Dokumen tersebut membahas sejarah Kesultanan Siak Sri Inderapura, mulai dari pendirian kerajaan pada tahun 1723 hingga masa kemunduran pada abad ke-19. Disebutkan juga tokoh-tokoh penguasa Siak dan peristiwa penting yang terjadi pada masa kejayaan maupun kemunduran kerajaan tersebut. Warisan sejarah Siak Sri Inderapura antara lain Balai Kerapatan Tinggi, Istana Siak Sri Inderapura, tari
2. Anggota Kelompok 1:
Amalia Kusuma Dewi (01)
Ashifa Gita Primardhika (04)
Astrilia Valentina (05)
Farih Aminah (12)
Fitra Annisa Ramadhani (13)
Nurhana Septerina Budiarto (25)
Windriastuti (35)
Guru Pembimbing : Ibu Nur Budiharti
3. Batas-batas wilayah :
Utara : Kabupaten Bengkalis
Selatan : Kabupaten Pelalawan
Barat : Kabupaten Kampar
dan Kota Pekanbaru
Timur : Kabupaten Kepulauan
Meranti
4. Awal Kerajaan Siak
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun
1723 M oleh Raja Kecil yang bergelar Sultan Abdul
Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan
Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan
pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama
Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan
yaitu siak-siak yang banyak terdapat disitu.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada
dibawah kekuasaan Johor.
5. Masa Awal
• Tom Pires (1513-1515): Siak merupakan
kawasan yang berada antara Arcat dan
Indragiri (kawasan pelabuhan raja
Minangkabau, kemudian menjadi vasal
Malaka) sebelum ditaklukan oleh
Portugal. Sejak jatuhnya Malaka,
Kesultanan Johor telah mengklaim Siak
sebagai bagian dari wilayah
kedaulatannya.
• Syair Perang Siak: Raja Kecil didaulat
menjadi penguasa Siak atas mufakat
masyarakat di Bengkalis. Hal ini
bertujuan untuk melepaskan Siak dari
pengaruh Kesultanan Johor.
• Hikayat Siak: Raja Kecil disebut juga
dengan sang pengelana pewaris Sultan
Johor yang kalah dalam perebutan
kekuasaan.
• Korespondensi Sultan Indermasyah:
(dipertuan Pagaruyung dengan Gubernur
Jenderal Belanda di Malaka)
menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil
merupakan saudaranya yang diutus
untuk urusan dagang dengan pihak VOC
dan menyebut dirinya sebagai Raja Kecil
dari Pagaruyung, akan menuntut balas
atas kematian Sultan Johor.
• Catatan Belanda: Pada tahun 1674 telah
datang utusan dari Johor meminta
bantuan raja Minangkabau untuk
berperang melawan raja Jambi yang
mengakibatkan hancurnya pusat
pemerintahan Johor, yang sebelumnya
juga telah dihancurkan oleh Portugal dan
Aceh. Kemudian berdasarkan surat dari
raja Jambi, Sultan Ingalaga kepada VOC
pada tahun 1694, menyebutkan bahwa
Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi
perdamaian dari perselisihan mereka.
7. Masa Kejayaan
Dengan klaim sebagai pewaris Malaka (1724-1726) Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah,
dimulai dengan Rokan dan membangun pertahanan armada laut di Bintan.
Namun pada tahun 1728, atas perintah Raja Sulaiman bersama pasukan Bugisnya, Raja Kecil diusir keluar
dari Kepulauan Riau. Raja Sulaiman kemudian menjadikan Bintan sebagai pusat pemerintahannya.
Sementara Raja Kecil terpaksa melepas hegemoninya di Kepulauan Riau dan mulai membangun kekuatan
baru di pesisir timur Sumatera.
Raja Kecil kembali bangkit dan menaklukan beberapa kawasan di Semenanjung Malaya (1740-
1745).Karena mendapat ancaman dari Siak, dan disaat yang bersamaan orang-orang Bugis juga meminta
balas atas jasa mereka, maka Raja Sulaiman meminta bantuan kepada Belanda di Malaka. Dalam
perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1746 itu, Johor menjanjikan akan memberikan Bengkalis
kepada Belanda.
Sepeninggal Raja Kecil (1746), klaim atas Johor memudar. Dan pengantinya Sultan Mahmud berfokus
kepada penguatan kedudukannya di pesisir timur Sumatera dan daerah vassal di Kedah dan kawasan
pantai timur Semenanjung Malaya.
Pada tahun 1761, Sultan Siak membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang
dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan.Setelah Raja Mahmud
wafat, muncul dualisme kepemimpinan di kerajaan ini. Raja Muhammad Ali yang lebih disukai Belanda
kemudian menjadi Sultan Siak.
8. Raja Ismail telah menjadi duplikasi dari Raja Kecil (1767). Didukung oleh
Orang Laut, ia terus menunjukan dominasinya di kawasan perairan timur
Sumatera, dengan mengontrol perdagangan timah di Pulau Bangka,
menaklukan Mempawah di Kalimantan Barat, membantu Terengganu
menaklukan Kelantan, hubungan ini kemudian diperkuat dengan perkawinan
antara Raja Ismail dengan saudara perempuan Sultan Terengganu.
Pengaruh Raja Ismail di kawasan Melayu sangat signifikan, mulai dari
Terengganu, Jambi, dan Palembang.
Pada abad ke-18, Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di
pesisir timur Sumatera.
Kesultanan Siak menaklukkan daerah Langkat (1780) termasuk wilayah Deli
dan Serdang. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama dengan VOC, pada tahun
1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan menundukkan
Selangor. Sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan
pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat.
10. PERDAGANGAN
• Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan
perdagangan melalui Selat Melaka, serta kemampuan mengendalikan para
perompak.
• Sungai berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak. Sungai Siak
merupakan kawasan pengumpulan kapur barus, benzoar, timah, dan emas.
Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga telah menjadi eksportir
kayu yang utama di Selat Malaka, serta salah satu kawasan industri kayu untuk
pembuatan kapal maupun bangunan. Dengan cadangan kayu yang berlimpah,
• (1775) Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung
kepada sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar
kompensasi kepada VOC.
• Kesultanan Siak mampu menggantikan pengaruh Johor atas penguasaan jalur
perdagangan. Selain itu Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci
ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak, Kampar,
dan Kuantan, yang telah menjadi kunci bagi kejayaan Malaka. Namun
demikian kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya
gejolak di pedalaman Minangkabau yang dikenal dengan Perang Padri.
11. • - Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1746 itu,
Johor menjanjikan akan memberikan Bengkalis kepada
Belanda. Perjanjian itu kemudian direspon oleh VOC dengan
mendirikan gudang pada kawasan tersebut.
•
- Pada tahun 1761, Sultan Siak membuat perjanjian ekslusif
dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas
kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang
persenjataan.
•
- Di bawah ikatan perjanjian kerjasama dengan VOC, pada
tahun 1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan
menundukkan Selangor.Sebelumnya mereka telah
bekerjasama memadamkan pemberontakan Raja Haji
Fisabilillah di Pulau Penyengat.
Diplomasi
12. Masa Kemunduran
• Ekspansi kolonialisasi Belanda ke kawasan timur Pulau Sumatera
tidak mampu dihadang oleh Kesultanan Siak.
• Penguasaan Inggris atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak
(1840) untuk menerima tawaran perjanjian baru. Perjanjian ini
menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan terjepit
antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat
perlindungan dari Inggris
• Perubahan peta politik atas penguasaan jalur Selat Malaka,
kemudian adanya pertikaian internal Siak dan persaingan dengan
Inggris dan Belanda, melemahkan pengaruh hegemoni
Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya.
13. SISTEM PEMERINTAHAN
Sebagai bagian dari rantau Minangkabau, sistem pemerintahan Kesultanan Siak mengikuti
model Kerajaan Pagaruyung.
Setelah posisi Sultan, terdapat Dewan Menteri. Dewan Menteri berhak untuk memilih dan
mengangkat Sultan Siak. Dewan Menteri bersama dengan Sultan, menetapkan undang-undang
serta peraturan bagi masyarakatnya. Dewan menteri ini terdiri dari:
• Datuk Tanah Datar
• Datuk Limapuluh
• Datuk Pesisir
• Datuk Kampar
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri Inderapura melakukan pembenahan sistem birokrasi
pemerintahannya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sistem pemerintahan yang berlaku
di Eropa maupun pada kawasan kolonial Belanda dan Inggris. Modernisasi ini terlihat pada
naskah Ingat Jabatan (1897).
Siak Sri Inderapura juga menerbitkan salah satu kitab hukum atau undang-undang, dikenal dengan
nama Bab al-Qawa'id (1901), untuk menguraikan hukum yang dikenakan kepada
masyarakat Melayu dan masyarakat lain yang terlibat perkara dengan masyarakat Melayu.
Dalam pelaksanaan masalah pengadilan umum di Kesultanan Siak diselesaikan melalui Balai
Kerapatan Tinggi yang dipimpin oleh Sultan Siak, Dewan Menteri dan dibantu oleh Kadi
Siak serta Controleur Siak sebagai anggota.
Kesultanan Siak membagi kawasannya atas hulu dan hilir, masing-masing terdiri dari beberapa
kawasan dalam bentuk yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Datuk atau Tuanku atau Yang
Dipertuan dan bertanggung jawab kepada Sultan Siak.
Pada kawasan tertentu, ditunjuk Kepala Suku yang bergelar Penghulu, dibantu oleh Sangko
Penghulu, Malim Penghulu serta Lelo Penghulu.
14. Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta
Kadi Siak pada tahun 1888
Upacara penobatan Sultan Siak pada
tahun 1899
15. Tahun Nama Sultan Catatan dan peristiwa penting
1723-1746 Sultan Abdul Jalil Syah Pertama kali berkuasa
1746-1761 Sultan Mahmud Memindahkan pusat pemerintahan ke Mempura
1761 Raja Ismail Dipaksa VOC turun tahta
1770-1779 Raja Muhammad Ali Johor telah menjadi bagian dari Siak Sri Inderapura
Mengizinkan pendirian Kerajaan Negeri Sembilan tahun 1773
1779-1781 Raja Ismail Kembali Berkuasa
1781-1791 Sultan Yahya Pada tanggal 1 - 8 - 1782 membuat perjanjian dengan VOC dalam
berperang melawan Inggris
1791-1811 Sultan Sayyid Ali Putra dari Sayyid Osman al-Syaikh 'Ali Ba' Alawi, yang menikahi cucu
perempuan Raja Kecil
1811-1827 Sultan Sayyid Ibrahim Membuat perjanjian kerjasama dengan Inggris tanggal 31 Agustus 1818.
Kemudian dengan Belanda tahun 1822
Pengaruh dari Perjanjian London tahun 1824, beberapa wilayah Siak lepas
dan menjadi bagian dari kolonialisasi antara Inggris dan Belanda.
Johor lepas dari Siak, berada dalam pengawasan Inggris.
Pulau Lingga menjadi wilayah pengawasan Belanda.
1827-1864 Sultan Sayyid Ismail
Mangkubumi Sayyid al-Syarif
Jalaluddin 'Ali Ba' Alawi
Menerima perjanjian baru dengan Inggris tahun 1840.
Tahun 1864 dipaksa Belanda turun tahta.
1864-1889 Sultan Syarif Kasim I Pengangkatannya mesti disetujui oleh Ratu Belanda, Belanda
menempatkan controleur di Siak
Diperebutkan oleh Inggris dan Belanda dalam Perjanjian Sumatera
1889-1908 Sultan Syarif Hasyim Meresmikan Istana Siak Sri Inderapura
1915-1945 Sultan Syarif Kasim II Menyerahkan kerajaannya pada pemerintah Republik Indonesia
16. WARISAN SEJARAH
• Balai Kerapatan Tinggi
• Istana Siak Sri Inderapura
• Tari Zapin Melayu
• Tari Olang – Olang
• Masjid Syahabbudin
• Tenun Siak
• Balimau Kasai
Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota
dari Kabupaten Siak yang dibangun tahun 1886 serta Istana Siak Sri Inderapura
yang dibangun pada tahun 1889 masih berdiri sebagai simbol kejayaan masa
silam, termasuk Tari Zapin Melayu dan Tari Olang-olang yang pernah mendapat
kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap
perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih
melekat merujuk kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu
Sungai Siak yang bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera.
18. Istana Siak Sri Inderapura
Jalan Sultan Syarif Kasim, Kelurahan Kampung
Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak.
Dibangun tahun 1889 oleh Sultan Assyaidis Hasyim
Abdul Jalil Syaifuddin.
20. Masjid Syahabbudin
Masjid ini awal mulanya
berlokasi di jalan Sultan
Syarif Qasim dengan
bangunan fisik terbuat
dari kayu dan terdapat
mimbar yang berukir dari
Jepara. Tahun 1935
masjid dipindah oleh
Sultan Syarif Qasim II
sebagai sultan Siak XII ke
Jalan Sultan Ismail di tepi
Sungai Siak. Masjid ini
telah mengalami 3 kali
renovasi;
Tahun 1963
Tahun 2003
22. Balimau Kasai
Balimau Kasai adalah sebuah upacara
tradisional yang istimewa bagi
masyarakat Kampar di Provinsi Riau
untuk menyambut bulan suci
Ramadan. Upacara tradisional ini selain
sebagai ungkapan rasa syukur dan
kegembiraan memasuki bulan puasa,
juga merupakan simbol penyucian dan
pembersihan diri.
Balimau sendiri bermakna mandi
dengan menggunakan air yang
dicampur jeruk yang oleh masyarakat
setempat disebut limau. Sedangkan
kasai adalah wangi- wangian yang
dipakai saat berkeramas.