SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 32
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk
memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik.
Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau
tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu
menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam
mencapai hasil belajar. Hal itu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses
belajar itu sendiri. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai
kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan,
akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi
perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu
memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk
memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada
pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang
dihadapinya cukup berat.
Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu
memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama yaitu :
 fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang
pengetahuan dan keterampilan.
 fungsi administrasi,
 fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk
memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik,
sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan
lingkungannya.
Selain sekolah ada lagi yang memang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan
pendidikan, yaitu proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan juga evaluasi. Dimana
kompunen-kompunen pendidikan di atas sanga berkaitan erat. Untuk mencapai tujuan kita
harus menyiapkan proses pembelajaran itu supaya bisa berjalan sesuai rencana, dan agar kita
bisa ngetahui apakan tujuan pendidikan sudah tercapai maka evaluasi sangat diperlukan.
2
Berlatar belakang dari keterangan di atas, maka sangat perlu bagi kita untuk
memahami lebih dalam mengenai proses pembelajaran, dan evaluasi. Adapun mengenai
fenomena pendidikan tentang kesulitan para peserta didik, maka evaluasi diagnostik dianggap
perlu dan memiliki fungsi atau peranan yang sangat penting untuk mengatasi kesulitan belajar
siswa terutama untuk mngetahui tingkat kemampuan belajar siswa secara individual. Setelah
mendiagnosa baru lah kita mengetahui apa penyebab peserta didik mendapatkan hasil belajar
yang tidak sesuai harapan. Guru juga bisa memutuskan apa solusi yang tepat apakah perlu
pembelajaran remedial, metode apa yang akan dipakai, materi apa yang sangat sulit bagi dia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis merumuskan
masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan proses pembelajaran?
2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi diagnosa?
4. Apakan perlu remedial dalam suatu pembelajara?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Pembelajaran
1. Definisi Proses Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses bermakna sebagai beriku: (1)
runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: -kemajuan sosial berjalan
terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; (2) rangkaian tindakan,pembuatan, atau pengolahan
yang menghasilkan produk; (3) perkara di pengadilan; sedang di pengadilan; verbal berita
acara (laporan mengenai suatu perkara, yaitu waktu terjadinya, keterangan, dan petunjuk
lain); verbal beberapa demonstran yang kini ditahan sedang dibuat; - adiabatik proses
yang terjadi pada suatu sistem apabila selama berlangsungnya proses tidak ada panas
(kalori) yang masuk atau keluar;-belajar tingkat dan fase-fase yang dilalui anak atau
sasaran didik dalam mempelajari sesuatu; sosial proses pengaruh timbal balik antara
pelbagai bidang kehidupan; sosialisasi proses yang membawa anak pada perkenalan dan
pergaulan dengan anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses; pengawasan
dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala angka atau data.( Anton M.
Moeliono, dkk.1997 hlm.703).
Setelah mengetahui makna dari kata proses. Kemudian memahami makna dari
kata Pembelajaran. Kata dasar pembelajaran adalah kata belajar, oleh karena itu
pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Sedangkan makna
kata dari kata pembelajaran adalah suatu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau
makluk hidup belajar.1
Menurut Slamet (dalam Hadis, 2006 hlm.60) mengungkapkan bahwa belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri
daninteraksinya dengan lingkungan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan
olehSoemanto (2006: hlm. 104) bahwa, “Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu
hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan
berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.”
1
Artikata.com, diakses 1 Oktober 2013.
4
Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya.1997 hlm.33, proses belajar mengajar
adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi.Lingkungan ini diatur serta
diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan.Pengawasan turut
menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar.Lingkungan belajar yang baik
adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu
faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu kelas adalah job descreption proses
belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh
kelompok-kelompok siswa.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang
dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar.
Perlunya merumuskan kurikulum berbasis proses pembelajaran yang
mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan
mencoba [observation based learning] untuk meningkatkan kreativitas peserta didik,
Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui
collaborative learning. (Materi Kemendikbud, Sosialisasi Kurikulum 2013). Ini lah yang di
harapkan dari penerapan Kurikulum 2013, karena di atas dijelaskan bahwa proses
pembelajaran pada intinya ingin mengubah prilaku anak didik menjadi lebih baik melalui
proses belajar.
2. Proses Pembelajaran yang Baik
Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak
harus terdapat 4 tahapan, yaitu :
a. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium,
perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah
informasi.
b. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial,
adalah bagian dari tahap internalisasi.
c. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian
dari proses balikan.
5
d. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk
assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara
review ataupun dengan survey terbatas.
3. Analisis Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Belajar
didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan
pengalaman dan mengajar didefinisikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk
melakukan proses belajar yang efektif. Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah
mengantarkan peserta didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang
dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi siswa adalah
mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh hasil
belajar (nilai) yang memuaskan.
Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep teknologi pendidikan
dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan pengajaran (teaching).Pembelajaran
disebut juga kegiatan instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan
dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi
tertentu.Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman
belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal).
Lebih lanjut Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg, pembelajaran
adalah rangkaian peristiwa kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah.
Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997:194) menyatakan bahwa masalah pokok yang
dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan
kelas.Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yangkompleks, dan guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa
sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan
mereka dapat belajar. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan
memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan
dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan kegiatan untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar
mengajar. Menurut Popham dan Baker (1992;101) seseorang tidak dapat menghindari
6
timbulnya kesulitan kesulitan di dalam kelas tetapi seseorang dapat menguranginya, dan
bila terjadi dapat menanganinya secara efisien.
Setiap guru masuk di dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua
masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran
adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara
langsung, misalnya membuat satuan pengajaran , penyajian informasi , mengajukan
pertanyaan, evaluasi dan lain-lain. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk
menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikan rupa sehingga proses belajar
mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain,
1997;196). Dengan demikian proses pembelajaran di dalam kelas terkait dengan masalah
pengajaran dan masalah pengelolaan kelas.
IGAK Wardani (2001:16) menyatakan mengajar adalah perbuatan yang kompleks
yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponenkemampuan.Komponen
kemampuan tersebut berupa pengetahuan,keterampilan,sikap dan nilai.Mengajar
dikatakan berhasil jika anak – anak belajar sebagai akibat usaha itu (S. Nasution, 1995:5).
Oleh karena itu dalam proses pembelajaran yangmeliputi proses pengajaran dan
pengelolaan kelas tujuan utamanya adalahbagaimana mengupayakan agar peserta didik
belajar.
Agar proses pengajaran berlangsung baik maka guru harus menguasaiketerampilan
dasar mengajar. Berdasar hasil penelitian Turney (1973) terdapat 8keterampilan dasar
mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilankegiatan belajar mengajar.
Kedelapan keterampilan tersebut adalah :
a. Keterampilan bertanya
b. Keterampilan memberi penguatan
c. Keterampilan mengadakan variasi
d. Keterampilan menjelaskan
e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran
f. Ketarmpilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Keterampilan mengelola kelas
h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual
(IGAK Wardani, 2001:17)
7
Di samping menguasai keterampilan dasar mengajar guru juga dituntut
untukmampu mengelola kelas secara efektif. Suroso (2002:93) menyatakan konsep
dasaryang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah:
a. Manajemen bagaimana guru merencanakan, mengorganisasikandan mengontrol.
b. Menegakkan disiplin kelas, termasuk memberi hukuman danperingatan.
c. Menciptakan iklim kelas yang rileks, menyenangkan fleksibel, demokratik, sportif
namun juga represif, dan lain-lain.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru berperan sebagai pemimpin/fasilitator
dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Dalam proses belajar mengajar terdapat
beberapa aspek yang saling berkaitan. Oemar Hamalik (2002:63) menyatakan paling tidak
ada tujuh aspek yang memiliki fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar ,tetapi
merupakan satu kesatuan bulat yaitu:
a. Aspek Tujuan instruksional (Standar kompetensi)
b. Aspek materi pelajaran
c. Aspek metode dan strategi pembelajaran
d. Aspek media instruksional
e. Aspek penilaian
f. Aspek penunjang fasilitas, waktu,tempat dan pelengkapan
g. Aspek ketenagaan meliputi aspek siswa dan guru.
Semua aspek tersebut satu sama lainnya saling terkait dan mempengaruhi
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran
dituntut untuk mampu mengelola keseluruhan aspek tersebut sehingga tujuan
pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam mengelola
aspek-aspek belajar mengajar dapat ditinjau dari kemampuan guru merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran.
4. Proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013
Berbicara mengenai proses pembelajaran pada Kurikulum 2013, hal ini terkait
dengan standar proses yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam Lampiran
Permendikbud No.65/2013 menyebutkan bahwa Standar ini harus sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakuppengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasuntuk setiap satuan pendidikan.
8
Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan
(prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“menerima
menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuandiperoleh
melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi,
mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba,
menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan
perolehanturut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut:
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan
dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan
kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Proses pembelajaran Kurikulum2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan
pembelajaran ekstra-kurikuler.
a. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut:
1) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan
dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah,
dan masyarakat.
2) Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS,
SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang
dikembangkan guru.
3) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk
menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan
(excepted).
9
b. Pembelajaran ekstra-kurikuler
Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas
yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin
setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka
adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib.
Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam
kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk:
1) Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa,
2) Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan,
hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup.
Kegiatan ekstra-kurikuler yang bisa dilakukan di lingkungan:
1) Sekolah
2) Masyarakat
3) Alam
Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur
pendukung kegiatan intra-kurikuler.
Contoh proses pembelajaran yang akan penulis uraikan disini adalah contoh
Pembelajaran Berbasi Masalah yang dilaksanakan di MI. untuk melakukan pembelajaran
ini dapat dilakukan dalam 5 fase, yaitu :
1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah
Pada tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci
apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. Serta dijelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk
memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang
akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai
berikut:
 Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi
baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah
penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
10
 Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak
“benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak
penyelesaian dan seringkali bertentangan.
 Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk
mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk
bekerja mandiri atau dengan temannya.
 Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk
menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang
akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi
peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide
mereka.
2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah,
pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan
suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab
itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-
kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan
memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik
dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok
harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya
tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja
masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran.
Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk
kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik
yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada
tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah
kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan
penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
11
3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan
memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu
melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen,
berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan
eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi
untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada
peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan
untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai
menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama
pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua
ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan
pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan
solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.
4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape
(menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan
secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian
multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta
didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan
sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan
peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat
menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
12
5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk
membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan
keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru
meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah
dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.2
B. Evaluasi Pembelajaran
1. Definisi Evaluasi Pembelajaran
Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses
penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa
diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan
dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pembelajaran.
Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas
dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari
rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedikit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada
di dalam suatu evaluasi.
Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses
yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau
sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses
belajar mengajar berlangsung.
Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki
tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan. Untuk menilai keputusan-keputusan,
hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi
proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang
sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan
Dari poin-poin penting di atas, definisi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses
atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian,
penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru
dalam melaksanakan pembelajaran.
2
Materi Sosialisasi Kurikulum 2013, dari Kemendikbud.
13
Terdapat beberapa istilah yang sering disalah artikan dalam kegiatan evaluasi,
yaitu evaluasi (evaluation), Penilaian (assessment), pengukuran (measurement), tes (test).
Istilah-istilah di atas mempunyai definisi dan fungsi yang berbeda, tetapi sangat
berhubungan erat dalam kegiatan evaluasi. Untuk mempermudah membedakannya dan
memahami pengertian istilah-istilah tersebut, silakan perhatikan pengertian istilah-istilah
di bawah ini :
a. Evaluasi(evaluation): suatu proses atau kegiatan yang sistematis yang
berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan
pertimbangan dan kriteria tertentu.
b. Penilaian (assessment) : proses pengumpulan atau pengolahan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) hasil belajar peserta didik.
c. Pengukuran (measurement) : suatu proses atau kegiatan untuk menentukan
kuantitas dari sesuatu.
d. Tes (test) : suatu alat (soal atau tugas) untuk mengukur aspek prilaku terlentu.
Definisi-definisi di atas sangatlah jelas mempunyai perbedaan. Untuk lebih
mudahnya lagi marilah kita perhatikan gambar di bawah ini:
Gambar 1
Gambar 2.
14
2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indicator efektivitas dapat dilihat dari
perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.Perubahan tingkah laku itu
dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi,
tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk
:
a. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah
ditetapkan.
b. Mengetahui kesulitan-kesulitan peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat
dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberi remedial teaching. Untuk
pembahasan diagnosis dan remedial akan dibahas di sub pembahasan yang lain di
dalam makalah ini.
c. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru,
baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar.
Semua kegiatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan pastilah mempunya fungsi
tersendiri sehingga kegiatan itu diterapkan. Adapun fungsi evaluasi pembelajaran adalah :
a. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia
merasakan kepuasan dan ketenangan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan
penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya.
b. Menurut dedaktis-metodis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mampu
untuk terjun kemasyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan
beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.
c. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia
termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang.
d. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program
pendidikannya.
e. Untuk membantu guru dalam memberi bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka
menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas.
f. Secara administrative, evaluasi berfungsi untuk laporan tentang kemajuan peserta
didik kepala pemerintahan, pimpinan/kepala sekolah, guru, keluarga dan peserta
didik itu sendiri.
15
Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu
sendiri, yaitu :
a. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki
proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi pesera didik yang
belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
b. Sumatif, yaitu mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan
laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar.
c. Diagnostik. Yaitu mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik dan
lingkungan) yanf mengalami kesulitan belajar.
d. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk
menyeleksi dan menempatkan peserta didik yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi
Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan evaluasi
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif, objektivitas,
kooperatif dan praktis. Dengan demikian evaluasi pembelajaran hendaknya :
a. Dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi
yang akan dievaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi.
b. Menjadi bagian integral dari proses pembelajaran.
c. Agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat dan bersifat
komperehensif
d. Diikuti dengan tindak lanjut.
Disamping itu, juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, berorientasi kepada
kompetensi dan memperhatikan prinsip hidup, prinsip belajar aktif, koherensi, dan prinsip
diskriminalitas
4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah :
a. Dalam perspektif sistem pelajaran
1) Program pembelajaran : tujuan, materi, metode, media, dan lain-lain
2) Pelaksanaan pembelajaran : kegiatan pembelajaran, guru, peserta didik.
3) Hasil belajar : jangka panjang, menengah dan jangka pendek.
b. Dalam perspektif penilaian berbasis kelas
1) Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran
16
Kompetensi dasar pada hakekatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap
dan nilai-nilai yang diferleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak
setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran
tertentu.
2) Penilaian kompetensi rumpun pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu
yang lebih spesifik.Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada
hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfliksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai
oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3) Penilaian kompetensi lintas kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai
melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas
kurikulum pada hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan
nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang
mencakup kecakapan belajar secara berkesinambungan.Penilaian ketercapaian
kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap
rumpun pelajaran dalam kurikulum.
4) Penilaian kompetensi tamatan.
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
menyelesaikan jenjang tertentu.
5) Peniaian kompetensi life skill.
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum,
kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi mata pelajaran dan kompetensi
tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberi efek positif
(nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skill).Kecakapan hidup
yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu
dinilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat
bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara
lain :
17
a) Keterampilan diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai
makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percayadiri dan
mandiri.
b) Keterampilan berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir
sistematis, keterampilan menyusun rencana secara sistemtis, dan
keterampilan memecahkan masalah secara sistematis.
c) Keterampilan sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis;
keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi;
keterampilan mengelola komflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.
d) Keterampilan akademik : keterampilan merancang, melaksanakan dan
melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis
ilmiah; keterampilan mentrasfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian
untuk memecahkan masalah, baik meropakan proses maupun produk.
e) Keterampilan vokalisional : keterampilan menemokan algoritma, model,
prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan menciptakan
produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah
dipelajari.
c. Dalam perspektif hasil belajar
1) Kognitif
2) Afektif
3) Psikomotorik
5. Penyajian Hasil Evaluasi Pembelajaran
Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi, yaitu :
a. Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d 10 atau 1 s.d 100
b. Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya : baik, cukup, kurang
c. Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya : perlu bimbingan
serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu atau siswa dapat
membaca dengan lancer.
d. Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori dan uraian atau narasi.
6. Teknik dan Bentuk Evaluasi
Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut
:
18
Gambar 3
7. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran di MI
a. Ulangan Harian
Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk
memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan
keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan
secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah
menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.3
Contoh bentuk evaluasi yang sering digunakan dalam ulangan harian mata
pelajaran Fiqih di MI adalah tes dalam bentuk essay. Instrumen penilaian disusun
berdasarkan indikator dalam setiap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
Adapun teknik non tes yang pernah digunakan di antaranya: 1) unjuk kerja
mensimulasikan atau mendemonstrasikan pelaksanaan zakat maal, zakat fitrah,
shadaqah dan infaq; 2) teknik penilaian proyek dalam bentuk ulangan bergulir, dengan
langkah-langkah sebagai berikut: guru memberikan lima buah soal kepada beberapa
orang murid pada satu pertemuan untuk dikumpulkan pada minggu berikutnya.
Sebagai bahan pembelajarannya guru memberikan materi yang akan dievaluasi. Pada
3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007.
19
minggu berikutnya guru memberikan lima buah soal kepada murid lain untuk
dikerjakan di rumah sebagaimana peserta pertama, begitu seterusnya; 3) teknik
penilaian proyek dalam bentuk tugas kelompok, seperti tugas menganalisis siapa saja
yang termasuk mustahiqzakat yang terdapat pada surat at-Taubah ayat 60; 4) penilaian
sikap yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran menggunakan metode jig saw,
komponen yang dinilai berupa kerjasama, kedisiplinan, dan tanggung jawab.
Walaupun guru telah menggunakan teknik non-tes. Tetapi, instrumen yang digunakan
masih sangat sederhana.
Berikut ini contoh soal evaluasi pada akhir pembelajaran yang dirangkum dari
RPP Kelas 4 Semester 1 di Madrasah Ibtidaiyah
 Jelaskan pengertian zakat maal!
 Sebutkan hukum menunaikan zakat maal!
 Sebutkan harta yang wajib dizakati!
 Sebutkan batas waktu untuk mengeluarkan zakat (Haul)!
 Dll.
b. UTS dan UAS
Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk
mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu
kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah
kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang
merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.4
Teknik evaluasi yang digunakan di MI biasanya adalah tes. Instrumen tes pada
UTS dikembangkan langsung oleh guru, sedangkan instrumen penilaian pada UAS
dikembangkan oleh KKG dengan melibatkan seluruh guru anggota KKG. Soal
tersebut kemudian dimusyawarahkan dengan tujuan untuk menghindari soal yang
terlalu tinggi, penggunaan redaksi yang kurang cocok untuk anak MI dan lain-lain.
Komposisi soal UAS terdiri dari 20 butir soal mudah, 20 butir soal sedang, dan
15 butir soal sulit. Semuanya tersebar dalam tiga bentuk soal, yaitu 30 soal pilihan
ganda, 10 soal isian dan 5 soal essay. Pada UAS mata pelajaran Pendidikan Jasmani
dan Kesehatan biasanya menggunakan ujian praktek untuk melengkapi nilai tes.
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007
20
C. Evaluasi Diagnosa
1. Definisi Evaluasi Diagnosa
Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat.Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik
pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan
terhadap calon siswa sebagai input.
Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal
atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini
diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai
dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal
terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya.
2. Prosedur Evaluasi Diagnosa
Untuk menetapkan model terapi yang tepat dari setiap gangguan,lebih dahulu
harus ditegakkan diagnosis. Demikian juga dengan kesulitanbelajar, harus ditegakkan
suatu diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta
alternatif strategi belajar yang efektif dan efisien.
Ada 7 langkah dalam prosedur diagnosis :
a. Identifikasi
pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan guru
kelas atau sekolah, melalui hasil tes inteligensi yang telah dilakukan, atau
melalui instrumen informal, misalnya melalui lembar observasi guru atau
orang tua.
b. Menentukan prioritas
Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan mengalami kesulitan belajar
memerlukan penanganan khusus, oleh karena itu perlu ada prioritas, anak
mana yang akan mendapat pelayanan khusus dan mana yang tidak.
c. Menentukan potensi
potensi anak biasanya didasarkan atas skor tes inteligensi. Anak yang
memiliki skor IQ paling rendah 90 akan mendapatkan perhatian lebih dari para
guru atau terapisnya.
21
d. Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi
Salah satu karakter anak berkesulitan belajar adalah prestasi belajar yang jauh
di bawah kapasitas inteligensinya. Oleh karena itu guru remedial perlu
memiliki data tentang prestasi anak dan membandingkan prestasi belajarnya
dengan taraf inteligensinya. Kalau prestasinya menyimpang jauh dibawah
kapasitas inteligensinya maka dapat dikelompokkan sebagai anak berkesulitan
belajar.
e. Menentukan gejala kesulitan
pada langkah ini guru perlu melakukan observasi dan analisis cara belajar
anak. Cara anak mempelajari suatu bidang studi sering dapat memberikan
informasi diagnostik tentang sumber penyebab yang orisinil dari suatu
kesulitan. Kesulitan dalam membedakan huruf “b” dengan “d” misalnya,
sering merupakan petunjuk bahwa anak memiliki gangguan persepsi visual.
Gangguan persepsi visual sering disebabkan karena adanya disfungsi otak.
f. Analisis berbagai faktor yang terkait
Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil
pemeriksaan ahli-ahli lain seperti psikolog, dokter, konselor dan pekerja sosial.
Berdasarkan hasil analisis terhadap pemeriksaan berbagai bidang keahlian dan
mengaitkannya dengan hasil observasi yang dilakukan sendiri, guru dapat
menegakkan diagnosis yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan
dalam menentukan strategi pengajaran yang efektif dan efisien.
g. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial
Berdasarkan hasil diagnosis yang secara cermat ditegakkan, guru remedial
dapat menyusun suatu rekomendasi penyelenggaraan program pengajaran
remedial bagi seorang anak berkesulitan belajar.
3. Prinsip diagnostik
Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak
berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
a. Terarah pada perumusan metode perbaikan.
Dalam hal ini hendaknya dikumpulkan berbagai inforasi yang bermanfaat untuk
menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial. Ada dua
tipe diagnosis etiologis(etiological diagnosis) dan diagnosis terapetik (therapeutik
diagnosis). Diagnosis etiologis merupakan diagnosis yang bertujuan untuk
22
mengetahui sumber orisinal dari kesulitan belajar. Diagnosis etiologis kurang
bermanfaat untuk merumuskan program pengajaran remedial, sedangkan diagnosis
terapetik merupakan diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi anak pada
saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program pengajaran
remedial. Diagnosis ini berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang
kekuatan, keterbatasan dan karakteristik lingkungan anak saat sekarang
b. Efisiensi
Diagnosis harus efisien, dan berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak.
Evaluasi rutin, termasuk evaluasi psikologis, dapat memberikan informasi
diagnostik yang berharga Diagnosis yang didasarkan atas hasil-hasil evaluasi yang
dilakukan secara rutin di sekolah dapat digolongkan ke dalam taraf diagnosis
umum (general diagnosis) . Bila suatu kesulitan belajar disertai dengan gejala-
gejala lain, misalnya gejala neurologis, maka pemeriksaan medis sering
diperlukan. Diagnosis kesulitan belajar yang ditegakkan atas hasil evaluasi
semacam itu dapat digolongkan pada taraf diagnosis analitis (analitical
diagnosis). Diagnosis analitis, terutama diagnosis medis-neurologis, bermanfaat
untuk menentukan lokasi pada otak yang menyebabkan kesulitan belajar, sehingga
dengan demikian dapat dijadikan landasan dalam menyesuaikan program
pembelajaran remedial yang sesuai dengan keadaan anak.
c. Menggunakan catatan kumulatif
Catatan kumulatif (cumulative records) dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di
sekolah. Catatan semacam ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga
dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan
dalam menentukan program pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat
digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai
dengan tingkat kesulitan belajar anak.
d. Memperhatikan berbagai informasi yang terkait
Informasi dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan sangat membantu untuk
menentukan program pengajaran remedial. Informasi terkait dapat berasal dari
berbagai sumber yang kompeten.
e. Valid dan reliabel
Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya
juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya
23
juga tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran
remedial. Penggunaan berbagai tes yang tidak bermanfaat sebaiknya dihindari
karena hanya akan membosankan anak.
f. Penggunaan tes baku
Tes baku adalah tes yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes
psikologis, terutama tes inteligensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji
validitas dan reliabilitasnya, tetapi tidak demikian dengan tes prestasi belajar yang
umumnya adalah buatan guru. Di Indonesia tes prestasi yang baku masih sangat
langka.
g. Penggunaan prosedur informal
Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat
dan efisien, penggunaan prosedur informal sering memberikan manfaat yang
bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi
dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum
banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan sangat
penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi
informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan
program pengajaran remedial.
h. Kuantitatif
Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan
pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan
belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian
rupa sehingga skor-skor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk
mengetahui kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat
pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan
bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan
kepada anak.
i. Berkeseimbangan
Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah
dikembang kan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu
dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran
remedial yang lebih efektif dan efisien. Suatu program pengajaran remedial yang
berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat
efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.
24
4. Perbedaan Evaluasi Diagnosa, Formatif dan Somatif
Ada perbedaan dalam konsep dasar evaluasi diagnosis, formatif, maupun sumatif.
Adapun perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
25
5. Peran Evaluasi Diagnosa
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang
melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar
faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses,
ataupun out put belajarnya.
W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat
menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu :
a. faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti :
kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap
serta kondisi-kondisi psikis lainnya;
b. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk
didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
D. Pembelajaran Remedial
1. Hakikat Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada
peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria
ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model
pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24
Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran
berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan
perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya
secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai
peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem
penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta
didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai
dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan
dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti
ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb.
Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio,
video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,
26
komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan
pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai
teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa
jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari.
Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan
harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta
didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan
tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan
kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus
dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program
pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta
didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas
latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum
mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama
daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh
penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial.
2. Prinsip Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta
didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat
berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai
kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial
sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
a. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu
program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar
sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata
lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
b. Interaktif
27
Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara
intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat
perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui
kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan
segera diberikan bantuan.
c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang
berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode
mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.
d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai
kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat
korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik
dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu
kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus
berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat
mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
3. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI
Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta
didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu,
langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi
dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
a. Diagnosis Kesulitan Belajar di MI
1) Tujuan
Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan
ringan, sedang dan berat.
28
 Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang
perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
 Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami
gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor
keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.
 Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami
ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb.
2) Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara
lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik,
wawancara, pengamatan, dsb.
 Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat
yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi
atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat
keterampilan.
 Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi
bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi
penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.
 Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta
didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai
peserta didik.
 Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat
perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat
diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik.
b. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah
berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk-
bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain:
1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda.
Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,
29
variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang
dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai
ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu
memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media
yang lebih tepat.
2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam
hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih
alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual.
Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai
tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa
peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan.
3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan
prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik
tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu
diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang
ditetapkan.
4) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki
kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial
kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya
diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka
dan akrab.
c. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran
remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial
diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester,
atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik
mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah
peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat
beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran
remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan
belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari
beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik
30
menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari
beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti
program pembelajaran remedial.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui
penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian
hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan tengah semester dan ulangan akhir
semester.
31
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai
berikut:
1. Proses pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya
peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar.
2. evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis,
berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan
kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan
dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan
pembelajaran.
3. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan-
kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan
perlakuan yang tepat.
4. Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta
didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan
yang ditetapkan. Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan
bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan
dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran
remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar,
dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
32
DAFTAR PUSTAKA
Ali Mustofa Yaqub, Imam Bukhori dan Metodologi kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1991.
Djamaluddin , M. Amin, Bahaya Inkar Sunah, LPPI.
H.M. Joesoep Sou’yb, Orientalisme dan Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990
Hafsa Mutazz, Sosok Orientalisme dan Kiprahnya, dalam internet website:
http://www.gaulislam.com/sosok-orientalisme-dan-kiprahnya.
http://lenterahadits.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=3
6&Itemid=57
Labib Syauqi Akifahadi, “Tanggapan sarjana Muslim Terhadap Kajian Hadits Orientalist”,
dalam internet website:
Makalah “Kajian Sanad Hadis, antara Joseph Schacht dan M.M. A’dhami” oleh Zailani,
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003.
Umi Sumbulah. Kajian Krtitik Ilmu Hadis, Malang: UIN-Maliki Pres (Anggota IKAPI). 2010
Nawangsari dkk. 2009. Identifikasi dan Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar pada Siswa
Sekolah Dasar di Surabaya. Surabaya ; Universitas Airlangga.
Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Yusuf, M. Sunardi, Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar.
Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Karyadi . 2009. Diagnosa Kesulitan Belajar. http: //karyadi24.wordpress.com. diakses pada
tanggal 20 Maret 2009.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)atone_lotus
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Ali Murfi
 
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu Faal
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu FaalPsikologi Sebagai Bagian dari Ilmu Faal
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu FaalMercu Buana University
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersAi Nurhasanah
 
Psikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikePsikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikeHilmawanAan
 
proses sosial dan interaksi sosial
proses sosial dan interaksi sosialproses sosial dan interaksi sosial
proses sosial dan interaksi sosialsuher lambang
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaIkhsan Muhammad
 
Tugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriTugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriPoetra Chebhungsu
 
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIGERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIUniversity Of Cenderawasih
 
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja yosifarah
 
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan ManusiaPengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusiafardhasyavril
 
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah LakuPembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah LakuM Sultan Almaududi
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaLia Oktafiani
 

Was ist angesagt? (20)

LANDASAN PSIKOLOGIS BK
LANDASAN PSIKOLOGIS BKLANDASAN PSIKOLOGIS BK
LANDASAN PSIKOLOGIS BK
 
Teori belajar humanisme
Teori belajar humanismeTeori belajar humanisme
Teori belajar humanisme
 
Manfaat penelitian
Manfaat penelitianManfaat penelitian
Manfaat penelitian
 
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
Perkembangan Sosial dan Emosi Anak Usia 7-11 Tahun (Psikologi Perkembangan)
 
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Makalah Psikologi Pendidikan : Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
 
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu Faal
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu FaalPsikologi Sebagai Bagian dari Ilmu Faal
Psikologi Sebagai Bagian dari Ilmu Faal
 
Teori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. RogersTeori kepribadian Carl R. Rogers
Teori kepribadian Carl R. Rogers
 
Psikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndikePsikologi belajar thorndike
Psikologi belajar thorndike
 
proses sosial dan interaksi sosial
proses sosial dan interaksi sosialproses sosial dan interaksi sosial
proses sosial dan interaksi sosial
 
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan TeorinyaTokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
Tokoh-Tokoh Psikologi dan Teorinya
 
Thurstone
ThurstoneThurstone
Thurstone
 
Tugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diriTugas makalah penyesuaian diri
Tugas makalah penyesuaian diri
 
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASIGERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
GERAK KEBUDAYAAN, PERUBAHAN SOSIAL, dan MODERNISASI
 
Makalah perkembangan remaja
Makalah perkembangan remajaMakalah perkembangan remaja
Makalah perkembangan remaja
 
Konsep Dasar Tunanetra
Konsep Dasar TunanetraKonsep Dasar Tunanetra
Konsep Dasar Tunanetra
 
Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja Tugas perkembangan remaja
Tugas perkembangan remaja
 
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan ManusiaPengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
Pengaruh Pendidikan bagi Kehidupan Manusia
 
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah LakuPembentukan Sikap dan Tingkah Laku
Pembentukan Sikap dan Tingkah Laku
 
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusiaPandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
Pandangan psikoanalitik tentang hakekat manusia
 
Naskah Drama Hukum Karma Berlaku
Naskah Drama Hukum Karma BerlakuNaskah Drama Hukum Karma Berlaku
Naskah Drama Hukum Karma Berlaku
 

Andere mochten auch

Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaan
Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaanAnalisis hasil ulangan, remedial, &pengayaan
Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaanMTs Nurul Huda Sukaraja
 
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaPengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaSindy Artilita
 
Psikologi ilmu jiwa belajar
Psikologi ilmu jiwa belajarPsikologi ilmu jiwa belajar
Psikologi ilmu jiwa belajarZamil Zamil
 
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranMakalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranRiszki Alfiah Rahmah
 
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARU
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARUPENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARU
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARUfauzan_elhusein
 
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__010423 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104Om Jun
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)vilda roswinda
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranEvaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranNDESA
 
Komponen komonen dalam sistem pembelajaran
Komponen komonen dalam sistem pembelajaranKomponen komonen dalam sistem pembelajaran
Komponen komonen dalam sistem pembelajaranIrma Fitriani
 
Pelaksanaan remedial
Pelaksanaan remedialPelaksanaan remedial
Pelaksanaan remedialTri Widodo
 
Program Remidial dan Pengayaan
Program Remidial dan PengayaanProgram Remidial dan Pengayaan
Program Remidial dan PengayaanKhanifah Inabah
 
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupanku
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupankuBab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupanku
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupankuYuniatun Dwi Nurriskah
 
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik revZo Ri
 
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajar
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajarPermendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajar
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajarWinarto Winartoap
 
Contoh program perbaikan dan pengayaan
Contoh program perbaikan dan pengayaanContoh program perbaikan dan pengayaan
Contoh program perbaikan dan pengayaanBUHARI MUSLIM
 

Andere mochten auch (19)

Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaan
Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaanAnalisis hasil ulangan, remedial, &pengayaan
Analisis hasil ulangan, remedial, &pengayaan
 
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswaPengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
Pengaruh pembelajaran remedial terhadap kesulitan belajar siswa
 
Psikologi ilmu jiwa belajar
Psikologi ilmu jiwa belajarPsikologi ilmu jiwa belajar
Psikologi ilmu jiwa belajar
 
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaranMakalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
Makalah peranan evaluasi dalam pembelajaran
 
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARU
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARUPENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARU
PENERAPAN DAN PENILAIAN TERHADAP METODE PEMBELAJARAN YANG BARU
 
Evaluasi fiqih kelas vii 2
Evaluasi fiqih kelas vii 2Evaluasi fiqih kelas vii 2
Evaluasi fiqih kelas vii 2
 
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__010423 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104
23 juknis-pembelajaran-tuntas-remedial-pengayaan --isi-revisi__0104
 
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
Artikel Diagnostik dan Remedial Kesulitan Belajar Matematika)
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranEvaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
Komponen komonen dalam sistem pembelajaran
Komponen komonen dalam sistem pembelajaranKomponen komonen dalam sistem pembelajaran
Komponen komonen dalam sistem pembelajaran
 
Pelaksanaan remedial
Pelaksanaan remedialPelaksanaan remedial
Pelaksanaan remedial
 
Artikel mastery learning
Artikel mastery learningArtikel mastery learning
Artikel mastery learning
 
Program Remidial dan Pengayaan
Program Remidial dan PengayaanProgram Remidial dan Pengayaan
Program Remidial dan Pengayaan
 
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupanku
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupankuBab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupanku
Bab 7 menghadirkan malaikat dlm kehidupanku
 
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev
2.4 analisis buku guru dan siswa tematik rev
 
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajar
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajarPermendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajar
Permendikbud tahun2014 nomor104_lampiran penilaian hasil belajar
 
Makalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolahMakalah manajemen berbasis sekolah
Makalah manajemen berbasis sekolah
 
Evaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaranEvaluasi pembelajaran
Evaluasi pembelajaran
 
Contoh program perbaikan dan pengayaan
Contoh program perbaikan dan pengayaanContoh program perbaikan dan pengayaan
Contoh program perbaikan dan pengayaan
 

Ähnlich wie Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

Ähnlich wie Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial (20)

Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ipsPtk kelas 1 ips
Ptk kelas 1 ips
 
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum PembelajarannnnnnTuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
Tuti Herawati Tugas Kurikulum Pembelajarannnnnn
 
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docxBAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
BAHAN_MAKALAH_STRATEGI_BELAJAR_MENGAJAR.docx
 
Pkp ut raha
Pkp ut rahaPkp ut raha
Pkp ut raha
 
Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bungaTugas tekhnologi pendidikan umi bunga
Tugas tekhnologi pendidikan umi bunga
 
Proses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistemProses belajar mengajar sebagai sistem
Proses belajar mengajar sebagai sistem
 
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaranJabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
Jabatan profesional dan tantangan guru dalam pembelajaran
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Proposal pkp anti
Proposal  pkp  antiProposal  pkp  anti
Proposal pkp anti
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Apakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaranApakah itu pengajaran
Apakah itu pengajaran
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologiSkripsi pembelajaran Inquiry biologi
Skripsi pembelajaran Inquiry biologi
 
Konsep Dasar Pembelajaran
Konsep Dasar PembelajaranKonsep Dasar Pembelajaran
Konsep Dasar Pembelajaran
 
Makalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikanMakalah psikologi pendidikan
Makalah psikologi pendidikan
 
Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3Makalah psikologi pendidikan 3
Makalah psikologi pendidikan 3
 
Deri
DeriDeri
Deri
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 
PKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docxPKP IBU NURNELI BARU.docx
PKP IBU NURNELI BARU.docx
 

Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Hal itu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar itu sendiri. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya. Menghadapi masalah itu, ada kecenderungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat. Atas kenyataan itu, semestinya sekolah harus berperan turut membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Seperti diketahui, sekolah sebagai lembaga pendidikan formal sekurang-kurangnya memiliki 3 fungsi utama yaitu :  fungsi pengajaran, yakni membantu siswa dalam memperoleh kecakapan bidang pengetahuan dan keterampilan.  fungsi administrasi,  fungsi pelayanan siswa, yaitu memberikan bantuan khusus kepada siswa untuk memperoleh pemahaman diri, pengarahan diri dan integrasi sosial yang lebih baik, sehingga dapat menyesuaikan diri baik dengan dirinya maupun dengan lingkungannya. Selain sekolah ada lagi yang memang perlu diperhatikan untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu proses pembelajaran, hasil belajar siswa dan juga evaluasi. Dimana kompunen-kompunen pendidikan di atas sanga berkaitan erat. Untuk mencapai tujuan kita harus menyiapkan proses pembelajaran itu supaya bisa berjalan sesuai rencana, dan agar kita bisa ngetahui apakan tujuan pendidikan sudah tercapai maka evaluasi sangat diperlukan.
  • 2. 2 Berlatar belakang dari keterangan di atas, maka sangat perlu bagi kita untuk memahami lebih dalam mengenai proses pembelajaran, dan evaluasi. Adapun mengenai fenomena pendidikan tentang kesulitan para peserta didik, maka evaluasi diagnostik dianggap perlu dan memiliki fungsi atau peranan yang sangat penting untuk mengatasi kesulitan belajar siswa terutama untuk mngetahui tingkat kemampuan belajar siswa secara individual. Setelah mendiagnosa baru lah kita mengetahui apa penyebab peserta didik mendapatkan hasil belajar yang tidak sesuai harapan. Guru juga bisa memutuskan apa solusi yang tepat apakah perlu pembelajaran remedial, metode apa yang akan dipakai, materi apa yang sangat sulit bagi dia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu : 1. Apa yang dimaksud dengan proses pembelajaran? 2. Apa yang dimaksud dengan evaluasi? 3. Apa yang dimaksud dengan evaluasi diagnosa? 4. Apakan perlu remedial dalam suatu pembelajara?
  • 3. 3 BAB II PEMBAHASAN A. Proses Pembelajaran 1. Definisi Proses Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata proses bermakna sebagai beriku: (1) runtutan perubahan (peristiwa) dalam perkembangan sesuatu: -kemajuan sosial berjalan terus; penyakit; kimia, reaksi kimia; (2) rangkaian tindakan,pembuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk; (3) perkara di pengadilan; sedang di pengadilan; verbal berita acara (laporan mengenai suatu perkara, yaitu waktu terjadinya, keterangan, dan petunjuk lain); verbal beberapa demonstran yang kini ditahan sedang dibuat; - adiabatik proses yang terjadi pada suatu sistem apabila selama berlangsungnya proses tidak ada panas (kalori) yang masuk atau keluar;-belajar tingkat dan fase-fase yang dilalui anak atau sasaran didik dalam mempelajari sesuatu; sosial proses pengaruh timbal balik antara pelbagai bidang kehidupan; sosialisasi proses yang membawa anak pada perkenalan dan pergaulan dengan anak lain; berproses mengalami (mempunyai) proses; pengawasan dengan mekanisme komputer bisa cepat mengetahui segala angka atau data.( Anton M. Moeliono, dkk.1997 hlm.703). Setelah mengetahui makna dari kata proses. Kemudian memahami makna dari kata Pembelajaran. Kata dasar pembelajaran adalah kata belajar, oleh karena itu pengertian pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar. Sedangkan makna kata dari kata pembelajaran adalah suatu proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makluk hidup belajar.1 Menurut Slamet (dalam Hadis, 2006 hlm.60) mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan prilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri daninteraksinya dengan lingkungan. Pengertian yang hampir sama dikemukakan olehSoemanto (2006: hlm. 104) bahwa, “Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.” 1 Artikata.com, diakses 1 Oktober 2013.
  • 4. 4 Menurut Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya.1997 hlm.33, proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang terorganisasi.Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai tujuan pendidikan.Pengawasan turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar.Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam satu kelas adalah job descreption proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa. Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar. Perlunya merumuskan kurikulum berbasis proses pembelajaran yang mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba [observation based learning] untuk meningkatkan kreativitas peserta didik, Disamping itu, dibiasakan bagi peserta didik untuk bekerja dalam jejaringan melalui collaborative learning. (Materi Kemendikbud, Sosialisasi Kurikulum 2013). Ini lah yang di harapkan dari penerapan Kurikulum 2013, karena di atas dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada intinya ingin mengubah prilaku anak didik menjadi lebih baik melalui proses belajar. 2. Proses Pembelajaran yang Baik Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu : a. Tahap berbagi dan mengolah informasi, kegiatan dikelas, laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk berbagi dan mengolah informasi. b. Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi. c. Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan.
  • 5. 5 d. Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara review ataupun dengan survey terbatas. 3. Analisis Proses Pembelajaran Proses pembelajaran mengandung dua aktivitas yaitu belajar dan mengajar. Belajar didefinisikan sebagai perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas, praktek dan pengalaman dan mengajar didefinisikan sebagai aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi siswa untuk melakukan proses belajar yang efektif. Tujuan proses pembelajaran bagi guru adalah mengantarkan peserta didik atau sebagai fasilitator dalam menguasai kompetensi yang dibutuhkan melalui proses belajar mengajar. Tujuan pembelajaran bagi siswa adalah mampu menguasai kompetensi yang diajarkan oleh guru sehingga dapat diperoleh hasil belajar (nilai) yang memuaskan. Teuku Zahara Djaafar (2001:1) menyatakan dalam konsep teknologi pendidikan dibedakan istilah pembelajaran (instruction) dan pengajaran (teaching).Pembelajaran disebut juga kegiatan instruksional (Instructional) saja yaitu usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang belajar berperilaku tertentu dalam kondisi tertentu.Sedangkan pengajaran adalah usaha membimbing dan mengarahkan pengalaman belajar kepada peserta didik yang biasanya berlangsung dalam situasi resmi (formal). Lebih lanjut Teuku Zahara Djaafar menyatakan menurut Cagne dan Bigg, pembelajaran adalah rangkaian peristiwa kejadian yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain (1997:194) menyatakan bahwa masalah pokok yang dihadapi guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas.Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yangkompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar. Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar. Dengan kata lain ialah kegiatan kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Popham dan Baker (1992;101) seseorang tidak dapat menghindari
  • 6. 6 timbulnya kesulitan kesulitan di dalam kelas tetapi seseorang dapat menguranginya, dan bila terjadi dapat menanganinya secara efisien. Setiap guru masuk di dalam kelas, maka pada saat itu pula ia menghadapi dua masalah pokok, yaitu masalah pengajaran dan masalah manajemen. Masalah pengajaran adalah usaha membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, misalnya membuat satuan pengajaran , penyajian informasi , mengajukan pertanyaan, evaluasi dan lain-lain. Sedangkan masalah manajemen adalah usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi sedemikan rupa sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. (Syaiful Bahri dan Aswan Zain, 1997;196). Dengan demikian proses pembelajaran di dalam kelas terkait dengan masalah pengajaran dan masalah pengelolaan kelas. IGAK Wardani (2001:16) menyatakan mengajar adalah perbuatan yang kompleks yang merupakan pengintegrasian secara utuh berbagai komponenkemampuan.Komponen kemampuan tersebut berupa pengetahuan,keterampilan,sikap dan nilai.Mengajar dikatakan berhasil jika anak – anak belajar sebagai akibat usaha itu (S. Nasution, 1995:5). Oleh karena itu dalam proses pembelajaran yangmeliputi proses pengajaran dan pengelolaan kelas tujuan utamanya adalahbagaimana mengupayakan agar peserta didik belajar. Agar proses pengajaran berlangsung baik maka guru harus menguasaiketerampilan dasar mengajar. Berdasar hasil penelitian Turney (1973) terdapat 8keterampilan dasar mengajar yang dianggap sangat berperan dalam keberhasilankegiatan belajar mengajar. Kedelapan keterampilan tersebut adalah : a. Keterampilan bertanya b. Keterampilan memberi penguatan c. Keterampilan mengadakan variasi d. Keterampilan menjelaskan e. Keterampilan membuka dan menutup pelajaran f. Ketarmpilan membimbing diskusi kelompok kecil g. Keterampilan mengelola kelas h. Keterampilan mengajar kelompok kecil dan individual (IGAK Wardani, 2001:17)
  • 7. 7 Di samping menguasai keterampilan dasar mengajar guru juga dituntut untukmampu mengelola kelas secara efektif. Suroso (2002:93) menyatakan konsep dasaryang harus diperhatikan dalam manajemen kelas adalah: a. Manajemen bagaimana guru merencanakan, mengorganisasikandan mengontrol. b. Menegakkan disiplin kelas, termasuk memberi hukuman danperingatan. c. Menciptakan iklim kelas yang rileks, menyenangkan fleksibel, demokratik, sportif namun juga represif, dan lain-lain. Dalam proses pembelajaran, seorang guru berperan sebagai pemimpin/fasilitator dan mengarahkan kegiatan belajar siswanya. Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa aspek yang saling berkaitan. Oemar Hamalik (2002:63) menyatakan paling tidak ada tujuh aspek yang memiliki fungsi berbeda dalam proses belajar mengajar ,tetapi merupakan satu kesatuan bulat yaitu: a. Aspek Tujuan instruksional (Standar kompetensi) b. Aspek materi pelajaran c. Aspek metode dan strategi pembelajaran d. Aspek media instruksional e. Aspek penilaian f. Aspek penunjang fasilitas, waktu,tempat dan pelengkapan g. Aspek ketenagaan meliputi aspek siswa dan guru. Semua aspek tersebut satu sama lainnya saling terkait dan mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai sutradara dalam kegiatan pembelajaran dituntut untuk mampu mengelola keseluruhan aspek tersebut sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien. Kemampuan guru dalam mengelola aspek-aspek belajar mengajar dapat ditinjau dari kemampuan guru merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi program pembelajaran. 4. Proses Pembelajaran pada Kurikulum 2013 Berbicara mengenai proses pembelajaran pada Kurikulum 2013, hal ini terkait dengan standar proses yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Di dalam Lampiran Permendikbud No.65/2013 menyebutkan bahwa Standar ini harus sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakuppengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasuntuk setiap satuan pendidikan.
  • 8. 8 Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (prosespsikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“menerima menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuandiperoleh melalui aktivitas“ mengingat, memahami, menerapkan menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehanturut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Rincian gradasi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya.Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran Kurikulum2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler. a. Pembelajaran intra kurikuler didasarkan pada prinsip berikut: 1) Proses pembelajaran intra-kurikuler adalah proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. 2) Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dikembangkan guru. 3) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted).
  • 9. 9 b. Pembelajaran ekstra-kurikuler Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib. Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum.Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk: 1) Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa, 2) Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup. Kegiatan ekstra-kurikuler yang bisa dilakukan di lingkungan: 1) Sekolah 2) Masyarakat 3) Alam Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler. Contoh proses pembelajaran yang akan penulis uraikan disini adalah contoh Pembelajaran Berbasi Masalah yang dilaksanakan di MI. untuk melakukan pembelajaran ini dapat dilakukan dalam 5 fase, yaitu : 1) Mengorientasikan Peserta Didik pada Masalah Pada tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh guru. Serta dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti dalam pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu sebagai berikut:  Tujuan utama pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri.
  • 10. 10  Permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan.  Selama tahap penyelidikan (dalam pengajaran ini), peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Guru akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha untuk bekerja mandiri atau dengan temannya.  Selama tahap analisis dan penjelasan, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Tidak ada ide yang akan ditertawakan oleh guru atau teman sekelas. Semua peserta didik diberi peluang untuk menyumbang kepada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka. 2) Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar Di samping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok- kelompok peserta didik dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antar anggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya. Guru sangat penting memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar selanjutnya guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.
  • 11. 11 3) Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya mengajukan pertanyaan pada peserta didik untuk berifikir tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelesan, dan pemecahan. Selama pengajaran pada fase ini, guru mendorong peserta didik untuk menyampikan semua ide-idenya dan menerima secara penuh ide tersebut. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan. 4) Mengembangkan dan Menyajikan Artifak (Hasil Karya) dan Mempamerkannya Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak lebih dari sekedar laporan tertulis, namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya adalah mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, guru-guru, orang tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
  • 12. 12 5) Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah Fase ini merupakan tahap akhir dalam PBL. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.2 B. Evaluasi Pembelajaran 1. Definisi Evaluasi Pembelajaran Kata evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang beraarti proses penilaian. Jika direfleksikan dengan fungsinya di dalam proses pembelajaran maka bisa diambil pengertian evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pembelajaran. Kita kembali lagi ke definisi evaluasi pembelajaran. Dari definisi yang ada di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa ada beberapa poin penting yang dapat diambil dari rumusan definisi tersebut. Berikut ini sedikit penjabaran tentang poin-poin yang harus ada di dalam suatu evaluasi. Evaluasi merupakan proses berkelanjutan, hal ini berarti evaluasi adalah proses yang berlangsung terus menerus baik sebelum melakukan proses belajar mengajar atau sesudah proses belajar mengajar bahkan evaluasi juga harus dilakukan selama proses belajar mengajar berlangsung. Pengumpulan dan penafsiran informasi, hal ini berarti evaluasi harus memiliki tujuan tertentu untuk apa sebuah evaluasi dilakukan. Untuk menilai keputusan-keputusan, hal ini berarti harus ada standar pengukuran tertentu untuk menyatakan apakah evaluasi proses pembelajaran telah sesuai atau belum sehingga dapat memberikan keputusan yang sesuai dengan data dan informasi yang dikumpulkan Dari poin-poin penting di atas, definisi evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran. 2 Materi Sosialisasi Kurikulum 2013, dari Kemendikbud.
  • 13. 13 Terdapat beberapa istilah yang sering disalah artikan dalam kegiatan evaluasi, yaitu evaluasi (evaluation), Penilaian (assessment), pengukuran (measurement), tes (test). Istilah-istilah di atas mempunyai definisi dan fungsi yang berbeda, tetapi sangat berhubungan erat dalam kegiatan evaluasi. Untuk mempermudah membedakannya dan memahami pengertian istilah-istilah tersebut, silakan perhatikan pengertian istilah-istilah di bawah ini : a. Evaluasi(evaluation): suatu proses atau kegiatan yang sistematis yang berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu. b. Penilaian (assessment) : proses pengumpulan atau pengolahan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) hasil belajar peserta didik. c. Pengukuran (measurement) : suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas dari sesuatu. d. Tes (test) : suatu alat (soal atau tugas) untuk mengukur aspek prilaku terlentu. Definisi-definisi di atas sangatlah jelas mempunyai perbedaan. Untuk lebih mudahnya lagi marilah kita perhatikan gambar di bawah ini: Gambar 1 Gambar 2.
  • 14. 14 2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran Secara umum tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Indicator efektivitas dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.Perubahan tingkah laku itu dibandingkan dengan perubahan tingkah laku yang diharapkan sesuai dengan kompetensi, tujuan dan isi program pembelajaran. Adapun secara khusus, tujuan evaluasi adalah untuk : a. Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditetapkan. b. Mengetahui kesulitan-kesulitan peserta didik dalam proses belajar, sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberi remedial teaching. Untuk pembahasan diagnosis dan remedial akan dibahas di sub pembahasan yang lain di dalam makalah ini. c. Mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media maupun sumber-sumber belajar. Semua kegiatan dalam pembelajaran yang dilaksanakan pastilah mempunya fungsi tersendiri sehingga kegiatan itu diterapkan. Adapun fungsi evaluasi pembelajaran adalah : a. Secara psikologis, peserta didik perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan. Oleh karena itu, guru perlu melakukan penilaian terhadap prestasi belajar peserta didiknya. b. Menurut dedaktis-metodis, untuk mengetahui apakah peserta didik sudah mampu untuk terjun kemasyarakat. Mampu dalam arti dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya. c. Untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang. d. Untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh program pendidikannya. e. Untuk membantu guru dalam memberi bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan, jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas. f. Secara administrative, evaluasi berfungsi untuk laporan tentang kemajuan peserta didik kepala pemerintahan, pimpinan/kepala sekolah, guru, keluarga dan peserta didik itu sendiri.
  • 15. 15 Di samping itu, fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu sendiri, yaitu : a. Formatif, yaitu memberikan feed back bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial bagi pesera didik yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari. b. Sumatif, yaitu mengetahui tingkatan penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar. c. Diagnostik. Yaitu mengetahui latar belakang peserta didik (psikologis, fisik dan lingkungan) yanf mengalami kesulitan belajar. d. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. 3. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi Untuk memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan evaluasi hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif dan praktis. Dengan demikian evaluasi pembelajaran hendaknya : a. Dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi. b. Menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. c. Agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat dan bersifat komperehensif d. Diikuti dengan tindak lanjut. Disamping itu, juga harus memperhatikan prinsip keterpaduan, berorientasi kepada kompetensi dan memperhatikan prinsip hidup, prinsip belajar aktif, koherensi, dan prinsip diskriminalitas 4. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah : a. Dalam perspektif sistem pelajaran 1) Program pembelajaran : tujuan, materi, metode, media, dan lain-lain 2) Pelaksanaan pembelajaran : kegiatan pembelajaran, guru, peserta didik. 3) Hasil belajar : jangka panjang, menengah dan jangka pendek. b. Dalam perspektif penilaian berbasis kelas 1) Penilaian kompetensi dasar mata pelajaran
  • 16. 16 Kompetensi dasar pada hakekatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diferleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu. 2) Penilaian kompetensi rumpun pelajaran Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik.Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfliksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. 3) Penilaian kompetensi lintas kurikulum Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakekatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar secara berkesinambungan.Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum. 4) Penilaian kompetensi tamatan. Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai- nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta menyelesaikan jenjang tertentu. 5) Peniaian kompetensi life skill. Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran, kompetensi mata pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberi efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skill).Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain :
  • 17. 17 a) Keterampilan diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percayadiri dan mandiri. b) Keterampilan berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, keterampilan menyusun rencana secara sistemtis, dan keterampilan memecahkan masalah secara sistematis. c) Keterampilan sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola komflik; keterampilan mempengaruhi orang lain. d) Keterampilan akademik : keterampilan merancang, melaksanakan dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentrasfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik meropakan proses maupun produk. e) Keterampilan vokalisional : keterampilan menemokan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan menciptakan produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari. c. Dalam perspektif hasil belajar 1) Kognitif 2) Afektif 3) Psikomotorik 5. Penyajian Hasil Evaluasi Pembelajaran Ada empat bentuk penyajian hasil evaluasi, yaitu : a. Evaluasi dengan menggunakan angka, misalnya 1 s.d 10 atau 1 s.d 100 b. Evaluasi dengan menggunakan kategori, misalnya : baik, cukup, kurang c. Evaluasi dengan menggunakan uraian atau narasi, misalnya : perlu bimbingan serius, keaktifan kurang, perlu pendalaman materi tertentu atau siswa dapat membaca dengan lancer. d. Evaluasi dengan menggunakan kombinasi angka, kategori dan uraian atau narasi. 6. Teknik dan Bentuk Evaluasi Secara keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai berikut :
  • 18. 18 Gambar 3 7. Pengembangan Evaluasi Pembelajaran di MI a. Ulangan Harian Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan, melakukan perbaikan pembelajaran, dan menentukan keberhasilan belajar peserta didik. Ulangan harian adalah kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.3 Contoh bentuk evaluasi yang sering digunakan dalam ulangan harian mata pelajaran Fiqih di MI adalah tes dalam bentuk essay. Instrumen penilaian disusun berdasarkan indikator dalam setiap Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Adapun teknik non tes yang pernah digunakan di antaranya: 1) unjuk kerja mensimulasikan atau mendemonstrasikan pelaksanaan zakat maal, zakat fitrah, shadaqah dan infaq; 2) teknik penilaian proyek dalam bentuk ulangan bergulir, dengan langkah-langkah sebagai berikut: guru memberikan lima buah soal kepada beberapa orang murid pada satu pertemuan untuk dikumpulkan pada minggu berikutnya. Sebagai bahan pembelajarannya guru memberikan materi yang akan dievaluasi. Pada 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007.
  • 19. 19 minggu berikutnya guru memberikan lima buah soal kepada murid lain untuk dikerjakan di rumah sebagaimana peserta pertama, begitu seterusnya; 3) teknik penilaian proyek dalam bentuk tugas kelompok, seperti tugas menganalisis siapa saja yang termasuk mustahiqzakat yang terdapat pada surat at-Taubah ayat 60; 4) penilaian sikap yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran menggunakan metode jig saw, komponen yang dinilai berupa kerjasama, kedisiplinan, dan tanggung jawab. Walaupun guru telah menggunakan teknik non-tes. Tetapi, instrumen yang digunakan masih sangat sederhana. Berikut ini contoh soal evaluasi pada akhir pembelajaran yang dirangkum dari RPP Kelas 4 Semester 1 di Madrasah Ibtidaiyah  Jelaskan pengertian zakat maal!  Sebutkan hukum menunaikan zakat maal!  Sebutkan harta yang wajib dizakati!  Sebutkan batas waktu untuk mengeluarkan zakat (Haul)!  Dll. b. UTS dan UAS Ulangan tengah semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut. Ulangan akhir semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.4 Teknik evaluasi yang digunakan di MI biasanya adalah tes. Instrumen tes pada UTS dikembangkan langsung oleh guru, sedangkan instrumen penilaian pada UAS dikembangkan oleh KKG dengan melibatkan seluruh guru anggota KKG. Soal tersebut kemudian dimusyawarahkan dengan tujuan untuk menghindari soal yang terlalu tinggi, penggunaan redaksi yang kurang cocok untuk anak MI dan lain-lain. Komposisi soal UAS terdiri dari 20 butir soal mudah, 20 butir soal sedang, dan 15 butir soal sulit. Semuanya tersebar dalam tiga bentuk soal, yaitu 30 soal pilihan ganda, 10 soal isian dan 5 soal essay. Pada UAS mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan biasanya menggunakan ujian praktek untuk melengkapi nilai tes. 4 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007
  • 20. 20 C. Evaluasi Diagnosa 1. Definisi Evaluasi Diagnosa Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan- kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat.Evaluasi diagnostik dapat dilakukan dalam beberapa tahapan, baik pada tahap awal, selama proses, maupun akhir pembelajaran. Pada tahap awal dilakukan terhadap calon siswa sebagai input. Dalam hal ini evaluasi diagnostik dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal atau pengetahuan prasyarat yang harus dikuasai oleh siswa. Pada tahap proses evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran mana yang masih belum dikuasai dengan baik, sehingga guru dapat memberi bantuan secara dini agar siswa tidak tertinggal terlalu jauh. Sementara pada tahap akhir evaluasi diagnostik ini untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa atas seluruh materi yang telah dipelajarinya. 2. Prosedur Evaluasi Diagnosa Untuk menetapkan model terapi yang tepat dari setiap gangguan,lebih dahulu harus ditegakkan diagnosis. Demikian juga dengan kesulitanbelajar, harus ditegakkan suatu diagnosis kesulitan belajar, yaitu menentukan jenis dan penyebab kesulitan serta alternatif strategi belajar yang efektif dan efisien. Ada 7 langkah dalam prosedur diagnosis : a. Identifikasi pelaksanaan identifikasi dapat dilakukan dengan memperhatikan laporan guru kelas atau sekolah, melalui hasil tes inteligensi yang telah dilakukan, atau melalui instrumen informal, misalnya melalui lembar observasi guru atau orang tua. b. Menentukan prioritas Tidak semua anak yang oleh sekolah dinyatakan mengalami kesulitan belajar memerlukan penanganan khusus, oleh karena itu perlu ada prioritas, anak mana yang akan mendapat pelayanan khusus dan mana yang tidak. c. Menentukan potensi potensi anak biasanya didasarkan atas skor tes inteligensi. Anak yang memiliki skor IQ paling rendah 90 akan mendapatkan perhatian lebih dari para guru atau terapisnya.
  • 21. 21 d. Menentukan penguasaan bidang studi yang perlu diremediasi Salah satu karakter anak berkesulitan belajar adalah prestasi belajar yang jauh di bawah kapasitas inteligensinya. Oleh karena itu guru remedial perlu memiliki data tentang prestasi anak dan membandingkan prestasi belajarnya dengan taraf inteligensinya. Kalau prestasinya menyimpang jauh dibawah kapasitas inteligensinya maka dapat dikelompokkan sebagai anak berkesulitan belajar. e. Menentukan gejala kesulitan pada langkah ini guru perlu melakukan observasi dan analisis cara belajar anak. Cara anak mempelajari suatu bidang studi sering dapat memberikan informasi diagnostik tentang sumber penyebab yang orisinil dari suatu kesulitan. Kesulitan dalam membedakan huruf “b” dengan “d” misalnya, sering merupakan petunjuk bahwa anak memiliki gangguan persepsi visual. Gangguan persepsi visual sering disebabkan karena adanya disfungsi otak. f. Analisis berbagai faktor yang terkait Pada langkah ini guru remedial perlu melakukan analisis terhadap hasil-hasil pemeriksaan ahli-ahli lain seperti psikolog, dokter, konselor dan pekerja sosial. Berdasarkan hasil analisis terhadap pemeriksaan berbagai bidang keahlian dan mengaitkannya dengan hasil observasi yang dilakukan sendiri, guru dapat menegakkan diagnosis yang diharapkan dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan strategi pengajaran yang efektif dan efisien. g. Menyusun rekomendasi untuk pengajaran remedial Berdasarkan hasil diagnosis yang secara cermat ditegakkan, guru remedial dapat menyusun suatu rekomendasi penyelenggaraan program pengajaran remedial bagi seorang anak berkesulitan belajar. 3. Prinsip diagnostik Ada beberapa prinsip diagnosis yang perlu diperhatikan oleh guru bagi anak berkesulitan belajar. Prinsip-prinsip tersebut adalah : a. Terarah pada perumusan metode perbaikan. Dalam hal ini hendaknya dikumpulkan berbagai inforasi yang bermanfaat untuk menyusun suatu program perbaikan atau program pengajaran remedial. Ada dua tipe diagnosis etiologis(etiological diagnosis) dan diagnosis terapetik (therapeutik diagnosis). Diagnosis etiologis merupakan diagnosis yang bertujuan untuk
  • 22. 22 mengetahui sumber orisinal dari kesulitan belajar. Diagnosis etiologis kurang bermanfaat untuk merumuskan program pengajaran remedial, sedangkan diagnosis terapetik merupakan diagnosis yang berkaitan langsung dengan kondisi anak pada saat sekarang dan sangat bermanfaat untuk menyusun program pengajaran remedial. Diagnosis ini berusaha untuk mengumpulkan informasi tentang kekuatan, keterbatasan dan karakteristik lingkungan anak saat sekarang b. Efisiensi Diagnosis harus efisien, dan berlangsung sesuai dengan derajat kesulitan anak. Evaluasi rutin, termasuk evaluasi psikologis, dapat memberikan informasi diagnostik yang berharga Diagnosis yang didasarkan atas hasil-hasil evaluasi yang dilakukan secara rutin di sekolah dapat digolongkan ke dalam taraf diagnosis umum (general diagnosis) . Bila suatu kesulitan belajar disertai dengan gejala- gejala lain, misalnya gejala neurologis, maka pemeriksaan medis sering diperlukan. Diagnosis kesulitan belajar yang ditegakkan atas hasil evaluasi semacam itu dapat digolongkan pada taraf diagnosis analitis (analitical diagnosis). Diagnosis analitis, terutama diagnosis medis-neurologis, bermanfaat untuk menentukan lokasi pada otak yang menyebabkan kesulitan belajar, sehingga dengan demikian dapat dijadikan landasan dalam menyesuaikan program pembelajaran remedial yang sesuai dengan keadaan anak. c. Menggunakan catatan kumulatif Catatan kumulatif (cumulative records) dibuat sepanjang tahun kehidupan anak di sekolah. Catatan semacam ini dapat memberikan informasi yang sangat berharga dalam pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan program pengajaran remedial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk menentukan pengelompokan yang sesuai dengan tingkat kesulitan belajar anak. d. Memperhatikan berbagai informasi yang terkait Informasi dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan sangat membantu untuk menentukan program pengajaran remedial. Informasi terkait dapat berasal dari berbagai sumber yang kompeten. e. Valid dan reliabel Dalam melakukan diagnosis hendaknya digunakan instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (valid) dan instrumen tersebut hendaknya juga yang dapat diandalkan (reliable). Informasi yang dikumpulkan hendaknya
  • 23. 23 juga tepat, yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan program pengajaran remedial. Penggunaan berbagai tes yang tidak bermanfaat sebaiknya dihindari karena hanya akan membosankan anak. f. Penggunaan tes baku Tes baku adalah tes yang sudah teruji validitas dan reliabilitasnya. Berbagai tes psikologis, terutama tes inteligensi, umumnya merupakan tes baku yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, tetapi tidak demikian dengan tes prestasi belajar yang umumnya adalah buatan guru. Di Indonesia tes prestasi yang baku masih sangat langka. g. Penggunaan prosedur informal Meskipun tes-tes baku umumnya mampu memberikan informasi yang lebih tepat dan efisien, penggunaan prosedur informal sering memberikan manfaat yang bermakna. Guru hendaknya memiliki perasaan bebas untuk melakukan evaluasi dan tidak terlalu terikat secara kaku oleh tes baku. Di negara yang masih belum banyak dikembangkan tes baku, hasil observasi guru memegang peranan sangat penting untuk menegakkan diagnosis kesulitan belajar anak. Dari observasi informal sering dapat diperoleh informasi yang bermanfaat bagi penyusunan program pengajaran remedial. h. Kuantitatif Keputusan-keputusan dalam diagnosis kesulitan belajar hendaknya didasarkan pada pola-pola skor atau dalam bentuk angka. Bila informasi tentang kesulitan belajar telah dikumpulkan, maka informasi tersebut harus disusun sedemikian rupa sehingga skor-skor dapat dibandingkan. Hal ini sangat berguna untuk mengetahui kesenjangan antara potensi dengan prestasi belajar anak saat pengajaran remedial akan dimulai. Informasi yang kuantitatif juga memungkinkan bagi guru untuk mengetahui keberhasilan pengajaran remedial yang diberikan kepada anak. i. Berkeseimbangan Kadang-kadang anak gagal mencapai tujuan pengajaran remedial yang telah dikembang kan berdasarkan hasil diagnosis. Dalam keadaan semacam ini perlu dilakukan diagnosis ulang untuk landasan penyusunan program pengajaran remedial yang lebih efektif dan efisien. Suatu program pengajaran remedial yang berhasilpun, mungkin masih perlu dimodifikasi untuk memperoleh tingkat efektivitas dan efisiensi program pengajaran remedial.
  • 24. 24 4. Perbedaan Evaluasi Diagnosa, Formatif dan Somatif Ada perbedaan dalam konsep dasar evaluasi diagnosis, formatif, maupun sumatif. Adapun perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
  • 25. 25 5. Peran Evaluasi Diagnosa Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : a. faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; b. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya. D. Pembelajaran Remedial 1. Hakikat Pembelajaran Remedial Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran remedial, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan. Pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi yang akan dipelajari. Kemudian dilaksanakan pembelajaran menggunakan berbagai metode seperti ceramah, demonstrasi, pembelajaran kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video,
  • 26. 26 komputer, multimedia, dsb. Di tengah pelaksanaan pembelajaran atau pada saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar serta seberapa jauh penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program pembelajaran, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan. Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial diperlukan bagi peserta didik yang belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian program pembelajaran remedial didasarkan atas latar belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Dengan diberikannya pembelajaran remedial bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran remedial. 2. Prinsip Pembelajaran Remedial Pembelajaran remedial merupakan pemberian perlakuan khusus terhadap peserta didik yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran remedial sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain: a. Adaptif Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri. Oleh karena itu program pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar masing-masing. Dengan kata lain, pembelajaran remedial harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik. b. Interaktif
  • 27. 27 Pembelajaran remedial hendaknya memungkinkan peserta didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan. c. Fleksibilitas dalam Metode Pembelajaran dan Penilaian Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial perlu digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. d. Pemberian Umpan Balik Sesegera Mungkin Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin. Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik. e. Kesinambungan dan Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan Program pembelajaran reguler dengan pembelajaran remedial merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran reguler dengan remedial harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial. a. Diagnosis Kesulitan Belajar di MI 1) Tujuan Diagnosis kesulitan belajar dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
  • 28. 28  Kesulitan belajar ringan biasanya dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.  Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.  Kesulitan belajar berat dijumpai pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb. 2) Teknik Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar antara lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.  Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan prasyarat keterampilan.  Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan, apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan, pengurangan, pembagian, atau perkalian.  Wawancara dilakukan dengan mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam mengenai kesulitan belajar yang dijumpai peserta didik.  Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar peserta didik. b. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial. Bentuk- bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial antara lain: 1) Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi,
  • 29. 29 variasi cara penyajian, penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat. 2) Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan. 3) Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan. 4) Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab. c. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial di MI Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial dilaksanakan. Pertanyaan yang timbul, apakah pembelajaran remedial diberikan pada setiap akhir ulangan harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial itu diberikan setelah peserta didik mempelajari SK atau KD tertentu? Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD tertentu. Namun karena dalam setiap SK terdapat beberapa KD, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan pembelajaran remedial setiap selesai mempelajari KD tertentu. Mengingat indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD, maka pembelajaran remedial dapat juga diberikan setelah peserta didik
  • 30. 30 menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa KD. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari beberapa KD. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial. Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.
  • 31. 31 BAB III PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran merupakan proses atau kegiatan yang memungkinkan terjadinya peristiwa belajar yang dapat menghasilkan perubahan pada pelaku belajar. 2. evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan dan penetapan kualitas (nilai dan arti) berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk pertanggung jawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran. 3. Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan untuk mengetahui kelebihan- kelebihan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada siswa sehingga dapat diberikan perlakuan yang tepat. 4. Pembelajaran remedial merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Pembelajaran remedial pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan atau kelambatan belajar. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial meliputi dua langkah pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan perlakuan (treatment) pembelajaran remedial.
  • 32. 32 DAFTAR PUSTAKA Ali Mustofa Yaqub, Imam Bukhori dan Metodologi kritik dalam Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1991. Djamaluddin , M. Amin, Bahaya Inkar Sunah, LPPI. H.M. Joesoep Sou’yb, Orientalisme dan Islam, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990 Hafsa Mutazz, Sosok Orientalisme dan Kiprahnya, dalam internet website: http://www.gaulislam.com/sosok-orientalisme-dan-kiprahnya. http://lenterahadits.com/index.php?option=com_content&view=category&layout=blog&id=3 6&Itemid=57 Labib Syauqi Akifahadi, “Tanggapan sarjana Muslim Terhadap Kajian Hadits Orientalist”, dalam internet website: Makalah “Kajian Sanad Hadis, antara Joseph Schacht dan M.M. A’dhami” oleh Zailani, Munzier Suparta, Ilmu Hadits, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Umi Sumbulah. Kajian Krtitik Ilmu Hadis, Malang: UIN-Maliki Pres (Anggota IKAPI). 2010 Nawangsari dkk. 2009. Identifikasi dan Model Intervensi Gangguan Kesulitan Belajar pada Siswa Sekolah Dasar di Surabaya. Surabaya ; Universitas Airlangga. Abdurrahman, M. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Yusuf, M. Sunardi, Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan bagi Anak dengan Problema Belajar. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri. Karyadi . 2009. Diagnosa Kesulitan Belajar. http: //karyadi24.wordpress.com. diakses pada tanggal 20 Maret 2009.