SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 50
Dr.WisdaWidiastuti, SpPD
Universitas Baiturrahmah
 Schistosoma  schist  alur atau kanal yg
pjg
 Trematoda  2 jenis kelamin (satu2nya)
 Demam sungai, Bilharziasis (Theodor Bilharz
 patolog Jerman, 1851 identifikasi cacing
 S. Japonicum ditemukan di Indonesia yaitu di
danau Lindu dan lembah Napu Sulawesi
Tengah
Ada 5 spesies :
1. S. mansoni  paling luas, manusia dan
rodensia
2. S. hemotobium
3. S. japonicum  Indonesia, manusia, babi,
anjing dan kerbau air
4. S. mekongki
5. S. intercalatum
Sistosoma dunia baru :
 Lokasi infeksi primer  sistem saluran cerna
 Kerusakan dinding intestinum akibat respon
imun penjamu (hospes) terhdp penempatan
telur2
 Telur mensekresi enzim proteolitik  rusak
jaringan
 Gambaran klinis : perdarahan sal cerna, diare
dan kerusakan hepar
 Ditularkan  penetrasi kulit secara langsung
 Diagnostik pasti telur telur yang khas pada
tinja
 S.japonicum dan S.Mansoni
 Terapi Prazikuantel
Sistosoma dunia lama :
 Lokasi primer infeksi  vena2 di buli2
tempat meletakkan telur2  jar fibrosis dan
granulomatosa serta hematuria
 Dipindahkan  penetrasi kulit secara
langsung
 Diagnostik pasti telur telur yang khas pada
urine dan dinding buli2
 S. hematobium
 Gambaran klinisnya terbagi 2 yaitu :
 Sistosomiosis vesikalis (urinarius)
 Sistosomiosis intestinalis
 Reservoir S. japonicum  mamalia
 Reservoir S. mansoni dan S. hematobium 
manusia
 Sistosoma dws jantan dan betina terpisah
 Berpasangan
 Jantan  canalis ginocoforik ventralis
 Betina dipeluk sang jantan
 Betina lebih panjang
 Berbentuk silindris dan intestinum warna
hitam
 Betina  posisi ovarium, pjg uterus dan
jumlah telur
 Menpunyai dua alat isap (sucker) dan sebuah
mulut ditgh alat isap dan berujung buntu
 Integumentum sistosoma td 2 lapisan lemak
dg ketebalan 7 nm, keseluruhan tebal 18 nm
 Ukuran dws 6-13 mm
 Telur sistosoma tidak mempunyai operculum
(sumbat penutup) dg posisi spina yg khas
 S.mansoni di lateral, S. japonicum dilateral
(sukar dilihat), S.hematobium diterminalis
 Dinding telur terbuat dari bahan protein
resisten yg menyusun granula kantong telur
 Telur berisi mirasidia yg matang 10 hr
 Hospes manusia  telur tdk dpt menetas
 Menetas bila mendpt lingkungan yg baik spt
suhu,pH, kadar garam dan cahaya
 Telur akan pecah menurut axis memanjang
Cacing dewasa hdp dalam venule terminalis
Usus (S. mansoni dan S. japonicum) atau buli2
(S. hematobium)
 S. mansoni  vena mesenterika inferior
 S. japonicum  vena mesenterika inferior
dan superior usus besar dan usus kecil,
mesenterika superior >>
 Pada dinding usus  jar fibrosis dan
granulomatosa
 S. hematobium  bermigrasi ke pleksus
vesikalis, ditemukan dalam vena2 dalam
rektum
 Telur2 sistosoma dapat keluar bersama tinja
atau urine masuk ke dalam air tawar  larva
(mirasidium) keluar dari telur  menginfeksi
semacam siput sbg penjamu perantara
(intermediate host)
 Hospes perantara  keong air tawar
 S.hematobium  genus bolinus
 S. mansoni  genus Biomphalaria
 S. japonicum  genus Oncomalania
 Dalam siput ( sporokista I, sporokista II) dan
berkembang menjadi ribuan serkaria yang
infektif  meninggalkan siput berenang
dalam air (bertahan selama 48 jam)
 Manusia terpajam dg serkaria melalui kulit
atau mukosa mulut dan saluran cerna 
mandi di sungai, berenang, menyeberangi
sungai atau mencuci pakaian
 Dalam tubuh serkaria segera menjadi larva
sistosomula mencapai sirkulasi portal (hepar)
 cacing dewasa
 Stlh beberapa minggu cacing dewasa
berpasangan dan kawin  bermigrasi ke
venule terminalis usus  betina meletakkan
telurnya
 Betina  200-2000 butir perhari selama 20
tahun
 Telur mensekresi zat lisis, bbrp telur sampai
ke lumen usus atau buli-buli  telur 2 dpt
msk tinja dan urine
Gbr 1. Siklus hidup sistosomiasis
 WHO  800 juta pddk dunia berisiko  200 juta
terinfeksi dan 120 juta bergejala
 Berhubungan dengan faktor kemiskinan,
sanitasi yang jelek dan tempat tinggal yang
kumuh
 Di daerah endemis insidens sistosomiasis rendah
 Prevalensi berhubungan dengan umur dari 3-4
tahun meningkat sampai 100% pada umur 15-20
tahun dan menurun kembali setelah 40 tahun
 Penurunan ini akbt resistensi atau adanya
perubahan2 kontaminasi dalam air (karena
orgtua kurang terpajam air yang tercemar dg
telur2 sistosoma
 Faktor2 yg mempengaruhi 
 Parasit
 Hospes
 Infeksi tambahan
 Nutrisi
 Faktor lingkungan
 Distribusi didaerah endemis 
 Lama dan beratnya infeksi
 Umur
 Kerentanan genetik hospes
SERKARIA
 Penetrasi serkaria pada kulit  dermatitis
alergik
 Kelainan kulit  eritema dan papula dengan
rasa gatal dan panas 2-3 hari pasca infeksi
(swinner’s itch)  >> S.mansoni dan
S.japonicum
 Bila jumlah >>  dermatitis (cercarial
dermatitis)  5 hr sembuh
 Gambaran klinis toksemia berat  demam
tinggi (tu inf berulang), lemah, malaise,
anoreksia, mual dan muntah, sefalgia,
mialgia dan artralgia
 Diare hipersensitif thd cacing, sakit perut,
dan tenesmus
 Gejala toksemia  3 bulan
 Hepatospenomegali  nyeri tekan
SISTOSOMULA
 Cercaria tidak berekor
 Diangkut melalui darah atau limfatik  ke
sebelah kanan paru2 dan jantung
 Infeksi berat  demam dan batuk
 Eosinophilia
CACING DEWASA
 Tidak memperbanyak diri dalam tubuh
manusia
 Vena  cacing jantan dan betina (kawin)
 Betina bertelur 4-6 mgg setelah penetrasi
sercaria
 Jarang patogen
 Betina  3-8 th bahkan > 30 th
 Telur2 merusak organ
TELUR
 Sistosomiasis dan demam Katayama
 Demam Katayama  S.japonicum >>,
S.mansoni, jarang S hematobium
 Terkumpul di Hepar  fibrosis periportal 
Hipertensi portal  fs hati tetap normal
sampai tahap lanjut
 Kolateralisasi sistem portal  Hipertensi
pulmonal  akibat embolisasi telur2  paru
  hipertensi pulmonal dan korpulmonalis
 S. japonicum byk mengeluarkan telur 
dianggap menimbulkan penyakit > berat
 S. hematobium (ccg dws) matang dalam
pleksus venosa buli2, ureter, rectum, prostat
dan usus
 Jaringan granulomatosa dan fibrosis pada
ddg buli2 memudahkan terjadinya ulkus dan
polip
 Sisa-sisa telur mengalami kalsifikasi
 Striktur orificium uretralis atau ureter
terminalis  hidroureter, hidronefrosis dan
inf asenderen sal kemih
 Lesi organ2 lain dlm pelvis jrg mengakibatkan
fibrosis berat dan infeksi
 Telur diangkut ke hepar atau paru, perubahan
patologis jarang terjadi pada S.mansoni,
S.japonicum
 Perubahan disebabkan oleh 3 stadia cacing
sistosoma yaitu serkaria, ccg dws dan telur
 Telur >> timbulkan kelainan
 Perubahan pada sistosomiasis  tiga stadia :
1. Masa tunas Biologik
2. Stadium Akut (Demam Katayama)
3. Stadium kronik
1. Masa tunas biologik
 Waktu antara serkaria menembus kulit sampai
menjadi ccg dws (masa prepatent)
 Terjadi respon humoral dan seluler
 Reaksi alergi  hsl metabolik sistosomula/ccg dws
dan protein asing (ccg mati)
 Manifestasi klinik  urtikaria atau edema
angioneurotik (disertai demam 10 hr)
 Pasien yg sensitif  Gejala batuk produktif,
hemoptisis dan serangan asma
 Keadaan toksik muncul antara mgg ke 2 sampai ke 8
pasca infeksi
2. StadiumAkut (Demam Katayama)
 Berkaitan dengan kompleks imun (telur dan
antigen cacing)
 4-6 mgg setelah infeksi (pelepasan telur)
 Sidrom sistosomiasis akut  reaksi
immunologis telur sistosoma di jar
 Telur  antigen  rgsg rx granulomatosa (td sel
T, makrofag dan eosinofil)  manifestasi klinik
 Tanda dan gejala  byk telur dan lokasi telur di
jar
 Awal  reaksi inflamasi reversibel
 Mirip serum sicness  demam, keringat
banyak, menggigil dan batuk2,
limfadenopati, generalisata dan
hepatosplenomegali
 Jarang  S hematobium
 Klinis ringan-berat, jarang meninggal
 Sindroma disentri  ditemukan infeksi
berat
 Diare  infeksi rgn
 Hepatomegali  timbul lbh dini 
splenomegali
 6-8 bulan setelah infeksi  periode
asimtomatik 2-8 mgg
 Lab  lekositosis dan eosinofilia berat
Tinja awal  negatif  diulang 6x
Serogis (+)  bbrp mgg stlh telur
ditemukan dalam tinja
3. Stadium Kronik
 Mulai 6 bln sampai bbrp tahun setelah infeksi
 Infeksi S.mansoni dan S.japonicum  diare,
nyeri perut, berak darah
 Penumpukan telur2 di jar  granulomatosa
disekitar telur berupa sel2 yang diatur
kaskade sitokin seluler dan humoral
 Sel2 rdg dikerahkan  respon antigen oleh
organisme hidup dlm telur
 Respon antigen  sel-sel fagosit, selT
spesifik dan eosinofil
 Dikemudian hari sel-sel fibroblast, sel
raksasa, sel limfosit B lebih dominan
 SelT TNF, IL2, IL4, dan IL5  aktifkan sel
endotel  sekresi kemokin spesifik yi
monosit chemotactic protein 1 (MCP-1) 
GRANULOMATOSA (disekitar telur)
 Lesi ini >>> dari telur2  organomegali dan
obstruksi
 Respon granulomatosa  jaringan fibrosis
 Hepatomegali  peradangan dan
pembetukan lesi granolomatosis  mengecil
ok fibrosis (SH)  sirosis periportal 
hipertensi portal splenomegali edema
tungkai bawah atau alat kelamin, asites dan
ikterus
 Umumnya ringan – sedang
 Stadium lanjut (S. mansoni dan
S.japonicum) hematemesis melena ok
pecah varises esofagus dan ditemukan tumor
polipoid intestinal
 Infeksi tambahan dan malnutrisi  fungsi
hepar 
 S. hematobium  gjl dini di traktus urinarius
berupa disuri, hematuri terminalis dan
proteinuria  Gross hematuria berulang
 Sekuele : polip buli2, sistitis, inf salmonela
kronis, pielitis, pielonefritis, urolithiasis,
hidronefrosis akbt obstruksi uretra dan gagal
ginjal
 Pemeriksaan lab : telur disedimen urine,
biopsi atau kerokan mukosa rektum atau
buli2
 Hipertensi portal
 Splenomegali
 Varises esofagus
 Gangguan fungsi hati : ikterus, asites, koma
hepatikum
 Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale,
gagal jantung kanan
 Gangguan usus besar berupa striktur,
granuloma besar, infeksi salmonela menetap,
poliposis kolon yang akbtkan berak darah,
anemia, hipoalbuminemia dan clubbing
fingers (jari tabuh)
 Kontraktur leher buli-buli  kerusakan M.
detrusor
 Batu buli2
 Obstruksi ginjal dan buli2
 Gagal ginjal kronik
 Kanker buli2, mielitis transversa, epilepsi atau
neuritis optika akibat dari telur2 tertimbun di
sirkulasi kolateral atau cacing ektopik
(ectopic worm)
 Sistosoma SSP  inf S.japonicum 2-4%
 Mielitis transvers inf S. mansoni
Telur2
 Tinja dan urine
 Biopsi mukosa
 S. hematobium  Urine >>, kurang di tinja
 Urine 24 jam atau urine jam 09.00-14.00 siang
 Biopsi mukosa buli2 dan hati
Diagnosis pasti
 S. mansoni dan S. japonicum 
 pemeriksaan tinja langsung, konsentrasi atau
kuantitatif Kato-Kart
 Infeksi berat  >400 telur dalam 1 gram tinja
 Bila negatif  biopsi mukosa rektum pada lesi
peradangan atau granulasi atau acak di 2-3 lokasi
mukosa normal
Uji serologis
 Dilakukan jika pemeriksaan telur negatif atau
Infeksi ektopik
 ELISA, RIA, IFAT, GTP, IHA, LAT, COPT, CHR,
CFT,Tes western blot (D/ pasti), FAST,
Immunoblot
 Sampel : darah dan urine
 Hilang antigen 5-10 hari pasca terapi 
sembuh
Tes lain
 Esofagoskopi, foto dada atau EKG
 USG : fibrosis periportal
 Pemeriksaan urine mikroskopik atau tes celup
 Sistoskopi : ulkus sandy patches dan adanya
daerah2 metaplasia
 Foto polos Abdomen  perkapuran dinding
buli2 atau ureter
 CT Scan  kalsifikasi turtleback
 Akut : Amubiasis, disentri basiler, malaria,
leptospirosis dan sebab lain dari diare
 Kronis : berbagai sebab hipertensi portal atau
poliposis usus
 Sistosoma vesikalis : kanker traktus
genitourinarius, ISK, dan nefrolithiasis atau
tuberkulosis ginjal
 Keluhan sal cerna : ulkus peptikum,
pankreatitis atau peny traktus biliaris
 Jangan berenang dan sebrangi sungai di
daerah endemi
 Minum air masak
 Air mandi dihangatkan pada suhu 150oF atau
disimpan dalam tangki air selama 48 jam
 Gunakan handuk yg sangat kering, bilas
dengan air aman (bila Kecelakaan)
Praziquantel daya sembuh obat
 63-65 % dan turunkan telur 90% setelah 6
bulan terapi
 Tidak sensitif thd sistosoma muda (2-5 mgg)
 Dosis 2x20mg/kgbb/hr S.hematobiun dan S.
mansoni dan 3x1 S. japonicum
 ES : malese, sakit kepala, pusing, anoreksia,
mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus,
urtikaria, artralgia dan mialgia
 Ibu hamil  aman
Oxamniquine
 Sangat efektif  S.mansoni
 Dosis 12-15 mg/kg/hari , 40-60 mg/kg/hari 2-3
kali selama 2-3 hari diberikan bersama makanan
 Angka kesmbuhan 70-95%
 ES bbrp jam telan obat : pusing, vertigo, mual-
muntah, diare, sakit perut dan sakit kepala,
jarang perubahan tingkah laku, halusinasi,
kejang2 stlh 2 jam obat ditelan
 Teratogenik dan mutagenik
Artemisinin
 Lebih bermanfaat untuk profilaksis
 Pada S. hematobium kurang efektif
Metrifonate
 S. hematobium sangat efektif
 Ditarik peredarannya
Tindakan Bedah
 Keluarkan polip atau sumbatan sal kemih
 Varises esofagus  skleroterapi, shunting
 Pansitopenia  splenektomi
 Terapi dini baik
 Kel patologik hepar, ginjal dan usus membaik
dengan pengobatan
 Fungsi hepar tetap baik sampai akhir
penyakit pada Sistosoma hepatosplenik
(karier)
 Korpulmonale tidak membaik
 Karier sistosomiasis medula spinalis
 Pemberian praziquantel secepatnya
 Stadium lanjut  buruk
Sistosomiasis

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonelaWarnet Raha
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiininanovia11
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kuesNiEr RA
 
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. lekyVirus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. lekyARDIAN S. LEKY
 
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksi
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksiSistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksi
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksiKpsBedahUndip
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiVivi Yunisa
 
Tuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada GinjalTuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada GinjalPhil Adit R
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11tristyanto
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisKindal
 
TB Paru dan Gagal Ginjal
TB Paru dan Gagal GinjalTB Paru dan Gagal Ginjal
TB Paru dan Gagal GinjalNur Fadillah
 

Was ist angesagt? (19)

Makalah salmonela
Makalah salmonelaMakalah salmonela
Makalah salmonela
 
Askep malaria
Askep malariaAskep malaria
Askep malaria
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Tuberkulosis
TuberkulosisTuberkulosis
Tuberkulosis
 
Imunisasi biokimia
Imunisasi biokimiaImunisasi biokimia
Imunisasi biokimia
 
Junted kues
Junted kuesJunted kues
Junted kues
 
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. lekyVirus (hiv, hepatitis, dengue & influenza)   ppt - ardian s. leky
Virus (hiv, hepatitis, dengue & influenza) ppt - ardian s. leky
 
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksi
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksiSistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksi
Sistem imunitas tubuh akibat penyakit infeksi
 
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICAENTAMOEBA HISTOLYTICA
ENTAMOEBA HISTOLYTICA
 
Toxoplasma gondii
Toxoplasma gondiiToxoplasma gondii
Toxoplasma gondii
 
Tuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada GinjalTuberculosis Pada Ginjal
Tuberculosis Pada Ginjal
 
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11Flu+singapore+&+flu+babi.   bag.11
Flu+singapore+&+flu+babi. bag.11
 
Up3m E
Up3m EUp3m E
Up3m E
 
Infeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropisInfeksi dan penyakit tropis
Infeksi dan penyakit tropis
 
BAKTERI
BAKTERIBAKTERI
BAKTERI
 
TB Paru dan Gagal Ginjal
TB Paru dan Gagal GinjalTB Paru dan Gagal Ginjal
TB Paru dan Gagal Ginjal
 
Makalah imunologi
Makalah imunologiMakalah imunologi
Makalah imunologi
 
Toksoplasmosis
ToksoplasmosisToksoplasmosis
Toksoplasmosis
 
Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1Toxoplasmosis1
Toxoplasmosis1
 

Ähnlich wie Sistosomiasis

Ähnlich wie Sistosomiasis (20)

Ppt parasit iv
Ppt parasit ivPpt parasit iv
Ppt parasit iv
 
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docxANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
ANDI RAFIKA-SCHISTOSOMIASIS (cara penularan).docx
 
Usus converted
Usus convertedUsus converted
Usus converted
 
toksoplasmosis3a-170906061115.pdf
toksoplasmosis3a-170906061115.pdftoksoplasmosis3a-170906061115.pdf
toksoplasmosis3a-170906061115.pdf
 
Cacing nematoda
Cacing nematodaCacing nematoda
Cacing nematoda
 
Entamoeba histolytica
Entamoeba histolyticaEntamoeba histolytica
Entamoeba histolytica
 
Print full
Print fullPrint full
Print full
 
Trematoda paru
Trematoda paruTrematoda paru
Trematoda paru
 
Laporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologiLaporan praktikukum parasitologi
Laporan praktikukum parasitologi
 
3. helminthes
3. helminthes3. helminthes
3. helminthes
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Balantidium coli
Balantidium coliBalantidium coli
Balantidium coli
 
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptxKuliah 2 Parasitologi.pptx
Kuliah 2 Parasitologi.pptx
 
@amiazmie
@amiazmie@amiazmie
@amiazmie
 
Parasitologi. Nematoda
Parasitologi. NematodaParasitologi. Nematoda
Parasitologi. Nematoda
 
Malaria presentation
Malaria presentationMalaria presentation
Malaria presentation
 
6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf6 Konsep Mikologi.pdf
6 Konsep Mikologi.pdf
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Taenia solium.
Taenia solium.Taenia solium.
Taenia solium.
 
Demam tifoid
Demam tifoidDemam tifoid
Demam tifoid
 

Mehr von fikri asyura

Mehr von fikri asyura (20)

Angina pectoris stabil
Angina pectoris stabilAngina pectoris stabil
Angina pectoris stabil
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Transfusi darah
Transfusi darahTransfusi darah
Transfusi darah
 
Reaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitasReaksi hipersensitivitas
Reaksi hipersensitivitas
 
Lupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemikLupus eritematosus sistemik
Lupus eritematosus sistemik
 
Demam reumatik
Demam reumatikDemam reumatik
Demam reumatik
 
Artritis reumatoid
Artritis reumatoidArtritis reumatoid
Artritis reumatoid
 
Artritis gout
Artritis goutArtritis gout
Artritis gout
 
Anemia
AnemiaAnemia
Anemia
 
P petri dbd
P petri dbdP petri dbd
P petri dbd
 
P petri tifoid
P petri tifoidP petri tifoid
P petri tifoid
 
P petri sepsis
P petri sepsisP petri sepsis
P petri sepsis
 
P petri malaria
P petri malariaP petri malaria
P petri malaria
 
P petri leptospirosis
P petri leptospirosisP petri leptospirosis
P petri leptospirosis
 
P petri disentri
P petri disentriP petri disentri
P petri disentri
 
P 4a hepatitis a
P 4a hepatitis aP 4a hepatitis a
P 4a hepatitis a
 
P 4a gerd
P 4a gerdP 4a gerd
P 4a gerd
 
P 4a gastritis
P 4a gastritisP 4a gastritis
P 4a gastritis
 
P 4a diare akut
P 4a diare akutP 4a diare akut
P 4a diare akut
 
P 3b kolesistitis
P 3b kolesistitisP 3b kolesistitis
P 3b kolesistitis
 

Kürzlich hochgeladen

KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfnoviarani6
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAkompilasikuliahd3TLM
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiRizalMalik9
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxDianaayulestari2
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxindah849420
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxIrfanNersMaulana
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxfachrulshidiq3
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxIrfanNersMaulana
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxZuheri
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiAikawaMita
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RambuIntanKondi
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfBangKoko
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanB117IsnurJannah
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxYudiatma1
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxIrfanNersMaulana
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALBagasTriNugroho5
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptRekhaDP2
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaFeraAyuFitriyani
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...nadyahermawan
 

Kürzlich hochgeladen (20)

KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptxFRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
FRAKTUR CALVARIA FOTO WATERS PERBEDAAN OA RA.pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pada Anak.pptx
 
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptxStatistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
Statistik Kecelakaan Kerja manajemen risiko kecelakaan kerja .pptx
 
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptxFarmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
Farmakologi Pengelolaan Obat Homecare_pptx
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggiHigh Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
High Risk Infant modul perkembangan bayi risiko tinggi
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdfMODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
MODUL Keperawatan Keluarga pny riyani.pdf
 
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatanLogic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
Logic Model perencanaan dan evaluasi kesehatan
 
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptxMateri 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
Materi 5.1 ASKEP pada pasien dengan HEPATITIS.pptx
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial RemajaAsuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
Asuhan Keperawatan Jiwa Perkembangan Psikososial Remaja
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 

Sistosomiasis

  • 2.  Schistosoma  schist  alur atau kanal yg pjg  Trematoda  2 jenis kelamin (satu2nya)  Demam sungai, Bilharziasis (Theodor Bilharz  patolog Jerman, 1851 identifikasi cacing  S. Japonicum ditemukan di Indonesia yaitu di danau Lindu dan lembah Napu Sulawesi Tengah
  • 3. Ada 5 spesies : 1. S. mansoni  paling luas, manusia dan rodensia 2. S. hemotobium 3. S. japonicum  Indonesia, manusia, babi, anjing dan kerbau air 4. S. mekongki 5. S. intercalatum
  • 4. Sistosoma dunia baru :  Lokasi infeksi primer  sistem saluran cerna  Kerusakan dinding intestinum akibat respon imun penjamu (hospes) terhdp penempatan telur2  Telur mensekresi enzim proteolitik  rusak jaringan  Gambaran klinis : perdarahan sal cerna, diare dan kerusakan hepar
  • 5.  Ditularkan  penetrasi kulit secara langsung  Diagnostik pasti telur telur yang khas pada tinja  S.japonicum dan S.Mansoni  Terapi Prazikuantel
  • 6. Sistosoma dunia lama :  Lokasi primer infeksi  vena2 di buli2 tempat meletakkan telur2  jar fibrosis dan granulomatosa serta hematuria  Dipindahkan  penetrasi kulit secara langsung  Diagnostik pasti telur telur yang khas pada urine dan dinding buli2  S. hematobium
  • 7.  Gambaran klinisnya terbagi 2 yaitu :  Sistosomiosis vesikalis (urinarius)  Sistosomiosis intestinalis  Reservoir S. japonicum  mamalia  Reservoir S. mansoni dan S. hematobium  manusia
  • 8.  Sistosoma dws jantan dan betina terpisah  Berpasangan  Jantan  canalis ginocoforik ventralis  Betina dipeluk sang jantan  Betina lebih panjang  Berbentuk silindris dan intestinum warna hitam  Betina  posisi ovarium, pjg uterus dan jumlah telur
  • 9.  Menpunyai dua alat isap (sucker) dan sebuah mulut ditgh alat isap dan berujung buntu  Integumentum sistosoma td 2 lapisan lemak dg ketebalan 7 nm, keseluruhan tebal 18 nm  Ukuran dws 6-13 mm  Telur sistosoma tidak mempunyai operculum (sumbat penutup) dg posisi spina yg khas  S.mansoni di lateral, S. japonicum dilateral (sukar dilihat), S.hematobium diterminalis
  • 10.  Dinding telur terbuat dari bahan protein resisten yg menyusun granula kantong telur  Telur berisi mirasidia yg matang 10 hr  Hospes manusia  telur tdk dpt menetas  Menetas bila mendpt lingkungan yg baik spt suhu,pH, kadar garam dan cahaya  Telur akan pecah menurut axis memanjang
  • 11. Cacing dewasa hdp dalam venule terminalis Usus (S. mansoni dan S. japonicum) atau buli2 (S. hematobium)  S. mansoni  vena mesenterika inferior  S. japonicum  vena mesenterika inferior dan superior usus besar dan usus kecil, mesenterika superior >>  Pada dinding usus  jar fibrosis dan granulomatosa
  • 12.  S. hematobium  bermigrasi ke pleksus vesikalis, ditemukan dalam vena2 dalam rektum  Telur2 sistosoma dapat keluar bersama tinja atau urine masuk ke dalam air tawar  larva (mirasidium) keluar dari telur  menginfeksi semacam siput sbg penjamu perantara (intermediate host)
  • 13.  Hospes perantara  keong air tawar  S.hematobium  genus bolinus  S. mansoni  genus Biomphalaria  S. japonicum  genus Oncomalania  Dalam siput ( sporokista I, sporokista II) dan berkembang menjadi ribuan serkaria yang infektif  meninggalkan siput berenang dalam air (bertahan selama 48 jam)
  • 14.  Manusia terpajam dg serkaria melalui kulit atau mukosa mulut dan saluran cerna  mandi di sungai, berenang, menyeberangi sungai atau mencuci pakaian  Dalam tubuh serkaria segera menjadi larva sistosomula mencapai sirkulasi portal (hepar)  cacing dewasa
  • 15.  Stlh beberapa minggu cacing dewasa berpasangan dan kawin  bermigrasi ke venule terminalis usus  betina meletakkan telurnya  Betina  200-2000 butir perhari selama 20 tahun  Telur mensekresi zat lisis, bbrp telur sampai ke lumen usus atau buli-buli  telur 2 dpt msk tinja dan urine
  • 16. Gbr 1. Siklus hidup sistosomiasis
  • 17.  WHO  800 juta pddk dunia berisiko  200 juta terinfeksi dan 120 juta bergejala  Berhubungan dengan faktor kemiskinan, sanitasi yang jelek dan tempat tinggal yang kumuh  Di daerah endemis insidens sistosomiasis rendah  Prevalensi berhubungan dengan umur dari 3-4 tahun meningkat sampai 100% pada umur 15-20 tahun dan menurun kembali setelah 40 tahun
  • 18.  Penurunan ini akbt resistensi atau adanya perubahan2 kontaminasi dalam air (karena orgtua kurang terpajam air yang tercemar dg telur2 sistosoma  Faktor2 yg mempengaruhi   Parasit  Hospes  Infeksi tambahan  Nutrisi  Faktor lingkungan
  • 19.  Distribusi didaerah endemis   Lama dan beratnya infeksi  Umur  Kerentanan genetik hospes
  • 20. SERKARIA  Penetrasi serkaria pada kulit  dermatitis alergik  Kelainan kulit  eritema dan papula dengan rasa gatal dan panas 2-3 hari pasca infeksi (swinner’s itch)  >> S.mansoni dan S.japonicum  Bila jumlah >>  dermatitis (cercarial dermatitis)  5 hr sembuh
  • 21.  Gambaran klinis toksemia berat  demam tinggi (tu inf berulang), lemah, malaise, anoreksia, mual dan muntah, sefalgia, mialgia dan artralgia  Diare hipersensitif thd cacing, sakit perut, dan tenesmus  Gejala toksemia  3 bulan  Hepatospenomegali  nyeri tekan
  • 22. SISTOSOMULA  Cercaria tidak berekor  Diangkut melalui darah atau limfatik  ke sebelah kanan paru2 dan jantung  Infeksi berat  demam dan batuk  Eosinophilia
  • 23. CACING DEWASA  Tidak memperbanyak diri dalam tubuh manusia  Vena  cacing jantan dan betina (kawin)  Betina bertelur 4-6 mgg setelah penetrasi sercaria  Jarang patogen  Betina  3-8 th bahkan > 30 th  Telur2 merusak organ
  • 24. TELUR  Sistosomiasis dan demam Katayama  Demam Katayama  S.japonicum >>, S.mansoni, jarang S hematobium  Terkumpul di Hepar  fibrosis periportal  Hipertensi portal  fs hati tetap normal sampai tahap lanjut  Kolateralisasi sistem portal  Hipertensi pulmonal  akibat embolisasi telur2  paru
  • 25.   hipertensi pulmonal dan korpulmonalis  S. japonicum byk mengeluarkan telur  dianggap menimbulkan penyakit > berat  S. hematobium (ccg dws) matang dalam pleksus venosa buli2, ureter, rectum, prostat dan usus  Jaringan granulomatosa dan fibrosis pada ddg buli2 memudahkan terjadinya ulkus dan polip
  • 26.  Sisa-sisa telur mengalami kalsifikasi  Striktur orificium uretralis atau ureter terminalis  hidroureter, hidronefrosis dan inf asenderen sal kemih  Lesi organ2 lain dlm pelvis jrg mengakibatkan fibrosis berat dan infeksi  Telur diangkut ke hepar atau paru, perubahan patologis jarang terjadi pada S.mansoni, S.japonicum
  • 27.  Perubahan disebabkan oleh 3 stadia cacing sistosoma yaitu serkaria, ccg dws dan telur  Telur >> timbulkan kelainan  Perubahan pada sistosomiasis  tiga stadia : 1. Masa tunas Biologik 2. Stadium Akut (Demam Katayama) 3. Stadium kronik
  • 28. 1. Masa tunas biologik  Waktu antara serkaria menembus kulit sampai menjadi ccg dws (masa prepatent)  Terjadi respon humoral dan seluler  Reaksi alergi  hsl metabolik sistosomula/ccg dws dan protein asing (ccg mati)  Manifestasi klinik  urtikaria atau edema angioneurotik (disertai demam 10 hr)  Pasien yg sensitif  Gejala batuk produktif, hemoptisis dan serangan asma  Keadaan toksik muncul antara mgg ke 2 sampai ke 8 pasca infeksi
  • 29. 2. StadiumAkut (Demam Katayama)  Berkaitan dengan kompleks imun (telur dan antigen cacing)  4-6 mgg setelah infeksi (pelepasan telur)  Sidrom sistosomiasis akut  reaksi immunologis telur sistosoma di jar  Telur  antigen  rgsg rx granulomatosa (td sel T, makrofag dan eosinofil)  manifestasi klinik  Tanda dan gejala  byk telur dan lokasi telur di jar
  • 30.  Awal  reaksi inflamasi reversibel  Mirip serum sicness  demam, keringat banyak, menggigil dan batuk2, limfadenopati, generalisata dan hepatosplenomegali  Jarang  S hematobium  Klinis ringan-berat, jarang meninggal  Sindroma disentri  ditemukan infeksi berat  Diare  infeksi rgn
  • 31.  Hepatomegali  timbul lbh dini  splenomegali  6-8 bulan setelah infeksi  periode asimtomatik 2-8 mgg  Lab  lekositosis dan eosinofilia berat Tinja awal  negatif  diulang 6x Serogis (+)  bbrp mgg stlh telur ditemukan dalam tinja
  • 32. 3. Stadium Kronik  Mulai 6 bln sampai bbrp tahun setelah infeksi  Infeksi S.mansoni dan S.japonicum  diare, nyeri perut, berak darah  Penumpukan telur2 di jar  granulomatosa disekitar telur berupa sel2 yang diatur kaskade sitokin seluler dan humoral
  • 33.  Sel2 rdg dikerahkan  respon antigen oleh organisme hidup dlm telur  Respon antigen  sel-sel fagosit, selT spesifik dan eosinofil  Dikemudian hari sel-sel fibroblast, sel raksasa, sel limfosit B lebih dominan  SelT TNF, IL2, IL4, dan IL5  aktifkan sel endotel  sekresi kemokin spesifik yi monosit chemotactic protein 1 (MCP-1)  GRANULOMATOSA (disekitar telur)
  • 34.  Lesi ini >>> dari telur2  organomegali dan obstruksi  Respon granulomatosa  jaringan fibrosis  Hepatomegali  peradangan dan pembetukan lesi granolomatosis  mengecil ok fibrosis (SH)  sirosis periportal  hipertensi portal splenomegali edema tungkai bawah atau alat kelamin, asites dan ikterus
  • 35.  Umumnya ringan – sedang  Stadium lanjut (S. mansoni dan S.japonicum) hematemesis melena ok pecah varises esofagus dan ditemukan tumor polipoid intestinal  Infeksi tambahan dan malnutrisi  fungsi hepar 
  • 36.  S. hematobium  gjl dini di traktus urinarius berupa disuri, hematuri terminalis dan proteinuria  Gross hematuria berulang  Sekuele : polip buli2, sistitis, inf salmonela kronis, pielitis, pielonefritis, urolithiasis, hidronefrosis akbt obstruksi uretra dan gagal ginjal  Pemeriksaan lab : telur disedimen urine, biopsi atau kerokan mukosa rektum atau buli2
  • 37.  Hipertensi portal  Splenomegali  Varises esofagus  Gangguan fungsi hati : ikterus, asites, koma hepatikum  Hipertensi pulmonal dengan korpulmonale, gagal jantung kanan
  • 38.  Gangguan usus besar berupa striktur, granuloma besar, infeksi salmonela menetap, poliposis kolon yang akbtkan berak darah, anemia, hipoalbuminemia dan clubbing fingers (jari tabuh)  Kontraktur leher buli-buli  kerusakan M. detrusor  Batu buli2
  • 39.  Obstruksi ginjal dan buli2  Gagal ginjal kronik  Kanker buli2, mielitis transversa, epilepsi atau neuritis optika akibat dari telur2 tertimbun di sirkulasi kolateral atau cacing ektopik (ectopic worm)  Sistosoma SSP  inf S.japonicum 2-4%  Mielitis transvers inf S. mansoni
  • 40. Telur2  Tinja dan urine  Biopsi mukosa  S. hematobium  Urine >>, kurang di tinja  Urine 24 jam atau urine jam 09.00-14.00 siang  Biopsi mukosa buli2 dan hati Diagnosis pasti
  • 41.  S. mansoni dan S. japonicum   pemeriksaan tinja langsung, konsentrasi atau kuantitatif Kato-Kart  Infeksi berat  >400 telur dalam 1 gram tinja  Bila negatif  biopsi mukosa rektum pada lesi peradangan atau granulasi atau acak di 2-3 lokasi mukosa normal
  • 42. Uji serologis  Dilakukan jika pemeriksaan telur negatif atau Infeksi ektopik  ELISA, RIA, IFAT, GTP, IHA, LAT, COPT, CHR, CFT,Tes western blot (D/ pasti), FAST, Immunoblot  Sampel : darah dan urine  Hilang antigen 5-10 hari pasca terapi  sembuh
  • 43. Tes lain  Esofagoskopi, foto dada atau EKG  USG : fibrosis periportal  Pemeriksaan urine mikroskopik atau tes celup  Sistoskopi : ulkus sandy patches dan adanya daerah2 metaplasia  Foto polos Abdomen  perkapuran dinding buli2 atau ureter  CT Scan  kalsifikasi turtleback
  • 44.  Akut : Amubiasis, disentri basiler, malaria, leptospirosis dan sebab lain dari diare  Kronis : berbagai sebab hipertensi portal atau poliposis usus  Sistosoma vesikalis : kanker traktus genitourinarius, ISK, dan nefrolithiasis atau tuberkulosis ginjal  Keluhan sal cerna : ulkus peptikum, pankreatitis atau peny traktus biliaris
  • 45.  Jangan berenang dan sebrangi sungai di daerah endemi  Minum air masak  Air mandi dihangatkan pada suhu 150oF atau disimpan dalam tangki air selama 48 jam  Gunakan handuk yg sangat kering, bilas dengan air aman (bila Kecelakaan)
  • 46. Praziquantel daya sembuh obat  63-65 % dan turunkan telur 90% setelah 6 bulan terapi  Tidak sensitif thd sistosoma muda (2-5 mgg)  Dosis 2x20mg/kgbb/hr S.hematobiun dan S. mansoni dan 3x1 S. japonicum  ES : malese, sakit kepala, pusing, anoreksia, mual, muntah, nyeri perut, diare, pruritus, urtikaria, artralgia dan mialgia  Ibu hamil  aman
  • 47. Oxamniquine  Sangat efektif  S.mansoni  Dosis 12-15 mg/kg/hari , 40-60 mg/kg/hari 2-3 kali selama 2-3 hari diberikan bersama makanan  Angka kesmbuhan 70-95%  ES bbrp jam telan obat : pusing, vertigo, mual- muntah, diare, sakit perut dan sakit kepala, jarang perubahan tingkah laku, halusinasi, kejang2 stlh 2 jam obat ditelan  Teratogenik dan mutagenik
  • 48. Artemisinin  Lebih bermanfaat untuk profilaksis  Pada S. hematobium kurang efektif Metrifonate  S. hematobium sangat efektif  Ditarik peredarannya Tindakan Bedah  Keluarkan polip atau sumbatan sal kemih  Varises esofagus  skleroterapi, shunting  Pansitopenia  splenektomi
  • 49.  Terapi dini baik  Kel patologik hepar, ginjal dan usus membaik dengan pengobatan  Fungsi hepar tetap baik sampai akhir penyakit pada Sistosoma hepatosplenik (karier)  Korpulmonale tidak membaik  Karier sistosomiasis medula spinalis  Pemberian praziquantel secepatnya  Stadium lanjut  buruk