PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI LAJU REAKSI
1. PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS PENDEKATAN
SAINTIFIK PADA MATERI LAJU REAKSI
Astika Rahayu, Dr. Ucu Cahyana, M.Si, Dr. Zulmanelis, M.Si.
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Jakarta, Jl. Pemuda No. 10, Rawamangun, 13220, Jakarta, Indonesia.
Corresponding author: astikarhy@yahoo.com (Astika Rahayu)
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran kimia berbasis
pendekatan saintifik pada materi laju reaksi.Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian
dan pengembangan (Research dan Development). Tahapan yang dilak ukan terdiri dari analisis
kebutuhan, pengembangan produk, validasi produk oleh ahli materi,bahasa,dan media, dan uji coba
produk oleh peserta didik dan guru. Pengembangan modul pembelajaran ini berfungsi untuk
menunjang pembelajaran mandiri. Materi pembelajaran disajikan dan dirancang dengan mengadopsi
tahap-tahap pendekatan saintifik. Modul pembelajaran terdiri dari tiga kegiatan belajar yang
masing-masing tersusun secara sistematis. Tampilan visual pada modul tersaji dengan desain yang
menarik sehingga meningkatkan minat belajar peserta didik . Hasil validasi oleh para ahli
menunjukkan hasil sangat baik dengan nilai r sebesar 0,81-0,94. Pada tahap akhir, hasil uji coba
produk oleh peserta didik dan guru juga menunjukkan hasil yang sangat dengan presentase penilaian
>80%. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik pada materi laju reaksi yang dikembangkan sangat baik dan layak untuk
digunakan dalam proses pembelajaran kimia.
Kata Kunci: Pendekatan Saintifik, Bahan Ajar, Modul Pembelajaran, Modul Kimia, Laju Reaksi.
Abstract
This research aims to develop a learning module on a scientific approach based chemical
reaction rate materia with Research and Development method. Steps being taken in this study
consisted of a needs analysis, product development, product validation by subject matter experts,
language,and media, and product trials by students and teachers. The development of this learning
module serves to support independent learning. Learning materials presented and designed by
adopting the steps of the scientific approach. It is consists of three learning activities that each
systematically arranged. Visual display on the module presented with an attractive design so as to
increase the interest of learners.Validation by the experts showed a good results with the r value of
0.81 to 0.94. In the final phase,the test results of products by learners and teachers have also proved
highly with the percentage of votes> 80%. Based on the resultsit can be concluded that the learning
module based on a scientific approach to the material reaction rate very well developed and feasible
for use in the learning process chemistry.
Keywords: Saintific Approach,Teaching Materials, Learning Module, Chemistry Module, Kinetics.
2. 1. Pendahuluan
Kemampuan literasi sains berperan penting dalam menentukan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM). Sumber daya manusia yang bermutu merupakan faktor penting dalam pembangunan
di era globalisasi. Literasi sains (scientific literacy) menjadi suatu keharusan bagi setiap orang karena
saat ini dunia sangat dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah (scientific inquiry). Banyak negara
berlomba-lomba meningkatkan kemampuan literasi sains warga negaranya melalui peningkatan
kualitas pembelajaran sains.
Pemahaman tentang pembelajaran sains yang mengarah pada pembentukan literasi sains
peserta didik di Indonesia nampaknya masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil
studi Programme for International Student Assesment (PISA) dalam hal literasi matematika,
membaca, dan sains. Berdasarkan analisis hasil PISA tahun 2009 dan 2012 Indonesia menduduki
peringkat 57 lalu menurun ke peringkat 64 dari total 65 negara keanggotaan PISA (PISA Result,
2012).
Literasi sains didefinisikan sebagai pengetahuan dasar dan keterampilan yang dibutuhkan
oleh seorang individu untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi [5]. Peningkatan literasi sains terus
ditingkatkan melalui peningkatan kualitas pembelajaran sains. Upaya tersebut ditunjukkan dengan
menerapkan suatu pendekatan pembelajaran, yaitu pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik
merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintifik dalam membangun pengetahuan
melalui metode ilmiah. Pembelajaran saintifik menekankan pada keterampilan proses, yaitu model
pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi
secara terpadu [2]. Proses pembelajaran pada kurikulum saat ini menekankan pada dimensi pedagogik
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah atau pendekatan saintifik. Proses
pembelajaran meliputi kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengolah data, menyajikan data, dan
menyimpulkan.
Pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia.
Melalui penerapannya akan dihasilkan pembelajaran yang lebih bermakna. Kualitas pembelajaran
kimia dipengaruhi oleh beberapa faktor misalnya, strategi belajar mengajar, metode, dan pendekatan
pembelajaran, serta bahan ajar yang digunakan. Bahan ajar merupakan komponen penting dalam
pembelajaran kimia. Bahan ajar dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pada bahasan tertentu.
Salah satu bentuk pengembangan bahan ajar ialah modul pembelajaran.
Modul merupakan suatu paket belajar yang berkenaan dengan satu unit bahan pelajaran.
Modul dapat diartikan sebagai materi pelajaran yang disusun dan disajikan secara tertulis sedemikian
rupa sehingga pembacanya diharapkan dapat menyerap sendiri materi tersebut [3]. Modul disajikan
secara sistematis sehingga pembacanya dapat belajar dengan atau tanpa guru atau fasilitator.
pengajaran menggunakan modul dapat membuka kesempatan bagi peserta didik untuk belajar
3. menurut kecepatan masing-masing [1]. Melalui pengajaran modul peserta didik dapat belajar menurut
caranya masing-masing.
Penyusunan modul pembelajaran mengacu pada kompetensi yang terdapat di dalam tujuan
yang ditetapkan. Sesuai dengan karakteristik kimia yang harus dipahami dengan memerhatikan
hubungan antara tiga level representasi, maka bahan ajar harus dikembangkan dengan memenuhi
kriteria tersebut. Pembelajaran kimia direpresentasikan dalam 3 level, yaitu submikro, makro, dan
simbolik. Level submikro pada materi laju reaksi ditunjukkan oleh reaksi-reaksi kimia yang tidak
kasat mata. Level makro dapat diamati melalui pengukuran waktu reaksi beserta ciri-ciri terjadinya
reaksi yang dapat teramati oleh mata. Representasi pada level simbolik dapat ditemukan saat
penggunaan rumus laju reaksi (đŁ). Level simbolik terkait dengan penggunaan operasi atau simbol-
simbol untuk menggambarkan sesuatu yang dipelajari. Berdasarkan pemetaan taksonomi bloom
tersebut penyusunan materi di dalam modul dapat disusun secara sistematis.
2. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and
development), yaitu penelitian yang dipergunakan untuk menghasilkan produk tertentu [4]. Produk
yang dihasilkan berupa modul pembelajaran kimia berbasis pendekatan saintifik pada materi laju
reaksi. Ada empat tahapan yang dilakukan, yaitu tahap analisis kebutuhan, tahap pengembangan
produk, tahap validasi produk, dan tahap uji coba produk.
Tahap analisis kebutuhan dilakukan terhadap peserta didik di SMAN 58 Jakarta dan SMAN
76 Jakarta dan tiga guru kimia yang masing-masing berasal dari SMAN 58, SMAN 39, dan SMAN 88
Jakarta. Pengumpulan data pada tahap ini diperoleh melalui pengisian kuesioner. Tahap
pengembangan modul dilakukan dengan melakukan studi literatur terlebih dahulu. Validasi produk
dilakukan oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa. Pada tahap akhir dilakukan uji coba produk
kepada peserta didik dan guru ke beberapa sekolah SMA Negeri di Jakarta. Pengumpulan data pada
tahap validasi produk dan uji coba produk dilakukan dengan cara mengisi kuesioner penilaian yang
dikembangan dari BSNP (2006) mengenai instrumen penilaian tahap II buku teks pelajaran kimia
SMA/MA.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan nilai kelayakan (r) validasi dari ahli adalah:
đ =
đ đœđŸđ â đ đœđŸđ
đ đœđŸđ
Keterangan:
r = Koefisien kesepakatan antar rater
RJKb = Jumlah kuadrat baris
RJKe = Jumlah kuadrat error
5. saintifik. Modul memuat kompetensi inti, kompetensi dasar, pendahuluan sebagai deskripsi modul
serta tiga kegiatan belajar yang masing-masing terdapat tujuan pembelajaran, tes kemampuan awal,
materi pembelajaran, contoh soal, kegiatan peserta didik (individu dan kelompok), aplikasi materi
dalam kehidupan sehari-hari, rangkuman, uji pemahaman, tes akhir kegiatan belajar, pedoman
penilaian, dan remedial.
Tampilan modul didesain dengan perpaduan warna yang menarik, penggunaan ilustrasi
gambar yang interaktif, penggunaan jenis huruf, dan pemilihan kata yang mendukung tingkat
keterbacaan. Sampul modul didesain dengan latar belakang gambar yang berkaitan dengan kimia dan
menonjolkan unsur judul materi sebagai identitas modul. Tampilan modul dibuat menarik agar
meningkatkan minat peserta didik untuk melakukan pembelajaran menggunakan modul.
c) Tahap Validasi Modul
Tahap validasi ini bertujuan untuk mengetahui penilaian beberapa ahli terhadap modul
pembelajaran yang dikembangkan. Validasi dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kuesioner
tersebut dibuat berdasarkan komponen penilaian aspek kelayakan isi, penyajian bahan, dan aspek
kelayakan kegrafikan yang diadaptasi dari Standar Penilaian Buku Teks Pelajaran oleh BSNP serta
dari aspek pembelajaran berbasis saintifik. Hasil yang diperoleh dari tahap validasi oleh beberapa ahli
materi, media, dan bahasa adalah sebagai berikut,
Gambar 3. Tampilan sampul modul
6. Tabel 2. Presentase Validasi Ahli Materi terhadap modul pembelajaran
No. Indikator % Interpretasi
1 Komponen kelayakan isi 93 Sangat Baik
2 Komponen penyajian 93 Sangat Baik
3 Pendekatan saintifik 92 Sangat Baik
Tabel 3. Presentase Validasi Ahli Media terhadap modul pembelajaran
No. Indikator % Interpretasi
1 Ukuran Modul 83 Sangat Baik
2 Bagian Kulit Modul 74 Baik
3 Bagian Isi Modul 79 Baik
Tabel 4. Presentase Validasi Ahli Bahasa terhadap modul pembelajaran
No. Indikator % Interpretasi
1 Sesuai dengan
perkembangan intelektual
75 Baik
2 Komunikatif 83 Sangat Baik
3 Dialogis & Interaktif 71 Baik
4 Lugas 75 Baik
5 Koherensi 75 Baik
6 EYD 71 Baik
7 Istilah, simbol, lambang 75 Baik
Melalui tahap ini juga diperoleh berbagai komentar dan saran perbaikan guna meningkatkan
kesempurnaan modul yang dikembangkan. Perbaikan tersebut harus dilakukan sebelum melakukan
tahap akhir, yaitu tahap uji coba produk.
d) Tahap Uji Coba Produk
Uji coba dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada kelompok kecil dan kelompok besar.
Kelompok kecil terdiri dari 15 responden peserta didik dan dilakukan dengan pengisian kuesioner
penilaian. Hasil uji coba kelompok kecil dapat dilihat pada Tabel 5. pada uji coba kelompok kecil ini
juga diperoleh saran-saran dari peserta didik sehingga dapat dilakukan proses penyempurnaan
kembali sebelum melakukan uji coba pada kelompok besar.
Tabel 5. Presentase Uji Coba Kelompok Kecil
No. Indikator % Interpretasi
1 Tampilan Modul 81,7 Sangat Baik
2 Penulisan Bahasa 78,3 Baik
3 Isi Modul 77,5 Baik
4 Pendekatan Saintifik 75,5 Baik
5 Kualitas Keseluruhan 80,8 Sangat Baik
7. Uji coba pada kelompok besar dilakukan oleh peserta didik dan guru. Peserta didik
menggunakan modul sesuai dengan petunjuk penggunaan modul sehingga peserta didik dapat
memahami metode belajar dengan modul secara maksimal. Secara umum, respon peserta didik
terhadap modul menjadi lebih baik dari penilaian pada uji coba kelompok kecil. Hal ini dikarenakan
modul sudah mengalami perbaikan. Di samping itu, guru juga menyatakan respon baiknya terhadap
penyajian materi di dalam modul. Materi pembelajaran telah tersaji dengan jelas dan sistematis pada
setiap kegiatan belajar sehingga memudahkan guru apabila digunakan di dalam kelas ataupun
digunakan oleh peserta didik secara mandiri. Hasil penilaian pada uji coba kelompok besar yang
dilakukan oleh peserta didik dan guru dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6. Presentase Uji Coba Kelompok Besar
No. Indikator % Interpretasi
1 Tampilan Modul 93,3 Sangat Baik
2 Penulisan Bahasa 94,8 Sangat Baik
3 Isi Modul 84,3 Sangat Baik
4 Pendekatan Saintifik 85,03 Sangat Baik
5 Kualitas Keseluruhan 90,5 Sangat Baik
Tabel 7. Presentase Hasil Respon Guru terhadap Modul
No. Indikator % Interpretasi
1 Tampilan Modul 85,9 Sangat Baik
2 Penulisan Bahasa 81,3 Sangat Baik
3 Isi Modul 81,3 Sangat Baik
4 Pendekatan Saintifik 81,3 Sangat Baik
5 Kualitas Keseluruhan 81,3 Sangat Baik
4. Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pengembangan bahan ajar berupa modul
pembelajaran kimia berbasis pendekatan saintifik pada materi laju reaksi sangat bermanfaat. Modul
pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru serta menerapkan sistem
pembelajaran saintifik dalam penyajian materinya.
Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan modul pembelajaran kimia pada materi
laju reaksi dengan pendekatan saintifik, maka disarankan beberapa hal, antara lain:
1. Melakukan penelitian tindak lanjut untuk menguji efektivitas modul pembelajaran kimia pada
materi laju reaksi pada proses pembelajaran kimia.
2. Mengintegrasikan modul pembelajaran ke dalam bentuk media IT.
3. Melakukan pengembangan modul pembelajaran kimia dengan pendekatan saintifik pada
materi kimia lainnya.
8. 5. Daftar Pustaka
[1] Anderson, Ronald. (1983). Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran.
Terjemahan Yusufhadi Miarso, dkk. Jakarta: PAU-UT.
[2] Beyer, Barry K. (1991). Teaching Thinking Skill: A Handbook for Elementary School
Teachers. New York, USA: Allyn & Bacon.
[3] Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava Media.
[4] Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
[5] Turgut, H. (2007). Scientific literacy for all, Journal of Faculty of Educational Sciences,
40(2), 233-256.