3. Definisi
• Histerotomi adalah pengangkatan janin
melalui insisi abdomen menyerupai kelahiran
cesarean mini dengan ibu di bawah anestesi
regional atau umum. Prosedur ini dilakukan
hanya bila tidak ada pilihan lain yang mungkin
dilakukan, speerti pada pasein dengan janin
terlalu besar dan mengalami kelainan bentuk
4. Insisi transversal
• Insisi transversal dari segmen bawah rahim
(uterus) (Kerr,1926): insisi jenis ini paling
sering dipakai
5. Insisi transversal
• Insisi melintang segmen bawah
uterus merupakan prosedur pilihan
abdomen dibuka dan
disingkapkan, lipatan vesika uterina
peritoneum yang terlalu dekat
sambungan segmen atas dan bawah
uterus disayat melintang dilepaskan
dari segmen bawah serta ditarik atas
tidak menutupi lapangan pandangan.
• Biasanya lipatan peritomeum yang
agak longgar di atas batas atas
kandung kemih dansegmen bawah
anterior uterus dipegang dengan
forsep di garis tengah dan diinsisi
dengan skapel atau gunting
(gambar1).
6. Insisi transversal
• Gunting dimasukkan
diantara serosa dan
miometrium segmen bawah
uterus dan didorong ke
samping dari garis tengah,
sementara bilah secara
intermiten dibuka, untuk
membebaskan serosa
selebar 2 cm yang kemudian
diinsisi. Sewaktu batas
lateral di masing-masing sisi
didekatkan, gunting sedikit
diarahkan ke kepala
(gambar2).
8. Insisi vertikal (tipe segmen bawah)
• Insisi vertikal di korpus uteri (segmen atas uterus)
atau insisi klasik (classical incision). Insisi jenis ini
jarang dipakai
• Insisi vertical pada uterus dimulai dengan skapel
dan dilakukan serendah mungkin, tetapi lebih
tinggi daripada batas perlekatan kandung kemih.
Jika ruang yang terbentuk oleh skapel sudah
memadai, maka insisi diperluas kea rah kepala
dengan gunting perban sampai cukup panjang
untuk melahirkan janin
9. Insisi klasik (classical incision).
• Insisi longitudinal di garis tengah dibuat
dengan skapal ke dalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah
dengan gunting tumpul. Insisi jenis ini jarang
dipakai.
10. Aspek Insisi Transversal di Insisi vertikal di Korpus
SB Uterus Uteri (Klasik)
Jumlah darah yang Lebih sedikit Lebih banyak
terbuang
Jalannya operasi Lebih lambat Lebih cepat
Jalannya penutupan luka Lebih mudah Lebih sulit
operasi
Jalannya penutupan luka Lebih jarang Lebih sering
operasi
Jahitan terbuka (wound Lebih jarang Lebih sering
dehiscence)
Ruptura uteri pada Lebih jarang Lebih sering
kehamilan/persalinan
pervaginam berikutnya
11. Alasan memilih insisi klasik
• Insisi segmen bawah uterus sulit, misalnya
– Vesica urinaria sulit dibebaskan/ ada perlengkatan, khususnya
pernah mengalami seksiosesarea
– Ada mioma yteri segmen bawah uterus
– Servik uteri diinvasikarsinoma servik
• Janin besar & letak lintang, degan ketuban sudah pecah dan
bahu sudah terjepit dijalan lahir. (Letak Lintang, Kasep)
• Plasenta previa dengan implantasi sbr anterior, khususnya
plasenta percreta.
• Janin sangat kecil & letak sungsang dan segmen bawah
uterus tebal
• Pasien obese degan lapangan segmen bawah uterus
sempit.
13. Definisi
• Salpingektomi adalah bedah pengangkatan
tabung falopi.
• Salpingektomi, meliputi pengangkatan satu
atau kedua saluran telur/tuba falopii.
14. Indikasi
• 1) kehamilan ektopik terganggu
• 2) pasien tidak menginginkan fertilitas pascaoperatif,
• 3) terjadi kegagalan sterilisasi,
• 4) telah dilakukan rekonstruksi atau manipulasi tuba
sebelumnya,
• 5) pasien meminta dilakukan sterilisasi,
• 6) perdarahan berlanjut pascasalpingotomi,
• 7) kehamilan tuba berulang,
• 8) massa gestasi berdiameter lebih dari 5 cm.
• 9) pengangkatan massa atau tumor
15. • salpingectomy bilateral (pengangkatan kedua
tabung) biasanya dilakukan jika ovarium dan
rahim juga akan diangkat. Jika saluran tuba
dan ovarium keduanya diangkat pada saat
yang sama, ini disebut salpingo-ooforektomi.
Salpingo-ooforektomi biasanya dilakukan pada
kasus kanker ovarium dan endometrium
karena saluran tuba dan ovarium adalah situs
yang paling umum untuk kanker yang dapat
menyebar.
16. Perawatan Post Operasi
• Aftercare sangat bervariasi tergantung pada
salpingektomi dilakukan melalui laparoskopi
atau laparotomi. Pada laparotomi, sebagian
besar wanita dari tempat tidur dan berjalan-
jalan dalam waktu tiga hari. Dalam satu atau
dua bulan, seorang wanita perlahan-lahan
dapat kembali ke aktivitas normal seperti
mengemudi, berolahraga, dan bekerja.
17. Risiko
• Semua operasi, terutama di bawah anestesi
umum, membawa risiko tertentu, seperti
risiko bekas luka, pendarahan, infeksi, dan
reaksi terhadap anestesi. Operasi panggul juga
bisa menyebabkan jaringan parut internal
yang yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan tahun sesudahnya
19. Histerorapi
• Histerorapi adalah
penjahitan uterus. Insisi
uterus ditutup dengan
satu atau dua lapisan
jahitan kontinu
menggunakan benang
ukuran 0 atau #1 yang
dapat diserap. Biasanya
digunakan benang
kromik.
22. Pengertian
• Persalinan sectio caesaria adalah proses melahirkan
janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi)
dan dinding uterus (histerektomi).(William, 2001)
• Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan
janin dengan membuka dinding perut dan dinding
uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk
melahirkan janin dari dalam rahim.
• Sectio cesarea adalah suatu tindakan bantuan
persalinan di mana janin dilahirkan melalui suatu insisi
pada dinding
23. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea
• Sectio caesarea transperitonealis
• Sectio caesarea ekstra peritonealis
• sectio cesarea yang dilanjutkan dengan
histerektomi (cesarean hysterectomy)
• sectio cesarea transvaginal
24. Sectio caesarea transperitonealis
• SC klasik atau corporal : Dengan insisi memanjang pada
corpus uteri. Dilakukan dengan membuat sayatan
memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Dilakukan
pada keadaan yang tidak memungkinkan insisi di segmen
bawah uterus misalnya akibat perlekatan pasca operasi
sebelumnya atau pasca infeksi, atau ada tumor di segmen
bawah uterus, atau janin besar dalam letak lintang, atau
plasenta previa dengan insersi di dinding depan segmen
bawah uterus.
• SC ismika atau profundal : Low servical dengan insisi pada
segmen bawah rahim. Dilakukan dengan melakukan
sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servical transversal) kira-kira 10 cm.
25. SC klasik atau corporal
Kelebihan Kekurangan
• Mengeluarkan janin dengan • Infeksi mudah menyebar
cepat. secara intra abdominal
• Tidak mengakibatkan karena tidak ada
komplikasi kandung kemih reperitonealis yang baik.
tertarik. • Untuk persalinan yang
• Sayatan bisa diperpanjang berikutnya lebih sering
proksimal atau distal. terjadi rupture uteri
spontan.
26. SC ismika atau profundal
• General procedures of a deep-
transperitoneal cesarean-section delivery : A.
vertical midline incision of the skin between
the umbilicus and the pubic
symphisis, followed with layer-by-layer
separation of the subcutaneous
fat, muscle, fascia and peritoneum of the
abdominal wall. B. After the gravid uterus is
exposed, the peritoneal sheet between the
anterior wall of the uterus and the upper /
posterior wall of the urinary bladder is
identified and cut, and then separated. The
lower midline region of the anterior uterine
wall is then cut with a small sharp incision. C.
Through the small incision, the uterine wall is
divided further laterally using the operator’s
fingers. The amniotic membrane is then cut
to gain access to the uterine cavity. D.
Delivery of the baby and the placenta. E & F.
Closing repair of the uterine wall, using
double / two-layer sutures recommended.
The bleeding in the uterine cavity must be
controlled first
27. SC ismika atau profundal
kelebihan kekurangan
• Penjahitan luka lebih mudah. • Luka dapat melebar
• Penutupan luka dengan kekiri, kanan, dan bawah
reperitonealisasi yang baik.
• Tumpang tindih dari peritoneal sehingga dapat
flap baik sekali untuk menahan menyebabkan uteri uterine
penyebaran isi uterus ke pecah sehingga
rongga peritoneum.
mengakibatkan perdarahan
• Perdarahan tidak begitu
banyak. banyak.
• Kemungkinan rupture uteri • Keluhan pada kandung
spontan berkurang atau lebih kemih post operasi tinggi.
kecil
28. Syarat
• Uterus dalam keadaan utuh (karena pada
sectio cesarea, uterus akan diinsisi). Jika
terjadi ruptura uteri, maka operasi yang
dilakukan adalah laparotomi, dan tidak
disebut sebagai sectio cesarea, meskipun
pengeluaran janin juga dilakukan per
abdominam.
• Berat janin di atas 500 gram.
29. Indikasi
• Plasenta previa
• Vasa previa
• CPD/FPD
• Panggul patologik
• Presentasi abnormal
• Kelainan letak : letak lintang, letak bokong, presentasi
dahi, presentasi rangkap
• Posterm dengan skor pelvik rendah
• 2 kali seksio
• Penyembuhan luka operasi yang lalu buruk
• Operasi yang lalu kolporal/klasik
31. Risiko
Komplikasi ibu Komplikasi janin
• perdarahan banyak, • depresi susunan
infeksi, perlekatan saraf pusat janin
organ-organ pelvis akibat penggunaan
pascaoperasi. obat-obatan
anestesia (fetal
narcosis).
32. Pre Operatif
• Keadaan umum pasien
• Hasil laboratorium normal
• Hasil photo rontgent normal
• Hasl EKG normalTanda vital normal
33. Persiapan Instrumen
• Scalp Blade & Handle
(1buah) :
• 7 handle with 15 blade
(deep knife) – digunakan
untuk cut deep, delicate
tissue.
• 3 handle with 10 blade
(inside knife) – digunakan
untuk superficial tissue.
• 4 handle with 20 blade
(skin knife) – digunakan
untuk memotong kulit
34. Surgical Scissors
• Straight Mayo scissors –
disebut juga Suture
scissors.
• Curved Mayo scissors –
digunakan untuk
menggunting jaringan
berat (fascia, otot,
uterus, breast).
• Metzenbaum scissors –
digunakan untuk
mendilatasi jaringan.
35. Clamping and Occluding Instruments
Delicate Hemostatic Forceps
Kocher
• Hemostat digunakan untuk
menjepit pembuluh darah
atau jahitan. Rahangnya
bisa lurus atau melengkung.
Nama lain: Crile, snap atau
stat.
36. Klem Mosquito (6 buah)
• Digunakan untuk
menjepit pembuluh
darah kecil. Rahangnya
bisa lurus atau
melengkung
37. Grasiping and Holding Instruments
Polypus and Ovum Forceps 6
Dissecting Forcep (3 buah) buah
38. Retracting and Exposing Instruments
Deaver Retractor (2 buah)
• digunakan untuk menarik
kembali sayatan dalam
perut atau dada
39. Alat penjahitan
• Plain Gut : Menyerap
dalam 5-10 hari.
kegunaan: jahitan
subcue, knot amandel
• Chromic : Menyerap
dalam 14-21 hari;
kegunaan: peritoneum,
organ internal
41. Persiapan Pasien
• Puasa
• Menanggalkan semua perhiasan dan gigi palsu
• Personal hygiene
• Informet consent
• Persiapan psikologi
42. Prosedur
• Tim bedah cuci tangan
• Tim memakai jas operasi, sarung tangan
• Perawat mengatur posisi klien terlentang
• Berikan antiseptik untuk desinfeksi
• Pasang draping untuk mempersempit area
pembedahan
• Pasang slang suction, kabel diathermiPerawat
siap membacakan identitas, diagnosa tindakan
yang akan dilakukan.
43. Prosedur
• Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 untuk insisi kulit
sampai lemak.
• Berikan arteri vanpean dan kabel diatermi untu merawat
perdarahan.
• Berikan handlemess no: 3 dan mess:20 ke operator dan 2
cokker untuk asisten untuk insisi vasia.
• Berikan gunting metzenboum pada operator dan pinset
cirurrgi, berikan richardson kepada asisten untuk
memperluas insisi vasia.
• Berikan pinset anatomis ke operator untuk membuka otot
secara tumpul
• Berikan pinset anatomis dan gunting metzenbourm untuk
membuka peritoneum
44. Prosedur
• Berikan 4 peritoneum klem untuk memegang
atas,bawah, kanan, kiri peritoneum.
• Berikan deaver retractor untuk membuka rongga perut.
• Berikan kassa besar untuk melindungi usus
• Berikan metzenboum dan pinset anatomis pada
operator untuk membuka segmen bawah rahim.
• Berikan arteri klem vanpean untuk memegang blader
flap
• Berikan handlemess no:3 dan mess No:20 untuk insisi
segmen bawah rahim.(Bayi keluar )
45. Prosedur
• Berikan suction untuk menyedot perdarahan
• Berikan 2 arteri klem vanpean dan gunting untuk
memotong tali pusat.
• Berkan 4 ring klem untuk memegang insisi segmen bawah
rahim
• Berikan bengkok untk tempat plasenta
• Berikan kassa besar untuk membersihkan uterus dari sisa-
sisa plasenta
• Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 untuk
menjahit sudut kanan dan kiri insisi uterus.
• Berikan arteri klem vanpean untuk memegang benang
46. Prosedur
• Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 atau
vicril no:0 untuk menjahit vasia
• Berikan hacting set dengan benang plain no:000 atau
no:00 untuk menjahit lemak
• Berikan hacting set dengan benang zeide no:000 atau
no:00 atau prolin no:000 untuk menjahit kulit
• Berikan kasa basah kepada asisten untuk
membersihkan darah dan sisa antiseptic
• Berikan kasa steril dan desinfektan untuk menutup luka
operasi.
• Operasi selesai
47. Prosedur
• Berikan hacting set dengan benang cromic no:2 untuk
menjahit endometrium dan myometri.
• Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk
menjahit perimetrium.
• (Evaluasi perdarahan), jika masih terjadi perdarahan
perawat menyiapkan jahitan.
• Menghitung dan mengeluarkan kassa besar.
• Berikan cairan NaCl 0,9 % (bila perlu) untuk mencuci intra
abdoment.
• Berikan hacting set dengan benang plain no:1 untuk
menjahit peritoneum
• Berikan hacting set dengan benang plain no:00 untuk
menjahit otot
49. Post SC
• Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang satu
tahun, dengan memakai kontrasepsi.
• Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan
antenatal yang baik.
• Yang dianut adalah “once a cesarean not always a
cesarean” kecuali pada panggul sempit atau
disproporsi sevalo pelviks.
• Pada prinsipnya dalam merawat luka dibutuhkan
sterilitas mengingat luka sangat rentan terhadap
masuknya mikroorganisme dan adanya disintegritas,
dalam melakukan perawatan luka.