SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Nama : Axl Maya Manopo
NIM : 0807134897
Kelas : Pra rancangan Pabrik dan Analisa Ekonomi –A
        Jurusan Teknik Kimia
        Universitas Riau



                              PROSES PRODUKSI ASETILEN

       Asetilen adalah hidrokarbon sederhana yang memiliki sebuah ikatan rangkap tiga.
Sebelum minyak ditemukan dan dipergunakan secara meluas sebagai bahan baku untuk industri
kimia, asetilen merupakan blok bangunan utama untuk industri kimia organik. Pada tahun 1800-
an, asetilen mulai diproduksi dalam jumlah banyak dengan proses kalsium karbida, yakni dengan
mereaksikan kalsium karbida dengan air. Metode ini terus dipergunakan hingga tahun 1940,
proses thermal cracking menggunakan methane dan hidrokarbon lainnya mulai diperkenalkan.
Awalnya, proses thermal cracking menggunakan pancaran bunga api listrik, kemudian pada
tahun 1950-an mulai dikembangkan proses dengan metode oksidasi parsial dan regenerasi.

       Saat ini, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat adalah produsen asetilen dari
hidrokarbon terbesar, yakni lebih dari 80%. Negara lainnya, khususnya Eropa timur dan Jepang
masih memproduksi asetilen dari kalsium karbida.

       Kegunaan asetilen sendiri sangat luas. Asetilen dapat digunakan dalam proses pembuatan
logam dan sebagai bahan baku untuk berbagai macam produksi bahan kimia.

       Sampai saat ini asetilen memerankan peranan penting dalam industri kimia. Oleh sebab
itu, berbagai macam penemuan proses produksi asetilen telah banyak dilakukan dan
dikembangkan dari tahun ke tahun. Secara umum metode produksi asetilen dapat digolongkan ke
dalam chemical reaction process (bekerja pada temperatur normal) dan thermal cracking process
(berkerja pada temperatur tinggi). Proses produksi asetilen yang akan dibahas ada empat proses,
yakni produksi dari reaksi kalsium karbida-air, proses BASF (partial combustion), produksi
asetilen sebagai produk samping steam cracking, dan produksi asetilen dari batubara.
1. Asetilen dari Reaksi Kalsium Karbida-Air




                    Gambar 1. Diagram Blok Proses Produksi Asetilen dari Kalsium Karbida


Deskripsi proses:

Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan dialirkan. Reaksi
berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi berjalan 60%-90% saat di
reaktor pertama. Aliran produk reaksi dan material umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari
fasa padat menuju reaktor ke dua dengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang
dihasilkan diendapkan dan dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi
dipisahkan dari kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama.

Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni:

   1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan asetilen lebih tinggi dari
       27 lb/inch2 absolut, akan terjadi reaksi detonasi atau deflagarasi dalam asetilen yang
       menyebabkan peningkatan tekanan yang semakin besar, pecahnya bejana, dan isi yang
       bisa saja tumpah. Kondisi ini bisa menimbulkan api yang besar dan membahayakan.
       Karena itu proses hanya bisa dilakukan dengan tekanan rendah.
   2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor, yang bersifat
       kurang mendukung karena bejana yang digunakan besar, menghasilkan rate control yang
       lemah dan unsteady operation. Oleh karena itu dibutuhkan desain bejana yang sangat
       tepat untuk proses.
   3. Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan tidak memiliki nilai
       jual. Masalah ini bisa diatasai dengan menambah unit neutralizer dimana kalsium
hidroksida akan bereaksi dengan hidrogen klorida membentuk kalsium klorida yang
       memiliki nilai jual.


   2. BASF proses




                    Gambar 2. Flow Diagram Proses Produksi Asetilen dengan Metode BASF


Deskripsi proses:

Pertama-tama umpan berupa natural gas (1) dan oksigen (2) dipanaskan terlebih dahulu di fire
preheaters secara terpisah (3). Kemudian keluaran dari fire preheaters (3), masuk dan dicampur
ke dalam zona pencampuran (4)            kemudian reaksi pembakaran terjadi di dalam      ruang
pembakaran (5). Kemudian pembakaran dipadamkan dari bawah ruang pembakaran dengan
menyemprotkan air proses (6). Gas yang dihasilkan (7) yakni asetilen dan pengotor masuk ke
kolom pendingin (8) kira-kira pada temperatur kolom pendingin yang terbatas dan uap jenih. Gas
yang masuk (7) didinginkan dengan tambahan air dingin proses (9) dan sebagian besar dari
steam dikondensasikan. (10) api dibutuhkan untuk proses startup dan rundown. Gas keluaran
kolom bagian atas (11) kemudian didinginkan pada suhu sekitar 40 oC.(45000 m3 (S.T.P)/h dry),
yang kemudian dikompresikan dengan stwo-stage screw compressor (12). Pertama-tama dari 1.1
ke 4.2 dan kemudian ke 11 bar (abs), pengotor kemudian diendapkan. 7.5 m3/h air proses (13)
disemprotkan ke tiap stage komprosor. Untuk mengunci dari atmosfer, air demineralisasi (14)
yang disebut dengan sealing liquid, ditambah nitrogen, dengan hasil 4m3/h masuk ke sirkulasi air
proses. Keluaran dari stage pertama (15), bersuhu 85oC dan pengotor yang terkandung dalam air
sebesar 0.22% berat. Setelah dikompres di tiap stage kompresi, gas keluaran didinginkan ke suhu
40oC oleh air dingin proses (16) dari kolom pendingin (17). Setelah dikompresi, gas keluaran
dipisahkan menjadi unsur-unsurnya. Air yang dikondensasikan selama kompresi dan
pendinginan berikutnya dan air dari proses demineralisasi disirkulasikan dan kemudian
dikeluarkan (19).

       Jelaga yang dihasilkan merupakan suatu masalah utama dalam proses ini karena dapat
mengurangi efektifitas proses, oleh karena itu harus dipisahkan terlebih dari gas keluaran kolom.
Selain itu, jelaga juga bisa merusak kinerja kompresor, oleh karena itu gas yang masuk
kompresor harus setidaknya bebas dari jelaga.

   Normalnya, burner proses dapat menghasilkan 25 ton asetilen per hari dari natural gas.

   3. Produksi asetilen sebagai produk samping steam cracking

Deskripsi Proses:

   Berdasarkan Gambar 3. Di dalam steam cracking hidrokarbon jenuh dikonversi menjadi
produk olefin seperti ethylene dan propylene. Selain itu masih banyak produk yang dihasilkan
seperti asetilena sebagai produk samping. Konsentrasi asetilena tergantung pada jenis umpan,
waktu tinggal, dan temperature. .Konsentrasi acetylene dalam gas keluaran dari furnace antara
0,25 dan 1,2% wt. Pabrik etilen yang memproduksi 400 000 t / a etilena menghasilkan 4500-11
000 t / a asetilena. Pada produksi etilen, asetilen yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi
katalitik yang selektif atau dengan ekstraksi.
Hidrogenasi asetilena.
Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan bantuan katalis Pd.
Kondisi operasi meliputi suhu sekitar 40oC-120oC, tekanan 15 bar-40 bar, dan kecepatan 1000-
120000 kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis umpan yang digunakan.
Acetylene recovery
Asetilen diekstrak dari fraksi C2 steam cracker dengan bantuan solven. Solven yang paling
sesuai untuk proes yaitu DMF.
Deskripsi proses :
Campuran gas C2 yang terdiri dari etilena, etana, dan asetilen, diumpankan ke absorber
acetylene, aliran gas dihubungkan dengan counterflowing DMF pada tekanan 0,8-3,0 MPa.
Seluruh asetilen dan beberapa etilena dan etana terlarut oleh pelarut. Fraksi C2 yang telah
dimurnikan, mengandung <1 ppm asetilen, diumpankan ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan
pelarut dikirim ke stripper ethylene, yang beroperasi sedikit di atas tekanan atmosfer. Etilena dan
etana yang terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas. Asetilen
keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter. Dalam stripper asetilen,
asetilena murni terisolasi dari bagian atas kolom. Setelah pendinginan dan heat recovery,
asetilena bebas pelarut didaur ulang ke absorber dan etilen stripper. Produk asetilena memiliki
kemurnian> 99,8% dan kandungan DMF kurang dari 50 ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa
dan suhu ambien. Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa asetilena petrokimia tetap menarik
bahkan meskipun harga etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit penyerapan
asetilena di pabrik olefin yang ada dilengkapi dengan hidrogenasi katalitik.

   4. Produksi Asetilen dari Batu bara (arc coal process).

Banyak tes laboratorium konversi batubara menjadi asetilen menggunakan proses arc atau
plasma telah dilakukan sejak awal 1960-an. Secara ringkas proses yang didapat yaitu:

   1. Acetylene yang dihasilkan mencapai 30%.
   2. Karena pemanasan batubara yang cepat di jet plasma, total yield gas yang dihasilkan
       lebih tinggi dibandingkan yang ditunjukkan oleh pengukuran volatil batubara dalam
       kondisi standar.
   3. Hidrogen (bukan argon) gas plasma dapat meningkatkan hasil asetilena.

   Baru-baru ini, Corp AVCO di Amerika Serikat dan Chemische Werke Hüls di Jerman
membangun pabrik percontohan di pinggir sungai untuk pengembangan teknis dari proses.
AVCO arc furnace terdiri dari air-cooled tungsten-tip katoda dan air-cooled anoda. katoda.
Batubara kering dan halus      disuntikkan melalui aliran gas hidrogen di sekitar katoda. Gas
tambahan tanpa batubara dimasukkan sekitar katoda dan anoda sebagai selubung. Saat melewati
zona pembakaran, partikel batubara dipanaskan dengan cepat. Volatil dilepaskan dan terpecah-
pecah menjadi asetilena dan produk berbagai sampingan, meninggalkan residu coke halus yang
tertutup jelaga. Setelah waktu tinggal beberapa milidetik, campuran gas-coke dipadamkan
dengan cepat dengan air atau gas. Tekanan sistem dapat bervariasi antara 0,2 dan 1,0 bar (20 dan
100 kPa). Pilot plant Hüls menggunakan tungku plasma yang sama untuk perengkahan minyak
mentah, tetapi dengan 500 kW. Batubara kering disuntikkan ke dalam jet plasma, dan batubara
yang terengkah menjadi asetilen dan produk sampingan dalam reaktor. Limbah reaktor dapat di-
prequenched dengan hidrokarbon untuk produksi ethylene atau langsung dipadamkan dengan air
atau minyak. Char dan komponen didih lebih tinggi masing-masing dipisahkan oleh cyclones
dan scrubber. Masalah utama dalam desain reaktor adalah pencapaian menyeluruh dan cepat
pencampuran batubara dengan jet plasma dan menghindari pembentukan deposit karbon di
dinding reactor. sejumlah kecil deposit dapat diatasi dengan pencucian dengan air secara
periodic.

   Percobaan yang dilakukan oleh Hüls dan AVCO menunjukkan bahwa waktu tinggal optimal,
energy density jet plasma, daya spesifik, dan tekanan sangat mempengaruhi hasil asetilen.
Parameter lain yang mempengaruhi hasil adalah jumlah volatil di batubara dan ukuran partikel.

   Keuntungan dari proses ini adalah, dengan cara pirolisis batu bara, produksi asetilen jauh
lebih mudah sehingga membutuhkan biaiya investasi yang lebih rendah dibandingkan untuk
produksi utama etilen. Yield gas yang dihasilkan berkisar 33% sampai 50%. Artinya, 50% dari
batubara tetap sebagai char. Namun, char yang terbentuk bisa pula bernilai ekonomis. Char yang
dihasilkan bisa diaplikasikan ke industri karet, untuk gasifikasi, atau sebagai bahan bakar.
Diagram blok proses pembuatan asetilen dari batu bara bisa dilihat di Gambar 4.




   Dari empat proses produksi asetilen di atas, semua proses memiliki keunggulan dan
kekurangan tersendiri. Untuk bahan baku, proses BASF lebih bagus karena menggunakan gas
alam yang banyak tersedia bebas di alam dan penggunaanya saat ini masih kurang meluas. Untuk
proses, proses produksi asetilen dari batu bara memperlihatkan singkatnya dan mudahnya proses
sehingga meminimalkan modal. Untuk kualitas produk, proses produksi asetilen sebagai produk
samping sangat bagus, karena menghasilkan kemurnian mencapai 99,8%. Untuk kemudahan
kondisi opersi, proses produksi dari kalsium karbida memiliki keunggulan karena operasi
berjalan pada temperature normal.
REFERENSI

Bunger et al, 1992, Apparatus and Process For the Production of Acetylene, United States Patent
5,062,644.

Bachtles et al, 2009, Method For Producing Acetylene, US Patent 0023970 A1.

Wiley Interscience, 2002, Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, 3rd edition,

Anonim, Acetylene Plant, from http://industrialgasplants.com, 12 Maret 2011

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
Rfebiola
 
Pik 2 bab 2_sulfonasi
Pik 2 bab 2_sulfonasiPik 2 bab 2_sulfonasi
Pik 2 bab 2_sulfonasi
wahyuddin S.T
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika
Habibur Rohman
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
asterias
 
Laporan Praktikum Titrasi asam basa
Laporan Praktikum Titrasi asam basaLaporan Praktikum Titrasi asam basa
Laporan Praktikum Titrasi asam basa
Anggastya Andita HP
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
cecepisnandarsetiawan
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
wd_amaliah
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Khoridatun Nafisah
 
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fixReaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
Silvia Marceliana
 

Was ist angesagt? (20)

Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran LarutanDiagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
Diagram Alir Pembuatan dan Pengenceran Larutan
 
Ppt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; latenPpt kalor sensibel &amp; laten
Ppt kalor sensibel &amp; laten
 
kumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gaskumpulan soal hukum-hukum gas
kumpulan soal hukum-hukum gas
 
Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasiDistilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 
Pik 2 bab 2_sulfonasi
Pik 2 bab 2_sulfonasiPik 2 bab 2_sulfonasi
Pik 2 bab 2_sulfonasi
 
Katalis
KatalisKatalis
Katalis
 
7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika7. hk.pertama termodinamika
7. hk.pertama termodinamika
 
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimiaLaporan praktikum kesetimbangan kimia
Laporan praktikum kesetimbangan kimia
 
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimiaKristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
Kristalisasi 1 - Operasi teknik kimia
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Laporan Praktikum Titrasi asam basa
Laporan Praktikum Titrasi asam basaLaporan Praktikum Titrasi asam basa
Laporan Praktikum Titrasi asam basa
 
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-AirLaporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
 
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenikPendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
Pendinginan dengan menggunakan sistem kriogenik
 
Laporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhanaLaporan destilasi sederhana
Laporan destilasi sederhana
 
Kumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi TermodinamikaKumpulan Materi Termodinamika
Kumpulan Materi Termodinamika
 
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massaPertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
Pertemuan ke 6dan-7_neraca_massa
 
Proses pembuatan deterjen dan reaksi saponifikasi
Proses pembuatan deterjen dan reaksi saponifikasiProses pembuatan deterjen dan reaksi saponifikasi
Proses pembuatan deterjen dan reaksi saponifikasi
 
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fixReaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
Reaksi dan-pembuatan-senyawa-kompleks fix
 
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperaturlaporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
laporan kimia fisik - Kelarutan sebagai fungsi temperatur
 

Ähnlich wie Asetilen

Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steamAir umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
dian haryanto
 
Pik 2 bab 8_oksidasi
Pik 2 bab 8_oksidasiPik 2 bab 8_oksidasi
Pik 2 bab 8_oksidasi
wahyuddin S.T
 

Ähnlich wie Asetilen (20)

Adipic acid
Adipic acid Adipic acid
Adipic acid
 
Proses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammoniaProses industri kimia ammonia
Proses industri kimia ammonia
 
Alkilasi
AlkilasiAlkilasi
Alkilasi
 
Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steamAir umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
Air umpan adalah_air_yang_disuplai_ke_boiler_untuk_dirubah_menjadi_steam
 
Catalitik reforming proses
Catalitik reforming prosesCatalitik reforming proses
Catalitik reforming proses
 
Catalitik reforming proses
Catalitik reforming prosesCatalitik reforming proses
Catalitik reforming proses
 
Pik 86
Pik 86Pik 86
Pik 86
 
Kimia SMA Kelas XI - Minyak Bumi
Kimia SMA Kelas XI - Minyak BumiKimia SMA Kelas XI - Minyak Bumi
Kimia SMA Kelas XI - Minyak Bumi
 
reaksi-reaksi-organologam.pptx
reaksi-reaksi-organologam.pptxreaksi-reaksi-organologam.pptx
reaksi-reaksi-organologam.pptx
 
Minyak bumi
Minyak bumiMinyak bumi
Minyak bumi
 
Alkilasi
AlkilasiAlkilasi
Alkilasi
 
Las asetilin
Las asetilinLas asetilin
Las asetilin
 
MINYAK BUMI kelas XI SMA - AMBAR CHOIRUNISA
MINYAK BUMI kelas XI SMA - AMBAR CHOIRUNISAMINYAK BUMI kelas XI SMA - AMBAR CHOIRUNISA
MINYAK BUMI kelas XI SMA - AMBAR CHOIRUNISA
 
Kegunaan Alkana, Alkena, Alkuna & Minyak Bumi
Kegunaan Alkana, Alkena, Alkuna & Minyak BumiKegunaan Alkana, Alkena, Alkuna & Minyak Bumi
Kegunaan Alkana, Alkena, Alkuna & Minyak Bumi
 
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinonlaporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
laporan kimia organik - Sintesis antrakuinon
 
Teknologi minyak nabati "Cracking"
Teknologi minyak nabati "Cracking"Teknologi minyak nabati "Cracking"
Teknologi minyak nabati "Cracking"
 
Kesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimiaKesetimbangan kimia
Kesetimbangan kimia
 
Siklus rankine
Siklus rankineSiklus rankine
Siklus rankine
 
BIOMASSA ENERGI.pptx
BIOMASSA ENERGI.pptxBIOMASSA ENERGI.pptx
BIOMASSA ENERGI.pptx
 
Pik 2 bab 8_oksidasi
Pik 2 bab 8_oksidasiPik 2 bab 8_oksidasi
Pik 2 bab 8_oksidasi
 

Asetilen

  • 1. Nama : Axl Maya Manopo NIM : 0807134897 Kelas : Pra rancangan Pabrik dan Analisa Ekonomi –A Jurusan Teknik Kimia Universitas Riau PROSES PRODUKSI ASETILEN Asetilen adalah hidrokarbon sederhana yang memiliki sebuah ikatan rangkap tiga. Sebelum minyak ditemukan dan dipergunakan secara meluas sebagai bahan baku untuk industri kimia, asetilen merupakan blok bangunan utama untuk industri kimia organik. Pada tahun 1800- an, asetilen mulai diproduksi dalam jumlah banyak dengan proses kalsium karbida, yakni dengan mereaksikan kalsium karbida dengan air. Metode ini terus dipergunakan hingga tahun 1940, proses thermal cracking menggunakan methane dan hidrokarbon lainnya mulai diperkenalkan. Awalnya, proses thermal cracking menggunakan pancaran bunga api listrik, kemudian pada tahun 1950-an mulai dikembangkan proses dengan metode oksidasi parsial dan regenerasi. Saat ini, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat adalah produsen asetilen dari hidrokarbon terbesar, yakni lebih dari 80%. Negara lainnya, khususnya Eropa timur dan Jepang masih memproduksi asetilen dari kalsium karbida. Kegunaan asetilen sendiri sangat luas. Asetilen dapat digunakan dalam proses pembuatan logam dan sebagai bahan baku untuk berbagai macam produksi bahan kimia. Sampai saat ini asetilen memerankan peranan penting dalam industri kimia. Oleh sebab itu, berbagai macam penemuan proses produksi asetilen telah banyak dilakukan dan dikembangkan dari tahun ke tahun. Secara umum metode produksi asetilen dapat digolongkan ke dalam chemical reaction process (bekerja pada temperatur normal) dan thermal cracking process (berkerja pada temperatur tinggi). Proses produksi asetilen yang akan dibahas ada empat proses, yakni produksi dari reaksi kalsium karbida-air, proses BASF (partial combustion), produksi asetilen sebagai produk samping steam cracking, dan produksi asetilen dari batubara.
  • 2. 1. Asetilen dari Reaksi Kalsium Karbida-Air Gambar 1. Diagram Blok Proses Produksi Asetilen dari Kalsium Karbida Deskripsi proses: Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi berjalan 60%-90% saat di reaktor pertama. Aliran produk reaksi dan material umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fasa padat menuju reaktor ke dua dengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilkan diendapkan dan dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi dipisahkan dari kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama. Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni: 1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan asetilen lebih tinggi dari 27 lb/inch2 absolut, akan terjadi reaksi detonasi atau deflagarasi dalam asetilen yang menyebabkan peningkatan tekanan yang semakin besar, pecahnya bejana, dan isi yang bisa saja tumpah. Kondisi ini bisa menimbulkan api yang besar dan membahayakan. Karena itu proses hanya bisa dilakukan dengan tekanan rendah. 2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor, yang bersifat kurang mendukung karena bejana yang digunakan besar, menghasilkan rate control yang lemah dan unsteady operation. Oleh karena itu dibutuhkan desain bejana yang sangat tepat untuk proses. 3. Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan tidak memiliki nilai jual. Masalah ini bisa diatasai dengan menambah unit neutralizer dimana kalsium
  • 3. hidroksida akan bereaksi dengan hidrogen klorida membentuk kalsium klorida yang memiliki nilai jual. 2. BASF proses Gambar 2. Flow Diagram Proses Produksi Asetilen dengan Metode BASF Deskripsi proses: Pertama-tama umpan berupa natural gas (1) dan oksigen (2) dipanaskan terlebih dahulu di fire preheaters secara terpisah (3). Kemudian keluaran dari fire preheaters (3), masuk dan dicampur ke dalam zona pencampuran (4) kemudian reaksi pembakaran terjadi di dalam ruang pembakaran (5). Kemudian pembakaran dipadamkan dari bawah ruang pembakaran dengan menyemprotkan air proses (6). Gas yang dihasilkan (7) yakni asetilen dan pengotor masuk ke kolom pendingin (8) kira-kira pada temperatur kolom pendingin yang terbatas dan uap jenih. Gas yang masuk (7) didinginkan dengan tambahan air dingin proses (9) dan sebagian besar dari steam dikondensasikan. (10) api dibutuhkan untuk proses startup dan rundown. Gas keluaran kolom bagian atas (11) kemudian didinginkan pada suhu sekitar 40 oC.(45000 m3 (S.T.P)/h dry), yang kemudian dikompresikan dengan stwo-stage screw compressor (12). Pertama-tama dari 1.1 ke 4.2 dan kemudian ke 11 bar (abs), pengotor kemudian diendapkan. 7.5 m3/h air proses (13) disemprotkan ke tiap stage komprosor. Untuk mengunci dari atmosfer, air demineralisasi (14) yang disebut dengan sealing liquid, ditambah nitrogen, dengan hasil 4m3/h masuk ke sirkulasi air
  • 4. proses. Keluaran dari stage pertama (15), bersuhu 85oC dan pengotor yang terkandung dalam air sebesar 0.22% berat. Setelah dikompres di tiap stage kompresi, gas keluaran didinginkan ke suhu 40oC oleh air dingin proses (16) dari kolom pendingin (17). Setelah dikompresi, gas keluaran dipisahkan menjadi unsur-unsurnya. Air yang dikondensasikan selama kompresi dan pendinginan berikutnya dan air dari proses demineralisasi disirkulasikan dan kemudian dikeluarkan (19). Jelaga yang dihasilkan merupakan suatu masalah utama dalam proses ini karena dapat mengurangi efektifitas proses, oleh karena itu harus dipisahkan terlebih dari gas keluaran kolom. Selain itu, jelaga juga bisa merusak kinerja kompresor, oleh karena itu gas yang masuk kompresor harus setidaknya bebas dari jelaga. Normalnya, burner proses dapat menghasilkan 25 ton asetilen per hari dari natural gas. 3. Produksi asetilen sebagai produk samping steam cracking Deskripsi Proses: Berdasarkan Gambar 3. Di dalam steam cracking hidrokarbon jenuh dikonversi menjadi produk olefin seperti ethylene dan propylene. Selain itu masih banyak produk yang dihasilkan seperti asetilena sebagai produk samping. Konsentrasi asetilena tergantung pada jenis umpan, waktu tinggal, dan temperature. .Konsentrasi acetylene dalam gas keluaran dari furnace antara 0,25 dan 1,2% wt. Pabrik etilen yang memproduksi 400 000 t / a etilena menghasilkan 4500-11 000 t / a asetilena. Pada produksi etilen, asetilen yang dihasilkan dipisahkan dengan hidrogenasi katalitik yang selektif atau dengan ekstraksi. Hidrogenasi asetilena. Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan bantuan katalis Pd. Kondisi operasi meliputi suhu sekitar 40oC-120oC, tekanan 15 bar-40 bar, dan kecepatan 1000- 120000 kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis umpan yang digunakan. Acetylene recovery Asetilen diekstrak dari fraksi C2 steam cracker dengan bantuan solven. Solven yang paling sesuai untuk proes yaitu DMF. Deskripsi proses :
  • 5. Campuran gas C2 yang terdiri dari etilena, etana, dan asetilen, diumpankan ke absorber acetylene, aliran gas dihubungkan dengan counterflowing DMF pada tekanan 0,8-3,0 MPa. Seluruh asetilen dan beberapa etilena dan etana terlarut oleh pelarut. Fraksi C2 yang telah dimurnikan, mengandung <1 ppm asetilen, diumpankan ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan pelarut dikirim ke stripper ethylene, yang beroperasi sedikit di atas tekanan atmosfer. Etilena dan etana yang terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas. Asetilen keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter. Dalam stripper asetilen, asetilena murni terisolasi dari bagian atas kolom. Setelah pendinginan dan heat recovery, asetilena bebas pelarut didaur ulang ke absorber dan etilen stripper. Produk asetilena memiliki kemurnian> 99,8% dan kandungan DMF kurang dari 50 ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien. Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa asetilena petrokimia tetap menarik bahkan meskipun harga etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit penyerapan asetilena di pabrik olefin yang ada dilengkapi dengan hidrogenasi katalitik. 4. Produksi Asetilen dari Batu bara (arc coal process). Banyak tes laboratorium konversi batubara menjadi asetilen menggunakan proses arc atau plasma telah dilakukan sejak awal 1960-an. Secara ringkas proses yang didapat yaitu: 1. Acetylene yang dihasilkan mencapai 30%. 2. Karena pemanasan batubara yang cepat di jet plasma, total yield gas yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan yang ditunjukkan oleh pengukuran volatil batubara dalam kondisi standar. 3. Hidrogen (bukan argon) gas plasma dapat meningkatkan hasil asetilena. Baru-baru ini, Corp AVCO di Amerika Serikat dan Chemische Werke Hüls di Jerman membangun pabrik percontohan di pinggir sungai untuk pengembangan teknis dari proses. AVCO arc furnace terdiri dari air-cooled tungsten-tip katoda dan air-cooled anoda. katoda. Batubara kering dan halus disuntikkan melalui aliran gas hidrogen di sekitar katoda. Gas tambahan tanpa batubara dimasukkan sekitar katoda dan anoda sebagai selubung. Saat melewati zona pembakaran, partikel batubara dipanaskan dengan cepat. Volatil dilepaskan dan terpecah- pecah menjadi asetilena dan produk berbagai sampingan, meninggalkan residu coke halus yang tertutup jelaga. Setelah waktu tinggal beberapa milidetik, campuran gas-coke dipadamkan
  • 6. dengan cepat dengan air atau gas. Tekanan sistem dapat bervariasi antara 0,2 dan 1,0 bar (20 dan 100 kPa). Pilot plant Hüls menggunakan tungku plasma yang sama untuk perengkahan minyak mentah, tetapi dengan 500 kW. Batubara kering disuntikkan ke dalam jet plasma, dan batubara yang terengkah menjadi asetilen dan produk sampingan dalam reaktor. Limbah reaktor dapat di- prequenched dengan hidrokarbon untuk produksi ethylene atau langsung dipadamkan dengan air atau minyak. Char dan komponen didih lebih tinggi masing-masing dipisahkan oleh cyclones dan scrubber. Masalah utama dalam desain reaktor adalah pencapaian menyeluruh dan cepat pencampuran batubara dengan jet plasma dan menghindari pembentukan deposit karbon di dinding reactor. sejumlah kecil deposit dapat diatasi dengan pencucian dengan air secara periodic. Percobaan yang dilakukan oleh Hüls dan AVCO menunjukkan bahwa waktu tinggal optimal, energy density jet plasma, daya spesifik, dan tekanan sangat mempengaruhi hasil asetilen. Parameter lain yang mempengaruhi hasil adalah jumlah volatil di batubara dan ukuran partikel. Keuntungan dari proses ini adalah, dengan cara pirolisis batu bara, produksi asetilen jauh lebih mudah sehingga membutuhkan biaiya investasi yang lebih rendah dibandingkan untuk produksi utama etilen. Yield gas yang dihasilkan berkisar 33% sampai 50%. Artinya, 50% dari batubara tetap sebagai char. Namun, char yang terbentuk bisa pula bernilai ekonomis. Char yang dihasilkan bisa diaplikasikan ke industri karet, untuk gasifikasi, atau sebagai bahan bakar. Diagram blok proses pembuatan asetilen dari batu bara bisa dilihat di Gambar 4. Dari empat proses produksi asetilen di atas, semua proses memiliki keunggulan dan kekurangan tersendiri. Untuk bahan baku, proses BASF lebih bagus karena menggunakan gas alam yang banyak tersedia bebas di alam dan penggunaanya saat ini masih kurang meluas. Untuk proses, proses produksi asetilen dari batu bara memperlihatkan singkatnya dan mudahnya proses sehingga meminimalkan modal. Untuk kualitas produk, proses produksi asetilen sebagai produk samping sangat bagus, karena menghasilkan kemurnian mencapai 99,8%. Untuk kemudahan kondisi opersi, proses produksi dari kalsium karbida memiliki keunggulan karena operasi berjalan pada temperature normal.
  • 7. REFERENSI Bunger et al, 1992, Apparatus and Process For the Production of Acetylene, United States Patent 5,062,644. Bachtles et al, 2009, Method For Producing Acetylene, US Patent 0023970 A1. Wiley Interscience, 2002, Ullman’s Encyclopedia of Industrial Chemistry, 3rd edition, Anonim, Acetylene Plant, from http://industrialgasplants.com, 12 Maret 2011