2. Schistosoma schist alur atau kanal yg
pjg
Trematoda 2 jenis kelamin (satu2nya)
Demam sungai, Bilharziasis (Theodor Bilharz
patolog Jerman, 1851 identifikasi cacing
S. Japonicum ditemukan di Indonesia yaitu di
danau Lindu dan lembah Napu Sulawesi
Tengah
3. Ada 5 spesies :
1. S. mansoni paling luas, manusia dan
rodensia
2. S. hemotobium
3. S. japonicum Indonesia, manusia, babi,
anjing dan kerbau air
4. S. mekongki
5. S. intercalatum
4. Sistosoma dunia baru :
Lokasi infeksi primer sistem saluran cerna
Kerusakan dinding intestinum akibat respon
imun penjamu (hospes) terhdp penempatan
telur2
Telur mensekresi enzim proteolitik rusak
jaringan
Gambaran klinis : perdarahan sal cerna, diare
dan kerusakan hepar
5. Ditularkan penetrasi kulit secara langsung
Diagnostik pasti telur telur yang khas pada
tinja
S.japonicum dan S.Mansoni
Terapi Prazikuantel
6. Sistosoma dunia lama :
Lokasi primer infeksi vena2 di buli2
tempat meletakkan telur2 jar fibrosis dan
granulomatosa serta hematuria
Dipindahkan penetrasi kulit secara
langsung
Diagnostik pasti telur telur yang khas pada
urine dan dinding buli2
S. hematobium
7. Gambaran klinisnya terbagi 2 yaitu :
Sistosomiosis vesikalis (urinarius)
Sistosomiosis intestinalis
Reservoir S. japonicum mamalia
Reservoir S. mansoni dan S. hematobium
manusia
8. Sistosoma dws jantan dan betina terpisah
Berpasangan
Jantan canalis ginocoforik ventralis
Betina dipeluk sang jantan
Betina lebih panjang
Berbentuk silindris dan intestinum warna
hitam
Betina posisi ovarium, pjg uterus dan
jumlah telur
9. Menpunyai dua alat isap (sucker) dan sebuah
mulut ditgh alat isap dan berujung buntu
Integumentum sistosoma td 2 lapisan lemak
dg ketebalan 7 nm, keseluruhan tebal 18 nm
Ukuran dws 6-13 mm
Telur sistosoma tidak mempunyai operculum
(sumbat penutup) dg posisi spina yg khas
S.mansoni di lateral, S. japonicum dilateral
(sukar dilihat), S.hematobium diterminalis
10. Dinding telur terbuat dari bahan protein
resisten yg menyusun granula kantong telur
Telur berisi mirasidia yg matang 10 hr
Hospes manusia telur tdk dpt menetas
Menetas bila mendpt lingkungan yg baik spt
suhu,pH, kadar garam dan cahaya
Telur akan pecah menurut axis memanjang
11. Cacing dewasa hdp dalam venule terminalis
Usus (S. mansoni dan S. japonicum) atau buli2
(S. hematobium)
S. mansoni vena mesenterika inferior
S. japonicum vena mesenterika inferior
dan superior usus besar dan usus kecil,
mesenterika superior >>
Pada dinding usus jar fibrosis dan
granulomatosa
12. S. hematobium bermigrasi ke pleksus
vesikalis, ditemukan dalam vena2 dalam
rektum
Telur2 sistosoma dapat keluar bersama tinja
atau urine masuk ke dalam air tawar larva
(mirasidium) keluar dari telur menginfeksi
semacam siput sbg penjamu perantara
(intermediate host)
13. Hospes perantara keong air tawar
S.hematobium genus bolinus
S. mansoni genus Biomphalaria
S. japonicum genus Oncomalania
Dalam siput ( sporokista I, sporokista II) dan
berkembang menjadi ribuan serkaria yang
infektif meninggalkan siput berenang
dalam air (bertahan selama 48 jam)
14. Manusia terpajam dg serkaria melalui kulit
atau mukosa mulut dan saluran cerna
mandi di sungai, berenang, menyeberangi
sungai atau mencuci pakaian
Dalam tubuh serkaria segera menjadi larva
sistosomula mencapai sirkulasi portal (hepar)
cacing dewasa
15. Stlh beberapa minggu cacing dewasa
berpasangan dan kawin bermigrasi ke
venule terminalis usus betina meletakkan
telurnya
Betina 200-2000 butir perhari selama 20
tahun
Telur mensekresi zat lisis, bbrp telur sampai
ke lumen usus atau buli-buli telur 2 dpt
msk tinja dan urine
17. WHO 800 juta pddk dunia berisiko 200 juta
terinfeksi dan 120 juta bergejala
Berhubungan dengan faktor kemiskinan,
sanitasi yang jelek dan tempat tinggal yang
kumuh
Di daerah endemis insidens sistosomiasis rendah
Prevalensi berhubungan dengan umur dari 3-4
tahun meningkat sampai 100% pada umur 15-20
tahun dan menurun kembali setelah 40 tahun
18. Penurunan ini akbt resistensi atau adanya
perubahan2 kontaminasi dalam air (karena
orgtua kurang terpajam air yang tercemar dg
telur2 sistosoma
Faktor2 yg mempengaruhi
Parasit
Hospes
Infeksi tambahan
Nutrisi
Faktor lingkungan
19. Distribusi didaerah endemis
Lama dan beratnya infeksi
Umur
Kerentanan genetik hospes
20. SERKARIA
Penetrasi serkaria pada kulit dermatitis
alergik
Kelainan kulit eritema dan papula dengan
rasa gatal dan panas 2-3 hari pasca infeksi
(swinner’s itch) >> S.mansoni dan
S.japonicum
Bila jumlah >> dermatitis (cercarial
dermatitis) 5 hr sembuh
21. Gambaran klinis toksemia berat demam
tinggi (tu inf berulang), lemah, malaise,
anoreksia, mual dan muntah, sefalgia,
mialgia dan artralgia
Diare hipersensitif thd cacing, sakit perut,
dan tenesmus
Gejala toksemia 3 bulan
Hepatospenomegali nyeri tekan
22. SISTOSOMULA
Cercaria tidak berekor
Diangkut melalui darah atau limfatik ke
sebelah kanan paru2 dan jantung
Infeksi berat demam dan batuk
Eosinophilia
23. CACING DEWASA
Tidak memperbanyak diri dalam tubuh
manusia
Vena cacing jantan dan betina (kawin)
Betina bertelur 4-6 mgg setelah penetrasi
sercaria
Jarang patogen
Betina 3-8 th bahkan > 30 th
Telur2 merusak organ
24. TELUR
Sistosomiasis dan demam Katayama
Demam Katayama S.japonicum >>,
S.mansoni, jarang S hematobium
Terkumpul di Hepar fibrosis periportal
Hipertensi portal fs hati tetap normal
sampai tahap lanjut
Kolateralisasi sistem portal Hipertensi
pulmonal akibat embolisasi telur2 paru
25. hipertensi pulmonal dan korpulmonalis
S. japonicum byk mengeluarkan telur
dianggap menimbulkan penyakit > berat
S. hematobium (ccg dws) matang dalam
pleksus venosa buli2, ureter, rectum, prostat
dan usus
Jaringan granulomatosa dan fibrosis pada
ddg buli2 memudahkan terjadinya ulkus dan
polip
26. Sisa-sisa telur mengalami kalsifikasi
Striktur orificium uretralis atau ureter
terminalis hidroureter, hidronefrosis dan
inf asenderen sal kemih
Lesi organ2 lain dlm pelvis jrg mengakibatkan
fibrosis berat dan infeksi
Telur diangkut ke hepar atau paru, perubahan
patologis jarang terjadi pada S.mansoni,
S.japonicum
27. Perubahan disebabkan oleh 3 stadia cacing
sistosoma yaitu serkaria, ccg dws dan telur
Telur >> timbulkan kelainan
Perubahan pada sistosomiasis tiga stadia :
1. Masa tunas Biologik
2. Stadium Akut (Demam Katayama)
3. Stadium kronik
28. 1. Masa tunas biologik
Waktu antara serkaria menembus kulit sampai
menjadi ccg dws (masa prepatent)
Terjadi respon humoral dan seluler
Reaksi alergi hsl metabolik sistosomula/ccg dws
dan protein asing (ccg mati)
Manifestasi klinik urtikaria atau edema
angioneurotik (disertai demam 10 hr)
Pasien yg sensitif Gejala batuk produktif,
hemoptisis dan serangan asma
Keadaan toksik muncul antara mgg ke 2 sampai ke 8
pasca infeksi
29. 2. StadiumAkut (Demam Katayama)
Berkaitan dengan kompleks imun (telur dan
antigen cacing)
4-6 mgg setelah infeksi (pelepasan telur)
Sidrom sistosomiasis akut reaksi
immunologis telur sistosoma di jar
Telur antigen rgsg rx granulomatosa (td sel
T, makrofag dan eosinofil) manifestasi klinik
Tanda dan gejala byk telur dan lokasi telur di
jar
30. Awal reaksi inflamasi reversibel
Mirip serum sicness demam, keringat
banyak, menggigil dan batuk2,
limfadenopati, generalisata dan
hepatosplenomegali
Jarang S hematobium
Klinis ringan-berat, jarang meninggal
Sindroma disentri ditemukan infeksi
berat
Diare infeksi rgn
31. Hepatomegali timbul lbh dini
splenomegali
6-8 bulan setelah infeksi periode
asimtomatik 2-8 mgg
Lab lekositosis dan eosinofilia berat
Tinja awal negatif diulang 6x
Serogis (+) bbrp mgg stlh telur
ditemukan dalam tinja
32. 3. Stadium Kronik
Mulai 6 bln sampai bbrp tahun setelah infeksi
Infeksi S.mansoni dan S.japonicum diare,
nyeri perut, berak darah
Penumpukan telur2 di jar granulomatosa
disekitar telur berupa sel2 yang diatur
kaskade sitokin seluler dan humoral
33. Sel2 rdg dikerahkan respon antigen oleh
organisme hidup dlm telur
Respon antigen sel-sel fagosit, selT
spesifik dan eosinofil
Dikemudian hari sel-sel fibroblast, sel
raksasa, sel limfosit B lebih dominan
SelT TNF, IL2, IL4, dan IL5 aktifkan sel
endotel sekresi kemokin spesifik yi
monosit chemotactic protein 1 (MCP-1)
GRANULOMATOSA (disekitar telur)
34. Lesi ini >>> dari telur2 organomegali dan
obstruksi
Respon granulomatosa jaringan fibrosis
Hepatomegali peradangan dan
pembetukan lesi granolomatosis mengecil
ok fibrosis (SH) sirosis periportal
hipertensi portal splenomegali edema
tungkai bawah atau alat kelamin, asites dan
ikterus
35. Umumnya ringan – sedang
Stadium lanjut (S. mansoni dan
S.japonicum) hematemesis melena ok
pecah varises esofagus dan ditemukan tumor
polipoid intestinal
Infeksi tambahan dan malnutrisi fungsi
hepar
36. S. hematobium gjl dini di traktus urinarius
berupa disuri, hematuri terminalis dan
proteinuria Gross hematuria berulang
Sekuele : polip buli2, sistitis, inf salmonela
kronis, pielitis, pielonefritis, urolithiasis,
hidronefrosis akbt obstruksi uretra dan gagal
ginjal
Pemeriksaan lab : telur disedimen urine,
biopsi atau kerokan mukosa rektum atau
buli2
37. Hipertensi portal
Splenomegali
Varises esofagus
Gangguan fungsi hati : ikterus, asites, koma
hepatikum
Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale,
gagal jantung kanan
38. Gangguan usus besar berupa striktur,
granuloma besar, infeksi salmonela menetap,
poliposis kolon yang akbtkan berak darah,
anemia, hipoalbuminemia dan clubbing
fingers (jari tabuh)
Kontraktur leher buli-buli kerusakan M.
detrusor
Batu buli2
39. Obstruksi ginjal dan buli2
Gagal ginjal kronik
Kanker buli2, mielitis transversa, epilepsi atau
neuritis optika akibat dari telur2 tertimbun di
sirkulasi kolateral atau cacing ektopik
(ectopic worm)
Sistosoma SSP inf S.japonicum 2-4%
Mielitis transvers inf S. mansoni
40. Telur2
Tinja dan urine
Biopsi mukosa
S. hematobium Urine >>, kurang di tinja
Urine 24 jam atau urine jam 09.00-14.00 siang
Biopsi mukosa buli2 dan hati
Diagnosis pasti
41. S. mansoni dan S. japonicum
pemeriksaan tinja langsung, konsentrasi atau
kuantitatif Kato-Kart
Infeksi berat >400 telur dalam 1 gram tinja
Bila negatif biopsi mukosa rektum pada lesi
peradangan atau granulasi atau acak di 2-3 lokasi
mukosa normal
42. Uji serologis
Dilakukan jika pemeriksaan telur negatif atau
Infeksi ektopik
ELISA, RIA, IFAT, GTP, IHA, LAT, COPT, CHR,
CFT,Tes western blot (D/ pasti), FAST,
Immunoblot
Sampel : darah dan urine
Hilang antigen 5-10 hari pasca terapi
sembuh
43. Tes lain
Esofagoskopi, foto dada atau EKG
USG : fibrosis periportal
Pemeriksaan urine mikroskopik atau tes celup
Sistoskopi : ulkus sandy patches dan adanya
daerah2 metaplasia
Foto polos Abdomen perkapuran dinding
buli2 atau ureter
CT Scan kalsifikasi turtleback
44. Akut : Amubiasis, disentri basiler, malaria,
leptospirosis dan sebab lain dari diare
Kronis : berbagai sebab hipertensi portal atau
poliposis usus
Sistosoma vesikalis : kanker traktus
genitourinarius, ISK, dan nefrolithiasis atau
tuberkulosis ginjal
Keluhan sal cerna : ulkus peptikum,
pankreatitis atau peny traktus biliaris
45. Jangan berenang dan sebrangi sungai di
daerah endemi
Minum air masak
Air mandi dihangatkan pada suhu 150oF atau
disimpan dalam tangki air selama 48 jam
Gunakan handuk yg sangat kering, bilas
dengan air aman (bila Kecelakaan)
46. Praziquantel daya sembuh obat
63-65 % dan turunkan telur 90% setelah 6
bulan terapi
Tidak sensitif thd sistosoma muda (2-5 mgg)
Dosis 2x20mg/kgbb/hr S.hematobiun dan S.
mansoni dan 3x1 S. japonicum
ES : malese, sakit kepala, pusing, anoreksia,
mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus,
urtikaria, artralgia dan mialgia
Ibu hamil aman
47. Oxamniquine
Sangat efektif S.mansoni
Dosis 12-15 mg/kg/hari , 40-60 mg/kg/hari 2-3
kali selama 2-3 hari diberikan bersama makanan
Angka kesmbuhan 70-95%
ES bbrp jam telan obat : pusing, vertigo, mual-
muntah, diare, sakit perut dan sakit kepala,
jarang perubahan tingkah laku, halusinasi,
kejang2 stlh 2 jam obat ditelan
Teratogenik dan mutagenik
48. Artemisinin
Lebih bermanfaat untuk profilaksis
Pada S. hematobium kurang efektif
Metrifonate
S. hematobium sangat efektif
Ditarik peredarannya
Tindakan Bedah
Keluarkan polip atau sumbatan sal kemih
Varises esofagus skleroterapi, shunting
Pansitopenia splenektomi
49. Terapi dini baik
Kel patologik hepar, ginjal dan usus membaik
dengan pengobatan
Fungsi hepar tetap baik sampai akhir
penyakit pada Sistosoma hepatosplenik
(karier)
Korpulmonale tidak membaik
Karier sistosomiasis medula spinalis
Pemberian praziquantel secepatnya
Stadium lanjut buruk