JURNALISTIK Seputar Bentuk, Produk, Bahasa & Kode Etik
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jurnalistik
merupakan
sebuah
ilmu,
sebab
jurnalistik
memiliki
metode.”metode berarti penyelidikan berlangsung menurut suatu rencana
tertentu.”1 Jurnalistik juga merupakan cikal bakal dari sebuah ilmu, yakni ilmu
komunikasi. Jurnalistik ada karena sejarah ilmu komunikasi setelah retorika dan
publisistik. Pada mulanya kegiatan jurnalistik berkisar pada hal-hal yang bersifat
informatif saja. Jurnalistik pertama kali di kenalkan oleh negara Amerika yang
menyebut istilah jurnalistik sebagai istilah journalism. Perkembangannya di mulai
sejak tahun 1960. Berawal dengan terbitnya surat kabar yang pertama “Public
Occurences Both Foreign and Domestic” oleh Benjamin Harris di Bostan,
jurnalistik terus berkembang dari masa kemasa. Jurnalistik juga dikenalkan pada
lembaga-lembaga pendidikan formal. Pendidian jurnalistik di negeri Paman Sam,
mulai berkembang pada tahun akademi 1912/1913, dengan dibukanya school of
jurnalism di Columbia University.2
Kemudian dengan seiringnya perkembangan zaman dan majunya
teknologi yang begitu pesat dapat menghasilkan radio dan televisi, jurnalistik
menjadi semakin luas karena tidak lagi mengolah laporan harian untuk sarana
surat kabar, tetapi juga untuk sarana radio dan televisi.
Oleh karena itu di zaman modern seperti ini jurnalistik merupakan salah
satu bidang ilmu komunikasi yang di minati oleh banyak kalangan, baik hanya
untuk sekedar mengerti atau bahkan sebagai media pembelajaran. Di sekolah1
2
Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi (Jakarta: PT Grasindo, 2008), hlm. 1.
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik pendekatan (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 19.
1
2. sekolah, universitas jurnalistik pun menjadi pelajaran yang di ajarkan. Akan tetapi
banyak yang belum bisa memahami tentang jurnalistik. Bahkan membedakan
antara jurnalistik media cetak dengan jurnalistik elektronik pun banyak yang tidak
sanggup untuk menguraikannya.
Penulis menulis makalah ini untuk memecahkan solusi dari permasalahan
yang ada pada saat ini.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari jurnalistik ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk jurnalistik ?
3. Apa produk yang di hasilkan dalam kegiatan jurnalistik?
4. Bagaimana ruang lingkup pers ?
5. Bagaimana bahasa yang di gunakan dalam jurnalistik?
6. Bagaimana klasifikasi, jenis, dan nilai berita ?
7. Bagaimana kode etik jurnalistik di Indonesia ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui/memahami pengertian jurnalistik,
2. Mengetahui bentuk-bentuk jurnalistik yang ada,
3. Untuk mengetahui produk apa yang di hasilkan dalam kegiatan
jurnalistik,
4. Untuk mengetahui ruang lingkup pers seperti, fungsi utama pers,
karakteristik pers.
5. Mengetahui bahasa yang di gunakan dalam jurnalistik.
6. Untuk mengetahui dafinisi berita, jenis-jenis berita.
7. Mengetahui Kode Etik jurnalistik untuk wartawan Indonesia.
2
3. BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian jurnalistik
Kegiatan jurnalistik sebenarnya telah lama dikenal manusia di dunia ini.
Sebab kegiatan yang dimaksud selalu hadir di tengah-tengah masyarakat,
khusunya masyarakat modern sekarang ini.
“Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam
bahasa perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Sederhananya
jurnalistik diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan
atau pelaporan setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers,
bukan pula media massa. Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan
pers, atau media massa bekerja dan diakui eksistensinya dengan baik.
Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan,
mengedit, dan menulis surat kabar, majalah, atau berkala lainnya. Menurut
ensiklopedi Indonesia, jurnalistik adalah bidang profesi yang mengusahakan
penyajian informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari secara
berkala dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada.”3
Namun demikian untuk menguji kebenaran dan ketepatan definisi
tersebut, ada baiknya kita simak pula definisi-definisi yang dikemukakan para
pakar di bidang jurnalistik.
“Adinegoro
kepandaian
mengarang
menegaskan,
yang
jurnalistik
pokoknya
memberi
adalah
semacam
pekabaran
pada
masyarakat dengan selekas-lekasnya agar tersirat seluas-luasnya (Amar,
1984:30). Astrid S. Susanto melalui bukunya, komunikasi Massa (1986:73)
mendefinisikan jurnalistik sebagai kejadian pencatatan dan atau pelaporan
serta penyebaran tentang kejadian sehari-hari. Senada dengan Onong
Uchjana Effendy (1981: 102) menyatakan bahwa jurnalistik merupakan
3
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Feature (Bandung: Simbiosis
Rekatama Media, 2005), hlm. 2.
3
4. kegiatan pengolahan laporan harian yang menarik minat khalayak, mulai
dari peliputan sampai penyebarannya kepada masyarakat. Begitu juga A.W.
Widjaja (1986 : 27) menyebutkan bahwa jurnalistik merupakan suatu
kegiatan komunikasi yang diartikan dengan cara menyiarkan berita ataupun
ulasannya mengenai berbagai peristiwa atau kejadian sehari-hari yang
aktual dan faktual dalam waktu yang secepat-cepatnya.”4
Menurut saya sendiri jurnalistik merupakan kegiatan mencari sebuah
peristiwa atau kegiatan dengan tujuan disebarluaskan melalui sebuah media.
2.2
Bentuk Jurnalistik
Ilmu Jurnalistik hanya ada satu, tetapi penerapannya ke dalam bentuk
karya jurnalistik itu beragam. Dilihat dari segi bentuk dan pengelolaannya.
Jurnalistik dibagi ke dalam tiga bagian besar yakni : “jurnalistik media cetak
(newspaper and magazine journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio
broadcast journalism), jurnalistik media audiovisual (television jurnalism)”.5
Setiap bentuk jurnalistik memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing.
1. Jurnalistik Media Cetak
Jurnalistik media cetak, boleh dikatakan model jurnalistik yang paling
tua, atau yang kali pertama muncul. Meski model awalnya belum berbentuk
media surat kabar atau majalah seperti sekarang ini, namun keberadaan "media
tercetak" Acta Diurna yang digagas Julius Caesar boleh dikatakan sebagai
tonggak awal lahirnya jurnalistik media cetak, yang kemudian disusul dengan
"media tercetak" lainnya, seperti Avisa Realtion Oder Zeitung, Weekly News
pada abad ke-16.
4
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik : seputar organisasi, produk & Kode Etik (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2004), hlm. 21.
5
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 4.
4
5. Jurnalistik media cetak adalah aktivitas mengumpulkan, menyeleksi,
mengolah dan menyampaikan informasi kepada khalayak melalui media massa
tercetak.atau bisa diartikan sebuah ilmu, proses dan produk informasi yang
disajikan kepada khalayak luas melalui media cetak.
Produk Jurnalistik media cetak meliputi jurnalistik surat kabar, jurnalistik
surat kabar mingguan, jurnalistik tabloid harian, jurnalistik tabloid mingguan, dan
jurnalistik majalah. Surat kabar, menyajikan hal-hal populer, termasuk beritaberita kriminilitas, dicetak dengan kepala berita yang sensasional dan besar-besar
dengan dihiasi gambar2 besar dan mencolok. Tabloid, barang cetakan yang
betuknya setengah surat kabar harian dan umumnya full color.sedangkan majalah,
terbitan berkala yang memuat artikel dari berbagai penulis. Biasanya mingguan,
dwimingguan, bulanan atau dua bulanan
Jurnalistik media cetak dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor verbal
dan visual. “Verbal, sangat menekankan pada kemampuan kita memilih dan
menyusun kata-kata dalam rangkaian kalimat dan paragraf yang efektif dan
komunikatif. Visul, menunjukkan pada kemampuan kita dalam menata,
menempatkan, mendesain tata letak atau hal-hal yang menyangkut segi
perwajahan.”6
Dalam perspektif jurnalistik, “setiap informasi yang disajikan kepada
khalayak, bukan saja harus benar, jelas dan akurat. Melainkan juga harus menarik,
membangkitkan minat dan selera baca (surat kabat,majalah), selera dengar (siaran
radio), dan selera menonton (televisi).”7 Inilah sebab-sebab yang membedakan
karya jurnalistik dengan karya lainnya seperti karya ilmiah.
6
7
Ibid, hlm 4
Ibid, hlm 5
5
6. Prinsip jurnalistik media cetak yaitu :
“Prinsip man is reader
Pembaca bebas memilih topik, informasi, atau berita yang
disukai. Bertolak dari hal itu maka sajian informasi dan berita yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan harus bersifat pilihan.
Pembaca juga aktif memilih berita yang relevan bagi dirinya.
Prinsip Right like your talk
Prinsip ini memiliki 2 pengertian, (1) arti naratif dan tak
langsung, (2) mengandung arti deskriptis yang langsung. Karena itu
wartawan, harus obyektif, tidak boleh berpihak. Ketika menulis ia
harus dalam posisi sebagai pihak ketiga dan menuliskan beritanya
dengan
penulisan
tak
langsung
(indirect)
dan
naratif
(menceritakan).
Rumus Konvesional 5W’s H
Dalam laporan jurnalis menyebutkan kejadian apa (what),
mengapa kejadian itu terjadi (why), kapan kejadian itu terjadi
(when), siapa saja yang terlibat dalam kejadian itu (who), dimana
kejadian itu berlangsung (where), dan bagaimana berlangsungnya
kejadian itu (how). Teknik penyajiannya dapat berbentuk piramida
tegak atau piramida terbalik dan kronologis. Sistem penulisan
piramida tegak berarti penulisan naskah tidak terikat oleh waktu.
Sistem penulisan piramida terbalik dibuat khusus untuk berita yang
penyajiannya sangat terikat waktu. Sedangkan sistem penulisan
Kronologis, sajiannya berdasarkan pada urutan kejadian.”8
Adapun karakter dari media cetak yaitu :
Informasi yg akan disajikan dapat dinikmati melalui proses
tercetak
Isi pesan tercetak, krn itu dapat dibaca di mana dan kapan saja
Isi pesan dapat dibaca berulang-ulang
Hanya menyajikan peristiwa atau pendapat yg telah terjadi
8
Ibid, hlm 5
6
7. Tidak dapat menyajikan pendapat narasumber secara langsung
Penulisan dibatasi oleh kolom dan halaman
Makna berkala dibatasi oleh hari, minggu dan bulan
Distribusi melalui transportasi darat, laut dan udara
Bahasa yg digunakan formal dgn mempertimbangkan efisiensi
dan efektivtas serta menjauhi makna ganda, namun tetap
sederhana
Kalimat dapat panjang dan rinci dgn prinsip easy reading
formula (ERF) 9
2. Jurnalistik Media Elektronik Auditif (Radio)
Keberadaan jurnalistik radio, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari
jurnalistik media cetak. Hal ini seiring dengan ditemukannya perangkat teknologi
radio yang ternyata memiliki kemampuan untuk meningkatkan transfer informasi
kepada khalayak luas lebih cepat.
Radio yang kali pertama ditemukan oleh “seorang ahli fisika
berkebangsaan Skotlandia tahun 1864, yaitu James C Maxwell,”10 dalam
perkembangannya semakin dilirik kalangan jurnalis untuk menjadi media
alternative penyiaran informasi. Semenjak itulah, radio dipandang sebagai media
alternative dalam menyampaikan informasi kepada khalayak selain media cetak.
“Siaran radio muncul di tengah-tengah masyarakat Amerika Serikat pada dekade
1920-1930 sempat terjadi apa yang dinamakan mereka the Press Radio War,
perang antara pers dan radio. Pers pada waktu itu merasa disaingi oleh kecepatan
radio dalam menyiarkan berita.”11
9
J.B. Wahyudi, Dasar-dasar jurnalistik radio dan televisi (Jakarta:Gajah Gita Nuasa,1996), hlm.
8.
10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikas teori dan praktek (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2009), hlm. 152.
11
Ibid, hlm. 152.
7
8. Jurnalistik media elektronik auditif adalah Proses penyampaian informasi
kepada khalayak melalui media radio. Atau lebih tepatnya jurnalistik radio adalah
Proses mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah dan menyampaikan
uraian fakta (kejadian dan opini) melalui media radio.
Jurnalistik radio Lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal. “Dimensi
verbal yang dimaksud yaitu berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,
kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif, agar selera pendengar atau
penikmat radio dapat terpenuhi.”12
Adapun karakter dari radio yaitu :
Proses yang digunakan yaitu pemancaran/transmisi
Isi pesan audio dapat didengar sekilas sewaktu ada siaran
Tidak dapat diulang
Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi
Dapat menyajikan pendapat (audio) narasumber secara langsung
Penulisan dan makna berkalanya dibatasi oleh detik, menit, dan
jam.
Bahasa yang digunakan formal dan non-formal (bahasa tutur)
Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas13
3. Jurnalistik Media Audiovisual (Televisi)
Jurnalistik televisi ada Jurnalistik media elektronik audiovisul merupakan
kegiatan pengolahan dan penyiaran berita yang dilakukan melalui media televisi
atau bisa diartikan sebagai kegiatan mengumpulkan, mengolah, dan menyebarkan
informasi berupa berita, feature, advertising, dan opini melalui media massa
kepada khalayak melalui media televisi.”televisi sebagai media menyebarkan ke
12
13
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 5.
Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 8.
8
9. seluruh tubuh sosial tidak hanya ide pembahasan ataupun opini, tetapi juga nilai
hedonis sehingga mempengeruhi integritas sosial.”14
“Jurnalistik televisi merupakan gabungan dari segi verbal,
visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan
kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual, lebih banyak
menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat.
Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkauan siaran, kualitas suara, dan
gambar yang dihasilkan serta dapat diterima oleh pesawat televisi penerima
di rumah-rumah. Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai
dramatikal yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara
simultan. Aspek dramatikal televisi inilah yang tidak dipunai media massa
radio dan surat kabar. Asper dramatikal televisi menggabungkan tiga
kekuatan sekaligus; kekuatan gambar, suara, dan kata-kata. Inilah yang
disebut efek bersamaan dan efek simultan televisi.”15
Adapun karakter dari televisi yaitu :
Proses yang digunakan yaitu pemancaran/transmisi
Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu
ada siaran
Tidak dapat diulang
Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi
Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara
langsung
Penulisan dan makna berkalanya dibatasi oleh detik, menit, dan
jam.
Distribusi melalui pemancaran/transmisi.
Bahasa yang digunakan formal dan non-formal (bahasa tutur)
Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas16
14
Rieka Mustika,S.Pd,”Budaya Penyiaran Televisi Indonesia”,Masyarakat Telematika dan
Informatika, Volume III, 1 (Juni 2012), hlm. 55.
15
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 5.
16
Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 8.
9
10. Sejarah perkembangan televisi di Indonesia mengalami pasang surut,
sesuai dengan perkembangan politik.
“Di massa pemerintahan Orde Lama TVRI merupakan satusatunya media televisi di Indonesia yang digunakan alat perjuangan
sebagai media massa lainnya. Dimasa pemerintahan Orde Baru TVRI, dan
RRI difungsikan sebagai corong Pemerintahan, dan media pembangunan.
Namun dmikian pasca regulasi bidang penyiaran wajah televisi di
Indonesia mengalami pergeserah yang cukup signifikan.”17
2.3
Produk Jurnalistik
Dalam era demokrasi seperti sekarang ini kegiatan jurnalistik sangat
perlu dan penting, sebab semua orang tidak bisa mengatur atau berbuat sesuatu
bagi dirinya tanpa memperoleh informasi terlebih dahulu. Informasi-informasi
yang dimaksud bisa terkait dengan masalah politik, ekonomi, sosial budaya,
keamanan, dan lain-lain, antar lain dapat diperoleh dengan meminati dan
menikmati produk jurnalistik seperti isi muatan dari surat kabar, siaran radio
maupun televisi.
“Adapun informasi dimaksud dapat diutarakan dalam bentuk
pemberitahuan berupa : (1) penyampaian berita, (2) pemberian ketarangan
atau penerangan, dan (3) perkenalan. Bertalian dengan tujuan jurnalistik
yang memberikan informasi dengan maksud mempengaruhi orang lain,
dalam arti mengubah sikap, sifat, pendapat, dan perilaku orang lain. Oleh
karena itu, dalam konteks jurnalistik pemberitahuan pun dikenal sebagai
produk jurnalistik yang berupa: (1) News (berita), (2) Views (pandangan,
komentar, ulasan), dan Advertisement (iklan/perkenalan yang bersifat
propaganda).”18
Menurut buku jurnalistik indonesia karangan Haris Sumadirian
mengatakan “dari tiga kelmpok besar itu, hanya berita (news) dan opini (view)
17
18
Logcit, hlm. 52.
Opcit, Kustadi Suhandang, hlm. 102.
10
11. saja yang disebut produk jurnalisti. Iklan bukanlah produk jurnalistik, walaupun
teknik yang digunakannya merujuk pada teknik jurnalistik”
Kelompok berita (news), meliputi antar lain berita langsung (straight
news), berita menyeluruh (comprehensive news), berita mendalam (depth news),
pelaporan mendalam (depth reporting), berita penyelidikan (investigative news),
berita khas bercerita (feature news).19
Kelompok opini (views), meliputi tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel,
kolom, esai, dan surat pembaca. Sedangkan kolom iklan, mencakup berbagai jenis
dan sifat iklan mulai dari iklan produk barang dan jasa, iklan keluarga, sampai
pada iklan layanan masyarakat. “Untuk memisahkan seara tegas antar berita dan
opini maka tajuk rencana, karikatur, pojok, artikel, kolom, dan surat pembaca
ditempatkan dalam satu halaman khusu, inilah yang disebut halaman opini
(opinion page).”20
1. Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah suatu opini berisi pendapat dan sikap
resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual,
fenomenal, dan atau kontroversial yang berkembang dalam masyarakat. Opini
yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili sekaligus mencerminkan
pendapat dan sikap resmi media pers bersangkutan secara keseluruhan sebagai
suatu lembaga penerbitan media berkala. Karakter dan kepribadian pers terdapat
sekaligus tercermin dalam tajuk rencana.
19
Untuk lebih lengkapnya silahkan baca pembahasan tentang klasifikasi, jenis, nilai berita, cara
mencari, meliput, dan menulis berita
20
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 6.
11
12. 2. Karikatur
Secara etimologis, karikatur adalah gambar wajah dan karakteristik
seseorang yang diekspresikan secara berlebih-lebihan. Dalam “Encyclopedia of
The Art” dijelaskan, karikatur merupakan representasi sikap atau karakter
seseorang dengan cara melebih-lebihkan sehingga melahirkan kelucuan. Karikatur
juga sering dipakai sebagai sarana kritik sosial dan politik. Karikatur juga
mencakup semua peristiwa yang terjadi, diliput, dan menjadi sorotan pers. Ia
bahkan termasuk karya seni grafis. Menggambar karikatur termasuk proses kreatif
seorang ahli grafis sekaligus seorang jurnalis. Sebagai ahli grafis, ia harus dapat
menyajikan gambar yang memenuhi kaidah komposisi, gradasi, dan aksentuasi
secara tajam dan serasi. Sebagai jurnalis, ia pandai memilih topik ang sedang
aktual, menyangkut kepentingan masyarakat umum, dan mengemasnya dalam
paduan gambar serta kata-kata yang singkat, lugas, sederhana. Sebuah karikatur
dikatakan efektif apabila karikatur itu telah menjalankan fungsinya, yakni
karikatur harus membuat senyum untuk semua.
3. Pojok
Pojok adalah kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa
tertentu yang dianggap menarik atau kontroversial, untuk kemudian dikomentari
oleh pihak redaksi dengan kata-kata atau kalimat yang mengusik, menggelitik,
dan adakalanya reflektif. Tujuannya untuk mencubit, mengingatkan, atau
menghugat sesuai dengan fungsi kontrol sosial yang dimiliki pers. Kritis tetapi
etis. Sesuai dengan namanya, pojok ditempatkan disebelah pojok. Dalam setiap
edisi penerbitan, pojok memuat tiga-lima butir kutipan pernyataan atau peristiwa
menarik untuk dikomentari.
12
13. Rubrik pojok memiliki ciri-ciri yang hampir sama setiap surat kabar di
Indonesia :
“a) Pojok berisi dua alinea.
Alinea pertama menyajikan suntingan berita atau peristiwa. Alinea
kedua menyajikan opini atau pandangan-pandangan dari lembaga
surat kabar sebagai respons terhadap isi yang tersaji dalam alinea
pertama.
b) Isi yang disajikan baik dalam alinea pertama maupun dalam alinea
kedua, biasanya terangkai dalam kalimat-kalimat pendek.
c) Opini atau pandangan-pandangan dari lembaga surat kabar disajikan
dalam kalimat-kalimat yang bersifat sinis dan humoris. Selain ketiga
ciri itu, ada ciri lain yang melekat dalam pojok. Yakni, judul rubrik
pojok dan nama penjaga pojok itu sendiri.
d) Topik- topik ulasan yang disajikan dalam rubrik pojok sangat luas :
sosial, ekonomi, politik, militer, olahraga, budaya, agama, kesenian
kebudayaan, kriminalitas, kemanusiaan, tragedi, flora, dan fauna.”21
4. Artikel
Secara umum, artikel dapat dibedakan menurut jenis serta tingkat
kesulitan yang dihadapinya, antara lain :
“a) Artikel Praktis
Artikel praktis lebih banyak bersifat petunjuk praktis cara
melalakukan sesuatu (how to do it), misalnya petunjuk cara
membuka internet, cara praktis merawat bonsai, sepuluh langkah
membuat kue tart, kiat ramping dan cantik dalam 15 hari, atau cara
cepat menguasai rumus dan hitungan matematika.
b) Artikel Ringan
Artikel ringan lazim ditemukan pada rubrik anak-anak, remaja,
wanita, keluarga. Artikel jenis ini lebih banyak mengangkat topik
bahasan yang ringan dengan cara penyajian yang ringan pula, dalam
21
Ibid, hlm. 9.
13
14. arti tidak menguras pikiran kita. Untuk menerima atau mencernanya,
kita sebagai pembaca tidak memerlukan persiapan dan perhatian
secara khusus.
c) Artikel Halaman Opini
Artikel halaman opini lazim ditemukan pada halaman khusus opini
bersama tulisan opini yang lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok,
kolom, dan surat pembaca. Artikel opini mengupas suatu masalah
secara serius dan tuntas dengan merujuk pada pendekatan analitis
akademis. Sifatnya relatif berat. Karena itulah, artikel opini kerap
ditulis oleh mereka yang memiliki latar belakang pendidikan,
pengetahuan, keahlian, atau pengalaman memadai di bidangnya
masing-masing.
d) Artikel Analisis Ahli
Artikel analisis ahli biasa kita temukan pada halaman murka,
halaman-halaman berita, atau halaman dan rubrik-rubrik khusus
tertentu. Sesuai dengan namanya, artikel jenis ini ditulis oleh ahli
atau pakar di bidangnya dalam bahasa yang populer dan
komunikatif. Artikel analisis ahli mengupas secara tajam dan
mendalam suatu persoalan yang sedang menjadi sorotan dan bahan
pemnicaraan hangat masyarakat. Topik yang diangkat dan dibahas
macam-macam, seperti ekonomi, politik, prndidikan, sosial, agama,
budaya, industri, iptek.”22
5. Kolom
Kolom adalah opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan
aspek pengamatan dan pemaknaan terhadap suatu persoalan atau keadaan yang
terdapat dalam masyarakat. Kolom lebih banyak mencerminkan cap pribadi
penulis. Bandingkan dengan sifat artikel yang lebih banyak memapar melebar.
Kolom ditulis secara inferensial. Artikel ditulis secara referensial. Biasanya dalam
tulisan kolom terdapat foto penulis. Sangat dianjurkan, tulisan kolom disertai foto
22
Ibid, hlm. 12.
14
15. penulis. Kolom berasal dari bahasa Inggris. Column. Orangnya disebut columnist.
Dalam bahasa inggris, istilah kolumnis diartikan sebagai penulis karangan khusus
berupa komentar, saran, informasi, atau hiburan, pada surat kabar atau majalah
secara reguler. Di tangan para kolumnis profesional, topik apapun yang dibahas,
mulai dari yang ringan seperti masalah pakaian dinas pejabat, sampai yang berat
seperti kecenderungan makin banyaknya wakil rakyat di tingkat kota dan
kabupaten yang hobby memakan uang rakyat, tersaji dalam cerita singkat yang
memikat, logis rasional, enak dibaca dan perlu. Benar-benar menggairahkan.
Benar-benar menyegarkan.
6. Surat pembaca
Surat pembaca adalah opini singkat yang ditulis oleh pembaca dan
dimuat dalam rubrik khusus surat pembaca. Surat pembaca biasanya berisi
keluhan atau komentar pembaca tentang apa saja yang menyangkut kepentingan
dirinya atau masyarakat. Panjang surat pembaca rata-rata 2-4 paragraf. Rubrik
surat pembaca merupakan layanan publik dari pihak redaksi terhadap masyarakat.
Dalam rubrik ini, pembaca boleh menuliskan apa saja dan ditujukan kepada siapa
saja. Topik yang dibahas sangat bervariasi, misalnya tentang telepon umum yang
tidak berfungsi, jalan berlubang, layanan petugas kantor-kantor pemerintah yang
buruk, kinerja dan layanan pihak perusahaan atau badan dan organisasi yang
mengecewakan, atau makin banyaknya tayangan acara pada televisi yang
dianggap menonjolkan sisi pornografi, kekerasan, dan sadisme.
15
16. 2.4
Ruang Lingkup Pers
Pers mengandung dua arti. Arti sempit dan arti luas. “Dalam arti sempit,
pers hanya menunjuk kepada media cetak berkala surat kabar, tabloid, dan
majalah.”23 Sedangkan dalam arti luas, pers disebut media massa.
A. Fungsi Utama Pers
Idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan
fungsinya, selain menyiarkan informasi juga mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Fungsi-fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Fungsi menyiarkan informasi (to inform)
pers memberikan “segepok” informasi mengenai suatu peristiwa yang
sedang terjadi, dan informasi tersebut sangat dibutuhkan oleh
khalayak.
Dengan
demikian
melalui
karya
jurnalistik,
pers
menyampaikan serangkaian gagasan, pikiran, pendapat atau fakta
kepada khalayak sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya
masing-masing. “Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi
kriteria dasar: aktual, faktual, menarik atau penting, benar, lengaputuh, jelas-jernih, jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis.”24
b. Fungsi mendidik (to educate)
Fungsi kedua dari pers ialah mendidik. “sebagaisarana pendidikan
massa (mass education), surat kabar dan majalah memuat tulisantulisan yang mengandung pengetahuan sehingga khalayak pembaca
bertambah pengetahuannya.”25 Dalam memainkan fungsinya itu ada
23
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 31.
Ibid, hlm. 32.
25
Opcit, Onong Uchjana Effendy, hlm. 149.
24
16
17. media massa yang secara khusus menajikan ruang ilmu pengetahuan
untuk menambah pengetahuan para pembacanya.
c. Fungsi menghibur (to entertain)
Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi
yang menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan
masyarakat.
“Secara teknis, bagi koran, menyajikan materi yang bersifat
hiburan memang lebih sulit dibandingkan radio dan televisi.
Dengan menyiarkan lagu-lagu, musik, atau komentar-komentar
ringan, radio dapat dengan mudah memainkan fungsi menghibur
ini. Efek suara dalam radio selain berfungsi melengkapi pesanpesan verbal juga dapat memainkan fungsi menghibur bagi para
pendengarnya, sebaliknya dalam koran, hal-hal seperti agak sulit
untuk bisa disajikan.”26
d. Fungsi mempengaruhi (to influence)
Fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan pers memegang peranan
penting dalam kehidupan masyarakat. “Dengan pers orang dapat
dengan mudah mengatur kesan, membentuk opini. Inilah yang
menjadi fungsi terpenting pers, fungsi mempengaruhi, sehingga
karenanya pers dapat berperan dalam masyarakat.”27
B. Karakteristik Pers
Karakter adalah ciri-ciri spefifik. Setiap media memiliki karakteristik
sendiri sekaligus membedakannya dengan media lain. Dengan demikian terdapat
26
27
Opcit, Asep saeful muhtadi, hlm. 31.
Ibid, hlm. 32.
17
18. lima ciri spesifik pers yang kita bahas disini : “(1) Periodesitas, (2) Publisitas, (3)
Aktualitas, (4) Universalitas, (5) Objektivitas.”28
1. Periodesitas
Periodesitas, artinya pers harus terbit secara teratur, periodik, misalnya
setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, satu bulan sekali, atau tiga bulan
sekali. Pers yang terbit tiap hari pun harus tetap konsisten dengan pilihannya,
apakah terbit pada pagi hari atau pada sore hari.
2. Publisitas
Publisitas berarti pers diutjukan kepada khalayak sasaran umum yang
sangat heterogen. Apa yang disebut heterogen menunjuk pada 2 dimensi:
geografis dan psikografis. Geografis menunjukkan pada data administrasi
kependudukan, seperti jenis kelamin, kelompok usia, suku bangsa, agama, tingkat
pendidikan, status perkawinan, tempat tinggal, pekerjaan atau profesi, perolehan
pendapatan. Sedangkan psikografis menunjuk pada karakter, sifat kepribadian,
kebiasaan, adat istiadat.sebagai contoh, ornag kota rata-riata memiliki itngkat
mobilitas sangat tinggi dibandingkan dengan rata-rata orang desa. Orang kota
lebih menyukai pola persaingan, sedangkan ornag desa lebih menyukai
kebersamaan.
3. Aktualitas
Aktualitas, berarti informasi apapun yang disuguhkan media pers harus
mengandung unsur kebaruan, menunjuk kepada peristiwa yang benar-benar baru
terjadi atau sedang terjadi. Secara etimologis, aktualitas (actuality) mengandung
28
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 36.
18
19. arti kini dan keadaan sebenarnya. Secara teknik jurnalistik aktualitas,
mengandung tiga dimensi: kalender, waktu, dan masalah.
4. Universalitas
Universalitas, berkaitan dengan kesemestaan pers dilihat dari sumbernya
dan dari keanekaragaman materi isinya. Dilihat dari sumbernya, berbagai
peristiwa yang dilaporkan pers berasal dari empat penjuru mata angin. Dari utara,
barat, timur, dan selatan. Dilihat dari materi isinya, sajian pers terdiri dari aneka
macam yang mencakup tuiga kelompok besar, yakni kelompok berita (news),
kelompok opini (views), dan kelompok iklan (advertising). Betapapun demikian,
karena keterbatasan halaman, isi media pers harus tetap selektif dan terfokus.
5. Objektivitas
Objektivitas merupakan nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh
oleh surat kabar dalam menjalankan profesi jurnalistiknya. Setiap berita yang
disuguhkan itu harus dapat dipercaya dan menarik perhatian pembaca, tidak
mengganggu perasaan dan pendapat mereka. Surat kabar yang baik harus dapat
menyajikan hal-hal yang factual apa adanya, sehingga kebenaran isi berita yang
disampaikan tidak menimbulkan tanda tanya (Rachmadi, 1990:5).
2.5
Bahasa Jurnalistik
Bahasa yang lazim dipakai media cetak berkala yakni surat kabar,
tabloid, dan majalah, disebut bahasa jurnalistik pers. Selain bahasa jurnalistik pers
kita juga mengenal bahasa jurnalistik radio, bahasa jurnalistik televisi, bahasa
19
20. jurnalistik film, bahasa jurnalistik media Internet. “Sebagai salah satu ragam
bahasa, bahasa jurnalistik tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.”29
Ciri utama bahasa jurnalistik diantaranya “sederhana, singkat, padat,
lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh
mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk
kepada keidah kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah serta etia
bahasa baku.”30
1.
Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau. kalimat
yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang sangat
heterogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karakteristik
demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya
dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa
jurnalistik.
2.
Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak
bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat
berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-¬kolom halaman surat
kabar, tabloid, atau majalah sangat terbatas, sementara isinya banyak dan
beraneka ragam. Konsekwensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak
boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi, dan karakteristik pers.
29
30
Ibid, hlm. 53.
Ibid, hlm. 53.
20
21. 3.
Padat
Menurut. Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku
Teknik Jurnalislik (1996: 45), padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat
informasi. Setiap kalimat dan paragrap yang ditulis memuat banyak informasi
penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang
tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalinat yang singkat tidak berarti
memuat banyak informasi. Sedangkan kaliamat yang padat, kecuali singkat juga
mengandung lebih banyak informasi.
4.
Lugas
berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufemisme atau
penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingunglian khalayak pembaca
sehingga terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi. Kata yang lugas
selalu menekankan pada satu arti serta menghindari kemungkinan adanya
penafsiran lain terhadap arti dan makna kata tersebut.
5.
Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagai
contoh, hitam adalah wara yang jelas. Putih adalah warna yang jelas. Ketika
kedua warna itu disandingkan, maka terdapat perbedaan yang tegas mana disebut
hitam, mana pula yang disebut putih. Pada. Kedua warna itu sama sekali tidak
ditemukan nuansa warna abu-abu. Perbedaan warna hitam dan putih melahirkan
kesan kontras. Jelas di sini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata
atau kalimatnya sesuai dengan
kaidah subjek-objek-predikat- keterangan
(SPOK), jelas sasaran atau maksudnya.
21
22. 6.
Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak
menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau
fitnah. Sebagai bahan bandingan, kita hanya dapat menikmati keindahan ikan hias
arwana atau oscar hanya pada akuarium dengan air yang jernih bening. Oscar dan
arwana tidak akan melahirkan pesona yang luar biasa apabila dimasukkan ke
dalam kolam besar di persawahan yang berair keruh.
Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti
kata dan kalimat yang tidak memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan
suatu berita atau laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan public. Dalam
bahasa kiai, jermh berarti bersikap berprasangka baik (husnudzon) dan sejauh
mungkin menghindari prasangka buruk (suudzon). Menurut orang komunikasi,
jernih berarti senantiasa mengembangkan pola piker positif (positive thinking)
dan menolak pola pikir negative (negative thinking). Hanya dengan pola pikir
positif kita akan dapat melihat semua fenomena dan persoalan yang terdapat
dalam masyarakat dan pemerintah dengan kepala dingin, hati jernih dan dada
lapang.
Pers, atau lebih luas lagi media massa, di mana pun tidak diarahkan
untuk membenci siapa pun. Pers ditakdirkan untuk menunjukkan sekaligus
mengingatkan tentang kejujuran, keadilan, kebenaran, kepentingan rakyat. Tidak
pernah ada dan memang tidak boleh ada, misalnya hasutan pers untuk meraih
kedudukan atau kekuasaan politik sebagaimana para anggota dan pimpinan partai
politik.
22
23. 7.
Menarik
Bahasa
jurnalistik
harus
menarik.
Menarik
artinya
mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu selera baca, serta
membuat orang yang sedang tertidur, terjaga seketika. Bahasa jurnalistik berpijak
pada prinsip: menarik, benar, dan baku.
Bahasa ilmiah merujuk pada pedoman: benar dan baku saja. Inilah yang
menyebabkan karya-karya ilmiah lebih cepat melahirkan rasa kantuk ketika
dibaca daripada memunculkan semangat dan rasa penasaran untuk disimak lebih
lama. Bahasa jurnalistik hasil karya wartawan, sementara karya ilmiah hasil karya
ilmuwan. Wartawan sering juga disebut seniman.
Bahasa jurnalistik menyapa khalayak pembaca dengan senyuman atau
bahkan cubitan sayang, bukan dengan mimik muka tegang atau kepalan tangan
dengan pedang. Karena itulah, sekeras apa pun bahasa jurnalistik, ia tidak akan
dan tidak boleh membangkitkan kebencian serta permusuhan dari pembaca dan
pihak mana pun. Bahasa jurnalistik memang harus provokatif tetapi tetap merujuk
kepada pendekatan dan kaidah normatif. Tidak semena-mena, tidak pula bersikap
durjana. Perlu ditegaskan salah satu fungsi pers adalah edukatif. Nilai dan nuansa
edukatif itu, juga harus tampak pada bahasa jurnalistik pers.
8.
Demokratis
Salah satu ciri yang paling menonjol dari bahasa jurnalistik adalah
demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan,
pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa
sebagaimana di jumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa
jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, sehingga samasekali tidak
23
24. dikenal pendekatan feudal sebagaimana
dijumpai pada masyarakat dalam
lingkungan priyayi dan kraton.
Bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun apakah presiden atau
tukang becak, bahkan pengemis dan pemulung secara sama.Kalau dalam berita
disebutkan presiden mengatakan, maka kata mengatakan tidak bisa atau harus
diganti dengan kata bersabda. Presiden dan pengemis keduanya tetap harus ditulis
mengatakan. Bahasa jurnalistik menolak pendekatan diskriminatif dalam
penulisan
berita,
laporan,
gambar,
karikatur,
atau
teks
foto.
Secara ideologis, bahasa jurnalistik melihat setiap individu memiliki kedudukan
yang sama di depan hukum schingga orang itu tidak boleh diberi pandangan serta
perlakuan yang berbeda. Semuanya sejajar dan sederajat. Hanya menurut
perspektif nilai berita (news value) yang membedakan diantara keduanya. Salah
satu penyebab utama mengapa bahasa Indonesia dipilih dan ditetapkan sebagai
bahasa negara, bahasa pengikat persatuan dan kesatuan bangsa, karena. bahasa
Melayu sebagai cikal bakal bahasa Indonesia memang sangat demokratis. Sebagai
contoh, prisiden makan, saya makan, pengemis makan, kambing makan.
2.6
Klasifikasi Berita
A. Pengertian Berita
Berita berasal dari istilah Inggris new yang artinya baru. Dengan kata
lain, semua hal yang baru merupakan bahan informasi yang dapat disampaikan
kepada orang lain dalam bentuk berita. Semua berita adalah informasi, tetapi tidak
semua informasi adalah berita. Berita merupakan “uraian tentang peristiwa/fakta
dan atau pendapat, yang mengandung nilai berita, dan yang sudah di sajikan
24
25. melalui media massa periodik (wahyudi,1994).”31 Semua berita adalah informasi,
tetapi tidak semua informasi adalah berita.
Berita dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu: “berita berat
(hard news) dan berita ringan (soft news).”32 Berita berat sesuai dengan namanya,
menunjuk pada peristiwa mengguncangkan dan menyita perhatian seperti
kebakaran, gempa bumi, kerusuhan. Sedangkan berita ringan menunjuk pada
peristiwa yang lebih bertumpu pada unsur-unsur ketertarikan manusia seperti
pesta pernikahan bintang film, atau seminar sehari tentang perilaku seks bebas
dikalangan remaja.
Selain itu berita juga dikelompokkan berdasarkan sifatnya yaitu, “berita
terbagi atas berita diduga dan berita tak terduka”.33 Berita diduga adalah peristiwa
yang direncanakan seperti pemilihan umum, peringatan hari-hari bersejarah.
Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba tidak direncanakan,
tidak diketahui sebelumnya, seperti kerata api terguling, gedung perkantoran
terbakar.
Berdasarkan materi isinya, berita dapat dikelompokkan ke dalam :
“Berita pernyataan pendapat, ide atau gagasan, berita ekonomi, berita keuangan,
berita politik, berita sosial kemasyarakatan, berita pendidikan, berita hukum dan
keadilan, berita oleh raga, berita kriminal, berita bencana dan tragedi, berita
perang, berita ilmiah, berita hiburan, berita tentang minat insani.”34
31
Opcit, J.B. Wahyudi, hlm. 27.
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 65.
33
Ibid, hlm. 66.
34
Ibid, hlm. 67.
32
25
26. B. Jenis-Jenis Berita
Jenis-jenis berita dalam kegiatan jurnalistik yaitu :
1. Straight news report : Laporang langsung mengenai suatu berita. Berita yang
memiliki nilai penyajian objektif tentang fakta-fakta yang dapat dibuktikan,
biasanya di tulis dengan unsur-unsur yang dimulai dengan what, who, when,
where, why, dan how (5W + 1H).
2. Depth news report : Reporter (wartawan) menghimpun informasi dengan faktafakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk
peristiwa itu.
3. Comprehensive news : Laporan tentang fakta yang bersifat menyeluruh
ditinjau dari berbagai aspek.
4. Interpretative report : Memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa
kontroversial. Laporan intreptatif biasanya dipusatkan untuk menjawab
pertanyaan mengapa.
5. Feature story : Penulis menyajikan suatu pengalaman pembaca yang lebih
bergantung pada gaya menulis dan humor dari pada pentingnya informasi yang
disajikan.
6. Depth reporting : Laporan jurnalitik yang bersifat mendalam, tajam lengkap
dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal dan aktual.
7. Investigative reporting : Berita memusatkan pada masalah daan kontroversi.
8. Editorial writing : Pikiran sebuah institusi yang diuji didepan sidang pendapat
umum. Penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita penting yang
mempengaruhi pendapat umum.
26
27. C. Kriteria Umum Nilai Berita
Kriteria uum nilai berita merupakan acuan umum yang dapat digunakan
oleh para jurnalis (reporter dan editor) untuk memutuskan fakta yang pantas
dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik untuk disajikan ada khalayak.
Berikut kriteria umum nilai berita :
Menurut Haris Sumadiria “Jurnalistik Indonesia menulis berita dan
feature” berpendapat bahwa terdapat 11 nilai berita :
“1. Keluarbiasaan (Unusualness)
2. Kebaruan (Newsness)
3. Akibat (Impact)
4. Aktual (tumeliness)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Kontak (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarikan manusiawi (human interest)
10.
Kejutan (surprising)
11.
Seks (sex)” 35
Keluarbiasaan, berita bukanlah suatu peristiwa biasa. Berita adalah suatu
peristiwa yang luar biasa. Untuk menunjukkan berita bukanlah suatu peristiwa
biasa, Lord Northchliffe,membuat sebuah uangkapan yang sangat populer yaitu
“apabila orang digigit anjing maka itu bukanlah berita, tetapi sebaliknya apabila
orang menggigit anjing, maka itulah berita.”36
Kebaruan, segala sesuatu yang atau suatu hal yang baru pasti itu
menunjukkan sebuah berita dan pastinya memiliki nilai berita. “kata orang
Prancis. Kamis hari ini, bukanlah Kamis sebelumnya. Nama hari yang selalu
35
36
Ibid, hlm. 80.
Ibid, hlm. 81.
27
28. berulang. Namun peristiwa atau perubahan yang terjadi pada setiap Kamis tidak
perna sama. Selalu muncul perubahan baru, peristiwa baru, kecenderungan
baru.37”
Akibat (impact), “berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas.”38
Contohna segala sesuatu yang berdampak dalam kehidupan manusia. Misalnya,
kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Aktual, berita adalah peristiwa yang sedang terjadi, baru terjadi, atau lagi
digemari.
Kedekatan, dalam menyajikan berita atau memilih berita pasti kedekatan
berita terhadap penikmat berita itu sangatlah penting. Sepertihalnya berita tentang
suatu peristiwa atau bencana.
Informasi, berita adalah suatu informasi. “Menurut Wilbur Schramm,
informasi adalah segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian.”39
Konflik, berita adalah segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat
dimensi pertentangan. Konflik merupakan suber berita yang tak pernah kering dan
tak pernah habis.
Orang penting, berita tentang orang-orang penting, ternama, public figur
adalah berita yang sangat diminati khalayak
Kejutan, kejutan adalah sesuatu yang datang tiba-tiba tampa di dugaduga.
Ketertarikan manusiawi, berita yang menarik ketertarikan manusia
adalah berita yang mampu menggoncangkan hari penikmat berita,
37
Ibid, hlm. 82.
Ibid, hlm. 82.
39
Ibid, hlm. 86.
38
28
29. Seks, segala macam berita tentang perempuan disini dimaksudkan seks.
Berita yang disajikan seperti berita poigami, perselingkuhan.
Tetapi dalam kenyataannya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam
sebuah penulisan berita. Hal terpenting adalah adanya aktualitas dan
pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi berita tersebut.
2.7
Kode Etik Jurnalistik Wartawan Indonesia
“PEMBUKAAN
Bahwa sesungguhnya salah satu perwujudan kemerdekaan negara republik
Indonesia adalah kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan
sebagaimana di amanatkan oleh pasal 28 undang undang dasar 1945. Oleh sebab
itu kemerdekaan pers wajib dihormati oleh semua pihak.
Mengingat negara republik Indonesia adalah negara berdasarkan atas
hukum sebagaimana diamanatkan dalam penjelasan undang undang dasar 1945,
seluruh wartawan Indonesia menjungjung tinggi konstitusi dan menegakkan
kemerdekaan pers yang bertanggung jawab, mematuhi norma norma profesi ke
wartawanan, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta memperjuangkan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial berdasarkan pancasila.
Maka atas dasar itu, demi tegaknya harkat, martabat, integritas, dan mutu
kewartawanan Indonesia serta bertumpu pada kepercayaan masyarakat, dengan ini
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) menetapkan Kode Etik Jurnalistik yang
harus ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh wartawan, terutama anggota PWI.
PENAFSIRAN PEMBUKAAN
Kode Etik jurnalistik ialah ikrar yang bersumber pada hati nurani
wartawam dalam melaksanakan kemerdekaan mengeluarkan pikiran yang dijamin
sepenuhnya oleh pasal 28 UUD 1945, yang merupakan landasan konstitusi
wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya.
Kemerdekaan mengeluarkan pikiran ialah hak paling mendasar yang
dimiliki setiap insan wartawan, yang wajib di jungjung tingggi dan di hormati
29
30. oleh semua pihak. sekalipun kemerdekaan mengeluarkan pikiran merupakan hak
wartawan yang di jamin konstitusi, mengingat negara kesatuan republik Indonesia
ialah negara berdasarkan hukum, maka setiap wartawan wajib menegakan hukum,
keadilan dan kebenaran dalam menggunakan haknya untuk mengaluarkan pikiran.
Wartawan bersama seluruh masyarakat, wajib mewujudkan prinsip prinsip
kemerdekaan pers yang professional dan bermartabat. tugas dan bertanggung
jawab yang luhur itu hanya dapat di laksanakan, apabila wartawan selalu
berpegang teguh kepada kode Etik Jurnalistik, dan masyarakat memberi
kepercayaan penuh serta menghargai integritas profesi tersebut.
Mengingat perjuangan wartawan merupakan bagian yang tidak dapat di
pisahkan dari perjuangan bangsa Indonesia, maka selain bertanggung jawab
kepada hati nuraninya, setiap wartawan wajib bertanggung jawab kepada Tuhan
yang maha Esa, kepada masyarakat, bangsa dan negara dalam melaksanakan hak,
kewajiban, dan tanggung jawab sesuai dengan kode Etik Jurnalistik.
Sadar akan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya itu, dan untuk
melestarikan kemerdekaan pers yang professional dan bermartabat serta
kepercayaan masyarakat, maka dengan ikhlas dan penuh kesadaran wartawan
menetapkan kode Etik Jurnalistik yang wajib ditaati dan diterapkan.
BAB I
KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS WARTAWAN
Wartawan harus memiliki kepribadian dalam arti keutuhan dan keteguhan
jati diri, serta integrasi dalam arti jujur, adil, arif, dan terpercaya.
Kepribadian dan integrasi wartawan yang ditetapkan di dalam Bab 1 Kode
Etik Jurnalistik mencerminkan tekad PWI mengembangkan dan memantapkan
sosok
wartawan
sebagai
profesional,
penegak
kebenaran,
nasionalis,
konstitusional dan demokrat serta beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
PENAFSIRAN BAB 1 KEPRIBADIAN DAN INTEGRITAS
1. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah keutuhan dan keteguhan jati
diri setiap wartawan Indonesia, dalam pengertian wartawan seperti
diterapkan dlam peraturan dasar dan peraturan rumah tangga PWI.
30
31. 2. Yang dimaksud dengan integrasi ialah :
a) Kepribadian yang jujur, arif, dan terpercaya secara kukuh.
b) Seorang yang mampu melakukan pemikiran dan penilaian objektif
yang menuntut kejujuran dan kebulatan pendapat dalam dirinya.
3. Kepribadian dan integrasi wartawan Indonesia yang ditetapkan dalam Bab
1 Kode Etik Jurnalistik ini mencerminkan tekad PWI mengembangkan dan
memantapkan sosok wartawan Indonesia sebagai profesional, penegak
kebenaran, nasionalis, konstitusional, dan demokrat.
Pasal 1
Wartawan beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berjiwa
Pancasila, taat kepada Undang-Undang Dasar Negara RI, kesatria, menjunjung
harkat, martabat manusia dan lingkungannya, mengabdi kepada kepentingan
bangsa dan negara, serta terpercaya dalam mengemban profesinya.
PENAFSIRAN
Pasal 1
1) Semua perilaku, ucapan dan karya jurnalistik wartawan harus senantiasa
dilandasi, dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa, serta oleh nilai nilai luhur
pancasila, dan mencerminkan ketaatan pada konstitusi Negara.
2) Ciri-ciri wartawan yang kesatria adalah :
Berani membela kebenaran dan keadilan.
Berani mempertanggung jawabkan semua tindakanya, termasuk
karya Jurnalistiknya.
Bersikap demokratis.
Menghormati kebebasan orang lain dengan penuh santun dan
tenggang rasa.
Dalam menegakan kebenaran, senantiasa menjunjung tinggi harkat
martabat manusia dengan menghormati orang lain, bersikap
demokratis, menunjukan kesetiakaawanan sosial.
3) Yang di maksud dengan mengabdi kepada kepentingan bangsa dan negara
adalah, wartawan Indonesia sebagai makhluk sosial bekerja bukan untuk
31
32. kepentingan diri sendiri, kelompok atau golongan, melainkan untuk
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara.
4) Terpercaya adalah orang yang berbudi luhur, adil, arif, dan cermat, serta
senantiasa mengupayakan karya terbaiknya. profesi adalah pekerja tetap
yang memiliki unsur-unsur:
Himpunan pengetahuan dasar yang bersifat khusus
Terampil dalam menerapkannya.
Tata cara pengujian yang obyekyif.
Kode Etik serta lembaga pengawasan dan pelaksaan penataannya.
Pasal 2
Wartawan
dengan
penuh
rasa
tanggung
jawab
dan
bijaksana
mempertimbangkan patut atau tidaknya menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan,
gambar) yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara, persatuan
dan kesatuan bangsa, menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan
suatu golongan yang dilindungi oleh Undang-Undang.
PENAFSIRAN
Pasal 2
Wartawan wajib mempertimbangkan patut tidaknya menyiarkan tulisan, gambar,
suara, serta
suara dan gambar dengan tolak ukur :
a. Yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan negara ialah
memaparkan atau menyiarkan rahasia negara atau rahasia militer, dan
berita yang bersifat sepekulatif.
b. Mengenai penyiaran berita yang membahayakan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta menyinggung perasaan agama, kepercayaan atau keyakinan
suatu golongan yang dilindungi oleh undang undang, wartawan perlu
memperhatikan kesepakatan selama ini menyangkut isyu SARA (suku,
agama, ras, dan antar golongan ) dalam masyarakat. tegasnya, wartawan
Indonesia menghindari pemberitaan yang dapat memicu pertentangan
suku, agama, ras dan antar golongan.
32
33. Pasal 3
Wartawan tidak menyiarkan karya Jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta
suara dan gambar ) yang menyesatkan memutar balikan fakta, bersifat fitnah,
cabul, sadis, serta sensasional.
PENAFSIRAN
Pasal 3
1) Yang di maksud dengan menyesatkan adalah berita yang membingingkan,
meresahkan, membohongi, membodohi atau melecehkan kemampuan berpikir
khalayak.
2) Yang di maksud dengan memutar balikan fakta, adalah mengaburkan atau
mengacau balaukan fakta tentang suatu peristiwa dan persoalan, sehingga
masyarakat tidak memperoleh gambaran yang lengkap, jelas, pasti dan
seutuhnya untuk dapat membuat kesimpulan dan atau menentukan sikap serta
langkah yang tepat.
3) Yang di maksud dengan bersifat fitnah, adalah membuat kabar atau tuduhan
yang tidak berdasarkan fakta atau alasan yang dapat di pertanggung jawabkan.
4) Yang di maksud dengan cabul, adalah melukai perasaan susila dan berselera
rendah.
5) Yang di maksud dengan sadis, adalah kejam, kekerasan dan mengerikan.
6) Yang di maksud dengan sensasi berlebihan, adalah memberikan gambaran
yang melebihi kenyataan sehingga bisa menyesatkan.
Pasal 4
Wartawan yang tidak menerima imbalan untuk menyiarkan atau tidak
menyiarkan tulisan gambar, yang dapat menguntungkan atau merugikan
seseorang atau sesuatu pihak.
PENAFSIRAN
Pasal 4
(1) Yang di maksud dengan imbalan adalah pemberian dalam bentuk materi,
uang, fasilitas kepada wartawan untuk menyiarkan atau tidak mentiarkan
berita dalam bentuk tulisan di media cetak, tayangan di layar televisi atau
33
34. siaran di radio siaran. Penerimaan imbalan sebagaimana di maksud di
pasal ini, adalah perbuatan tercela.
(2) Semua tulisan atau siaran yang bersifat sponsor atau pariwara di media
massa harus di sebut secara jelas sebagai penyiaran sponsor atau pariwara.
BAB II
CARA PEMBERITAAN
Pasal 5
Wartawan menyajikan berita secara berimbang dan adil, mengutamakan
kecermatan dari kecepatan serta tidak mencampur adukan fakta dan opini. tulisan
yang berisi interprestasi dan opini, di sajikan dengan menggunakan nama jelas
penulisnya.
PENAFSIRAN
BAB II
CARA PEMBERITAAN
Pasal 5
(1) Yang di maksud berita secara berimbang dan adil ialah menyajikan berita
yang bersumber dari berbagai pihak yang mempunyai kepentingan, penilai
atau sudut pandang masing masing kasus secara propesional.
(2) Mengutamakan kecermatan dari kecepatan, artinya setiap penulisan,
penyiaran atau penayangan berita hendaknya selalu memastikan kebenaran
dan ketepatan sesuatu peristiwa dan atau masalah yang di beritakan.
(3) Tidak mencampur adukan fakta dan opini, artinya seorang wartawan tidak
menyajikan pendapatnya sebagai berita atau fakta. Apabila suatu berita
ditulis atau disiarkan dengan opini, maka berita tersebut wajib di sajikan
dengan menyebutkan nama penulisnya.
Pasal 6
Wartawan menghormati dan menjungjung tinggi kehidupan pribadi
dengan tidak menyiarkan karya Jurnalistik ( Tulisan, gambar, suara, serta suara
dan gambar ) yang merugikan nama baik seseorang, kecuali menyangkut
kepentingan umum.
34
35. PENAFSIRAN
Pasal 6
Pemberitaan hendaknya tidak merendahkan atau merugikan harkat
martabat, derajat, nama baik serta perasaan susila seseorang, kecuali perbuatan itu
bisa berdampak negative bagi masyarakat.
Pasal 7
Wartawan dalam memberitakan peristiwa yang diduga menyangkut
pelanggaran hukum atau proses peradilan harus menghormati asas praduga tak
bersalah, prinsip adil, jujur, dan penyajian yang berimbang.
PENAFSIRAN
Pasal 7
Seseorang tidak boleh di sebut atau di kesankan bersalah melakukan
sesuatu tindakan pidana atau pelanggaran hukum lainnya sebelum ada putusan
tetap pengadilan. selama dalam proses penyidikan / pemeriksaan peradilan, orang
bersangkutan masih berstatus tersangka atau tergugat, dan setelah mencapai
tingkat sidang pengadilan harus disebut sebagai terdakwa / tertuduh atau sedang
dituntut.
Prinsip adil, artinya tidak memihak atau menyudutkan seseorang atau
sesuatu pihak, tetapi secara factual memberikan forsi yang sama dalam
pemberitaan baik bagi polisi, jaksa, tersangka atau tertuduh, dan penasihat hukum
maupun kepada para saksi, baik yang meringankan maupun yang memberatkan.
Jujur, mengharuskan wartawan menyajikan informasi yang sebenarnya,
tidak di manipulasi, tidak diputarbalikkan.
Berimbang, tidak bersifat sepihak, melainkan memberi kesempatan yang
sama kepada pihak yang berkepentingan.
Pasal 8
Wartawan dalam memberitakan kejahatan susila tidak merugikan pihak
korban.
35
36. PENAFSIRAN
Pasal 8
Tidak menyebut nama dan identitas korban, artinya pemberitaan tidak
memberikan petunjuk tentang siapa korban perbuatan susila tersebut baik wajah,
tempat kerja, anggota keluarga dan atau tempat tinggal, namun boleh hanya
menyebut jenis kelamin dan umur korban.
Kaidah kaidah ini juga berlaku dalam kasus pelaku kejahatan di bawah
umur (di bawah 16 tahun ).
BAB III
SUMBER BERITA
Pasal 9
Wartawan menempuh cara yang sopan dan terhormat untuk memperoleh
bahan karya Jurnalistik (tulisan, gambar, suara, serta suara dan gambar) dan selalu
menyatakan identitasnya kepada sumber berita.
PENAFSIRAN
BAB III SUMBER BERITA
Pasal 9
1. Sopan, artinya wartawan berpenampilan rapi dan bertutur kata yang baik.
juga, tidak menggiring, memaksa secara kasar, menyudutkan, apriori, dan
sebagainya, terhadap sumber berita .
2. Terhormat, artinya memperoleh bahan berita dengan cara yang benar, jujur
dan kesatria.
3. Mencari dan mengumpulkan bahan berita secara terbuka dan terang
terangan sehingga sumber berita memberi keterangan dengan kesadaran
bahwa dia turut bertanggung jawab atas berita tersebut. (Contoh, tidak
menyiarkan berita hasil nguping ). Menyatakan identitas pada dasarnya
perlu untuk penulisan berita peristiwa langsung (Straight new), Berita
ringan ( soft news ), karangan khas ( features ), dan berita pendalaman (indepth reporting ), pada saat pengumpulan fakta dan data wartawan boleh
tidak menyebut identitasnya. tetapi, pada saat mencari kepastian
36
37. (konfirmasi ) pada sumber yang berwenang, wartawan perlu menyatakan
diri sedang melakukan tugas kewartawanan kepada sumber berita.
Pasal 10
Wartawan dengan kesadaran sendiri secepatnya mencabut atau meralat
setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak akurat, dan memberi
kesempatan hak jawab secara profesional kepada sumber atau objek berita.
PENAFSIRAN
Pasal 10
PHak jawab di berikan pada kesempatan pertama untuk menjernihkan
duduk persoalan yang di beritakan.
Pelurusan atau penjelasan tidak boleh menyimpang dari materi
pemberitaan bersangkutan, dan maksimal sama panjang dengan berita
sebelumnya.
Pasal 11
Wartawan meneliti kebenaran bahan berita dan memperhatikan kredibilitas
serta kompetensi sumber berita.
PENAFSIRAN
Pasal 11
1. Sumber berita merupakan penjamin kebenaran dan ketepatan bahan berita.
karena itu, wartawan perlu memastikan kebenaran berita dengan cara
mencari dukungan bukti bukti kuat ( atau otentik ) atau memastikan
kebenaran dan ketepatan pada sumber sumber terkait. Upaya dan proses
pemastian kebenaran dan ketepatan bahan berita adalah wujud itikad,
sikap dan perilaku jujur dan adil setiap wartawan profesional.
2. Sumber berita dinilai memiliki kewenangan bila memenuhi syarat syarat :
- kesaksian langsung.
- Ketokohan / keterkenalan.
- Pengalaman.
- Kedudukan / jabatan terkait.
- Keahlian.
37
38. Pasal 12
Wartawan tidak melakukan tindakan plagiat, tidak mengutip karya
Jurnalistik tanpa menyebut sumbernya.
PENAFSIRAN
Pasal 12
Mengutip berita, tulisan atau gambar hasil karya pihak lain tanpa
menyebut sumbernya merupakan tindakan plagiat, tercela dan di larang.
Pasal 13
Wartawan harus menyebut sumber berita, kecuali atas permintaan yang
bersangkutan untuk tidak di sebut nama dan identitasnya sepanjang menyangkut
fakta dan data bukan opini.
Apabila nama dan identitasnya sumber berita tidak disebutkan, segala
tanggung jawab ada pada wartawan yang bersangkutan.
PENAFSIRAN
Pasal 13
1. Nama atau identitas sumber berita perlu disebut, kecuali atas permintaan
sumber berita itu untuk tidak disebut nama atau identitasnya sepanjang
menyangkut fakta lapangan ( empiris ) dan data.
2. Wartawan mempunyai hak tolak, yaitu hak untuk tidak mengungkapkan
nama dan identitas sumber berita yang dilindunginya.
3. Terhadap sumber berita yang di lindungi nama dan identitasnya hanya
disebutkan “menurut sumber---“ ( tetapi tidak perlu menggunakan kata
kata “menurut sumber yang layak di percaya “ ). dalam hal ini, wartawan
bersangkutan bertanggung jawab penuh atas pemuatan atau penyiaran
berita tersebut.
Pasal 14
Wartawan menghormati ketentuan embargo, bahan latar belakang, dan
tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita tidak di maksudkan sebagai
bahan berita, serta tidak menyiarkan keterangan "Off the record".
38
39. PENAFSIRAN
Pasal 14
1. Embargo, yaitu permintaan menunda penyiaran suatu berira sampai batas
waktu yang ditetapkan oleh sumber berita, wajib dihormati.
2. Bahan latar belakang adalah informasi yang tidak dapat disiarkan langsung
dengan menyebutkan identitas sumber berita, tetapi dapat di gunakan
sebagai bahan untuk di kembangkan dengan penyelidikan lebih jauh oleh
wartawan yang bersangkutan, atau di jadikan dasar bagi suatu karangan
atau ulasan yang merupakan tanggung jawab wartawan bersangkutan
sendiri.
3. Keterangan "off the record"
atau keterangan bentuk lain yang
mengandung arti sama di berikan atas perjanjian antar sumber berita dan
wartawan bersangkutan dan tidak di siarkan. Untuk menghindari salah
faham ketentuan "off the record" harus dinyatakan secara tegas oleh
sumber berita kepada wartawan bersangkutan. Ketentuan tersebut dengan
sendirinya tidak berlaku bagi wartawan yang dapat membuktikan telah
memperoleh bahan berita yang sama dari sumber lain tanpa dinyatakan
sebagai "Off the record".
BAB IV
KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 15
Wartawan harus dengan sungguh sungguh menghayati dan mengamalkan
kode Etik Jurnalistik PWI ( KEJ-PWI ) dalam melaksanakan profesinya.
PENAFSIRAN
BAB IV
KEKUATAN KODE ETIK JURNALISTIK
Pasal 15
Kode Etik Jurnalistik di buat oleh wartawan, dari dan untuk wartawan
sebagai acuan moral dalam menjalankan tugas kewartawanannya dan berikrar
untuk mentaatinya.
39
40. Pasal 16
Wartawan menyadari sepenuhnya bahwa penataan kode Etik Jurnalistik ini
terutama berada pada hati nurani masing masing.
PENAFSIRAN
Pasal 16
Penataan dan pengamalan kode Etik Jurnalistik bersumber dari hati nurani
masing masing.
Pasal 17
Wartawan mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas
pelanggaran kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari
persatuan wartawan Indonesia (PWI) dan dilaksanakan oleh dewan kehormatan
PWI.
Tidak satu pihak pun di luar PWI yang dapat mengambil tindakan
terhadap wartawan dan atau medianya berdasar pasal pasal dalam kode Etik
Jurnalistik ini.
PENAFSIRAN
Pasal 17
1. Kode Etik Jurnalistik ini merupakan pencerminan adanya kesadaran
profesional. hanya PWI yang berhak mengawasi pelaksanaannya dan atau
menyatakan adanya pelanggaran kode Etik yang di lakukan oleh wartawan
serta menjatuhkan sanksi atas wartawan bersangkutan.
2. Pelanggaran kode Etik Jurnalistik tidak dapat dijadikan dasar pengajuan
gugatan pidana maupun perdata.
3. Dalam hal pihak luar menyatakan keberatan terhadap penulis atau
penyiaran suatu berita, yang bersangkutan dapat mengajukan keberatan
kepada PWI melalui dewan kehormatan PWI. Setiap pengaduan akan di
tangani oleh dewan kehormatan sesuai dengan prosedur yang diatur dalam
pasal pasal 22, 23, 24, 25, 26 dan 27 peraturan rumah tangga PWI.”40
40
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktik(Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset, 2009), hlm. 303.
40
41. BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jurnalistik merupakan ilmu yang dasarnya dari sebuah ilmu komunikasi.
Jurnalistik sendiri memiliki pengertian, suatu kegiatan mencari sebuah peristiwa
atau kegiatan dengan tujuan disebarluaskan melalui sebuah media. jurnalistik
memiliki tiga bentuk yaitu jurnalistik media cetak (newspaper and magazine
journalism), jurnalistik media elektronik auditif (radio broadcast journalism),
jurnalistik media audiovisual (television jurnalism)”.41 Setiap bentuk jurnalistik
memiliki ciri dan kekhasannya masing-masing. Dari bentuk-bentuk jrnalistik
tersebut, mereka menjalankan sebuah kegiatan dengan menghasilkan sebuah
produk jurnalistik. Produk yang dimaksud yaitu (1) News (berita), (2) Views
(pandangan, komentar, ulasan), dan Advertisement (iklan/perkenalan yang bersifat
propaganda).”42 Tetapi ada yang berpendapat juga bahwa iklan tidak termasuk
dalam produk jurnalistik. Dalam menciptakan sebuah produk dalam kegiatan
jurnalistik juga dikenal dengan adanya bahasa jurnalistik. Ciri utama bahasa
jurnalistik diantaranya “sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik,
demokratis,
mengutamakan kalimat aktif,
sejauh mungkin
menghindari
penggunaan kata atau istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah kata atau
istilah-istilah teknis, dan tunduk kepada keidah serta etia bahasa baku.”43
Dalam menjalankan sebuah kegiatan jurnalistik di Indonesia, pelaku
jurnalistik (Wartawan, reporter, editor)
dituntut dan diharapkan memahami
tentang Kode Etik Jurnalistik Indonesia yang di buat oleh PWI.
41
Opcit, Haris Sumadiria, hlm. 4.
Opcit, Kustadi Suhandang, hlm. 102.
43
Opcit, Haris Sumadiria, hlm 53
42
41
42. DAFTAR PUSTAKA
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu Komunikas teori dan praktek.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset.
Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. 2009. Jurnalistik Teori dan
Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Muhtadi, Asep Saeful. 1999. Jurnalistik pendekatan. Jakarta: Logos Wacana
Ilmu.
Mustika, Rieka. (Juni 2012). Budaya Penyiaran Televisi Indonesia. Masyarakat
Telematika dan Informatika, III (1) : 51-56.
Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik : seputar organisasi, produk &
Kode Etik. Bandung: Nuansa Cendekia.
Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita Dan Featur.
Bandung: Simbiosis Rekatama Media.
Wahyudi, J.B. 1996. Dasar-dasar jurnalistik radio dan televisi. Jakarta: Gajah
Gita Nuasa.
Wiryanto. 2008. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Grasindo.
42