1. SYAHADATAIN
DI SUSUN:
KELOMPOK 1
ERWAN ISTANTO
LISKA
LISMA NOPIYANTI
NURHASANAH
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN BAHASA DAN SENI
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2013/2014
2. i
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Syahadatain”.
Makalah ini telah dibuat dari beberapa referensi untuk membantu menyelesaikan
hambatan selama mengerjakan makalah ini. Sebab penulis masih dalam tahap pembelajaran.
Sebelumnya penulis mohon maaf bila terdapat kesalahan nantinya.Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Ucapan terima kasih kami haturkan kepada guru pembimbing mata kuliah Al Islam (Fiqih
Ibadah) yaitu bapak Dr. Saproni, M.Ed. Serta kepada teman-teman yang telah berpartisipasi
dalam pembuatan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini dapat membantu dalam
proses perkuliahan tentunya dalam mata kuliah Al Islan (Fiqih Ibadah).
Pekanbaru, 22 Februari 2014
Penulis
3. ii
Daftar Isi
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusanmasalah .....................................................................................1
1.3 Tujuanmakalah ........................................................................................ 2
Bab II Pembahasan .......................................................................................... 2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
Pengertian Syahadatain............................................................................2
Kandungan Makna Syahadatain .............................................................. 3
Urgensi Muslim dalam Bersyahadat........................................................8
Syarat-syarat Syahadatain........................................................................9
Pengaruh Syahadatain dalam Kehidupan Manusia..................................10
Aplikasi Makna Syahadatain dan Implikasinya.......................................10
Cara Mempertahankan Keimanan............................................................12
Bab III Penutup ........................................................................................... .....14
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... .....14
3.2 Saran ..................................................................................................... ....14
Daftar Pustaka
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Bagi umat Islam, kata Syahadat bukanlah kata yang asing lagi di telinga manusia.
Syahadat adalah seperti nafas yang senantiasa menemani hidup manusia. Syahadat
adalah salah satu syarat utama keislaman seseorang. Tanpa syahadat dalam hati,
pikiran, ucapan, dan tindakan mereka, maka tiada pula islam dalam kehidupan
manusia.
Syahadat adalah sebuah perkara vital dalam kehidupan umat islam. Syahadat
ibarat ruh, sedangkan islam sendiri ibarat jasadnya. Maka jasad tersebut akan mati
jika ruh tersebut tidak ada atau mati. Perkara syahadat adalah sebuah perkara yang
menyangkut ketauhidan seseorang. Itulah, mengapa Syahadat ini menjadi salah satu
bagian yang primer bagi umat islam.
Di dalam agama islam, kedua kalimat Syahadat tersebut merupakan sebuah
rangkaian utuh yang harus diimani secara menyeluruh. Haram bagi umat islam untuk
hanya mengimani salah satunya saja. Haram bagi umat islam untuk hanya mengakui
Allah saja namun tidak mengakui Rasulullah Muhammad saw, begitu juga sebaliknya.
Agar umat islam dapat memaksimalkan kualitas Syahadat dalam kehidupannya, maka
terlebih dahulu mereka haruslah mengetahui mengenai makna yang terkandung dalam
dua kalimat tersebut.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa kedudukan syahadatain dalam ajaran Islam?
2. Mengapa syahadatain merupakan sumber sistem hidup?
3. Bagaimana memahami bahwa syahadatain dapat membentuk pemeluknya selaras
dengan totalitas sunnatullah pada alam semesta?
4. Bagaimana memahami bahwa syahadatain dapat menumbuhkan kebudayaan dan
peradapan yang unik?
5. Bagaimana memahami bahwa syahadatain mengukuhkan kebanggaan kepada
Allah?
1.3
Tujuan Makalah
1. Mahasiswa mengetahui kedudukan syahadatain dalam ajaran Islam.
2. Mahasiswa memahami bahwa syahadatain merupakan sumber sistem hidup.
3. Mahasiswa memahami bahwa syahadatain dapat membentuk pemeluknya selaras
dengan totalitas sunnatullah pada alam semesta.
4. Mahasiswa memahami bahwa syahadatain dapat menumbuhkan kebudayaan dan
peradapan yang unik.
5. Mahasiswa memahami bahwa syahadatain dapat mengukuhkan kebanggaan
kepada Allah.
5. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kedudukan Syahadatain dalam Ajaran Islam
Seperti yang telah diketahui dengan baik, bahwa dua kalimah syahadah adalah
rukun pertama dari susunan rukun Islam yang lima. Ini berarti, dua kalimah
syahadah dalam pandangan Islam memiliki kedudukan yang sangat penting dalam
menentukan kesempurnaan keislaman seseorang. Oleh karena itu, dua kalimah
syahadah ini sangat tidak boleh dianggap remeh atau dengan sengaja diremehkan
oleh setiap orang yang mengaku dirinya sebagai seorang muslim. Sebab meremehkan
dan mengabaikan salah satu rukun Islam yang satu ini, itu sama saja telah mencoba
menghancurkan salah satu pondasi terkokohnya, sehingga akan membuat bangunan
Islam itu cepat atau lambat akan mudah roboh oleh hempasan badai kekufuran, yang
akan membuat sipelakunya terjatuh kedalam lubang kemusyrikan yang sangat
dibenci oleh Allah Swt. Padahal Allah Swt. telah berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya Allah swt tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni
segala dosa selain itu bagi siapa yang dikehendaki. Barang siapa yang telah
mempersekutukan Allah swt, maka sesungguhnya dia telah berbuat dosa yang sangat
besar.”(QS: An-Nisa: 48).
Penyebutan istilah dua kalimah syahadah ini disebabkan karena susunan
kalimatnya memang terdiri dari dua kalimah inti, yang masing-masing dari setiap
kalimahnya itu memiliki konsekuensi yang wajib dipenuhi. Pertama, kalimah:
Asyhadu an laa ilaaha illallah, yang kemudian disebut sebagai syahadatillah. Yaitu,
pengakuan tentang ke-Ilah-an Allah swt sebagai satu-satunya Tuhan yang patut untuk
disembah. Konsekuensi kalimah ini adalah bahwa setiap orang yang mengucapkan
dan meyakini kebenarannya, maka dirinya dituntut untuk tidak boleh menghamba,
menyembah, dan mempertuhankan segala sesuatupun kecuali kepada Allah swt.
Kedua, kalimah: Asyhadu anna muhammadarrasulullah, yang kemudian disebut
sebagai syahadaturrasul, yang mengandung makna tentang pengakuan dan
keimanannya kepada Rasulullah saw sebagai utusan-Nya dan yang memiliki
kedudukan terhormat sebagai penyempurna dan penutup seluruh Risalah Allah Swt.
yang telah dimulai semenjak diutusnya Nabi Adam As. sebagai utusan-Nya yang
pertama. Konsekuensi kalimah ini adalah wajib mentaati dan mengikuti setiap ajaran
6. 3
yang dibawa oleh Rasulullah Saw. tanpa dicampuri sedikitpun oleh ajaran-ajaran lain
yang bukan berasal dari ajaran beliau. Rasulullah Saw. bersabda:
“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan namun bukan berasal dari
ajaran kami, maka amalan tersebut akan tertolak (sia-sia).” (HR. Bukhari –Muslim).
Selanjutnya, didalam pandangan Islam pentingnya kedudukan akan dua kalimah
syahadah ini telah dirumuskan oleh para ulama menjadi lima:
1. Pintu masuk ke dalam Islam (Mudkhalun Ilal Islam)
Setiap anak manusia yang hidup didunia ini pada awal kelahirannya,
dari rahim wanita manapun mereka keluar, sesungguhnya berada dalam
keadaan fitrah (suci) dan telah terIslamkan lewat sebuah perjanjian dengan
Allah Swt. di alam Azali, ketika pada waktu itu setiap jiwa manusia telah
mengambil sebuah penyaksian untuk mengakui Allah Swt. sebagai Tuhannya.
Allah Swt. berfirman:
Artinya:
”Dan Ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksiaan terhadap jiwa mereka
seraya
berfirman:
“Bukankah
Aku
ini
Tuhanmu?”
Mereka
menjawab:”Betul” Engkau Tuhan kami dan kami menjadi saksi.”(QS: AlA’raf: 172).
Namun dikarenakan perjalanan hidupnya didunia yang hidup dan di
besarkan oleh orang tua atau lingkungan yang tidak Islami, sehingga akhirnya
jiwa mereka telah ternoda dan terpalingkan dari kebenaran oleh ajaran yang
penuh dengan kekufuran dan kemusyrikan, maka kesucian dan keIslaman
fitrahnya itu telah terhapus dan terbatalkan.
Oleh karena itu ketika mereka telah tersadarkan dan disadarkan oleh
Allah Swt. akan kekeliruan akidahnya, Maka untuk mengembalikannya
kepada ajaran Islam yang benar mereka wajib mengucapkan dan meyakini
kebenaran akan dua kalimah syahadah ini. Pengucapan dan keyakinan mereka
untuk membenarkan dua kalimah syahadah ini telah dijanjikan oleh Allah
Swt. sebagai bentuk pertobatan yang dapat menghapuskan segala dosa dan
kesalahan mereka ketika masih dalam kekafirannya, sehingga kalimah inilah
7. 4
yang akan menjadi kunci pembuka bagi kesempurnaan ibadah lainnya
sebagaimana yang tersusun didalam susunan rukun Islam yang lima itu. Allah
Swt. berfirman:
Artinya:
“Dan orang yang membawa kebenaran (dari Allah swt dan rasul-Nya) lalu
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka akan
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka.
Demikianlah balasan orang–orang yang berbuat baik, karena Allah Swt.
akan mengampuni bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka
kerjakan, dan membalas mereka dengan ganjaran yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan” (QS: Az-zumar: 33-35).
Logikanya jika seseorang memasuki ruang yang tetrutup, dia
memerlukan password atau kunci untuk membuka pintunya. Demikian juga
untuk masuk Islam, seseorang harus terlebih dahulu harus mengucapkan
kalimat syahadatain (dua syahadat), yaitu Laa ilaaha illallah dan
Muhammadurrasuulullah. Inilah kunci Islam itu.
Dengannya, seorang Muslim bisa mendapatkan semua yang dijanjikan
Allah Swt. baik berupa diterimanya amal di dunia hingga pahala yang
melimpah ruah diakhirat kelak. Tanpa kunci itu, semua amal–sebaik apapun
dalam pandangan manusia- tidak ada nilainya di hadapan Allah Swt.
2. Inti sari ajaran Islam (Khulashatu ta’aaliimil Islam)
Syahadatain merupakan saripati (khulashah) dari seluruh bangunan
ajaran Islam. Keseluruhan ajaran Islam yang lengkap itu pada pokoknya tidak
lain bertujuan untuk menegakkan dua kalimah syahadat ini, sehingga
pengamalan seluruh ajaran Islam apabila tanpa dijiwai oleh semangat dua
kalimah syahadah ini sudah barang tentu akan menghilangkan dan kehilangan
nilainya.
Oleh karena itu setiap muslim harus dapat menghayati kedalaman
maknanya untuk meneguhkan setiap ibadahnya kepada Allah Swt. sebagai
amal shalih yang sempurna, yang sedikitpun tidak pernah ternoda oleh
8. 5
pengamalan dan keyakinan yang menyimpang dari jalur syahadatain itu
sendiri. Allah Swt. berfirman :
Artinya:
“Kemudian kami jadikan kamu berada diatas suatu syari’at dari urusan
agama itu, maka ikutilah syariat itu dengan benar dan janganlah kamu
sekali-kali mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (QS:
Al-Jatsiyah: 18).
Pemahaman muslim terhadap Islam bergantung kepada pemahaman pada
syahadatain. Ketika seorang memahami makna syahadat dengan benar dan
mengetahui tuntutan syahadat itu, sesungguhnya ia telah memahami intisari
ajaran islam. Karena di dalam dua kalimat sederhana ini mengandung tiga hal
penting.
Pertama: Pernyataan Laa Ilaaha illa Allah merupakan penerimaan
penghambaan kepada Allah Swt. saja. Wujud penyerahan diri seorang hamba
hanya kepada Allah saja yang menciptakan manusia. Allah berfirman:
Artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”. (QS Adh-Dhariyat/51:56)
Kedua: Pernyataan Muhammad Rasulullah merupakaan pengakuan bahwa
Muhammad Saw. adalah utusan Allah Swt. dan merupakan teladan dan panutan
dalam mengikuti aturan Allah Swt. Sebagaimana firman Allah Swt:
Artinya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah..” (QS Al-Ahzab/33:21)
Ketiga: Penghambaan kepada Allah Swt. meliputi seluruh aspek kehidupan.
Ia mengatur hubungan manusia dengan Allah Swt. dengan dirinya sendiri dan
dengan
masyarakatnya.
Seluruh
aktifitas
hidup
manusia
secara
individu,masyarakat dan negara mesti ditujukan mengabdi kepada Allah Swt.
saja. Allah berfirman:
“Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-
9. 6
jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalanNya. Yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS Al-An’am/6:153)
3. Ikhlas Karena Allah Swt.
Kalimat Laa ilaaha illallah, mengandung prinsip ikhlas. Demikian itu
karena kata Ilah, yang umumnya diterjemahkan dengan “Tuhan” ternyata
mengandung pengertian yang jauh lebih spesifik. Imam Ibnu Taimiyah
menjelaskan arti kata Ilah dengan mengatakan, “Segala sesuatu yang
dicenderungi hati dengan seluruh perasaan cinta, pengagungan,
penghormatan, pemuliaan, rasa takut, rasa harap, dan lainnya.” Maka kalimat
Laa ilaaha illallah berarti tidak ada sesuatu yang dicenderungi oleh hati
dengan seluruh perasaan cinta, kecuali Allah Swt. Dalam kalimat ini
terkandung hakikat ikhlas itu, di mana seseorang hanya mengharapkan ridha
dan pahala Allah Swt. dalam beramal, sebelum mendapatkan berbagai tujuan
duniawi.
4. Mengikuti Petunjuk Rasulullah Saw.
Kalimat syahadat yang kedua adalah Muhammadurrasuulullah yang
artinya “Muhammad adalah utusan Allah.” Syahadat kedua ini juga
mengandung prinsip dasar ajaran bahwa Muhammad Saw. adalah ikutan dan
rujukan dalam praktik ibadah kepada Allah Swt. karena beliaulah wasiithah
(perantara) yang menghubungkan umat manusia dengan Allah Swt. Untuk
dapat menegakkan prinsip ini, seorang Muslim harus ittiba’ (mengikuti)
petunjuk Rasulullah Saw. dalam setiap gerak dan amalannya. Allah Swt.
berfirman:
Artinya:
“Katakanlah (wahai Muhammad), “Jika kamu (benar-benar) mencintai
Allah, maka ikutilah aku…” (QS. Ali Imran : 31)
5. Konsep dasar Reformasi total (Asaasul Inqilaab)
Kalimat syahadatain merupakan sebuah konsep dasar yang
menginspirasikan dan membimbing untuk dilakukannya sebuah perubahan
dan perbaikan kehidupan masyarakat dari kondisi yang jahil, yang
mempertuhankan berhala-berhala duniawi, hawa nafsu, kultus individu,
kepada sebuah kehidupan masyarakat yang bermoral bersih dan yang
menyandarkan segala tanggung jawab perilaku manusia kepada kekuasaan
Allah Swt. Kalimah inilah yang telah memberikan ruh dan kekuatan besar
10. 7
kepada Rasulullah Saw. ketika beliau harus berjuang mengubah masyarakat
Arab dari kejahiliyahannya kepada suatu perikehidupan yang lebih beradab.
Keberhasilan beliau ini telah terulis di dalam sejarah perjalanan umat manusia
yang tidak akan bisa dibantah dan terbantahkan oleh siapapun juga. Allah
Swt. berfirman:
Artinya:
“Dialah Allah swt yang mengutus kepada kaum yang Ummi seorang Rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
mensucikan jiwa dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah, padahal
sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar berada dalam kesesatan yang
nyata.”(QS: Al-Jum’ah: 2)
6. Hakikat Da’wah para Rasul (Haqiiqotu Da’watirrosul)
Firman Allah swt :
Artinya:
“ Dan Kami tiada mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepada mereka : “ Bahwasanya tiada tuhan melainkan Aku,
maka sembahlah Aku” ( QS. Al-Anbiya:25)
Ayat ini secara gamblang telah menjelaskan bahwa salah satu dari dua
kalimah syahadah ini, yaitu kalimah Laa ilha illallah adalah merupakan
kalimah yang berisikan hakikat serta tujuan akhir da’wah para nabi dan rasul.
Walaupun risalah (ajaran) dan syir’ah (tata cara ibadah) yang dibawa oleh
setiap rasul memiliki perbedaan dan ciri khas tertentu, namun secara
menyeluruh hakikat da’wah mereka memiliki ghoyah (tujuan ) yang satu,
yaitu menegakkan kalimah tauhid dan mengajak umat manusia hanya untuk
menyembah dan menyerahkan pengabdiannnya kepda Allah saja.
Sedangkan peran Rasul Muhammad saw dalam kedudukannya sebagai
khotamil anbiya adalah berfungsi menyempurnakan seluruh risalah yang
dibawa para nabi dan rasul itu, sehingga kedudukan beliau menempati posisi
yang terhormat, yang harus menjadi bagian dari kesempurnaan bagi setiap
manusia yang hidup semasa dan sesudah beliau wafat. Oleh karena itu
pengakuan akan eksistensi dan keesaan Allah Swt. tanpa diiringi dengan
pengakuan dan keimanan kepada Rasulullah Saw. akan membuat keyakinan
dan setiap pengamalannya menjadi batal. Allah Swt. berfirman :
11. 8
Artinya:
“Katakanlah Muhammad jika kamu mencintai Allah maka ikurtilah aku
niscaya Allah akan mencintai dirimu” (QS. Ali Imran : 31)
7. Keutamaan yang besar (Fadhooili ‘Adzimah)
Syahadatain ditempatkan dalam kedudukannya sebagai keutamaan
yang besar karena kalimah inilah yang menjadi kunci pintu syurga, sedangkan
syurga merupakan puncak kebahagiaan yang dicita-citakan oleh setiap
muslim. Rasulullah saw bersabda:
“Tidaklah mati mseorang hamba denag mengucapkan asyhadualla ilaha
illallah wa asyhadu anna muhammadarrasulullah dengan hati yang teguh
kecuali wajiblah baginya syurga.” ( HR. Ahmad )
Hadist ini secara harfiahnya dapat dipahami bahwa siapa saja yang
sanggup mengucapkan dua kalimah syahadah di akhir hayatnya, maka dia
dijanjikan untuk menjadi ahli syurga. Namun pengucapan dua kalimah ini
yang dapat membawa seseorang menjadi ahli surga harus diiringi dengan
keteguhan dan keikhlasan hati ketika mengucapkannya, sedangkan
kemampuan seseorang untuk dengan teguh dan ikhlas mengucapkan dua
kalimah syahadah ini amat sangat bergantung kepada amal shaleh dan
kemampuannya memenuhi hak-hak dua kalimah syahadah itu selama
hidupnya di dunia.
Banyak ganjaran dan pahala yang diberikan oleh Allah Swt. dan
dijanjikan oleh Nabi Muhammad Saw. Keutamaan ini selalu dikaitkan dengan
aplikasi dan implikasi syahadat dalam kehidupan sehari-hari. Keutamaan
yang paling besar adalah surga Allah. Rasulullah mengatakan:
“Dua perkara yang pasti”. Maka seorang sahabat bertanya, Apakah perkara
itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Barangsiapa yang mati dalam
keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, ia akan masuk surga”
(HR Ahmad)
Demikainlah para ulama merumuskan kedudukan syahadatain dalam
pandangan islam. Maka tidak sepatutnya seorang muslim mengabaikan
kedudukannya yang sangat penting ini, karena syahadatain adalah pokok yang
menentukan nilai keyakinan dan pengamalan setiap orang yang beriman
12. 9
8. Dasar Perubahan
Syahadatain mampu merubah manusia dalam aspek keyakinan,
pemikiran, maupun jalan hidupnya. Perubahan meliputi berbagai aspek
kehidupan manusia secara individu maupun masyarakat. Ada perbedaan
penerimaan syahadat pada generasi pertama umat muhammad dengan
generasi sekarang. Perbedaan tersebut disebabkan pemahaman terhadap
makna syahadatain secara bahasa dan pemaknaan, serta sikap konsisten
terhadap syahadat tersebut dalam pelaksanaan ketika menerima maupun
menolak.
Umat terdahulu langsung berubah ketika menerima syahadatain.
Sehingga mereka yang tadinya bodoh menjadi pandai, yang kufur menjadi
beriman, yang bergelimang dalam maksiat menjadi takwa dan ahli ibadah,
yang sesat mendapat hidayah. Masyarakat yang tadinya bermusuhan menjadi
bersaudara di jalan Allah Swt.
Perubahan individu contohnya terjadi pada Mush’ab bin Umair yang
sebelum mengikuti dakwah Rasul merupakan pemuda yang paling terkenal
dengan kehidupan glamour di kota Mekkah. Tetapi setelah menerima Islam,
ia menjadi pemuda yang sederhana, sebagai dai Rasul untuk kota Madinah.
Yang kemudian syahid pada peperangan Uhud.
Beberapa reaksi masyarakat Quraisy terhadap kalimat tauhid sangat
beragam. Mereka yang menggunakan akalnya akan lebih mudah menerima
kalimat tauhid tetapi sebaliknya mereka yang menggunakan hawa nafsu serta
adanya berbagai kepentingan akan menyulitkan mereka memahami kalimat
tauhid. Allah Swt. berfirman:
Artinya:
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa
ilaaha illa Allaah (Tiada Tuhan melainkan Allah) mereka menyombongkan
diri dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami gila?” Sebenarnya dia
(Muhammad) telah datang membawa kebenaran dan membenarkan Rasulrasul sebelumnya.” (QS As-Saffat/37:35-37)
2.2 Makna Syahadatain (Rukun Pertama)
Sabda Rasulullah Saw:
“Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali
Allah semata dan tidak menyekutukannya, dan bahwa Nabi Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya, bahwa Nabi Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya,
13. 10
serta ruh-Nya dicampakan kedalam diri Maryam, surga dan neraka adalah haq, ia
akan dimasukan kesurga oleh Allah sesuai dengan amal perbuatannya.”
Syahadatain melambangkan jiwa totalitas Islam, laksana nyawa yang
merupakan nadi seluruh tubuh manusia. Begitu juga kalimat La-ilaha illa Allah
Muhammad Rasulullah, merupan ruh setiap aspek ajaran Islam. Seorang muslim,
biarpun ia banyak amal kebajikannya, tetapi tidak didasari ruh syahadatain, maka
amal kebajikannya menjadi sia-sia disisi Allah Swt. Allah Swt. berfirman dalam
menguji para sahabat Rasulullah Saw.
Kedua kalimah syahadat satu sama lain saling berkaitan erat dan tidak boleh
dipisahkan. Syahadat Muhammadurrasulullah merupakan kelengkapan dari syahadat
Lailaha illa Allah. Konsepsi syahadat atau kalimah Lailaha illa Allah tidak dapat
ditegakkan kecuali dengan dalil-dalil (naqli dan aqli) yang sah, yang semuanya
datang dari Allah melalui Nabi Muhammad Saw.
Seorang muslim mengatakan Lailaha illa Allah seolah-olah ia mengatakan;
tidak ada tempat menggantungkan ketenangan, ganjaran, kasih sayang dan pujian,
tidak ada kekuasaan dan tempat untuk mencurahkan segala ketaatan, segala
kebesaran dan segala kesucian, tidak ada yang Maha Agung dan Maha Hakim,
melainkan Allah semata. Maka bertawakal kepada Allah adalah wajib, memohon
harapan selain pada-Nya adalah batil. Cinta kepada-Nya adalah wajib, cinta selain
Dia tidak boleh kecuali seizin-Nya.
Kalimat Lailaha illa Allah tidak dapat ditegakkan kecuali lebih dahulu harus
mengetahui Rasul-Nya. Karena Rasulullah saja yang menunjukan jalan untuk
mengamalkan dan merefleksikan pengertian syahadat tadi. Seseorang yang
memahami ma’rifat kerasulan, ia akan memahami ma’rifat ketuhanan.
Iman, berupa percaya kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitab-Nya, RasulRasul-Nya, Hari kiamat dan Qadha-Qadar. Iman terhadap 6 perkara itu merupan inti
iman yang terkandung dalam Syahadatain.
2.3 Kandungan Makna Syahadatain
Berikut adalah kandungan-kandungan makna dari syahadatain:
1. Syahadatain Merupakan Sumber Sistem Hidup
Syahadat La Ilaha Illa Allah, Muhammad Rasulullah telah menjadi suatu
fondasi dari sebuah metode yang lengkap yang akan menjadi asas kehidupan
Muslim keseluruhannya. Masyarakat muslim, yaitu masyarakat yang
melambangkan penghambaan diri kepada Allah Swt. semata, dalam kepercayaan
dan konsepsi para anggotanya, dalam sistem sosial dan perundang-undangan
mereka, dan juga dalam upacara peribadatan dan ibadah mereka. Penghambaan
dilambangkan dan dalam bentuk syahadat.
Masyarakat muslim bisa timbul, kalau telah terdapat segolongan manusia yang
telah memutuskan bahwa penghambaan diri mereka itu hanya kepada Allah Swt.
saja.
14. 11
2. Syahadatain Membentuk Pemeluknya Selaras dengan Totalitas Sunnatullah Pada
Alam Semesta
Dibalik setiap yang ada di alam semesta ini, terdapat suatu kehendak yang
mengaturnya, suatu takdir yang menggerakkannya dan suatu hukum yang
mengaturnya. Hukum ini mengatur hubungan antara unit dari segala yang ada ini,
mengatur semua gerakannya, sehingga tidak saling bertabrakan, tidak rusak dan
saling bertentangan, dan tidak berhenti semua gerakannya. Yang teratur dan
berlangsung terus menerus itu, sampai suatu masa yang ditentukan Allah Swt.
Manusia adalah sebagian dari makhluk yang ada dari alam semesta ini.
Pandangan Islam mempersatukan kebenaran yang menjadi dasar agama ini,
dan kebenaran yang menjadi dasar langit dan bumi, dan dengan itu menjadi
baiklah urusan dunia dan akhirat.
3. Syahadatain Menumbuhkan Kebudayaan dan Peradaban yang Unik.
a. Islam membentuk kebudayaan
Islam hanya mengenal dua macam masyarakat, masyarakat islam dan
jahiliah. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang melaksanakan Islam,
secara aqidah dan ibadah, secara syari’at dan sistem, secara budi pekerti dan
tingkat laku. Masyarakat jahili adalah masyarakat yang tidak melaksanakan
Islam, bertentangan dengan Islam.
Islam selalu meninggikan ciri-ciri khas kemanusiaan, dan menjaganya
agar jangan meluncur kembali kepada kebinatangan. Nilai-nilai budi pekerti,
inspirasi jaminan-jaminan keislamanlah yang pantas untuk manusia, dan
karena itu maka “islam adalah kebudayaan”. Masyarakat islam adalah
masyarakat berbudaya, karena mempunyai kriteria yang tidak berubah, tidak
lebur dan tidak berkembang.
Dasar-dasar dan nialai yang menjadi landasan peradaban tetap, pokokpokok dan nilai yang menjadi penopangnya adalah:
Pengabdian hanya kepada Allah Swt.
Terhimpun dalam tali aqidah.
Mengangkat kemanusiaan dari martabat materi.
Berpengaruhnya nilai kemanusiaan yang dapat menimbulkan
kemanusiaan bagi manusia dan bukan kebinatangan manusia.
Menghargai kekeluargaan.
Kekhalifahan di bumi menurut janji Allah dan syarat-syaratnya.
Memberlakukan manhaj Allah dan Syariat-Nya saja dalam urusan
kekhalifahan tersebut.
b. Konsepsi islam tentang kebudayaan.
Pengabdian secara mutlak hanya kepada Allah semata, melambangkan
pengakuan keimanan terhadap Allah dalam itikad aqidah, ibadah, dan syariah.
Prinsip-prinsip dan metoda serta tujuan-tujuan hidup dalam naungan aqidah
Islam. Tujuan itu juga mencakup hal berikut:
15. 12
Falsafah secara umum
Penafsiran sejarah manusia
Ilmu jiwa baik dalam kerangka umum maupun realitanya
Pembahasan tentang prinsip akhlak manusia
Melakukan studi terhadap berbagai keyakinan agama lain
Analisis terhadap pandangan hidup, ideologi dari
bermasyarakat.
sistem
c. Syahadatain Mengukuhkan kebanggaan Iman kepada Allah Swt.
Seorang mukmin tidak akan mendasarkan standarisasi, konsepsi
neracanya kepada manusia, hingga terpukau penghargaan manusia. Tetapi
seorang mukmin akan mendasarkan aqidahnya itu kepada Allah Swt. Tuhan
yang mengatur manusia, pelindung dan pencukupnya. Dia tidak akan
mendasarkan aqidahnya itu pada keinginan manusia sehingga dia harus
berayun-ayun bersama syahwat manusia. Dia hanya akan mendasarkan
aqidahnya itu dengan neraca kebenaran nan abadi yang tidak terayun-ayun
dan condong. Dia tidak akan menerima aqidahnya itu dari dunia fana dan
terbatas ini. Tetapi dalam kalbunya itu bersumber dari mata air Dzat Yang
Wujud itu.
16. 13
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
1. Syahadat menempati urutan pertama dalam rukun islam.Tanpa syahadah,
rukun Islam lainnya akan runtuh. Begitu juga dengan rukun iman.Tegaknya
Islam mesti didahului oleh tegaknya rukun Islam; dan tegaknya rukun Islam
mesti didahului oleh tegaknya syahadah.Rasulullah saw. mengisyaratkan
bahwa Islam itu bagaikan sebuah bangunan.Untuk berdirinya bangunan
Islam itu harus ditopang oleh 5 (lima) tiang pokok, yaitu syahadatain, shalat,
saum, zakat, dan haji ke Baitulllah.
2. Aktualisasi syahadat yakni sebagai berikut:
a. Syahadat sebagai inti ajaran Islam. Apabila syahadat yang merupakan
inti ajran Islam sudah menancap dalam dirinya sebagai akidah, maka
berubah pula seluruh aspek kehidupannya.
b. Syahadatain sebagai Asas perubahan. Syahadat inilah yang akan selalu
memompa semangat ummat Islam untuk selalu membuat perubahan
yang lebih baik.
c. Syahadat sebagai hakikat dakwah para rasul. Syariat yang dibawa rosul
dapat berbeda-beda namun intinya tetap sama yaitu beriman kepaada
Allah dan menjauhi larangan-Nya.
d. Syahadat sebagai keutamaan yang besar. Syahadat dapat menyelamatkan
dari azab Allah di dunia dan akhirat. Juga menjadi sebab terhapusnya
dosa dan maksiat sertta sebab masuknya seseorang kedalam surga dan
tidak kekal di neraka
3. Apabila syahadat telah menancap kuat pada diri kaum muslimin dan telah
dia realisasikan melalui pemenuhan konsekuensinya maka kaum muslimin
akan tumbuh sikap merdeka, mulia, tenang, aman, optimis, berani dan
tawakkal. Selain itu akan turun barakah dari Allah dan akan mendapatkan
kepemimpinan serta dapat menjadikan kita masyarakat muslim yang berdiri
atas dasar penghambatan diri manusia kepada Allah semata dalam seluruh
persoalan. Penghambatan ini dilambangkan dan dibentuk oleh syahadat La
ilaha illa Allah, Muhammad Rasulullah.
1.2 Saran
1. Seseorang yang bersyahadat harus memiliki pengetahuan tentang
syahadatnya. Dia wajib memahami isi dari dua kalimat yang dia nyatakan
itu, serta bersedia menerima konsekuensi ucapannya.
2. Seseorang yang bersyahadat mesti mengetahui dengan sempurna makna dari
syahadat tanpa sedikitpun keraguan terhadap makna tersebut.
17. 14
Daftar Pustaka
Internet
Rujukan dari Internet berupa Blogspot
Rila Setyaningsih. 2012 Makna Syahadatain dan Implikasinya. Blog pada WordPress.com
(Online)
(http://blog.umy.ac.id/rhilla/2012/12/03/makna-syahadatain-dan-implikasinya/syahadatwp/diakses pada 15 Februari 2014)