SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 1
MASTERY LEARNING
(PEMBELAJARAN PENGUASAAN / PEMBELAJARAN TUNTAS)
Bahrur Rosyidi Duraisy
A. PENDAHULUAN
Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak
diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata
prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain adalah
bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered).
Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik.
Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata
pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan
logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam
pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual.
Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum
menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas.
Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah
dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan
kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, di antaranya:
1. potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika
stimulusnya tepat;
2. mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak,
budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill);
3. persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil;
4. persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan;
5. persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas
mengenai standar kompetensi lulusan.
Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi
meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta
model sosialisasi, lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang
terjadi saat ini. Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan
peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi
masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana
peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari.
Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa
prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam
merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya
dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual.
Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya
keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti
persoalannya adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan
minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar
merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama
mereka yang mengalami kesulitan belajar.
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang
bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 2
satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti
pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta
petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya
dilaksanakan.
B. ASUMSI DASAR
Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai
kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun
bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan
makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode
pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya
prestasi belajar peserta didik.
Salah satu sarana untuk menyesuaikan pengajaran pada kebutuhan siswa yang beragam
disebut pembelajaran penguasaan (Guskey, 1995). Gagasan dasar di balik pembelajaran
penguasaan (mastery leraning) ialah memastikan bahwa semua atau hampir semua siswa telah
mempelajari kemampuan tertentu hingga tingkat penguasaan yang telah ditentukan sebelum
beralih ke kemampuan berikut.
Pembelajaran penguasaan pertama kali diusulkan sebagai jalan keluar atas persoalan
perbedaan masing-masing orang oleh Benjamin Bloom (1967), yang mendasarkan
rekomendasinya sbagain pada hasil penelitian John Carroll (1963) sebelimnya. Sebagaimana
dibahas sebelumnya dalam bab ini, Corroll telah mengusulkan untuk mempelajari apa yang
sedang diajarkan dan jumlah waktu yang digunakan dalam pengajaran.
Salah satu implikasi model Carroll tersebut ialah bahwa, kalau waktu yang di gunakan
ternyata sama untuk semua siswa dan semua siswa menerima jenis pengajaran yang sama,
perbedaan pencapaian siswa terutama akan mencermikan perbedaan kecenderungan siswa.
Namun, pada tahun 1968, Bloom mengusulkan agar, alih-alih memberikan jumlah waktu
pengajaran yang sama kepada semua siswa dan membolehkan pengajaran berbeda.
Maksudnya, Bloom mengusulkan agar kita memberi waktu dan pengajaran kepada siswa
sebanyak yang mereka butuhkan untuk mengantarkan mereka semua pada tingkat pembelajaran
yang pantas. Apabila beberapa siswa tampak berada pada bahaya tidak belajar, mereka
seharusnya diberi pengajaran tambahan hingga mereka benar-benar belajar.
Asumsi yang mendasari pembelajaran penguasaan ialah bahwa hampir setiap siswa dapat
mempelajari kemampuan yang peting dalam kurikulum. Asumsi ini disampaikan kepada siswa
maupun dilaksanakan oleh guru,yang tugasnya ialah memberikan pengajaran yang diperlukan
untuk menjadikan harapan menjadi kennyataan.
Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi
dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik
menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran
tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik
diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan
jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan
mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau
dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan
kompetensi peserta didik tersebut belum optimal.
Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning)
ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk
belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu.
Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal.
Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 3
yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah
tinggi.
Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka
diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang
berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang
dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat
dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil.
Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran
dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik
dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta
perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau
kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran
tuntas adalah:
1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis,
2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus
diberikan feedback,
3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan,
4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih
awal. (Gentile & Lalley: 2003)
C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUNTAS
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang
bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah
satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti
pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-
baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta
petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya
dilaksanakan.
John B. Carol pada tahun (1963) berdasarkan penemuannya mengenai model belajar
yaitu “model of school learning”. Model ini menguraikan faktor-faktor yang memepengaruhi
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 4
keberhasilan belajar siswa. Ia menyatakan bahwa bakat siswa untuk suatu pelajaran tertentu
dapat diramalkan dari waktu yang disediakan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan atau waktu
yang dibutuhkan untuk belajar dan untuk mencapai tingkat penguasaan tertentu.
Selain itu John B. Carol (1953) juga berpendapat bahwa peserta didik yang berbakat
tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan
dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah.
Virgil word menjelaskan tentang anak yang berbakat dengan mengajukan proposisi dalam
bukunya yang berjudul Differential Education for the giffed bahwa pendidikan anak berbakat
intelektual berbeda dari anak lainnya dan seyogianya amat menekankan aktifitas intelektual.
Samiawan (1997) menyebbutkan beberapa proposisi dalam bukunya persfektif
Pendidikan Anak Berbakat, diantaranya proposisi Carol (dalam Ward,1980) menyebutkan bahwa
perilaku intelektual, aspek teoritis, dan tingkat abstraksi mereka menunjukkan karakteristik mental
yang berbeda dalam kecepatan melihat hubungan yang bermakna, tanggapan mengaitkan
asosiasi logis, mudah mengadaptasikan prinsip abstrak ke situasi konkret dengan mengkaji
komponen situasi yang identik, serta mampu menggeneralisasikan.
Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga
didalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan
anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama
sekali tujuan pembelajaran.
D. BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING
Persoalan yang melekat dalam setiap strategi pembelajaran penguasaan ialah
bagaimana menyediakan waktu pengajaran tambahan kapada siswa yang membutuhkannya.
Dalam beberapa riset tentang pembelajaran penguasaan,pengajaran tambahan ini diberikan di
luar waktu pelajaran biasa, seperti seusai sekolah atau selama istirahat. Siswa yang tidak berhasil
memenuhi kriteria penguasaan (mastery criterion) yang sudah ditentukan sebelumnya (seperti
90 persen benar dalam ujian) setelah pelajaran diberi pengajaran perbaikan (corrective instruction)
tambahan ini hingga mereka dapat memperoleh nilai 90 persen untuk ujian serupa. Riset tentang
program pembelajaran penguasaan yang memberikan pengajaran perbaikan selin waktu pelajaran
biasa pada umumnya menemukan peningkatan pencapaian, khususnya bagi siswa yang
berpencapaian rendah (Bloom, 1984; Kulik, Kulik & Bengert-Drowns,1990;Slavin,1987 c ).
Betuk-betuk pembelajaran penguasaan yang memerlukan waktu pengajaran tambahan
tidak mudah diterapkan pada pendidikan dasar dan menengah, di mana jumlah diterapkan pada
pendidikan dasar dan menengah, di mana jumlah waktu yang tersedia relatif sudah tetap.
Misalnya, ada kemungkinan meminta siswa tetap tinggal seusai sekolah untk menerima
pengajaran perbaikan selama beberapa minggu, tetapi hal ini akan sulit direncanakan dalam
jangka panjang. Juga, ada pertanyaan apakah waktu tambahan yang diperlukan untuk pengajaran
perbaikan pada pembelajaran penguasaan tidak lebih baik digunakan untuk membahas lebih
banyak bahan.
Salah satu bentuk pembelajaran penguasaan membadakan waktu pengajaran yang
diberikan kepada siswa yang mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan memberikan
pengajaran perbaikan kepada siswa yang membutuhkannya sambil membiarkan siswa yang
tidak membutuhkannya melakukan pekerjaan pengayaan. Misalnya,guru ilmu bumi SMA mungkin
memberikan pelajaranten tang gunung api dan gempa bumi. Pada akhir pelajaran tersebut, siswa
akan diberi ujian singkat. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 80 persen akan menerima
pengajaran perbaikan tentang konsep-konsep yang merupakan masalah bagi mereka, sedangkan
siswa lainnya akan melakukan kegiata pengayaan (enrichment activities), seperti mencari tahu
tentang gampa bumi San Francisco baru-baru ini atau sejarah letusan Gunung Vesuvius yang
mengubur kota kuno Pempeii.
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 5
E. CARA PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING
Pembelajaran menguasai( mastery learning) adalah kerangkaberpikir dalam
merencanakan rangkaian instruksional, yang dirumuskan oleh John B.Carrol (1971) dan Benjamin
Bloom (1971). Pembelajaran dengan model pengasaan merupakan metode yang menarik dalam
meningkatkan kemungkinan siswa untuk mampu mencapai level performa yang memuaskan.
Karya yang bar-baru ini muncul telah memperlukuat gagasan tersebut, dan teknologi instruksional
kontemporer telah menjadikan gagasan ini lebih mudah diaplikasikan.
F. KONSEP TINGKAT BAKAT
Gagasan teoretis yang paling inti dalam pembelajaran menguasai ini didasarkan pada
perspektif John Carroll yang cukup menarik mengenai makna bakat. Umumnya, bakat dianggap
sebagai karakteristik yang berhubungan erat dengan prestasi siswa (semakin banyak bakat yang
dimiliki seseorang, maka semakin sering ia belajar). Namun, Carrol memandang bakat sebagai
jumlah waktu yang dihabiskan seseorang untuk mempelajari materi tertentu, dan bukan
merupakan kapasitas seseorang dalam menguasai materi tersebut. Dalam pandangan
Carroll,siswa yang punya bakat rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa
menguasai materi tertentu dibanding siswa yang memiliki bakat lebih tinggi.
G. STRATEGI PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING)
Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi Pembelajaran yang di individualisasikan dengan
menggunakan pendekatan kelompok. Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari Pembelajaran
non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut ini:
a. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan balik terhadap bahan yang
diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan.
b. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar
menguasai bahan pelajaran sebelumny sesuai dengan patokan yang ditetapkan.
c. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik gagal mencapai taraf
penguasaan penuh, melalui Pembelajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan
Pembelajaran kembali, Pembelajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan
Pembelajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu
yang diperlukan masing-masing.
d. Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik
mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi
yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran
tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Supaya pembelajaran terstruktur Winkel
menyarankan sebagai berikut :
a) Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua
tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang
diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan pembelajaran.
b) Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa
diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya
sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya.
c) Ditingkatkan motifasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan
memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 6
memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya
pada saat itu juga.
d) Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan.
Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Banyamin. S. Bloom (1968) menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu
mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, selanjutnya
mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan “bumbu” untuk
menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi:
1. Corrective Technique. Pembelajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan
Pembelajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan
metode yang berbeda dari sebelumnya.
2. Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai
bahan secara tuntas).
H. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN DENGAN PRINSIP BELAJAR TUNTAS
Ciri-ciri Pembelajarandengan prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Tujuan dari strategi Pembelajaranadalah hampir semua siswa/ semua siswa dapat
mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan.
2. Memeperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud perbedaan di sini adalah perbedaan
siswa dalam hal menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju
belajarnya.
3. Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. Evaluasi dilakukan
secara kontinyu sangat penting dilakukan agar guru dapat menerima umpan balik yang
cepat, sering dan sistematis.
4. Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan dan
pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan
berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan Pembelajaransiswa
dan administrasi sekolah.
5. Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Prinsif siswa belajar aktif memungkinkan siswa
mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sendiri.
6. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Cara Pembelajarandengan menggunakan
prinsif belajar tuntas menuntut pembagian bahan Pembelajaran menjadi unit yang kecil-
kecil.
I. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BELAJAR TUNTAS
Seperti halnya dengan strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran tuntas juga memiliki
kebaikan dan kelemahan diantaranya yaitu:
Kelebihan Belajar Tuntas
1. Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada
prinsif perbedaan individual, belajar kelompok.
2. Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep
CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri,
memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri.
3. Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif,
baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya.
4. Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 7
5. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas
yang tinggi.
Kelemahan Belajar Tuntas
1. Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar
tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-
satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh.
2. Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti
menuntut macam-macam kemampuan yang memadai.
3. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk
menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
4. Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu yang
cukup besar.
5. Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas
sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas,
menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan
sumber-sumber yang lebih luas
J. PERENCANAAN BELAJAR TUNTAS
Perencanaan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum
melakukan kegiatan Pembelajaranagar guru mampu mengajar dengan baik dan siswa akan
menerima pelajaran dari gurunya dengan baik pula. Perencanaan belajar tuntas disusun dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun
khusus.
2. Mempersiapkan alat evaluasi
3. Menjabarkan materi pelajaran menjadi suatu urutan unit-unit pelajaran yang dirangkaikan,
yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu.
4. Mengembangkan prosedur korelasi dan umpan balik bagi setiap unit pelajaran
5. Menyusun tes diagnosik kemampuan belajar untuk memperoleh informasi bagi guru dan
siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai hasil Pembelajaran sebelumnya sesuai
dengan unit pelajaran.
6. Mengembangkan suatu himpunan materi Pembelajaran alternatif atau learning corrective
sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok ujian
satuan tes.
7. Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan
Pembelajaran.
K. PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS
Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu proses
pelaksanaan belajar tuntas. Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi siswa terhadap strategi belajar tuntas yang
berkenaan dengan orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka satu
semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini guru
menjelaskan keseluruhan bahan yang telah direncanakan dalam tabel spesifikasi, lalu
dilanjutkan dengan prates yang isinya sama dengan isi tes sumatif.
Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 8
2. Kegiatan Pembelajaran. Dalam kegiatan Pembelajaran ini yang harus dilakukan oleh
seorang guru yaitu (a) guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan
dipelajari dengan cara memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan cara
mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukkan topik umum
atau konsep umum yang akan dipelajari. (b) penyajian rencana kegiatan
Pembelajaranbeardasarkan standar kelompok. Dengan cara ini para siswa akan terhindar
dari kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar yang perlu
dilakukan sendiri. (c) penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan
pelajaran. (d) malaksanakan diagnostic progress test. (e) mengidentifikasi kemampuan
belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum memuaskan. (f) menetapkan siswa
yang hasil belajarnya telah memuaskan. (g) memberikan kegiatan korektif kepada siswa
yang hasil belajarnya “belum memuaskan”. Ada tiga teknik yang dapat dikembangkan
yaitu: bantuan tutor teman sekelas, guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan
dengan pokok ujian apabila sebagian besar siswa belum memuaskan. Siswa yang
bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan dan melakukannya
secara individual. (h) memonitor keefektifan kegiatan korektif. (i) menentapkan kembali
siswa yang hasil belajarnya memuaskan.
3. Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai dilakukan maka guru
melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemmapuan siswa.
4. Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan setiap siswa. Kegiatan ini
bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap siswa. Mereka diberi tabel
spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M (mastery) sedangkan yang belum
diberi tanda NM ( non mastery).
5. Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai
berdasarkan hasil yang dicapai oleh siswa. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh
oleh guru: (1) membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi
belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain. (2) terlebih dahulu membuat
hipotesis tentang hasil belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas lalu dibuktikan
berdasarkan hasil belajar kelas senyatanya. Dengan cara demikian maka dapat diketahui
keefektifan keseluruhan program yang telah dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun; Models of Teaching(model-model pengajaran)
Hamalik Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi PembelajaranBerdasarkan CBSA. Bandung:
Sinar Baru.
Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidika teori dan praktik
Semiawan Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak Berbakat. Jakarta: Gramedia Widia Sarana
Indonesia.
Subroto Suryo. 1996. Proses Pembelajarandi sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Winkel, WS. 1996. Psikologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.
Yamin Martinis. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Gaung Persada Press.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaPrincess Indry
 
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013imamhidayat21
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranrizka_pratiwi
 
Komponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulumKomponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulumchytra Daud
 
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasMakalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasDee Deeka
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyajhesica purba
 
12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.Faris Rusli
 
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar SiswaPower Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswadian_meylisha4d
 
KB 2 Teori Belajar Kognitivisme
KB 2 Teori Belajar KognitivismeKB 2 Teori Belajar Kognitivisme
KB 2 Teori Belajar KognitivismeIstna Zakia Iriana
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiBebek007
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHzahra_khusnul
 
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SD
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SDModul 2 Pembelajaran Terpadu di SD
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SDAulin Hipgalz
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...Ummu Nihayah
 

Was ist angesagt? (20)

Model pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-tabaModel pengembangan-kurikulum-taba
Model pengembangan-kurikulum-taba
 
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
Perbedaan kbk, ktsp, kurikulum 2013
 
Teori Belajar Van Hiele
Teori Belajar Van HieleTeori Belajar Van Hiele
Teori Belajar Van Hiele
 
RPP Sastra Anak
RPP Sastra AnakRPP Sastra Anak
RPP Sastra Anak
 
Ppt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaranPpt pendekatan pembelajaran
Ppt pendekatan pembelajaran
 
Komponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulumKomponen komponen kurikulum
Komponen komponen kurikulum
 
Makalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi GuruMakalah Masalah Profesi Guru
Makalah Masalah Profesi Guru
 
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelasMakalah model pembelajaran pertemuan kelas
Makalah model pembelajaran pertemuan kelas
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
pengelolaan kelas
pengelolaan kelaspengelolaan kelas
pengelolaan kelas
 
12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.12. pembelajaran menyimak berbicara.
12. pembelajaran menyimak berbicara.
 
Rpp pkp 1
Rpp pkp 1Rpp pkp 1
Rpp pkp 1
 
Rpp kelas 2
Rpp kelas 2Rpp kelas 2
Rpp kelas 2
 
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar SiswaPower Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
Power Point Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa
 
KB 2 Teori Belajar Kognitivisme
KB 2 Teori Belajar KognitivismeKB 2 Teori Belajar Kognitivisme
KB 2 Teori Belajar Kognitivisme
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasi
 
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAHEFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
EFEKTIVITAS, EFISIENSI, DAN PRODUKTIFITAS MANAJEMEN MUTU BERBASIS SEKOLAH
 
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SD
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SDModul 2 Pembelajaran Terpadu di SD
Modul 2 Pembelajaran Terpadu di SD
 
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
13 strategi peningkatan mutu pendidikan melalui penerapan mbs konsep mbs meru...
 
Penilaian Produk
Penilaian ProdukPenilaian Produk
Penilaian Produk
 

Andere mochten auch

Pembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery LearningPembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery LearningELce PurWandarie
 
Contoh media pembelajaran
Contoh media pembelajaranContoh media pembelajaran
Contoh media pembelajaranvivisukriani
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)EDUCATIONAL TECHNOLOGY
 
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaHariyatunnisa Ahmad
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialMichael J. Scofield
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahHariyatunnisa Ahmad
 
Tugas TIK Contoh Model Media Pembelajaran
Tugas TIK Contoh Model Media PembelajaranTugas TIK Contoh Model Media Pembelajaran
Tugas TIK Contoh Model Media PembelajaranChintya Mutiarani
 
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimi
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimiMasalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimi
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimiShamimi Jamudin
 
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN Youssii Ajaahh
 

Andere mochten auch (19)

Pembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery LearningPembelajaran Mastery Learning
Pembelajaran Mastery Learning
 
Pembelajaran tuntas
Pembelajaran tuntasPembelajaran tuntas
Pembelajaran tuntas
 
Pendidikan antikorupsi
Pendidikan antikorupsiPendidikan antikorupsi
Pendidikan antikorupsi
 
MULTIMEDIA GRAFIS
MULTIMEDIA GRAFISMULTIMEDIA GRAFIS
MULTIMEDIA GRAFIS
 
Direct instruction
Direct instructionDirect instruction
Direct instruction
 
Contoh media pembelajaran
Contoh media pembelajaranContoh media pembelajaran
Contoh media pembelajaran
 
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
Makalah taxonomy hasil belajar revisi (autosaved)
 
Artikel presentasi
Artikel presentasiArtikel presentasi
Artikel presentasi
 
Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..
 
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made WenaStrategi Belajar Mengajar - Made Wena
Strategi Belajar Mengajar - Made Wena
 
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedialProses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
Proses pembelajaran evaluasi diagnosa dan remedial
 
Makalah ict
Makalah ictMakalah ict
Makalah ict
 
Rancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaranRancangan pembelajaran
Rancangan pembelajaran
 
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri AnitahStrategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
Strategi Belajar Mengajar - Sri Anitah
 
Teori-teori Belajar
Teori-teori BelajarTeori-teori Belajar
Teori-teori Belajar
 
Tugas TIK Contoh Model Media Pembelajaran
Tugas TIK Contoh Model Media PembelajaranTugas TIK Contoh Model Media Pembelajaran
Tugas TIK Contoh Model Media Pembelajaran
 
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimi
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimiMasalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimi
Masalah penguasaan pembelajaran dan cara mengesan kesukaran pembelajaran mimi
 
RPP IPS KELAS 4 SD
RPP IPS KELAS 4 SDRPP IPS KELAS 4 SD
RPP IPS KELAS 4 SD
 
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
METODE KOOPERATIF BERBAGAI TIPE PEMBELAJARAN
 

Ähnlich wie Artikel mastery learning

PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANNASuprawoto Sunardjo
 
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Nastiti Rahajeng
 
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfRK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfMasFa4
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuYusri Sairi
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenJoko Prasetiyo
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan sintaroyani
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapAjrina Pia
 
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)NunUi4
 
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdf
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdfArtikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdf
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdfHarlimanDs
 
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENG
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENGPENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENG
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENGVan threesamra
 
1_IKM SMP - MTs.pptx
1_IKM SMP - MTs.pptx1_IKM SMP - MTs.pptx
1_IKM SMP - MTs.pptxAndriWiliya
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Nastiti Rahajeng
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualGigyh Ardians
 

Ähnlich wie Artikel mastery learning (20)

PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAANPEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
PEMBELAJARAN TUNTAS, REMEDIAL, PENGAYAAN
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
Konsep Dasar Pengajaran Individual (KELOMPOK 1)
 
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdfRK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
RK TP 4 PPTX kelompok 5.pdf
 
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayuTugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
Tugasan kaedah pengajaran dan pembelajaran bahasa melayu
 
Guru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan KompetenGuru Inspiratif dan Kompeten
Guru Inspiratif dan Kompeten
 
Konsep pengayaan
Konsep pengayaan Konsep pengayaan
Konsep pengayaan
 
Kesiapan guru mengajar
Kesiapan guru mengajarKesiapan guru mengajar
Kesiapan guru mengajar
 
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkapPengertian strategi pembelajaran lengkap
Pengertian strategi pembelajaran lengkap
 
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
Kurikulum berbasis kompetensi (kbk)
 
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdf
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdfArtikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdf
Artikel-Pembelajaran-Berdiferensiasi-T-Husni-BPMP-Aceh.pdf
 
Tugas kurikulum sule
Tugas kurikulum suleTugas kurikulum sule
Tugas kurikulum sule
 
Tugas kurikulum sule
Tugas kurikulum suleTugas kurikulum sule
Tugas kurikulum sule
 
Makalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaranMakalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaran
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
Ptk
PtkPtk
Ptk
 
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENG
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENGPENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENG
PENGKAJIAN KURIKULUM SMK OLEH RIVANDY TRISAMRASUL KARUNDENG
 
1_IKM SMP - MTs.pptx
1_IKM SMP - MTs.pptx1_IKM SMP - MTs.pptx
1_IKM SMP - MTs.pptx
 
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
Pendekatan pembelajaran individual (KELOMPOK 3)
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran Konstektual
 

Mehr von EDUCATIONAL TECHNOLOGY (20)

Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3Adobe Photoshop Cs3
Adobe Photoshop Cs3
 
Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9Materi tik kelas 9
Materi tik kelas 9
 
Kamus istilah komputer
Kamus istilah komputerKamus istilah komputer
Kamus istilah komputer
 
Bahan ajar TIK
Bahan ajar TIKBahan ajar TIK
Bahan ajar TIK
 
Artikel henry
Artikel henryArtikel henry
Artikel henry
 
Artikel paulina jd
Artikel paulina jdArtikel paulina jd
Artikel paulina jd
 
Kumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibranKumpulan karya kahlil gibran
Kumpulan karya kahlil gibran
 
Teamwork dalam organisasi
Teamwork dalam  organisasiTeamwork dalam  organisasi
Teamwork dalam organisasi
 
Pengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan OrganisasiPengambilan keputusan Organisasi
Pengambilan keputusan Organisasi
 
Manajemen waktu
Manajemen waktuManajemen waktu
Manajemen waktu
 
Manajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuanManajemen pembaharuan
Manajemen pembaharuan
 
Manajemen organisasi
Manajemen organisasiManajemen organisasi
Manajemen organisasi
 
Manajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasiManajemen konflik organisasi
Manajemen konflik organisasi
 
Manajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasiManajemen kesekretariatan organisasi
Manajemen kesekretariatan organisasi
 
Manajemen forum
Manajemen forumManajemen forum
Manajemen forum
 
Manajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasiManajemen & administrasi organisasi
Manajemen & administrasi organisasi
 
Komunikasi organisasi
Komunikasi organisasiKomunikasi organisasi
Komunikasi organisasi
 
Kepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasionalKepemimpinan transformasional
Kepemimpinan transformasional
 
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
Kepemimpinan dan perilaku  organisasiKepemimpinan dan perilaku  organisasi
Kepemimpinan dan perilaku organisasi
 
Iklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasiIklim dan kesehatan organisasi
Iklim dan kesehatan organisasi
 

Kürzlich hochgeladen

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASbilqisizzati
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatanssuser963292
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDNurainiNuraini25
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxadimulianta1
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITASMATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
MATEMATIKA EKONOMI MATERI ANUITAS DAN NILAI ANUITAS
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptxPerumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
Perumusan Visi dan Prakarsa Perubahan.pptx
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 

Artikel mastery learning

  • 1. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 1 MASTERY LEARNING (PEMBELAJARAN PENGUASAAN / PEMBELAJARAN TUNTAS) Bahrur Rosyidi Duraisy A. PENDAHULUAN Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya peserta didik Sekolah Menengah Atas (SMA). Masalah lain adalah bahwa pendekatan dalam pembelajaran masih terlalu didominasi peran guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan peserta didik sebagai objek dan bukan sebagai subjek didik. Pendidikan kita kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam berbagai mata pelajaran, untuk mengembangkan kemampuan berpikir holistik (menyeluruh), kreatif, objektif, dan logis, belum memanfaatkan quantum learning sebagai salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran, serta kurang memperhatikan ketuntasan belajar secara individual. Demikian juga proses pendidikan dalam sistem persekolahan kita, umumnya belum menerapkan pembelajaran sampai peserta didik menguasai materi pembelajaran secara tuntas. Akibatnya, banyak peserta didik yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak heran kalau mutu pendidikan secara nasional masih rendah. Penerapan Standar Isi yang berbasis pendekatan kompetensi sebagai upaya perbaikan kondisi pendidikan di tanah air ini memiliki beberapa alasan, di antaranya: 1. potensi peserta didik berbeda-beda, dan potensi tersebut akan berkembang jika stimulusnya tepat; 2. mutu hasil pendidikan yang masih rendah serta mengabaikan aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, seni & olah raga, serta kecakapan hidup (life skill); 3. persaingan global yang memungkinkan hanya mereka yang mampu akan berhasil; 4. persaingan kemampuan SDM (Sumber Daya Manusia) produk lembaga pendidikan; 5. persaingan yang terjadi pada lembaga pendidikan, sehingga perlu rumusan yang jelas mengenai standar kompetensi lulusan. Upaya-upaya dalam rangka perbaikan dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi meliputi: kewenangan pengembangan, pendekatan pembelajaran, penataan isi/konten, serta model sosialisasi, lebih disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi serta era yang terjadi saat ini. Pendekatan pembelajaran diarahkan pada upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam mengelola perolehan belajar (kompetensi) yang paling sesuai dengan kondisi masing-masing. Dengan demikian proses pembelajaran lebih mengacu kepada bagaimana peserta didik belajar dan bukan lagi pada apa yang dipelajari. Sesuai dengan cita-cita dari tujuan pendidikan nasional, guru perlu memiliki beberapa prinsip mengajar yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal peserta didik di dalam merancang strategi dan melaksanakan pembelajaran. Peningkatan potensi internal itu misalnya dengan menerapkan jenis-jenis strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara penuh, utuh dan kontekstual. Berbicara tentang rendahnya daya serap atau prestasi belajar, atau belum terwujudnya keterampilan proses dan pembelajaran yang menekankan pada peran aktif peserta didik, inti persoalannya adalah pada masalah “ketuntasan belajar” yakni pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap kompetensi secara perorangan. Masalah ketuntasan belajar merupakan masalah yang penting, sebab menyangkut masa depan peserta didik, terutama mereka yang mengalami kesulitan belajar. Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah
  • 2. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 2 satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik- baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan. B. ASUMSI DASAR Metode pembelajaran adalah cara untuk mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu. Hal ini berlaku baik bagi guru (dalam pemilihan metode mengajar) maupun bagi peserta didik (dalam memilih strategi belajar). Dengan demikian makin baik metode, akan makin efektif pula pencapaian tujuan belajar (Winarno Surahmad, 1982). Langkah metode pembelajaran yang dipilih memainkan peranan utama, yang berakhir pada semakin meningkatnya prestasi belajar peserta didik. Salah satu sarana untuk menyesuaikan pengajaran pada kebutuhan siswa yang beragam disebut pembelajaran penguasaan (Guskey, 1995). Gagasan dasar di balik pembelajaran penguasaan (mastery leraning) ialah memastikan bahwa semua atau hampir semua siswa telah mempelajari kemampuan tertentu hingga tingkat penguasaan yang telah ditentukan sebelum beralih ke kemampuan berikut. Pembelajaran penguasaan pertama kali diusulkan sebagai jalan keluar atas persoalan perbedaan masing-masing orang oleh Benjamin Bloom (1967), yang mendasarkan rekomendasinya sbagain pada hasil penelitian John Carroll (1963) sebelimnya. Sebagaimana dibahas sebelumnya dalam bab ini, Corroll telah mengusulkan untuk mempelajari apa yang sedang diajarkan dan jumlah waktu yang digunakan dalam pengajaran. Salah satu implikasi model Carroll tersebut ialah bahwa, kalau waktu yang di gunakan ternyata sama untuk semua siswa dan semua siswa menerima jenis pengajaran yang sama, perbedaan pencapaian siswa terutama akan mencermikan perbedaan kecenderungan siswa. Namun, pada tahun 1968, Bloom mengusulkan agar, alih-alih memberikan jumlah waktu pengajaran yang sama kepada semua siswa dan membolehkan pengajaran berbeda. Maksudnya, Bloom mengusulkan agar kita memberi waktu dan pengajaran kepada siswa sebanyak yang mereka butuhkan untuk mengantarkan mereka semua pada tingkat pembelajaran yang pantas. Apabila beberapa siswa tampak berada pada bahaya tidak belajar, mereka seharusnya diberi pengajaran tambahan hingga mereka benar-benar belajar. Asumsi yang mendasari pembelajaran penguasaan ialah bahwa hampir setiap siswa dapat mempelajari kemampuan yang peting dalam kurikulum. Asumsi ini disampaikan kepada siswa maupun dilaksanakan oleh guru,yang tugasnya ialah memberikan pengajaran yang diperlukan untuk menjadikan harapan menjadi kennyataan. Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam proses pembelajaran berbasis kompetensi dimaksudkan adalah pendekatan dalam pembelajaran yang mempersyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Dalam model yang paling sederhana, dikemukakan bahwa jika setiap peserta didik diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan, dan jika dia menghabiskan waktu yang diperlukan, maka besar kemungkinan peserta didik akan mencapai tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi jika peserta didik tidak diberi cukup waktu atau dia tidak dapat menggunakan waktu yang diperlukan secara penuh, maka tingkat penguasaan kompetensi peserta didik tersebut belum optimal. Model ini menggambarkan bahwa tingkat penguasaan kompetensi (degree of learning) ditentukan oleh seberapa banyak waktu yang benar-benar digunakan (time actually spent) untuk belajar dibagi dengan waktu yang diperlukan (time needed) untuk menguasai kompetensi tertentu. Dalam pembelajaran konvensional, bakat (aptitude) peserta didik tersebar secara normal. Jika kepada mereka diberikan pembelajaran yang sama dalam jumlah pembelajaran dan waktu
  • 3. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 3 yang tersedia untuk belajar, maka hasil belajar yang dicapai akan tersebar secara normal pula. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa hubungan antara bakat dan tingkat penguasaan adalah tinggi. Sebaliknya, apabila bakat peserta didik tersebar secara normal, dan kepada mereka diberi kesempatan belajar yang sama untuk setiap peserta didik, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda dalam kualitas pembelajarannya, maka besar kemungkinan bahwa peserta didik yang dapat mencapai penguasaan akan bertambah banyak. Dalam hal ini hubungan antara bakat dengan keberhasilan akan menjadi semakin kecil. Dari konsep-konsep di atas, kiranya cukup jelas bahwa harapan dari proses pembelajaran dengan pendekatan belajar tuntas adalah untuk mempertinggi rata-rata prestasi peserta didik dalam belajar dengan memberikan kualitas pembelajaran yang lebih sesuai, bantuan, serta perhatian khusus bagi peserta didik yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Dari konsep tersebut, dapat dikemukakan prinsip-prinsip utama pembelalaran tuntas adalah: 1. Kompetensi yang harus dicapai peserta didik dirumuskan dengan urutan yang hirarkis, 2. Evaluasi yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, dan setiap kompetensi harus diberikan feedback, 3. Pemberian pembelajaran remedial serta bimbingan yang diperlukan, 4. Pemberian program pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar lebih awal. (Gentile & Lalley: 2003) C. PENDEKATAN PEMBELAJARAN TUNTAS Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik- baiknya oleh seluruh warga sekolah. Untuk itu perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan. John B. Carol pada tahun (1963) berdasarkan penemuannya mengenai model belajar yaitu “model of school learning”. Model ini menguraikan faktor-faktor yang memepengaruhi
  • 4. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 4 keberhasilan belajar siswa. Ia menyatakan bahwa bakat siswa untuk suatu pelajaran tertentu dapat diramalkan dari waktu yang disediakan untuk mempelajari pelajaran tersebut dan atau waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan untuk mencapai tingkat penguasaan tertentu. Selain itu John B. Carol (1953) juga berpendapat bahwa peserta didik yang berbakat tinggi memerlukan waktu yang relatif sedikit untuk mencapai taraf penguasaan bahan dibandingkan dengan peserta didik yang memiliki bakat rendah. Virgil word menjelaskan tentang anak yang berbakat dengan mengajukan proposisi dalam bukunya yang berjudul Differential Education for the giffed bahwa pendidikan anak berbakat intelektual berbeda dari anak lainnya dan seyogianya amat menekankan aktifitas intelektual. Samiawan (1997) menyebbutkan beberapa proposisi dalam bukunya persfektif Pendidikan Anak Berbakat, diantaranya proposisi Carol (dalam Ward,1980) menyebutkan bahwa perilaku intelektual, aspek teoritis, dan tingkat abstraksi mereka menunjukkan karakteristik mental yang berbeda dalam kecepatan melihat hubungan yang bermakna, tanggapan mengaitkan asosiasi logis, mudah mengadaptasikan prinsip abstrak ke situasi konkret dengan mengkaji komponen situasi yang identik, serta mampu menggeneralisasikan. Belajar tuntas menciptakan anak didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga didalam kelas tidak terjadi anak cerdas akan mencapai semua tujuan pembelajaran, sedangkan anak didik yang kurang cerdas mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran. D. BENTUK-BENTUK PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING Persoalan yang melekat dalam setiap strategi pembelajaran penguasaan ialah bagaimana menyediakan waktu pengajaran tambahan kapada siswa yang membutuhkannya. Dalam beberapa riset tentang pembelajaran penguasaan,pengajaran tambahan ini diberikan di luar waktu pelajaran biasa, seperti seusai sekolah atau selama istirahat. Siswa yang tidak berhasil memenuhi kriteria penguasaan (mastery criterion) yang sudah ditentukan sebelumnya (seperti 90 persen benar dalam ujian) setelah pelajaran diberi pengajaran perbaikan (corrective instruction) tambahan ini hingga mereka dapat memperoleh nilai 90 persen untuk ujian serupa. Riset tentang program pembelajaran penguasaan yang memberikan pengajaran perbaikan selin waktu pelajaran biasa pada umumnya menemukan peningkatan pencapaian, khususnya bagi siswa yang berpencapaian rendah (Bloom, 1984; Kulik, Kulik & Bengert-Drowns,1990;Slavin,1987 c ). Betuk-betuk pembelajaran penguasaan yang memerlukan waktu pengajaran tambahan tidak mudah diterapkan pada pendidikan dasar dan menengah, di mana jumlah diterapkan pada pendidikan dasar dan menengah, di mana jumlah waktu yang tersedia relatif sudah tetap. Misalnya, ada kemungkinan meminta siswa tetap tinggal seusai sekolah untk menerima pengajaran perbaikan selama beberapa minggu, tetapi hal ini akan sulit direncanakan dalam jangka panjang. Juga, ada pertanyaan apakah waktu tambahan yang diperlukan untuk pengajaran perbaikan pada pembelajaran penguasaan tidak lebih baik digunakan untuk membahas lebih banyak bahan. Salah satu bentuk pembelajaran penguasaan membadakan waktu pengajaran yang diberikan kepada siswa yang mempunyai kebutuhan yang berbeda dengan memberikan pengajaran perbaikan kepada siswa yang membutuhkannya sambil membiarkan siswa yang tidak membutuhkannya melakukan pekerjaan pengayaan. Misalnya,guru ilmu bumi SMA mungkin memberikan pelajaranten tang gunung api dan gempa bumi. Pada akhir pelajaran tersebut, siswa akan diberi ujian singkat. Siswa yang memperoleh nilai kurang dari 80 persen akan menerima pengajaran perbaikan tentang konsep-konsep yang merupakan masalah bagi mereka, sedangkan siswa lainnya akan melakukan kegiata pengayaan (enrichment activities), seperti mencari tahu tentang gampa bumi San Francisco baru-baru ini atau sejarah letusan Gunung Vesuvius yang mengubur kota kuno Pempeii.
  • 5. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 5 E. CARA PEMBELAJARAN MASTERY LEARNING Pembelajaran menguasai( mastery learning) adalah kerangkaberpikir dalam merencanakan rangkaian instruksional, yang dirumuskan oleh John B.Carrol (1971) dan Benjamin Bloom (1971). Pembelajaran dengan model pengasaan merupakan metode yang menarik dalam meningkatkan kemungkinan siswa untuk mampu mencapai level performa yang memuaskan. Karya yang bar-baru ini muncul telah memperlukuat gagasan tersebut, dan teknologi instruksional kontemporer telah menjadikan gagasan ini lebih mudah diaplikasikan. F. KONSEP TINGKAT BAKAT Gagasan teoretis yang paling inti dalam pembelajaran menguasai ini didasarkan pada perspektif John Carroll yang cukup menarik mengenai makna bakat. Umumnya, bakat dianggap sebagai karakteristik yang berhubungan erat dengan prestasi siswa (semakin banyak bakat yang dimiliki seseorang, maka semakin sering ia belajar). Namun, Carrol memandang bakat sebagai jumlah waktu yang dihabiskan seseorang untuk mempelajari materi tertentu, dan bukan merupakan kapasitas seseorang dalam menguasai materi tersebut. Dalam pandangan Carroll,siswa yang punya bakat rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa menguasai materi tertentu dibanding siswa yang memiliki bakat lebih tinggi. G. STRATEGI PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY LEARNING) Strategi belajar tuntas adalah suatu strategi Pembelajaran yang di individualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok. Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari Pembelajaran non belajar tuntas terutama dalam hal-hal berikut ini: a. Pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh umpan balik terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosa kemajuan. b. Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumny sesuai dengan patokan yang ditetapkan. c. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan terhadap anak didik gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui Pembelajaran korektif, yang menurut Morrison merupakan Pembelajaran kembali, Pembelajaran tutorial, restrukturasi kegiatan belajar dan Pembelajaran kembali kebiasaan-kebiasaan belajar peserta didik, sesuai dengan waktu yang diperlukan masing-masing. d. Apabila pembelajaran tuntas dilakukan dalam kondisi yang tepat maka semua peserta didik mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil yang maksimal, pembelajaran tuntas harus dilakukan dengan sistematis. Supaya pembelajaran terstruktur Winkel menyarankan sebagai berikut : a) Tujuan-tujuan pembelajaran yang harus dicapai ditetapkan secara tegas. Semua tujuan dirangkaikan dan materi pelajaran dibagi-bagi atas unit-unit pelajaran yang diurutkan, sesuai dengan rangkaian semua tujuan pembelajaran. b) Siswa dituntut supaya mencapai tujuan pembelajaran lebih dahulu, sebelum siswa diperbolehkan mempelajari unit pelajaran yang baru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi siswa dilarang untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya sebelum siswa tersebut mamahami pokok bahasan sebelumnya. c) Ditingkatkan motifasi belajar siswa dan efektivitas usaha belajar siswa, dengan memonitor proses belajar siswa melalui testing berkala dan kontinyu, serta
  • 6. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 6 memberikan umpan balik kepada siswa mengenai keberhasilan atau kegagalannya pada saat itu juga. d) Memberikan bantuan atau pertolongan kepada siswa yang masih mengalami kesulitan. Strategi belajar tuntas dapat diterapkan secara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Banyamin. S. Bloom (1968) menyebutkan 3 strategi dalam belajar tuntas yaitu mengidentifikasi prakondisi, mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar, selanjutnya mengimplementasikan dalam pembelajaran kalsikal dengan memberikan “bumbu” untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi: 1. Corrective Technique. Pembelajaran remedial, yang dilakukan dengan memberikan Pembelajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai oleh peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya. 2. Memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (belum menguasai bahan secara tuntas). H. CIRI-CIRI PEMBELAJARAN DENGAN PRINSIP BELAJAR TUNTAS Ciri-ciri Pembelajarandengan prinsip belajar tuntas adalah sebagai berikut: 1. Pembelajaran didasarkan atas tujuan-tujuan pendidikan yang telah ditentukan terlebih dahulu. Tujuan dari strategi Pembelajaranadalah hampir semua siswa/ semua siswa dapat mencapai tingkat penguasaan tujuan pendidikan. 2. Memeperhatikan perbedaan individu. Yang dimaksud perbedaan di sini adalah perbedaan siswa dalam hal menerima rangsangan dari luar dan dari dalam dirinya serta laju belajarnya. 3. Evaluasi yang dilakukan secara kontinyu dan didasarkan atas kriteria. Evaluasi dilakukan secara kontinyu sangat penting dilakukan agar guru dapat menerima umpan balik yang cepat, sering dan sistematis. 4. Menggunakan program perbaikan dan program pengayaan. Program perbaikan dan pengayaan adalah sebagai akibat dari penggunaan evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan kriteria serta pandangan terhadap perbedaan kecepatan Pembelajaransiswa dan administrasi sekolah. 5. Menggunakan prinsip siswa belajar aktif. Prinsif siswa belajar aktif memungkinkan siswa mendapatkan pengetahuan berdasarkan kegiatan-kegiatan yang dilakukannya sendiri. 6. Menggunakan satuan pelajaran yang kecil. Cara Pembelajarandengan menggunakan prinsif belajar tuntas menuntut pembagian bahan Pembelajaran menjadi unit yang kecil- kecil. I. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BELAJAR TUNTAS Seperti halnya dengan strategi pembelajaran yang lain, pembelajaran tuntas juga memiliki kebaikan dan kelemahan diantaranya yaitu: Kelebihan Belajar Tuntas 1. Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar modern yang berpegang pada prinsif perbedaan individual, belajar kelompok. 2. Strategi ini memungkinkan siswa belajar lebih aktif sebagaimana disarankan dalam konsep CBSA yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan menemukan dan bekerja sendiri. 3. Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan persuasif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya. 4. Strategi ini berorientasi kepada peningkatan produktifitas hasil belajar.
  • 7. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 7 5. Penilaian yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa mengandung unsur objektivitas yang tinggi. Kelemahan Belajar Tuntas 1. Para guru umumnya masih mengalami kesulitan dalam membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk jangka satu semester, disamping penyusunan satuan- satuan pelajaran yang lengkap dan menyeluruh. 2. Strategi ini sulit dalam pelaksanaannya karena melibatkan berbagai kegiatan, yang berarti menuntut macam-macam kemampuan yang memadai. 3. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru. 4. Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana. Dan waktu yang cukup besar. 5. Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak menggunakan sumber-sumber yang lebih luas J. PERENCANAAN BELAJAR TUNTAS Perencanaan merupakan hal yang penting yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan kegiatan Pembelajaranagar guru mampu mengajar dengan baik dan siswa akan menerima pelajaran dari gurunya dengan baik pula. Perencanaan belajar tuntas disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai, baik yang bersifat umum maupun khusus. 2. Mempersiapkan alat evaluasi 3. Menjabarkan materi pelajaran menjadi suatu urutan unit-unit pelajaran yang dirangkaikan, yang masing-masing dapat diselesaikan dalam waktu kurang lebih dua minggu. 4. Mengembangkan prosedur korelasi dan umpan balik bagi setiap unit pelajaran 5. Menyusun tes diagnosik kemampuan belajar untuk memperoleh informasi bagi guru dan siswa tentang perubahan yang terjadi sebagai hasil Pembelajaran sebelumnya sesuai dengan unit pelajaran. 6. Mengembangkan suatu himpunan materi Pembelajaran alternatif atau learning corrective sebagai alat untuk mengoreksi hasil belajar, yang bersumber pada setiap pokok ujian satuan tes. 7. Setiap siswa harus menemukan kesulitannya sendiri dalam mempelajari bahan Pembelajaran. K. PELAKSANAAN BELAJAR TUNTAS Setelah guru melakukan proses perencanaan maka tahap selanjutnya yaitu proses pelaksanaan belajar tuntas. Pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut: 1. Kegiatan orientasi. Kegiatan ini mengorientasi siswa terhadap strategi belajar tuntas yang berkenaan dengan orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dalam jangka satu semester dan cara belajar yang harus dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah direncanakan dalam tabel spesifikasi, lalu dilanjutkan dengan prates yang isinya sama dengan isi tes sumatif.
  • 8. Bahrur Rosyidi Duraisy | MASTERY LEARNING 8 2. Kegiatan Pembelajaran. Dalam kegiatan Pembelajaran ini yang harus dilakukan oleh seorang guru yaitu (a) guru memperkenalkan TIK pada satuan pelajaran yang akan dipelajari dengan cara memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan cara mempergunakannya untuk kepentingan bimbingan belajar atau menunjukkan topik umum atau konsep umum yang akan dipelajari. (b) penyajian rencana kegiatan Pembelajaranbeardasarkan standar kelompok. Dengan cara ini para siswa akan terhindar dari kebingungan dan menumbuhkan gagasan tentang strategi belajar yang perlu dilakukan sendiri. (c) penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. (d) malaksanakan diagnostic progress test. (e) mengidentifikasi kemampuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum memuaskan. (f) menetapkan siswa yang hasil belajarnya telah memuaskan. (g) memberikan kegiatan korektif kepada siswa yang hasil belajarnya “belum memuaskan”. Ada tiga teknik yang dapat dikembangkan yaitu: bantuan tutor teman sekelas, guru mengajarkan kembali bahan yang berhubungan dengan pokok ujian apabila sebagian besar siswa belum memuaskan. Siswa yang bersangkutan memilih sendiri daftar korektif yang telah disediakan dan melakukannya secara individual. (h) memonitor keefektifan kegiatan korektif. (i) menentapkan kembali siswa yang hasil belajarnya memuaskan. 3. Menentukan tingkat penguasaan bahan. Setelah pelajaran selesai dilakukan maka guru melakukan tes untuk mengetahui sejauh mana kemmapuan siswa. 4. Memberikan atau melaporkan kembali tingkat penguasaan setiap siswa. Kegiatan ini bertujuan agar mengetahui tingkat penguasaan setiap siswa. Mereka diberi tabel spesifikasi, bahan yang sudah dikuasai diberi tanda M (mastery) sedangkan yang belum diberi tanda NM ( non mastery). 5. Pengecekan keefektifan keseluruhan program. Keefektifan strategi belajar tuntas ditandai berdasarkan hasil yang dicapai oleh siswa. Untuk itu ada dua cara yang dapat ditempuh oleh guru: (1) membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajar tuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain. (2) terlebih dahulu membuat hipotesis tentang hasil belajar jika menggunakan strategi belajar tuntas lalu dibuktikan berdasarkan hasil belajar kelas senyatanya. Dengan cara demikian maka dapat diketahui keefektifan keseluruhan program yang telah dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Bruce Joyce, Marsha Weil, Emily Calhoun; Models of Teaching(model-model pengajaran) Hamalik Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi PembelajaranBerdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru. Mulyasa. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Belajar KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robert E. Slavin, Psikologi Pendidika teori dan praktik Semiawan Conny. 1997. Perspektif pendidikan anak Berbakat. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Subroto Suryo. 1996. Proses Pembelajarandi sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel, WS. 1996. Psikologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia. Yamin Martinis. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Gaung Persada Press.