Definisi teknologi pendidikan mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Definisi tahun 2008 mencakup teori dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan prestasi dengan menciptakan, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang tepat. Komponen-komponennya meliputi teori, praktek ilmiah, memfasilitasi belajar, meningkatkan prestasi, dan pengelolaan proses s
1. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
1
RINGKASAN PARADIGMA TEP 1977,1994,2008
A. DEFENISI TP SEBELUM TAHUN 1994
1. Definisi AECT 1963
Komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang
berkepentingan dengan mendesain dan menggunakan pesan guna mengendalikan
proses belajar. Kegiatannya meliputi ; a) mempelajari kelemahan dan kelebihan,
yang unik maupun relatif, dari pesan baik yang diungkapkan dalam bentuk gambar,
maupun yang bukan, dan yang digunakan untuk tujuan apapun dalam proses
belajar, b) penstrukturan dan sistematisasi pesan oleh orang maupun instrumen
dalam lingkungan pendidikan.
Tujuan: pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk
membantu pengembangan potensi pebelajar (orang yang belajar) secara maksimal
(Ely, 1963:18-19).
2. Definisi Komisi Teknologi Pembelajaran 1970
Dalam pengertian yang lebih umum (teknologi pembelajaran) berarti media yang lahir
sebagai akibat revolusi komunikasi yang dapat digunakan untuk keperluan
pembelajaran disamping guru, buku teks dan papan tulis….. bagian yang
membentuk teknologi pembelajaran adalah: televisi, film, OHP, komputer dan bagian
perangkat keras maupun lunak lainnya, sertamerupakan usaha sistematik dalam
merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi keseluruhan proses belajar dan
mengajar untuk suatu tujuan khusus, serta didasarkan pada penelitian tentang
proses dan komunikasi pada manusia yang menggunakan kombinasi sumber
manusia dan non-manusia agar belajar dapat berlangsung efektif (Commision on
Instructional Technology,1970:21).
Tujuan: memecahkan masalah belajar (Silber, 1970:21).
Perencanaan
Riset
ManajemenPemanfaatan
Produksi Pemilihan
Desain
Pemanfaatan Pasokan Evaluasi
Produksi
2. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
2
3. Definisi AECT 1972
Teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan
memfasilitasi belajar pada manusia melalui usaha sistematik dalam identifikasi.
4. Definisi AECT 1977
Teknologi pendidikan adalah proses kompleks yang terintegrasi meliputi: orang,
prosedur, gagasan, sarana dan organisasi untuk menganalisis masalah dan
merancang, melaksanakan, menilai dan mengelola pemecahan masalah dalam
segala aspek belajar pada manusia (AECT , 1977:1).
B. DEFENISI TP 1994 DAN KOMPONEN-KOMPONENNYA
Definisi teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam disain, pengembangan,
pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian proses dan sumber untuk belajar.
Desain
Pengembangan
PemanfaatanPengelelolaan
Penilaian
Pengelolaan
Pengembangan
Pemanfaatan
Pengorganisasian
Fungsi
Pengelolaan
Pendidikan
Pengelolaan
organisasi
Pengelolaan
personel
Fungsi
Pengembangan
Pendidikan
Riset, teori,
Desain
Produksi
Evaluasi-sleksi
Logistik
pemanfaatan
Sumber Belajar
Pesan
Orang
Bahan
Peralatan
Teknik
Latar (lingkungan
Si Belajar
3. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
3
TEORI dan PRAKTEK
Menurut definisi 1994, komponen Teknologi Pembelajaran, meliputi:
1) Teori dan praktek
Teori terdiri dari konsep, bangunan (konstruk), prinsip dan proposisi yang memberi
sumbangan terhadap khasanah pengetahuan. Sedangkan praktek merupakan
penerapan pengetahuan tersebut dalam memecahkan permasalahan.
Praktek juga dapat memberi konstribusi kepada pengetahuan melalui informasi yang
didapat dari pengalaman.
2) Disain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian
Kawasan disain merupakan sumbangan teoritik terbesar dari teknologi pembelajaran
untuk bidang pendidikan yang lebih luas. Demikian pula kawasan pengembangan
telah menjadi matang dan memberikan sumbangan terbesar untuk praktek.
Sebaliknya, kawasan pemanfaatan secara teoritis maupun praktis masih belum
berkembang dengan baik. Meskipun berbagai usaha telah dilakukan dalam bidang
pemanfaatan media keadaanya masih tetap saja kurang mendapatkan perhatian.
Sedangkan kawasan pengelolaan selalu ada dalam bidang karena sumber untuk
menunjang berlangsungnya tiap fungsi harus diorganisasikan dan diawasi (dikelola).
Kawasan penilaian masih menggantungkan diri pada penelitian dari bidang lain.
Sumbangan utama bidang studi ini adalah evaluasi formatif.
3) Proses dan sumber
Proses adalah serangkaian operasi atau kegiatan yang diarahkan pada suatu hasil
tertentu. Pengertian proses mencakup tata urutan yang terdiri dari masukan,
kegiatan dan keluaran.
Sedangkan sumber ialah asal yang mendukung terjadinya belajar, termasuk sistim
pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan. Sumber belajar tidak terbatas
hanya bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran, namun juga
mencakup tenaga, biaya dan fasilitas. Sumber belajar mencakup apa saja yang
dapat digunakan untuk membantu setiap orang untuk belajar yang menampilkan
kompetensinya.
4) Untuk keperluan belajar
Tujuan teknologi pembelajaran adalah untuk memacu (merangsang) dan memicu
(menumbuhkan) belajar. Dalam definisi disebutkan bahwa belajar menyangkut
adanya perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan atau perilaku
seseorang karena pengalaman (Mayer, 1982:1040). Berlo (1960) menunjukkan
bahwa unsur-unsur pada proses belajar dengan proses komunikasi sejalan. Pada
komunikasi, pesan diolah dan disalurkan yang kemudian diterima dan diberi makna
serta disalurkan kembali sebagai umpan balik (feed back) kepada pengirim pesan.
Sedangkan pada proses belajar, orang menanggapi, manafsirkan dan merespon
terhadap rangsangan dan mengambil pelajaran dari akibat tanggapan tersebut.
4. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
4
C. DEFINISI TEKNOLOGI PENDIDIKAN TAHUN 2008
Konsep teknologi pendidikan mengalami perkembangan bersamaan dengan bidang-
bidangnya, ini tidak lepas dari perkembangan manusia yang semakin maju dan tuntutan
akan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi. Konsep teknologi pendidikan yang pada
awal kemunculannya, tahun 1977, secara pasti menenkankan bahwa teknogi
pendidikan dapat dipandang sebagai konsep teori, bidang garapan, dan profesi. Pada
definisi kedua, yaitu tahun 1994, teknologi pendidikan menekankan bahwa teknologi
pendidikan merupakan teori dan praktek dalam merancang, mengembangkan,
memanfaatkan, mengelola, dan menilai suatu proses dan sumber belajar.
Kedua konsep tersebut mempunyai penekanan khusus sesuai dengan keadaan dan
pemahaman para ilmuan dizamannya. Konsep teknologi pendidikan pada saat ini, yaitu
tahun 2008, dapat dibagi sebagai konsep abstrak atau sebagai bidang latihan. Pertama,
definisi teknologi pendidikan sebagai konsep adalah: Teknologi pendidikan adalah teori
dan praktek ilmiah dalam memfasilitasi atau memudahkan belajar dan meningkatkan
prestasi dengan cara membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber
teknologi yang tepat. Educational Technology is the study and ethical practice of
facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing
appropriate technological process and resources
Konsep teknologi pendidikan tentunya memiliki komponen-komponen yang
menyusunnya, tidak hanya semata-mata tersusun sendiri, butuh penelitian yang
panjang dan baik. Dibawah ini akan dijelaskan setiap bagian yang membentuk definisi
teknologi pendidikan 2008.
1. Teori
Teori teknologi pendidikan berasal dari pembangungan pengetahuan yang berasal
dari penelitian berkelanjutan dan latihan berkesinambungan. Teori mengarah
kepada pengumpulan informasi dan analisis yang dilaksanakan berasaskan
keilmuan yang sistematis. Didalamnya termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif
yang meliputi teorisasi, analisis filsafat, penyelidikan sejarah, pengembangan kerja,
analisis kesalahan, analisis sistem, dan evaluasi. Sehingga teori yang ada dalam
teknologi pendidikan memiliki konstruk ilmu pengetahuan yang kuat.
2. Praktek Ilmiah
Teknologi pendidikan melalui organisasinya, yaitu AECT, mempunyai kode etik
professional organisasi. Ini dibuat agar pengembangan dalam teknologi pendidikan
sesuai dengan visi misi teknologi pendidikan itu sendiri. Kode etik ini menjadi dasar
pagi para teknolog pendidikan memberikan kontribusi yang ilmiah, sehingga
praktek dalam teknologi pendidikan memegang peranan penting dalam
memfasilitasi pembelajaran.
3. Memfasilitasi
Definisi formal pertama yang dikemukakan oleh Ely (1963) menyatkan bahwa
memfasilitasi merupakan kegiatan merancang pesan untuk mengendalikan proses
belajar. Bersamaan dengan teori dalam belajar yang semakin berkembang,
behavioristik ke kognitivistik lalu beralih ke konstruktivistik. Memfasilitasi pada
definisi ini berarti tidak hanya menyediakan informasi dalam pesan pembelajaran
agar seseorang belajar, tetapi memfasilitasi juga mempunyai makna membuat
lingkungan yang dimana seseorang dapat menemukan masalah dan alat untuk
memecahkannya. Memfasilitasi berisikan rancangan dari lingkungan pembelajaran,
pengelolaan sumber belajar, dan menyediakan alat untuk belajar.
4. Belajar
Belajar dalam definisi tidak mengandung arti yang sama dengan belajar 40 tahun
yang lalu. Ada perubahan yang awalnya hanya sebagai belajar sebagai
penyimpanan informasi menjadi penerimaan ilmu, kemampuan, dan sikap yang
didapat dari pengalaman. Pengetahuan yang didapat dari belajar haruslah dapat
5. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
5
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, karena pengajaran akan percuma jika
seseorang tidak menerapkannya. Belajar juga harus diatur agar proses dan sumber
belajar yang digunakan tepat.
5. Meningkatkan
Dalam teknologi pendidikan, kata “meningkatkan prestasi” berarti menuntut
keefektifan hasil belajar. Proses menentukan secara pasti ke arah hasil yang
berkualitas, dan hasil tersebut mengarah pada belajar yang efektif, merubah
kemampuan yang dapat dibawa kedalam kehidupan sebenarnya. Keefektifan juga
harus dibarengi dengan efisiensi. Dalam konsep konstruktivistik, efisiensi
dipandang sebagai penekanan perhatian pada pembelajaran dengan memberikan
kesempatan pebelajar untuk menentukan tujuan belajar mereka dan cara belajar
mereka.
6. Prestasi
Dalam teknologi pendidikan, prestasi berarti kemampuan pebelajar untuk
menggunakan dan menerapkan kecakapan yang baru. Paradigma baru
memandang bahwa prestasi tidak hanya berupa informasi yang didapat, tetapi
memiliki kecakapan yang dapat digunakan. Secara jelas telah disebutkan dalam
definisi, alat untuk mencapai hasil belajar atau prestasi belajar adalah penciptaan,
penggunaan, dan pengelolaan dalam proses dan sumber belajar.
7. Penciptaan
Penciptaan disini mengarah pada penelitian, teori dan praktek didalam bahan
pembelajaran, lingkungan belajar, dan sistem belajar mengajar yang lebih luas,
formal atau non formal. Penciptaan dapar berisikan bermacam-macam aktivitas,
tergantung pada pendekatan yang digunakan.
8. Penggunaan
Elemen penggunaan ini mengarah pada teori dan praktek dalam membawa
pebelajar berinteraksi dengan lingkungan dan sumber belajar. Ini adalah pusat
kegiatan, dimana solusi atau pemecahan akan menemukan masalah. Pemilihan
akan sumber dan proses belajar akan tepat jika didasarkan pada alat evaluasi.
9. Pengelolaan
Tanggung jawab yang benar dari seorang teknolog pendidikan adlah mengelola
sumber dan proses pembelajaran. Sebagai penghasil media pembelajaran dan
pengembang proses pembelajaran, teknolog pendidikan harus memiliki
kemampuan pengelolaan yang baik. Pengelolaan disini termasuk pengelolaan
personel (orang) dan pengelolaan sistem informasi.
10. Ketepatan
Ketepatan mengarah kepada menerapkan proses dan sumber belajar yang sesuai
dengan tujuan yang direncanakan. Dalam kode etik teknologi pendidikan yang
disusun AECT, kata ketepatan dituliskan sebagai relevan.
11. Teknologi
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan secara sistematis atau
pengelolaan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Teknologi merupakan cara
berpikir. Teknologi disini menyempurnakan proses dan sumber pembelajaran. Pada
proses, teknologi pendidikan menjadi dasar dalam pengambilan keputusan oleh
para guru untuk menentukan sistem pembelajaran. pada sumber, teknologi
berperan mengubah bahan belajar kedalam sesuatu yang lebih menarik, baik
dalam bentuk hardware ataupun software
12. Proses
Proses dapat diartikan sebagai kumpulan kegiatan yang diarahkan pada
pencapaian tujuan dan hasil tertentu. Teknologi pendidikan sering memasukkan
proses sebagai desain, pengembangan, dan menghasilkan sumber belajar.
pendekatan sistem juga menjadi salah satu proses yang ada dalam teknologi
pendidikan.
6. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
6
13. Sumber
Sumber dalam konsepsi teknologi pendidikan merupakan segala hal yang dapat
diambil pengetahuannya. Segala hal yang memberikan informasi dan merubah diri
kita. Sumber bisa saja berupa orang, alat, dan bahan belajar yang sengaja dibuat
untuk belajar.
Definisi teknologi pendidikan diatas merupakan revisi dari sebelumnya
berdasarkan definisi mutakhir AECT tentang Teknologi Pengaajaran. Teknologi
pendidikan dilihat sebagai konstruks yang lebih luas Teknologi Pengajaran, mengingat
Pendidikan lebih luas dari Pengajaran. Konsep teknologi pendidikan harus dibedakan
dengan bidang dan profesi Teknologi pendidikan. Keabsahan masing-masing dapat
dinilai secara berlainan dengan kriteria yang berbeda pula.
Definisi diatas berbeda dengan definisi sebelumnya. Dalam beberapa istilah
studi bukan riset menunjukkan pandangan yang lebih luas dari berbagai bentuk
penyelidikan, termasuk:
1. Praktek reflektif.
2. Menyatakan komitmen eksplisit terhadap etika praktis.
3. Objek teknologi pendidikan adalah “memfasilitasi pembelajaran” lebih sederhana
daripada “mengontrol pembelajaran” atau menggiringnya.
4. Pembelajaran ditempatkan pada posisi sentral dari teknologi pendidikan untuk
menyoroti pentingnya pembelajaran.
5. “Meningkatkan performance”, yaitu tujuan memfasilitasi pembelajaran yang lebih
baik daripada pendekatan selain teknologi pendidikan.
6. Menjelaskan fungsi-fungsi utama bidang teknologi pendidikanP (yaitu, penciptaan,
pemamfaatan, pengelolaan) dalam terminologi yang lebih luas tapi tidak terlalu
tehnis dari pada definisi sebelumnya.
7. Menspesifikkan sarana-sarna dan metode-metode yang „tepat‟ sesuai dengan
orang-orang dan kondisi dimana ia diterapkan.
8. Sifat „teknologis‟ yang explisit dengan dasar pemikiran bahwa sarana-sarana dan
metode-metode nontechnologi bukanlah diluar lingkup bidang ini (teknologi
pendidikan).
7. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
7
IDENTIFIKASI LANDASAN GARAPAN TEP
DESKRIPSI SETIAP GARAPAN
LANDASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Setiap pengetahuan mempunyai penopang dan landasan dasar yang akan dijadikan
tiang penyangga tubuh pengetahuan, termasuk juga teknologi pembelajaran sebagai
disiplin ilmu.Ke tujuh penyangga tubuh yang dimaksud sebagai landasan teori dasar kita
didalam mengambil suatu keputusan itu sebagai berikut :
A. Landasan Filsafat
Tujuannya adalah untuk memperoleh pembenaran sebagai suatu disiplin
pengetahuan terapan yang berdiri sendiri.
Landasan Filsafat dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1. Ontologi yaitu Apa hakekat gejala yang dikaji,misalnya obyek formalnya “
belajar “ karena :
Belajar merupakan hak semua orang
Berlangsung sepanjang hayat
Mengenai apa, dari siapa, bagaimana saja
Kesempatan belajar terbatas
Sumber tradisional makin terbatas
Sumber yang ada dan potensial yang belum didayagunakan oleh
karena itu perlu dilakukan yakni : Perlu usaha khusus, perlu
pengelolaan yang inovatif dan reformatif.
Ontologi bertolak atas penyelidikan tentang hakekat ada (existence and being)
(Brameld, 1955: 28). Pandangan ontologi ini secara praktis akan menjadi
masalah utama di dalam pendidikan. Sebab, siswa (peserta didik) bergaul
dengan dunia lingkungan dan mempunyai dorongan yang kuat untuk mengerti
sesuatu. Oleh karena itu teknologi pendidikan dalam posisi ini sebagai bagian
pengembangan untuk memudahkan hubungan siswa atau peserta didik dengan
dunia lingkungannya. Peserta didik, baik di masyarakat atau di sekolah selalu
menghadapi realita dan obyek pengalaman.
Secara tersusun Chaeruman dalam tulisannya (online, tersedia di:
http://fakultasluarkampus.net/2007/07/apa-ontologi-teknologi-pendidikan)
mengutip tulisan Prof. Yusuf Hadi Miarso bahwa ontology teknologi pendidikan
adalah :
Adanya sejumlah besar orang belum terpenuhi kesempatan belajarnya,
baik yang diperoleh melalui suatu lembaga khusus, maupun yang dapat
diperoleh secara mandiri.
Adanya berbagai sumber baik yang telah tersedia maupun yang dapat
direkayasa, tapi belum dimanfaatkan untuk keperluan belajar.
Adanya suatu proses atau usaha khusus yang terarah dan terencana
untuk menggarap sumber-sumber tersebut agar dapat terpenuhi hasrat
belajar setiap orang dan organisasi.
Perlu adanya keahlian dan pengelolaan atas kegiatan khusus dalam
mengembangkan dan memanfaatkan sumber untuk belajar tersebut
secara efektif, efisien, dan selaras.
Masalah-masalah utama “belajar”. Menurut Sir Eric Ashby (1972, h. 9-10) ada terjadi
empat Revolusi di dunia pendidikan yaitu:
8. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
8
Revolusi pertama terjadi pada saat orang tua atau keluarga menyerahkan sebagian
tanggungjawab dan pendidikannya kepada orang lain yang secara khusus diberi
tanggungjawab untuk itu. Pada revolusi pertama ini masih ada kasus dimana
orangtua atau keluarga masihmelakukan sendiri pendidikan anak-anaknya. Dari
beberapa literatur, seperti misalnya Seattler berusaha menelusuri secara historik
perkembangan revolusi ini dengan mengemukakan bahwa kaum Sufi pada sekitar
500 SM menjadikan dirinya sebagai “penjual ilmu pengetahuan”, yaitu memberikan
pelajaran kepada siapa saja yang bersedia memberinya upah atau imbalan.
Penyebab terjadinya revolusi pertama ini, karena orangtua/keluarga tidak mampu
lagi membelajarkan anak-anaknya sendiri.
Revolusi kedua terjadi pada saat guru sebagai orang yang dilimpahkan
tanggungjawab untuk mendidik. Pengajaran pada saat itu diberikan secara
verbal/lisan dan sementara itu kegiatan pendidikan dilembagakan dengan berbagai
ketentuan yang dibakukan.
Penyebab terjadinya revolusi kedua ini, karena guru ingin memberikan pelajaran
kepada lebih banyak anak didik dengan cara yang lebih cepat.
Revolusi ketiga muncul dengan ditemukannya mesin cetak yang memungkinkan
tersebarnya informasi iconic dan numeric dalam bentuk buku atau media cetak
lainnya. Buku hingga saat ini dianggap sebagai media utama disamping guru untuk
keperluan pendidikan. Revolusi ini masih berlangsung bahkan beberapa pandangan
falsafati berpendapat bahwa masyarakat belajar adalah masyarakat membaca.
Beberapa ahli menyatakan bahwa pendidikan di Indonesia masih berlangsung
budaya mendengarkan belum sampai pada budaya membaca.
Penyebab terjadinya revolusi ketiga ini, karena guru ingin mengajarkan lebih banyak
lagi dan lebih cepat lagi, sementara itu kemampuan guru semakin terbatas, sehingga
diperlukan penggunaan pengatahuan yang telah diramuka oleh orang lain.
Revolusi keempat berlangsung dengan perkembangan yang pesat di bidang
elektronik dimana yang paling menonjol diantaranya adalah media komunikasi (radio,
televisi, tape dan lain-lain) yang berhasil menembus batas geografi, sosial dan politis
secara lebih intens daripada media cetak. Pesan-pesan dapat lebih cepat, bervariasi
serta berpotensi untuk lebih berdaya guna bagi si penerima. Pada revolusi ini
muncullah konsep keterbacaan(Literacy) baru, yang tidak sekedar menuntut
pemahaman deretan huruf, angka, kata dan kalimat, tetapi juga pemahaman visual.
Beberapa orang ahli berpendapat bahwa perkembangan media komunikasi ini
menjadikan dunia semakin “mengecil”, menjadi suatu “global Village” dimana semua
warganya saling mengenal, saling tahu dan saling bergantung satu sama lain. Dalam
revolusi keempat ini memang wujud yang sangat menonjol adalah peralatan yang
semakin canggih.
Penyebab terjadinya revolusi ini, karena guru menyadari bahwa tidaklah mungkin
bagi guru untuk memberikan semua ajaran yang diperlukan, dan karena itu yang
lebih penting adalah mengajarkan kepada anak didik tentang bagaimana belajar.
Ajaran selanjutnya akan diperoleh si pembelajar sepanjang usia hidupnya melalui
berbagai sumber dan saluran.
Berdasarkan penyebab dan kondisi perkembangan keempat revolusi yang terjadi di
dunia pendidikan yang terfokus pada masalah utama yaitu “belajar” dapat
disederhanakan, yaitu pada awalnya guru menghadapi anak didiknya dengan
bertatap muka langsung dan guru bertindak sebagai satu-satunya sumber untuk
belajar.
9. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
9
Perkembangan berikutnya guru menggunakan sumber lain berupa buku yang ditulis
oleh orang lain, dalam keadaan ini guru masih mungkin melaksanakan tugasnya
menyeleksi buku dan mengawasi kegiatan belajar secara ketat.
Perkembangan selanjutnya media komunikasi mampu menyalurkan pesan yang
dirancang oleh suatu tim yang terpisah dari guru, langsung kepada anak didik tanpa
dapat dikendalikan oleh guru.Dapat disimpulkan dari perkembangan revolusi yang
terjadi bahwa tujuan pendidikanlah yang harus menentukan sarana apa saja yang
dipergunakan atau dengan kata lain media komunikasi menentukan pesan (dan
karena itu tujuan) yang perlu dikuasai. Dengan ilustrasi diatas dapat disimpulkan
bahwa adanya masalah-masalah baru yaitu:
1. Adanya berbagai macam sumber untuk belajar termasuk orang (penulis buku,
prosedur media dll), pesan (yang tertulis dalam buku atau tersaji lewat media),
media (buku, program televisi, radio dll), alat (jaringan televisi, radio, dll) cara-
cara tertentu dalam mengolah/ menyajikan pesan serta lingkungan dimana
proses pendidikan itu berlangsung.
2. Perlunya sumber-sumber tersebut dikembangkan, baik secara konseptual
maupun faktual.
3. Perlu dikelolanya kegiatan pengembangan, maupun sumber-sumber untuk
belajar itu agar dapat digunakan seoptimal mungkin guna keperluan belajar.
2. Epistomologi yaitu Bagaimana cara mengkajinya, mencakup :
Someristik merupakan penggabungan berbagai disiplin menjadi
kebulatan tersendiri
Sistematik, yang berurutan, terencana dan terarah
Sinergistik, mempunyai nilai tambah
Sistemik, yang menyeluruh / holistic
Inovatif, adanya perubahan / pembaharuan
Integratif, terjalin dalam semua bidang
3. Aksiologi yaitu Apa nilai/ Manfaat pengkajian yang bisa diaplikasikan dalam
beberapa hal, antara lain yakni :
Peningkatan mutu pendidikan (menarik, efektif, efisien, relevan)
Penyempurnaan system Pendidikan
Meluas dan meratnya kesempatan serta akses pendidikan
Penyesuaian dengan kondisi pembelajaran
Penyelarasan dengan perkembangan lingkungan
Peningkatan partisipasi masyarakat
B. Landasan Pendidikan
Landasan pendidikan mencakup Konsep, Prinsip, Prosedur dan Kebijakan
Pendidikan. Semua itu dapat diwujudkan antara lain dengan :
1. Usaha sadar dan terencana.
2. Terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran
3. Berkembangnya potensi peserta didik untuk memiliki serangkaian kompetensi
4. Sistem terbuka dan multimakna
5. Proses pembudayaan dan pemberdayaan berlangsung sepanjang hayat
C. Landasan Fsikologi
Landasan Psikologi mencakup :
1. Psikologi umum (intelegensi, motivasi, persepsi, minat, dsb)
2. Psikologi Terapan :
• Psikologi Pendidikan
10. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
10
• Psikologi Belajar
• Psikologi massa
• Psikologi komunikasi
D. Landasan Ekonomi
Ekonomi sebagai landasan Teknologi Pendidikan mencakup :
1. Manajemen sumberdaya manusia
2. Manajemen sumberdaya buatan
3. Manajemen sumberdaya lingkungan
4. Manajemen sumberdaya keuangan
5. manajemen sumberdaya peluang
6. manajemen organisasi
7. Manajemen pengetahuan
E. Landasan Informatika
Landasan ini meliputi sarana dan prasarana, system dan metode untuk :
1. Perolehan
2. Pengiriman
3. Penerimaan
4. Pengelolaan
5. Penafsiran
6. Penyimpanan
7. Pengorgaqnisasian
8. Penggunaan
Semuanya itu harus didasarkan data yang bermakna dalam bentuk analog dan
digital
F. Landasan Teknologi
Landasan ini meliputi :
1. Proses untuk memperoleh nilai tambah
2. Produk yang bermanfaat
3. Sistem dimana proses dan produk merupakan bagain integral
G. Landasan Komunikasi
Komunikasi yang dapat dijadikan landasan pendidikan harus memenuhi persyaratan
yang meliputi :
1. Sumber komunikasi
2. Isi komunikasi
3. Saluran komunikasi (media dsb)
4. Proses komunikasi
5. Hasil komunikasi
6. Dampak komunikasi
H. Landasan Lain-lain
Landasan lainnya yang mempengaruhi Teknologi Pendidikan antara lain :
1. Agama, moral dan etika
2. Seni dan estetika
3. Bahasa
4. Sosiologi
Dalam perkembangan terakhir, Teknologi Pendidikan secara konseptual didefinisikan
sebagai : Teori dan praktek dalam Desain, pengembangan, pemenfaatan, pengelolaan,
penilaian dan penelitian proses, sumber dan system belajar.
Perkembanagan penerapan konsep teknologi pembelajaran meliputi :
11. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
11
• Peragaan ajaran
• Media pembelajaran
• Teknologi kinerja
• Teknologi pendidikan.
Dan hal–hal yang menjadi persyaratan penerapan atau aplikasi teknologi
pembelajaran dalam upaya pemecahan masalah pendidikan adalah antara lain :
1. Dukungan Teknologi atau infrastruktur
2. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam pengembangan isi
3. Dukungan kebijakan pemerintah
4. Kesiapan masyarakat pengguna
12. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
12
IDENTIFIKASI KEMPETENSI PROFESI S1-S2-S3
A. Kompetensi Lulusan Program Studi TEP S1
1. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memiliki kepribadian sesuai dengan dasar falsafah negara Pancasila dan UUD
1945 serta memiliki integritas tinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Menguasai teori dan praktek di bidang teknologi pendidikan/ pembelajaran.
4. Mampu merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola, dan menilai:
program, proses, produk pendidikan dan pembelajaran.
5. Mampu meneliti dan menggunakan hasil penelitian dalam bidang teknologi
pendidikan dan pembelajaran;
6. Mampu merancang, memproduksi, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola,
dan menilai media dan sumber pembelajaran;
7. Mampu mengembangkan dan mengelola kurikulum pendidikan dan pelatihan.
8. Mampu mengembangkan dan mengelola sumber belajar dan perpustakaan di
berbagai jalur, jenis, dan jenjang pendidikan;
9. Mampu mengembangkan dan mengaplikasikan bidang kepenyiaran kependidikan
10. Mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) pendidikan dasar dan menengah; dan
11. Mampu menyebarluaskan hasil-hasil inovasi teknologi pembelajaran.
B. Kompetensi Lulusan S2/S3
Selain memenuhi persyaratan kompetensi bagi lulusan Program Magister program studi
Teknologi Pembelajaran, diharapkan memiliki pula kompetensi tambahan/ lanjutan
sebagai berikut:
1. Domain Rancangan (Design) Yang Mencakup :
a) mampu merancang sistem pembelajaran (instructuinal system design baik
pada tingkat mikro/kelas maupun dalam konteks pendidikan dan pelatihan)
b) mampu merancang strategi pembelajaran (instructional strategies) untuk
berbagai konteks belajar
c) mampu merancang pesan pembelajaran (message design), dan d) mampu
mengidentifikasi karakteristik pebelajaran (leaner characteristics) berbagai
jenjang dan konteks belajar.
2. Domain pengembangan (development) yang mampu mengembangkan
berbagai sumber belajar yang terkait dengan:
a) Teknologi cetak (print tecnologies) seperti: bahan ajar, modul, buku teks, dan
lainnya
b) Teknologi pandang-dengar (audiovisual technologies), seperti: slide, video,
transparansi, radio, tv, film dan lainnya.
c) Teknologi berbantuan komputer (computer-based technologies), seperti:
pengembangan bahan-bahan ajar yang digunakan dengan computer
d) Teknologi terpadu (intrgrated technologies), seperti pembelajaran yang
menggunakan berbagai sumber belajar secara terpadu yang dikontrol oleh
computer;
13. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
13
3. Domain Pemanfaatan (Utilization), Yaitu:
a) mampu menggunakan berbagai sumber belajar (media utilization).
b) mampu melakukan difusi inovasi, baik pada tingkat teori, konsep, model maupun
sumber-sumber belajar yang telah dikembangkan (diffusion of innovation).
c) mampu memanfaatkan dan melembagakan (implementation and
institutionalization) berbagai sumber belajar.
d) mampu mengembangkan kebijakan dan aturan-aturan tentang pemanfaatan
berbagai sumber belajar (policies and regulations);
4. Domain pengelolaan (management) yang mencakup:
a) mampu mengelola berbagai proyek pengembangan proses dan sumber-sumber
untuk keperluan belajar (project management
b) mampu mengelola berbagai sumber belajar (resource management), baik yang
human maupun non-human
c) mampu melakukan pengelolaan sistem penyampaian (delivery system
management.
d) mampu mengelola informasi (information management).
5. Domain evaluasi (evaluation), yaitu:
a) mampu melakukan analisis masalah (problem analysis).
b) mampu mengembangkan dan melakukan evaluasi acuan kriteria (Criterion-
referenced evaluation).
c) mampu melakukan evaluasi formatif (formative evaluation) terhadap berbagai
sumber belajar ketika proses pengembangan.
d) mampu melakukan evaluasi sumatif (summative evaluation) untuk menentukan
keefektifan, efesiensi, dan kemenarikan berbagai sumber belajar.
14. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
14
IDENTIFIKASI PENELITIAN TEP
Teknologi Pembelajaran telah dipengaruhi oleh teori dari berbagai bidang kajian.
Akar teori ini dapat ditemui dalam berbagai disiplin, termasuk : psikologi, rekayasa,
komunikasi, ilmu komputer, bisnis, dan pendidikan secara umum.
Secara singkat, pengaruh teori dan penelitian terhadap masing-masing kawasan
dapat dijelaskan sebagai berikut :
A. DESAIN
Teori sistem umum diterapkan melalui aplikasi model-model perancangan
sistem pembelajaran, terutama dengan didukung logika deduktif, penilaian praktek
dan pengalaman yang sukses. Hasil-hasil penelitian yang ada tentang desain
sistematik dapat mendukung terhadap komponen-komponen proses perancangan.
Penelitian dan teori psikologi yang berkembang pun telah memberikan
kontribusi terhadap perancangan, baik yang dikembangkan oleh kelompok aliran
psikologi behaviorisme, maupun kognitivisme dan konstruktivisme. Selain itu,
sumbangsih teori dan penelitian psikologi tentang motivasi juga berpengaruh
terhadap proses perancangan.
Teori dan penelitian tentang Belajar-Mengajar memiliki pengaruh terhadap
desain, baik dalam penentuan tugas-tugas belajar, penentuan tujuan pembelajaran,
pemilihan metode dan media pembelajaran, penentuan materi pembelajaran dan
sebagainya.
Teori komunikasi dan penelitian tentang pesepsi-atensi telah memberikan
pengaruh terhadap proses perancangan, seperti dalam tata letak, halaman, desain
layar, desain grafis visual. Studi yang dilakukan Flemming (1987) menyimpulkan
tentang karakteristik-karakteristik persepsi yang relevan untuk perancangan,
meliputi : pengorganisasian, perbandingan dan kontras, warna kemiripan, nilai dan
informasi yang disajikan.
B. PENGEMBANGAN
Proses pengembangan bergantung pada prosedur desain, akan tetapi
prinsip-prinsip utamanya diturunkan dari hakekat komunikasi dan proses belajar.
Pada kawasan pengembangan tidak hanya dipengaruhi oleh teori komunikasi
semata, tetapi juga oleh teori pemrosesan visual-audial, berfikir visual, dan estetika.
Teori Shannon dan Weaver (1949) tentang proses penyampaian pesan dari
pengirim kepada penerima dengan menggunakan sarana sensorik. Berikutnya,
pemikiran Belo tentang Model SMCR (Sender, Massage, Channel, Receiver), dan
beberapa teori lainnya dalam bidang komunikasi secara umum telah menjadi
landasan dalam proses pengembangan.
Proses pengembangan juga telah dipengaruhi oleh teori berfikir visual, belajar
visual dan komunikasi visual. Teori berfikir visual sangat berguna terutama dalam
mencari ide untuk perlakuan berfikir visual. Menurut Seels (1993) bahwa berfikir
visual merupakan manipulasi bayangan mental dan asosiasi sensor dan emosi.
Arnhem (1972) menjelaskan berfikir visual sebagai fikiran kiasan dan di bawah
sadar. Berfikir visual menuntut kemampuan mengorganisasi bayangan sekitar
unsur-unsur garis, bentuk, warna, tekstur, atau komposisi..
Sementara itu, prinsip-prinsip estetika juga menjadi landasan dalam proses
pengembangan. Molenda dan Russel (1993) mengidentifikasi unsur kunci seni
yang digunakan dalam perancangan visual, yaitu : pengaturan, keseimbangan dan
kesatuan.
Teori dan penelitian dalam bidang komputer yang dikombinasikan dengan
teori-teori lainnya, khususnya dengan teori pembelajaran telah memungkinkan
15. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
15
lahirnya berbagai bentuk pembelajaran, seperti pembelajaran jarak jauh yang di
dalamnya memerlukan prinsip-prinsip komunikasi umum, prinsip-prinsip desain
grafis, prinsip-prinsip belajar interaktif dan teknologi elektronik yang canggih.
C. PEMANFAATAN
Pada mulanya gagasan tentang pemanfaatan media lebih berkonotasi pada
aspek-aspek penggunaan, sehingga teori dan penelitian lebih dipusatkan pada hal-
hal yang berkenaan dengan pemanfaatan media, terutama mengkaji tentang
masalah-masalah seputar penggunaan media secara optimal, kemudian
berkembang dengan mencakup pada upaya difusi, karena bagaimana pun disadari
bahwa pemanfaatan teknologi sangat bergantung pada proses difusi. Rogers
(1962) mengeksplorasi tentang gejala difusi inovasi. Menurut Rogers, terdapat
empat elemen utama yang beroperasi dalam proses difusi, yaitu : (1) bentuk atau
karakter inovasi itu sendiri, (2) saluran komunikasi yang ada, (3) waktu, dan (4)
sistem sosial yang berlaku. Studi Havelock (1971) tentang model pengembangan
dan penyebaran dan interaksi sosial, lebih menekankan pada usaha-usaha
menghubungkan para pemakai dengan sumber pengetahuan baru. Studi Lazarfield
(1944) mengungkapkan tentang informasi yang sampai kepada para tokoh yang
berpengaruh (opnion leaders), yang pada awalnya berupa transfer informasi
sederhana, kemudian informasi itu diteruskan kepada para pengikutnya.
Dari berbagai pengalaman kegagalan inovasi teknologi pada skala besar,
telah mendorong perlunya perencanaan dan perubahan keorganisasian,
administratif dan individu (Cuban, 1986). Sekarang ini muncul perkembangan
pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara organisasi beradaptasi dengan
tantangan masyarakat modern, dengan segala sistem pemasaran yang baru,
teknologi baru dan tuntutan perubahan yang terus menerus, sehingga pada
akhirnya menggiring pemanfaatan sebagai implementasi dan institusionalisasi.
D. PENGELOLAAN
Persoalan-persoalan pengelolaan dalam bidang Teknologi Pembelajaran
muncul akibat pengaruh aliran perilaku dan berfikir sistematik behaviorisme serta
aspek humanisme dalam komunikasi, motivasi, dan produktivitas. Metodologi dan
teori pengelolaan telah banyak diaplikasikan pada berbagai bidang pengelolaan
sumber dan proyek, termasuk pengelolaan perubahan. Sebagian besar prinsip-
prinsip pengelolaan berasal dari manajemen/administrasi bisnis, seperti dalam
pengelolaan proyek, pengelolaan sumber dan efektivitas pembiayaan.
Pengelolaan proyek sebagai suatu konsep, pada awalnya diperkenalkan
sebagai “cara yang efisien dan efektif dalam menghimpun suatu tim, dimana
pengetahuan dan keahlian anggotanya sesuai dengan siatuasi unik dan tuntutan
teknis jangka pendek yang ditentukan oleh pemberi kerja”(Rothwell dan Kazanas,
1992).
Pengelolaan sumber telah lama menjadi masalah utama bagi guru dan
petugas perpustakaan media karena keduanya diharapkan sebagai manajer
sumber belajar. Sekarang ini konsep sumber lebih mengacu pada pengertian
sumber belajar yang lebih luas dan bukan sekedar diartikan sebagai sarana audio-
visual, melainkan mencakup pula barang cetak, lingkungan dan nara sumber
(Eraut, 1989)
Akhir-akhir ini mulai tumbuh perhatian mengenai efektivitas pembiayaan,
sehingga kerangka teori ekonomi pun mulai digunakan dalam teknologi
pembelajaran, seperti penggunaan teori ekonomi pengelolaan sumber yang
dikembangkan oleh Henderson dan Quandt (1980).
Kelanjutan dari pengelolaan sumber ini adalan pengelolaan sistem
penyampaian, yang berkaitan dengan sarana, seperti perangkat lunak dan keras,
dukungan teknis untuk operator dan pemakai, serta karakteristik lain tentang
16. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
16
pengoperasian sistem teknologi. Ini merupakan era baru praktek mendahului
analisis teoritik tentang model.
Komponen terakhir dari masalah pengelolaan adalah pengelolaan informasi.
Teori informasi melahirkan suatu landasan yang dapat digunakan untuk memahami
dan memprogram komputer. Hal ini berhubungan dengan perancangan dan
penggunaan jaringan komputer untuk tranmisi, penerimaan dan penyimpanan
informasi. Penerapan teori informasi ini jangkauannya semakin luas, dengan
mencakup berbagai bidang kehidupan.
E. PENILAIAN
Analisis, asesmen dan penilaian memainkan peranan penting dalam proses
desain pembelajaran dan teknologi pembelajaran. Pada awalnya, penilaian sering
dihubungkan dengan orientasi behavioristik. Tumbuhnya desain pembelajaran yang
beorientasi pada tujuan (tercapainya perubahan perilaku), sehingga memunculkan
pengujian dengan menggunakan acuan patokan. Hal ini terjadi pula dalam analisis
kebutuhan atau analisis masalah.
Dengan masuknya pandangan kognitivisme dan konstruktivisme dalam
desain pembelajaran, telah membawa implikasi terhadap proses analisis kebutuhan
dengan cakupan yang lebih luas, yang tidak hanya berfokus pada isi semata, tetapi
juga memberikan perhatian pada analisis pembelajar, analisis organisasi dan
analisis lingkungan (Richey, 1992; Tessmer dan Harris, 1992). Penilaian dengan
paradigma kognitif lebih banyak diorientasikan untuk kepentingan fungsi diagnostik.
17. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
17
WILAYAH KERJA LULUSAN TEP
I. KAWASAN DESAIN/RANCANGAN
Desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk
menciptakan strategi dan produk. Tujuan desain ialah untuk menciptakan strategi
dan produk pada tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan pada tingkat
mikro, seperti pelajaran dan modul. Kawasan desain meliputi empat cakupan meliputi
a. Model cetak-biru (blue-print models) : fisikal, koseptual, prosedural
b. Strategi pembelajaran : mandiri, kelompok, tatap-muka, terbuka, jarak jauh,
massa
c. Rancangan pesan : warna, tata-letak, ilustrasi, gerak dll.
d. Karakteristik pemelajar, bahan ajar, kondisi (latar) pembelajaran
II. KAWASAN PENGEMBANGAN
a. Teknologi cetak : bahan belajar terprogram, modul untuk belajar mandiri
b. Teknologi audio : rekaman audio, video & digital
c. Teknologi berbasis komputer : CAI (Computer Assisted Instrction), CMI
(Computer managed Instruction)
d. Teknologi jaringan (telematika) :multi-mode learning, e-learning
III. KAWASAN PEMANFAATAN
a. Penggunaan aneka sumber belajar : orang, media, lingkungan
b. Inovasi : gagasan alternatif, program reformatif
c. Pelembagaan : SD PAMONG, SLTP Terbuka, SMU Terbuka, Universitas
Terbuka, Paket A,B & C, Konsep-konsep dan prosedur TP
d. Pengakuan dan pengukuhan
IV. KAWASAN PENGELOLAAN
a. Pengelolaan kegiatan : pembelajaran, perintisan proyek, penyebaran hasil
b. Pengelolaan sumber : SDM, SDF, SDB (sarana-prasarana termasuk media)
c. Pengelolaan sistem penyampaian : fisik dan virtual
d. Pengelolaan informasi : penyediaan dukungan data, penyusunan peraturan
perundangan, sosialisasi gagasan & peraturan yang ada dan dihasilkan,
penyusunan rencana strategik
V. KAWASAN PENILAIAN
a. Pengkajian masalah : penelusuran kebutuhan, analisis kesenjangan
b. Pengukuran berbasis patokan : penguasaan (mastery), kompetensi
c. Penilaian formatif : perbaikan proses, penyempurnaan produk
d. Penilaian sumatif : efektivitas, efisiensi, ketepatan konseptual, kelayakan,
aplikabilitas, akseptabilitas, otentik
VI. KAWASAN PENELITIAN
a. Positivistik : eksperimen, korelasi dll. Berbentuk penelitian kuantitatif
b. Pasca-positivistik : naturalistik, membumi (grounded), fenomenologik,
hermenetik – lebih bersifat kualitatif
c. Pengenbangan : model, produk dan sistem
d. Penilaian : kebutuhan, hasil dan program
18. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
18
KOMPETENSI LULUSAN TEP BERDASARKAN KAWASAN
I. PERENCANAAN ( DESIGN ) :
Sesuatu proses mengspesifikasikan kondisi untuk keperluan belajar dengan tujuan
menentukan strategi pruduk dalam tingkat makro dan mikro / kalangan lebih luas
(desinasi).
Antara lain :
a. Mampu merancang sistem pembelajaran (instructuinal system design baik
pada tingkat mikro / kelas maupun dalam konteks pendidikan dan pelatihan ).
b. Mampu merancang strategi pembelajaran ( instructional strategies ) untuk
berbagai konteks belajar.
c. Mampu merancang pesan pembelajaran ( message design )
d. Mampu mengidentifikasi karakteristik pembelajaran ( leaner characteristic )
berbagai jenjang dan konteks belajar.
II. DOMAIN PENGEMBANGAN ( DEVELOPMENT ) :
Proses menterjemahkan rancangan secara khusus ke dalam bentuk fisik yg siap
untuk dipublikasikan, antara lain :
a. Mampu mengembangkan berbagai sumber belajar / multimedia.
b. Mampu mengembangkan teknologi pandang dengar ( audio, video, dll ).
c. Mampu mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan komputer.
d. Mampu mengembangkan teknologi terpadu ( alat-alat elektronik ).
III. PEMANFAATAN ( UTILIZATION ) :
Mencakup semua kegiatan belajar dalam konteks lebih luas yang memanfaatkan
proses dan sumber daya yang dapat memfasilitasi kepentingan belajar, antara lain :
a. Mampu menggunakan berbagai sumber ( Media Utilization ).
b. Mampu melakukan difusi inovasi, baik pada tingkat teori, konsep, model
maupun sumber-sumber belajar yang telah dikembangkan ( diffusion of
innovation ).
c. Mampu memanfaatkan dan melembagakan ( Implementation institutionalization
) berbagai sumber balajar.
d. Mmpu mengembangkan kebijakan dan aturan-aturan tentang pemanfaatan
berbagai sumber belajar ( policies and regulations )
IV. PENGELOLAAN ( MANAGEMENT ) :
Mencakup semua kegiatan yang dikontrol dan mengendalikan teknologi pendidikan,
antara lain :
a. Mampu mengelola proyek pengembangan, proses dan sumber-sumber untuk
keperluan belajar ( projec management ).
b. Mampu mengelola berbagai sumber belajar ( Resource management ) baik
yang human maupun non human.
c. Mampu melakukan pengelolaan sistem penyampaian (develery system
management ).
d. Mampu mengelola informasi ( infrmation management ).
V. PENILAIAN ( EVALUATION ) :
Mencakup penetapan nilai dari suatu objek dalam rangka memperoleh balikan
tentang kwalitas efektifitas dan nilai dari sebuah program proyek, produk, proses dan
tujuan akan pembelajaran, antara lain :
a. Mampu melakukan analisis masalah ( problem analysis )
b. Mampu mengembangkan dan melakukan evaluasi acuan kriteria ( Criterion
referenced evaluation ).
19. BAHRUR ROSYIDI DURAISY | EDUCATIONAL TECHNOLOGY
TeknologiPendidikan–EducationalTechnoligy
19
c. Mampu melakukan evaluasi formatif ( Formative evaluation ) terhadap berbagai
sumber ketika proses pengembangan.
d. Mampu melakukan evaluasi sumatif ( summative evaluation ) untuk
menentukan keefektifan, efesiensi, dan kemenarikan berbagai sumber belajar.
VI. KAWASAN PENELITIAN
a. Mampu melakukan eksperimen, korelasi dll serta berbagai Berbentuk
penelitian kuantitatif
b. Mampu melaksanakan penelitian kualitatif yang bersifat naturalistik, membumi
(grounded), fenomenologik, hermenetik
c. Mampu membuat pengembangan model, produk dan sistem pembelajaran
d. Mampu menyusun Penilaian berdasarkan kebutuhan, hasil dan program