing atribut menggunakan tabel atribut dilakukan dengan cara, klik kanan nama layer
kemudian pilih open attribute table. Kemudian klik dua kali field yang akan diedit.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
39
3.6.3 Input Data Atribut menggunakan Field Calculator
Field calculator digunakan untuk mengisi data sekaligus dalam jumlah banyak. Dalam
menggunakan field calculator, field yang akan diisi harus di select dahulu menggunakan menu ad- vanced
search atau selection tool.
1. Lakukan selection kenampakan yang akan diedit menggunakan selection tool, kemudian buka tabel atribut dari layer
yang diedit. Setelah tabel atribut muncul klik field calculator.
2. Menu field calculator akan muncul, centang pilihan only update selected features, update existing field (pilih
field jenis) , kemudian di menu expression masukkan isi cell yang akan diisi dengan didahului dan diakhiri tanda
kutip. Field yang ter-select akan otomatis terisi.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
40
Berikut ini keterangan dari tool—tool yang ada di tabel data atribut.
3.7 Pengelolaan dan Penyimpanan Data GPS dalam GIS
Data spasial dan data hasil pengukuran GPS yang telah melalui proses editing dan kontrol kualitas idealnya dikelola dan
disimpan dalam format tertentu yang cukup kompak, integratif dan tidak terpencar. Keuntungan dari penyimpanan data
yang kompak adalah data tersusun secara rapi dan kronologis, sehingga apabila nanti akan digunakan untuk berbagai
kepentingan analisis, aplikasi, atau dipublikasikan ke pihak lain tidak membingungkan dan dapat digunakan sesuai
dengan tujuannya. Oleh karena itu, data GPS/GIS yang sudah terkoreksi idealnya disimpan dalam sebuah basisdata spa-
sial atau geodatabase. Geodatabase dapat disimpan dalam arsitektur Client-Server database atau lebih dikenal dengan
istilah Database Management System (DBMS) dan File based database (desktop database). Contoh DBMS antara lain
PostgreSQL, Microsoft SQL Server, MySQL, dan Oracle. Sedangkan untuk desktop database contohnya antara lain File/
Personal Geodatabase ESRI dan SpatialLite database.
Kita akan mencoba menyimpan dan mengelola data spasial dalam geodatabase di QGIS menggunakan SpatialLite.
1. Buka QGIS Desktop
2. Dari Jendela Layer klik Create Layer kemudian New Spatial Lite Layer.
Memindahkan
record terpilih
ke atas
Membalik pili-
han, dari yang
terpilih menjadi
tidak terpilih, dan
sebaliknya
Save edit
Mengeluarkan
field calculator
Membuat kolom
baru
Menghapus kenam-
pakan terpilih
Mengkopi record
terpilih ke clipboard
Mengeluarkan
Query Builder
Toggle Editing
Menggeser peta ke
kenampakan terpilih
Zooming peta ke ke-
nampakan terpilih
Menghapus kolom
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
41
3. Muncul jendela pengaturan spatial lite layer, Klik Tombol kanan dari pilihan database, untuk membuat database baru.
Tentukan lokasi penyimpanan database dan namanya. Kemudian klik CANCEL.
4. Database sudah terbentuk di lokasi penyimpanan, selanjutnya kita akan menyimpan data GPS hasil survei yang telah
diedit dan dikonversi menjadi format shapefile ke dalam database. Untuk itu tampilkan layer waypoint dan track yang telah
diedit ke dalam QGIS.
5. Selanjutnya, dari menu Database klik DB Manager. Kemudian muncul jendela DB Manager. Expand pilihan Spatiallite/
Geopackage, kemudian database yang telah dibuat di langkah sebelumnya akan tampil. Klik kanan dari nama database
kemudian klik RECONNECT. Database akan terkoneksi.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
42
6. Selanjutnya, klik Import File dari Jendela DB Manager, Masukkan Waypoint hasil pengukuran GPS sebagai input, lalu
klik tombol Update Options. Centang juga kolom Primary Key, Replace Destination Table, dan Create Spatial Index. Klik
OK, data akan di-import kedalam database.
7. Ulangi langkah 6 untuk data hasil tracking.
8. Untuk menampilkan data spasial yang tersimpan di dalam SpatialLite, dari menu layer klik Add Layer, kemudian Add
SpatialLite Layer. Muncul jendela pilihan, Klik tombol CONNECT, kemudian pilih layer yang akan ditampilkan, dan klik
tombol ADD. Data akan ditampilkan di QGIS.
9. Kelebihan penyimpanan data dalam sebuah database adalah file tidak banyak, kompak dan mudah untuk dipindahkan/
disebarluaskan, daripada format lain seperti shapefile yang dalam satu layer terdapat banyak file.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
43
4.1. Simbolisasi Peta
Salah satu fungsi dan kemampuan SIG adalah kemampuan melakukan pemetaan dan pembuatan peta. Salah satu aspek
dalam pembuatan peta adalah desain peta dan simbolisasi data. Quantum GIS mempunyai tool dan fasilitas untuk
memvisualisasikan data spasial dalam berbagai cara, sesuai dengan informasi yang ingin ditampilkan. Simbolisasi peta
sendiri dapat didefinisikan sebagai penerapan sebuah symbol tertentu (bisa berupa warna, pola, bentuk, ukuran, sudut,
transparansi) terhadap sebuah kenampakan spasial, sehingga bisa diidentifikasi dalam sebuah peta.
4.1.1 Simbolisasi Titik
1. Buka layer titik waypoint hasil survei GPS.
2. Klik dua kali nama layer di TOC untuk memunculkan layer properties.
3. Setelah Layer Properties muncul, ganti pilihan single symbol menjadi categorized. Di menu Column pilih field nama
sebagai field yang digunakan sebagai dasar simbolisasi. Kemudian ganti Color Ramp sesuai selera anda, dan klik
Classify. Data akan dikelaskan sesuai dengan jumlah kategori.
4. Klik salah satu kategori yang ada, misalnya Eating/Drinking, kemudian klik tombol symbol, akan muncu menu symbol
selector untuk mengganti jenis symbol, Klik tombol Change, akan muncul menu Symbol Properties. Ada 4 pili-
han jenis symbol beserta propertiesnya masing—masing. Silahkan mencoba berbagai pilihan symbol. Parameter
size untuk menentukan ukuran, parameter angle untuk menentukan sudut, parameter height untuk menentukan tinggi,
parameter width untuk menentukan lebar, dan parameter lainnya.
BAB IV
SIMBOLISASI DAN LAYOUT PETA
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
44
5. Setelah selesai mengatur symbol, klik OK, kemudian klik OK juga di menu symbol selector. Ganti juga symbol untuk
kategori—kategori yang lain. Setelah selesai, klik OK. Contoh hasil adalah seperti gambar di bawah ini.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
45
4.1.2 Simbolisasi Garis
Simbolisasi garis pada dasarnya sama saja tekniknya dengan simbolisasi titik.
1. Buka layer hasil tracking
2. Klik dua kali nama layer untuk memunculkan layer properties. Gunakan Field Unsur Untuk Mengklasifikasi
3. Contoh klasifikasi seperti gambar di bawah ini.
4.1.3 Simbolisasi Area
1. Buka layer fungsi_hutan.shp
2. Klik dua kali nama layer untuk memunculkan layer properties. Gunakan Field Nama Untuk Mengklasifikasi
3. Klasifikasikan agar sedikit banyak mirip dengan gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
46
4.1.4 Menampilkan Label/Anotasi
1. Buka data Waypoint hasil survei GPS.shp
2. Dari Menu layer klik Labeling.
3. Menu Label akan muncul, centang pada pilihan Label this Layer, kemudian pada pilihan Field with Labels, pilih KABU-
PATEN. Pilih jenis font dan warna yang dikehendaki, kemudian tentukan juga apakah label akan diberi warna back-
ground apa tidak dengan mencentang pilihan buffer. Jika dicentang tentukan juga ukuran dan warna buffer. Klik OK jika
sudah selesai.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
47
4.2 Membuat Layout
Peta yang baik selain menampilkan informasi petanya sendiri, juga harus memunculkan informasi pendukung agar peta
dapat dibaca dan dimanfaatkan dengan baik. Informasi pendukung tersebut antara lain, Judul, legenda, skala, Grid
koordinat, informasi sumber data, tanggal pembuatan peta, informasi nama pembuat. Untuk keperluan tersebut maka
pengetahuan layout peta merupakan sebuah hal yang cukup penting.
1. Buka layer toponimi, jalan , sungai, dan administrasi kabupaten sultra.shp.
2. Atur simbolisasinya agar sedikit banyak mirip dengan gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
48
3. Buka Print Composer melalui menu File > New Print Composer.
4. Modul Print Composer akan ditampilkan. Atur ukuran kertas di panel sebelah kanan menjadi ukuran A3 dengan
orientasi landscape. Untuk Eksport setting pilih 300 Dpi. Dan Snap Tolerance 2 Px. Centang juga pilihan Snap to
Grid dari Menu View > Snap to Grid
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
49
5. Untuk langkah layouting yang pertama, kita akan menambahkan garis tepi (neatline) sebagai batas peta. Dari menu
layout klik Add Shape kemudian Add Rectangle. Untuk mengatur Ketebalan garis dan warna, di panel kanan pindah ke
Item Properties, kemudian atur style-nya di Main Properties.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
50
6. Selanjutnya masukkan peta menggunakan tombol Add Map (lingkaran merah). Kemudian atur penempatan po-
sisinya menggunakan tombol Move Item (lingkaran biru) dan Move Content (lingkaran kuning).
7. Di panel sebelah kanan bawah, klik Grid. Submenu Grid akan diexpand, klik tombol Add Grid (lingkaran merah) dan
centang draw grid, atur parameter interval koordinat x dan y seperti gambar di bawah kanan. Lanjutkan ke bawah,
terdapat pilihan draw coordinates, centang. Kemudian atur bagaimana anotasi grid akan ditampilkan, contoh
pengaturan misalnya seperti gambar di bawah kanan. Hasil akan Nampak seperti gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
51
8. Langkah berikutnya adalah memasukkan judul peta. Klik Add Label, kemudian drag and drop di tempat yang kosong
di lembar peta. Untuk mengedit konten label dilakukan di panel label sebelah kanan. Tombol Font dan Font Color Ber-
fungsi untuk mengatur warna, jenis, format, dan ukuran font. Atur Horizontal Alignment di Center dan Vertical Align-
ment di Middle.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
52
9. Tahap berikutnya adalah memasukkan North Arrow atau tanda arah utara. Dari menu Layout pilih Add North Ar-
row, kemudian Drag di ruang kosong untuk membuat North Arrwo. Untuk memperbesar dan memperkecil ukuran
gambar bisa dilakukan menggunakan width and height di sebelah kanan, atau di klik drag di sudut gambar. Tam-
bahkan huruf “U” di atas north arrow menggunakan add label . Hasil Nampak seperti gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
53
11. Tahap berikutnya adalah memasukkan legenda. Klik Add Legend, kemudian drag and drop di tempat yang kosong.
Gunakan panel di sebelah kanan untuk mengatur parameter legenda. Tab General untuk mengatur Judul, font, dan
spasi legenda, tab Legend Items untuk mengatur layer—layer yang akan dimunculkan di legenda, tab General Proper-
ties untuk mengatur frame legenda. Atur seperti gambar di bawah. Hasil akhir seperti gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
54
12. Langkah berikutnya adalah memasukkan Skala Grafis. Klik Add Scale, kemudian klik ruang kosong di peta, scale
bar akan ditampilkan. Klik Scale Bar Properties di sebelah kanan untuk mengatur property dari scale bar. Untuk
mengubah satuan ke kilometer, isikan 1000 di label unit multiplier.
4.3 Eksport Peta
1. Langkah terakhir adalah mencetak peta atau mengeksport peta ke dalam format gambar (jpeg, tiff, png, bmp),
SVG atau PDF, yang nantinya agar peta dapat ditampilkan di media lain sesuai kebutuhan. Untuk mengeksport
dari menu File di Modul Print Composer, klik Eksport kemudian pilih format yang akan digunakan.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
55
Sebagaimana telah dijelaskan di muka, struktur data dalam SIG terdiri dari struktur data raster dan vector. Struktur data
ini akan mempengaruhi bagaimana analisis dalam SIG dilakukan. Analisis data vector berbeda dengan raster, demikian
pula sebaliknya. Namun demikian, kedua jenis analisis dapat digunakan secara bersama dalam memecahkan masalah
keruangan Data vector banyak dipakai untuk memetakan fenomena permukaan bumi yang bersifat diskrit (batasnya ter-
lihat jelas di lapangan). Contohnya antara lain jalan, sungai, penggunaan lahan, batas wilayah.
Adapun yang termasuk dalam kelompok alat analisis data vector antara lain adalah
1. Buffer
2. Clip
3. Overlay (Intersect & Union)
4. Dissolve
5. Query
6. Network Analysis
5.1 Buffer
5.1.1 Tinjauan Teoritis Buffer
Buffering adalah proses pembuatan zona dengan luasan tertentu disekeliling data masukan, sesuai dengan penentuan
jarak oleh operator. Buffering biasanya digunakan untuk menentukan area yang terpengaruh oleh adanya kenampakan
tertentu. Ilustrasi buffer ditunjukkan pada gambar di bawah.
Gambar 2.1 Vector Buffering
BAB V
ANALISA DATA SPASIAL
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
56
5.1.2 Studi Kasus Buffer
Dalam sebuah kegiatan perencanaan pembangunan Jalan Tol antara Kota Yogyakarta dan Kota Solo diberikan tiga
alternatif rute yang harus dipilih salah satu yang terbaik, yaitu luas tanah yang harus dibebaskan paling sedikit. Kriteria
yang digunakan adalah lahan yang harus dibebaskan adalah selebar 60 meter dari sisi kiri dan kanan trase. Kita akan
menggunakan analisa buffer untuk mengetahui luas lahan yang harus dibebaskan di setiap trase, kemudian menentukan
mana yang paling kecil luas lahan yang harus dibebaskan.
1. Buka Quantum GIS, kemudian Add Layer Trase Jalan Tol Trase A di Folder Analisis/PerencanaanTOl.. Buka juga
peta google map menggunakan tool Add Raster Layer untuk menunjukkan gambaran lokasi.
2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Buffer. Kemudian pilih layer Trase_A sebagai input,
pilih buffer distance dan isikan 60, kemudian Segment to approximate diisi 1, kemudian simpan di folder
perencanaan Tol. Klik Ok
3. Tampilan hasil buffer di Peta adalah sebagaimana nampak pada gambar di bawah.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
57
4. Selanjutnya kita akan menghitung luas area hasil buffer (luas area tanah yang harus dibebaskan). Buka Tabel Atribut
dari Layer Polygon Hasil Buffer, kemudian Klik Field Calculator. Setelah jendela field calculator muncul, centang pilihan
Create a New Field, kemudian isikan “Luas” sebagai Output field name, untuk field type isikan decimal number,
kemudian expand pilihan operator, pilih kolom geometry, kemudian klik dua kali operator “$area”. Luas area akan diisi-
kan secara otomatis, dalam satuan meter persegi.
5. Lanjutkan langkah yang sama untuk Trase_B dan Trase_C.
6. Lakukan perbandingan trase manakah yang membutuhkan pembebasan lahan paling banyak dan paling sedikit.
Nama Trase Luas pembebasan lahan yang diperlukan (m2)
Trase A
Trase B
Trase C
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
58
5.2 Clip
5.2.1 Tinjauan Teoritis Clip
Clipping adalah pemotongan bagian tertentu dari suatu layer peta dengan menggunakan peta lain sebagai bidang pemo-
tong. Clipping biasanya digunakan untuk memecah data peta besar menjadi bagian—bagian lebih kecil atau mengekstrak
daerah tertentu dari suatu data peta untuk tujuan tertentu. Ilustrasi clipping ditunjukkan pada gambar di bawah ini.
Gambar . Vector Clipping
5.2.2 Studi Kasus Clip
Melanjutkan studi kasus Perencanaan Jalan Tol, Kita mempunyai sebuah Peta Zona Nilai Tanah tahun 2011. Peta zona
nilai tanah ini bersalah dari beberapa kabupaten di seluruh Indonesia, kita hanya akan menggunakan Zona Nilai Tanah
untuk Kabupaten Boyolali, oleh karena itu kita akan melakukan proses Clipping untuk memperoleh Peta Zona Nilai Tanah
Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo.
1. Buka Peta Zona Nilai Tanah di Folder AnalisisPerencanaanTolZNT. Buka juga peta batas administrasi kabupaten
Boyolali dan Sukoharjo dari folder yang sama.
2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Clip. Kemudian pilih layer Peta Zona Nilai Tanah
sebagai input, pilih Batas Kabupaten Boyolali sebagai Clip Layer, kemudian simpan di folder perencanaan Tol. Klik
Ok.
3. Ulangi langkah 2 Untuk Batas Kabupaten Sukoharjo.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
59
4. Berikut ini di bawah adalah hasil contoh Clipping Peta ZNT Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
60
5.3 Overlay (Intersect dan Union)
5.3.1 Tinjauan Teoritis Overlay.
Overlay adalah proses pentumpangsusunan dua layer peta atau lebih yang menghasilkan data baru yang mengintegrasi-
kan informasi dari kedua layer penyusunnya. Overlay digunakan untuk misalnya apabila kita ingin mengetahui misalnya
dimana saja permukiman yang menempati lahan dengan kemiringan lereng relatif datar. Untuk menjawab pertanyaan
diatas kita perlu mengoverlaykan antara peta penggunaan lahan dan peta kemiringan lereng, kemudian hasilnya di-query.
Ilustrasi overlay ditunjukkan seperti pada gambar di bawah.
Gambar . Vector Overlay
Terdapat beberapa macam kategori overlay, namun dua yang paling penting adalah intersect dan union. Intersect adalah
penggabungan dua layer dengan hanya menyisakan bagian yang overlap dari kedua layer tersebut sebagai keluarannya.
Sedangkan Union adalah penggabungan dua layer dengan tetap menyisakan seluruh bagian dari kedua layer masukan.
Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan intersect dan union dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar . Intersect (kiri) dan Union (kanan)
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
61
Kita akan melanjutkan analisa penentuan trase jalan tol. Jika dilihat dari luas lahan yang harus dibebaskan, terdapat salah
satu trase yang paling potensial karena lahan yang harus dibebaskan relatif sedikit. Kita akan melanjutkan proses analisa
dengan melibatkan satu kriteria lagi, yaitu Harga Tanah. Untuk itu kita akan melakukan Overlay antara Peta lahan yang
harus dibebaskan (hasil analisa buffer) dan Peta Zona Nilai Tanah.
1. Buka Peta Buffer Luas Lahan dari langkah sebelumnya dan Peta ZNT Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo hasil anali-
sa Clip.
2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Intersect. Kemudian pilih layer Peta ZNT Kabupat-
en Boyolali sebagai input, pilih Hasil Trase A Buffer untuk Clip Layer, kemudian simpan di folder
perencanaan Tol. Klik Ok
3. Hasil operasi intersect adalah Peta Luas lahan yang harus dibebaskan disertai informasi nilai tanahnya.
4. Ulangi langkah 2 untuk Trase B dan Trase C menggunakan peta ZNT Kabupaten Sukoharjo.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
62
4. Sebelum ke langkah analisa berikutnya, data spasial hasil intersect terkadang masih bersifat “MULTIPART”, artinya
ada dua atau lebih polygon tapi hanya mempunyai satu baris atribut di tabel . Hal ini nanti akan berpengaruh pada
analisa luas, oleh karena itu perlu dilakukan “EXPLODING” dengan cara Menu Vector > Geometry > Multiparts to
Single Parts.
5. Selanjutnya, kita akan memperkirakan biaya pembebasan lahan yang harus dianggarkan untuk setiap trase dari luas
lahan yang harus dibebaskan dan zona nilai tanah per meter persegi. Buka atribut peta hasil operasi intersect. Lakukan
operasi penghitungan luas seperti pada analisa buffer.
6. Kemudian, buka kembali Field Calculator, kalikan antara kolom luas lahan yang diperoleh dengan kolom nilai tanah.
Rumus perkaliannya adalah seperti gambar di bawah ini. “NILAI” dan “Luas_fix” adalah nama kolom nilai tanah dan luas
lahan yang diperoleh dari Grup Field and Values (Lingkaran merah) dan Operator Perkalian dari Grup Operator (lingkaran
biru). Jangan lupa pilih Create New Field dan berikan nama kolom, serta jenis field Decimal Number.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
63
7. Berikut ini contoh hasil peta perkiraan biaya pembebasan lahan untuk trase A yang melewati Kabupaten Boyolali
8. Ulangi langkah penghitungan biaya untuk Trase B dan Trase C menggunakan peta ZNT Kabupaten Sukoharjo.
9. Untuk menghitung total jumlah biaya yang harus dikeluarkan, gunakan Tombol Summarize (lingkaran merah).
Nama Trase Biaya pembebasan lahan
Trase A
Trase B
Trase C
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
64
5.4 Network Analysis
5.4.1 Tinjauan Teoritis Network Analysis.
Network analysis atau dalam Bahasa Indonesia analisa jaringan adalah salah satu teknik analisa yang dapat dilakukan
GIS untuk jenis data vektor, lebih spesifiknya untuk data vektor jaringan, seperti jaringan jalan, jaringan sungai, jaringan
utilitas, drainase dan lain-lain. Beberapa keluaran yang dapat dihasilkan dari Network Analysis antara lain,
1. Jarak terdekat dari Titik A ke Titik B (Shortest path).
2. Luas dan sebaran optimal yang dapat dilayani sebuah fasilitas (Service area).
3. Fasilitas terdekat yang dapat dijangkau jika terjadi insiden (closest facility).
4. Rute terbaik untuk berpergian dari satu tempat ke tempat lain dengan mempertimbangkan waktu tempuh, jarak
tempuh, adanya rintangan (barrier) dan penghambat lain (Routing)
5.4.2 Studi Kasus
Untuk studi kasus network analysis, kita akan mencoba menerapkan analisa shortest path (jarak terpendek) untuk
menentukan lokasi paling optimal calon lokasi pembangunan TPS (Tempat penampungan sementara) agar truk
pengangkut sampah dapat mencapai TPA seefektif dan seefisien mungkin. Untuk studi kasus kita akan menggunakan
Kota Bogor yang akan membangun TPA di Kelurahan Kayu Manis, Tanah Sareal.
1. Aktifkan Tool Shortest Path dengan cara klik kanan toolbar, kemudian centang pilihan Shortest Path.
2. Kemudian tampilkan Peta Jalan Kota Bogor, Peta Lokasi TPS dan Peta calon lokasi TPA Kayu Manis dari folder Ana-
lisisLokasiTPA.
3. Tampilkan juga peta Open Street Map format raster menggunakan Add Raster data sebagai background.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
65
2. Sebelum memulai proses analisa, kita perlu mengatur unit dan satuan jarak dan waktu dalam menentukan rute. Untuk
mengatur satuan jarak dan waktu dapat dilakukan dari Menu Vector > Road Graph > Settings.
3. Untuk mengatur Unit waktu gunakan Time Unit, pilihannya bias menggunakan detik atau jam, kita akan
menggunakan jam. Kemudian distance unit gunakan kilometer. Untuk transportation layer, pilih peta jalan kota bogor,
kemudian untuk direction field pilih oneway dan isikan value two way direction dengan angka 1. Di Peta jalan Kota
Bogor ini, informasi mana jalan yang searah dan dua arah ada di field oneway dan dikodekan dengan angka 0 untuk
searah dan angka 1 untuk dua arah. Untuk topology tolerance biarkan saja kosong. Kemudian pindah ke Tab Default
Settings. Disini diatur untuk direction Two Way Direction, kemudian Speed = 1.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
66
4. Untuk memulai proses analisa, Aktifkan tool Shortest Path dari Menu Tool.
5. Untuk memulai proses analisa, Klik Lokasi TPST A menggunakan tombol Start sampai ada nilai koordinat yang masuk.
Kemudian dilanjutkan dengan klik tombol Stop di lokasi TPA Kayumanis. Setelah muncul baris koordinat kemudian klik
Calculate untuk mendapatkan rute terbaik. Untuk kriteria anda dapat menggunakan Length atau Time.
6. Untuk mengeksport hasil kalkulasi ke dalam file shapefile baru, klik tombol Export. Kemudian ulangi langkah nomor 5
Untuk TPST B dan TPST C. Ulangi juga langkah kerja untuk ketiga TPST menggunakan Kriteria waktu sebagai acuan.
Catat jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk setiap rute untuk menentukan mana calon lokasi terbaik dari ketiga
calon lokasi TPST.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
67
Calon Lokasi TPST Waktu (s)Jarak (m)
TPST A
TPST B
TPST C
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
68
5.5 Analisa Raster
Di dalam SIG, data raster dan analisis data raster banyak digunakan untuk pemetaan obyek yang bersifat kontinu
(batasnya tidak terlihat jelas di lapangan/ gradual) dan pemodelan spasial, baik statis maupun dinamis. Analisa data ras-
ter banyak menggunakan peta—peta hasil analisa digital citra satelit karena peta raster dan citra satelit mempunyai
struktur data yang sama, yaitu grid cell, sehingga kompatibel satu dengan lainnya. Hal ini berbeda dengan data vector,
dimana agar bisa dianalisis secara bersama, data raster hasil analisa digital citra satelit harus dikonversi dulu ke struktur
data vektor. Contoh jenis fenomena permukaan bumi yang biasa dipetakan menggunakan struktur data raster antara lain
topografi, lereng, curah hujan, kelembapan tanah, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, dan lain—lain. Adapun yang
termasuk dalam analisis data raster antara lain :
1. Analisis Kemiringan Lereng
2. Analisis Arah Lereng
3. Analisis Hillshade
4. Interpolasi Spasial
5. Pembuatan Kontur dari data DEM
5.5.1 Studi Kasus
Untuk studi kasus analisa raster, kita akan mencoba membuat peta estimasi genangan bendungan menggunakan data
titik ketinggian yang disurvei di seluruh area calon lokasi genangan bendungan. Bendungan yang akan menjadi lokasi
kajian adalah Calon Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.
1. Buka Data Titik Tinggi dari Folder AnalisisGenanganBendungan
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
69
5.6 Interpolasi Spasial
5.6.1 Tinjauan Teoritis Interpolasi
Interpolasi adalah salah satu teknis analisis dalam SIG yang ditujukan untuk memprediksi nilai suatu fenomena dalam
suatu area yang tidak diketahui nilainya dengan mendasarkan pada prediksi berdasarkan nilai - nilai yang diketahui dari
area lain dalam wilayah yang bersangkutan. Jenis–jenis fenomena yang biasanya dipetakan dengan cara interpolasi an-
tara lain elevasi, kelembaban udara, suhu udara, konsentrasi senyawa tertentu dalam udara, sebaran batuan dan miner-
al, dan lain - lain. Contoh penerapan interpolasi dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar . Interpolasi
Studi Kasus
Untuk tahap pertama dari pembuatan peta genangan, kita akan membuat sebuah model medan digital atau Digital Eleva-
tion Model dari data Titik tinggi menggunakan teknik interpolasi spasial.
1. Setelah data titik tinggi dibuka, dari Menu Raster, klik Interpolation. Setelah jendela interpolation muncul, pilih titik tinggi
sebagai input, kemudian “nilai ketinggian” sebagai interpolation attribute, lalu klik tombol ADD. Interpolation method di set
ke IDW, dengan cellsize X dan cellsize Y sebesar 30 piksel. Jumlah kolom dan extent akan menyesuaikan secara otoma-
tis, untuk file output, berikan ekstensi *.tif.
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
70
2. Hasil interpolasi berupa data DEM dalam format raster ditunjukkan pada gambar di bawah.
.
5.7 Pembuatan Kontur dari DEM
5.7.1 Tinjauan Teoritis
Pembuatan kontur dari DEM sebenarnya salah satu bagian dari teknik interpolasi, dimana teknik interpolasi yang
digunakan adalah interpolasi linier. Dengan teknik ini, data kontur dapat diturunkan secara otomatis dari DEM, yang perlu
ditentukan secara manual hanyalah interval kontur yang ingin dihasilkan. Ekstraksi kontur juga merupakan salah satu
contoh operasi konversi raster ke vector, dimana dalam hal ini data raster berupa DEM dikonversi menjadi data vector
kontur. Contoh hasil ekstraksi kontur dari DEM dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gambar Ekstraksi Kontur
Studi Kasus
Kita akan melanjutkan analisa genangan tahap kedua dengan membuat garis kontur dengan interval tertentu dari DEM
yang dihasilkan dari titik tinggi.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
71
1. Buka DEM yang dihasilkan dari analisa interpolasi.
2. Klik Menu Raster, kemudian pilih Terrain Analysis, lalu pilih Extraction>Contour. Jendela parameter Contour akan
muncul. Masukkan DEM hasil interpolasi sebagai input, tentukan lokasi output, Interval kontur dalam contoh
dipilih 5 meter, tapi anda dipersilahkan menentukan interval kontur sendiri (makin kecil interval, makin banyak data
kontur yang dihasilkan, konsekuensinya ukuran file, proses ekstraksi dan proses loadingnya menjadi lama). Kemudi-
an tandai attribute name, hal ini agar nilai ketinggian disimpan di data atribut garis kontur hasil ekstraksi, berikan na-
ma elevasi. Tandai juga Load into canvas when finished.
3. Contoh hasil ekstraksi kontur seperti gambar di bawah
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
72
5.8 Ekstraksi Daerah Genangan
Untuk tahap terakhir dari studi kasus ekstraksi genangan yang kita lakukan, kita akan mengekstrak luasan genangan dari
data kontur yang dihasilkan. Yang pertama harus dilakukan adalah kita harus mengidentifikasi ketinggian paling rendah
dari cekungan yang akan dibendung.
Berdasarkan hasil pengamatan data kontur dan DEM, ketinggian terendah untuk daerah kajian diketahui sebesar kurang
lebih 75 meter. Andaikan ketinggian bendungan yang akan dibangun adalah 16 meter, maka berarti ketinggian puncak
adalah 91 meter. Untuk itu kita perlu memilih garis kontur dengan ketinggian 91 meter yang melalui calon lokasi AS Ben-
dungan.
1. Perhatikan garis kontur di peta, tampilkan label dan identifikasi garis kontur dengan ketinggian 91 meter yang melalui
Outlet Sungai Bajulmati (calon AS bendungan)
2. Setelah ketemu, pilih garis tersebut menggunakan selection tool. Kemudian klik kanan nama layer > save as ke file
shapefile baru. Untuk memastikan hanya garis genangan yang tersimpan, centang pilihan Save Only Selected features.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
73
3. Selanjutnya tampilkan garis genangan ke dalam Canvas QGIS, dan remove garis kontur.
4. Aktifkan editing mode dengan menekan tombol Toggle Editing, kemudian tambahkan garis baru di posisi AS ben-
dungan berada. Contoh seperti gambar di bawah ini. Save Edit kemudian matikan mode editing dengan menekan tombol
Toggle Editing.
5. Langkah terakhir adalah mengkonversi garis genangan menjadi Polygon, dengan cara dari menu Vector > Geometry
> Lines to Polygons
Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
74
6. Hasil Ekstraksi estimasi genangan bendungan Nampak seperti gambar di bawah ini.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
75
BAB VI
PUBLIKASI DATA GPS DALAM PETA ONLINE
Data hasil pengukuran GPS dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Untuk kepentingan survei dan pemetaan, data
GPS dapat digunakan sebagai sumber utama data titik, garis dan area/polygon melalui kemampuan pengambilan way-
points, route, dan tracks. Data kemudian dapat dimasukkan ke dalam peta, baik peta cetak maupun peta online/web map.
Bab ini akan membahas cara publikasi data GPS ke dalam peta online. Beberapa layanan peta online yang menyediakan
hosting data secara gratis diantaranya :
1. Google Mymaps (http://www.google.com/mymaps)
2. ArcGIS Online (http://www.arcgis.com/)
3. Geocommons (http://www.geocommons.com/)
4. GIS Cloud (http://www.giscloud.com/)
5. Mapbox (http://www.mapbox.com/)
Untuk praktek ini, kita akan mencoba mempublish data hasil pengukuran GPS ke dalam portal ArcGIS.com dan Google
MyMaps.
VI. 1 Google MyMaps.
Untuk dapat menggunakan layanan My Maps, minimal kita harus mempunyai akun google (gmail), gunakan akun google
anda untuk login ke dalam Portal My Maps. Jika belum, silahkan register terlebih dahulu.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
76
1. Setelah membuat akun google, buka http://www.google.com/mymaps di browser (disarankan menggunakan google
chrome atau Mozilla firefox versi terbaru). Halaman utama Google My Maps seperti di bawah ini.
2. Klik tombol Create a New Map, jendela akan berganti dengan tampilan new map.
3. Berikan judul peta dengan cara mengklik kolom yang ada tulisan “untitled map”, kemudian berikan judul dan
deskripsi, kemudian klik tombol save untuk menyimpan.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
77
4. Untuk tahap selanjutnya kita akan mengimport data GPS yang telah kita buat ke dalam peta, namun untuk portal
Google My Maps hanya mendukung import data spasial dalam format KML, untuk itu, data GPS kita yang dalam
format GPX harus kita konversi dahulu ke dalam format KML. Kita dapat menggunakan software yang digunakan di
sesi sebelumnya, yaitu Quantum GIS dan Global Mapper untuk mengkonversi data GPX ke dalam format KML.
Selain kedua software tersebut, kita juga dapat menggunakan Google Earth. Berikut ini dicontohkan tahapan konver-
si data menggunakan software Global Mapper. Buka data GPX dari GPS di software Global Mapper.
5. Data akan ditampilkan di dalam software Global Mapper, untuk mengeksport ke dalam format KML gunakan export
vector layer dari Menu File > Export > Export Vector/Lidar Format. Pilih format KML/KMZ, muncul pilihan KML/KMZ
Export Options, biarkan semua pilihan kecuali pilihan “Create Compressed KMZ file” jangan dicentang (lihat gambar
di bawah). Tentukan nama dan lokasi penyimpanan, kemudian klik OK, konversi akan dijalankan.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
78
6. Kita kembali ke tampilan Google My Maps, klik tombol import dari layer pertama, muncul jendela upload
data, pilih file KML hasil konversi dari Global Mapper. Data akan diupload.
7. Setelah upload selesai, data akan ditampilkan ke dalam peta.
8. Kita dapat mengubah nama layer, membuka tabel atribut, atau menghapus lauer dari pilihan layer options di sebelah
kanan nama layer. Misalnya kita ubah nama layer menjadi “titik survei”. Klik tombol save jika sudah selesai.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
79
9. Selanjutnya, kita dapat mengatur symbol tiap titik survei dengan cara mengklik tiap kenampakan, setelah diklik mun-
cul jendela pop-up yang menginformasikan atribut dari data yang dipilih. Di menu pop up tersebut terdapat tiga pilihan
di kanan bawah, yang paling kiri (symbol pensil) untuk meng-edit konten atribut, yang tengah (symbol arah) untuk
menunjukkan route dari tempat kita ke lokasi tersebut, dan yang kanan (symbol tempat sampah untuk menghapus
kenampakan yang bersangkutan. Klik tombol pensil untuk melakukan editing atribut.
10. Setelah tombol “pensil” di klik, nama feature dan description sudah bisa diedit, selain itu di kanan bawah juga ada
tombol dengan ikon “kamera” yang digunakan untuk menyisipkan foto. Contoh editing seperti gambar di bawah
ini. Klik tombol kamera untuk menyisipkan foto. Anda dapat menggunakan image search dari google atau
menggunakan foto anda sendiri. Untuk menggunakan foto sendiri, foto anda harus diupload ke layanan penyim-
panan foto online, kemudian URL nya di paste di kolom image URL (kotak merah).
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
80
11. Foto akan dilampirkan di dalam Pop up window, di kanan bawah foto terdapat tombol Crosshair dan Tong sampah
(lingkaran merah). Tombol crosshair digunakan untuk menambah foto, sedangkan tombol tong sampah digunakan
untuk menghapus foto. Setelah selesai klik Tombol Save. Lakukan editing untuk titik survei yang lain.
12. Selanjutnya, kita dapat mengganti ikon dari kenampakan yang kita petakan, dari layer klik tombol symbolization di
sebelah kanan (lingkaran merah), muncul pilihan warna dan ikon yang bisa kita gunakan, terdapat juga tombol “more
icon” untuk menambahkan ikon lain yang lebih banyak. Kita juga bisa memasukkan ikon kita sendiri yang sudah
diupload ke dalam penyimpanan gambar online,
Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar
81
13. Contoh Hasil Petanya adalah sebagai berikut
14. Untuk menampilkan label, Klik kolom “individual styles”, kemudian set labels ke :Name” atau atribut lain yang akan
dijadikan label.
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016
Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaJaringan Kerja Pemetaan Partisipatif
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Wachidatin N C
 
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Mega Yasma Adha
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikSally Indah N
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingMgs Zulfikar Rasyidi
 
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0oriza steva andra
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialFaisal Widodo Bancin
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISbramantiyo marjuki
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMRega Surveyor
 
Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Beni Raharjo
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiMega Yasma Adha
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Ririn Indahyani
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Nurul Afdal Haris
 

Was ist angesagt? (20)

Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta DesaPerka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
Perka BIG No. 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Teknis Penyajian Peta Desa
 
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
Penginderaan Jauh : Koreksi Geometrik Citra Landsat 8
 
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
LAYOUT PADA ARCGIS 10.0
 
Laporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGisLaporan Praktikum ArcGis
Laporan Praktikum ArcGis
 
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1 Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
Penajaman dan interpretasi c itra menggunakan envi 5.1
 
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan IndonesiaKebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
Kebijakan Satu Peta Untuk Pembangunan Indonesia
 
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan RadiometrikLaporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
Laporan Praktikum ER Mapper Koreksi Geometrik dan Radiometrik
 
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/LayoutingPedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
Pedoman Layout Peta Sesuai SNI - Indonesia National Standar of Mapping/Layouting
 
04 Dasar-dasar QGIS dan Plugin
04 Dasar-dasar QGIS dan Plugin04 Dasar-dasar QGIS dan Plugin
04 Dasar-dasar QGIS dan Plugin
 
DIGITASI
DIGITASIDIGITASI
DIGITASI
 
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
GEOREFERENCING pada ARCGIS 10.0
 
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi GeospasialRangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
Rangkuman Mata Kuliah Sistem Referensi Geospasial
 
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGISTiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
Tiga Cara Memotong file Raster Sesuai Batas Polygon Menggunakan ArcGIS
 
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
Transformasi Koordinat dari DGN 95 ke SRGI 2013
 
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GMPengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
Pengenalan Bagian-Bagian Total Station TOPCON ES dan GM
 
Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3Belajar arc gis 10.2 10.3
Belajar arc gis 10.2 10.3
 
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesiContoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
Contoh hitung perataan lanjut teknik geodesi
 
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
Pemodelan 3 d   photo modeler scannerPemodelan 3 d   photo modeler scanner
Pemodelan 3 d photo modeler scanner
 
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
Klasifikasi Multispektral pada Landsat 7
 
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
Materi Kuliah Penginderaan Jauh Dasar (FOTOGRAMETRI)
 

Andere mochten auch

Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSbramantiyo marjuki
 
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650Ryadhi EthniCitizen
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisEgi Septiana
 
Pelatihan arc gis 10
Pelatihan arc gis 10Pelatihan arc gis 10
Pelatihan arc gis 10Bangka_31
 
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PUModul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PUbramantiyo marjuki
 
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gismodul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gisMohd. Yunus
 
Modul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjut
Modul Agisoft Photoscan Tingkat LanjutModul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjut
Modul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjutbramantiyo marjuki
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiAnindya N. Rafitricia
 
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0oriza steva andra
 
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVFoto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVAnton Suprojo
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Edho Wiranata
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanbramantiyo marjuki
 
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...bramantiyo marjuki
 
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)Arif Usman
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...bramantiyo marjuki
 

Andere mochten auch (20)

Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPSSurvei dan Pemetaan Menggunakan GPS
Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS
 
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
Panduan Sederhana Penggunaan GPS Garmin Montana 650
 
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgisTutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
Tutorial penyusunan layer peta & pembuatan layout di arcgis
 
Pelatihan arc gis 10
Pelatihan arc gis 10Pelatihan arc gis 10
Pelatihan arc gis 10
 
06 Penggunaan GPS
06 Penggunaan GPS06 Penggunaan GPS
06 Penggunaan GPS
 
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PUModul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
Modul Quantum GIS 1.8 Pusdata Kementerian PU
 
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gismodul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
modul pelatihan pengolahan data spasial menggunakan quantum gis
 
Modul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjut
Modul Agisoft Photoscan Tingkat LanjutModul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjut
Modul Agisoft Photoscan Tingkat Lanjut
 
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografiKerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
Kerangka acuan kerja survey pemetaan topografi
 
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0
Export, Import Menggunakan Ms.Excel dan Join Data Attibute pada ArcGis 10.0
 
Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550Modul gps Garmin oregon 550
Modul gps Garmin oregon 550
 
Modul qgis
Modul qgisModul qgis
Modul qgis
 
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAVFoto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
Foto Udara menggunakan Pesawat tanpa awak - UAV
 
Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station Cara pengukuran menggunakan total station
Cara pengukuran menggunakan total station
 
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahanInterpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
Interpretasi Citra Untuk Pemetaan Penggunaan lahan
 
BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0BUFFER pada ARCGIS 10.0
BUFFER pada ARCGIS 10.0
 
Digitasi
DigitasiDigitasi
Digitasi
 
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
Role of Public Infrastructure Investment in Development Theory and its releva...
 
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
Tutorial Pengukuran dengan Total Station (Nikon)
 
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
From Potentials and Problems to Actions and Plans (Simulation Studies of Regi...
 

Ähnlich wie Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016

Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitRetno Pratiwi
 
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR B
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR BTRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR B
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR Boriza steva andra
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internetpiusedi
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internetpiusedi
 
Ihtisar GPS (Global Positioning System)
Ihtisar GPS (Global Positioning System)Ihtisar GPS (Global Positioning System)
Ihtisar GPS (Global Positioning System)Andi Anriansyah
 
171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gps171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gpsssuserf8e577
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internetpiusedi
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internetpiusedi
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internetpiusedi
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSSirfanade1
 
Global Positioning System
Global Positioning SystemGlobal Positioning System
Global Positioning SystemLaili Aidi
 
katalog Sistem & aplikasi gps & glonass
katalog Sistem & aplikasi gps & glonasskatalog Sistem & aplikasi gps & glonass
katalog Sistem & aplikasi gps & glonassandy jaya
 

Ähnlich wie Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016 (20)

Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelitSistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
Sistem sistem satelit di bidang geodesi satelit
 
Modul 3-geodesi-satelit
Modul 3-geodesi-satelitModul 3-geodesi-satelit
Modul 3-geodesi-satelit
 
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR B
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR BTRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR B
TRACKING JALUR EVAKUASI TSUNAMI KOTA PADANG SEKTOR B
 
Makalah gps
Makalah gpsMakalah gps
Makalah gps
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internet
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internet
 
Ihtisar GPS (Global Positioning System)
Ihtisar GPS (Global Positioning System)Ihtisar GPS (Global Positioning System)
Ihtisar GPS (Global Positioning System)
 
171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gps171810201031 b2 pemetaan_gps
171810201031 b2 pemetaan_gps
 
makalah-gps 1
makalah-gps 1makalah-gps 1
makalah-gps 1
 
Bab 22-sistem-navigasi
Bab 22-sistem-navigasiBab 22-sistem-navigasi
Bab 22-sistem-navigasi
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internet
 
Gps network satellite
Gps network satelliteGps network satellite
Gps network satellite
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internet
 
Gps internet
Gps internetGps internet
Gps internet
 
pengenalan GNSS
pengenalan GNSSpengenalan GNSS
pengenalan GNSS
 
Global positioning system
Global  positioning systemGlobal  positioning system
Global positioning system
 
Global Positioning System
Global Positioning SystemGlobal Positioning System
Global Positioning System
 
1649 1615-1-sm
1649 1615-1-sm1649 1615-1-sm
1649 1615-1-sm
 
katalog Sistem & aplikasi gps & glonass
katalog Sistem & aplikasi gps & glonasskatalog Sistem & aplikasi gps & glonass
katalog Sistem & aplikasi gps & glonass
 
Gps
GpsGps
Gps
 

Mehr von bramantiyo marjuki

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintbramantiyo marjuki
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingbramantiyo marjuki
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practicesbramantiyo marjuki
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...bramantiyo marjuki
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID bramantiyo marjuki
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagerybramantiyo marjuki
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?bramantiyo marjuki
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017bramantiyo marjuki
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utarabramantiyo marjuki
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALIbramantiyo marjuki
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...bramantiyo marjuki
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practicesbramantiyo marjuki
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus Districtbramantiyo marjuki
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesiabramantiyo marjuki
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Managementbramantiyo marjuki
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...bramantiyo marjuki
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...bramantiyo marjuki
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahunbramantiyo marjuki
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regenerationbramantiyo marjuki
 

Mehr von bramantiyo marjuki (20)

Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrintPemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
Pemanfaatan Citra Satelit Medium Resolution Untuk Pemetaan Urban FootPrint
 
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processingHow to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
How to choose SAR satellite imagery for a good interferometric processing
 
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography PracticesCrowsource Mapping, Captures Neography Practices
Crowsource Mapping, Captures Neography Practices
 
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK  MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
PENERAPAN TEKNIK PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK MENDUKUNG PENYUSUNAN BASIS DATA...
 
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
Pan Sharpening (Transkrip Kuliah Telegram) di Group Telegram GIS.ID
 
Mapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR ImageryMapping Water features from SAR Imagery
Mapping Water features from SAR Imagery
 
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
Ingin Belajar Penginderaan Jauh Bersama Saya ?
 
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
Final Report WWF Landcover and High Conservation Area Mapping, North Borneo 2017
 
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan UtaraFGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
FGD Sosialisasi Analisis HCV - Landcover Mapping, WWF Indonesia Kalimantan Utara
 
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALILaporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
Laporan KKL PPW 2016 MPWK UNDIP, BALI
 
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
Wonogiri Development, Reduce Disparity, Reduce Inequity (Final Report Plannin...
 
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization PracticesStakeholder Approach benefits in Organization Practices
Stakeholder Approach benefits in Organization Practices
 
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus DistrictJenang Cluster Local Development in Kudus District
Jenang Cluster Local Development in Kudus District
 
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in IndonesiaPlanning theory in Toll Road Provision in Indonesia
Planning theory in Toll Road Provision in Indonesia
 
Planning theory in Waster Management
Planning theory in Waster ManagementPlanning theory in Waster Management
Planning theory in Waster Management
 
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
Implementation of Planning and development theories to Waster Management in K...
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur Wilayah, an Fieldwork Report study ...
 
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 TahunPerkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
Perkembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah Selama 10 Tahun
 
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline  urban regenerationCritical review insights debate about urban decline  urban regeneration
Critical review insights debate about urban decline urban regeneration
 

Kürzlich hochgeladen

Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxDwiYuniarti14
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasHardaminOde2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxRezaWahyuni6
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxSyaimarChandra1
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptxKesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam KelasMembuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
Membuat Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di dalam Kelas
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptxMateri Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
Materi Pertemuan 6 Materi Pertemuan 6.pptx
 
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptxPrakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
Prakarsa Perubahan dengan Kanvas ATAP & BAGJA.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 

Modul GIS (QGIS) Diklat GPS dan GIS BPSDM Kementerian PUPR, April 2016

  • 1. GPS DAN GIS SURVEI PEMETAAN MENGGUNAKAN
  • 2. Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang tak terkira sehingga modul pelatihan ini selesai disusun. Pelatihan ini akan secara nyata meningkatkan kapasitas pengetahuan dan keterampilan Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang Pemetaan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Peningkatan kapasitas ini sangat penting artinya dalam pengelolaan data dan informasi geospasial, dan juga sebagai dukungan dalam kegiatan pencantuman koordinat geografis (geotagging) pada lokasi pelaksanaan paket kegiatan di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum, untuk dapat membantu terlaksananya program PU melalui Kepmen PU Nomor 25 Tahun 2014 tentang pengelolaan Data Spasial di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta dalam mendukung percepatan pelaksanaan prioritas pembangunan Nasional. GPS merupakan alat bantu dalam mengelola data baik spasial maupun non spasial dan saat ini telah menjadi alat utama untuk mengetahui informasi posisi. Pelatihan ini memberikan kesempatan kepada para petugas dari berbagai bidang di Kementerian Pekerjaan Umum untuk memperbarui diri dengan perkembangan teknologi GPS yang cepat tersebut. Setelah mempelajari modul ini, diharapkan pengguna dapat melakukan pekerjaan - pekerjaan survei dan pemetaan menggunakan GPS. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselesaikannya penyusunan modul pelatihan ini, para reviewer yang telah meluangkan waktu untuk mereview dan memberikan saran perbaikan, dan juga terselenggaranya pelatihan dasar - dasar GPS dan pemetaan. Pada akhirnya semoga modul sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa saja. Disusun di Jakarta tahun 2016 Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat KATA PENGANTAR
  • 3. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I Pengenalan GPS dan GIS BAB II Quantum GIS BAB III Manajemen Data GPS di dalam GIS BAB IV Simbolisasi dan Layouting Kartografis BAB V Analisa Spasial dan Aplikasi GIS BAB VI Publikasi Data GPS Ke dalam Peta Online G LOSSAR IU M DAFTAR ISI
  • 4. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 1 BAB I GPS DAN GIS 1. 1 Mengapa Menggunakan GPS ? Manfaat utama GPS adalah dapat memberikan informasi posisi di permukaan bumi, Segala kegiatan yang berkaitan dengan posisi/lokasi di permukaan bumi dapat diselesaikan dengan bantuan GPS. Misalnya kita akan pergi ke suatu tempat baru yang belum pernah kita kunjungi, dengan bantuan GPS, kita bisa mengetahui cara (disebut rute) agar kita bisa sampai di tempat tersebut tanpa harus bertanya kepada orang - orang rute menuju ke tempat tersebut. Ilmu dan metode untuk mengetahui posisi suatu tempat (baik secara relatif maupun absolut) kita kenal dengan istilah navigasi. Ilmu ini banyak digunakan sejak jaman dulu sampai sekarang. Bentuknya juga berkembang mulai dari kompas sederhana, peta, teropong, hingga sekarang menggunakan GPS. GPS telah merevolusi cara pandang orang terhadap posisi dan lokasi. Penggunaan GPS di jaman sekarang dapat ditemui di berbagai bidang, mulai dari dunia transportasi (posisi pesawat, bus, mobil, keretaapi), militer (navigasi rudal, satelit mata-mata), hingga ke aktivitas olahraga (hiking, climbing). Dengan menggunakan GPS, orang tidak terlalu khawatir berada di tempat asing karena dia dapat mengetahui posisinya dengan baik dan apa yang harus dia lakukan di tempat tersebut. 1. 2 Sistem GPS Global Positioning System (GPS) adalah sebuah sistem navigasi satelit yang menyediakan informasi lokasi dan waktu dalam berbagai kondisi cuaca, dimanapun di atas permukaan bumi, sepanjang masih menerima sinyal GPS yang dipancarkan dari satelit. Pengembangan GPS dimulai dari tahun 1973 oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat dan beroperasi penuh pada tahun 1995. Nama resminya adalah NAVSTAR-GPS. Sistem GPS terdiri dari 24 satelit yang membentuk konstelasi di luar angkasa dan beberapa satelit lagi sebagai cadangan. Berikut ini adalah tabel perkembangan jumlah satelit yang beroperasi semenjak awal dibangun hingga sekarang.
  • 5. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 2 Blok Satelit Periode Peluncuran Jumlah satelit yang telah diluncurkan Beroperasi di Orbit Sukses Gagal Dalam persiapan Rencana I 1978–1985 10 1 0 0 0 II 1989–1990 9 0 0 0 0 IIA 1990–1997 19 0 0 0 6 IIR 1997–2004 12 1 0 0 12 IIR-M 2005–2009 8 0 0 0 7 IIF From 2010 8 0 4 0 8 IIIA From 2016 0 0 0 12 0 IIIB — 0 0 0 8 0 IIIC — 0 0 0 16 0 Total 65 2 5 36 32 Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Satelit GPS (Sumber : Wikipedia. Juni 2014) 1. 3 Cara Kerja Sistem GPS Untuk menentukan posisi koordinat suatu tempat di permukaan bumi, GPS menggunakan prinsip triangulasi. Sebagaimana diketahui, GPS memancarkan sinyal ke segala arah dari pusat satelit, dan membentuk ruang sinyal dalam bentuk bola (sphere). Kita dipermukaan bumi menerima sinyal tersebut dan receiver yang kita gunakan mencatat bahwa jarak kita 11.000 miles (kenapa jarak bisa diketahui ? GPS memancarkan sinyal pada jam X dengan kecepatan Y dan diterima oleh receiver dalam waktu X+I, dengan demikian jarak satelit ke receiver adalah I dikalikan Y). Karena ruang sinyal bentuknya sphere, maka jarak 110000 miles dapat berada dimana saja di dalam ruang sinyal satelit. Gambar 1.2 Triangulasi Satelit Pertama Sumber : Trimble GPS Tutorial
  • 6. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 3 Selanjutnya, ada satelit kedua yang memancarkan sinyal dan menangkap posisi kita pada jarak 12000 miles. Berarti, ada dua sphere yang terbentuk, dan posisi kita pasti ada di irisan antara dua sphere tersebut, tidak lagi di seluruh ruang sphere 1 dan sphere 2. . Gambar 1.3 Triangulasi Satelit Kedua Kemudian ada satelit ketiga yang diterima sinyalnya, dan jarak ke receiver ternyata 13000 miles. Adanya satelit ketiga ini semakin menyempitkan posisi kita menjadi hanya ada dua kemungkinan lokasi seperti ditunjukkan gambar di bawah. Untuk memastikan yang mana lokasi kita, bisa digunakan satelit keempat, tapi biasanya salah satu dari dua lokasi tersebut posisinya tidak berada di permukaan bumi, sehingga dapat dipastikan hanya ada satu lokasi yang merupakan lokasi receiver kita, dengan demikian posisi kita dapat ditentukan koordinatnya. Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi disebutkan bahwa triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi receiver dan pada akhirnya nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak berada di permukaan bumi. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui satu titik berada di permukaan bumi, padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan mudah jika posisi koordinat satelit di luar angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat dihitung. Koordinat posisi satelit dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi koordinat dan ketinggian satelit sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit dikontrol oleh Ground Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground station dan kemudian dipancarkan ke seluruh dunia. Gambar 1.5 Pseudo Random Code Sumber : Trimble GPS Tutorial Sumber : Trimble GPS Tutorial
  • 7. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 4 Dengan menggunakan kecepatan cahaya, maka waktu tempuh satelit ke receiver biasanya sangat sedikit (seper sekian detik), oleh karena itu penanda waktu baik di satelit maupun receiver haruslah sangat tersinkronisasi dan sangat presisi. Untuk satelit tidak ada masalah karena bisa digunakan jam atom. Namun untuk receiver? Implementasi jam atom akan menyebabkan harga receiver menjadi sangat mahal dan tidak akan dapat dibeli masyarakat umum. Oleh karena itu, sebagai pengganti jam atomik yang presisi, di GPS receiver digunakan pengukuran satelit keempat dari triangulasi di atas. Jika waktu di receiver tidak ada kesalahan, seharusnya pengukuran jarak dari GPS keempat (dan sphere yang dihasilkan) akan menghasilkan lokasi fix kita di permukaan bumi, namun jika waktu receiver tidak sinkron dengan satelit, maka kalkulasi akan menjadi error dan pengukuran satelit keempat tidak akan tepat menginterseksi ketiga pengukuran satelit sebelumnya. Receiver kemudian akan menghitung faktor koreksi dalam bentuk pengurangan hasil pengukuran agar ke empat sphere dari empat satelit tepat berinterseksi di satu titik, faktor koreksi ini juga sekaligus menjadi faktor koreksi waktu di Receiver agar kembali sama dengan jam atomik di satelit. Gambar 1.6 Triangulasi Satelit Keempat sebagai Pengkoreksi Waktu Receiver Dalam pembahasan tentang spheres yang dihasilkan oleh satelit GPS, tadi disebutkan bahwa triangulasi titik kedua dan ketiga akan membatasi kemungkinan lokasi receiver dan pada akhirnya nanti satu diantara dua lokasi tersebut akan ditolak karena tidak berada di permukaan bumi. Yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana bisa mengetahui satu titik berada di permukaan bumi, padahal informasi yang tersedia hanya jarak dari satelit ke receiver. Hal ini dapat dijawab dengan mudah jika posisi koordinat satelit di luar angkasa di ketahui, sehingga koordinat receiver dapat dihitung. Koordinat posisi satelit dikirimkan ke receiver bersamaan dengan sinyal GPS. Posisi koordinat dan ketinggian satelit sendiri, serta aspek-aspek pemeliharaan satelit dan perubahan orbit dikontrol oleh Ground Stations. Setiap ada perubahan data satelit akan dikirim ke satelit oleh ground station dan kemudian dipancarkan ke seluruh dunia. Dengan demikian, melengkapi prinsip triangulasi sebagai cara receiver memperoleh informasi posisi koordinat di permukaan bumi, dapat diketahui juga tiga aspek yang menyusun sistem GPS, yaitu Satelit GPS di angkasa, GPS receiver di permukaan bumi, dan Ground Station sebagai pemelihara sistem.
  • 8. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 5 Gambar 1.7 Tiga Segmen GNSS/GPS 1. 4 Sinyal GPS Setiap saat Satelit GPS memancarkan sinyal elektromagnetik pada spektrum gelombang mikro berisi pesan navigasi ke seluruh dunia sesuai cakupannya. Sinyal ini diterima oleh receiver dan memprosesnya menjadi informasi posisi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Sinyal dari satelit membawa informasi antara lain sinyal jarak untuk menghitung jarak receiver dan satelit, dan pesan navigasi. Pesan navigasi antara lain berisi informasi orbit satelit, jam satelit pada waktu sinyal diluncurkan, dan informasi lainnya. Pesan navigasi ini diistilahkan sebagai “Almanac GPS”. Sinyal GPS satelit kemudian dipancarkan dalam beberapa frekuensi mulai dari Frekuensi L1 sampai L5.  Frekuensi L1 merupakan frekuensi yang di masa lalu dikenal sebagai Coarse Acquisition (C/A) Code dan Encrypted Precision P(Y) Code. L1 merupakan frekuensi yang diterima di kebanyakan receiver mulai dari grade navigasi sampai grade geodetic. L1 sendiri dibagi dua yaitu C/A code untuk kepentingan sipil dan P(Y) code untuk kepentingan militer.  Frekuensi L2 merupakan frekuensi baru yang dikembangkan pada tahun 1995. Frekuensi L2 lebih presisi daripada frekuensi L1 dan hanya bisa diterima receiver tipe geodetik dan sebagian receiver tipe mapping. Receiver yang mendukung penerimaan dual frequency (L1 dan L2) memungkinkan untuk melakukan differential GPS processing untuk memperoleh data posisi dengan akurasi sentimeter sampai millimeter.  Frekuensi L3 merupakan frekuensi sangat presisi yang hanya digunakan untuk kepentingan militer, yaitu untuk kepentingan peledakan nuklir.  Frekuensi L4 dan L5 tidak ditransmisikan ke permukaan bumi dan hanya digunakan untuk mengkaji pengaruh ionosfer terhadap sinyal GPS dan kemungkinan koreksinya.
  • 9. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 6 1. 5 Jenis dan Sumber Kesalahan Posisi dari GPS Sinyal GPS dan pemodelan matematis untuk memperoleh informasi koordinat yang akurat hanya bisa diperoleh jika sinyal ditransmisikan dalam kondisi ruang hampa udara dan tidak ada unsur pengganggu diantara satelit dan receiver. Dalam kenyataannya, terdapat banyak faktor internal dan eksternal yang dapat berpengaruh terhadap sinyal GPS sehingga tidak dapat menghasilkan informasi koordinat yang akurat dan presisi . Sumber utama eksternal pengganggu sinyal GPS adalah atmosfer bumi. Atmosfer dapat menghamburkan, membelokkan dan memperlambat sinyal GPS sehingga kecepatannya tidak konstan (yang berpengaruh pada kalkulasi jarak). Strata dari atmosfer yang dapat mengganggu sinyal GPS antara lain Ionosfer (ketinggian 50 sampai 500 km dari permukaan bumi) yang banyak mengandung partikel ionisasi, dan Troposfer (ketinggian 0 - 50 km) yang banyak mengandung uap air dan variasi suhu/tekanan udara. Diantara keduanya, yang paling berat pengaruhnya terhadap sinyal GPS adalah Ionosfer. Gambar 1.8 Sinyal GPS terpengaruh oleh Ionosfer dan Troposfer Setelah sampai di permukaan bumi, gangguan tidak berhenti. Sinyal GPS besar kemungkinan dipantulkan dan dibelokkan arahnya oleh benda di permukaan bumi sebelum sampai ke receiver. Efek ini disebut dengan “multipath error”. Gedung, vegetasi tinggi dan benda bermagnet merupakan beberapa contoh penyebab multipath yang pada akhirnya menyebabkan penerimaan sinyal yang sama selama dua kali atau lebih di receiver sehingga kalkulasi koordinat menjadi rawan salah. Beberapa jenis receiver mapping dan geodetik biasanya mempunyai teknologi pemilahan sinyal untuk memisahkan sinyal yang datang langsung dari satelit dan sinyal yang disebabkan oleh efek multipath. Sumber : Trimble GPS Tutorial
  • 10. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 7 Gambar 1.9 Multipath Sedangkan faktor internal penyebab kesalahan posisi antara lain kesalahan informasi ephemeris dan almanac GPS yang dipancarkan oleh satelit bersamaan dengan sinyal. Walaupun kesalahan ini biasanya sudah dimonitor dan diminimalisir oleh Ground Station, kesalahan dari aspek satelit ini masih mungkin bisa terjadi. Sebelum tahun 2000, sistem GPS pernah diimplementasikan yang disebut Selective Availability (SA). SA adalah implementasi “noise” terhadap sinyal GPS sehingga kalkulasi koordinat tidak bisa akurat dalam batas tertentu. Hal ini sengaja dilakukan oleh Departemen Pertahanan Amerika untuk mencegah penggunaan GPS oleh pelaku kejahatan dan terorisme. SA tidak berlaku untuk kepentingan militer karena receiver militer diberikan semacam kode pendeskripsi SA sehingga efek ini dapat dihilangkan. Saat ini SA sudah dimatikan sehingga GNSS/GPS dapat digunakan semaksimal dan seoptimal mungkin baik untuk kepentingan sipil maupun militer. Kesalahan - kesalahan diatas umumnya dapat dikoreksi antara lain menggunakan teknik differensial GPS (akan dibahas di modul GPS tingkat lanjut). 1.6 Jenis Receiver GPS GPS Receiver adalah alat yang dapat melakukan penerimaan sinyal GPS dari satelit GPS dan memproses sinyal tersebut untuk menghasilkan data koordinat. Dewasa ini dikenal tiga kategori GPS Receiver untuk kepentingan sipil (non militer), yaitu GPS Receiver Tipe Navigasi, GPS Receiver Tipe Mapping, dan GPS Receiver Tipe Geodetik 1.6.1 Receiver GPS Tipe Navigasi GPS Receiver tipe navigasi adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai alat bantu navigasi dan informasi posisi secara umum. Receiver navigasi biasanya dicirikan dengan kemampuan memberikan informasi koordinat dengan akurasi mulai dari 3 meter hingga puluhan meter. Selain informasi posisi, receiver navigasi biasanya mempunyai fitur lain seperti Peta, turn by turn navigation, lokasi fasilitas penting, route planning, tracking, geocaching dan fungsi lain. Receiver tipe navigasi harganya biasanya cukup murah dan tersedia bebas di pasaran. Receiver tipe Navigasi dapat berbentuk dedicated handheld atau GPS modules yang bisa dikoneksikan dengan komputer, laptop, kamera, kendaraan atau smartphone. Beberapa perusahaan pengembang GPS Receiver tipe navigasi antara lain Garmin, Navman, Magellan, Tomtom, Mio dan Navigon. Sumber : Trimble GPS Tutorial
  • 11. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 8 Gambar 1.10 Receiver Navigasi Handheld (Kiri), Receiver Navigasi Modules (Kanan) 1.6.2 Receiver GPS Tipe Mapping GPS Receiver tipe mapping adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai receiver GPS untuk kepentingan Survei dan Pemetaan. Receiver mapping biasanya dicirikan dengan kemampuan memberikan informasi koordinat dengan akurasi mulai dari orde centimeter hingga 3 meter. Receiver ini juga sudah mendukung fasilitas koreksi data GPS yang diakibatkan efek multipath, bias atmosfer, dan low visibility, baik secara koreksi metode absolut maupun differensial, dan juga secara realtime correction maupun post processing correction, sehingga secara umum kualitas data yang dihasilkan lebih baik dari receiver navigasi. Dikarenakan kegunaan utamanya untuk survei dan pemetaan, biasanya fungsi navigasi yang disediakan tidak sebanyak receiver navigasi, tapi fungsi pemetaan, manajemen data spasial dan Sistem informasi Geografisnya diperbanyak. Receiver tipe Mapping umumnya berbentuk dedicated handheld dan sudah mendukung sistem operasi mobile seperti Windows Mobile dan Android. Beberapa perusahaan pengembang GPS Receiver tipe mapping antara lain Trimble, Spectra, Topcon, Sokkia, dan Leica. Gambar 1.11 Receiver Mapping Handheld
  • 12. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 9 1.6.3 Receiver GPS Tipe Geodetik GPS Receiver tipe Geodetik adalah GPS Receiver yang fungsi utamanya adalah sebagai receiver GPS untuk memperoleh informasi posisi yang akurat dan presisi hingga orde milimeter. Receiver ini juga sudah mendukung fasilitas koreksi data GPS yang diakibatkan efek multipath, bias atmosfer, dan low visibility, baik secara koreksi metode absolut maupun differensial, dan juga secara realtime correction maupun post processing correction, sehingga secara umum kualitas data yang dihasilkan jauh lebih baik dari receiver navigasi dan receiver mapping. Dikarenakan kegunaan utamanya untuk informasi posisi yang presisi, biasanya fungsi navigasi dan mapping yang disediakan tidak banyak, tapi fungsi koreksi data, logging/perekaman data. Receiver tipe Geodetik umumnya berbentuk dedicated Antenna/Receiver yang nanti dapat dikoneksikan dengan receiver Mapping sebagai controller-nya (atau dedicated controller). Beberapa perusahaan pengembang GPS Receiver tipe mapping antara lain Trimble, Spectra, Topcon, Sokkia, dan Leica. GPS Receiver tipe geodetic banyak dipakai untuk aplikasi yang memerlukan informasi posisi yang presisi seperti studi deformasi tanah dan batuan, pengukuran kadastral (bidang tanah), studi pergerakan lempeng, pembuatan peta skala besar, dan lain-lain. Gambar 1.12 Receiver Geodetik 1.7 Aplikasi GPS GNSS/GPS saat ini telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam kegiatan survei dan pemetaan, tetapi juga kegiatan lain seperti kerekayasaan, olahraga, navigasi, transportasi, kebencanaan dan lain-lain. Secara umum aplikasi GPS dapat dikelompokkan menjadi lima, yaitu Lokasi, Navigasi, Tracking, Mapping dan Timing.
  • 13. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 10 1.7.1 Lokasi Penentuan posisi koordinat merupakan aplikasi paling dasar dari GNSS/GPS. Contoh kegiatan penentuan lokasi dalam kehidupan sehari-hari misalnya, pemetaan titik dan penunjuk posisi sesuatu di permukaan bumi. Gambar 1.13 Penentuan Posisi 1.7.2 Navigasi Navigasi atau penunjukan arah dan jalur menuju tempat tertentu sekarang sudah lazim menggunakan GPS dibanding alat konvensional seperti kompas. Berbagai sarana dan kegiatan transportasi sudah menggunakan GPS antara lain dalam penerbangan pesawat, pelayaran, hiking, bepergian menggunakan kendaraan, dan lain-lain. Gambar 1.14 Navigasi GPS menggunakan Smartphone 1.7.3 Tracking Kalau navigasi atau penunjukan arah dan jalur menuju tempat tertentu, tracking adalah proses monitoring dan perekaman sepanjang perjalanan menuju tempat tersebut. Beberapa kegiatan yang menggunakan tracking antara lain pemetaan jalan, sungai, monitoring posisi kendaraan pelayanan public seperti bus dan ambulans, dan lainnya.
  • 14. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 11 1.7.4 Mapping Survei dan Pemetaan merupakan salah satu pengguna utama GPS. Dengan menggunakan GPS, pemetaan dan ploting obyek di permukaan bumi dapat langsung dilakukan tanpa harus menginterpretasi dan melihat posisi obyek tersebut berdasarkan referensi tertentu (misalnya peta dasar dan foto/citra udara). Melalui fungsi penentuan titik (waypoint) dan tracking, pemetaan obyek titik dan garis dapat langsung dilakukan menggunakan data GPS (tanpa harus menggunakan peta dasar). Gambar 1.16 Pemetaan Menggunakan GPS 1.7.5 Timing Timing atau penentuan waktu/jeda waktu sekarang juga menggunakan GPS sebagai salah satu sumber informasi atau referensi. Jam atom yang terpasang di satelit dapat menjadi standar penunjuk waktu untuk berbagai kepentingan atau aplikasi yang memerlukan kepresisian waktu di seluruh dunia.
  • 15. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 12 Gambar 1.17 Penggunaan GPS untuk menentukan waktu di Server maupun Client 1.8 GNSS (Global Navigation Satellite System) Setelah GPS sukses digunakan di seluruh dunia, negara - negara maju yang memiliki teknologi serupa mulai membangun dan meluncurkan sistem GPS milik mereka sendiri. Rusia mengembangkan GLONASS, Eropa mengembangkan GALILEO, China membanguna jaringan navigasi satelit BeiDou, India dengan INRSS-nya dan Jepang dengan sistem QZNSS. Perkembangan ini menyebabkan berbagai sistem navigasi satelit yang telah dikembangkan diusulkan untuk dapat bekerja secara bersama dan membentuk sistem navigasi satelit global yang disebut Global Navigation Satellite System (GNSS) . Sistem GNSS menggunakan konstelasi dua atau lebih satelit di angkasa untuk menghitung dan mengirimkan informasi posisi (dalam bentuk koordinat absolut lintang, bujur dan ketinggian) ke penerima di permukaan bumi. Sistem GNSS terdiri dari beberapa konstelasi satelit milik beberapa negara yang membentuk satu konstelasi besar guna memberikan layanan posisi yang seakurat dan sepresisi mungkin di seluruh dunia. Dengan adanya kerjasama GNSS, maka sistem GPS yang sebelumnya hanya mampu menerima 24 satelit, jika ditambah GLONASS bisa menjadi sekitar 50-an satelit, Implikasinya adalah, kapanpun kegiatan penggunaan GPS dilakukan, kita tidak akan khawatir akan ketersediaan jumlah satelit yang mengorbit tepat di atas kita. Namun demikian, belum semua receiver mendukung penggunaan dua sistem navigasi satelit (misalnya GPS dan GLONASS) pada waktu yang bersamaan. Biasanya hanya receiver tipe Mapping dan Geodetik yang sudah mendukung dua atau lebih sistem navigasi satelit (umumnya GPS dan GLONASS yang sudah operasional).
  • 16. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 13 Tabel 1.2 Perbandingan Beberapa Konstelasi Sistem GNSS (Sumber : Wikipedia) Gambar 1.18 Konstelasi Berbagai Sistem GNSS di Dunia, Uni Eropa Galileo (Kiri atas), Jepang QZNSS (Kanan atas), Amerika GPS (Kiri bawah) dan Rusia GLONASS (Kanan bawah) System GPS GLONASS BeiDou Galileo IRNSS Pemilik Amerika Serikat Rusia China Uni Eropa India Koding CDMA FDMA CDMA CDMA CDMA Tinggi Orbit 20,180 km (12,540 mi) 19,130 km (11,890 mi) 21,150 km (13,140 mi) 23,222 km (14,429 mi) 36,000 km (22,000 mi) Period Rotasi 11.97 hours (11 h 58 m) 11.26 hours (11 h 16 m) 12.63 hours (12 h 38 m) 14.08 hours (14 h 5 m) N/A Jumlah Satelit Minimal 24 31, Termasuk 24 operasional 1 dalam persiapan 2 dalam pemeliharaan 3 cadangan 5 Sateli Geostationer, 30 Satelit medium Earth orbit (MEO) 4 test bed satellites in orbit, 22 operational satellites budgeted 3 geostationary orbit (GEO) satellites, 4 geosynchronous orbit satellites Akurasi (akses free) Posisi: 3.5-7.8 m[9] Posisi: 5–10 m kecepatan: 0.1 m/s Posisi: 10 m kecepatan: 0.2 m/s Posisi: 1 m Posisi: 10 m (India daratan), 20 m (Indian Akurasi (akses berbayar) Posisi: lebih baik dari 3.5 -7.8 m melalui koreksi Posisi: 10 cm Posisi: 1 cm Frequency 1.57542 GHz (L1 signal) 1.2276 GHz (L2 signal) Around 1.602 GHz (SP) Around 1.246 GHz (SP) 1.561098 GHz (B1) 1.589742 GHz (B1-2) 1.20714 GHz (B2) 1.26852 GHz (B3) 1.164–1.215 GHz (E5a and E5b) 1.260–1.300 GHz (E6) 1.559–1.592 GHz (E2-L1 -E11) N/A Status Beroperasi Beroperasi 15 satelit beroperasi, 20 direncanakan Dalam persiapan 4 satelit beroperasi, 3 satelit akan diluncurkan
  • 17. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 14 1.9 Sistem Informasi Geografis 1.9.1 Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff, 1989). Secara umum pengertian SIG sebagai berikut: ” Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanip- ulasi, mengintegrasikan, menganalisa dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis ”. Keunggulan utama dari SIG adalah SIG memungkinkan kita untuk melihat, memahami, menanyakan, menginterpretasi dan menampilkan data spasial dalam banyak cara, yang memperlihatkan hubungan, pola dan trend secara spasial, da- lam bentuk peta, globe, laporan dan grafik. SIG mampu membantu dalam pemecahan masalah dengan cara menampil- kan data menggunakan cara yang mudah dipahami dan hasilnya mudah disebarluaskan. Beberapa pertanyaan dan masalah yang dapat dipecahkan secara efektif dan efisien dengan menggunakan SIG, misal- nya: 1. Dimana saja wilayah yang mengalami penurunan kualitas permukiman ? 2. Jenis pohon apa saja yang dapat ditemukan di Taman Nasional Gunung Rinjani? 3. Apakah setiap kawasan wisata pesisir di Indonesia sudah mengimplementasikan Peringatan Dini Bahaya Tsuna- mi? 4. Bagaimana peluang pasar yang ada apabila di sebuah tempat akan dibangun sebuah toko? 5. Bagaimana perkembangan permukiman di Jakarta dari tahun 1980 sampai 2010? 6. Manakah rute yang tercepat dari Kantor Kementerian PU ke Bandara Sukarno Hatta? dan beragam pertanyaan dan permasalahan spasial lainnya. Secara singkat fungsionalitas SIG meliputi kemampuan pen- gukuran (measurement), pemetaan (mapping), pemantauan (monitoring) dan pemodelan (modeling). Untuk menjawab pertanyaan diatas kita memerlukan data spasial yang menyajikan sebaran indikator permasalahan yang diangkat dalam pertanyaan/permasalahan spasial untuk kemudian dianalisis menggunakan metode/teknik tertentu. Jika dalam SIG dasar kita mempelajari cara pembuatan peta, esensi data spasial, karakteristik data spasial, akuisisi data, manajemen data, dan aspek kartografi data spasial, maka dalam SIG analisis kita mempelajari mengenai bagaimana cara memecahkan masalah keruangan atau mengaplikasikan SIG untuk kegiatan tertentu dan menghasilkan output ter- tentu.
  • 18. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 15 1.9.2 Elemen SIG Gambar 1.19 Elemen SIG Sebagai sebuah sistem, SIG terdiri dari beberapa elemen fungsional yang mempunyai tugas - tugas spesifik. Elemen SIG meliputi input data, manajemen data, manipulasi dan analisis data serta keluaran informasi. Data input merupakan elemen yang bertugas mengatur bagaimana data mentah dimasukkan ke dalam SIG. Data yang dapat menjadi masukan dalam SIG antara lain peta (analog atau dijital), pengukuran lapangan, data GPS, foto udara dan citra satelit, DEM, data statistik dalam bentuk laporan dan tabel , serta berbagai jenis data lainnya. Teknik input data ke dalam SIG juga terdapat berbagai macam cara. Untuk data peta dalam bentuk cetak dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan menggunakan teknik dijitasi manual menggunakan digitizer. Sedangkan untuk data peta hasil scan- ning dapat dimasukkan dalam SIG menggunakan teknik on-screen digitizing atau konversi raster ke vektor. Data foto udara dan citra satelit dapat diekstrak informasinya menggunakan teknik on-screen digitizing (untuk interpretasi visual) atau import raster (untuk hasil analisis dijital). Untuk data GPS dapat dimasukkan ke dalam SIG dengan menggunakan teknik COGO (coordinate geometry) atau menggunakan fasilitas import GPS data dari software SIG. Sedangkan untuk data statistik dan data spasial dijital lain dapat dimasukkan ke dalam SIG menggunakan fasilitas eksport-import data yang biasanya tersedia di setiap software. Setelah dimasukkan ke dalam SIG, data kemudian dikelola dan disimpan dalam sebuah basis data spasial. Proses pengelolaan data meliputi editing data dan cara penyimpanan data. Editing data diperlukan karena biasanya data yang masuk ke dalam SIG masih memiliki kesalahan sebagai akibat dari proses input data maupun proses import datan- ya. Penyimpanan data terkait bagaimana cara penyimpanan data ke dalam basis data spasial agar nantinya ketika data dipanggil (retrieval) untuk analisa tertentu dapat berjalan optimal, efektif dan efisien. Terdapat berbagai jenis model penyimpanan basis data di dalam SIG, masing - masing mempunyai kelebihan dan kekurangan tersendiri. Manipulasi dan analisis data adalah mengenai bagaimana data diolah dan dianalisis untuk menghasilkan sebuah informasi. Teknik analisa data di dalam SIG dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu teknik analisis data spasial dan teknik analisis data atribut. Yang termasuk dalam kategori analisis spasial antara lain pengukuran (measurement), reklasifikasi spasial (spatial reclassification), analisa jaringan, analisa permukaan (surface analy- sis), vector geoprocessing (overlay, clipping, buffer, extraction, merging), dan raster geoprocessing (filter, reklasifikasi, map algebra, majority analysis, interpolasi). Sedangkan yang termasuk teknik analisis data atribut antara lain query, join table, analisa statistik. Informasi hasil manipulasi dan analisis kemudian ditampilkan dalam berbagai bentuk. Bentuk paling umum dari keluaran SIG adalah peta, baik dalam bentuk dijital di layar monitor, disket, CD ataupun dalam format cetak (hardcopy). Bentuk keluaran yang lain bisa berupa tabel, grafik, maupun laporan. Hasil keluaran analisis juga bisa disimpan kembali dalam basis data yang dapat dimanfaatkan untuk aplikasi lain.
  • 19. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 16 1.9.3 Data Spasial Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geo- grafis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membu- atnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute) yang dijelaskan berikut ini : 1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum (referensi titik ketinggian terendah) dan proyeksi. 2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi non spasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya : jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Gambar 1.20 Data Grafis dan Data Atribut 1.9.4 Format Data Spasial Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu: 1.9.4.1 Data Vektor Data vektor merupakan bentuk bumi yang direpresentasikan ke dalam kumpulan garis, area (daerah yang dibatasi oleh garis yang berawal dan berakhir pada titik yang sama), titik dan nodes (merupakan titik perpotongan antara dua buah garis). Gambar 1.21 Data Vektor
  • 20. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 17 1.9.4.2 Data Raster Data raster (atau disebut juga dengan sel grid) adalah data yang dihasilkan dari sistem Penginderaan Jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Gambar 1.22 Data Raster Pada data raster, resolusi (definisi visual) tergantung pada ukuran piksel-nya. Dengan kata lain, resolusi piksel menggam- barkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap piksel pada citra. Semakin kecil ukuran per- mukaan bumi yang direpresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk merepre- sentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Keterbatasan utama dari data raster adalah besarnya ukuran file; semakin tinggi resolusi grid-nya semakin besar pula ukuran filenya dan sangat tergantung pada kapasistas perangkat keras yang tersedia. 1.9.5 Geoprocessing/Analisis Spasial Geoprocessing adalah suatu proses dalam SIG yang digunakan untuk mengolah/melakukan analisa terhadap data spasi- al, dimana pada akhirnya akan menghasilkan data dan informasi yang baru. Bisa dibilang geoprocessing ini adalah aspek yang paling penting di dalam SIG, yang membedakannya dengan kartografi (kartografi hanya berkutat pada teknik pem- buatan peta saja). Geoprocessing dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu geoprocessing vector dan geoprocessing raster. Geoprocessing vector adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktu data vektor. Contoh dari teknik geoprocessing vector antara lain clipping , buffering, splitting, merging, dan overlay vector. Geoprocessing raster adalah teknik - teknik geoprocessing yang diimplementasikan pada struktur data raster. Raster geoprocessing dipecah lagi menjadi operasi berbasis titik (point operation), berbasis piksel tetangga (neighbourhood op- eration) dan berbasis zona (zonal operation). Yang termasuk dalam kategori point operation antara lain map algebra. Sedangkan yang termasuk dalam kategori neighbourhood operation antara lain filter, raster statistics analysis dan majori- ty analysis. Adapun yang termasuk dalam kategori zonal operation adalah zonal statistics analysis. Gambar 1.23 Vector Geoprocessing dan Raster Geoprocessing
  • 21. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 18 1.9.6 Sumber Data Spasial Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, data spasial dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain : Peta Analog Peta analog (antara lain peta topografi, peta tanah dan sebagainya) yaitu peta dalam bentuk cetak. Pada umumnya peta analog dibuat dengan teknik kartografi, kemungkinan besar memiliki referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dan sebagainya. Dalam tahapan SIG sebagai keperluan sumber data, peta analog dikonversi menjadi peta digital dengan cara perubahan format dari analog menjadi digital. Proses perubahannya dan input datanya dapat dengan cara manual menggunakan digitizer, maupun secara digital di layar monitor. Data Penginderaan Jauh Data Penginderaan Jauh (antara lain citra satelit, foto-udara dan sebagainya), merupakan sumber data yang terpenting bagi SIG karena ketersediaanya secara berkala dan mencakup area tertentu. Dengan adanya bermacam-macam satelit di ruang angkasa dengan spesifikasinya masing-masing, kita bisa memperoleh berbagai jenis citra satelit untuk beragam tujuan pemakaian. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format raster. Data Hasil Pengukuran Lapangan Data pengukuran lapangan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri, pada umumnya data ini merupa- kan sumber data atribut contohnya: batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, batas hak pengusahaan hutan dan lain-lain. Data pengukurang lapangan yang bersifat spasial biasanya disimpan dalam bentuk tabel, untuk kemudian setelah dimasukkan di dalam SIG kemudian dibangun topologi data spasialnya. Data GPS (Global Positioning System) Teknologi GPS memberikan terobosan penting dalam menyediakan data bagi SIG. Keakuratan pengukuran GPS se- makin tinggi dengan berkembangnya teknologi. Data ini biasanya direpresentasikan dalam format vektor. Pembahasan mengenai GPS akan diterangkan selanjutnya. Data Statistik, Tabel, Laporan Data statistik dalam bentuk tabel dan laporan - laporan dapat menjadi masukan dalam SIG. Data tabular setelah dimasuk- kan dalam SIG kemudian diintegrasikan dengan data spasialnya melalui fungsi join dan relate table. Hasil join dan relate dapat digunakan untuk mendukung analisa dan memperkaya data dan informasi di dalam basis data spasial. 1.9.7 Peta Peta merupakan bagian penting dari SIG. Peta dalam SIG dapat berfungsi sebagai data masukan, cara representasi da- ta, model untuk melakukan analisa, dan bentuk penampilan informasi. Peta adalah gambaran sebagian atau seluruh muka bumi baik yang terletak di atas maupun di bawah permukaan dan disajikan pada bidang datar pada skala dan proyeksi tertentu (secara matematis). Karena dibatasi oleh skala dan proyeksi maka peta tidak akan pernah selengkap dan sedetail aslinya (bumi), karena itu diperlukan penyederhanaan dan pemilihan unsur yang akan ditampilkan pada peta.
  • 22. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 19 1.9.7.1 Proyeksi Peta Pada dasarnya bentuk bumi tidak datar tapi mendekati bulat maka untuk menggambarkan sebagian muka bumi untuk kepentingan pembuatan peta, perlu dilakukan langkah-langkah agar bentuk yang mendekati bulat tersebut dapat dida- tarkan dan distorsinya dapat terkontrol, untuk itu dilakukan proyeksi ke bidang datar. 1.9.7.2 Proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) Proyeksi UTM dibuat oleh US Army sekitar tahun 1940-an. Sejak saat itu proyeksi ini menjadi standar untuk pemetaan topografi. 1.9.7.3 Sifat-sifat Proyeksi UTM 1. Proyeksi ini adalah proyeksi Transverse Mercator yang memotong bola bumi pada dua buah meridian, yang disebut dengan meridian standar. Meridian pada pusat zone disebut sebagai meridian tengah. 2. Daerah diantara dua meridian ini disebut zone. Lebar zone adalah 6 sehingga bola bumi dibagi menjadi 60 zone. 3. Perbesaran pada meridian tengah adalah 0,9996. 4. Perbesaran pada meridian standar adalah 1. 5. Perbesaran pada meridian tepi adalah 1,001. 6. Satuan ukuran yang digunakan adalah meter. 1.9.7.4 Sistem Koordinat UTM Gambar 1.24 Grid UTM Per Zona Untuk menghindari koordinat negatif dalam proyeksi UTM setiap meridian tengah dalam tiap zone diberi harga 500.000 mT (meter timur). Untuk harga-harga ke arah utara, ekuator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 mU (meter utara). Untuk perhitungan ke arah selatan ekuator diberi harga 10.000.000 mU.
  • 23. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 21 BAB II QUANTUM GIS 2.1 Quantum GIS Quantum GIS adalah sebuah perangkat lunak SIG Open Source yang dapat dijalankan di dalam platform Microsoft Win- dows, Linux, Unix, Mac OSX, dan Android. Perangkat lunak ini dikembangkan mulai tahun 2002, dan saat ini merupakan salah satu perangkat lunak SIG dengan kemampuan dan fungsionalitas SIG yang paling lengkap untuk kategori perangkat lunak SIG open Source. Quantum GIS terdiri dari beberapa modul, yaitu : 1. QGIS Desktop - Untuk input data, penampilan data, query data, analisa data, dan presentasi dalam bentuk peta. 2. QGIS Browser - Untuk manajemen data. 3. QGIS Server - Untuk mengelola basis data spasial dan layanan peta yang mendukung koneksi web site. 4. QGIS Client - Framework Aplikasi GIS berbasis web yang mengkonsumsi data dari Quantum GIS Server. Gambar 2.1. Tampilan Quantum GIS Desktop
  • 24. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 22 Gambar 2.2. Tampilan Quantum GIS Browser dan Gambar 2.3. Tampilan Quantum GIS Client 2.2 Pengenalan Quantum GIS Desktop Quantum GIS Desktop terdiri dari dua modul utama, yaitu Quantum Desktop itu sendiri dan Quantum GIS Browser. Quan- tum GIS Desktop digunakan untuk penampilan data, editing data, simbolisasi data, analisa data, dan pembuatan layout peta. Sedangkan Quantum GIS Browser untuk manajemen data (copy, paste, preview, delete). 2.2.1 Pengenalan Quantum GIS Desktop Map 1. Buka Quantum GIS Desktop Map dari Menu Start Programs>Quantum GIS>Quantum GIS Desktop 1.8.0 2. Buka layer Batas Kecamatan Sulawesi Tenggara dalam format shapefile dengan cara klik tombol Add Vector layer , atau dari menu Layer > Add Vector Layer. 3. Di pilihan Source Type pilih File, kemudian klik Browse, Arahkan ke folder C:PelatihanQGISDataPengenalanBatas_kecamatan_sultra.shp. Klik Open. 4. Lakukan eksplorasi data dengan menggunakan tool berikut ini dibawah. Kenali fungsi—fungsi seperti zooming dan panning. Zooming bisa dilakukan juga menggunakan mouse wheel. Untuk menggeser peta Untuk Zoom in Untuk Zoom Out Untuk Zoom ke layar penuh Untuk Zoom ke tampilan sebelum dan sesudah
  • 25. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 23 2.2.2 Pengenalan Quantum GIS Desktop Map Browser 1. Buka Quantum GIS Desktop `Browser dari Menu Start Programs>Quantum GIS>Quantum GIS Browser 1.8.0 2. Navigasikan ke C:PelatihanQGISDataPengenalan. Data spasial yang berada di folder tersebut akan ditampilkan. 3. Di Quantum GIS browser kita bisa melakukan operasi operasi seperti melihat dan mengedit metadata citra, melihat preview data spasial dan atribut, mengatur koordinat layer, dan membuat data spasial baru.
  • 26. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 25 BAB III MANAJEMEN DATA GPS DI DALAM GIS 3. 1 Import Data GPS ke dalam GIS (Format GPX) Data dari GPS lazim disimpan dalam format GPX. GPS keluaran terbaru (seperti Garmin Oregon 550) bahkan sudah menggunakan format GPX native sebagai format penyimpanan data hasil pengukuran). Data GPS dengan format GPX ini dapat dipanggil secara langsung ke dalam Quantum GIS untuk dimanfaatkan dalam pemetaan bersama data lain dengan format shapefile. Langkah import datanya adalah sebagai berikut 1. Dari menu Layer pilih Add Vector Layer, kemudian navigasikan ke tempat anda menyimpan file gpx. Pastikan jenis file yang dipilih di kolom filetype adalah GPX. Klik Open. 2. Setelah klik Open, QGIS akan menampilkan layer mana yang akan ditampilkan. Data GPS yang lazim disimpan da- lam file GPX adalah data waypoints (titik), data rute (garis dan titik) dan data tracks (garis dan titik). Pilih sesuai dengan jenis data yang akan ditampilkan. Jika data yang akan dipanggil adalah data titik (waypoint) gunakan pilihan Point, jika data yang akan dipanggil adalah data hasil tracking, gunakan pilihan tracks.
  • 27. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 26 3. Data akan ditampilkan, untuk mengubah format, klik kanan nama layer, kemudian Save As. Pilih format yang umum digunakan untuk data spasial, yaitu format shapefile (shp). 3. 2 Import Data GPS ke dalam GIS (Non Format GPX) Beberapa jenis GPS dari Garmin atau Magellan, terutama untuk seri lama seperti Garmin 12 Series tidak mendukung penyimpanan file format GPX secara langsung, oleh karena itu kita memerlukan bantuan software tambahan untuk meng- import data dari GPS non USB. Salah satu software gratis yang menyediakan fungsi tersebut adalah GPSBabel yang dapat diunduh di website http://www.gpsbabel.org/download.html. Langkah import data-nya adalah sebagai berikut : 1. Download dan install GPSBabel. 2. Buka GPSBabel, koneksikan GPS ke dalam komputer. 3. Untuk menu Input, pilih device, kemudian format gunakan Garmin Serial/USB Protocol, device akan secara otomatis terdeteksi. Kemudian di menu Translation pilih dan centang data yang akan diekstrak. Kemudian di kolom output pilih file, format pilih GPX XML dan klik tombol Filename untuk menentukan lokasi keluaran file.
  • 28. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 27 3. 3 Editing dan Koreksi Data GPS (Cara Manual) Data hasil pengukuran GPS tidak lepas dari kesalahan (error), sebagaimana diuraikan di awal, kesalahan dapat disebab- kan karena kalibrasi alat yang tidak benar, adanya multipath, adanya pengaruh bias atmosfer dan penyebab lain. Untuk pengukuran menggunakan GPS Navigasi, perbedaan posisi hasil pengukuran dan posisi sebenarnya besar sekali kemungkinannya untuk terjadi. Pergeserannya bervariasi dari 5 meter hingga puluhan meter. Oleh karena itu ada baiknya sebelum digunakan dalam pemetaan, data hasil pengukuran dikoreksi terlebih dahulu guna mendapatkan data dengan akurasi yang lebih baik. Untuk pengukuran menggunakan GPS Navigasi, data hasil pengukuran umumnya tidak akan dapat memberikan akurasi yang lebih baik dari 3 meter, oleh karena itu data ini tidak dapat digunakan untuk pemetaan skala besar (lebih besar dari skala 1 : 25.000), Untuk pemetaan skala besar, gunakan GPS receiver tipe Geodetik yang akurasinya bisa sampai orde millimeter. Metode koreksi yang dibahas dalam modul ini ada dua, yaitu koreksi relatif menggunakan peta dasar yang kita anggap lebih akurat (bisa menggunakan citra ortho-corrected) dan koreksi relatif menggunakan teknik perataan (averaging). Koreksi pengukuran GPS menggunakan citra orho ini pada prinsipnya adalah melihat kesesuaian antara hasil pengukuran GPS dengan kenampakan lokasi pengukuran yang dilihat di citra satelit ortho. Adapun yang dimaksud dengan citra satelit ortho adalah citra satelit yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga kesalahan geometriknya sudah dihilangkan dan dapat digunakan untuk kegiatan pemetaan baik sebagai sumber informasi, sumber referensi maupun peta dasar. Akurasi citra ortho bergantung pada jenis citra dan resolusi spasialnya. Untuk praktek ini digunakan citra ortho SPOT-6 perekaman tahun 2014 dengan resolusi spasial 1,5 meter yang merekam daerah Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Citra ini diproses oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan dapat digunakan untuk pemetaan skala 10.000, sehingga dengan demikian hasil pengukuran GPS dapat ditingkatkan akurasinya untuk memenuhi standar akurasi Peta Skala 1 : 10.000. Berikut ini contoh koreksi data pengukuran menggunakan citra ortho. 1. Buka QGIS Dekstop 2. Buka data hasil pengukuran GPS yang sudah dikonversi ke format shapefile. 3. Tampilkan citra satelit SPOT-6 Kota Yogyakarta Tahun 2013 dari Menu Layer > Add Raster Layer, kemudian navi- gasikan ke lokasi penyimpanan file.
  • 29. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 28 4. Untuk memulai proses editing, klik kanan dari nama layer titik waypoint, kemudian pilih Toggle Editing. 5. Gunakan Selection Tool (Lingkaran merah) untuk memilih titik yang akan diedit, kemudian gunakan tombol Move Fea- tures (Lingkaran biru) untuk memindahkan titik. Klik Tombol Save (lingkaran hijau) apabila editing sudah selesai. Untuk menutup sesi editing, klik tombol Toggle Editing (lingkaran kuning). 6. Untuk mengedit data hasil tracking, buka data track yang sudah dikonversi ke format shapefile ke dalam QGIS menggunakan tombol Add Vector Layer. 7. Aktifkan mode editing untuk data track dengan cara klik Tombol Toggle Editing. 8. Gunakan Selection Tool (Lingkaran merah) untuk memilih garis yang akan diedit, kemudian gunakan tombol Move Features (Lingkaran biru) untuk memindahkan garis. Gunakan tombol Node Tool (lingkaran Ungu) untuk mengubah bentuk garis. Klik Tombol Save (lingkaran hijau) apabila editing sudah selesai. Untuk menutup sesi editing, klik tombol Toggle Editing (lingkaran kuning).
  • 30. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 29 3. 4 Editing dan Koreksi Data GPS (Teknik Perataan/Averaging). Data koordinat dari GPS untuk sebuah posisi di permukaan bumi jika diambil secara kontinu berdasarkan selang waktu tertentu tidak pernah menunjukkan posisi yang benar - benar sama ketika data diplot. Hal ini disebabkan antara lain peru- bahan konfigurasi satelit, efek bias atmosfer, efek multipath dan pengaruh lain terhadap sinyal sehingga hasil kalkulasi koordinat tidak sama. Jika kita menggunakan GPS receiver grade geodetic pergeseran koordinat dari waktu ke waktu bi- asanya relatif kecil (di dalam radius sentimeter sampai millimeter), hal ini dikarenakan sumber - sumber penyebab kesala- han sudah dieliminir di GPS geodetic. Selain itu di GPS Geodetik biasanya sudah mendukung proses koreksi data baik secara real time (misalnya RTK) maupun Post Processing (misalnya DGPS). Adapun untuk GPS receiver tipe navigasi, pergeseran posisinya dari range 3 meter sampai puluhan meter. GPS navigasi juga tidak mendukung penerimaan data mentah (RAW) dari satelit, sehingga tidak bisa dilakukan koreksi realtime maupun differensial sebagaimana di GPS Geo- detik. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil koordinat yang lebih baik/akurat dari GPS navigasi, idealnya kita tidak han- ya mengambil satu koordinat saja ketika survei, tapi dilakukan berulang kali (sampling) dan hasilnya nanti dilakukan perataan untuk memperoleh koordinat yang paling mendekati koordinat sebenarnya dari sebuah posisi di permukaan bumi. Untuk proses perataan koordinat, kita bisa menggunakan berbagai perangkat lunak baik geografis maupun non geografis. Perangkat lunak non geografis yang bisa digunakan antara lain software spreadsheet seperti Microsoft Excel. Dalam prak- tek ini kita akan mencoba melakukan perataan koordinat menggunakan Microsoft Excel. Tahapannya sebagai berikut : 1. Untuk melakukan perataan koordinat, ketika survei dilakukan, ketika berada di posisi yang akan diambil koordinatnya, aktifkan mode tracking di dalam GPS receiver, dengan konfigurasi pengambilan data berdasarkan waktu. Atur interval logging data misalnya per detik, per dua detik atau per lima detik sesuai kebutuhan, kemudian lakukan logging dalam selang waktu ertentu, misalnya 5 menit atau 10 menit. Untuk konfigurasi logging dengan interval 1 detik selama 5 menit, kita akan memperoleh data koordinat sebanyak 300 pasang koordinat untuk satu lokasi survei. Setelah selesai, matikan mode tracking, save track, kemudian lanjutkan di lokasi survei berikutnya dengan cara yang sama. 2. Setelah survei selesai, ambil setiap track yang merepresentasikan satu lokasi survei ke dalam computer melalui kon- eksi USB atau koneksi lain yang didukung oleh GPS Receiver. File yang diambil adalah file track dengan ekstensi GPX.
  • 31. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 30 3. Kita akan menggunakan software Quantum GIS yang mempunyai fitur membuka file Tracklog GPS dalam format Point (kebanyakan software hanya bisa membuka file tracklog GPS dalam format line/garis). Buka Quantum GIS Dekstop, kemudian dari menu Layer klik Add Vector Layer > File, pilih format GPX sebagai filetype. Mun- cul pilihan jenis data yang akan di-import, pilih Track Points, kemudian klik OK.
  • 32. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 31 5. Data hasil tracking akan ditampilkan sebagai point layer. 6. Simpan layer tracklog dengan cara, dari nama layer > klik kanan > Save as, muncul pilihan save vector, pilih for- mat ESRI Shapefile, tentukan lokasi penyimpanan dan nama file, kemudian klik OK. 7. Tampilkan data tracklog dalam format SHP ke dalam QGIS dari Menu Layer > Add Vector Layer > File, pilih Shape- file sebagai filetype, kemudian pilih layer tracklog.shp.
  • 33. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 32 8. Buka tabel atribut dengan cara klik kanan nama layer > Open Attribute Table. 9. Kita akan menambahkan nilai Koordinat X dan Y ke dalam tabel atribut agar nanti bisa kita hitung nilai perataanya. Klik tombol Toggle Editing (Lingkaran merah), kemudian klik Field Calculator (Lingkaran biru).
  • 34. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 33 10. Setelah jendela field calculator muncul, centang pilihan create new field, kemudian masukkan KoordinatX sebagai nama field dan field type ke Decimal Number, dan Precision atur ke 10. Di kolom function list, expand kelompok fungsi Geometry, kemudian klik dua kali piliha $X, kemudian klik OK. 11. Koordinat X (longitude) akan ditambahkan di tabel atribut. 12. Ulangi langkah yang sama, tapi untuk Koordinat Y. Jangan lupa pilih $Y di kolom geometry. Setelah selesai, klik Tombol Toggle Editing lagi untuk menyimpan hasil editing.
  • 35. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 34 13. Untuk langkah selanjutnya kita akan menggunakan Microsoft Excel untuk melakukan perataan koordinat. Agar bisa dibaca di Microsoft Excel, data tabel atribut yang dihasilkan perlu dieksport ke format yang bisa dibaca oleh Mi- crosoft Excel, kita akan menggunakan format CSV (Comma Separated Values). Untuk melakukan eksport file, dari nama layer > klik kanan > Save As. Muncul pilihan save vector, pilih format Comma Separated Values. Un- tuk menghindari kesalahan pembatas kolom, di kolom Separator ganti dari COMMA menjadi TAB. Kemudi- an klik OK untuk menyimpan. 14. Buka tabel hasil export di Microsoft excel, kemudian hapus semua kolom yang tidak diperlukan. Untuk contoh semua kolom saya hapus kecuali kolom koordinat X (longitude) dan Y (Latitude). Dalam kenyataannya sebenarn- ya terdapat kolom-kolom berisi informasi penting yang mungkin diperlukan, misalnya tanggal perekaman data dan elevasi titik survei.
  • 36. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 35 15. Untuk menghitung nilai rata - rata koordinat kita akan menggunakan fungsi AVERAGE dari Microsoft Excel. Ben- tuk statement-nya dan hasilnya seperti contoh di bawah. Selain koordinat X lakukan juga untuk koordinat Y. 16. Setelah selesai, hapus semua field dan record, kecuali field Average X dan Average Y, save as tabel sebagai file Comma Separated Value (CSV) dengan cara, klik kanan nama layer > Save As, muncul jendela save as, pilih format CSV, tentukan lokasi penyimpanan kemudian kilk OK. 17. Hasil perataan untuk Koordinat X dan Y merupakan koordinat pendekatan yang lebih akurat daripada pengambi- lan koordinat secara langsung. Setelah mendapat pasangan koordinat rata-rata, simpan sebagai file CSV kem- bali.
  • 37. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 36 18. Hasil perataan dapat ditampilkan ke dalam Quantum GIS dengan cara sebagai berikut. Klik tombol Add delimited text Layer, kemudian muncul jendela pengaturan delimited layer, .browse ke file CSV hasil editing di Ex- cel. Untuk file format pilih CSV, kemudian geometry definition ke Point Features, X field ke Kolom Average X, dan Y field ke kolom Average Y. Klik OK. Jika ada pilihan penentuan system koordinat, klik OK 19. Koordinat hasil perataan ditampilkan di peta.
  • 38. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 37 3.5 Evaluasi Koreksi GPS Demikian telah dibahas dua metode sederhana untuk mengkoreksi data hasil survei GPS menggunakan GPS receiver tipe navigasi. Dua metode diatas memang bukan metode terbaik untuk memperoleh data koordinat yang akurat dan presisi, mengingat penggunaan GPS navigasi sendiri mempunyai banyak keterbatasan sebagaimana dijelaskan di awal. Satu hal yang harus dipahami adalah, kita akan sulit memperoleh data koordinat dengan akurasi 3 meter atau lebih kecil menggunakan GPS navigasi. Dua metode yang telah dijelaskan pun tidak lepas dari berbagai kelemahan yang menyebab- kan penggunaannya menjadi terbatas. Untuk metode koreksi manual menggunakan peta dasar/citra ortho yang telah diketahui kualitas geometriknya, kualitas data hasil koreksi akan bergantung pada kualitas peta/citra referensi. Jika citra ortho yang kita gunakan mempunyai resolu- si spasial 5 meter, maka koreksi yang kita lakukan terhadap data GPS mungkin tidak akan lebih baik dari 15 meter. Demikian pula jika resolusi spasial citra 0,5 meter (50 cm), maka koreksi yang kita lakukan terhadap data GPS bisa men- capai akurasi 2-3 meter. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan resolusi citra akan sangat menentukan kejelasan ke- nampakan lokasi survei di permukaan bumi, sehingga dapat dikatakan, makin tinggi resolusi citranya, makin mudah kita mengamati dan mengidentifikasi pergeseran posisi antara lokasi survei yang sebenarnya dengan lokasi yang ditunjukkan oleh pembacaan GPS. Adapun untuk teknik perataan (averaging), metode ini hanya bisa dipakai untuk meningkatkan akurasi jika sebaran data titik hasil logging mempunyai distribusi penyebaran yang normal. Dilihat dari konsep statistik, distribusi normal/Standar deviasi kecil, memungkinkan nilai rata-rata (mean/average) dapat digunakan untuk merepresentasikan populasi atau sam- pel. Sedangkan jika distribusinya tidak normal, maka teknik ini tidak dapat digunakan, dan kemungkinan besar tidak akan memberikan koordinat rata-rata yang cukup akurat dan presisi. Dalam prakteknya kita dapat melakukan seleksi data jika data sampel tidak menunjukkan distribusi yang normal, data - data yang memiliki kecenderungan penyebaran yang me- nyimpang jauh (outliers) dapat dihapus dan tidak digunakan dalam proses averaging. Di bawah ini adalah contoh sebaran data titik koordinat yang terdistribusi normal dan tidak normal. Distribusi Normal Distribusi Tidak Normal
  • 39. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 38 3.6 Input Data Atribut Input data atribut dapat dilakukan langsung ketika data grafis selesai didigit, tapi bisa juga dilakukan setelah input data grafis selesai. Terdapat tiga macam cara untuk melakukan entri data atribut, yaitu menggunakan tool identify features, tabel atribut, dan Field calculator. 3.6.1 Input Data Atribut menggunakan Identify Features. 1.Buka data penggunaan lahan.shp hasil digitasi di langkah sebelumnya. Kemudian klik toggle editing untuk mengaktifkan mode editing. 2.Lakukan identify features menggunakan tombol Identify , hasil identify akan ditampilkan di layar. Klik dua kali menu Actions, akan muncul menu Edit Feature From. Klik, kemudian jika nilainya masih NULL, isi dengan jenis penggunaan lahan yang sesuai. 3. Klik tombol save atau toggle editing untuk menyimpan hasil editing. 3.6.2 Input Data Atribut menggunakan Tabel Atribut. 1. Dalam mode editing, Editing atribut menggunakan tabel atribut dilakukan dengan cara, klik kanan nama layer kemudian pilih open attribute table. Kemudian klik dua kali field yang akan diedit.
  • 40. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 39 3.6.3 Input Data Atribut menggunakan Field Calculator Field calculator digunakan untuk mengisi data sekaligus dalam jumlah banyak. Dalam menggunakan field calculator, field yang akan diisi harus di select dahulu menggunakan menu ad- vanced search atau selection tool. 1. Lakukan selection kenampakan yang akan diedit menggunakan selection tool, kemudian buka tabel atribut dari layer yang diedit. Setelah tabel atribut muncul klik field calculator. 2. Menu field calculator akan muncul, centang pilihan only update selected features, update existing field (pilih field jenis) , kemudian di menu expression masukkan isi cell yang akan diisi dengan didahului dan diakhiri tanda kutip. Field yang ter-select akan otomatis terisi.
  • 41. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 40 Berikut ini keterangan dari tool—tool yang ada di tabel data atribut. 3.7 Pengelolaan dan Penyimpanan Data GPS dalam GIS Data spasial dan data hasil pengukuran GPS yang telah melalui proses editing dan kontrol kualitas idealnya dikelola dan disimpan dalam format tertentu yang cukup kompak, integratif dan tidak terpencar. Keuntungan dari penyimpanan data yang kompak adalah data tersusun secara rapi dan kronologis, sehingga apabila nanti akan digunakan untuk berbagai kepentingan analisis, aplikasi, atau dipublikasikan ke pihak lain tidak membingungkan dan dapat digunakan sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu, data GPS/GIS yang sudah terkoreksi idealnya disimpan dalam sebuah basisdata spa- sial atau geodatabase. Geodatabase dapat disimpan dalam arsitektur Client-Server database atau lebih dikenal dengan istilah Database Management System (DBMS) dan File based database (desktop database). Contoh DBMS antara lain PostgreSQL, Microsoft SQL Server, MySQL, dan Oracle. Sedangkan untuk desktop database contohnya antara lain File/ Personal Geodatabase ESRI dan SpatialLite database. Kita akan mencoba menyimpan dan mengelola data spasial dalam geodatabase di QGIS menggunakan SpatialLite. 1. Buka QGIS Desktop 2. Dari Jendela Layer klik Create Layer kemudian New Spatial Lite Layer. Memindahkan record terpilih ke atas Membalik pili- han, dari yang terpilih menjadi tidak terpilih, dan sebaliknya Save edit Mengeluarkan field calculator Membuat kolom baru Menghapus kenam- pakan terpilih Mengkopi record terpilih ke clipboard Mengeluarkan Query Builder Toggle Editing Menggeser peta ke kenampakan terpilih Zooming peta ke ke- nampakan terpilih Menghapus kolom
  • 42. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 41 3. Muncul jendela pengaturan spatial lite layer, Klik Tombol kanan dari pilihan database, untuk membuat database baru. Tentukan lokasi penyimpanan database dan namanya. Kemudian klik CANCEL. 4. Database sudah terbentuk di lokasi penyimpanan, selanjutnya kita akan menyimpan data GPS hasil survei yang telah diedit dan dikonversi menjadi format shapefile ke dalam database. Untuk itu tampilkan layer waypoint dan track yang telah diedit ke dalam QGIS. 5. Selanjutnya, dari menu Database klik DB Manager. Kemudian muncul jendela DB Manager. Expand pilihan Spatiallite/ Geopackage, kemudian database yang telah dibuat di langkah sebelumnya akan tampil. Klik kanan dari nama database kemudian klik RECONNECT. Database akan terkoneksi.
  • 43. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 42 6. Selanjutnya, klik Import File dari Jendela DB Manager, Masukkan Waypoint hasil pengukuran GPS sebagai input, lalu klik tombol Update Options. Centang juga kolom Primary Key, Replace Destination Table, dan Create Spatial Index. Klik OK, data akan di-import kedalam database. 7. Ulangi langkah 6 untuk data hasil tracking. 8. Untuk menampilkan data spasial yang tersimpan di dalam SpatialLite, dari menu layer klik Add Layer, kemudian Add SpatialLite Layer. Muncul jendela pilihan, Klik tombol CONNECT, kemudian pilih layer yang akan ditampilkan, dan klik tombol ADD. Data akan ditampilkan di QGIS. 9. Kelebihan penyimpanan data dalam sebuah database adalah file tidak banyak, kompak dan mudah untuk dipindahkan/ disebarluaskan, daripada format lain seperti shapefile yang dalam satu layer terdapat banyak file.
  • 44. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 43 4.1. Simbolisasi Peta Salah satu fungsi dan kemampuan SIG adalah kemampuan melakukan pemetaan dan pembuatan peta. Salah satu aspek dalam pembuatan peta adalah desain peta dan simbolisasi data. Quantum GIS mempunyai tool dan fasilitas untuk memvisualisasikan data spasial dalam berbagai cara, sesuai dengan informasi yang ingin ditampilkan. Simbolisasi peta sendiri dapat didefinisikan sebagai penerapan sebuah symbol tertentu (bisa berupa warna, pola, bentuk, ukuran, sudut, transparansi) terhadap sebuah kenampakan spasial, sehingga bisa diidentifikasi dalam sebuah peta. 4.1.1 Simbolisasi Titik 1. Buka layer titik waypoint hasil survei GPS. 2. Klik dua kali nama layer di TOC untuk memunculkan layer properties. 3. Setelah Layer Properties muncul, ganti pilihan single symbol menjadi categorized. Di menu Column pilih field nama sebagai field yang digunakan sebagai dasar simbolisasi. Kemudian ganti Color Ramp sesuai selera anda, dan klik Classify. Data akan dikelaskan sesuai dengan jumlah kategori. 4. Klik salah satu kategori yang ada, misalnya Eating/Drinking, kemudian klik tombol symbol, akan muncu menu symbol selector untuk mengganti jenis symbol, Klik tombol Change, akan muncul menu Symbol Properties. Ada 4 pili- han jenis symbol beserta propertiesnya masing—masing. Silahkan mencoba berbagai pilihan symbol. Parameter size untuk menentukan ukuran, parameter angle untuk menentukan sudut, parameter height untuk menentukan tinggi, parameter width untuk menentukan lebar, dan parameter lainnya. BAB IV SIMBOLISASI DAN LAYOUT PETA
  • 45. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 44 5. Setelah selesai mengatur symbol, klik OK, kemudian klik OK juga di menu symbol selector. Ganti juga symbol untuk kategori—kategori yang lain. Setelah selesai, klik OK. Contoh hasil adalah seperti gambar di bawah ini.
  • 46. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 45 4.1.2 Simbolisasi Garis Simbolisasi garis pada dasarnya sama saja tekniknya dengan simbolisasi titik. 1. Buka layer hasil tracking 2. Klik dua kali nama layer untuk memunculkan layer properties. Gunakan Field Unsur Untuk Mengklasifikasi 3. Contoh klasifikasi seperti gambar di bawah ini. 4.1.3 Simbolisasi Area 1. Buka layer fungsi_hutan.shp 2. Klik dua kali nama layer untuk memunculkan layer properties. Gunakan Field Nama Untuk Mengklasifikasi 3. Klasifikasikan agar sedikit banyak mirip dengan gambar di bawah.
  • 47. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 46 4.1.4 Menampilkan Label/Anotasi 1. Buka data Waypoint hasil survei GPS.shp 2. Dari Menu layer klik Labeling. 3. Menu Label akan muncul, centang pada pilihan Label this Layer, kemudian pada pilihan Field with Labels, pilih KABU- PATEN. Pilih jenis font dan warna yang dikehendaki, kemudian tentukan juga apakah label akan diberi warna back- ground apa tidak dengan mencentang pilihan buffer. Jika dicentang tentukan juga ukuran dan warna buffer. Klik OK jika sudah selesai.
  • 48. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 47 4.2 Membuat Layout Peta yang baik selain menampilkan informasi petanya sendiri, juga harus memunculkan informasi pendukung agar peta dapat dibaca dan dimanfaatkan dengan baik. Informasi pendukung tersebut antara lain, Judul, legenda, skala, Grid koordinat, informasi sumber data, tanggal pembuatan peta, informasi nama pembuat. Untuk keperluan tersebut maka pengetahuan layout peta merupakan sebuah hal yang cukup penting. 1. Buka layer toponimi, jalan , sungai, dan administrasi kabupaten sultra.shp. 2. Atur simbolisasinya agar sedikit banyak mirip dengan gambar di bawah.
  • 49. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 48 3. Buka Print Composer melalui menu File > New Print Composer. 4. Modul Print Composer akan ditampilkan. Atur ukuran kertas di panel sebelah kanan menjadi ukuran A3 dengan orientasi landscape. Untuk Eksport setting pilih 300 Dpi. Dan Snap Tolerance 2 Px. Centang juga pilihan Snap to Grid dari Menu View > Snap to Grid
  • 50. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 49 5. Untuk langkah layouting yang pertama, kita akan menambahkan garis tepi (neatline) sebagai batas peta. Dari menu layout klik Add Shape kemudian Add Rectangle. Untuk mengatur Ketebalan garis dan warna, di panel kanan pindah ke Item Properties, kemudian atur style-nya di Main Properties.
  • 51. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 50 6. Selanjutnya masukkan peta menggunakan tombol Add Map (lingkaran merah). Kemudian atur penempatan po- sisinya menggunakan tombol Move Item (lingkaran biru) dan Move Content (lingkaran kuning). 7. Di panel sebelah kanan bawah, klik Grid. Submenu Grid akan diexpand, klik tombol Add Grid (lingkaran merah) dan centang draw grid, atur parameter interval koordinat x dan y seperti gambar di bawah kanan. Lanjutkan ke bawah, terdapat pilihan draw coordinates, centang. Kemudian atur bagaimana anotasi grid akan ditampilkan, contoh pengaturan misalnya seperti gambar di bawah kanan. Hasil akan Nampak seperti gambar di bawah.
  • 52. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 51 8. Langkah berikutnya adalah memasukkan judul peta. Klik Add Label, kemudian drag and drop di tempat yang kosong di lembar peta. Untuk mengedit konten label dilakukan di panel label sebelah kanan. Tombol Font dan Font Color Ber- fungsi untuk mengatur warna, jenis, format, dan ukuran font. Atur Horizontal Alignment di Center dan Vertical Align- ment di Middle.
  • 53. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 52 9. Tahap berikutnya adalah memasukkan North Arrow atau tanda arah utara. Dari menu Layout pilih Add North Ar- row, kemudian Drag di ruang kosong untuk membuat North Arrwo. Untuk memperbesar dan memperkecil ukuran gambar bisa dilakukan menggunakan width and height di sebelah kanan, atau di klik drag di sudut gambar. Tam- bahkan huruf “U” di atas north arrow menggunakan add label . Hasil Nampak seperti gambar di bawah.
  • 54. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 53 11. Tahap berikutnya adalah memasukkan legenda. Klik Add Legend, kemudian drag and drop di tempat yang kosong. Gunakan panel di sebelah kanan untuk mengatur parameter legenda. Tab General untuk mengatur Judul, font, dan spasi legenda, tab Legend Items untuk mengatur layer—layer yang akan dimunculkan di legenda, tab General Proper- ties untuk mengatur frame legenda. Atur seperti gambar di bawah. Hasil akhir seperti gambar di bawah.
  • 55. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 54 12. Langkah berikutnya adalah memasukkan Skala Grafis. Klik Add Scale, kemudian klik ruang kosong di peta, scale bar akan ditampilkan. Klik Scale Bar Properties di sebelah kanan untuk mengatur property dari scale bar. Untuk mengubah satuan ke kilometer, isikan 1000 di label unit multiplier. 4.3 Eksport Peta 1. Langkah terakhir adalah mencetak peta atau mengeksport peta ke dalam format gambar (jpeg, tiff, png, bmp), SVG atau PDF, yang nantinya agar peta dapat ditampilkan di media lain sesuai kebutuhan. Untuk mengeksport dari menu File di Modul Print Composer, klik Eksport kemudian pilih format yang akan digunakan.
  • 56. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 55 Sebagaimana telah dijelaskan di muka, struktur data dalam SIG terdiri dari struktur data raster dan vector. Struktur data ini akan mempengaruhi bagaimana analisis dalam SIG dilakukan. Analisis data vector berbeda dengan raster, demikian pula sebaliknya. Namun demikian, kedua jenis analisis dapat digunakan secara bersama dalam memecahkan masalah keruangan Data vector banyak dipakai untuk memetakan fenomena permukaan bumi yang bersifat diskrit (batasnya ter- lihat jelas di lapangan). Contohnya antara lain jalan, sungai, penggunaan lahan, batas wilayah. Adapun yang termasuk dalam kelompok alat analisis data vector antara lain adalah 1. Buffer 2. Clip 3. Overlay (Intersect & Union) 4. Dissolve 5. Query 6. Network Analysis 5.1 Buffer 5.1.1 Tinjauan Teoritis Buffer Buffering adalah proses pembuatan zona dengan luasan tertentu disekeliling data masukan, sesuai dengan penentuan jarak oleh operator. Buffering biasanya digunakan untuk menentukan area yang terpengaruh oleh adanya kenampakan tertentu. Ilustrasi buffer ditunjukkan pada gambar di bawah. Gambar 2.1 Vector Buffering BAB V ANALISA DATA SPASIAL
  • 57. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 56 5.1.2 Studi Kasus Buffer Dalam sebuah kegiatan perencanaan pembangunan Jalan Tol antara Kota Yogyakarta dan Kota Solo diberikan tiga alternatif rute yang harus dipilih salah satu yang terbaik, yaitu luas tanah yang harus dibebaskan paling sedikit. Kriteria yang digunakan adalah lahan yang harus dibebaskan adalah selebar 60 meter dari sisi kiri dan kanan trase. Kita akan menggunakan analisa buffer untuk mengetahui luas lahan yang harus dibebaskan di setiap trase, kemudian menentukan mana yang paling kecil luas lahan yang harus dibebaskan. 1. Buka Quantum GIS, kemudian Add Layer Trase Jalan Tol Trase A di Folder Analisis/PerencanaanTOl.. Buka juga peta google map menggunakan tool Add Raster Layer untuk menunjukkan gambaran lokasi. 2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Buffer. Kemudian pilih layer Trase_A sebagai input, pilih buffer distance dan isikan 60, kemudian Segment to approximate diisi 1, kemudian simpan di folder perencanaan Tol. Klik Ok 3. Tampilan hasil buffer di Peta adalah sebagaimana nampak pada gambar di bawah.
  • 58. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 57 4. Selanjutnya kita akan menghitung luas area hasil buffer (luas area tanah yang harus dibebaskan). Buka Tabel Atribut dari Layer Polygon Hasil Buffer, kemudian Klik Field Calculator. Setelah jendela field calculator muncul, centang pilihan Create a New Field, kemudian isikan “Luas” sebagai Output field name, untuk field type isikan decimal number, kemudian expand pilihan operator, pilih kolom geometry, kemudian klik dua kali operator “$area”. Luas area akan diisi- kan secara otomatis, dalam satuan meter persegi. 5. Lanjutkan langkah yang sama untuk Trase_B dan Trase_C. 6. Lakukan perbandingan trase manakah yang membutuhkan pembebasan lahan paling banyak dan paling sedikit. Nama Trase Luas pembebasan lahan yang diperlukan (m2) Trase A Trase B Trase C
  • 59. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 58 5.2 Clip 5.2.1 Tinjauan Teoritis Clip Clipping adalah pemotongan bagian tertentu dari suatu layer peta dengan menggunakan peta lain sebagai bidang pemo- tong. Clipping biasanya digunakan untuk memecah data peta besar menjadi bagian—bagian lebih kecil atau mengekstrak daerah tertentu dari suatu data peta untuk tujuan tertentu. Ilustrasi clipping ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar . Vector Clipping 5.2.2 Studi Kasus Clip Melanjutkan studi kasus Perencanaan Jalan Tol, Kita mempunyai sebuah Peta Zona Nilai Tanah tahun 2011. Peta zona nilai tanah ini bersalah dari beberapa kabupaten di seluruh Indonesia, kita hanya akan menggunakan Zona Nilai Tanah untuk Kabupaten Boyolali, oleh karena itu kita akan melakukan proses Clipping untuk memperoleh Peta Zona Nilai Tanah Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo. 1. Buka Peta Zona Nilai Tanah di Folder AnalisisPerencanaanTolZNT. Buka juga peta batas administrasi kabupaten Boyolali dan Sukoharjo dari folder yang sama. 2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Clip. Kemudian pilih layer Peta Zona Nilai Tanah sebagai input, pilih Batas Kabupaten Boyolali sebagai Clip Layer, kemudian simpan di folder perencanaan Tol. Klik Ok. 3. Ulangi langkah 2 Untuk Batas Kabupaten Sukoharjo.
  • 60. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 59 4. Berikut ini di bawah adalah hasil contoh Clipping Peta ZNT Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo.
  • 61. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 60 5.3 Overlay (Intersect dan Union) 5.3.1 Tinjauan Teoritis Overlay. Overlay adalah proses pentumpangsusunan dua layer peta atau lebih yang menghasilkan data baru yang mengintegrasi- kan informasi dari kedua layer penyusunnya. Overlay digunakan untuk misalnya apabila kita ingin mengetahui misalnya dimana saja permukiman yang menempati lahan dengan kemiringan lereng relatif datar. Untuk menjawab pertanyaan diatas kita perlu mengoverlaykan antara peta penggunaan lahan dan peta kemiringan lereng, kemudian hasilnya di-query. Ilustrasi overlay ditunjukkan seperti pada gambar di bawah. Gambar . Vector Overlay Terdapat beberapa macam kategori overlay, namun dua yang paling penting adalah intersect dan union. Intersect adalah penggabungan dua layer dengan hanya menyisakan bagian yang overlap dari kedua layer tersebut sebagai keluarannya. Sedangkan Union adalah penggabungan dua layer dengan tetap menyisakan seluruh bagian dari kedua layer masukan. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan intersect dan union dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar . Intersect (kiri) dan Union (kanan)
  • 62. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 61 Kita akan melanjutkan analisa penentuan trase jalan tol. Jika dilihat dari luas lahan yang harus dibebaskan, terdapat salah satu trase yang paling potensial karena lahan yang harus dibebaskan relatif sedikit. Kita akan melanjutkan proses analisa dengan melibatkan satu kriteria lagi, yaitu Harga Tanah. Untuk itu kita akan melakukan Overlay antara Peta lahan yang harus dibebaskan (hasil analisa buffer) dan Peta Zona Nilai Tanah. 1. Buka Peta Buffer Luas Lahan dari langkah sebelumnya dan Peta ZNT Kabupaten Boyolali dan Sukoharjo hasil anali- sa Clip. 2. Dari Menu Vector, klik Menu Geoprocessing Tools kemudian pilih Intersect. Kemudian pilih layer Peta ZNT Kabupat- en Boyolali sebagai input, pilih Hasil Trase A Buffer untuk Clip Layer, kemudian simpan di folder perencanaan Tol. Klik Ok 3. Hasil operasi intersect adalah Peta Luas lahan yang harus dibebaskan disertai informasi nilai tanahnya. 4. Ulangi langkah 2 untuk Trase B dan Trase C menggunakan peta ZNT Kabupaten Sukoharjo.
  • 63. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 62 4. Sebelum ke langkah analisa berikutnya, data spasial hasil intersect terkadang masih bersifat “MULTIPART”, artinya ada dua atau lebih polygon tapi hanya mempunyai satu baris atribut di tabel . Hal ini nanti akan berpengaruh pada analisa luas, oleh karena itu perlu dilakukan “EXPLODING” dengan cara Menu Vector > Geometry > Multiparts to Single Parts. 5. Selanjutnya, kita akan memperkirakan biaya pembebasan lahan yang harus dianggarkan untuk setiap trase dari luas lahan yang harus dibebaskan dan zona nilai tanah per meter persegi. Buka atribut peta hasil operasi intersect. Lakukan operasi penghitungan luas seperti pada analisa buffer. 6. Kemudian, buka kembali Field Calculator, kalikan antara kolom luas lahan yang diperoleh dengan kolom nilai tanah. Rumus perkaliannya adalah seperti gambar di bawah ini. “NILAI” dan “Luas_fix” adalah nama kolom nilai tanah dan luas lahan yang diperoleh dari Grup Field and Values (Lingkaran merah) dan Operator Perkalian dari Grup Operator (lingkaran biru). Jangan lupa pilih Create New Field dan berikan nama kolom, serta jenis field Decimal Number.
  • 64. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 63 7. Berikut ini contoh hasil peta perkiraan biaya pembebasan lahan untuk trase A yang melewati Kabupaten Boyolali 8. Ulangi langkah penghitungan biaya untuk Trase B dan Trase C menggunakan peta ZNT Kabupaten Sukoharjo. 9. Untuk menghitung total jumlah biaya yang harus dikeluarkan, gunakan Tombol Summarize (lingkaran merah). Nama Trase Biaya pembebasan lahan Trase A Trase B Trase C
  • 65. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 64 5.4 Network Analysis 5.4.1 Tinjauan Teoritis Network Analysis. Network analysis atau dalam Bahasa Indonesia analisa jaringan adalah salah satu teknik analisa yang dapat dilakukan GIS untuk jenis data vektor, lebih spesifiknya untuk data vektor jaringan, seperti jaringan jalan, jaringan sungai, jaringan utilitas, drainase dan lain-lain. Beberapa keluaran yang dapat dihasilkan dari Network Analysis antara lain, 1. Jarak terdekat dari Titik A ke Titik B (Shortest path). 2. Luas dan sebaran optimal yang dapat dilayani sebuah fasilitas (Service area). 3. Fasilitas terdekat yang dapat dijangkau jika terjadi insiden (closest facility). 4. Rute terbaik untuk berpergian dari satu tempat ke tempat lain dengan mempertimbangkan waktu tempuh, jarak tempuh, adanya rintangan (barrier) dan penghambat lain (Routing) 5.4.2 Studi Kasus Untuk studi kasus network analysis, kita akan mencoba menerapkan analisa shortest path (jarak terpendek) untuk menentukan lokasi paling optimal calon lokasi pembangunan TPS (Tempat penampungan sementara) agar truk pengangkut sampah dapat mencapai TPA seefektif dan seefisien mungkin. Untuk studi kasus kita akan menggunakan Kota Bogor yang akan membangun TPA di Kelurahan Kayu Manis, Tanah Sareal. 1. Aktifkan Tool Shortest Path dengan cara klik kanan toolbar, kemudian centang pilihan Shortest Path. 2. Kemudian tampilkan Peta Jalan Kota Bogor, Peta Lokasi TPS dan Peta calon lokasi TPA Kayu Manis dari folder Ana- lisisLokasiTPA. 3. Tampilkan juga peta Open Street Map format raster menggunakan Add Raster data sebagai background.
  • 66. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 65 2. Sebelum memulai proses analisa, kita perlu mengatur unit dan satuan jarak dan waktu dalam menentukan rute. Untuk mengatur satuan jarak dan waktu dapat dilakukan dari Menu Vector > Road Graph > Settings. 3. Untuk mengatur Unit waktu gunakan Time Unit, pilihannya bias menggunakan detik atau jam, kita akan menggunakan jam. Kemudian distance unit gunakan kilometer. Untuk transportation layer, pilih peta jalan kota bogor, kemudian untuk direction field pilih oneway dan isikan value two way direction dengan angka 1. Di Peta jalan Kota Bogor ini, informasi mana jalan yang searah dan dua arah ada di field oneway dan dikodekan dengan angka 0 untuk searah dan angka 1 untuk dua arah. Untuk topology tolerance biarkan saja kosong. Kemudian pindah ke Tab Default Settings. Disini diatur untuk direction Two Way Direction, kemudian Speed = 1.
  • 67. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 66 4. Untuk memulai proses analisa, Aktifkan tool Shortest Path dari Menu Tool. 5. Untuk memulai proses analisa, Klik Lokasi TPST A menggunakan tombol Start sampai ada nilai koordinat yang masuk. Kemudian dilanjutkan dengan klik tombol Stop di lokasi TPA Kayumanis. Setelah muncul baris koordinat kemudian klik Calculate untuk mendapatkan rute terbaik. Untuk kriteria anda dapat menggunakan Length atau Time. 6. Untuk mengeksport hasil kalkulasi ke dalam file shapefile baru, klik tombol Export. Kemudian ulangi langkah nomor 5 Untuk TPST B dan TPST C. Ulangi juga langkah kerja untuk ketiga TPST menggunakan Kriteria waktu sebagai acuan. Catat jarak tempuh dan waktu yang diperlukan untuk setiap rute untuk menentukan mana calon lokasi terbaik dari ketiga calon lokasi TPST.
  • 68. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 67 Calon Lokasi TPST Waktu (s)Jarak (m) TPST A TPST B TPST C
  • 69. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 68 5.5 Analisa Raster Di dalam SIG, data raster dan analisis data raster banyak digunakan untuk pemetaan obyek yang bersifat kontinu (batasnya tidak terlihat jelas di lapangan/ gradual) dan pemodelan spasial, baik statis maupun dinamis. Analisa data ras- ter banyak menggunakan peta—peta hasil analisa digital citra satelit karena peta raster dan citra satelit mempunyai struktur data yang sama, yaitu grid cell, sehingga kompatibel satu dengan lainnya. Hal ini berbeda dengan data vector, dimana agar bisa dianalisis secara bersama, data raster hasil analisa digital citra satelit harus dikonversi dulu ke struktur data vektor. Contoh jenis fenomena permukaan bumi yang biasa dipetakan menggunakan struktur data raster antara lain topografi, lereng, curah hujan, kelembapan tanah, penggunaan lahan, kerapatan vegetasi, dan lain—lain. Adapun yang termasuk dalam analisis data raster antara lain : 1. Analisis Kemiringan Lereng 2. Analisis Arah Lereng 3. Analisis Hillshade 4. Interpolasi Spasial 5. Pembuatan Kontur dari data DEM 5.5.1 Studi Kasus Untuk studi kasus analisa raster, kita akan mencoba membuat peta estimasi genangan bendungan menggunakan data titik ketinggian yang disurvei di seluruh area calon lokasi genangan bendungan. Bendungan yang akan menjadi lokasi kajian adalah Calon Bendungan Bajulmati, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. 1. Buka Data Titik Tinggi dari Folder AnalisisGenanganBendungan
  • 70. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 69 5.6 Interpolasi Spasial 5.6.1 Tinjauan Teoritis Interpolasi Interpolasi adalah salah satu teknis analisis dalam SIG yang ditujukan untuk memprediksi nilai suatu fenomena dalam suatu area yang tidak diketahui nilainya dengan mendasarkan pada prediksi berdasarkan nilai - nilai yang diketahui dari area lain dalam wilayah yang bersangkutan. Jenis–jenis fenomena yang biasanya dipetakan dengan cara interpolasi an- tara lain elevasi, kelembaban udara, suhu udara, konsentrasi senyawa tertentu dalam udara, sebaran batuan dan miner- al, dan lain - lain. Contoh penerapan interpolasi dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar . Interpolasi Studi Kasus Untuk tahap pertama dari pembuatan peta genangan, kita akan membuat sebuah model medan digital atau Digital Eleva- tion Model dari data Titik tinggi menggunakan teknik interpolasi spasial. 1. Setelah data titik tinggi dibuka, dari Menu Raster, klik Interpolation. Setelah jendela interpolation muncul, pilih titik tinggi sebagai input, kemudian “nilai ketinggian” sebagai interpolation attribute, lalu klik tombol ADD. Interpolation method di set ke IDW, dengan cellsize X dan cellsize Y sebesar 30 piksel. Jumlah kolom dan extent akan menyesuaikan secara otoma- tis, untuk file output, berikan ekstensi *.tif.
  • 71. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 70 2. Hasil interpolasi berupa data DEM dalam format raster ditunjukkan pada gambar di bawah. . 5.7 Pembuatan Kontur dari DEM 5.7.1 Tinjauan Teoritis Pembuatan kontur dari DEM sebenarnya salah satu bagian dari teknik interpolasi, dimana teknik interpolasi yang digunakan adalah interpolasi linier. Dengan teknik ini, data kontur dapat diturunkan secara otomatis dari DEM, yang perlu ditentukan secara manual hanyalah interval kontur yang ingin dihasilkan. Ekstraksi kontur juga merupakan salah satu contoh operasi konversi raster ke vector, dimana dalam hal ini data raster berupa DEM dikonversi menjadi data vector kontur. Contoh hasil ekstraksi kontur dari DEM dapat dilihat pada gambar di bawah. Gambar Ekstraksi Kontur Studi Kasus Kita akan melanjutkan analisa genangan tahap kedua dengan membuat garis kontur dengan interval tertentu dari DEM yang dihasilkan dari titik tinggi.
  • 72. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 71 1. Buka DEM yang dihasilkan dari analisa interpolasi. 2. Klik Menu Raster, kemudian pilih Terrain Analysis, lalu pilih Extraction>Contour. Jendela parameter Contour akan muncul. Masukkan DEM hasil interpolasi sebagai input, tentukan lokasi output, Interval kontur dalam contoh dipilih 5 meter, tapi anda dipersilahkan menentukan interval kontur sendiri (makin kecil interval, makin banyak data kontur yang dihasilkan, konsekuensinya ukuran file, proses ekstraksi dan proses loadingnya menjadi lama). Kemudi- an tandai attribute name, hal ini agar nilai ketinggian disimpan di data atribut garis kontur hasil ekstraksi, berikan na- ma elevasi. Tandai juga Load into canvas when finished. 3. Contoh hasil ekstraksi kontur seperti gambar di bawah
  • 73. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 72 5.8 Ekstraksi Daerah Genangan Untuk tahap terakhir dari studi kasus ekstraksi genangan yang kita lakukan, kita akan mengekstrak luasan genangan dari data kontur yang dihasilkan. Yang pertama harus dilakukan adalah kita harus mengidentifikasi ketinggian paling rendah dari cekungan yang akan dibendung. Berdasarkan hasil pengamatan data kontur dan DEM, ketinggian terendah untuk daerah kajian diketahui sebesar kurang lebih 75 meter. Andaikan ketinggian bendungan yang akan dibangun adalah 16 meter, maka berarti ketinggian puncak adalah 91 meter. Untuk itu kita perlu memilih garis kontur dengan ketinggian 91 meter yang melalui calon lokasi AS Ben- dungan. 1. Perhatikan garis kontur di peta, tampilkan label dan identifikasi garis kontur dengan ketinggian 91 meter yang melalui Outlet Sungai Bajulmati (calon AS bendungan) 2. Setelah ketemu, pilih garis tersebut menggunakan selection tool. Kemudian klik kanan nama layer > save as ke file shapefile baru. Untuk memastikan hanya garis genangan yang tersimpan, centang pilihan Save Only Selected features.
  • 74. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 73 3. Selanjutnya tampilkan garis genangan ke dalam Canvas QGIS, dan remove garis kontur. 4. Aktifkan editing mode dengan menekan tombol Toggle Editing, kemudian tambahkan garis baru di posisi AS ben- dungan berada. Contoh seperti gambar di bawah ini. Save Edit kemudian matikan mode editing dengan menekan tombol Toggle Editing. 5. Langkah terakhir adalah mengkonversi garis genangan menjadi Polygon, dengan cara dari menu Vector > Geometry > Lines to Polygons
  • 75. Pusat Data dan Teknologi Informasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat SURVEI DAN PEMETAAN MENGGUNAKAN GPS DAN GIS Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 74 6. Hasil Ekstraksi estimasi genangan bendungan Nampak seperti gambar di bawah ini.
  • 76. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 75 BAB VI PUBLIKASI DATA GPS DALAM PETA ONLINE Data hasil pengukuran GPS dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Untuk kepentingan survei dan pemetaan, data GPS dapat digunakan sebagai sumber utama data titik, garis dan area/polygon melalui kemampuan pengambilan way- points, route, dan tracks. Data kemudian dapat dimasukkan ke dalam peta, baik peta cetak maupun peta online/web map. Bab ini akan membahas cara publikasi data GPS ke dalam peta online. Beberapa layanan peta online yang menyediakan hosting data secara gratis diantaranya : 1. Google Mymaps (http://www.google.com/mymaps) 2. ArcGIS Online (http://www.arcgis.com/) 3. Geocommons (http://www.geocommons.com/) 4. GIS Cloud (http://www.giscloud.com/) 5. Mapbox (http://www.mapbox.com/) Untuk praktek ini, kita akan mencoba mempublish data hasil pengukuran GPS ke dalam portal ArcGIS.com dan Google MyMaps. VI. 1 Google MyMaps. Untuk dapat menggunakan layanan My Maps, minimal kita harus mempunyai akun google (gmail), gunakan akun google anda untuk login ke dalam Portal My Maps. Jika belum, silahkan register terlebih dahulu.
  • 77. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 76 1. Setelah membuat akun google, buka http://www.google.com/mymaps di browser (disarankan menggunakan google chrome atau Mozilla firefox versi terbaru). Halaman utama Google My Maps seperti di bawah ini. 2. Klik tombol Create a New Map, jendela akan berganti dengan tampilan new map. 3. Berikan judul peta dengan cara mengklik kolom yang ada tulisan “untitled map”, kemudian berikan judul dan deskripsi, kemudian klik tombol save untuk menyimpan.
  • 78. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 77 4. Untuk tahap selanjutnya kita akan mengimport data GPS yang telah kita buat ke dalam peta, namun untuk portal Google My Maps hanya mendukung import data spasial dalam format KML, untuk itu, data GPS kita yang dalam format GPX harus kita konversi dahulu ke dalam format KML. Kita dapat menggunakan software yang digunakan di sesi sebelumnya, yaitu Quantum GIS dan Global Mapper untuk mengkonversi data GPX ke dalam format KML. Selain kedua software tersebut, kita juga dapat menggunakan Google Earth. Berikut ini dicontohkan tahapan konver- si data menggunakan software Global Mapper. Buka data GPX dari GPS di software Global Mapper. 5. Data akan ditampilkan di dalam software Global Mapper, untuk mengeksport ke dalam format KML gunakan export vector layer dari Menu File > Export > Export Vector/Lidar Format. Pilih format KML/KMZ, muncul pilihan KML/KMZ Export Options, biarkan semua pilihan kecuali pilihan “Create Compressed KMZ file” jangan dicentang (lihat gambar di bawah). Tentukan nama dan lokasi penyimpanan, kemudian klik OK, konversi akan dijalankan.
  • 79. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 78 6. Kita kembali ke tampilan Google My Maps, klik tombol import dari layer pertama, muncul jendela upload data, pilih file KML hasil konversi dari Global Mapper. Data akan diupload. 7. Setelah upload selesai, data akan ditampilkan ke dalam peta. 8. Kita dapat mengubah nama layer, membuka tabel atribut, atau menghapus lauer dari pilihan layer options di sebelah kanan nama layer. Misalnya kita ubah nama layer menjadi “titik survei”. Klik tombol save jika sudah selesai.
  • 80. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 79 9. Selanjutnya, kita dapat mengatur symbol tiap titik survei dengan cara mengklik tiap kenampakan, setelah diklik mun- cul jendela pop-up yang menginformasikan atribut dari data yang dipilih. Di menu pop up tersebut terdapat tiga pilihan di kanan bawah, yang paling kiri (symbol pensil) untuk meng-edit konten atribut, yang tengah (symbol arah) untuk menunjukkan route dari tempat kita ke lokasi tersebut, dan yang kanan (symbol tempat sampah untuk menghapus kenampakan yang bersangkutan. Klik tombol pensil untuk melakukan editing atribut. 10. Setelah tombol “pensil” di klik, nama feature dan description sudah bisa diedit, selain itu di kanan bawah juga ada tombol dengan ikon “kamera” yang digunakan untuk menyisipkan foto. Contoh editing seperti gambar di bawah ini. Klik tombol kamera untuk menyisipkan foto. Anda dapat menggunakan image search dari google atau menggunakan foto anda sendiri. Untuk menggunakan foto sendiri, foto anda harus diupload ke layanan penyim- panan foto online, kemudian URL nya di paste di kolom image URL (kotak merah).
  • 81. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 80 11. Foto akan dilampirkan di dalam Pop up window, di kanan bawah foto terdapat tombol Crosshair dan Tong sampah (lingkaran merah). Tombol crosshair digunakan untuk menambah foto, sedangkan tombol tong sampah digunakan untuk menghapus foto. Setelah selesai klik Tombol Save. Lakukan editing untuk titik survei yang lain. 12. Selanjutnya, kita dapat mengganti ikon dari kenampakan yang kita petakan, dari layer klik tombol symbolization di sebelah kanan (lingkaran merah), muncul pilihan warna dan ikon yang bisa kita gunakan, terdapat juga tombol “more icon” untuk menambahkan ikon lain yang lebih banyak. Kita juga bisa memasukkan ikon kita sendiri yang sudah diupload ke dalam penyimpanan gambar online,
  • 82. Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Balai Pemetaan Tematik dan Prasarana Dasar 81 13. Contoh Hasil Petanya adalah sebagai berikut 14. Untuk menampilkan label, Klik kolom “individual styles”, kemudian set labels ke :Name” atau atribut lain yang akan dijadikan label.