Laporan praktikum ini membahas pengamatan morfologi dan telur 6 spesies cacing parasit yaitu Ascaridia galli, Ascaris lumbricoides, Enterobius vermicularis, Taenia saginata, Raillietina tetragona, dan Fasciola hepatica. Hasilnya menunjukkan perbedaan warna, ukuran, bentuk bibir, ekor, tubuh, dan kelamin antara nematoda, cestoda, dan trematoda.
1. LAPORAN PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
“Pengamatan Morfologi dan Telur Cacing Nematoda, Cestoda, dan Trematoda”
Sub Bab: Pengamatan Morfologi Cacing (Preparat Awetan dan Basah
Aisyah Wardani
2110610012
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2013
2. 1. PENDAHULUAN
Parasit adalah organisme yang hidup baik di luar maupun di dalam tubuh
hewan yang untuk kelangsungan hidupnya mendapatkan perlindungan dan
memperoleh makanan dari induk semangnya. Parasit dapat dibedakan menjadi dua
yaitu ektoparasit dan endoparasit. Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada
permukaan luar tubuh inang, atau di dalam liang-liang kulit yang mempunyai
hubungan dengan dunia luar. Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup
pada organ seperti hati, limpha, otak, sistem pencernaan, sirkulasi darah,
pernafasan, dalam
rongga perut, otot, daging, dan jaringan tubuh lain
(Purbomartono dkk, 2010).Endoparasit menurut Griffiths (1991) dapat diartikan
sebagai parasit yang hidup di dalam tubuh induk semang. Endoparasit meliputi
cacing (helminth), cacing adalah hewan yang bersel banyak yang memiliki badan,
panjang, kepala, dan ekornya kadang ada yang terlihat jelas dan ada yang tidak.
Kelompok hewan yang bersifat parasit tergolong ke dalam Filum Protozoa,
Platyhelminthes, Nemathelminthes, dan Arthropoda. Parasit ini terdapat pada
permukaan luar tubuh dan hidup di dalam tubuh. Filum Platyhelminthes dan
Nemathelminthes tergolong dalam kelompok cacing. Platyhelminthes berasal dari
bahasa Yunani yakni platys berarti pipih dan helminths yang berarti cacing
(Romimoharto, 2005). Ciri yang lain adalah berukuran lebih kecil dari 10 mm
pada beberapa jenis. Makanannya berupa hewan-hewan invertebrata kecil.
Nematoda merupakan anggota filum Nemathelminthes. Karakteristik nematoda
adalah mempunyai saluran usus dan rongga badan, berbentuk bulat tidak
bersegmen, tubuhnya dilapisi oleh kutikula. Ciri lain ditandai dengan adanya
sebuah mulut pada ujung anterior, mulut dikelilingi oleh bibir (Brown, 1979).
Untuk mengetahui lebih lanjut spesies dalam phylum Platyhelminthes dan
Nemathelminthes yang tergolong dalam parasit, maka diperlukan praktikum lebih
lanjut.
2. Tujuan
a. Mendeskripsikan morfologi cacing Ascaridia galli
b. Mendeskripsikan morfologi cacing Ascaris lumbricoides
3. c. Mendeskripsikan morfologi cacing Enterobius vermicularis
d. Mendeskripsikan morfologi cacing Taenia saginata
e. Mendeskripsikan morfologi cacing Raillietina tetragona
f. Mendeskripsikan morfologi cacing Fasciola hepatica
3. TINJAUAN PUSTAKA
Platyhelminthes adalah cacing daun yang umumnya bertubuh pipih. Beberapa
ahli
menganggap
Nemertia,
yaitu
satu
kelas
yang
tergabung
dalam
Platyhelminthes sebagai filum tersendiri yaitu filum Nemertia. Cacing daun
bersifat triploblastik, tetapi tidak berselom. Ruang digesti berupa ruang
gastrovaskular yang tidak lengkap. Cacing pita tidak mempunyai saluran digesti.
Walaupun hewan-hewan itu bersifat simetri bilateral, namun mereka mempunyai
sistem ekstretorius, saraf, dan reproduksi yang mantap. Sebagaian anggota cacing
daun itu hidup parasitis pada manusia dan hewan. Cacing-cacing planaria hidup
dalam air tawar. Cacing hati dan cacing pita bersiklus hidup majemuk dan
menyangkut beberapa inang sementara. Cacing-cacing nemertian hidup mandiri di
laut
dan
terkenal
sebagai
cacing
ikat
pinggang
(Brotowidjojo,1989).Platyhelminthes adalah sekelompok orgnisme yang tubuhnya
pipih, bersifat tripoblastik, tidak berselom. Pada umumnya spesies dari
platyhelminthes adalah parasit pada hewan. Ektoderm adalah tipis yang dilapisi
oleh kutikula yang berfungsi melindungi jaringan di bawahnya dari cairan hospes.
Sistem ekskresi hanya saluran utama yang mempunyai lubang pembuangan keluar
tidak memiliki sistem sirkulasi, maka bahan makanan itu di edarkan oleh
pencernaan itu sendiri. Alat reproduksi jantan dan betina terdapat pada tiap – tiap
hewan dewasa. Alat jantan terdiri atas sepasang testis, dua pembuluh vasa
deferensia, kantung vesiculum seminalis, saluran ejakulasiyang berakhir pada alat
kopulasi dan penis (Jasin, 1992).
Nemathelminthes (Yunani; nema = benang: helmin = cacing) dinamakan
cacing bulat tak beruas untuk membedakannya dari cacing pipih. Cacing dari
Philum ini panjang dan ramping dengan permukaan tubuh halus dan mengkilap.
Salah satu atau kedua ujung meruncing. Kelamin terpisah.Menhasilkan beriburibu telur. Filum ini terbagi ke dalam dua kelas, yakni Nematoda, mempunyai
4. usus tetapi tidak mempunyai belalai, dan Acantho cepala, tidak mempunyai usus
tapi mempunyai belalai yang berduri. Permukaan tubuh Nemathelminthes dilapisi
kutikula untuk melindungi diri. Kutikular ini lebih kuat dari cacing parasit yang
hidup diinang daripada yang hidup bebas. kutikular berfungsi untuk melindungi
diri dari enzim pencernaan inang. Alat reproduksi jantan terdiri atas testis dengan
saluran berbentuk benang kusut, kemudian saluran vas deferens yang menuju ke
vesikula seminalis dan berakhir pada saluran ejakulasi (ejaculatory duct). Alat
reproduksi betina tekenal dengan bentuk Y. Tiap- tiap cabangnya terdiri atas ovari
dan saluran berbentuk benang kemudian bersambung dengan uterus. Selanjutnya
kedua uterus bersambung menjadi satu membentuk saluran dengan otot dan
bermuara pada vagina. Sekitar vagina terdapat vulva. pembuahan sel telur terjadi
didalm uterus. Dalam uterus telur dapat mencapai 27 juta dan tiap-tiap cacing
menghasilkan 2000.000 telur. Telur akan keluar bersama-sama dengan faeces
hospes (Jasin, 1992).
4. METODOLOGI
- Alat dan Bahan
Alat:
Alat yang digunakan dalam praktikum adalah kaca pembesar, cawan petri,
pinset, parafin blok, dan alat tulis.
Bahan:
Bahan yang disiapkan adalah sebagai berikut:
a.
Awetan cacing Ascaridia galli jantan dan betina
b.
Awetan cacing Ascaris lumbricoides
c.
Awetan cacing Taenia saginata
d.
Awetan cacing Fasciola hepatica
- Cara Kerja
1. Mengambil preparat awetan cacing Ascaridia galli menggunakan pinset dan
cawan dan meletakkannya pada parafin blok
2. Mengamati dan menggambar morfologi cacing
3. Mendeskripsikan morfologi cacing berupa: bentuk bibir, warna cacing,
ukuran cacing, bentuk ekor dan bentuk lubang kelamin
5. 4. Mendeskripsikan morfologi masing-masing preparat awetan yang ada
5. Mendokumentasikan setiap preparat awetan yang ada
6. Membersihkan alat dan bahan pada keadaan semula
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil Pengamatan
Data diperoleh melalui pengamatan secara morfologi 6 spesies dengan kelas
yang berbeda. Spesies Ascaridia galli dan Ascaris lumbricoides tergolong dalam
kelas Nematoda. Sedangkan spesies Taenia saginata dan Fasciola hepatica
masing-masing termasuk dalam kelas Cestoda dan Trematoda. Sedangkan data
spesies Enterobius vermicularis dari kelas Nematoda dan spesies Raillietina
tetragona diperoleh melalui studi pustaka.Hasil perbandingan secara umum
berupa: warna, ukuran tubuh, bentuk bibir, bentuk ekor, bentuk tubuh, dan lubang
kelamin pada masing-masing kelas yang diidentifikasi terdapat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbandingan Morfologi Antara Nematoda, Cestoda, dan Trematoda
NEMATODA
CESTODA
TREMATODA
WARNA
putih kekuningan
putih kekuningan
kuning kecoklatan
UKURAN
jantan < betina
jantan = betina
jantan = betina
BENTUK BIBIR
3 bibir: 1 dorsal, 2 berkait
&
ber- oral
&
ventral
EKOR
rostellum
sucker sama
♂ melingkar
pipih
pipih
♀ lurus
KELAMIN
terpisah
hermaprodit
terpisah
BENTUK TUBUH
silindris
pipih
pipih
ventral
6. Hasil perbandingan masingmasing spesies awetan berupa: warna, ukuran
tubuh, bentuk bibir, bentuk ekor, bentuk tubuh, dan lubang kelamin tang telah
diidentifikasi terdapat pada tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan Morfologi Spesies Endoparasit Awetan
NEMATODA
WARNA
putih kekuningan
TREMATODA
Ascaris
Taenia
Fasciola
lumbricoides
Ascaridia galli
CESTODA
saginata
hepatica
kuning
kuning
merah
kecoklatan
UKURAN
♂ 6 cm
34 cm
39 cm
2,5 cm
3 bibir
sucker
+ sucker
♀ 8 cm
BENTUK
3 bibir
BIBIR
rostellum
KELAMIN
♂ berlekuk
♂ berlekuk
♀ lurus
EKOR
♀ lurus
terpisah
terpisah
pipih
Pipih
hermaprodit
hermaprodit
7. Hasil gambar dokumentasi dan literatur untuk membandingkan empat spesies
awetan terdapat pada tabel 3.
Tabel 3. Gambar Perbandingan Morfologi Spesies Endoparasti Awetan
A. galli
DOKUMENTASI
LITERATUR
- Pembahasan
A. lumbricoides
T. saginata
F. hepatica
8. a. Ascaridia galli
Cacing ini mempunyai panjang 50-76 mm pada jantan dan 72-116 mm pada
betina. Cacing ini mempunyai tiga bibir yaitu satu bibir dorsal dan dua bibir
lateroventral. Selain itu, terdapat ale (selaput tipis semacam sayap) lateral pada
kedua sisi sepanjang badan dan esofagusnya tidak mempunyai gelembung
posterior. Pada cacing jantan, ekornya terdapat ale kecil yang dilengkapi dengan
10 pasang papil yang pendek dan tebal, mempunyai batil hisap prekloakal dengan
sisi kutikular yang tebal. Cacing betina memiliki vulva yang terletak pada bagian
tengah badan dengan ekor berbentuk kerucut. Telur cacing ini berbentuk kerucut,
berdinding licin, dan berukuran 73-92 x 45-57 µm (Kusumamihardja, 1992 dalam
Dwipayanti, 2008).
GambarSiklus hidup Ascaridia galli menurut Soulsby (1986 dalam
Dwipayanti, 2008)
KLASIFIKASI
Phylum
: Nemathelminthes
Classis
: Nematoda
Ordo
: Ascaridia
Familia
: Heterakidae
9. Genus
: Ascaridia
Spesies
: Ascaridia galli
(Kusumamihardja, 1992 dalam Dwipayanti, 2008).
Gambar Cacing Ascaridia galli (Dwipayanti, 2008)
b. Ascaris lumbricoides
Cacing betina dewasa mempunyai bentuk tubuh posterior yang membulat
(conical), berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai ekor lurus tidak
melengkung. Cacing betina mempunyai panjang 22-35 dan memiliki lebar 3-66
mm. Sementara cacing jantan dewasa mempunyai ukuran yang lebih kecil, dengan
panjang 12-13 cm dan lebarnya 2-4 mm, dengan warna yang sama dengan cacing
betina, tetapi memiliki ekor yang melengkung ke arah ventral. Kepalanya
mempunyai tiga bibir pada ujung anterior (bagian depan) dan mempunyai gigigigi kecil atau dentikel pada pinggirnya, bibirnya dapat ditutup atau dipanjangkan
untuk memasukkan makanan (Soedarto, 1991).
11. Gambar Ascaris lumbricoides jantan dan betina
c. Enterobius vermicularis
Enterobius vermicularis merupakan cacing yang berukuran kecil berbentuk
seperti benang berwarna putih, hidup di dalam sekum, apendiks, dan di daerah
yang berbatasan dengan ileum dan kolon asendens. Cacing betina dewasa
berukuran 8-13 mm x 0,3-0,5 mm dengan ekor yang runcing. Bentuk jantan
berukuran 2-5 mm x 0,1-0,2 mm, ekornya melingkar sehingga bentuknya seperti
tanda tanya. Seekor cacing betina dapat menghasilkan rata-rata 11.000-15.000
butir telur (Lubis dkk, 2008).
12. Gambar Daur hidup Enterobius vermicularis(Abidin San, 1993 dalam Lubis dkk,
2008)
KLASIFIKASI
Phylum
: Nemathelminthes
Classis
: Nematoda
Ordo
:Oxyurida
Familia
: Oxyuridea
Genus
: Enterobius
Spesies
:Enterobius vermicularis
13. Gambar Telur dan bentuk dewasa Enterobius vermicularis (dikutip dari Huh S.
Pinworm. http: //www.emedicine.com/ med/ topic1837.htm dalam Lubis dkk,
2008)
d. Taenia saginata
Cacing dewasa panjangnya antara 5-10 m. hidup di dalam usus. Struktur
badan cacing ini terdsiri dari skoleks, leher dan strobila yang merupakan ruas-ruas
proglotid, sebanyak 1000-2000 buah. Skoleks hanya berukuran 1-2 mm,
mempunyai emapt batil isap dengan otot-otot yang kuat, tanpa kait-kait. Bentuk
leher sempit, ruas-ruas tidak jelas dan didalamnya tidak terliohat struktur tertentu.
Strobila terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa, dewasa dan matang
yang mengandung telur, disebut gravid. Pada proglotid yang belum dewasa,
belum terlihat struktur alat kelamin yang jelas. Pada proglotid yang dewasa
terlihat struktur alat kelamin seperti folikel testis ynag berjumlah 300-400 buah,
tersebar di bidang dorsal. Vasa eferensnya bergabung untuk masuk ke rongga
kelamin (genital atrium), yang ebrakhir di lubang kelamin. Lubang kelamin
letaknya berselang seling pada sisi kanan dan kiri strobila. Di bagian posterior
lubang kelamin, dekat va deferens, terdapat tabung vagina yang berpangkal pada
ootip. Ovarium terdiri dari dua lobus, berbentuk kipas, besarnya hampir sama.
14. Letak ovarium di sepertiga bagian posterior dari proglotid. Vitelaria letaknya di
belakang ovarium dan merupakan kumpulan folikel yang eliptik. Uterus tumbuh
dari bagian anterior ootip dan menjulur ke bagian anterior proglotid. Setelah
uterus ini penuh dengan telur, maka cabag-cabangnya akan tumbuh, yang
berjumalah 15-30 buah pada satu sisinya dan tidak memiliki lubang uterus.
Proglotid gravid letaknya diterminal dans erring lepas daris trobila. Proglotid
gravid ini dapat bergerak aktif, keluar dengan tinja atau keluar sendiri dari lubang
dubur secara spontan. Setiap harinya kira-kira 9 buah proglotid dilepas. Proglotid
ini bentuknya lebih panjang dan lebar. Telur dibungkus embriofor, berisi suatu
embrio heksakan yang dinamakan onkosfer. Telur yang baru keluar dari uterus
masih diliputi selaput tipis yang disebut lapisan luar telur. Sebuah proglotid gravid
berisi kira-kira 100.000 buah telur. Waktu proglotid terlepas dari rangkaiannya
dan menjadi koyak, cairan putih susu yang mengandung banyak telur mengalir
keluar dari sisi anterior proglotid tersebut, terutama bila proglotidnya berkontraksi
waktu bergerak (Kusuma, 2013).
Gambar siklus hidup Taenia saginata
15. Keterangan gambar:
Tinja manusia yang mengandung telur cacing. Telur cacing kemudian tertelan
oleh hewan ternak. Telur tersebut menetas untuk melepaskan larva dengan
hexacynth (six-hooked)di usus kecil. Larva tersebut kemudian pindah ke usus
kecil dan memasuki system peredaran darah. Larva terbawa sampai ke beberapa
jaringan seperti jantung dan otot-otot lain untuk membentuk sistiserkus. Manusia
kemudian terinfeksi dengan cara menelan sistiserkus yang terdapat dalam daging
hewan ternak tersebut yang tidak dimasak dengan baik. Begitu tertelan, skolek
parasit tersebut melekat pada dinding usus dan tumbuh menjadi cacing dewasa
yang matang yang dapat menetaskan telurnya melalui tinja manusia yang
terinfeksi tersebut (Kusuma, 2013).
KLASIFIKASI
Phylum
: Platyhelminthes
Classis
: Cestoda
Ordo
: Cyclophyllidae
Familia
: Taniidae
Genus
: Taenia
Spesies
: Taenia saginata
16. Gambar Struktur tubuhTaenia saginata
e. Raillietina tetragona
Cacing ini mungkin merupakan genus cacing pita pada ayam yang paling umum
di Amerika Utara dan mungkin di seluruh dunia. Tubuhnya mempunyai banyak
proglotida. Terdapat rostelum dengan kait berbentuk palu yang tersusun dalam
lingkaran ganda. Alat penghisap kadang-kadang dipersenjatai dengan kait yang
kecil dan berdegenerasi yang tersusun dalam beberapa lingkaran (Levine, 1994).
Raillietina tetragona terjadi pada usus halus unggas, dan burung dara dan
merupakan cacing yang lebar dan panjangnya 25 cm. Telur berada di kantong,
berdiameter 25-50 mikron (Hall, 1977).
KLASIFIKASI
Phylum
: Platyhelminthes
Classis
: Cestoda
Ordo
: Davaneidea
Familia
: Davaineidae
Genus
: Raillietina
Spesies
:Raillietina tetragona
17. Gambar Morfologi Raillietina tetragona
f. Fasciola hepatica
Fasciola hepatica mengalami proses pendewasaan di dalam saluran empedu.
Cacing Fasciola sp. Dewasa dalam hospes definitive dapat hidup rata-rata antara
satu sampai tiga tahun di dalam hati (Troncy, dkk, 1981dalam Bendyrman, 2004).
Menurut Dixon (1995) dalam Bendyman (2004) bahwa Fasciola sp. Pada sapi
memproduksi telur setiap harinya kurang lebih 2628 butir. Cacing dewasa bersifat
haematophagus (menghisap darah) hospes penderita dan memakan sel-sel hepatik.
Di dalam caeca cacing dewasa mensekresi Cathepsin yang merupakan proteinase
intracelluler dan berfungsi sebagai phagocytic digestion (Ben Dawes, 1964 dalam
Bendyman, 2004).
Phylum
: Platyhelminthes
Classis
: Trematoda
Ordo
:Echinostomida
Familia
:Fasciolidea
Genus
: Fasciola
Spesies
: Fasciola hepatica
18. Gambar
Morfologi
Fasciola
hepatica
(Schmidt
dan
Roberts,
1989
dalamWidjajanti, 2004)
6. KESIMPULAN
Pengamatan morfologi cacing menggunakan spesies awetan dari 2 phylum
yang berbeda yaitu Nemathelminthes dan Platyhelminthes. Nemathelminthes
dibagi menjadi kelas Nematoda yang masing-masing spesies tersebut adalah
Ascaridia galli, Ascaris lumbricoides, dan Enterobius vermicularis. Ciri khusus
yang dimiliki Nematoda adalah beberapa diantara spesiesnya memiliki kait dan
memiliki 3 buah bibir. Sedangkan pada phylum Platyhelminthes yang dibagi lagi
menjadi dua kelas yaitu cestoda dan trematoda. Anggota dari cestoda adalah
spesies Taenia saginata dan Raillietina tetragona. Cestoda memiliki ciri khas
yaitu tubuhnya yang terdiri dari rangkaian segmen yang tiap segmen disebut
proglotid, dengan kepala (skoleks), dan alat hisap (sucker) yang dilengkapi kait
yang terbuat dari kitin disebut rostellum. Anggota dari trematoda adalah spesies
Fasciola hepatica.Anggota yang masuk dalam kelas trematoda merupakan cacing
hisap. Dari semua spesies yang diidentifikasi maka, hewan tersebut didapati
19. merupakan hewan endoparasit, yaitu parasit yang hidup di dalam tubuh induk
semang.
7. DAFTAR PUSTAKA
Bendyrman, S.S. 2004. Aspek Biologis dan Uji Diagnostik Fasciola. Prodising
Seminar Parasitologi dan Toksikologi Veteriner.
Brotowidjojo, M.D. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Brown, H.W. 1979. Dasar Dasar Parasitologi Klinis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Dwipayanti, N.M.Y. 2008. Profil Organ Dalam serta Histopatologi Usus dan
Hati Ayam Kampung Terinfeksi Cacing Ascaridia galli yang Diberi Tepung Daun
Jarak (Jathropa curca L.). Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Griffiths. 1991. Manual untuk Paramedis Kesehatan Hewan. Yogyakarta: Tiara
Wacana.
Hall, H.T.B. 1977. Deseases and Parasites of Livestock in The Tropic. First
Edition. London: Longman Group Ltd.
Kusuma, S.A.F. 2013. Cestoda. Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran.
Levine, D.N. 1994. Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: UGM Press.
Lubis, S.M., Pasaribu, S., Lubis, C.P. 2008. Enterobiasis pada Anak. Sari Pediatri
Volume 9 No 5.
Jasin, M. 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Purbomartono, C., Isnaetin, M., dan Suwarsito. 2010. Ektoparasit pada Benih
Ikan Gurami di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Beji dan Sidabowa Kabupaten
Banyumas. Sains Aquatic Journal.
Romimoharto, K. 2005. Biologi Laut. Jakarta: Djambatan.
Soedarto. 1995. Helmintologi KedokteranEdisi ke 2. Jakarta: EGC.
20. Widjajanti, S. 2004. Faciolosis pada Manusia: Mungkinkah Terjadi di
Indonesia?. Watazoa Volume 14 No. 2.