SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 6
Bronkodilator
Profil Farmakologik
Penggunaan Umum : Digunakan dalam pengobatan obstruksi saluran panas
reversibel akibat asma atau Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM).


Kerja Obat dan Informasi Umum : Agonis adrenergik beta (albuterol, epinefrin,
isoproterenol, metaproterenol, dan terbutalin) menimbulkan bronkodilatasi dengan
menstimulasi produksi siklik adenosin monofosfat (cAMP). Agens yang lebih baru
(albuterol, bitolterol, metaproterenol, pirbuterol, dan terbutalin) relatif selektif untuk
reseptor paru (beta1), sementara agens yang lebih lama menghasilkan stimulasi
jantung (efek adrenergik beta1) di samping bronkodilatasi. Efedrin juga mempunyai
efek adrenergik alfa. Inhibitor fosfodiesterase (aminofilin, difilin, okstrifilin, dan
teorilin)     mcnghambat   pemecahan      Camp     Ipratropium    merupakan     senyawa
antikolinergik yang menyebabkan bronkodilatasi dengan menghambat kerja
asetilkolin pada saluran pernapasan.


Kontraindikasi : Hipersensitivitas tehadap agen, pengawet (bisulfit), atau propelan
yang digunakan dalam formulanya. Hindari penggunaannya pada aritmia jantung tak
terkontrol.


Perhatian : Gunakan secara hati-hati , pada pasien-pasien dengan diabetes, penyakit
kardiovaskuler atau hipertiroidisme


Interaksi : Efektifitas terapiutik dapat di diagnosis oleh penggunaan bersama agens
penghambat adrenergik beta. Efek simpatomimetik tambahan terjadi bila digunakan
bersama obat adrenergik (simpatis) lainnya, termasuk vasopresor dan dekongestan.
Efek kardiovaskuler akan diperkuat oleh antidepresan dan inhibitor MAO
Bronkokonstriksi       adalah   penyempitan    jalan   napas,   khususnya     bronkioli.
Penyempitan ini disebabkan oleh kontraksi otot atau akibat reaksi radang. Hal ini
dapat disebabkan sentuhan (misalnya, intubasi, bronkoskopi), bahan kimia
(misalnya, alergen atau asap), atau dingin. Bronkospasme mengakibatkan gangguan
dalam pertukaran gas, dan sukar bernapas (asma, penyakit paru obstruksi menahun
[PPOM]). Pengobatan ditujukan terhadap pelebaran jalan napas, dengan me-
lemaskan otot bronkioli atau mengurangi reaksi radang.


Obat Bronkodilator
Terdapat tiga kelompok obat bronkodilator di klinik, yaitu agonis β-adrenergik,
antikolinergik, dan turunan xantin.


Agonis β-adrenergik
Otot polos pada bronkioli dikendalikan oleh susunan saraf simpa-tis. Reseptor β-2
berespons terhadap rangsangan adrenergik dengan mengendurkan otot, sehingga
ventilasi bertambah.


TABEL 7-1 Agens adrenerglk yang dipakai sebagal bronkodilator
  Nama generic                    Nama dagang
  Orciprenaline                   Alupent
  Salbutamol                      Ventolin
  Terbutaline                     Bricanyl
  Fenoterol                       Berotec

Substansi yang mula-mula dipakai yaitu adrenalin, isoprenalin dan efedrin, bersifat
non-selektif dan bekerja pada berbagai bagian tubuh; juga mengakibatkan takikardia
dan palpitasi. Kini lebih ban yak dipakai obat yang lebih spesifik (lihat Tabel 7-1).
Obat-obat ini berupa tablet, sirup, suntikan dan aerosol. Keunggulan bentuk aerosol;
dosis kecil, dan langsung pada jaringan terkait, sehingga kemungkinan reaksi obat
yang merugikan sangat kecil, dan kerjanya lebih cepat, yang amat penting untuk
orang yang sedang sesak napas.
Lama kerja agens ini (kecuali fenoterol) adalah 6-8 jam, sehingga perlu 3-4 dosis per
hari. Fenoterol bekerja lebih lama dan hanya perlu 2-3 dosis per hari.


Obat antikolinergik
Salah satu cara mencegah refleks bronkokonstriksi adalah memakai obat
antikolinergik (mirip-atropin) seperti ipratropium (Atrovent) yang dapat berupa
aerosol.


Turunan xantin
Termasuk dalam kelompok ini adalah teofilin dan aminofilin. Keduanya bekerja
sebagal stimulan sistem saraf pusat dan jantung, dan merelaksasi otot polos. Ini
untuk mengatasi bronkospasme. Penggunaannya untuk asma kini tergeser oleh obat
β-adrenergik. Turunan xantin juga dipakai untuk mengobati emfisema pulmoner,
gagal jantung kongestif, asma bronkial atau kardial, status asmatikus, pola napas
Cheyne-Stokes dan bronkitis.
Teofilin terdapar dalam benruk tablet dan cairan. Aminofilin terdapat dalam bentuk
supositoria, suntikan intramuskular, dan intravena (obat intramuskular sangat sakit,
disarankan untuk tidak dipilih).
Dosis oral aminofilin adalah 300-1200 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis; teofilin
sampai 900 mg/hari, juga dalam beberapa dosis. Teofilin ada yang berbentuk lepas-
berkala; diminum 2 kali sehari (tidak boleh dibagi!). Dosis aminofilin intravena
adalah 250-750 mg.
Reaksi merugikan xantin oral adalah mual dan muntah, karenanya sebaiknya
diminum sesudah makan. Untuk alasan ini dapar digunakan bentuk rektal. Reaksi
merugikan xantin intravena bila terlalu cepat disuntikkan adalah sakit kepala, wajah
kemerahan, palpitasi, pusing, aritmia, takikardia, hipotensi, dan nyeri prekordial.


Terapi kortikosteroid
Tujuan terapi kortikosteroid adalah untuk mengurangi radang. Dengan meredanya
radang terjadi sedikit bronkodilatasi dan pengurangan edema paru. Pada serangan
akut dapat diberi hidrokortison suksinat-Na secara intravena, atau prednison,
prednisolon, atau beta-metason per oral. Dimulai dengan dosis tinggi (sampai 60
mg/h), kemudian diturunkan secara berangsur,
Adanya beldometason (Becotide) berbentuk aerosol sangat menurunkan risiko efck
samping, karcna dosisnya kecil dan langsung pada jaringan terkait. Perlu diingatkan
kepada pasien, bahwa setelah penyemprotan dengan beldometason, segera berkumur
atau minum sedikit air untuk menghilangkan steroid yang tertinggal pada mukosa
farings. Sebaiknya sebelum penyemprotan dengan beklometason, semprot dulu
bronkodilator adrenergik, agar distribusi beklometason dapat sampai ke percabangan
paru.




Penyakit Jalan Napas Reaktif (RAD, asma) : Trakea dan bronkus pasien dengan
penyakit jalan napas reaktif secara khusus sensitif terhadap stimulan seperti asap
rokok, debu, udara dingin dan alergen. Pasien datang dengan mengi, batuk dan rasa
sesak pada dada. Gejala-gejala ini disebabkan oleh penurunan oksigenasi paru-paru
karena konstriksi trakeobronkial, pembentukan mukus, perndangan dan edema.
Strategi terapeutik dibahas di bawah ini. Perawatan di rumah sakit, suplementasi
oksigen, terapi bronkodilator yang diuapkan, terapi kortikosteroid dan kadang-
kndang intubasi diperlukan untuk serangan yang berat.
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) : Pasien dengan bronkitis kronis
dan/atau emfisema mengalami dispnea kronis sebagai akibat obstruksi dan
peradangan jalan napas. Karena bronkitis kroriis dan emfisema mempunyai gejala
klinis yang serupa, keduanya string dimasukkan dalam diagnosis PPOM.
Pasien PPOM mengeluh batuk persisten dan dispnea pada waktu mengerahkan
tenaga. Pada pemeriksaan fisik sering didapati penggunaan otot-otot pernapasan
tambahan dan mengi ekspiratorik. Mengi ekspiratorik disebabkan sebagian oleh
kolaps bronkiolus yang memerangkap udara pada bagian distal dari tempat yang
menyempit,


Pilihan Pengobatan
Metode pengobatan tergantung pada beratnya serangan dan respons pasien terhadap
terapi sebelumnya. Pilihan pengobatan meliputi :
   •    Agonis beta-adrenergik terikat dengan roseptor pada otot polos bronkus,
   menyebabkan peningkatan pembawa pesan biokimia, yaitus iklik AMP (cAMP).
   Peningkatan kadar cAMF menyebabkan relaksasi sel-sel otot bronkus,
   mengakibatkan bronkodilatasi. Zat-zat selektif β2 lebih distikai daripada bloker- β
   non-selektif karena lobih sedikit menyebabkan takikardi (yang diperantarai oleh
   reseptor (β1).
   •    Metilxantin meningkatkan cAMP dan menghambat bronkokonstriksi yang
   diinduksi oleb ade-nosin. Tcofilin oral digunakan untuk penata-laksanaan pasien
asma yang rawat jalan. Bolus aminofilin intravena, yaitu garam teofilin yang
   larut dalam air, membuat kadar serum terapeutik yang lebih cepat daripada
   teofilin oral. Karenanya aminofilin digunakan dalam penatalaksanaan akut.
   Antagonis Kolinergik menghambat bronkokrms triksi yang disebabkan oleh
   transmisi para impatis- Ipratropium bromida merupakan obat pilihan untuk
   pengobatan PPOM nonasmatik pada orang dewasa dan merupakan obat sekunder
   untuk pengobatan asma.
   •   Kortikosteroid     menurunkan       peradangan     peri-bronkial.   "Ledakan"
   kortikosteroid (dosis tinggi selama beberapa hari) kadang-kadang digunakan bila
   antagonis adrenergik dan teofilin gagal mengendalikan asma. Keuntungan steroid
   harus suimbang dongan toksisitas yang diakibatkannya jika diberikan secara
   kronis pada dosis tinggi.
   •   Kromolin merupakan xat profilaksis. Menghambat pelepasan mediator dari
   sel-scl peradangan, seperti sel mast. Digunakan hanya pada asma.


Sebagian besar zat-zat ini diberikan dengan inlialasi. Bila diajarkan dengan baik,
pasien asmatik pandai memberikan medikasi sendiri. Pikirkan pemberian
bronkodilator ysng tidak tepat bila terjadi kegagalan terapeutik.




Daftar Pustaka
Deglin, Judith Hopter dan Vallerand, April Hazard. (2004). Pedoman Obat untuk
      Perawat. (Terj. Kuncara, H. Y dan Widyastuti, Palupi). Jakarta: EGC.


Olson, James. (2003). Belajar Mudah Farmakologi. (Terj. Chandranata, Linda).
      Jakarta: EGC.


Tambayong, Jan. (2002). Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Obat antihistamin
Obat antihistaminObat antihistamin
Obat antihistamin
Operator Warnet Vast Raha
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
Dedi Kun
 
Obat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abatObat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abat
Operator Warnet Vast Raha
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umum
Titis Utami
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
akbardaus88
 

Was ist angesagt? (18)

Obat antihistamin
Obat antihistaminObat antihistamin
Obat antihistamin
 
Obat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lainObat obatan sistem organ lain
Obat obatan sistem organ lain
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNAObat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
Obat sistem pernapasan AKPER PEMKAB MUNA
 
Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan Obat saluran pernafasan
Obat saluran pernafasan
 
Obat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abatObat antihistamin dan abat
Obat antihistamin dan abat
 
Antitusif
AntitusifAntitusif
Antitusif
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Ekspektoran
EkspektoranEkspektoran
Ekspektoran
 
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasiObat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
Obat analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi
 
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIKEKSPEKTORAN & MUKOLITIK
EKSPEKTORAN & MUKOLITIK
 
Tujuan intruksional
Tujuan intruksionalTujuan intruksional
Tujuan intruksional
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Analgetika
AnalgetikaAnalgetika
Analgetika
 
Antihistamin
AntihistaminAntihistamin
Antihistamin
 
Obat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umumObat anastesi lokal dan umum
Obat anastesi lokal dan umum
 
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
10 obat-obat-infeksi-saluran-pernafasan-atas
 
Fisiologi batuk
Fisiologi batukFisiologi batuk
Fisiologi batuk
 

Andere mochten auch

Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
HIMA KS FISIP UNPAD
 
Doutor, eu ouço vozes! mauro kwitko
Doutor, eu ouço vozes!   mauro kwitkoDoutor, eu ouço vozes!   mauro kwitko
Doutor, eu ouço vozes! mauro kwitko
Helio Cruz
 
Bukuriaeetikes
BukuriaeetikesBukuriaeetikes
Bukuriaeetikes
FSstudio
 

Andere mochten auch (20)

Vovk_INDOK1
Vovk_INDOK1Vovk_INDOK1
Vovk_INDOK1
 
Amfibis
AmfibisAmfibis
Amfibis
 
Olgu sunumu
Olgu sunumuOlgu sunumu
Olgu sunumu
 
Geo litosfer
Geo litosferGeo litosfer
Geo litosfer
 
Be maximized retreat
Be maximized retreatBe maximized retreat
Be maximized retreat
 
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
Psikologi (gejala afeksi, konasi,dst)(1)
 
Email
EmailEmail
Email
 
Ajre Risalat
Ajre RisalatAjre Risalat
Ajre Risalat
 
Geomagz201401
Geomagz201401Geomagz201401
Geomagz201401
 
Soalan exam bmm3111
Soalan exam bmm3111Soalan exam bmm3111
Soalan exam bmm3111
 
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
Effects of Acalypha torta (Muell) Leaf Extract on Histological Indices of the...
 
Anatomi Manusia
Anatomi ManusiaAnatomi Manusia
Anatomi Manusia
 
Doutor, eu ouço vozes! mauro kwitko
Doutor, eu ouço vozes!   mauro kwitkoDoutor, eu ouço vozes!   mauro kwitko
Doutor, eu ouço vozes! mauro kwitko
 
Anaesthesiology
AnaesthesiologyAnaesthesiology
Anaesthesiology
 
Adsorpsi
AdsorpsiAdsorpsi
Adsorpsi
 
Akikah dan kurban
Akikah dan kurbanAkikah dan kurban
Akikah dan kurban
 
Laporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlichLaporan praktikum - isoterm freundlich
Laporan praktikum - isoterm freundlich
 
Bukuriaeetikes
BukuriaeetikesBukuriaeetikes
Bukuriaeetikes
 
Allahuakbar
AllahuakbarAllahuakbar
Allahuakbar
 
War For Agile
War For AgileWar For Agile
War For Agile
 

Ähnlich wie Hampir jadi 1

Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptxKelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
JeaneTriaminManengMa
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
SuryatiHusin
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asma
witanurma
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
elly394769
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
sharklasers22
 

Ähnlich wie Hampir jadi 1 (20)

6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptx6. farmakologi ASMA.pptx
6. farmakologi ASMA.pptx
 
Obat sistem respirasi
Obat sistem respirasiObat sistem respirasi
Obat sistem respirasi
 
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptxPPT Kel 4 Farmakologi.pptx
PPT Kel 4 Farmakologi.pptx
 
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptxOBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
OBAT_UNTUK_GANGGUAN_SALURAN_NAFAS.pptx
 
Sistem saluran pernapasan-WPS Office.pptx
Sistem saluran pernapasan-WPS Office.pptxSistem saluran pernapasan-WPS Office.pptx
Sistem saluran pernapasan-WPS Office.pptx
 
Asma ppt (2)
Asma ppt (2)Asma ppt (2)
Asma ppt (2)
 
9. OBAT SISTEM RESPIRASI.pptx
9. OBAT SISTEM RESPIRASI.pptx9. OBAT SISTEM RESPIRASI.pptx
9. OBAT SISTEM RESPIRASI.pptx
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus
 
Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptxKelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
Kelompok 3-4 Kegawatdaruratan Asma .pptx
 
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
356906218-PPT-Referat-Anestesi-Pada-Pasien-Asma.ppt
 
konseling asma
konseling asmakonseling asma
konseling asma
 
COPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptxCOPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptx
 
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptxSISTEM SARAF OTONOM.pptx
SISTEM SARAF OTONOM.pptx
 
Asma bronchiale
Asma bronchialeAsma bronchiale
Asma bronchiale
 
Anti asma
Anti asmaAnti asma
Anti asma
 
Asma bronkial-ppt
Asma bronkial-pptAsma bronkial-ppt
Asma bronkial-ppt
 
Asma bronkial
Asma bronkialAsma bronkial
Asma bronkial
 
TABEL OBAT LASA.docx
TABEL OBAT LASA.docxTABEL OBAT LASA.docx
TABEL OBAT LASA.docx
 
Sympatomimetic drugs
Sympatomimetic drugsSympatomimetic drugs
Sympatomimetic drugs
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 

Mehr von Astri Wulan Abadi (9)

Sumber ujian ruangan melena
Sumber ujian ruangan melenaSumber ujian ruangan melena
Sumber ujian ruangan melena
 
Sumber ujian lab ekg
Sumber ujian lab ekgSumber ujian lab ekg
Sumber ujian lab ekg
 
Ppok 1
Ppok 1Ppok 1
Ppok 1
 
Satpel lumbal fungsi 2
Satpel lumbal fungsi 2Satpel lumbal fungsi 2
Satpel lumbal fungsi 2
 
What happening at afaid13
What happening at afaid13What happening at afaid13
What happening at afaid13
 
Exhibition floor map
Exhibition floor mapExhibition floor map
Exhibition floor map
 
Hampir jadi 2
Hampir jadi 2Hampir jadi 2
Hampir jadi 2
 
Bahan tugas
Bahan tugasBahan tugas
Bahan tugas
 
Asimilasi dan akulturasi
Asimilasi dan akulturasiAsimilasi dan akulturasi
Asimilasi dan akulturasi
 

Hampir jadi 1

  • 1. Bronkodilator Profil Farmakologik Penggunaan Umum : Digunakan dalam pengobatan obstruksi saluran panas reversibel akibat asma atau Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM). Kerja Obat dan Informasi Umum : Agonis adrenergik beta (albuterol, epinefrin, isoproterenol, metaproterenol, dan terbutalin) menimbulkan bronkodilatasi dengan menstimulasi produksi siklik adenosin monofosfat (cAMP). Agens yang lebih baru (albuterol, bitolterol, metaproterenol, pirbuterol, dan terbutalin) relatif selektif untuk reseptor paru (beta1), sementara agens yang lebih lama menghasilkan stimulasi jantung (efek adrenergik beta1) di samping bronkodilatasi. Efedrin juga mempunyai efek adrenergik alfa. Inhibitor fosfodiesterase (aminofilin, difilin, okstrifilin, dan teorilin) mcnghambat pemecahan Camp Ipratropium merupakan senyawa antikolinergik yang menyebabkan bronkodilatasi dengan menghambat kerja asetilkolin pada saluran pernapasan. Kontraindikasi : Hipersensitivitas tehadap agen, pengawet (bisulfit), atau propelan yang digunakan dalam formulanya. Hindari penggunaannya pada aritmia jantung tak terkontrol. Perhatian : Gunakan secara hati-hati , pada pasien-pasien dengan diabetes, penyakit kardiovaskuler atau hipertiroidisme Interaksi : Efektifitas terapiutik dapat di diagnosis oleh penggunaan bersama agens penghambat adrenergik beta. Efek simpatomimetik tambahan terjadi bila digunakan bersama obat adrenergik (simpatis) lainnya, termasuk vasopresor dan dekongestan. Efek kardiovaskuler akan diperkuat oleh antidepresan dan inhibitor MAO
  • 2. Bronkokonstriksi adalah penyempitan jalan napas, khususnya bronkioli. Penyempitan ini disebabkan oleh kontraksi otot atau akibat reaksi radang. Hal ini dapat disebabkan sentuhan (misalnya, intubasi, bronkoskopi), bahan kimia (misalnya, alergen atau asap), atau dingin. Bronkospasme mengakibatkan gangguan dalam pertukaran gas, dan sukar bernapas (asma, penyakit paru obstruksi menahun [PPOM]). Pengobatan ditujukan terhadap pelebaran jalan napas, dengan me- lemaskan otot bronkioli atau mengurangi reaksi radang. Obat Bronkodilator Terdapat tiga kelompok obat bronkodilator di klinik, yaitu agonis β-adrenergik, antikolinergik, dan turunan xantin. Agonis β-adrenergik Otot polos pada bronkioli dikendalikan oleh susunan saraf simpa-tis. Reseptor β-2 berespons terhadap rangsangan adrenergik dengan mengendurkan otot, sehingga ventilasi bertambah. TABEL 7-1 Agens adrenerglk yang dipakai sebagal bronkodilator Nama generic Nama dagang Orciprenaline Alupent Salbutamol Ventolin Terbutaline Bricanyl Fenoterol Berotec Substansi yang mula-mula dipakai yaitu adrenalin, isoprenalin dan efedrin, bersifat non-selektif dan bekerja pada berbagai bagian tubuh; juga mengakibatkan takikardia dan palpitasi. Kini lebih ban yak dipakai obat yang lebih spesifik (lihat Tabel 7-1). Obat-obat ini berupa tablet, sirup, suntikan dan aerosol. Keunggulan bentuk aerosol; dosis kecil, dan langsung pada jaringan terkait, sehingga kemungkinan reaksi obat yang merugikan sangat kecil, dan kerjanya lebih cepat, yang amat penting untuk orang yang sedang sesak napas. Lama kerja agens ini (kecuali fenoterol) adalah 6-8 jam, sehingga perlu 3-4 dosis per hari. Fenoterol bekerja lebih lama dan hanya perlu 2-3 dosis per hari. Obat antikolinergik
  • 3. Salah satu cara mencegah refleks bronkokonstriksi adalah memakai obat antikolinergik (mirip-atropin) seperti ipratropium (Atrovent) yang dapat berupa aerosol. Turunan xantin Termasuk dalam kelompok ini adalah teofilin dan aminofilin. Keduanya bekerja sebagal stimulan sistem saraf pusat dan jantung, dan merelaksasi otot polos. Ini untuk mengatasi bronkospasme. Penggunaannya untuk asma kini tergeser oleh obat β-adrenergik. Turunan xantin juga dipakai untuk mengobati emfisema pulmoner, gagal jantung kongestif, asma bronkial atau kardial, status asmatikus, pola napas Cheyne-Stokes dan bronkitis. Teofilin terdapar dalam benruk tablet dan cairan. Aminofilin terdapat dalam bentuk supositoria, suntikan intramuskular, dan intravena (obat intramuskular sangat sakit, disarankan untuk tidak dipilih). Dosis oral aminofilin adalah 300-1200 mg/hari dibagi dalam beberapa dosis; teofilin sampai 900 mg/hari, juga dalam beberapa dosis. Teofilin ada yang berbentuk lepas- berkala; diminum 2 kali sehari (tidak boleh dibagi!). Dosis aminofilin intravena adalah 250-750 mg. Reaksi merugikan xantin oral adalah mual dan muntah, karenanya sebaiknya diminum sesudah makan. Untuk alasan ini dapar digunakan bentuk rektal. Reaksi merugikan xantin intravena bila terlalu cepat disuntikkan adalah sakit kepala, wajah kemerahan, palpitasi, pusing, aritmia, takikardia, hipotensi, dan nyeri prekordial. Terapi kortikosteroid Tujuan terapi kortikosteroid adalah untuk mengurangi radang. Dengan meredanya radang terjadi sedikit bronkodilatasi dan pengurangan edema paru. Pada serangan akut dapat diberi hidrokortison suksinat-Na secara intravena, atau prednison, prednisolon, atau beta-metason per oral. Dimulai dengan dosis tinggi (sampai 60 mg/h), kemudian diturunkan secara berangsur, Adanya beldometason (Becotide) berbentuk aerosol sangat menurunkan risiko efck samping, karcna dosisnya kecil dan langsung pada jaringan terkait. Perlu diingatkan kepada pasien, bahwa setelah penyemprotan dengan beldometason, segera berkumur atau minum sedikit air untuk menghilangkan steroid yang tertinggal pada mukosa farings. Sebaiknya sebelum penyemprotan dengan beklometason, semprot dulu
  • 4. bronkodilator adrenergik, agar distribusi beklometason dapat sampai ke percabangan paru. Penyakit Jalan Napas Reaktif (RAD, asma) : Trakea dan bronkus pasien dengan penyakit jalan napas reaktif secara khusus sensitif terhadap stimulan seperti asap rokok, debu, udara dingin dan alergen. Pasien datang dengan mengi, batuk dan rasa sesak pada dada. Gejala-gejala ini disebabkan oleh penurunan oksigenasi paru-paru karena konstriksi trakeobronkial, pembentukan mukus, perndangan dan edema. Strategi terapeutik dibahas di bawah ini. Perawatan di rumah sakit, suplementasi oksigen, terapi bronkodilator yang diuapkan, terapi kortikosteroid dan kadang- kndang intubasi diperlukan untuk serangan yang berat. Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) : Pasien dengan bronkitis kronis dan/atau emfisema mengalami dispnea kronis sebagai akibat obstruksi dan peradangan jalan napas. Karena bronkitis kroriis dan emfisema mempunyai gejala klinis yang serupa, keduanya string dimasukkan dalam diagnosis PPOM. Pasien PPOM mengeluh batuk persisten dan dispnea pada waktu mengerahkan tenaga. Pada pemeriksaan fisik sering didapati penggunaan otot-otot pernapasan tambahan dan mengi ekspiratorik. Mengi ekspiratorik disebabkan sebagian oleh kolaps bronkiolus yang memerangkap udara pada bagian distal dari tempat yang menyempit, Pilihan Pengobatan Metode pengobatan tergantung pada beratnya serangan dan respons pasien terhadap terapi sebelumnya. Pilihan pengobatan meliputi : • Agonis beta-adrenergik terikat dengan roseptor pada otot polos bronkus, menyebabkan peningkatan pembawa pesan biokimia, yaitus iklik AMP (cAMP). Peningkatan kadar cAMF menyebabkan relaksasi sel-sel otot bronkus, mengakibatkan bronkodilatasi. Zat-zat selektif β2 lebih distikai daripada bloker- β non-selektif karena lobih sedikit menyebabkan takikardi (yang diperantarai oleh reseptor (β1). • Metilxantin meningkatkan cAMP dan menghambat bronkokonstriksi yang diinduksi oleb ade-nosin. Tcofilin oral digunakan untuk penata-laksanaan pasien
  • 5. asma yang rawat jalan. Bolus aminofilin intravena, yaitu garam teofilin yang larut dalam air, membuat kadar serum terapeutik yang lebih cepat daripada teofilin oral. Karenanya aminofilin digunakan dalam penatalaksanaan akut. Antagonis Kolinergik menghambat bronkokrms triksi yang disebabkan oleh transmisi para impatis- Ipratropium bromida merupakan obat pilihan untuk pengobatan PPOM nonasmatik pada orang dewasa dan merupakan obat sekunder untuk pengobatan asma. • Kortikosteroid menurunkan peradangan peri-bronkial. "Ledakan" kortikosteroid (dosis tinggi selama beberapa hari) kadang-kadang digunakan bila antagonis adrenergik dan teofilin gagal mengendalikan asma. Keuntungan steroid harus suimbang dongan toksisitas yang diakibatkannya jika diberikan secara kronis pada dosis tinggi. • Kromolin merupakan xat profilaksis. Menghambat pelepasan mediator dari sel-scl peradangan, seperti sel mast. Digunakan hanya pada asma. Sebagian besar zat-zat ini diberikan dengan inlialasi. Bila diajarkan dengan baik, pasien asmatik pandai memberikan medikasi sendiri. Pikirkan pemberian bronkodilator ysng tidak tepat bila terjadi kegagalan terapeutik. Daftar Pustaka
  • 6. Deglin, Judith Hopter dan Vallerand, April Hazard. (2004). Pedoman Obat untuk Perawat. (Terj. Kuncara, H. Y dan Widyastuti, Palupi). Jakarta: EGC. Olson, James. (2003). Belajar Mudah Farmakologi. (Terj. Chandranata, Linda). Jakarta: EGC. Tambayong, Jan. (2002). Farmakologi untuk Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.