SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 22
Downloaden Sie, um offline zu lesen
MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN INDUSTRI JASA
                 MELALUI PENDEKATAN
      INTEGRASI METODA SERVQUAL-SIX SIGMA ATAU
                    SERVQUAL-QFD
                                          Haryo Santoso


                                             Abstraksi

          SERVQUAL merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan
pelanggan atas jasa yang telah diterimanya yakni dengan cara membandingkan tingkat persepsi dan
ekspektasinya. Servqual menilai kualitas pelayanan berdasarkan lima dimensi kualitas, yaitu dimensi
empathy, assurance, reliability, responsivenes, dan tangibles.
          SIX SIGMA merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas
dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang kualitas dan selalu berorientasi pada Kepuasan
Pelanggan dengan suatu pengukuran target Sigma Quality Level. Langkah-Langkah Six Sigma adalah
Define (D), Measure (M), Analyze (A), Improve (I) , Control (C)
          QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) adalah suatu metode terstruktur untuk
merencanakan dan mengembangkan yang memungkinkan tim pengembangan untuk mengklasifikasikaan
keinginan dan kebutuhan konsumen serta mengevaluasi masing-masing kegunaan kemampuan produk
atau jasa secara sistematis daalam memenuhi kebutuhan konsumen [Cohen, 1995. Hal 11]. QFD
berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perusahaan.
Dengan demikian QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan,
menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai
efektifitas maksimum. Struktur QFD biasa digambarkan dalam House Of Quality
          Integrasi metoda Servqual-Six Sigma, bertujuan agar hasil pengukuran SERVQUAL yang
dianalisis dengan Importance Performance Matrix untuk mengetahui variabel-variabel kritis, dilanjutkan
dengan perhitungan DPMO dan nilai sigma variabel-variabel kritis tersebut sehingga dapat diketahui
variabel-variabel yang menjadi prioritas perbaikan.
          Sedangkan dengan metoda Servqual-QFD, diharapkan suatu perusahaan dapat
memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut,
dan memperbaiki proses hingga tercapai efektifitas maksimum
          Kombinasi-kombinasi tersebut merupakan upaya alternatif yang bisa dilakukan oleh industri
jasa dalam meningkatkan kualitas jasa pelayanan. Dalam studi ini kesenjangan yang diukur adalah
kesenjangan antara persepsi pihak penyedia jasa dengan harapan pelanggan yang sebenarnya (Gap 1)
dan kesenjangan antara persepsi pelanggan dengan ekspektasi pelanggan (Gap 5).

Kata Kunci : SERVQUAL, GAP, QFD, Six Sigma, Kepuasan Pelanggan.


I. LATAR BELAKANG                                      kualitas jasa yang berorientasi pada
                                                       pelanggan merupakan salah satu faktor
    Dunia industri yang semakin pesat                  utama dalam menunjang keberhasilan suatu
berubah, telah memunculkan konsekuensi                 bisnis, terutama pada industri jasa. Hal ini
secara    langsung     pada   peningkatan              disebabkan kualitas jasa sangat tergantung
persaingan antar perusahaan. Sementara                 dari siapa dan bagaimana jasa tersebut
masyarakat konsumen mulai beralih                      diberikan. Karena keberhasilan dari suatu
menjadi masyarakat yang semakin kritis                 industri jasa sangat tergantung dari
sehingga menimbulkan semakin tingginya                 penilaian konsumen, maka merupakan hal
tuntutan untuk mendapatkan produk atau                 yang sangat penting untuk memperhatikan
jasa yang berkualitas. Schnaars (1991)                 kepuasan dari konsumen.
menyatakan, bahwa pada dasarnya tujuan                     Menurut Philip Kotler (1996), kepuasan
dari sebuah bisnis adalah menciptakan para             konsumen       adalah   tingkat     perasaan
pelanggan yang puas. Komitmen akan                     seseorang setelah membandingkan kinerja



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                              85
produk atau jasa yang ia rasakan dengan             persyaratan utama (misalnya gudang
harapannya.        Jadi tingkat kepuasan            untuk jasa pergudangan, komputer dan
merupakan fungsi dari perbedaan antara              peripheralnya dalam jasa warnet, dan
kinerja     yang     dirasakan    (perceived        makanan di restoran)
performance)      dengan     kinerja    yang     3. Gronroos (2000)
diharapkan (expectated performance). Oleh           Jasa adalah proses yang terdiri dari
karenanya evaluasi maupun perbaikan                 serangkaian aktivitas intangible yang
kualitas produk jasa menjadi sangat penting         biasanya (namun tidak harus selalu)
dilakukan jika perusahaan ingin tetap eksis         terjadi pada interaksi antara pelanggan
dimata pelanggannya. Untuk melakukan                dan karyawan jasa dan atau sumber
evaluasi dapat digunakan metoda Servqual            daya fisik atau barang dan atau sistem
sedangkan untuk perbaikan-perbaikan                 penyedia jasa, yang disediakan sebagai
kualitas jasa pelayanan dapat digunakan             solusi atas masalah pelanggan.
analisa dengan Metoda Six Sigma atau
Quality Function Deployment (QFD)                Pelanggan Jasa
dengan melihat kasusnya. Pendekatan
dengan Six sigma cenderung melihat unsur-             Secara tradisional pelanggan diartikan
unsur input internal sedangkan QFD jika           sebagai orang yang membeli dan
diinginkan juga masukan dari aspek                menggunakan produk. Dalam perusahaan
eksternal. Selanjutnya        akan dibahas        yang bergerak di bidang jasa, pelanggan
implementasi          pendekatan-pendekatan       adalah orang yang menggunakan jasa
perbaikan kualitas jasa tersebut dengan           pelayanan [Yamit, 2004, hal. 75].
studi kasus pada industri jasa kereta api dan           Menurut Zulian Yamit (2004),
industri jasa paket pos.                          terdapat tiga jenis pelanggan, yaitu :
                                                 1. Pelanggan internal (internal customer)
II. TINJAUAN PUSTAKA                                  adalah setiap orang yang ikut
                                                      menangani proses pembuatan maupun
    Sebagai salah satu bentuk produk, jasa            penyediaan       produk     di      dalam
juga didefinisikan secara berbeda-beda.               perusahaan atau organisasi.
Beberapa definisi jasa tersebut diantaranya      2. Pelanggan          antara      (intemediate
adalah sebagai berikut [Tjiptono Fandy &              customer)      adalah     mereka     yang
Chandra Gregorius, 2004, hal.11] :                    bertindak atau berperan sebagai
1. Gummesson (1987)                                   perantara      untuk     mendistribusikan
    Jasa didefinisikan sebagai “Something             produk kepada pihak konsumen atau
    which can we bought and sold but                  pelanggan eksternal.
    which you cannot drop on your feet”.         3. Pelanggan           eksternal      (external
    Definisi ini menekankan bahwa jasa                customer) adalah pembeli atau pemakai
    bisa dipertukarkan namun kerap kali               akhir, yang sering disebut sebagai
    sulit dialami atau dirasakan secara fisik.        pelanggan yang nyata (real customer)
2. Philip Kotler (2000)
    Jasa adalah setiap tindakan atau             Kepuasan Pelanggan
    perbuatan yang dapat ditawarkan oleh
    suatu pihak kepada pihak lain yang                Kata kepuasan (satisfaction) berasal
    pada dasarnya bersifat intangible (tidak     dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup
    berwujud fisik) dan tidak menghasilkan       baik, memadai) dan ‘facio” (melakukan
    kepemilikan sesuatu.           Walaupun      atau membuat). Kepuasan bisa diartikan
    demikian,       produk     jasa     dapat    sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau
    berhubungan dengan produk fisik              “membuat sesuatu memadai” [Tjiptono
    maupun tidak. Maksudnya, ada produk          Fandy & Chandra Gregorius, 2004, hal.
    jasa murni (seperti master of ceremony       13].
    MC), pengacara, guru olah vokal, dan               Beberapa definisi mengenai kepuasan
    baby sister), ada pula jasa yang             pelanggan adalah sebagai berikut :
    membutuhkan produk fisik sebagai



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                        86
1. Day (dalam Tse dan Wilton, 1988)            1, menurut model tersebut, ada dua tingkat
   menyatakan bahwa kepuasan atau              ekspektasi pelanggan, yaitu :
   ketidakpuasan pelanggan adalah respon
                                               1. Jasa yang diinginkan (desired service)
   pelanggan         terhadap       evaluasi
                                                    Menurut Santos & Boote (2003), desire
   ketidaksesuaian/diskonfirmasi       yang
                                                    performance merupakan perpaduan
   dirasakan antara harapan sebelumnya
                                                    antara apa yang diyakini pelanggan
   (atau norma kerja lainnya) dan kinerja
                                                    dapat (can be) dan seharusnya (should
   aktual produk yang dirasakan setelah
                                                    be)     diterima.     Sehingga  dapat
   pemakaian.
                                                    dinyatakan bahwa desired service
2. Engel,et al (1990) mengungkapkan
                                                    merupakan tingkat kinerja yang
   bahwa kepuasan pelanggan merupakan
                                                    diinginkan atau diharapkan diterima
   evaluasi purnabeli di mana alternatif
                                                    oleh pelanggan
   yang     dipilih     sekurang-kurangnya
                                               2. Jasa yang dianggap cukup (adequate
   memberikan hasil (outcome) sama atau
                                                    service)
   melampaui        harapan      pelanggan,
                                                    Yaitu tingkatan pelayanan minimal
   sedangkan       ketidakpuasan     timbul
                                                    yang masih dapat diterima pelanggan.
   apabila hasil yang diperoleh tidak
                                                    [Zeithaml, et al.,1993].
   memenuhi harapan pelanggan.
                                               Zone of tolerance adalah daerah di antara
3. Kotler (1997) menyatakan bahwa
                                               desired service dan adequate service, yaitu
   kepuasan adalah perasaan senang atau
                                               daerah dimana variasi pelayanan yang
   kecewa seseorang yang berasal
                                               masih dapat diterima oleh pelanggan.
   perbandingan antara kesannya terhadap
                                               Zone of tolerance berbeda-beda untuk
   kinerja (atau hasil) suatu produk dan
                                               setiap individu, perusahaan, situasi, dan
   harapan-harapannya.
                                               aspek jasa.
                                                    Apabila pelayanan yang diterima oleh
Ekspektasi Pelanggan
                                               pelanggan berada di bawah adequate
                                               service, pelanggan akan merasa kecewa.
    Menurut Zeithaml (1996), ekspektasi
                                               Sedangkan apabila pelayanan yang diterima
pelanggan didefinisikan sebagai keyakinan
                                               oleh pelanggan melebihi desired service,
pelanggan sebelum mencoba atau membeli
                                               pelanggan akan merasa sangat puas.
suatu produk jasa yang akan dijadikannya
                                                    Zeithaml, et al. (1993) mengemukakan
standar acuan dalam menilai kinerja produk
                                               model konseptual ekspektasi pelanggan
bersangkutan.
                                               terhadap jasa yang mengidentifikasi 10
Valarie A. Zeithaml, A Pasuraman, dan
                                               determinan utama harapan pelanggan (lihat
Leonald L Berry (1990), membuat satu
                                               Gambar 1).
model konseptual mengenai tingkat
ekspektasi pelanggan, seperti pada Gambar




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  87
ENDURING SERVICE                                                   EXPLICIT SERVICE
         INTENSIFIERS                   EXPECTED SERVICE                     PROMISES
     - Derives Expectations                                            - Periklanan
     - Personal Service                                                - Personal Selling
       philosophies                                                    - Kontrak
                                          Desired Service              - Komunikasi lainnya
       PERSONAL NEEDS                                                   IMPLICIT SERVICE
                                                                           INTENSIFIERS
          TRANSITORY                                                   - Tangibles
            SERVICE                                                    - Harga
         INTENSIFIERS                        Zone
     - Situasi Darurat                         Of
     - Masalah-masalah                     Tolerance                     WORD OF MOUTH
     Layanan                                                           - Personal
                                                                       - ‘Pakar’ (Publisitas,
         PERCEIVED                                                     Konsultan, Consumer
           SERVICE                                                     Reports, surrogates)
        ALTERNATIVES
                                         Adequate Service

       SELF-PERCEIVED
                                                                        PAST EXPERIENCE
        SERVICE ROLE

         SITUATIONAL
            FACTOR
     - Cuaca Buruk
     - Bencana Alam
     - Random over-demand

                                         GAP

                                           PREDICTED                        PREDICTED
                                            SERVICE                          SERVICE
            Gambar 1. Model Konseptual Ekspektasi Pelanggan Terhadap Jasa
                           (Sumber : Zeithaml, et al.,1993)

1. Enduring Service Intensifers                               (misalnya jasa asuransi mobil pada
    Faktor ini merupakan merupakan faktor                     saat terjadinya kecelakaan lalu
yang bersifat stabil dan mendorong                            lintas)
pelanggan          untuk       meningkatkan              - Jasa terakhir yang dikonsumsi
sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini                     pelanggan dapat pula menjadi
meliputi harapan yang dipengaruhi oleh                        acuannya dalam menentukan baik
orang lain dan filosofi pribadi seseorang                     buruknya jasa berikutnya.
tentang jasa.                                         4. Perceived Service Alternative
2. Personal Needs                                        Merupakan persepsi pelanggan
    Kebutuhan yang dirasakan seseorang                   terhadap tingkat layanan perusahaan
    mendasar bagi kesejahteraannya juga                  lain sejenis. Jika konsumen memiliki
    sangat        menetukan       harapannya.            beberapa alternatif, maka harapannya
    Kebutuhan personal meliputi kebutuhan                terhadap jasa tersebut cenderung akan
    fisik, sosial dan psikologis.                        semakin besar.
3. Transitory Service Intensifier
                                                      5. Self-Perceived Service RoleFaktor ini
    Faktor ini merupakan faktor individual
                                                         mencerminkan persepsi pelanggan
    yang bersifat sementara (jangka
                                                         terhadap tingkat keterlibatannya dalam
    pendek) yang meningkatkan sensitivitas
                                                         mempengaruhi jasa yang diterimanya.
    pelanggan terhadap jasa. Faktor ini
                                                         Jika konsumen terlibat dalam proses
    meliputi :
                                                         penyampaian jasa dan jasa yang
    - Situasi darurat pada saat pelanggan
                                                         direalisasikan ternyata tidak begitu
         sangat membutuhkan jasa dan ingin
                                                         baik, maka pelanggan tidak bisa
         perusahaan bisa membantunya




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                           88
menimpakan kesalahan        sepenuhnya      Pengukuran Kepuasan Pelanggan
    pada si penyedia jasa.
                                                    Ada beberapa metode yang bisa
6. Situasional Factors
                                                dipergunakan setiap perusahaan untuk
    Faktor fungsional terdiri atas segala       mengukur      dan     mematau    kepuasan
    kemungkinan yang bisa mempengaruhi          pelanggannya dan pelanggan pesaing.
    kinerja jasa, yang berada di luar kendali   Kotler, et all. (2004) mengidentifikasi
    penyedia jasa.                              empat metode untuk mengukur kepuasan
7. Explicit Service Promises                    pelanggan, yaitu :
                                                1. Sistem Keluhan dan Saran
   Faktor ini merupakan pernyataan atau             Setiap organisasi yang berorientasi
   janji (secara personal ataupun non-              pada pelanggan (Customer-Oriented)
   personal) organisasi tentang jasanya             perlu menyediakan kesempatan dan
   kepada pelanggan.                                akses yang mudah dan nyaman bagi
8. Implicit Service Promises                        para         pelanggannya        guna
    Faktor ini menyangkut petunjuk                  menyampaikan saran, kritik, pendapat
    berkaitan     dengan      jasa,    yang         dan keluhan mereka.
    memberikan kesimpulan atau gambaran         2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)
    bagi pelanggan tentang jasa seperti apa         Salah satu cara memperoleh gambaran
    yang seharusnya dan yang akan                   mengenai kepuasan pelanggan adalah
    diterimanya.                                    dengan mempekerjakan beberapa orang
9. Word of mouth                                    ghost shoppers untuk berperan atau
    Word of mouth (Komunikasi Gethok                berpura-pura      sebagai   pelanggan
    Tular) merupakan pernyataan, secara             potensial produk perusahaan dan
    personal maupun non-personal, yang              pesaing. Mereka diminta berinteraksi
    disampaikan oleh orang lain selain              dengan staf penyedia jasa dan
    organisasi penyedia jasa kepada                 menggunakan produk/jasa perusahaan.
    pelanggan.                                      Berdasarkan pengalaman tersebut,
10. Past Experinces                                 mereka kemudian diminta melaporkan
    Pengalaman masa lampau meliputi hal-            temuan-temuannya berkenaan dengan
    hal yang telah dipelajari atau diketahui        kekuatan dan kelemahan produk
    pelanggan      dari    yang      pernah         perusahaan dan pesaing.
    diterimanya di masa lalu.                   3. Lost Customer Analysis
                                                    Sedapat        mungkin     perusahaan
                                                    seyogianya       menghubungi     para
Persepsi Pelanggan                                  pelanggan yang telah berhenti membeli
                                                    atau telah pindah pemasok agar
    Kualitas harus dimulai dari kebutuhan           memahami mengapa hal itu terjadi dan
pelanggan dan berakhir pada persepsi                supaya dapat mengambil kebijakan
pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti           perbaikan/penyempurnaan selanjutnya.
bahwa citra kualitas yang baik bukanlah         4. Survei Kepuasan Pelanggan
berdasarkan sudut pandang atau persepsi            Sebagian      besar    riset kepuasan
penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut         pelanggan        dilakukan      dengan
pandang      atau   persepsi    pelanggan.         menggunakan metode survei (McNeal
Pelangganlah yang mengkonsumsi dan                 & Lamb, dikutip dalam Peterson &
menikmati jasa perusahaan sehingga                 Wilson, 1992), baik survey melalui pos,
merekalah yang seharusnya menentukan               telepon, e-mail, maupun wawancara
kualitas jasa. Persepsi pelanggan terhadap         langsung.       Pengukuran kepuasan
kualitas    jasa   merupakan     penilaian         pelanggan melalui metode ini dapat
menyeluruh atas keunggulan suatu jasa.             dilakukan dengan berbagai cara,
                                                   diantaranya ;
                                                   a. Directly Reported Satisfaction




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  89
Pengukuran                  dilakukan     tingkat kecocokan antara ekspektasi atau
       menggunakan item-item spesifik            keinginan konsumen dan persepsi mereka.
       yang menyatakan langsung tingkat
                                                 Pengukuran Kualitas Jasa
       kepuasan         yang       dirasakan
       pelanggan.
                                                     Menurut Tjiptono (1996) terdapat
    b. Derived Satisfaction
                                                     beberapa pendekatan pengukuran
       Dalam metode ini setidaknya
                                                     kualitas meliputi :
       pertanyaan-pertanyaan             yang
       diajukan menyangkut dua hal               1. Trancendental approach (pandangan
       utama, yaitu (1) tingkat harapan             trasedental), yaitu kualitas yang
       atau ekspektasi pelanggan terhadap           dipandang sebagai innate excellence,
       kinerja produk atau perusahaan               berarti kualitas itu dapat dirasakan,
       pada atribut-atribut relevan, dan (2)        diketahui, tetapi sulit didefinisikan, dan
       persepsi pelanggan terhadap kinerja          dioperasionalkan.
       actual produk atau perusahaan             2. Product-based approach (pendekatan
       bersangkutan. Pengukuran kualitas            berbasis produk), artinya kualitas
       jasa dengan model SERVQUAL                   merupakan karakteristik atau atribut
       termasuk aplikasi metode ini.                yang dapat diukur. Perbedaan dalam
    c. Problem Analysis                             kualitas mencerminkan perbedaan
       Dalam teknik ini, responden                  dalam jumlah besar beberapa unsur dan
       diminta mengungkapkan masalah-               atribut yang dimiliki oleh produk.
       masalah yang mereka hadapi                   Karena perbedaan pandangan ini sangat
       berkaitan dengan produk atau jasa            objektif, maka tidak dapat menjelaskan
       perusahaan        dan     saran-saran        perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan
       perbaikan.                                   preferensi individual.
    d. Importance-performance Analysis           3. User-based approach (pendekatan
       Dalam teknik ini, responden                  berbasis pengguna), yang berdasarkan
       diminta untuk menilai tingkat                pemikiran bahwa kualitas tergantung
       kepentingan       berbagai      atribut      kepada orang yang memandangnya,
       relevan dan tingkat kinerja                  sehingga      produk       yang     paling
       perusahaan                 (perceived        memuaskan         preferensi    seseorang
       performance) pada masing-masing              merupakan produk yang berkualitas
       atribut tersebut.                            paling tinggi.
                                                 4. Manufacturing-based              approach
2.1 Kualitas Jasa                                   (pendekatan berbasis manufaktur),
                                                    dimana kualitas didefinisikan sebagai
    Definisi Kualitas Jasa                          kesesuaian       dengan       persyaratan.
                                                    Pendekatan       ini    berfokus     pada
    Menurut American Society for Quality            kesesuaian (conformance) terhadap
Control adalah keseluruhan ciri atau sifat          spesifikasi yang telah ditetapkan oleh
dari produk atau pelayanan yang                     perusahaan, yang seringkali didorong
berpengaruh pada kemampuannya untuk                 oleh tujuan peningkatan produktivitas
memuaskan kebutuhan yang dinyatakan                 dan penekanan biaya. Jadi yang
atau yang tersirat.                                 menentukan kualitas adalah standar
    Menurut Goetsch & Davis (1994),                 yang ditetapkan perusahaan, bukan
mendefinisikan kualitas sebagai kondisi             konsumen yang menggunakannya.
dinamis yang berhubungan dengan produk,          5. Value-based approach (pendekatan
jasa, sumber daya manusia, proses dan               berbasis nilai), yang memandang
lingkungan yang memenuhi atau melebihi              kualitas dari segi nilai dan harga.
harapan.                                            Sehingga kualitas bersifat relatif,
                                                    sehingga produk yang memiliki kualitas
    Definisi kualitas jasa menurut Berry,
                                                    paling tinggi belum tentu produk yang
Parasuraman, dan Zeithaml (1990) adalah
                                                    paling bernilai.



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                      90
2.2 Metoda Servqual                                Definisi : Kemampuan pihak
                                                   penyedia jasa dalam memberikan
    Model kualitas jasa yang paling populer        jasa atau pelayanan secara tepat dan
dan hingga kini dijadikan acuan dalam riset        akurat sehingga pelanggan dapat
manajemen dan pemasaran jasa adalah                mempercayai                      dan
SERVQUAL (singkatan dari service                   mengandalkannya.
quality)     yang      dikembangkan      oleh   3. Dimensi Responsiveness (Daya
Parasuraman, Zeihaml, dan Berry (1985,             Tanggap)
1988, 1990, 1991, 1993, 1994) dalam                Definisi : Kemauan atau keinginan
serangkaian penelitian mereka terhadap             pihak penyedia jasa untuk segera
enam sektor jasa : reparasi peralatan rumah        memberikan bantuan pelayanan
tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan          yang dibutuhkan pelanggan dengan
telepon interlokal, perbankan ritel, dan           cepat.
pialang sekuritas. SERVQUAL ini dikenal         4. Dimensi Assurance (Jaminan)
pula dengan istilah Gap Analysis Model.            Definisi : Pemahaman dan sikap
    SERVQUAL ini dikembangkan dengan               kesopanan dari karyawan (contact
maksud untuk membantu para manajer                 personnel)      dikaitkan    dengan
dalam menganalisis sumber masalah                  kemampuan         mereka      dalam
kualitas     dan    memahami        cara-cara      memberikan keyakinan kepada
memperbaiki kualitas jasa. Metode ini              pelanggan bahwa pihak penyedia
dikembangkan oleh Zeithaml (1990) yang             jasa mampu memberikan pelayanan
mengukur kualitas secara kuantitatif dalam         dengan sebaik-baiknya.
bentuk kuisioner yang mengandung                   Dimensi assurance terdiri dari
dimensi-dimensi kualitas jasa, yaitu               empat subdimensi, yaitu :
Tangibles, Reliability, Responsiveness,            a. Competence (Kompetensi)
Assurance, Emphaty.                                    Definisi : Keahlian dan
    Metode SERVQUAL dibangun atas                      keterampilan       yang    harus
adanya perbandingan dua faktor utama                   dimiliki penyedia jasa dalam
yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang             memberikan jasanya kepada
nyata mereka terima (perceived service)                pelanggan.
dengan layanan sesungguhnya diharapkan             b. Credibility (Kredibilitas)
pelanggan      (expected     service).   Jika          Definisi : Kejujuran dan
kenyataan lebih dari yang pelangan                     tanggung jawab pihak penyedia
harapkan, maka layanan dapat dikatakan                 jasa sehingga pelanggan dapat
bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang               mempercayai pihak penyedia
dari yang pelanggan harapkan, maka                     jasa.
dikatakan tidak bermutu. Dengan demikian,          c. Courtesy (Kesopanan)
metode SERVQUAL ini mendefinisikan                     Definisi : Etika kesopanan, rasa
kualitas jasa sebagai seberapa jauh                    hormat, dan keramahan pihak
perbedaan antara kenyataan dengan harapan              penyedia        jasa     kepada
atas layanan yang pelanggan terima                     pelanggannya        pada     saat
(Parasuraman, et.al.,1990).                            memberikan jasa pelayanan.
    Metode SERVQUAL membagi kualitas               d. Security
pelayanan ke dalam lima dimensi, yakni                 (Keamanan/Keselamatan)
(Parasuraman, et.al.,1990):                            Definisi : Rasa aman, perasaan
    1. Dimensi Tangibles (Nyata)                       bebas dari rasa takut serta
         Definisi    :     Penampilan     dan          bebas dari keragu-raguan akan
         performansi dari fasilitas-fasilitas          jasa pelayanan yang diberikan
         fisik, peralatan, dan material-               oleh pihak penyedia jasa
         material       komunikasi      yang           kepada pelanggannya.
         digunakan         dalam       proses   5. Dimensi Empathy (Empati)
         penyampaian layanan.                      Definisi : Tingkat perhatian atau
    2. Dimensi Reliability (Keandalan)             tingkat kepedulian individual yang



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                91
dapat diberikan pihak penyedia jasa          yang bersumber dari sisi penyedia jasa
         kepada pelanggannya.                         (manajemen)
         Dimensi empathy terdiri dari tiga        Lima gap tersebut, adalah:
         sub dimensi, yaitu :                     Gap 1 : Kesenjangan antara persepsi dari
         a. Access (Akses)                        pihak penyedia jasa dengan harapan
               Definisi : Tingkat kemudahan       pelanggan.
               untuk       dihubungi       dan        Gap ini menunjukkan perbedaan antara
               ditemuinya pihak penyedia jasa     penilaian pelayanan menurut pengguna jasa
               kepada pelanggannya.               dengan persepsi manajemen mengenai
         b. Communication (Komunikasi)            harapan pengguna jasa, atau dengan kata
               Definisi : Kemampuan pihak         lain pihak manajemen mempersepsikan
               penyedia jasa untuk selalu         ekspektasi pelanggan terhadap kualitas jasa
               menginformasikan        sesuatu    secara tidak akurat.
               dalam bahasa yang mudah            Beberapa        kemungkinan         penyebab
               dimengerti oleh pelanggan dan          timbulnya gap ini, antara lain :
               pihak penyedia jasa selalu mau     a. Informasi yang didapatkan dari riset
               mendengarkan       apa     yang                         pasar dan analisis
               disampaikan oleh pelanggan.                             permintaan       kurang
         c. Understanding            Customer                          akurat
               (Mengerti Pelanggan)               b. Interpretasi yang kurang akurat atas
               Definisi : Tingkat usaha pihak                          informasi      mengenai
               penyedia       jasa       untuk                         ekspektasi pelanggan
               mengetahui dan mengenal            c. Tidak adanya analisis permintaan
               pelanggan beserta kebutuhan-       d. Buruknya atau tidak adanya informasi
               kebutuhannya.                               ke atas (upward information) dari
     Parasuraman, et.al (1990), telah                      staf kontak pelanggan ke pihak
 menyusun suatu model konseptual dari                      manajemen
 kualitas layanan yang menggambarkan
 kesenjangan atau ketidaksesuaian antara          Gap 2 : Kesenjangan antara persepsi dari
 keinginan dan tingkat kepentingan berbagai               pihak penyedia jasa dengan
 pihak yang terlibat dalam penyerahan                     spesifikasi kualitas pelayanan.
 produk/jasa. Model tersebut dapat dilihat        Penyebab timbulnya gap ini antara lain :
 pada Gambar 2 berikut :                          a. Tidak adanya standar kinerja yang jelas
     Berdasarkan model konseptual di atas,        b. Kesalahan perencanaan atau prosedur
 ketidaksesuaian muncul dari lima macam           perencanaan yang tidak memadai
 kesenjangan yang dapat dibagi menjadi dua        c. Manajemen perencanaan yang buruk
 kelompok, yaitu :                                d. Kurangnya penetapan tujuan yang jelas
1. Satu        kesenjangan     (gap),     yaitu   dalam organisasi
     kesenjangan kelima yang bersumber            e. Kurangnya dukungan dan komitmen
     dari sisi penerima layanan (pelanggan).          manajemen         puncak        terhadap
2. Empat macam kesenjangan (gap), yaitu               perencanaan kualitas pelayanan
     kesenjangan pertama hingga keempat           f. Kekurangan sumber daya
                                                  g. Situasi permintaan berlebihan




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                      92
Komunikasi Dari Mulut Ke Mulut             Kebutuhan Pribadi           Pengalaman Masa Lalu
            (Word of Mouth Communication)               (Personal Needs)              (Past Experience)




                                                 Pelayanan Yang Diharapkan
                                                      (Expected Service)


                                             Gap 5

 PELANGGAN
 (CUSTOMER)                                          Pelayanan Yang Diterima
                                                        (Perceived Service)




                                                      Pemberian Pelayanan
                                                        (Service Delivery)


                                             Gap 3

   PENYEDIA                                                                        Gap 4       Komunikasi Eksternal Ke
  (PROVIDER)                                     Spesifikasi Kualitas Pelayanan                       Pelanggan
                                                 (Service Quality Spesification)              (External Communication to
                                                                                                      Customer)


                                             Gap 2


                           Gap 1
                                     Persepsi Manajemen Terhadap Harapan Pelanggan
                                      (Management Perception of Customer Expectation)


                      Gambar 2. Model Konseptual Kualitas Pelayanan
                               (Sumber : Parasuraman, et.al, 1990)

Gap 3: Kesenjangan antara spesifikasi                                   f.Teknologi dan sistem yang ada
   kualitas pelayanan dengan proses                                       tidak memfasilitasi kinerja sesuai
   pemberian/penyampaian pelayanan.                                       dengan spesifikasi
   Gap ini menunjukkan perbedaan antara                               g. Kurang terlatihnya karyawan
   spesifikasi kualitas pelayanan dengan                              h. Beban kerja terlalu berlebihan
   penyampaian pelayanan yang diberikan                               i. Standar kinerja yang tidak dapat
   oleh karyawan (contact personnel).                                     dipenuhi karyawan (terlalu tinggi
   Faktor-faktor yang dapat menyebabkan                                   atau tidak realistis)
   gap ini antara lain:                                               j. Karyawan         dihadapkan      pada
   a. Spesifikasi kualitas terlalu rumit                                  standar-standar yang kadangkala
       atau terlalu kaku                                                  bertentangan satu sama lain.
   b. Para karyawan tidak menyepakati                            Gap 4 : Kesenjangan antara peyampaian
       spesifikasi tersebut dan karenanya                        pelayanan dengan komunikasi eksternal
       tidak memenuhinya                                         kepada pelanggan.
   c. Spesifikasi tidak sejalan dengan                                Gap ini berarti bahwa janji-janji yang
       budaya korporat yang ada                                       disampaikan        melalui      aktivitas
   d. Manajemen operasi jasa yang                                     komunikasi pemasaran tidak konsisten
       buruk                                                          dengan jasa yang disampaikan kepada
   e. Kurang memadainya aktivitas                                     para pelanggan.           Hal ini dapat
       internal marketing                                             disebabkan beberapa faktor :




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                                                  93
a. Perencanaan                komunikasi    dikendalikan oleh pemahaman yang kuat
         pemasaran tidak terintegrasi dengan     terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian
         operasi jasa                            yang disiplin terhadap fakta, data, dan
     b. Kurangnya         koordinasi    antara   analisis statistik dan perhatian yang cermat
         aktivitas pemasaran eksternal dan       untuk mengelola, memperbaiki, dan
         operasi jasa                            menanamkan kembali proses bisnis [Pande,
     c. Organisasi        gagal     memenuhi     2000, hal. xi].
         spesifikasi yang ditetapkannya               Six Sigma yang berarti enam sigma,
     d. Kecenderungan untuk melakukan            dimana sigma itu sendiri memiliki
         ’over promises, under-deliver’.         pengertian distribusi penyebaran (variasi)
         Iklan dan slogan/janji perusahaan       dari rata-rata (mean) suatu proses. Tentu
         sering mempengaruhi ekspektasi          saja dalam hal ini Six Sigma mempunyai
         pelanggan.      Jika penyedia jasa      tujuan untuk selalu memperkecil variasi
         memberikan jasa yang berlebihan,        sehingga akan diperoleh tingkat kualitas
         maka resikonya adalah harapan           yang lebih baik yaitu mendekati ke arah
         pelanggan bisa membumbung               sempurna (zero defect) atau untuk
         tinggi dan sulit dipenuhi.              memperoleh         semua     output    dalam
Gap 5 : Kesenjangan antara persepsi              spesifikasi pelanggan. Upaya mengurangi
pelanggan      dengan       ekspektasi   yang    variasi secara terus-menerus merupakan hal
dimilikinya.                                     yang sangat penting mengingat pelanggan
     Jika persepsi dan ekspektasi pelanggan      akan melihat/merasakan produk pada
     mengenai kualitas pelayanan terbukti        tingkat variasi produk, bukan rata-rata
     sama bahkan persepsi lebih baik dari        produk.
     ekspektasi, maka perusahaan akan                 Dari berbagai definisi di atas, dapat
     mendapat citra dan dampak positif.          disimpulkan bahwa [Pande, 2003, hal.6-
     Namun, bila kualitas pelayanan yang         16]:
     diterima lebih rendah dari yang             a. Six Sigma sebagai ukuran statistik
     diharapkan, maka kesenjangan ini akan            terhadap kinerja sebuah proses atau
     menimbulkan        permasalahan      bagi        produk, yaitu dengan menggunakan
     perusahaan.                                      ukuran sigma yang bertujuan untuk
     Gap ini terjadi bila :                           memfokuskan ukuran-ukuran kepada
     a. Pelanggan                    mengukur         para pelanggan sebuah bisnis; dan
         kinerja/prestasi          perusahaan         memberikan satu cara yang konsisten
         berdasarkan kriteria yang berbeda            untuk           mengukuran          dan
     b. Pelanggan                       keliru        membandingkan proses-proses yang
         menginterpretasikan kualitas jasa            berbeda. Dengan menggunakan skala
         tersebut.                                    sigma akan dapat menilai dan
                                                      membandingkan kinerja dalam proses
2.3 Metoda Six Sigma                                  kunci yang berbeda namun kritis bagi
                                                      pelanggan.
    Six Sigma merupakan suatu metode             b. Six Sigma sebagai tujuan yang
atau teknik pengendalian dan peningkatan              mencapai nyaris sempurna untuk
kualitas    dramatik    yang    merupakan             perbaikan/peningkatan kinerja. Tujuan
terobosan baru dalam bidang kualitas. Six             Six Sigma adalah membantu orang dan
Sigma merupakan Sistem manajemen mutu                 proses guna memiliki aspirasi yang
yang selalu berorientasi pada customer                tinggi untuk mengirimkan produk dan
satisfaction dengan suatu pengukuran target           layanan yang bebas cacat yaitu dengan
Sigma Quality Level [Gaspersz, 2002,                  target kinerja 99,9997 persen dimana
hal.1]                                                pada tingkat kinerja Six Sigma cacat
    Six Sigma merupakan sebuah sistem                 dalam banyak proses dan produk
yang komprehensif dan fleksibel untuk                 menjadi hampir tidak ada.
mencapai,        mempertahankan,       dan       c. Sistem manajemen untuk mencapai
memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma                kepemimpinan bisnis terdepan dan



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                     94
kinerja    kelas    dunia.  Perbedaan     tingkat yang lebih kuat. Disiplin Six Sigma
   signifikan antara Six Sigma dengan        memulai       dengan      mengklarifikasikan
   program di masa lalu adalah tingkat       ukuran-ukuran apa yang menjadi kunci
   dimana      manajemen      memainkan      dalam pengukuran kinerja bisnis, dan
   peranan kunci dalam mengawasi hasil       kemudian        mendapatkan       data    dan
   serta pencapaian puncak program.          menganalisis      variabel-variabel    kunci.
   Sekalipun demikian, sebagai sistem        Kemudian masalah-masalah akan dapat
   manajemen, Six Sigma tidak dimiliki       dengan lebih efektif ditentukan, dianalisis,
   oleh pemimpin senior (sekalipun peran     dan dipecahkan secara permanen.
   mereka kritis) atau dikendalikan oleh         Di tingkat paling bawah, Six Sigma
   manajemen        madya      (sekalipun    akam membantu para manajer menjawab
   partisipasi mereka merupakan kunci).      dua pertanyaan penting untuk mendukung
   Ide-ide, solusi, penemuan proses, dan     solusi dan keputusan yang dikendalikan
   perbaikan-perbaikan yang muncul dari      oleh data:
   Six Sigma, terjadi di tingkat bawah                - Data dan informasi apa yang
   dalam organisasi (level karyawan).                 sungguh-sungguh diperlukan?
   Perusahaan-perusahaan Six Sigma                    -     Bagaimana        menggunakan
   berjuang untuk meletakkan tanggung                 data/informasi     tersebut   untuk
   jawab lebih kepada karyawan yang                   manfaat maksimum?
   terlibat secara langsung dengan para      3. Fokus pada proses, manajemen dan
   pelanggan.                                    perbaikan
                                                 Dalam Six Sigma, proses adalah tempat
Tema Dan Manfaat Six Sigma                   dimana tindakan dimulai baik pada
                                             perancangan produk, jasa, pengukuran
    Dengan menyaring unsur-unsur kritis      kinerja, perbaikan efisiensi, dan kepuasan
dari Six Sigma, maka ada 6 tema yang         pelanggan atau bahkan menjalankan bisnis
dapat memberikan gambaran tentang            Six Sigma memposisikan proses sebagai
bagaimana membuat Six Sigma dapat            kendaraan kunci dari sukses. Salah satu
bekerja pada bisnis yaitu [Pande, 2002,      terobosan Six Sigma adalah meyakinkan
hal.16-19]:                                  para pemimpin dan manajer terutama dalam
1. Fokus       sungguh-sungguh      kepada   fungsi dan industri berbasis layanan bahwa
    pelanggan                                sebuah proses adalah bukan hanya sangat
    Sebagaimana yang telah disebutkan,       perlu, tetapi sebedarnya merupakan sebuah
perusahan-perusahaan yang meluncurkan        cara untuk membangun keunggulan
Six Sigma sering sekali terkejut saat        kompetitif dan mengirimkan nilai kepada
menemukan betapa sedikitnya mereka           pelanggan.
memahami pelanggan mereka. Dalam Six         4. Manajemen proaktif
Sigma, pelanggan menjadi prioritas utama.        Dalam penjelasan sederhana, proaktif
Sebagai contoh ukuran-ukuran kinerja Six     adalah bertindak sebelum ada peristiwa-
Sigma     dimulai    dengan     pelanggan.   lawan dari reaktif. Tetapi dalam dunia
Perbaikan Six Sigma ditentukan oleh          nyata, menjadi proaktif berarti membuat
pengaruhnya terhadap kepuasan dan nilai      kebiasaan di luar praktik bisnis yang terlalu
pelanggan. Pada tema ini, akan dapat         sering diabaikan, yaitu menentukan tujuan
menjelaskan mengapa dan bagaimana            ambisius       dan     sering     menilainya;
bisnis anda dapat memenuhi persyaratan       menentukan prioritas-prioritas yang jelas;
pelanggan, mengukur kinerja terhadap         memfokuskan pada pencegahan masalah
persyaratan pelanggan, dan tetap berada di   versus mengatasi masalah. Menjadi
pengembangan-pengembangan baru dan           sungguh-sungguh proaktif berarti mulai
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.    melangkah kreatifitas dan perubahan
2. Manajemen yang digerakkan oleh data       efektif. Six Sigma, menekankan alat-alat
    dan fakta                                dan praktik-praktik yang menggantikan
    Six     Sigma    mengambil      konsep   kebiasan reaktif dengan gaya manajemen
“manajemen berdasarkan fakta” pada           proaktif yang dinamis dan responsif.



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  95
5. Kolaborasi tanpa batas                        adalah tugas Black Belt dan tim untuk
    Six      Sigma       bekerja      untuk      menentukan dengan baik apa yang
menyingkirkan         penghalang        dan      diinginkan pelanggan. Pekerjaan ini
memperbaiki team work pada lini atas,            membuat suara pelanggan (voice to
bawah, dan lintas lini organisasional.           customer - VOC) menjadi hal yang
Peluang yang tersedia melalui kolaborasi         menantang [Pande, 2003, hal. 39-40].
yang telah meningkat di dalam perusahaan         Dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik
dan para penjual sehingga dapat                  dari pelanggan adalah memahami dan
memberikan nilai kepada pelanggan. Six           membedakan di antara dua kategori
Sigma     memperluas      peluang     untuk      persyaratan kritis, yaitu persyaratan output
kolaborasi dalam mempelajari peran yang          dan persyaratan pelayanan. Persyaratan
sesuai dengan gambar besar dan dapat             output berkaitan dengan karakteristik dan
menyadari          serta         mengukur        atau features dari produk akhir (barang
kesalingtergantungan dari berbagai aktivitas     dan/atau jasa) yang diserahkan kepada
di semua bagian dari proses.                     pelanggan pada akhir dari suatu proses.
6. Dorongan untuk sempurna, toleransi
    terhadap kegagalan                           Measure (M)
    Dorongan untuk mencapai tingkat                   Langkah ini adalah langkah operasional
sempurna tapi juga toleran terhadap              kedua dalam program peningkatan kualitas
kegagalan. Pada dasarnya, kedua ide              Six Sigma. Ada 3 hal pokok yang dapat
tersebut saling melengkapi. Tidak ada            dilakukan pada tahap ini yaitu [Gaspersz,
perusahaan yang memasuki Six Sigma               2002, hal. 72-198]:
tanpa meluncurkan ide-ide dan pendekatan-        a. Melakukan Pengujian Kuesioner
pendekatan baru-yang selalu mencakup                  Pengujian kuesioner yang dilakukan
beberapa resiko. Dengan Six Sigma                mencakup, pengujian reliabilitas dan
membuat tujuan perusahaan, akan terus-           validasi. Pengujian reliabilitas bertujuan
menerus didorong untuk lebih sempurna            untuk mengetahui tingkat keandalan
dari sebelumnya (karena definisi sempurna        kuesioner, sedangkan pengujian validitas
akan selalu berubah).                            bertujuan untuk mengetahui apakah suatu
                                                 instrumen mampu mengukur apa yang
Langkah-Langkah Six Sigma                        diinginkan.
                                                 b. Menentukan karakteristik kualitas
Define (D)                                            kunci
    Langkah ini adalah langkah operasional            Karakteristik kualitas (CTQ) kunci
awal dalam program peningkatan kualitas          ditetapkan      seyogianya     berhubungan
Six Sigma. Pada tahap define ada 2 hal           langsung dengan kebutuhan spesifik
yang perlu dilakukan yaitu:                      pelanggan yang diturunkan secara langsung
a. Mendefinisikan proses inti                    dari persyaratan-persyaratan output dan
    Proses inti adalah suatu rantai tugas-       pelayanan [Gaspersz, Vincent, 2002,
biasanya mencakup berbagai departemen            hal.72].
atau fungsi yang mengirimkan nilai                    Apapun karakteristik kualitas yang
(produk, jasa, dukungan, informasi) kepada       dipilih dan ditetapkan, seyogianya setiap
para pelanggan eksternal [Pande, 2002,           karakteristik sesuai dengan definisi tujuan
hal.168]. Dalam pemilihan tema Six Sigma         awal program peningkatan kualitas terus-
pertama-tama yang dilakukan adalah               menerus yaitu untuk meningkatkan
mempertimbangkan dan menjelaskan tujuan          kepuasan pelanggan (efisiensi eksternal)
dari suatu proses inti akan dievaluasi.          dan dapat menurunkan cacat menuju zero
b. Mendefinisikan kebutuhan spesifik             defect (efisiensi internal) [Gaspersz,
kebutuhan pelanggan                              Vincent, 2002, hal.96].
    Langkah         selanjutnya         adalah   c. Pengukuran baseline kinerja
mengidentifikasi pemain paling penting di             Peningkatan kualitas dengan Six Sigma
dalam semua proses, yakni pelanggan.             yang telah ditetapkan akan berfokus pada
Pelanggan bisa internal ataupun eksternal        upaya-upaya yang giat dalam peningkatan



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                     96
kualitas menuju kegagalan nol (zero defect)           diserahkan         pada       pelanggan.
sehingga memberikan kepuasan total                    Pengukuran        dimaksudkan      untuk
kepada     pelanggan.     Maka    sebelum             mengetahui sejauh mana output akhir
peningkatan kualitas dengan Six Sigma                 dari proses itu untuk memenuhi
dimulai, kita harus mengetahui tingkat                kebutuhan spesifik dari pelanggan,
kinerja sekarang atau dalam terminologi               sebelum produk itu diserahkan pada
Six Sigma disebut sebagai baseline kinerja.           pelanggan.
Setelah mengetahui baseline kinerja maka           Pengukuran baseline kinerja pada
kemajuan peningkatan-peningkatan yang                 tingkat outcome, dilakukan secara
dicapai dapat diukur sepanjang masa                   langsung pada pelanggan-pelanggan
berlaku Six Sigma [Gaspersz, 2002,                    yang menerima output (produk dan
hal.112-169 ].:                                       jasa) dari suatu proses.
 Pengukuran baseline kinerja pada                        Ukuran baseline kinerja yang
    tingkat proses, biasanya dilakukan            digunakan dalam Six Sigma adalah tingkat
    apabila itu terdiri dari beberapa sub         DPMO         (Defects       Per     Millions
    proses. Pengukuran kinerja pada tingkat       Oppurtunities) dan pencapaian tingkat
    proses akan memberikan baganan                sigma.
    secara jelas dan konfrehensif tentang                 Pengukuran baseline kinerja pada
    segala sesuatu yang terjadi dalam sub         tingkat outcome menggunakan rumus
    proses itu.                                   sebagai berikut :
 Pengukuran baseline kinerja pada
    tingkat output, dilakukan secara
    langsung pada produk akhir yang akan
         DPMO = (1 – tingkat kepuasan) x 1.000.000                              (1)

                                                  Rating Kepuasan
       Tingkat kepuasan =                                           100%                                                             (2)
                                                  T arg et Kepuasan

Analyze                                                                                    dalam rangka perbaikan terhadap kualitas
     Analyze       merupakan       langkah                                                 pelayanan, salah satu cara untuk
operasional     ketiga   dalam    program                                                  menentukan faktor-faktor apa saja yang
peningkatan kualitas. Pada tahap ini, 2 hal                                                perlu diprioritaskan untuk dibenahi adalah
yang perlu dilakukan yaitu [Gaspersz, 2002,                                                dengan menggunakan Importance –
hal. 201-280]:                                                                             performance Matrix, seperti pada Gambar 3
a. Menentukan variabel kualitas yang                                                       berikut :
menjadi prioritas perbaikan
                                                                          Sangat Penting




                                                     I. Concentrate These          II. Keep Up The Good Work
                          SangatTidak Memuaskan




                                                                                                                   Sangat Memuaskan




                                                     III. Low Priority                     IV. Possible OverKill




                                                                         Sangat Tidak Penting




                   Gambar 3. Diagram Importance-Performance Matrix




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                                                                       97
Dari gambar terdapat empat kuadran         sebab akibat yang disebut sebagai faktor
yang masing-masing kuadran mempunyai           serta akibat yang ditimbulkannya yang
pengertian dan tindakan manajemen yang         disebut sebagai karakteristik mutu.
berbeda, yaitu :                                   Kegunaan dari diagram sebab akibat ini
1. Kuadran I                                   adalah untuk menemukan faktor-faktor
    Variabel-variabel yang termasuk ke         yang merupakan sebab pada suatu masalah.
    dalam kuadran I mempunyai pengaruh         Atau dengan kata lain, jika suatu proses
    yang      tinggi   terhadap     kualitas   stabil maka diagram akan memberikan
    pelayanan, sehingga perlu adanya           petunjuk pada penyebab yang akan
    perbaikan dan peningkatan kualitas         diperiksa untuk perbaikan proses. Prinsip
    pelayanan untuk setiap variabel dalam      yang dipakai dalam membuat diagram
    Kuadran I tersebut. Hal ini disebabkan     sebab akibat ini adalah sumbang saran
    variabel tersebut mempunyai tingkat        (brainstorming).
    kepentingan yang tinggi, namun                 Terdapat tiga jenis aplikasi Cause-effect
    performansinya belum memuaskan.                diagram yang sering dipakai yaitu:
2. Kuadran II
    Variabel-variabel dalam Kuadran II         Improve (I)
    mempunyai tingkat kepentingan yang             Setelah sumber-sumber dan akar
    tinggi dengan performansi yang juga        penyebab masalah kualitas teridentifikasi,
    memuaskan. Oleh karena itu, yang           maka perlu dilakukan penetapan rencana
    perlu dilakukan oleh pihak penyedia        tindakan untuk melakukan peningkatan
    jasa adalah mempertahankan kualitas        kualitas Six Sigma. Pada dasarnya rencana-
    pelayanan yang menyangkut variabel-        rencana tindakan akan mendeskripsikan
    variabel dalam Kuadran II.                 tentang alokasi sumber-sumber daya serta
3. Kuadran III                                 prioritas dan/atau alternatif yang dilakukan
    Variabel-variabel dalam Kuadran III        dalam implementasi dari rencana tersebut
    mempunyai tingkat kepentingan yang         [Gasperz, 2002, hal.282].
    rendah dengan performansi yang belum       Control (C)
    memuaskan. Oleh karena itu, variabel-          Control ( C ) merupakan tahap
    variabel dalam kuadran ini mempunyai       operasional     terakhir    dalam     proyek
    prioritas yang rendah untuk usaha-         peningkatan kualitas Six Sigma. Pada
    usaha perbaikan dan peningkatan            tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas di
    kualitas.                                  dokumentasikan        dan     disebarluaskan,
4. Kuadran IV                                  praktek-praktek terbaik yang sukses dalam
    Variabel-variabel dalam Kuadran IV         meningkatkan proses distandarisasikan dan
    mempunyai tingkat kepentingan yang         disebarluaskan,            prosedur-prosedur
    rendah dengan performansi yang             didokumentaikan dan dijadikan pedoman
    memuaskan. Oleh karena itu, usaha          kerja standar, serta kepemilikan atau
    yang dapat dilakukan oleh pihak            tanggung jawab ditransfer dari Tim Six
    penyedia jasa adalah pengurangan           Sigma        kepada        pemilik       atau
    penekanan usaha perbaikan dan              penanggungjawab proses yang berarti
    peningkatan kualitas pelayanan .           proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini.
b.    Mengidentifikasi sumber dan akar         [Gasperz, 2002, hal.293].
penyebab ketidakpuasan pelanggan
    Diagram Sebab Akibat atau Cause            2.4 Quality Function Deployment
Effect diagram dikembangkan oleh Kaoru
Ishikawa, Ph.D pada tahun 1943 dan sering          Quality Function Deployment (QFD)
disebut     Diagram    Ishikawa.     Karena    adalah suatu metode terstruktur untuk
penampakan dari diagram ini, maka sering       merencanakan dan mengembangkan yang
disebut juga Fishbone Diagram. Diagram         memungkinkan tim pengembangan untuk
ini pada dasarnya digunakan untuk              mengklasifikasikaan   keinginan   dan
mengidentifikasai        masalah        dan    kebutuhan konsumen serta mengevaluasi
menunjukkan kumpulan dari kelompok             masing-masing kegunaan kemampuan



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                    98
produk atau jasa secara sistematis dalam          dengan konsumen maupun dengan
memenuhi kebutuhan konsumen [Cohen,               menyebar kuesioner tentang kebutuhan
1995. Hal 11].                                    konsumen.
    QFD berusaha menerjemahkan apa             2. Planning Matrix
yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa             merupakan matriks perencanaan yang
yang dihasilkan perusahaan. Hal ini               digunakan      untuk    menerjemahkan
dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan          kebutuhan konsumen ke dalam
dalam proses pengembangan produk atau             rencana-rencana     untuk memenuhi
jasa sedini mungkin. Dengan demikian              kebutuhan tersebut. Planning matrix ini
QFD memungkinkan suatu perusahaan                 dibuat setelah Customer needs komplit.
untuk       memprioritaskan       kebutuhan       Planning matrix terdiri dari :
pelanggan, menemukan tanggapan inovatif           a. Tingkat kepentingan konsumen.
terhadap     kebutuhan      tersebut,   dan       b. Tingkat kepuasan konsumen atau
memperbaiki proses         hingga tercapai            persepsi      konsumen       tentang
efektifitas maksimum. Struktur QFD biasa              kebutuhan konsumen.
digambarkan dalam House Of Quality                c. Persepsi     konsumen       mengenai
(HOQ)[Tjiptono,1997. Hal 170].                        produk atau jasa pesaing yang
    Langkah-langkah yang harus dilakukan              berhubungan dengan kebutuhan
untuk tiap-tiap bagian dari HOQ adalah                konsumen (customer need).
sebagai berikut [Cohen, 1995. Hal 69-73] :        d. Target dari perusahaan untuk
1. Customer Needs                                     masing-masing customer need.
    Merupakan data-data atau informasi            e. Improvement ratio merupakan nilai
    yang biasanya diperoleh dari hasil                perbandingan      yang     diperoleh
    penelitian pasar tentang kebutuhan dan            dengan membagi goal dengan
    keinginan konsumen terhadap suatu                 tingkat kepuasan, yang dapat
    produk atau jasa. Customer needs ini              dirumuskan sebaga berikut :
    dapat diperoleh dengan cara wawancara

                                           Goal
             Im provement Ratio                                                 (3)
                                     Tingkat Kepuasan

   f.   Potensi penjualan untuk masing-                 ratio. Semakin tinggi raw weight,
        masing customer need.                           maka semakin penting kebutuhan
                                                        konsumen       tersebut      untuk
   g. Raw weight merupakan nilai                        dikembangkan atau diperbaiki.
      perkalian antara tingkat kepuasan                 Perhitungan raw weight dapat
      konsumen dengan improvement                       dirumuskan sebagai berikut :

              Raw weight Tingkat kepentingan x Im provement ratio       atau    (4)
                                                      Goal
              Raw weight  Tingkat kepentingan x                                 (5)
                                                 Tingkat kepuasan

   h. Normalized raw weight diperoleh                   kebutuhan dengan nilai total raw
      dengan cara membagi nilai raw                     weight. Normalized raw weight
      weight    untuk masing-masing                     dapat dirumuskan sebagai berikut :

                                          RawWeight
              Normalized RawWeight                                              (6)
                                          RawWeight



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  99
3. Technical Response                          response, dan membandingkannya dengan
   Merupakan tanggapan dari pihak              CV Titipan Kilat serta menganalisa korelasi
   perusahaan       terhadap      kebutuhan    antar respon teknis apakah respon teknis
   pelanggan. Technical response kadang        tersebut saling mendukung atau
   disebut sebagai corporate expectation.      bertentangan.
4. Relationship
   Menunjukkan         hubungan       antara   3.1   Kesimpulan Implementasi
   kebutuhan         konsumen        dengan          Servqual Six Sigma
   karakteristik teknis perusahaan. Dalam
   langkah ini menggunakan metode                 Kesimpulan implementasi metoda
   prioritas matriks. Semakin banyak           Servqual dan Six Sigma pada PT Kereta
   suatu elemen persyaratan teknik             Api Indonesia adalah sebagai berikut
   berhubungan          dengan       elemen    (Haryo S, et al, 2005):
   persyaratan konsumen, berarti elemen
   persyaratan teknik tersebut sangat          Stasiun Tawang
   berpengaruh        dalam     pemenuhan
   kebutuhan konsumen.                         1. Nilai     rata-rata   persepsi     pihak
5. Competitive Benchmarking                       manajemen dan karyawan PT. Kereta
   Merupakan perbandingan teknis antara           Api (Persero) terhadap ekspektasi
   hasil produk dengan pesaingnya.                pelanggan jasa angkutan KA Argo
   Benchmarking         dilakukan      untuk      Muria yang tertinggi adalah dimensi
   mengungkapkan konsep produk yang               Assurance (4.3700), disusul dengan
   sudah ada yang telah dipakai untuk             dimensi      Responsiveness (4.3333),
   memecahkan masalah yang berkaitan,             dimensi Tangibles (4.2894), dimensi
   dan juga memberikan informasi                  Reliability (4.1897), dan dimensi
   mengenai kekuatan dan kelemahan                Empathy (4.1517). Dengan demikian,
   dalam persaingan.                              secara umum pihak manjemen dan
6. Technical Target                               karyawan PT. Kereta Api (Persero)
   Merupakan target yang telah ditetapkan         mempersepsikan bahwa setiap dimensi
   untuk setiap persyaratan teknik.               kualitas pelayanan adalah penting bagi
7. Technical Correlation Matrix                   pelanggan.
   Merupakan matriks hubungan antara           2. Nilai rata-rata ekspektasi pelanggan
   kebutuhan pelanggan dengan technical           terhadap kualitas pelayanan          jasa
   response. Matriks ini digunakan untuk          angkutan KA Argo Muria yang
   dokumen dalam subtitute quality                tertinggi adalah dimensi Reliability (4.
   caracteristic (SQC).                           3888), disusul dengan dimensi dimensi
                                                  Assurance (4.2369), dimensi Tangibles
III. IMPLEMENTASI PENELITIAN                      (4.1672), dimensi         Responsiveness
                                                  (4.1353), dan dimensi Empathy
    Studi implementasi Servqual-QFD               (4.0630). Dengan demikian, secara
dilakukan pada perusahaan jasa PT Kereta          umum sesuai dengan ekspektasi
Api Indonesia dengan studi kasus                  pelanggan KA Argo Muria kelima
pelayanan KA Argo Muria, sedangkan                dimensi kualitas pelayanan adalah
Servqual-Six Sigma pada PT Pos Indonesia          penting bagi pelanggan.
dengan studi kasus jasa layanan paket pos.     3. Nilai rata-rata persepsi pelanggan jasa
    Analisa kualitas pelayanan dengan             angkutan KA Argo Muria PT. Kereta
metode QFD dilakukan dengan cara                  Api (Persero) terhadap kualitas
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang         pelayanan jasa angkutan KA Argo
diperoleh dari importance-performance             Muria yang tertinggi adalah pada
matrix, mengidentifikasi respon teknis,           dimensi      Responsiveness (3.4279),
menghubungkan antara variabel-variabel            dilanjutkan       dimensi     Assurance
kebutuhan pelanggan (customer                     (3.3845), dimensi Reliability (3.3312),
needs/voice to customer) dengan technical         Empathy (3.2828), dan dimensi



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  100
Tangibles (3.1966). Dengan demikian,       8. Kesenjangan pada gap 5 yang bernilai
     secara umum pelanggan KA Argo                 negatif yang ditunjukkan oleh total
     Muria     menilai    pelayanan     yang       nilai rata-rata SERVQUAL terbobot
     diberikan oleh PT. Kereta Api (Persero)       menunjukkan bahwa secara umum
     adalah cukup baik untuk kelima                kualitas pelayanan jasa angkutan KA
     dimensi kualitas.                             Argo Muria belum memuaskan
4.   Pada gap 1, terjadi kesenjangan antara        pelanggan.
     persepsi    pihak manajemen         dan    9. Prioritas perbaikan setiap dimensi
     karyawan PT. Kereta Api (Persero)             kualitas untuk gap 5 ditentukan
     mengenai kespektasi pelanggan dengan          berdasarkan       analisis      Importance
     ekspektasi pelanggan KA Argo Muria            Performance Matrix dan nilai sigmal.
     yang sebenarnya.      Kesenjangan ini         Variabel yang menjadi prioritas
     ditunjukkan dengan nilai rata-rata            perbaikan adalah variabel yang berada
     SERVQUAL terbobot pada gap 1                  pada Kuadran I dan yang memiliki nilai
     masing-masing dimensi yaitu, dimensi          sigma terendah, yakni mengenai
     Empathy (0.0173), dimensi Assurance           kebersihan, kelengkapan dan kesiapan
     (0.0265), dimensi Reliability (-0.0415),      pakai fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun
     dimensi Responsiveness (0.0390) dan           (variabel 34), dimana dari persentase
     dimensi Tangibles (0.0241).                   kenaikan nilai sigma maka target 6
5.   Kesenjangan pada gap 1 yang bernilai          sigma akan dicapai pada triwulan ke-
     negatif menunjukkan bahwa pihak               22.
     manajemen dan karyawan PT. Kereta
     Api (Persero) yang terlibat dalam
                                                Stasiun Gambir
     proses pemberian pelayanan kepada
     pelanggan relatif belum peka terhadap
                                                1. Nilai     rata-rata    persepsi    pihak
     keinginan pelanggan yang sebenarnya.
                                                   manajemen dan karyawan PT. Kereta
6.   Prioritas perbaikan setiap dimensi
                                                   Api (Persero) terhadap ekspektasi
     kualitas untuk gap 1 ditentukan
                                                   pelanggan jasa angkutan KA Argo
     berdasarkan     analisis    Importance
                                                   Muria yang tertinggi adalah dimensi
     Performance Matrix dan nilai sigma.
                                                   Assurance (4.4375), disusul dengan
     Variabel yang menjadi prioritas
                                                   dimensi      Responsiveness (4.3984),
     perbaikan adalah variabel yang berada
                                                   Reliability (4.2500), dimensi Empathy
     pada Kuadran I dan yang memiliki nilai
                                                   (4.2396), dan dimensi Tangibles
     sigma terendah, yakni mengenai
                                                   (4.2232). Dengan demikian, secara
     ketepatan jadwal kedatangan KA
                                                   umum pihak manjemen dan karyawan
     (Variabel 39), dimana dari persentase
                                                   PT.       Kereta       Api      (Persero)
     kenaikan nilai sigma maka target 6
                                                   mempersepsikan bahwa setiap dimensi
     sigma akan dicapai pada triwulan ke-
                                                   kualitas pelayanan adalah penting bagi
     35.
                                                   pelanggan.
7.   Pada gap 5, terdapat kesenjangan antara
                                                2. Nilai rata-rata ekspektasi pelanggan
     persepsi dan ekspektasi pelanggan
                                                   terhadap kualitas pelayanan          jasa
     terhadap kualitas pelayanan jasa
                                                   angkutan KA Argo Muria yang
     angkutan      KA       Argo       Muria.
                                                   tertinggi adalah dimensi Reliability
     Kesenjangan ditunjukkan dengan nilai
                                                   (4.3888), disusul dengan dimensi
     rata-rata SERVQUAL terbobot pada
                                                   dimensi Assurance (4.2429), dimensi
     gap 5 untuk masing-masing dimensi
                                                   Tangibles         (4.1708),      dimensi
     yaitu, dimensi Empathy (-0.1520),
                                                   Responsiveness (4.1463), dan dimensi
     dimensi Assurance
                                                   Empathy (4.0716). Dengan demikian,
      (-0.1730), dimensi Reliability (-
                                                   secara umum sesuai dengan ekspektasi
     0.2206), dimensi Responsiveness (-
                                                   pelanggan KA Argo Muria kelima
     0.1393) dan dimensi Tangibles (-
                                                   dimensi kualitas pelayanan adalah
     0.1916).
                                                   penting bagi pelanggan.




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                      101
3. Nilai rata-rata persepsi pelanggan jasa       gap 5 untuk masing-masing dimensi
   angkutan KA Argo Muria PT. Kereta             yaitu, dimensi Empathy (-0.1534),
   Api (Persero) terhadap kualitas               dimensi Assurance
   pelayanan jasa angkutan KA Argo                (-0.1803), dimensi Reliability (-
   Muria yang tertinggi adalah pada              0.2208), dimensi Responsiveness (-
   dimensi     Responsiveness (3.4301),          0.1410) dan dimensi Tangibles (-
   dilanjutkan      dimensi      Assurance       0.1824).
   (3.3629), dimensi Reliability (3.3300),    8. Kesenjangan pada gap 5 yang bernilai
   Empathy (3.2841), dan dimensi                 negatif yang ditunjukkan oleh total
   Tangibles (3.2468). Dengan demikian,          nilai rata-rata SERVQUAL terbobot
   secara umum pelanggan KA Argo                 menunjukkan bahwa secara umum
   Muria     menilai     pelayanan    yang       kualitas pelayanan jasa angkutan KA
   diberikan oleh PT. Kereta Api (Persero)       Argo Muria belum memuaskan
   adalah cukup baik untuk kelima                pelanggan.
   dimensi kualitas.                          9. Prioritas perbaikan setiap dimensi
4. Pada gap 1, terjadi kesenjangan antara        kualitas untuk gap 5 ditentukan
   persepsi    pihak manajemen         dan       berdasarkan     analisis   Importance
   karyawan PT. Kereta Api (Persero)             Performance Matrix dan nilai sigmal.
   mengenai ekspektasi pelanggan dengan          Variabel yang menjadi prioritas
   ekspektasi pelanggan KA Argo Muria            perbaikan adalah variabel yang berada
   yang sebenarnya.       Kesenjangan ini        pada Kuadran I dan yang memiliki nilai
   ditunjukkan dengan nilai rata-rata            sigma terendah, yakni mengenai
   SERVQUAL terbobot pada gap 1                  kemudahan memperoleh informasi
   masing-masing dimensi yaitu, dimensi          tentang pelayanan KA melalui media
   Empathy (0.0327), dimensi Assurance           cetak dan elektronik (Variabel 30),
   (0.0360), dimensi Reliability (-0.0290),      dimana dari persentase kenaikan nilai
   dimensi Responsiveness (0.0496) dan           sigma maka target 6 sigma dicapai
   dimensi Tangibles (0.0103).                   pada triwulan ke-14.
5. Kesenjangan pada gap 1 yang bernilai
   negatif menunjukkan bahwa pihak            3.2   Kesimpulan Inplementasi
   manajemen dan karyawan PT. Kereta                Servqual-DFD
   Api (Persero) yang terlibat dalam
   proses pemberian pelayanan kepada          Kesimpulan        implementasi      metoda
   pelanggan relatif belum peka terhadap      Servqual – QFD pada PT POS
   keinginan pelanggan yang sebenarnya.       INDONESIA (Haryo S, et al, 2005)
6. Prioritas perbaikan setiap dimensi             Dari hasil penelitian yang dilakukan di
   kualitas untuk gap 1 ditentukan            kantor pos kelas II semarang dapat
   berdasarkan      analisis    Importance    diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
   Performance Matrix. dan nilai sigma.       1. Kualitas pelayanan jasa paket PT. Pos
   Variabel yang menjadi prioritas                Indonesia (Persero) jika dilihat dari
   perbaikan adalah variabel yang berada          adanya kesenjangan yang terjadi antara
   pada Kuadran I dan yang memiliki nilai         persepsi     karyawan     dan     pihak
   sigma terendah, yakni mengenai                 manajemen dengan harapan pelanggan
   ketepatan jadwal kedatangan KA                 (GAP 1) dan kesenjangan antara
   (Variabel 39), dimana dari persentase          persepsi dan harapan pelanggan (GAP
   kenaikan nilai sigma maka target 6             5) dinilai masih kurang baik, karena
   sigma dicapai pada triwulan ke-35.             masih terdapat adanya gap yang
7. Pada gap 5, terdapat kesenjangan antara        bernilai negatif.
   persepsi dan ekspektasi pelanggan          2. Analisis perbaikan yang dilakukan
   terhadap kualitas pelayanan jasa               dengan menggunakan Importance-
   angkutan       KA       Argo      Muria.       Performance Matrix memperlihatkan
   Kesenjangan ditunjukkan dengan nilai           bahwa variabel-variabel yang berada
   rata-rata SERVQUAL terbobot pada               pada kuadran I merupakan variabel



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                102
yang     harus    diperhatikan    untuk      h) Perhatian       karyawan        terhadap
   diperbaiki. Variabel yang terdapat pada           kebutuhan pelanggan.
   kuadran I untuk GAP 1 adalah              5. Prioritas respon teknis yang diperoleh
   kemampuan dan keterampilan yang               dari analisa QFD adalah sebagai berikut
   dimiliki petugas loket pengiriman            a. Memberikan pelatihan SDM untuk
   dalam menjalankan tugas-tugasnya (var             karyawan loket pengiriman dan
   3), pemberitahuan waktu sampainya                 customer service.
   paket di tujuan oleh petugas loket           b. Mengembangkan                         dan
   pengiriman (var 6), perhatian karyawan            menyempurnakan         SOP       untuk
   terhadap kebutuhan pelanggan (var 25),            layanan jasa paket dan customer
   dan adanya pelayanan informasi dan                service.
   pengaduan (var 26). Untuk GAP 5              c. Menyediakan situs internet yang
   variabel yang berada di kuadran I                 memuat       informasi      mengenai
   adalah kemudahan menghubungi atau                 layanan     PT.    Pos      Indonesia
   menemui petugas customer service (var             (Persero).
   15), pertanyaan atau keluhan dijawab         d. Menyediakan 24 hours customer
   petugas customer service dengan                   service.
   memuasakan (var 19), penyelesaian            e. Mengembangkan sistem informasi
   masalah pengaduan sesuai dengan                   untuk layanan jasa paket dan
   waktu yang telah dijanjikan (var 20),             customer service.
   dan Perusahaan memiliki peralatan dan        f. Menyediakan sistem pencarian
   teknologi yang canggih (var 34).                  (tracking) melalui situs internet.
3. Dari hasil benchmarking           dapat      g. Menyediakan pusat pelayanan
   diketahui     bahwa    nilai   persepsi           informasi yang berada di kantor pos
   pelanggan terhadap pelayanan jasa                 besar.
   paket PT. Pos Indonesia (Persero)            h. Memberikan informasi lamanya
   masih berada dibawah CV. Titipan                  waktu pengiriman paket pada papan
   Kilat, karena CV. Titipan Kilat telah             informasi.
   memiliki situs internet dan memiliki         i. Menyediakan           kotak         saran
   sistem pencarian (tracking).                      konsumen.
4. Berdasarkan analisa QFD diperoleh            j. Melakukan         survey       kepuasan
   bahwa prioritas kebutuhan pelanggan               pelanggan.
   yang perlu diperbaiki adalah sebagai         k. Melakukan         penataan       kembali
   berikut :                                         tempat pelayanan untuk layanan
   a) Pertanyaan atau keluhan dijawab                jasa paket.
        petugas customer service dengan
        memuaskan.
   b) Penyelesaian masalah pengaduan         IV.   REKOMENDASI
       sesuai dengan waktu yang telah
       dijanjikan.                               Implementasi metoda Servqual-QFD
   c) Perusahaan memiliki peralatan dan      maupun     Servqual-Six     Sigma  dapat
       teknologi yang canggih.               membantu upaya meningkatkan kualitas
   d) Kemudahan menghubungi atau             layanan pada industri jasa pada umumnya,
       menemui petugas customer service.     dengan memperhatikan faktor-faktor yang
   e) Pemberitahuan waktu sampainya          mempengaruhinya baik eksternal maupun
       paket di tujuan oleh petugas loket    internal.
       pengiriman.
   f) Kemampuan dan keterampilan yang
       dimiliki petugas loket pengiriman
       dalam menjalankan tugas-tugasnya.
   g) Adanya pelayanan dan informasi
       pengaduan.




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                   103
4.1 Rekomendasi Perbaikan Kualitas                   b) Membersihkan lantai dan alat-alat
    Layanan Kantor Pos Kelas II                          sanitasi lainnya setelah selesai
    Semarang                                             digunakan.
                                                  3. Kemudahan memperoleh informasi
1. Pihak PT. Pos Indonesia (Persero)                 mengenai pelayanan KA melalui media
   dapat melakukan perbaikan kualitas                cetak dan elektronik (internet, TV,
   pelayanan berdasarkan prioritas respon            radio).
   teknis.                                           Beberapa upaya yang dapat dilakukan
2. Rekomendasi untuk penelitian                      untuk mencegah terjadinya
   selanjutnya adalah :                              ketidakpuasan pelanggan terhadap
   a) Penilaian kualitas jasa yang                   kemudahan memperoleh informasi
       dilakukan tidak hanya berdasarkan             mengenai pelayanan KA melalui media
       GAP 1 dan GAP 5 tetapi juga GAP               cetak dan elektronik (internet, TV,
       2, GAP 3 dan GAP 4.                           radio)adalah :
   b) Melakukan penelitian berdasarkan
                                                     a) Pembuatan iklan di surat kabar dan
       karakteristik responden, seperti
                                                        televisi tentang pelayanan dan
       halnya        keperluan       dalam
                                                        fasilitas-fasilitas berbagai jenis
       menggunakan jasa paket yang
                                                        kereta api yang ada.
       terdiri dari keperluan untuk pribadi
                                                     b) Informasi pada situs PT. Kereta
       dan untuk perusahaan.
                                                        Api (Persero) dibuat lebih lengkap
   c) Melakukan penilaian kualitas jasa
                                                        dan lebih menarik.
       untuk pelayanan jasa PT. Pos
       Indonesia (Persero) yang lainnya.
                                                  4.3 Rekomendasi Penelitian Lanjutan
4.2 Rekomendasi perbaikan            kualitas
                                                      Untuk     pengembangan    penelitian
    layanan KA Argo Muria
                                                  lanjutan, maka disampaikan rekomendasi
                                                  sebagai berikut :
1. Ketepatan jadwal kedatangan KA
   sesuai dengan yang dijanjikan kepada
                                                  1. Penelitian pelayanan jasa pada PT.
   pelanggan (Variabel 39)
                                                     Kereta Api (Persero):
    Beberapa upaya yang dapat dilakukan
                                                     a) Dalam     mengukur       kepuasan
    untuk       mencegah        terjadinya
                                                        pelanggan, sebaiknya juga diukur
    keterlambatan kedatangan adalah :
                                                        tingkat kepuasan karyawan pada
   a) Keberangkatan kereta api sesuai                   PT. Kereta Api (Persero) karena
        dengan       waktu       yang     telah         kepuasan      karyawan      dapat
        dijadwalkan.                                    meningkatkan     kualitas    kerja
   b) Pemeriksaan rangkaian kereta dan                  mereka yang pada akhirnya akan
        peralatan teknis lainnya beberapa               berdampak pada peningkatan
        jam sebelum keberangkatan kereta                kepuasan pelanggan.
        api.                                         b) Untuk meningkatkan kualitas jasa
2. Kebersihan, kelengkapan dan kesiapan                 secara     keseluruhan,      perlu
   pakai fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun         dilakukan pengukuran kualitas jasa
   Tawang (Variabel 31).                                berdasarkan gap-gap lainnya, yaitu
   Beberapa upaya yang dapat dilakukan                  gap 2, gap 3 dan gap 4 seperti
   untuk mencegah terjadinya                            yang terdapat pada model kualitas
   ketidakpuasan pelanggan terhadap                     pelayanan    Parasuraman      et.al
   fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun               (1990). Dengan demikian, dapat
   Tawang adalah :                                      diperoleh informasi yang lebih
                                                        lengkap mengenai kesenjangan-
    a) Pengisian bak dengan air bersih
                                                        kesenjangan yang terjadi dalam




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                  104
pelayanan jasa angkutan KA Argo               MBNQA, dan HACCP, PT Gramedia
      Muria.                                        Pustaka Utama, Jakarta.
   c) Untuk mengetahui perbedaan              4.    Irmansyah,     Muhammand.         (2005),
      karakteristik          kepentingan            Analisis Kualitas Pelayanan Jasa
      pelanggan antara keberangkatan                Perpustakaan      Perguruan       Tinggi,
      hari kerja dan keberangkatan akhir            Proceeding       Seminar        Nasional
      pekan/hari libur, maka perlu                  Manajemen Teknologi I.
      dibandingkan           karakteristik    5.    Hadi, Sutrisno. (2001), Statistik Jilid 2,
      kepentingan pelanggan untuk                   Andi Yogyakarta.
      kedua hari keberangkatan tersebut.      6.    Haryo S, Naniek, Imelda CP.(2005),
   d) Untuk mengukur gap 1 yaitu                    Upaya peningkatan kualitas dengan
      kesenjangan antara persepsi pihak             pengintegrasian metoda Six sigma dan
      manajemen dan karyawan PT.                    Servqual, Studi kasus pada Jasa
      Kereta Api (Persero) terhadap                 pelayanan      KA      Argo        Muria,
      ekspektasi pelanggan dengan                   (unpublished)
      ekspektasi      pelanggan      yang     7.    Haryo     S,    Naniek,     Desi       A.,
      sebenarnya,      dapat    dilakukan           (2005),Upaya peningkatan kualitas
      dengan mengambil jenis pekerjaan              jasa pelayanan dengan metoda
      karyawan yang lain (petugas                   Servqual dan QFD, Studi kasus pada
      informasi, greeters, kuli angkut,             Jasa Paket pada PT Pos Indonesia
      dll) serta dengan jumlah responden            (unpublished)
      yang lebih banyak.                      8.    Kotler, Philip. (1997), Manajemen
                                                    Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta.
2. Penelitian pelayanan jasa pada PT.         9.    Mansur, Agus dan Intan Wahyu WD.,
   Pos Indonesia selanjutnya adalah :               (2003). Analisis Kualitas Pelayanan
   a) Penilaian kualitas jasa yang                  dengan       Menggunakan          Metode
       dilakukan tidak hanya berdasarkan            SERVQUAL           sebagai         Dasar
       GAP 1 dan GAP 5 tetapi juga GAP              Peningkatan Kepuasan Pelanggan,
       2, GAP 3 dan GAP 4.                          Prosiding       Seminar         Nasional
   b) Melakukan penelitian berdasarkan              Manajemen Teknologi I.
       karakteristik responden, seperti       10.   Mitra, Amitava. (1993), Fundamental
       halnya        keperluan       dalam          of Quality Control and Improvement,
       menggunakan jasa paket yang                  Mcmiliian Publising Company, New
       terdiri dari keperluan untuk pribadi         York.
       dan untuk perusahaan.                  11.   PT. Kereta Api (Persero). (1999),
   c) Melakukan penilaian kualitas jasa             Standart Operasi Pelayanan di Stasiun,
       untuk pelayanan jasa PT. Pos                 PT. Kereta Api (Persero).
       Indonesia (Persero) yang lainnya.      12.   Pande, Peter , et,al. (2002), The Six
                                                    Sigma Way, Andi Yogyakarta.
                                              13.   Putro, Sarjono Utomo dan Arief R.,
          DAFTAR PUSTAKA                            (2003),      Peningkatan        Kualitas
                                                    Pelayanan      Publik Kepariwisataan
1. Andini, Seno A., (2003). Analisis                (Studi Kasus : Obyek Wisata
   Kualitas Layanan Bandar Udara                    Pangandaaraan), Jurnal Manajemen
   Juanda dengan Menggunakan Metode                 Teknologi ITB, Vol. 3, Bandung.
   QFD, Prosiding Seminar Nasional            14.   Santoso, Singgih, (2004). SPSS Statistik
   Manajemen Teknologi I.                           Multivariat,     PT.    Elex       Media
2. Cohen, Lou, (1995). Quality Function             Komputindo, Jakarta.
   Deployment : How to Make QFD Work          15.   Sarjono, Utomo, dan, Rahmana, Arief.
   for You, Addison Wesley                          (2003),      Peningkatan        Kualitas
3. Gaspersz, Vincent. (2002), Pedoman               Pelayanan Publik Kepariwisataan,
   Implementasi Program Six Sigma                   Jurnal Manajemen Teknologi ITB.
   Terintegrasi dengan ISO 90001:2000,



J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006                                                     105
16. Simamora, Bilson. (2004), Panduan
    Riset Perilaku Konsumen, PT Gramedia
    Pustaka Utama, Jakarta.
17. Sugiyono, DR. (2004), Statistika untuk
    Penelitian, CV Alfabeta, Bandung.
18. Supranto, J., (1997), Pengukuran
    Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk
    Menaikkan Pangsa Pasar, PT. Rineka
    Cipta, Jakarta.
19. Sutarso, Yudi, (2003). Kepuasan
    Pelanggan pada Perguruan Tinggi :
    Mengukur Kinerja Kualitas dari
    Perspektif Pelanggan, Proceeding
    Seminar       Teknik    Industri    dan
    Manajemen Industri III.
20. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana,
    (2003), Total Quality Manajemen,
    Andi, Yogyakarta.
21. Tjiptono, Fandy, (2004), Manajemen
    Jasa, Andi, Yogyakarta.
22. Tjiptono,     Fandy,    dan,     Candra,
    Gregorius, (2005), Service Quality
    Satisfaction,     Andi     Yogyakarta,
    Yogyakarta.
23. Windhyastiti, Irany, dan, Khouroh,
    Umu. (2003), Kualitas Pelayanan Jasa
    Pendidikan di fakultas Ekonomi
    Universitas Merdeka Malang, Jurnal
    Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Volume
    XV Nomor 2.
24. Yamit, Zulian, (2004), Manajemen
    Kualitas Produk dan Jasa, PT.
    Ekonomia, Yogyakarta.




J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006          106

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Mpj marketing mix
Mpj marketing mixMpj marketing mix
Mpj marketing mixAde Yh
 
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018hendra_bastian
 
Pengukuran Kualitas dengan Metode Garvin
Pengukuran Kualitas dengan Metode GarvinPengukuran Kualitas dengan Metode Garvin
Pengukuran Kualitas dengan Metode GarvinAgung Firdausi Ahsan
 
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)Teori kepuasan pelanggan (bab ii)
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)HabibMaulana7
 
Qfd persentasi
Qfd persentasiQfd persentasi
Qfd persentasiAyun Restu
 
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)Bantu Hotsan Simanullang
 
Dimensi kualitas produk dan jasa
Dimensi kualitas produk dan jasaDimensi kualitas produk dan jasa
Dimensi kualitas produk dan jasaahmad fauzan
 
Pengertian kepuasan konsumen
Pengertian kepuasan konsumenPengertian kepuasan konsumen
Pengertian kepuasan konsumensingkawang
 
Tugas pemasaran jasa10
Tugas pemasaran jasa10Tugas pemasaran jasa10
Tugas pemasaran jasa10pdfpunya
 
Mengelola kualitas 1
Mengelola kualitas 1Mengelola kualitas 1
Mengelola kualitas 1ahmad fauzan
 

Was ist angesagt? (20)

Review Jurnal QFD
Review Jurnal QFDReview Jurnal QFD
Review Jurnal QFD
 
Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 3Ppt kelompok 3
Ppt kelompok 3
 
Mpj marketing mix
Mpj marketing mixMpj marketing mix
Mpj marketing mix
 
Tugas paper check sheet mmt
Tugas paper check sheet mmtTugas paper check sheet mmt
Tugas paper check sheet mmt
 
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018
Hendra Bastian, Hapzi Ali, Kerangka Berfikir, UT-Tarakan, 2018
 
Pengukuran Kualitas dengan Metode Garvin
Pengukuran Kualitas dengan Metode GarvinPengukuran Kualitas dengan Metode Garvin
Pengukuran Kualitas dengan Metode Garvin
 
Tugas paper mmt bag. akhir
Tugas paper mmt bag. akhirTugas paper mmt bag. akhir
Tugas paper mmt bag. akhir
 
Konsep kualitas
Konsep kualitasKonsep kualitas
Konsep kualitas
 
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)Teori kepuasan pelanggan (bab ii)
Teori kepuasan pelanggan (bab ii)
 
Konsep kualitas
Konsep kualitasKonsep kualitas
Konsep kualitas
 
Qfd persentasi
Qfd persentasiQfd persentasi
Qfd persentasi
 
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)
Konsep Desain Pengembangan Kualitas Produk (Quality Function Deployment)
 
Dimensi kualitas produk dan jasa
Dimensi kualitas produk dan jasaDimensi kualitas produk dan jasa
Dimensi kualitas produk dan jasa
 
Yogi martua
Yogi martuaYogi martua
Yogi martua
 
Manajemen mutu
Manajemen mutuManajemen mutu
Manajemen mutu
 
Pengertian kepuasan konsumen
Pengertian kepuasan konsumenPengertian kepuasan konsumen
Pengertian kepuasan konsumen
 
Tugas pemasaran jasa10
Tugas pemasaran jasa10Tugas pemasaran jasa10
Tugas pemasaran jasa10
 
Dimensi kualitas produk
Dimensi kualitas produkDimensi kualitas produk
Dimensi kualitas produk
 
Mengelola kualitas 1
Mengelola kualitas 1Mengelola kualitas 1
Mengelola kualitas 1
 
Vkt tagline
Vkt   taglineVkt   tagline
Vkt tagline
 

Ähnlich wie Metoda qfd

Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir Abduh
Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir AbduhDefinition of quality - Prof. Dr. Syamsir Abduh
Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir AbduhRisghasani
 
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptxsigit486598
 
UTS managemen Kualitas Pelayanan
UTS managemen Kualitas PelayananUTS managemen Kualitas Pelayanan
UTS managemen Kualitas Pelayananjenniferlin112
 
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAK
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAKANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAK
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAKSTIE PONTIANAK INDONESIA
 
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...Ibnu Khayath Farisanu
 
Paper modul-4-tkb-31
Paper modul-4-tkb-31Paper modul-4-tkb-31
Paper modul-4-tkb-31rizkyhd
 
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)Setyawan Adi
 
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanPendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanAsyifa Robiatul adawiyah
 
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptx
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptxAinun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptx
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptxkuntul6
 
01. PENDAHULUAN SMM HO.pptx
01. PENDAHULUAN  SMM HO.pptx01. PENDAHULUAN  SMM HO.pptx
01. PENDAHULUAN SMM HO.pptxMuhammad Ilham
 
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018530015898
 
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...zyah fauziah
 

Ähnlich wie Metoda qfd (20)

Tinjouan pustaka jasa
Tinjouan pustaka jasaTinjouan pustaka jasa
Tinjouan pustaka jasa
 
Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir Abduh
Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir AbduhDefinition of quality - Prof. Dr. Syamsir Abduh
Definition of quality - Prof. Dr. Syamsir Abduh
 
AUDIT-TEKNOLOGI.pdf
AUDIT-TEKNOLOGI.pdfAUDIT-TEKNOLOGI.pdf
AUDIT-TEKNOLOGI.pdf
 
Kualitas layanan
Kualitas layananKualitas layanan
Kualitas layanan
 
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx
9_MANAJEMEN_PELANGGAN.pptx
 
UTS managemen Kualitas Pelayanan
UTS managemen Kualitas PelayananUTS managemen Kualitas Pelayanan
UTS managemen Kualitas Pelayanan
 
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAK
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAKANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAK
ANALISIS DESAIN JABATAN PADA HOTEL MERPATI PONTIANAK
 
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
Jurnal - PENGARUH KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH PT. BANK MEGA, T...
 
5. BAB II.pdf
5. BAB II.pdf5. BAB II.pdf
5. BAB II.pdf
 
6. BAB II.pdf
6. BAB II.pdf6. BAB II.pdf
6. BAB II.pdf
 
Bab 2 manegemen pemasaran
Bab 2 manegemen pemasaranBab 2 manegemen pemasaran
Bab 2 manegemen pemasaran
 
Paper modul-4-tkb-31
Paper modul-4-tkb-31Paper modul-4-tkb-31
Paper modul-4-tkb-31
 
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)
Ppt definisi kualitas Setyawan Adi (122121524)
 
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatanPendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
Pendekatan mutu dan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan
 
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptx
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptxAinun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptx
Ainun Fikri 720213169 mnj pemasaran.pptx
 
01. PENDAHULUAN SMM HO.pptx
01. PENDAHULUAN  SMM HO.pptx01. PENDAHULUAN  SMM HO.pptx
01. PENDAHULUAN SMM HO.pptx
 
PERTEMUAN 8.pdf
PERTEMUAN 8.pdfPERTEMUAN 8.pdf
PERTEMUAN 8.pdf
 
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018
Iin herlena h, hapzi ali, bacaan diskusi 4, ut bengkulu. 2018
 
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...
ANALISIS PENGARUH KETAATAN PADA STANDAR AUDITING, PENGALAMAN AUDITOR, DAN REP...
 
Kualitas Pelayanan
Kualitas PelayananKualitas Pelayanan
Kualitas Pelayanan
 

Mehr von bgastomo

Modul praktikum logika digital NI Multisim
Modul praktikum logika digital NI MultisimModul praktikum logika digital NI Multisim
Modul praktikum logika digital NI Multisimbgastomo
 
Signalconditions
SignalconditionsSignalconditions
Signalconditionsbgastomo
 
Its proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-miIts proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-mibgastomo
 
Proposalpenelitian
ProposalpenelitianProposalpenelitian
Proposalpenelitianbgastomo
 
Proposalpenelitian
ProposalpenelitianProposalpenelitian
Proposalpenelitianbgastomo
 

Mehr von bgastomo (7)

Modul praktikum logika digital NI Multisim
Modul praktikum logika digital NI MultisimModul praktikum logika digital NI Multisim
Modul praktikum logika digital NI Multisim
 
Graf
GrafGraf
Graf
 
Signalconditions
SignalconditionsSignalconditions
Signalconditions
 
Its proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-miIts proceeding-12319-abstract-mi
Its proceeding-12319-abstract-mi
 
Proposalpenelitian
ProposalpenelitianProposalpenelitian
Proposalpenelitian
 
Tvone
TvoneTvone
Tvone
 
Proposalpenelitian
ProposalpenelitianProposalpenelitian
Proposalpenelitian
 

Metoda qfd

  • 1. MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN INDUSTRI JASA MELALUI PENDEKATAN INTEGRASI METODA SERVQUAL-SIX SIGMA ATAU SERVQUAL-QFD Haryo Santoso Abstraksi SERVQUAL merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan atas jasa yang telah diterimanya yakni dengan cara membandingkan tingkat persepsi dan ekspektasinya. Servqual menilai kualitas pelayanan berdasarkan lima dimensi kualitas, yaitu dimensi empathy, assurance, reliability, responsivenes, dan tangibles. SIX SIGMA merupakan suatu metode atau teknik pengendalian dan peningkatan kualitas dramatik yang merupakan terobosan baru dalam bidang kualitas dan selalu berorientasi pada Kepuasan Pelanggan dengan suatu pengukuran target Sigma Quality Level. Langkah-Langkah Six Sigma adalah Define (D), Measure (M), Analyze (A), Improve (I) , Control (C) QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) adalah suatu metode terstruktur untuk merencanakan dan mengembangkan yang memungkinkan tim pengembangan untuk mengklasifikasikaan keinginan dan kebutuhan konsumen serta mengevaluasi masing-masing kegunaan kemampuan produk atau jasa secara sistematis daalam memenuhi kebutuhan konsumen [Cohen, 1995. Hal 11]. QFD berusaha menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perusahaan. Dengan demikian QFD memungkinkan suatu perusahaan untuk memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektifitas maksimum. Struktur QFD biasa digambarkan dalam House Of Quality Integrasi metoda Servqual-Six Sigma, bertujuan agar hasil pengukuran SERVQUAL yang dianalisis dengan Importance Performance Matrix untuk mengetahui variabel-variabel kritis, dilanjutkan dengan perhitungan DPMO dan nilai sigma variabel-variabel kritis tersebut sehingga dapat diketahui variabel-variabel yang menjadi prioritas perbaikan. Sedangkan dengan metoda Servqual-QFD, diharapkan suatu perusahaan dapat memprioritaskan kebutuhan pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki proses hingga tercapai efektifitas maksimum Kombinasi-kombinasi tersebut merupakan upaya alternatif yang bisa dilakukan oleh industri jasa dalam meningkatkan kualitas jasa pelayanan. Dalam studi ini kesenjangan yang diukur adalah kesenjangan antara persepsi pihak penyedia jasa dengan harapan pelanggan yang sebenarnya (Gap 1) dan kesenjangan antara persepsi pelanggan dengan ekspektasi pelanggan (Gap 5). Kata Kunci : SERVQUAL, GAP, QFD, Six Sigma, Kepuasan Pelanggan. I. LATAR BELAKANG kualitas jasa yang berorientasi pada pelanggan merupakan salah satu faktor Dunia industri yang semakin pesat utama dalam menunjang keberhasilan suatu berubah, telah memunculkan konsekuensi bisnis, terutama pada industri jasa. Hal ini secara langsung pada peningkatan disebabkan kualitas jasa sangat tergantung persaingan antar perusahaan. Sementara dari siapa dan bagaimana jasa tersebut masyarakat konsumen mulai beralih diberikan. Karena keberhasilan dari suatu menjadi masyarakat yang semakin kritis industri jasa sangat tergantung dari sehingga menimbulkan semakin tingginya penilaian konsumen, maka merupakan hal tuntutan untuk mendapatkan produk atau yang sangat penting untuk memperhatikan jasa yang berkualitas. Schnaars (1991) kepuasan dari konsumen. menyatakan, bahwa pada dasarnya tujuan Menurut Philip Kotler (1996), kepuasan dari sebuah bisnis adalah menciptakan para konsumen adalah tingkat perasaan pelanggan yang puas. Komitmen akan seseorang setelah membandingkan kinerja J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 85
  • 2. produk atau jasa yang ia rasakan dengan persyaratan utama (misalnya gudang harapannya. Jadi tingkat kepuasan untuk jasa pergudangan, komputer dan merupakan fungsi dari perbedaan antara peripheralnya dalam jasa warnet, dan kinerja yang dirasakan (perceived makanan di restoran) performance) dengan kinerja yang 3. Gronroos (2000) diharapkan (expectated performance). Oleh Jasa adalah proses yang terdiri dari karenanya evaluasi maupun perbaikan serangkaian aktivitas intangible yang kualitas produk jasa menjadi sangat penting biasanya (namun tidak harus selalu) dilakukan jika perusahaan ingin tetap eksis terjadi pada interaksi antara pelanggan dimata pelanggannya. Untuk melakukan dan karyawan jasa dan atau sumber evaluasi dapat digunakan metoda Servqual daya fisik atau barang dan atau sistem sedangkan untuk perbaikan-perbaikan penyedia jasa, yang disediakan sebagai kualitas jasa pelayanan dapat digunakan solusi atas masalah pelanggan. analisa dengan Metoda Six Sigma atau Quality Function Deployment (QFD) Pelanggan Jasa dengan melihat kasusnya. Pendekatan dengan Six sigma cenderung melihat unsur- Secara tradisional pelanggan diartikan unsur input internal sedangkan QFD jika sebagai orang yang membeli dan diinginkan juga masukan dari aspek menggunakan produk. Dalam perusahaan eksternal. Selanjutnya akan dibahas yang bergerak di bidang jasa, pelanggan implementasi pendekatan-pendekatan adalah orang yang menggunakan jasa perbaikan kualitas jasa tersebut dengan pelayanan [Yamit, 2004, hal. 75]. studi kasus pada industri jasa kereta api dan Menurut Zulian Yamit (2004), industri jasa paket pos. terdapat tiga jenis pelanggan, yaitu : 1. Pelanggan internal (internal customer) II. TINJAUAN PUSTAKA adalah setiap orang yang ikut menangani proses pembuatan maupun Sebagai salah satu bentuk produk, jasa penyediaan produk di dalam juga didefinisikan secara berbeda-beda. perusahaan atau organisasi. Beberapa definisi jasa tersebut diantaranya 2. Pelanggan antara (intemediate adalah sebagai berikut [Tjiptono Fandy & customer) adalah mereka yang Chandra Gregorius, 2004, hal.11] : bertindak atau berperan sebagai 1. Gummesson (1987) perantara untuk mendistribusikan Jasa didefinisikan sebagai “Something produk kepada pihak konsumen atau which can we bought and sold but pelanggan eksternal. which you cannot drop on your feet”. 3. Pelanggan eksternal (external Definisi ini menekankan bahwa jasa customer) adalah pembeli atau pemakai bisa dipertukarkan namun kerap kali akhir, yang sering disebut sebagai sulit dialami atau dirasakan secara fisik. pelanggan yang nyata (real customer) 2. Philip Kotler (2000) Jasa adalah setiap tindakan atau Kepuasan Pelanggan perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang Kata kepuasan (satisfaction) berasal pada dasarnya bersifat intangible (tidak dari bahasa Latin “satis” (artinya cukup berwujud fisik) dan tidak menghasilkan baik, memadai) dan ‘facio” (melakukan kepemilikan sesuatu. Walaupun atau membuat). Kepuasan bisa diartikan demikian, produk jasa dapat sebagai “upaya pemenuhan sesuatu” atau berhubungan dengan produk fisik “membuat sesuatu memadai” [Tjiptono maupun tidak. Maksudnya, ada produk Fandy & Chandra Gregorius, 2004, hal. jasa murni (seperti master of ceremony 13]. MC), pengacara, guru olah vokal, dan Beberapa definisi mengenai kepuasan baby sister), ada pula jasa yang pelanggan adalah sebagai berikut : membutuhkan produk fisik sebagai J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 86
  • 3. 1. Day (dalam Tse dan Wilton, 1988) 1, menurut model tersebut, ada dua tingkat menyatakan bahwa kepuasan atau ekspektasi pelanggan, yaitu : ketidakpuasan pelanggan adalah respon 1. Jasa yang diinginkan (desired service) pelanggan terhadap evaluasi Menurut Santos & Boote (2003), desire ketidaksesuaian/diskonfirmasi yang performance merupakan perpaduan dirasakan antara harapan sebelumnya antara apa yang diyakini pelanggan (atau norma kerja lainnya) dan kinerja dapat (can be) dan seharusnya (should aktual produk yang dirasakan setelah be) diterima. Sehingga dapat pemakaian. dinyatakan bahwa desired service 2. Engel,et al (1990) mengungkapkan merupakan tingkat kinerja yang bahwa kepuasan pelanggan merupakan diinginkan atau diharapkan diterima evaluasi purnabeli di mana alternatif oleh pelanggan yang dipilih sekurang-kurangnya 2. Jasa yang dianggap cukup (adequate memberikan hasil (outcome) sama atau service) melampaui harapan pelanggan, Yaitu tingkatan pelayanan minimal sedangkan ketidakpuasan timbul yang masih dapat diterima pelanggan. apabila hasil yang diperoleh tidak [Zeithaml, et al.,1993]. memenuhi harapan pelanggan. Zone of tolerance adalah daerah di antara 3. Kotler (1997) menyatakan bahwa desired service dan adequate service, yaitu kepuasan adalah perasaan senang atau daerah dimana variasi pelayanan yang kecewa seseorang yang berasal masih dapat diterima oleh pelanggan. perbandingan antara kesannya terhadap Zone of tolerance berbeda-beda untuk kinerja (atau hasil) suatu produk dan setiap individu, perusahaan, situasi, dan harapan-harapannya. aspek jasa. Apabila pelayanan yang diterima oleh Ekspektasi Pelanggan pelanggan berada di bawah adequate service, pelanggan akan merasa kecewa. Menurut Zeithaml (1996), ekspektasi Sedangkan apabila pelayanan yang diterima pelanggan didefinisikan sebagai keyakinan oleh pelanggan melebihi desired service, pelanggan sebelum mencoba atau membeli pelanggan akan merasa sangat puas. suatu produk jasa yang akan dijadikannya Zeithaml, et al. (1993) mengemukakan standar acuan dalam menilai kinerja produk model konseptual ekspektasi pelanggan bersangkutan. terhadap jasa yang mengidentifikasi 10 Valarie A. Zeithaml, A Pasuraman, dan determinan utama harapan pelanggan (lihat Leonald L Berry (1990), membuat satu Gambar 1). model konseptual mengenai tingkat ekspektasi pelanggan, seperti pada Gambar J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 87
  • 4. ENDURING SERVICE EXPLICIT SERVICE INTENSIFIERS EXPECTED SERVICE PROMISES - Derives Expectations - Periklanan - Personal Service - Personal Selling philosophies - Kontrak Desired Service - Komunikasi lainnya PERSONAL NEEDS IMPLICIT SERVICE INTENSIFIERS TRANSITORY - Tangibles SERVICE - Harga INTENSIFIERS Zone - Situasi Darurat Of - Masalah-masalah Tolerance WORD OF MOUTH Layanan - Personal - ‘Pakar’ (Publisitas, PERCEIVED Konsultan, Consumer SERVICE Reports, surrogates) ALTERNATIVES Adequate Service SELF-PERCEIVED PAST EXPERIENCE SERVICE ROLE SITUATIONAL FACTOR - Cuaca Buruk - Bencana Alam - Random over-demand GAP PREDICTED PREDICTED SERVICE SERVICE Gambar 1. Model Konseptual Ekspektasi Pelanggan Terhadap Jasa (Sumber : Zeithaml, et al.,1993) 1. Enduring Service Intensifers (misalnya jasa asuransi mobil pada Faktor ini merupakan merupakan faktor saat terjadinya kecelakaan lalu yang bersifat stabil dan mendorong lintas) pelanggan untuk meningkatkan - Jasa terakhir yang dikonsumsi sensitivitasnya terhadap jasa. Faktor ini pelanggan dapat pula menjadi meliputi harapan yang dipengaruhi oleh acuannya dalam menentukan baik orang lain dan filosofi pribadi seseorang buruknya jasa berikutnya. tentang jasa. 4. Perceived Service Alternative 2. Personal Needs Merupakan persepsi pelanggan Kebutuhan yang dirasakan seseorang terhadap tingkat layanan perusahaan mendasar bagi kesejahteraannya juga lain sejenis. Jika konsumen memiliki sangat menetukan harapannya. beberapa alternatif, maka harapannya Kebutuhan personal meliputi kebutuhan terhadap jasa tersebut cenderung akan fisik, sosial dan psikologis. semakin besar. 3. Transitory Service Intensifier 5. Self-Perceived Service RoleFaktor ini Faktor ini merupakan faktor individual mencerminkan persepsi pelanggan yang bersifat sementara (jangka terhadap tingkat keterlibatannya dalam pendek) yang meningkatkan sensitivitas mempengaruhi jasa yang diterimanya. pelanggan terhadap jasa. Faktor ini Jika konsumen terlibat dalam proses meliputi : penyampaian jasa dan jasa yang - Situasi darurat pada saat pelanggan direalisasikan ternyata tidak begitu sangat membutuhkan jasa dan ingin baik, maka pelanggan tidak bisa perusahaan bisa membantunya J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 88
  • 5. menimpakan kesalahan sepenuhnya Pengukuran Kepuasan Pelanggan pada si penyedia jasa. Ada beberapa metode yang bisa 6. Situasional Factors dipergunakan setiap perusahaan untuk Faktor fungsional terdiri atas segala mengukur dan mematau kepuasan kemungkinan yang bisa mempengaruhi pelanggannya dan pelanggan pesaing. kinerja jasa, yang berada di luar kendali Kotler, et all. (2004) mengidentifikasi penyedia jasa. empat metode untuk mengukur kepuasan 7. Explicit Service Promises pelanggan, yaitu : 1. Sistem Keluhan dan Saran Faktor ini merupakan pernyataan atau Setiap organisasi yang berorientasi janji (secara personal ataupun non- pada pelanggan (Customer-Oriented) personal) organisasi tentang jasanya perlu menyediakan kesempatan dan kepada pelanggan. akses yang mudah dan nyaman bagi 8. Implicit Service Promises para pelanggannya guna Faktor ini menyangkut petunjuk menyampaikan saran, kritik, pendapat berkaitan dengan jasa, yang dan keluhan mereka. memberikan kesimpulan atau gambaran 2. Ghost Shopping (Mystery Shopping) bagi pelanggan tentang jasa seperti apa Salah satu cara memperoleh gambaran yang seharusnya dan yang akan mengenai kepuasan pelanggan adalah diterimanya. dengan mempekerjakan beberapa orang 9. Word of mouth ghost shoppers untuk berperan atau Word of mouth (Komunikasi Gethok berpura-pura sebagai pelanggan Tular) merupakan pernyataan, secara potensial produk perusahaan dan personal maupun non-personal, yang pesaing. Mereka diminta berinteraksi disampaikan oleh orang lain selain dengan staf penyedia jasa dan organisasi penyedia jasa kepada menggunakan produk/jasa perusahaan. pelanggan. Berdasarkan pengalaman tersebut, 10. Past Experinces mereka kemudian diminta melaporkan Pengalaman masa lampau meliputi hal- temuan-temuannya berkenaan dengan hal yang telah dipelajari atau diketahui kekuatan dan kelemahan produk pelanggan dari yang pernah perusahaan dan pesaing. diterimanya di masa lalu. 3. Lost Customer Analysis Sedapat mungkin perusahaan seyogianya menghubungi para Persepsi Pelanggan pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah pindah pemasok agar Kualitas harus dimulai dari kebutuhan memahami mengapa hal itu terjadi dan pelanggan dan berakhir pada persepsi supaya dapat mengambil kebijakan pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti perbaikan/penyempurnaan selanjutnya. bahwa citra kualitas yang baik bukanlah 4. Survei Kepuasan Pelanggan berdasarkan sudut pandang atau persepsi Sebagian besar riset kepuasan penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pelanggan dilakukan dengan pandang atau persepsi pelanggan. menggunakan metode survei (McNeal Pelangganlah yang mengkonsumsi dan & Lamb, dikutip dalam Peterson & menikmati jasa perusahaan sehingga Wilson, 1992), baik survey melalui pos, merekalah yang seharusnya menentukan telepon, e-mail, maupun wawancara kualitas jasa. Persepsi pelanggan terhadap langsung. Pengukuran kepuasan kualitas jasa merupakan penilaian pelanggan melalui metode ini dapat menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya ; a. Directly Reported Satisfaction J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 89
  • 6. Pengukuran dilakukan tingkat kecocokan antara ekspektasi atau menggunakan item-item spesifik keinginan konsumen dan persepsi mereka. yang menyatakan langsung tingkat Pengukuran Kualitas Jasa kepuasan yang dirasakan pelanggan. Menurut Tjiptono (1996) terdapat b. Derived Satisfaction beberapa pendekatan pengukuran Dalam metode ini setidaknya kualitas meliputi : pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menyangkut dua hal 1. Trancendental approach (pandangan utama, yaitu (1) tingkat harapan trasedental), yaitu kualitas yang atau ekspektasi pelanggan terhadap dipandang sebagai innate excellence, kinerja produk atau perusahaan berarti kualitas itu dapat dirasakan, pada atribut-atribut relevan, dan (2) diketahui, tetapi sulit didefinisikan, dan persepsi pelanggan terhadap kinerja dioperasionalkan. actual produk atau perusahaan 2. Product-based approach (pendekatan bersangkutan. Pengukuran kualitas berbasis produk), artinya kualitas jasa dengan model SERVQUAL merupakan karakteristik atau atribut termasuk aplikasi metode ini. yang dapat diukur. Perbedaan dalam c. Problem Analysis kualitas mencerminkan perbedaan Dalam teknik ini, responden dalam jumlah besar beberapa unsur dan diminta mengungkapkan masalah- atribut yang dimiliki oleh produk. masalah yang mereka hadapi Karena perbedaan pandangan ini sangat berkaitan dengan produk atau jasa objektif, maka tidak dapat menjelaskan perusahaan dan saran-saran perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan perbaikan. preferensi individual. d. Importance-performance Analysis 3. User-based approach (pendekatan Dalam teknik ini, responden berbasis pengguna), yang berdasarkan diminta untuk menilai tingkat pemikiran bahwa kualitas tergantung kepentingan berbagai atribut kepada orang yang memandangnya, relevan dan tingkat kinerja sehingga produk yang paling perusahaan (perceived memuaskan preferensi seseorang performance) pada masing-masing merupakan produk yang berkualitas atribut tersebut. paling tinggi. 4. Manufacturing-based approach 2.1 Kualitas Jasa (pendekatan berbasis manufaktur), dimana kualitas didefinisikan sebagai Definisi Kualitas Jasa kesesuaian dengan persyaratan. Pendekatan ini berfokus pada Menurut American Society for Quality kesesuaian (conformance) terhadap Control adalah keseluruhan ciri atau sifat spesifikasi yang telah ditetapkan oleh dari produk atau pelayanan yang perusahaan, yang seringkali didorong berpengaruh pada kemampuannya untuk oleh tujuan peningkatan produktivitas memuaskan kebutuhan yang dinyatakan dan penekanan biaya. Jadi yang atau yang tersirat. menentukan kualitas adalah standar Menurut Goetsch & Davis (1994), yang ditetapkan perusahaan, bukan mendefinisikan kualitas sebagai kondisi konsumen yang menggunakannya. dinamis yang berhubungan dengan produk, 5. Value-based approach (pendekatan jasa, sumber daya manusia, proses dan berbasis nilai), yang memandang lingkungan yang memenuhi atau melebihi kualitas dari segi nilai dan harga. harapan. Sehingga kualitas bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas Definisi kualitas jasa menurut Berry, paling tinggi belum tentu produk yang Parasuraman, dan Zeithaml (1990) adalah paling bernilai. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 90
  • 7. 2.2 Metoda Servqual Definisi : Kemampuan pihak penyedia jasa dalam memberikan Model kualitas jasa yang paling populer jasa atau pelayanan secara tepat dan dan hingga kini dijadikan acuan dalam riset akurat sehingga pelanggan dapat manajemen dan pemasaran jasa adalah mempercayai dan SERVQUAL (singkatan dari service mengandalkannya. quality) yang dikembangkan oleh 3. Dimensi Responsiveness (Daya Parasuraman, Zeihaml, dan Berry (1985, Tanggap) 1988, 1990, 1991, 1993, 1994) dalam Definisi : Kemauan atau keinginan serangkaian penelitian mereka terhadap pihak penyedia jasa untuk segera enam sektor jasa : reparasi peralatan rumah memberikan bantuan pelayanan tangga, kartu kredit, asuransi, sambungan yang dibutuhkan pelanggan dengan telepon interlokal, perbankan ritel, dan cepat. pialang sekuritas. SERVQUAL ini dikenal 4. Dimensi Assurance (Jaminan) pula dengan istilah Gap Analysis Model. Definisi : Pemahaman dan sikap SERVQUAL ini dikembangkan dengan kesopanan dari karyawan (contact maksud untuk membantu para manajer personnel) dikaitkan dengan dalam menganalisis sumber masalah kemampuan mereka dalam kualitas dan memahami cara-cara memberikan keyakinan kepada memperbaiki kualitas jasa. Metode ini pelanggan bahwa pihak penyedia dikembangkan oleh Zeithaml (1990) yang jasa mampu memberikan pelayanan mengukur kualitas secara kuantitatif dalam dengan sebaik-baiknya. bentuk kuisioner yang mengandung Dimensi assurance terdiri dari dimensi-dimensi kualitas jasa, yaitu empat subdimensi, yaitu : Tangibles, Reliability, Responsiveness, a. Competence (Kompetensi) Assurance, Emphaty. Definisi : Keahlian dan Metode SERVQUAL dibangun atas keterampilan yang harus adanya perbandingan dua faktor utama dimiliki penyedia jasa dalam yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang memberikan jasanya kepada nyata mereka terima (perceived service) pelanggan. dengan layanan sesungguhnya diharapkan b. Credibility (Kredibilitas) pelanggan (expected service). Jika Definisi : Kejujuran dan kenyataan lebih dari yang pelangan tanggung jawab pihak penyedia harapkan, maka layanan dapat dikatakan jasa sehingga pelanggan dapat bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang mempercayai pihak penyedia dari yang pelanggan harapkan, maka jasa. dikatakan tidak bermutu. Dengan demikian, c. Courtesy (Kesopanan) metode SERVQUAL ini mendefinisikan Definisi : Etika kesopanan, rasa kualitas jasa sebagai seberapa jauh hormat, dan keramahan pihak perbedaan antara kenyataan dengan harapan penyedia jasa kepada atas layanan yang pelanggan terima pelanggannya pada saat (Parasuraman, et.al.,1990). memberikan jasa pelayanan. Metode SERVQUAL membagi kualitas d. Security pelayanan ke dalam lima dimensi, yakni (Keamanan/Keselamatan) (Parasuraman, et.al.,1990): Definisi : Rasa aman, perasaan 1. Dimensi Tangibles (Nyata) bebas dari rasa takut serta Definisi : Penampilan dan bebas dari keragu-raguan akan performansi dari fasilitas-fasilitas jasa pelayanan yang diberikan fisik, peralatan, dan material- oleh pihak penyedia jasa material komunikasi yang kepada pelanggannya. digunakan dalam proses 5. Dimensi Empathy (Empati) penyampaian layanan. Definisi : Tingkat perhatian atau 2. Dimensi Reliability (Keandalan) tingkat kepedulian individual yang J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 91
  • 8. dapat diberikan pihak penyedia jasa yang bersumber dari sisi penyedia jasa kepada pelanggannya. (manajemen) Dimensi empathy terdiri dari tiga Lima gap tersebut, adalah: sub dimensi, yaitu : Gap 1 : Kesenjangan antara persepsi dari a. Access (Akses) pihak penyedia jasa dengan harapan Definisi : Tingkat kemudahan pelanggan. untuk dihubungi dan Gap ini menunjukkan perbedaan antara ditemuinya pihak penyedia jasa penilaian pelayanan menurut pengguna jasa kepada pelanggannya. dengan persepsi manajemen mengenai b. Communication (Komunikasi) harapan pengguna jasa, atau dengan kata Definisi : Kemampuan pihak lain pihak manajemen mempersepsikan penyedia jasa untuk selalu ekspektasi pelanggan terhadap kualitas jasa menginformasikan sesuatu secara tidak akurat. dalam bahasa yang mudah Beberapa kemungkinan penyebab dimengerti oleh pelanggan dan timbulnya gap ini, antara lain : pihak penyedia jasa selalu mau a. Informasi yang didapatkan dari riset mendengarkan apa yang pasar dan analisis disampaikan oleh pelanggan. permintaan kurang c. Understanding Customer akurat (Mengerti Pelanggan) b. Interpretasi yang kurang akurat atas Definisi : Tingkat usaha pihak informasi mengenai penyedia jasa untuk ekspektasi pelanggan mengetahui dan mengenal c. Tidak adanya analisis permintaan pelanggan beserta kebutuhan- d. Buruknya atau tidak adanya informasi kebutuhannya. ke atas (upward information) dari Parasuraman, et.al (1990), telah staf kontak pelanggan ke pihak menyusun suatu model konseptual dari manajemen kualitas layanan yang menggambarkan kesenjangan atau ketidaksesuaian antara Gap 2 : Kesenjangan antara persepsi dari keinginan dan tingkat kepentingan berbagai pihak penyedia jasa dengan pihak yang terlibat dalam penyerahan spesifikasi kualitas pelayanan. produk/jasa. Model tersebut dapat dilihat Penyebab timbulnya gap ini antara lain : pada Gambar 2 berikut : a. Tidak adanya standar kinerja yang jelas Berdasarkan model konseptual di atas, b. Kesalahan perencanaan atau prosedur ketidaksesuaian muncul dari lima macam perencanaan yang tidak memadai kesenjangan yang dapat dibagi menjadi dua c. Manajemen perencanaan yang buruk kelompok, yaitu : d. Kurangnya penetapan tujuan yang jelas 1. Satu kesenjangan (gap), yaitu dalam organisasi kesenjangan kelima yang bersumber e. Kurangnya dukungan dan komitmen dari sisi penerima layanan (pelanggan). manajemen puncak terhadap 2. Empat macam kesenjangan (gap), yaitu perencanaan kualitas pelayanan kesenjangan pertama hingga keempat f. Kekurangan sumber daya g. Situasi permintaan berlebihan J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 92
  • 9. Komunikasi Dari Mulut Ke Mulut Kebutuhan Pribadi Pengalaman Masa Lalu (Word of Mouth Communication) (Personal Needs) (Past Experience) Pelayanan Yang Diharapkan (Expected Service) Gap 5 PELANGGAN (CUSTOMER) Pelayanan Yang Diterima (Perceived Service) Pemberian Pelayanan (Service Delivery) Gap 3 PENYEDIA Gap 4 Komunikasi Eksternal Ke (PROVIDER) Spesifikasi Kualitas Pelayanan Pelanggan (Service Quality Spesification) (External Communication to Customer) Gap 2 Gap 1 Persepsi Manajemen Terhadap Harapan Pelanggan (Management Perception of Customer Expectation) Gambar 2. Model Konseptual Kualitas Pelayanan (Sumber : Parasuraman, et.al, 1990) Gap 3: Kesenjangan antara spesifikasi f.Teknologi dan sistem yang ada kualitas pelayanan dengan proses tidak memfasilitasi kinerja sesuai pemberian/penyampaian pelayanan. dengan spesifikasi Gap ini menunjukkan perbedaan antara g. Kurang terlatihnya karyawan spesifikasi kualitas pelayanan dengan h. Beban kerja terlalu berlebihan penyampaian pelayanan yang diberikan i. Standar kinerja yang tidak dapat oleh karyawan (contact personnel). dipenuhi karyawan (terlalu tinggi Faktor-faktor yang dapat menyebabkan atau tidak realistis) gap ini antara lain: j. Karyawan dihadapkan pada a. Spesifikasi kualitas terlalu rumit standar-standar yang kadangkala atau terlalu kaku bertentangan satu sama lain. b. Para karyawan tidak menyepakati Gap 4 : Kesenjangan antara peyampaian spesifikasi tersebut dan karenanya pelayanan dengan komunikasi eksternal tidak memenuhinya kepada pelanggan. c. Spesifikasi tidak sejalan dengan Gap ini berarti bahwa janji-janji yang budaya korporat yang ada disampaikan melalui aktivitas d. Manajemen operasi jasa yang komunikasi pemasaran tidak konsisten buruk dengan jasa yang disampaikan kepada e. Kurang memadainya aktivitas para pelanggan. Hal ini dapat internal marketing disebabkan beberapa faktor : J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 93
  • 10. a. Perencanaan komunikasi dikendalikan oleh pemahaman yang kuat pemasaran tidak terintegrasi dengan terhadap kebutuhan pelanggan, pemakaian operasi jasa yang disiplin terhadap fakta, data, dan b. Kurangnya koordinasi antara analisis statistik dan perhatian yang cermat aktivitas pemasaran eksternal dan untuk mengelola, memperbaiki, dan operasi jasa menanamkan kembali proses bisnis [Pande, c. Organisasi gagal memenuhi 2000, hal. xi]. spesifikasi yang ditetapkannya Six Sigma yang berarti enam sigma, d. Kecenderungan untuk melakukan dimana sigma itu sendiri memiliki ’over promises, under-deliver’. pengertian distribusi penyebaran (variasi) Iklan dan slogan/janji perusahaan dari rata-rata (mean) suatu proses. Tentu sering mempengaruhi ekspektasi saja dalam hal ini Six Sigma mempunyai pelanggan. Jika penyedia jasa tujuan untuk selalu memperkecil variasi memberikan jasa yang berlebihan, sehingga akan diperoleh tingkat kualitas maka resikonya adalah harapan yang lebih baik yaitu mendekati ke arah pelanggan bisa membumbung sempurna (zero defect) atau untuk tinggi dan sulit dipenuhi. memperoleh semua output dalam Gap 5 : Kesenjangan antara persepsi spesifikasi pelanggan. Upaya mengurangi pelanggan dengan ekspektasi yang variasi secara terus-menerus merupakan hal dimilikinya. yang sangat penting mengingat pelanggan Jika persepsi dan ekspektasi pelanggan akan melihat/merasakan produk pada mengenai kualitas pelayanan terbukti tingkat variasi produk, bukan rata-rata sama bahkan persepsi lebih baik dari produk. ekspektasi, maka perusahaan akan Dari berbagai definisi di atas, dapat mendapat citra dan dampak positif. disimpulkan bahwa [Pande, 2003, hal.6- Namun, bila kualitas pelayanan yang 16]: diterima lebih rendah dari yang a. Six Sigma sebagai ukuran statistik diharapkan, maka kesenjangan ini akan terhadap kinerja sebuah proses atau menimbulkan permasalahan bagi produk, yaitu dengan menggunakan perusahaan. ukuran sigma yang bertujuan untuk Gap ini terjadi bila : memfokuskan ukuran-ukuran kepada a. Pelanggan mengukur para pelanggan sebuah bisnis; dan kinerja/prestasi perusahaan memberikan satu cara yang konsisten berdasarkan kriteria yang berbeda untuk mengukuran dan b. Pelanggan keliru membandingkan proses-proses yang menginterpretasikan kualitas jasa berbeda. Dengan menggunakan skala tersebut. sigma akan dapat menilai dan membandingkan kinerja dalam proses 2.3 Metoda Six Sigma kunci yang berbeda namun kritis bagi pelanggan. Six Sigma merupakan suatu metode b. Six Sigma sebagai tujuan yang atau teknik pengendalian dan peningkatan mencapai nyaris sempurna untuk kualitas dramatik yang merupakan perbaikan/peningkatan kinerja. Tujuan terobosan baru dalam bidang kualitas. Six Six Sigma adalah membantu orang dan Sigma merupakan Sistem manajemen mutu proses guna memiliki aspirasi yang yang selalu berorientasi pada customer tinggi untuk mengirimkan produk dan satisfaction dengan suatu pengukuran target layanan yang bebas cacat yaitu dengan Sigma Quality Level [Gaspersz, 2002, target kinerja 99,9997 persen dimana hal.1] pada tingkat kinerja Six Sigma cacat Six Sigma merupakan sebuah sistem dalam banyak proses dan produk yang komprehensif dan fleksibel untuk menjadi hampir tidak ada. mencapai, mempertahankan, dan c. Sistem manajemen untuk mencapai memaksimalkan sukses bisnis. Six Sigma kepemimpinan bisnis terdepan dan J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 94
  • 11. kinerja kelas dunia. Perbedaan tingkat yang lebih kuat. Disiplin Six Sigma signifikan antara Six Sigma dengan memulai dengan mengklarifikasikan program di masa lalu adalah tingkat ukuran-ukuran apa yang menjadi kunci dimana manajemen memainkan dalam pengukuran kinerja bisnis, dan peranan kunci dalam mengawasi hasil kemudian mendapatkan data dan serta pencapaian puncak program. menganalisis variabel-variabel kunci. Sekalipun demikian, sebagai sistem Kemudian masalah-masalah akan dapat manajemen, Six Sigma tidak dimiliki dengan lebih efektif ditentukan, dianalisis, oleh pemimpin senior (sekalipun peran dan dipecahkan secara permanen. mereka kritis) atau dikendalikan oleh Di tingkat paling bawah, Six Sigma manajemen madya (sekalipun akam membantu para manajer menjawab partisipasi mereka merupakan kunci). dua pertanyaan penting untuk mendukung Ide-ide, solusi, penemuan proses, dan solusi dan keputusan yang dikendalikan perbaikan-perbaikan yang muncul dari oleh data: Six Sigma, terjadi di tingkat bawah - Data dan informasi apa yang dalam organisasi (level karyawan). sungguh-sungguh diperlukan? Perusahaan-perusahaan Six Sigma - Bagaimana menggunakan berjuang untuk meletakkan tanggung data/informasi tersebut untuk jawab lebih kepada karyawan yang manfaat maksimum? terlibat secara langsung dengan para 3. Fokus pada proses, manajemen dan pelanggan. perbaikan Dalam Six Sigma, proses adalah tempat Tema Dan Manfaat Six Sigma dimana tindakan dimulai baik pada perancangan produk, jasa, pengukuran Dengan menyaring unsur-unsur kritis kinerja, perbaikan efisiensi, dan kepuasan dari Six Sigma, maka ada 6 tema yang pelanggan atau bahkan menjalankan bisnis dapat memberikan gambaran tentang Six Sigma memposisikan proses sebagai bagaimana membuat Six Sigma dapat kendaraan kunci dari sukses. Salah satu bekerja pada bisnis yaitu [Pande, 2002, terobosan Six Sigma adalah meyakinkan hal.16-19]: para pemimpin dan manajer terutama dalam 1. Fokus sungguh-sungguh kepada fungsi dan industri berbasis layanan bahwa pelanggan sebuah proses adalah bukan hanya sangat Sebagaimana yang telah disebutkan, perlu, tetapi sebedarnya merupakan sebuah perusahan-perusahaan yang meluncurkan cara untuk membangun keunggulan Six Sigma sering sekali terkejut saat kompetitif dan mengirimkan nilai kepada menemukan betapa sedikitnya mereka pelanggan. memahami pelanggan mereka. Dalam Six 4. Manajemen proaktif Sigma, pelanggan menjadi prioritas utama. Dalam penjelasan sederhana, proaktif Sebagai contoh ukuran-ukuran kinerja Six adalah bertindak sebelum ada peristiwa- Sigma dimulai dengan pelanggan. lawan dari reaktif. Tetapi dalam dunia Perbaikan Six Sigma ditentukan oleh nyata, menjadi proaktif berarti membuat pengaruhnya terhadap kepuasan dan nilai kebiasaan di luar praktik bisnis yang terlalu pelanggan. Pada tema ini, akan dapat sering diabaikan, yaitu menentukan tujuan menjelaskan mengapa dan bagaimana ambisius dan sering menilainya; bisnis anda dapat memenuhi persyaratan menentukan prioritas-prioritas yang jelas; pelanggan, mengukur kinerja terhadap memfokuskan pada pencegahan masalah persyaratan pelanggan, dan tetap berada di versus mengatasi masalah. Menjadi pengembangan-pengembangan baru dan sungguh-sungguh proaktif berarti mulai kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi. melangkah kreatifitas dan perubahan 2. Manajemen yang digerakkan oleh data efektif. Six Sigma, menekankan alat-alat dan fakta dan praktik-praktik yang menggantikan Six Sigma mengambil konsep kebiasan reaktif dengan gaya manajemen “manajemen berdasarkan fakta” pada proaktif yang dinamis dan responsif. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 95
  • 12. 5. Kolaborasi tanpa batas adalah tugas Black Belt dan tim untuk Six Sigma bekerja untuk menentukan dengan baik apa yang menyingkirkan penghalang dan diinginkan pelanggan. Pekerjaan ini memperbaiki team work pada lini atas, membuat suara pelanggan (voice to bawah, dan lintas lini organisasional. customer - VOC) menjadi hal yang Peluang yang tersedia melalui kolaborasi menantang [Pande, 2003, hal. 39-40]. yang telah meningkat di dalam perusahaan Dalam mendefinisikan kebutuhan spesifik dan para penjual sehingga dapat dari pelanggan adalah memahami dan memberikan nilai kepada pelanggan. Six membedakan di antara dua kategori Sigma memperluas peluang untuk persyaratan kritis, yaitu persyaratan output kolaborasi dalam mempelajari peran yang dan persyaratan pelayanan. Persyaratan sesuai dengan gambar besar dan dapat output berkaitan dengan karakteristik dan menyadari serta mengukur atau features dari produk akhir (barang kesalingtergantungan dari berbagai aktivitas dan/atau jasa) yang diserahkan kepada di semua bagian dari proses. pelanggan pada akhir dari suatu proses. 6. Dorongan untuk sempurna, toleransi terhadap kegagalan Measure (M) Dorongan untuk mencapai tingkat Langkah ini adalah langkah operasional sempurna tapi juga toleran terhadap kedua dalam program peningkatan kualitas kegagalan. Pada dasarnya, kedua ide Six Sigma. Ada 3 hal pokok yang dapat tersebut saling melengkapi. Tidak ada dilakukan pada tahap ini yaitu [Gaspersz, perusahaan yang memasuki Six Sigma 2002, hal. 72-198]: tanpa meluncurkan ide-ide dan pendekatan- a. Melakukan Pengujian Kuesioner pendekatan baru-yang selalu mencakup Pengujian kuesioner yang dilakukan beberapa resiko. Dengan Six Sigma mencakup, pengujian reliabilitas dan membuat tujuan perusahaan, akan terus- validasi. Pengujian reliabilitas bertujuan menerus didorong untuk lebih sempurna untuk mengetahui tingkat keandalan dari sebelumnya (karena definisi sempurna kuesioner, sedangkan pengujian validitas akan selalu berubah). bertujuan untuk mengetahui apakah suatu instrumen mampu mengukur apa yang Langkah-Langkah Six Sigma diinginkan. b. Menentukan karakteristik kualitas Define (D) kunci Langkah ini adalah langkah operasional Karakteristik kualitas (CTQ) kunci awal dalam program peningkatan kualitas ditetapkan seyogianya berhubungan Six Sigma. Pada tahap define ada 2 hal langsung dengan kebutuhan spesifik yang perlu dilakukan yaitu: pelanggan yang diturunkan secara langsung a. Mendefinisikan proses inti dari persyaratan-persyaratan output dan Proses inti adalah suatu rantai tugas- pelayanan [Gaspersz, Vincent, 2002, biasanya mencakup berbagai departemen hal.72]. atau fungsi yang mengirimkan nilai Apapun karakteristik kualitas yang (produk, jasa, dukungan, informasi) kepada dipilih dan ditetapkan, seyogianya setiap para pelanggan eksternal [Pande, 2002, karakteristik sesuai dengan definisi tujuan hal.168]. Dalam pemilihan tema Six Sigma awal program peningkatan kualitas terus- pertama-tama yang dilakukan adalah menerus yaitu untuk meningkatkan mempertimbangkan dan menjelaskan tujuan kepuasan pelanggan (efisiensi eksternal) dari suatu proses inti akan dievaluasi. dan dapat menurunkan cacat menuju zero b. Mendefinisikan kebutuhan spesifik defect (efisiensi internal) [Gaspersz, kebutuhan pelanggan Vincent, 2002, hal.96]. Langkah selanjutnya adalah c. Pengukuran baseline kinerja mengidentifikasi pemain paling penting di Peningkatan kualitas dengan Six Sigma dalam semua proses, yakni pelanggan. yang telah ditetapkan akan berfokus pada Pelanggan bisa internal ataupun eksternal upaya-upaya yang giat dalam peningkatan J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 96
  • 13. kualitas menuju kegagalan nol (zero defect) diserahkan pada pelanggan. sehingga memberikan kepuasan total Pengukuran dimaksudkan untuk kepada pelanggan. Maka sebelum mengetahui sejauh mana output akhir peningkatan kualitas dengan Six Sigma dari proses itu untuk memenuhi dimulai, kita harus mengetahui tingkat kebutuhan spesifik dari pelanggan, kinerja sekarang atau dalam terminologi sebelum produk itu diserahkan pada Six Sigma disebut sebagai baseline kinerja. pelanggan. Setelah mengetahui baseline kinerja maka  Pengukuran baseline kinerja pada kemajuan peningkatan-peningkatan yang tingkat outcome, dilakukan secara dicapai dapat diukur sepanjang masa langsung pada pelanggan-pelanggan berlaku Six Sigma [Gaspersz, 2002, yang menerima output (produk dan hal.112-169 ].: jasa) dari suatu proses.  Pengukuran baseline kinerja pada Ukuran baseline kinerja yang tingkat proses, biasanya dilakukan digunakan dalam Six Sigma adalah tingkat apabila itu terdiri dari beberapa sub DPMO (Defects Per Millions proses. Pengukuran kinerja pada tingkat Oppurtunities) dan pencapaian tingkat proses akan memberikan baganan sigma. secara jelas dan konfrehensif tentang Pengukuran baseline kinerja pada segala sesuatu yang terjadi dalam sub tingkat outcome menggunakan rumus proses itu. sebagai berikut :  Pengukuran baseline kinerja pada tingkat output, dilakukan secara langsung pada produk akhir yang akan DPMO = (1 – tingkat kepuasan) x 1.000.000 (1) Rating Kepuasan Tingkat kepuasan = 100% (2) T arg et Kepuasan Analyze dalam rangka perbaikan terhadap kualitas Analyze merupakan langkah pelayanan, salah satu cara untuk operasional ketiga dalam program menentukan faktor-faktor apa saja yang peningkatan kualitas. Pada tahap ini, 2 hal perlu diprioritaskan untuk dibenahi adalah yang perlu dilakukan yaitu [Gaspersz, 2002, dengan menggunakan Importance – hal. 201-280]: performance Matrix, seperti pada Gambar 3 a. Menentukan variabel kualitas yang berikut : menjadi prioritas perbaikan Sangat Penting I. Concentrate These II. Keep Up The Good Work SangatTidak Memuaskan Sangat Memuaskan III. Low Priority IV. Possible OverKill Sangat Tidak Penting Gambar 3. Diagram Importance-Performance Matrix J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 97
  • 14. Dari gambar terdapat empat kuadran sebab akibat yang disebut sebagai faktor yang masing-masing kuadran mempunyai serta akibat yang ditimbulkannya yang pengertian dan tindakan manajemen yang disebut sebagai karakteristik mutu. berbeda, yaitu : Kegunaan dari diagram sebab akibat ini 1. Kuadran I adalah untuk menemukan faktor-faktor Variabel-variabel yang termasuk ke yang merupakan sebab pada suatu masalah. dalam kuadran I mempunyai pengaruh Atau dengan kata lain, jika suatu proses yang tinggi terhadap kualitas stabil maka diagram akan memberikan pelayanan, sehingga perlu adanya petunjuk pada penyebab yang akan perbaikan dan peningkatan kualitas diperiksa untuk perbaikan proses. Prinsip pelayanan untuk setiap variabel dalam yang dipakai dalam membuat diagram Kuadran I tersebut. Hal ini disebabkan sebab akibat ini adalah sumbang saran variabel tersebut mempunyai tingkat (brainstorming). kepentingan yang tinggi, namun Terdapat tiga jenis aplikasi Cause-effect performansinya belum memuaskan. diagram yang sering dipakai yaitu: 2. Kuadran II Variabel-variabel dalam Kuadran II Improve (I) mempunyai tingkat kepentingan yang Setelah sumber-sumber dan akar tinggi dengan performansi yang juga penyebab masalah kualitas teridentifikasi, memuaskan. Oleh karena itu, yang maka perlu dilakukan penetapan rencana perlu dilakukan oleh pihak penyedia tindakan untuk melakukan peningkatan jasa adalah mempertahankan kualitas kualitas Six Sigma. Pada dasarnya rencana- pelayanan yang menyangkut variabel- rencana tindakan akan mendeskripsikan variabel dalam Kuadran II. tentang alokasi sumber-sumber daya serta 3. Kuadran III prioritas dan/atau alternatif yang dilakukan Variabel-variabel dalam Kuadran III dalam implementasi dari rencana tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang [Gasperz, 2002, hal.282]. rendah dengan performansi yang belum Control (C) memuaskan. Oleh karena itu, variabel- Control ( C ) merupakan tahap variabel dalam kuadran ini mempunyai operasional terakhir dalam proyek prioritas yang rendah untuk usaha- peningkatan kualitas Six Sigma. Pada usaha perbaikan dan peningkatan tahap ini hasil-hasil peningkatan kualitas di kualitas. dokumentasikan dan disebarluaskan, 4. Kuadran IV praktek-praktek terbaik yang sukses dalam Variabel-variabel dalam Kuadran IV meningkatkan proses distandarisasikan dan mempunyai tingkat kepentingan yang disebarluaskan, prosedur-prosedur rendah dengan performansi yang didokumentaikan dan dijadikan pedoman memuaskan. Oleh karena itu, usaha kerja standar, serta kepemilikan atau yang dapat dilakukan oleh pihak tanggung jawab ditransfer dari Tim Six penyedia jasa adalah pengurangan Sigma kepada pemilik atau penekanan usaha perbaikan dan penanggungjawab proses yang berarti peningkatan kualitas pelayanan . proyek Six Sigma berakhir pada tahap ini. b. Mengidentifikasi sumber dan akar [Gasperz, 2002, hal.293]. penyebab ketidakpuasan pelanggan Diagram Sebab Akibat atau Cause 2.4 Quality Function Deployment Effect diagram dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa, Ph.D pada tahun 1943 dan sering Quality Function Deployment (QFD) disebut Diagram Ishikawa. Karena adalah suatu metode terstruktur untuk penampakan dari diagram ini, maka sering merencanakan dan mengembangkan yang disebut juga Fishbone Diagram. Diagram memungkinkan tim pengembangan untuk ini pada dasarnya digunakan untuk mengklasifikasikaan keinginan dan mengidentifikasai masalah dan kebutuhan konsumen serta mengevaluasi menunjukkan kumpulan dari kelompok masing-masing kegunaan kemampuan J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 98
  • 15. produk atau jasa secara sistematis dalam dengan konsumen maupun dengan memenuhi kebutuhan konsumen [Cohen, menyebar kuesioner tentang kebutuhan 1995. Hal 11]. konsumen. QFD berusaha menerjemahkan apa 2. Planning Matrix yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa merupakan matriks perencanaan yang yang dihasilkan perusahaan. Hal ini digunakan untuk menerjemahkan dilaksanakan dengan melibatkan pelanggan kebutuhan konsumen ke dalam dalam proses pengembangan produk atau rencana-rencana untuk memenuhi jasa sedini mungkin. Dengan demikian kebutuhan tersebut. Planning matrix ini QFD memungkinkan suatu perusahaan dibuat setelah Customer needs komplit. untuk memprioritaskan kebutuhan Planning matrix terdiri dari : pelanggan, menemukan tanggapan inovatif a. Tingkat kepentingan konsumen. terhadap kebutuhan tersebut, dan b. Tingkat kepuasan konsumen atau memperbaiki proses hingga tercapai persepsi konsumen tentang efektifitas maksimum. Struktur QFD biasa kebutuhan konsumen. digambarkan dalam House Of Quality c. Persepsi konsumen mengenai (HOQ)[Tjiptono,1997. Hal 170]. produk atau jasa pesaing yang Langkah-langkah yang harus dilakukan berhubungan dengan kebutuhan untuk tiap-tiap bagian dari HOQ adalah konsumen (customer need). sebagai berikut [Cohen, 1995. Hal 69-73] : d. Target dari perusahaan untuk 1. Customer Needs masing-masing customer need. Merupakan data-data atau informasi e. Improvement ratio merupakan nilai yang biasanya diperoleh dari hasil perbandingan yang diperoleh penelitian pasar tentang kebutuhan dan dengan membagi goal dengan keinginan konsumen terhadap suatu tingkat kepuasan, yang dapat produk atau jasa. Customer needs ini dirumuskan sebaga berikut : dapat diperoleh dengan cara wawancara Goal Im provement Ratio  (3) Tingkat Kepuasan f. Potensi penjualan untuk masing- ratio. Semakin tinggi raw weight, masing customer need. maka semakin penting kebutuhan konsumen tersebut untuk g. Raw weight merupakan nilai dikembangkan atau diperbaiki. perkalian antara tingkat kepuasan Perhitungan raw weight dapat konsumen dengan improvement dirumuskan sebagai berikut : Raw weight Tingkat kepentingan x Im provement ratio atau (4) Goal Raw weight  Tingkat kepentingan x (5) Tingkat kepuasan h. Normalized raw weight diperoleh kebutuhan dengan nilai total raw dengan cara membagi nilai raw weight. Normalized raw weight weight untuk masing-masing dapat dirumuskan sebagai berikut : RawWeight Normalized RawWeight  (6)  RawWeight J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 99
  • 16. 3. Technical Response response, dan membandingkannya dengan Merupakan tanggapan dari pihak CV Titipan Kilat serta menganalisa korelasi perusahaan terhadap kebutuhan antar respon teknis apakah respon teknis pelanggan. Technical response kadang tersebut saling mendukung atau disebut sebagai corporate expectation. bertentangan. 4. Relationship Menunjukkan hubungan antara 3.1 Kesimpulan Implementasi kebutuhan konsumen dengan Servqual Six Sigma karakteristik teknis perusahaan. Dalam langkah ini menggunakan metode Kesimpulan implementasi metoda prioritas matriks. Semakin banyak Servqual dan Six Sigma pada PT Kereta suatu elemen persyaratan teknik Api Indonesia adalah sebagai berikut berhubungan dengan elemen (Haryo S, et al, 2005): persyaratan konsumen, berarti elemen persyaratan teknik tersebut sangat Stasiun Tawang berpengaruh dalam pemenuhan kebutuhan konsumen. 1. Nilai rata-rata persepsi pihak 5. Competitive Benchmarking manajemen dan karyawan PT. Kereta Merupakan perbandingan teknis antara Api (Persero) terhadap ekspektasi hasil produk dengan pesaingnya. pelanggan jasa angkutan KA Argo Benchmarking dilakukan untuk Muria yang tertinggi adalah dimensi mengungkapkan konsep produk yang Assurance (4.3700), disusul dengan sudah ada yang telah dipakai untuk dimensi Responsiveness (4.3333), memecahkan masalah yang berkaitan, dimensi Tangibles (4.2894), dimensi dan juga memberikan informasi Reliability (4.1897), dan dimensi mengenai kekuatan dan kelemahan Empathy (4.1517). Dengan demikian, dalam persaingan. secara umum pihak manjemen dan 6. Technical Target karyawan PT. Kereta Api (Persero) Merupakan target yang telah ditetapkan mempersepsikan bahwa setiap dimensi untuk setiap persyaratan teknik. kualitas pelayanan adalah penting bagi 7. Technical Correlation Matrix pelanggan. Merupakan matriks hubungan antara 2. Nilai rata-rata ekspektasi pelanggan kebutuhan pelanggan dengan technical terhadap kualitas pelayanan jasa response. Matriks ini digunakan untuk angkutan KA Argo Muria yang dokumen dalam subtitute quality tertinggi adalah dimensi Reliability (4. caracteristic (SQC). 3888), disusul dengan dimensi dimensi Assurance (4.2369), dimensi Tangibles III. IMPLEMENTASI PENELITIAN (4.1672), dimensi Responsiveness (4.1353), dan dimensi Empathy Studi implementasi Servqual-QFD (4.0630). Dengan demikian, secara dilakukan pada perusahaan jasa PT Kereta umum sesuai dengan ekspektasi Api Indonesia dengan studi kasus pelanggan KA Argo Muria kelima pelayanan KA Argo Muria, sedangkan dimensi kualitas pelayanan adalah Servqual-Six Sigma pada PT Pos Indonesia penting bagi pelanggan. dengan studi kasus jasa layanan paket pos. 3. Nilai rata-rata persepsi pelanggan jasa Analisa kualitas pelayanan dengan angkutan KA Argo Muria PT. Kereta metode QFD dilakukan dengan cara Api (Persero) terhadap kualitas mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang pelayanan jasa angkutan KA Argo diperoleh dari importance-performance Muria yang tertinggi adalah pada matrix, mengidentifikasi respon teknis, dimensi Responsiveness (3.4279), menghubungkan antara variabel-variabel dilanjutkan dimensi Assurance kebutuhan pelanggan (customer (3.3845), dimensi Reliability (3.3312), needs/voice to customer) dengan technical Empathy (3.2828), dan dimensi J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 100
  • 17. Tangibles (3.1966). Dengan demikian, 8. Kesenjangan pada gap 5 yang bernilai secara umum pelanggan KA Argo negatif yang ditunjukkan oleh total Muria menilai pelayanan yang nilai rata-rata SERVQUAL terbobot diberikan oleh PT. Kereta Api (Persero) menunjukkan bahwa secara umum adalah cukup baik untuk kelima kualitas pelayanan jasa angkutan KA dimensi kualitas. Argo Muria belum memuaskan 4. Pada gap 1, terjadi kesenjangan antara pelanggan. persepsi pihak manajemen dan 9. Prioritas perbaikan setiap dimensi karyawan PT. Kereta Api (Persero) kualitas untuk gap 5 ditentukan mengenai kespektasi pelanggan dengan berdasarkan analisis Importance ekspektasi pelanggan KA Argo Muria Performance Matrix dan nilai sigmal. yang sebenarnya. Kesenjangan ini Variabel yang menjadi prioritas ditunjukkan dengan nilai rata-rata perbaikan adalah variabel yang berada SERVQUAL terbobot pada gap 1 pada Kuadran I dan yang memiliki nilai masing-masing dimensi yaitu, dimensi sigma terendah, yakni mengenai Empathy (0.0173), dimensi Assurance kebersihan, kelengkapan dan kesiapan (0.0265), dimensi Reliability (-0.0415), pakai fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun dimensi Responsiveness (0.0390) dan (variabel 34), dimana dari persentase dimensi Tangibles (0.0241). kenaikan nilai sigma maka target 6 5. Kesenjangan pada gap 1 yang bernilai sigma akan dicapai pada triwulan ke- negatif menunjukkan bahwa pihak 22. manajemen dan karyawan PT. Kereta Api (Persero) yang terlibat dalam Stasiun Gambir proses pemberian pelayanan kepada pelanggan relatif belum peka terhadap 1. Nilai rata-rata persepsi pihak keinginan pelanggan yang sebenarnya. manajemen dan karyawan PT. Kereta 6. Prioritas perbaikan setiap dimensi Api (Persero) terhadap ekspektasi kualitas untuk gap 1 ditentukan pelanggan jasa angkutan KA Argo berdasarkan analisis Importance Muria yang tertinggi adalah dimensi Performance Matrix dan nilai sigma. Assurance (4.4375), disusul dengan Variabel yang menjadi prioritas dimensi Responsiveness (4.3984), perbaikan adalah variabel yang berada Reliability (4.2500), dimensi Empathy pada Kuadran I dan yang memiliki nilai (4.2396), dan dimensi Tangibles sigma terendah, yakni mengenai (4.2232). Dengan demikian, secara ketepatan jadwal kedatangan KA umum pihak manjemen dan karyawan (Variabel 39), dimana dari persentase PT. Kereta Api (Persero) kenaikan nilai sigma maka target 6 mempersepsikan bahwa setiap dimensi sigma akan dicapai pada triwulan ke- kualitas pelayanan adalah penting bagi 35. pelanggan. 7. Pada gap 5, terdapat kesenjangan antara 2. Nilai rata-rata ekspektasi pelanggan persepsi dan ekspektasi pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa terhadap kualitas pelayanan jasa angkutan KA Argo Muria yang angkutan KA Argo Muria. tertinggi adalah dimensi Reliability Kesenjangan ditunjukkan dengan nilai (4.3888), disusul dengan dimensi rata-rata SERVQUAL terbobot pada dimensi Assurance (4.2429), dimensi gap 5 untuk masing-masing dimensi Tangibles (4.1708), dimensi yaitu, dimensi Empathy (-0.1520), Responsiveness (4.1463), dan dimensi dimensi Assurance Empathy (4.0716). Dengan demikian, (-0.1730), dimensi Reliability (- secara umum sesuai dengan ekspektasi 0.2206), dimensi Responsiveness (- pelanggan KA Argo Muria kelima 0.1393) dan dimensi Tangibles (- dimensi kualitas pelayanan adalah 0.1916). penting bagi pelanggan. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 101
  • 18. 3. Nilai rata-rata persepsi pelanggan jasa gap 5 untuk masing-masing dimensi angkutan KA Argo Muria PT. Kereta yaitu, dimensi Empathy (-0.1534), Api (Persero) terhadap kualitas dimensi Assurance pelayanan jasa angkutan KA Argo (-0.1803), dimensi Reliability (- Muria yang tertinggi adalah pada 0.2208), dimensi Responsiveness (- dimensi Responsiveness (3.4301), 0.1410) dan dimensi Tangibles (- dilanjutkan dimensi Assurance 0.1824). (3.3629), dimensi Reliability (3.3300), 8. Kesenjangan pada gap 5 yang bernilai Empathy (3.2841), dan dimensi negatif yang ditunjukkan oleh total Tangibles (3.2468). Dengan demikian, nilai rata-rata SERVQUAL terbobot secara umum pelanggan KA Argo menunjukkan bahwa secara umum Muria menilai pelayanan yang kualitas pelayanan jasa angkutan KA diberikan oleh PT. Kereta Api (Persero) Argo Muria belum memuaskan adalah cukup baik untuk kelima pelanggan. dimensi kualitas. 9. Prioritas perbaikan setiap dimensi 4. Pada gap 1, terjadi kesenjangan antara kualitas untuk gap 5 ditentukan persepsi pihak manajemen dan berdasarkan analisis Importance karyawan PT. Kereta Api (Persero) Performance Matrix dan nilai sigmal. mengenai ekspektasi pelanggan dengan Variabel yang menjadi prioritas ekspektasi pelanggan KA Argo Muria perbaikan adalah variabel yang berada yang sebenarnya. Kesenjangan ini pada Kuadran I dan yang memiliki nilai ditunjukkan dengan nilai rata-rata sigma terendah, yakni mengenai SERVQUAL terbobot pada gap 1 kemudahan memperoleh informasi masing-masing dimensi yaitu, dimensi tentang pelayanan KA melalui media Empathy (0.0327), dimensi Assurance cetak dan elektronik (Variabel 30), (0.0360), dimensi Reliability (-0.0290), dimana dari persentase kenaikan nilai dimensi Responsiveness (0.0496) dan sigma maka target 6 sigma dicapai dimensi Tangibles (0.0103). pada triwulan ke-14. 5. Kesenjangan pada gap 1 yang bernilai negatif menunjukkan bahwa pihak 3.2 Kesimpulan Inplementasi manajemen dan karyawan PT. Kereta Servqual-DFD Api (Persero) yang terlibat dalam proses pemberian pelayanan kepada Kesimpulan implementasi metoda pelanggan relatif belum peka terhadap Servqual – QFD pada PT POS keinginan pelanggan yang sebenarnya. INDONESIA (Haryo S, et al, 2005) 6. Prioritas perbaikan setiap dimensi Dari hasil penelitian yang dilakukan di kualitas untuk gap 1 ditentukan kantor pos kelas II semarang dapat berdasarkan analisis Importance diperoleh kesimpulan sebagai berikut : Performance Matrix. dan nilai sigma. 1. Kualitas pelayanan jasa paket PT. Pos Variabel yang menjadi prioritas Indonesia (Persero) jika dilihat dari perbaikan adalah variabel yang berada adanya kesenjangan yang terjadi antara pada Kuadran I dan yang memiliki nilai persepsi karyawan dan pihak sigma terendah, yakni mengenai manajemen dengan harapan pelanggan ketepatan jadwal kedatangan KA (GAP 1) dan kesenjangan antara (Variabel 39), dimana dari persentase persepsi dan harapan pelanggan (GAP kenaikan nilai sigma maka target 6 5) dinilai masih kurang baik, karena sigma dicapai pada triwulan ke-35. masih terdapat adanya gap yang 7. Pada gap 5, terdapat kesenjangan antara bernilai negatif. persepsi dan ekspektasi pelanggan 2. Analisis perbaikan yang dilakukan terhadap kualitas pelayanan jasa dengan menggunakan Importance- angkutan KA Argo Muria. Performance Matrix memperlihatkan Kesenjangan ditunjukkan dengan nilai bahwa variabel-variabel yang berada rata-rata SERVQUAL terbobot pada pada kuadran I merupakan variabel J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 102
  • 19. yang harus diperhatikan untuk h) Perhatian karyawan terhadap diperbaiki. Variabel yang terdapat pada kebutuhan pelanggan. kuadran I untuk GAP 1 adalah 5. Prioritas respon teknis yang diperoleh kemampuan dan keterampilan yang dari analisa QFD adalah sebagai berikut dimiliki petugas loket pengiriman a. Memberikan pelatihan SDM untuk dalam menjalankan tugas-tugasnya (var karyawan loket pengiriman dan 3), pemberitahuan waktu sampainya customer service. paket di tujuan oleh petugas loket b. Mengembangkan dan pengiriman (var 6), perhatian karyawan menyempurnakan SOP untuk terhadap kebutuhan pelanggan (var 25), layanan jasa paket dan customer dan adanya pelayanan informasi dan service. pengaduan (var 26). Untuk GAP 5 c. Menyediakan situs internet yang variabel yang berada di kuadran I memuat informasi mengenai adalah kemudahan menghubungi atau layanan PT. Pos Indonesia menemui petugas customer service (var (Persero). 15), pertanyaan atau keluhan dijawab d. Menyediakan 24 hours customer petugas customer service dengan service. memuasakan (var 19), penyelesaian e. Mengembangkan sistem informasi masalah pengaduan sesuai dengan untuk layanan jasa paket dan waktu yang telah dijanjikan (var 20), customer service. dan Perusahaan memiliki peralatan dan f. Menyediakan sistem pencarian teknologi yang canggih (var 34). (tracking) melalui situs internet. 3. Dari hasil benchmarking dapat g. Menyediakan pusat pelayanan diketahui bahwa nilai persepsi informasi yang berada di kantor pos pelanggan terhadap pelayanan jasa besar. paket PT. Pos Indonesia (Persero) h. Memberikan informasi lamanya masih berada dibawah CV. Titipan waktu pengiriman paket pada papan Kilat, karena CV. Titipan Kilat telah informasi. memiliki situs internet dan memiliki i. Menyediakan kotak saran sistem pencarian (tracking). konsumen. 4. Berdasarkan analisa QFD diperoleh j. Melakukan survey kepuasan bahwa prioritas kebutuhan pelanggan pelanggan. yang perlu diperbaiki adalah sebagai k. Melakukan penataan kembali berikut : tempat pelayanan untuk layanan a) Pertanyaan atau keluhan dijawab jasa paket. petugas customer service dengan memuaskan. b) Penyelesaian masalah pengaduan IV. REKOMENDASI sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Implementasi metoda Servqual-QFD c) Perusahaan memiliki peralatan dan maupun Servqual-Six Sigma dapat teknologi yang canggih. membantu upaya meningkatkan kualitas d) Kemudahan menghubungi atau layanan pada industri jasa pada umumnya, menemui petugas customer service. dengan memperhatikan faktor-faktor yang e) Pemberitahuan waktu sampainya mempengaruhinya baik eksternal maupun paket di tujuan oleh petugas loket internal. pengiriman. f) Kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas loket pengiriman dalam menjalankan tugas-tugasnya. g) Adanya pelayanan dan informasi pengaduan. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 103
  • 20. 4.1 Rekomendasi Perbaikan Kualitas b) Membersihkan lantai dan alat-alat Layanan Kantor Pos Kelas II sanitasi lainnya setelah selesai Semarang digunakan. 3. Kemudahan memperoleh informasi 1. Pihak PT. Pos Indonesia (Persero) mengenai pelayanan KA melalui media dapat melakukan perbaikan kualitas cetak dan elektronik (internet, TV, pelayanan berdasarkan prioritas respon radio). teknis. Beberapa upaya yang dapat dilakukan 2. Rekomendasi untuk penelitian untuk mencegah terjadinya selanjutnya adalah : ketidakpuasan pelanggan terhadap a) Penilaian kualitas jasa yang kemudahan memperoleh informasi dilakukan tidak hanya berdasarkan mengenai pelayanan KA melalui media GAP 1 dan GAP 5 tetapi juga GAP cetak dan elektronik (internet, TV, 2, GAP 3 dan GAP 4. radio)adalah : b) Melakukan penelitian berdasarkan a) Pembuatan iklan di surat kabar dan karakteristik responden, seperti televisi tentang pelayanan dan halnya keperluan dalam fasilitas-fasilitas berbagai jenis menggunakan jasa paket yang kereta api yang ada. terdiri dari keperluan untuk pribadi b) Informasi pada situs PT. Kereta dan untuk perusahaan. Api (Persero) dibuat lebih lengkap c) Melakukan penilaian kualitas jasa dan lebih menarik. untuk pelayanan jasa PT. Pos Indonesia (Persero) yang lainnya. 4.3 Rekomendasi Penelitian Lanjutan 4.2 Rekomendasi perbaikan kualitas Untuk pengembangan penelitian layanan KA Argo Muria lanjutan, maka disampaikan rekomendasi sebagai berikut : 1. Ketepatan jadwal kedatangan KA sesuai dengan yang dijanjikan kepada 1. Penelitian pelayanan jasa pada PT. pelanggan (Variabel 39) Kereta Api (Persero): Beberapa upaya yang dapat dilakukan a) Dalam mengukur kepuasan untuk mencegah terjadinya pelanggan, sebaiknya juga diukur keterlambatan kedatangan adalah : tingkat kepuasan karyawan pada a) Keberangkatan kereta api sesuai PT. Kereta Api (Persero) karena dengan waktu yang telah kepuasan karyawan dapat dijadwalkan. meningkatkan kualitas kerja b) Pemeriksaan rangkaian kereta dan mereka yang pada akhirnya akan peralatan teknis lainnya beberapa berdampak pada peningkatan jam sebelum keberangkatan kereta kepuasan pelanggan. api. b) Untuk meningkatkan kualitas jasa 2. Kebersihan, kelengkapan dan kesiapan secara keseluruhan, perlu pakai fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun dilakukan pengukuran kualitas jasa Tawang (Variabel 31). berdasarkan gap-gap lainnya, yaitu Beberapa upaya yang dapat dilakukan gap 2, gap 3 dan gap 4 seperti untuk mencegah terjadinya yang terdapat pada model kualitas ketidakpuasan pelanggan terhadap pelayanan Parasuraman et.al fasilitas sanitasi (toilet) di stasiun (1990). Dengan demikian, dapat Tawang adalah : diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai kesenjangan- a) Pengisian bak dengan air bersih kesenjangan yang terjadi dalam J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 104
  • 21. pelayanan jasa angkutan KA Argo MBNQA, dan HACCP, PT Gramedia Muria. Pustaka Utama, Jakarta. c) Untuk mengetahui perbedaan 4. Irmansyah, Muhammand. (2005), karakteristik kepentingan Analisis Kualitas Pelayanan Jasa pelanggan antara keberangkatan Perpustakaan Perguruan Tinggi, hari kerja dan keberangkatan akhir Proceeding Seminar Nasional pekan/hari libur, maka perlu Manajemen Teknologi I. dibandingkan karakteristik 5. Hadi, Sutrisno. (2001), Statistik Jilid 2, kepentingan pelanggan untuk Andi Yogyakarta. kedua hari keberangkatan tersebut. 6. Haryo S, Naniek, Imelda CP.(2005), d) Untuk mengukur gap 1 yaitu Upaya peningkatan kualitas dengan kesenjangan antara persepsi pihak pengintegrasian metoda Six sigma dan manajemen dan karyawan PT. Servqual, Studi kasus pada Jasa Kereta Api (Persero) terhadap pelayanan KA Argo Muria, ekspektasi pelanggan dengan (unpublished) ekspektasi pelanggan yang 7. Haryo S, Naniek, Desi A., sebenarnya, dapat dilakukan (2005),Upaya peningkatan kualitas dengan mengambil jenis pekerjaan jasa pelayanan dengan metoda karyawan yang lain (petugas Servqual dan QFD, Studi kasus pada informasi, greeters, kuli angkut, Jasa Paket pada PT Pos Indonesia dll) serta dengan jumlah responden (unpublished) yang lebih banyak. 8. Kotler, Philip. (1997), Manajemen Pemasaran, PT. Prenhallindo, Jakarta. 2. Penelitian pelayanan jasa pada PT. 9. Mansur, Agus dan Intan Wahyu WD., Pos Indonesia selanjutnya adalah : (2003). Analisis Kualitas Pelayanan a) Penilaian kualitas jasa yang dengan Menggunakan Metode dilakukan tidak hanya berdasarkan SERVQUAL sebagai Dasar GAP 1 dan GAP 5 tetapi juga GAP Peningkatan Kepuasan Pelanggan, 2, GAP 3 dan GAP 4. Prosiding Seminar Nasional b) Melakukan penelitian berdasarkan Manajemen Teknologi I. karakteristik responden, seperti 10. Mitra, Amitava. (1993), Fundamental halnya keperluan dalam of Quality Control and Improvement, menggunakan jasa paket yang Mcmiliian Publising Company, New terdiri dari keperluan untuk pribadi York. dan untuk perusahaan. 11. PT. Kereta Api (Persero). (1999), c) Melakukan penilaian kualitas jasa Standart Operasi Pelayanan di Stasiun, untuk pelayanan jasa PT. Pos PT. Kereta Api (Persero). Indonesia (Persero) yang lainnya. 12. Pande, Peter , et,al. (2002), The Six Sigma Way, Andi Yogyakarta. 13. Putro, Sarjono Utomo dan Arief R., DAFTAR PUSTAKA (2003), Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Kepariwisataan 1. Andini, Seno A., (2003). Analisis (Studi Kasus : Obyek Wisata Kualitas Layanan Bandar Udara Pangandaaraan), Jurnal Manajemen Juanda dengan Menggunakan Metode Teknologi ITB, Vol. 3, Bandung. QFD, Prosiding Seminar Nasional 14. Santoso, Singgih, (2004). SPSS Statistik Manajemen Teknologi I. Multivariat, PT. Elex Media 2. Cohen, Lou, (1995). Quality Function Komputindo, Jakarta. Deployment : How to Make QFD Work 15. Sarjono, Utomo, dan, Rahmana, Arief. for You, Addison Wesley (2003), Peningkatan Kualitas 3. Gaspersz, Vincent. (2002), Pedoman Pelayanan Publik Kepariwisataan, Implementasi Program Six Sigma Jurnal Manajemen Teknologi ITB. Terintegrasi dengan ISO 90001:2000, J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 105
  • 22. 16. Simamora, Bilson. (2004), Panduan Riset Perilaku Konsumen, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 17. Sugiyono, DR. (2004), Statistika untuk Penelitian, CV Alfabeta, Bandung. 18. Supranto, J., (1997), Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar, PT. Rineka Cipta, Jakarta. 19. Sutarso, Yudi, (2003). Kepuasan Pelanggan pada Perguruan Tinggi : Mengukur Kinerja Kualitas dari Perspektif Pelanggan, Proceeding Seminar Teknik Industri dan Manajemen Industri III. 20. Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana, (2003), Total Quality Manajemen, Andi, Yogyakarta. 21. Tjiptono, Fandy, (2004), Manajemen Jasa, Andi, Yogyakarta. 22. Tjiptono, Fandy, dan, Candra, Gregorius, (2005), Service Quality Satisfaction, Andi Yogyakarta, Yogyakarta. 23. Windhyastiti, Irany, dan, Khouroh, Umu. (2003), Kualitas Pelayanan Jasa Pendidikan di fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang, Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Volume XV Nomor 2. 24. Yamit, Zulian, (2004), Manajemen Kualitas Produk dan Jasa, PT. Ekonomia, Yogyakarta. J@TI Undip, Vol.1, No.1, Januari 2006 106