Ayat-ayat di atas membahas tentang larangan memakan harta dengan cara batil, membunuh diri sendiri atau orang lain, serta janji ampunan dosa-dosa kecil bagi yang menjauhi dosa-dosa besar."
3. 29. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah
kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.
30. dan Barangsiapa berbuat demikian dengan
melanggar hak dan aniaya, Maka Kami kelak akan
memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.
31. jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-
dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami
hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil)
dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).
4. ( ) : janganlah kamu saling memakan/mengambil
( ) : dengan jalan yang batil (haram)
( ) : kecuali dengan
jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di
antara kamu.
( ) : Dan janganlah kamu membunuh
dirimu/jangan saling membunuh di antara kamu.
( ) : sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu (dalam larangan itu)
( ) : dengan melanggar hak (orang lain dengan
sengaja)
( ) : mudah.
5. ( ) : kamu menjauhi
( ) : dosa besar
( ) : niscaya Kami hapus
( ) : kesalahan-kesalahanmu (dosa-
dosamu yang kecil)
( ) : tempat yang mulia (surga).
6. Pada beberapa ayat yang lalu Allah menjelaskan hukum
sebagian mu’amalah , yaitu mu’amalah dalam hal harta anak
yatim, pembagian harta warisan, memberikan sebagian harta
warisan kepada kerabat yang tidak mendapatkan warisan jika
mereka menghadiri pembagian harta, dan wajib memberikan
maskawin. Pada ayat 29 dan 30 ini, Allah menyebutkan kaidah
transaksi umum dalam hal harta. Sebabnya jelas bahwa harta
merupakan teman jiwa. Pelanggaran terhadap harta akan
menyebabkan permusuhan, bahkan akan membawa pada
tindakan kriminal. Oleh karena itu Allah mewajibkan dalam
perpindahan narta hendaknya dengan cara suka sama suka,
bukan dengan cara kezaliman dan pelanggaran. Kemuadian
pada ayat 30 Allah melarang setiap dosa besar secara umum,
dan menjanjikan surga bagi orang yang taat.
7. (
/Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama-suka di antara kamu).
8. Allah swt melarang setiap mukmin dari makan harta orang
lain dan harta dirinya dengan cara yang batil (yang tidak
benar). Sebab firman Allah ( ) mencakup harta
dirinya dan harta orang lain. Memakan harta diri sendiri
dengan cara yang batil yaitu membelanjakannya dalam
maksiat. Sedangkan memakan harta orang lain dengan
cara batil adalah dengan berbagai usaha yang tidak
dibenarkan menurut syari’at seperti riba, judi, merampas
dan mengurangi. Yang dimaksud dengan batil adalah
setiap yang menyalahi syari’at. Menurut Ibnu Abbas dan
Hasan al-Bashri : memakan harta tanpa imbalan. Jadi cara
yang batil adalah setiap yang diambil tanpa imbalan
9. Memakan harta dengan cara batil meliputi harta
yang diambil dengan tukaran tetapi dengan
akad yang tidak sah, seperti menjual harta yang
bukan menjadi hak milik, harga makanan yang
sudah rusak yang tidak bisa dimanfaatkan
seperti telur yang sudah busuk, harga dari
sesuatu yang tidak ada nilainya dan tidak bisa
dimanfaatkan seperti lalat, bangkai, khamer,
upah meratap, dsb. Orang yang melakukan jual
beli secara tidak sah dan ia mengambil
harganya, maka harganya itu adalah haram.
10. Jika tidak boleh memakan harta dengan cara yang batil, yaitu
yang tidak disyari’atkan, atau yang diambil dari benda atau
sesuatu yang bermanfaat dengan cara zalim tanpa imbalan, maka
boleh mengambil harta itu secara suka sama suka yang
dibenarkan syari’at. Oleh karena itu Allah berfirman (
/ kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu), yakni : akan
tetapi makanlah harta itu dengan perniagaan yang didasarisuka
sama suka sesuai ketentuan syari’at. Tijarah (perniagaan)
mencakup akad tukar menukar dengan maksud mendapatkan
keuntungan. Perniagaan disebutkan secara khusus di antara
sebab kepemilikan karena perniagaan lebih banyak terjadi dalam
dunia usaha, dan karena perniagaan merupakan usaha yang paling
baik dan mulia. Sesuai dengan hadits bahwa Rasulullah saw
ditanya tentang usaha apa yang paling baik? Beliau menjawab :
( /Usha seseorang dengan
tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik. [HR.Ahmad])
11. Tidak setiap transaksi yang dilakukan secara
suka sama suka itu diakui menurut syara’.
Karena transaksi yang dilakukan sama suka
itu harus sesuai dengan ketentuan syari’at.
Oleh karena itu riba walaupun dilakukan
secara suka sama suka tetap saja haram,
karena tidak sesuai dengan ketentuan
syari’at, di mana riba diambil dari jual belia
yang ada lebihnya atau diambil dari hutang
yang mendapatkan keuntungan.
12. ( /Dan janganlah kamu membunuh
dirimu). Dalam potongan ayat ini Allah melarang membunuh
diri. Menurut bunyi ayat, yang dilarang dalam ayat ini ialah
membunuh diri sendiri, tetapi yang dimaksud ialah
membunuh diri sendiri dan membunuh orang lain.
Membunuh orang lain berarti membunuh diri sendiri, sebab
setiap orang yang membunuh akan dibunuh, sesuai dengan
hukum qishash. Dilarang membunuh diri sendiri karena
perbuatan itu termasuk perbuatan putus asa, dan orang yang
melakukannya adalah orang yang tidak percaya kepada
rahmat Allah.
Sebab disebutkannya potongan ayat ini di sini dalam
pembicaraan transaksi harta adalah ketika harta itu temannya
ruh (nyawa) dari segi harta itu dapat menegakkan nyawa,
maka ada baiknya mengumpulkan dua perintah. Yaitu
perintah menjaga harta, dan perintah menjaga jiwa.
13. ( /sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu). Ayat 29
ini diakhiri dengan penjelasan; bahwa Allah
melarang orang-orang yang beriman
memakan harta yang batil dan membunuh
orang lain atau membunuh diri sendiri itu
adalah karena kasih sayang Allah kepada
hamba Nya demi kebahagiaan hidup mereka
di dunia dan di akhirat.
14. (
/Dan barang siapa berbuat
demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka
Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka.
Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah). Pada ayat
ini Allah mengancam orang-orang yang melanggar hak
dan menganiaya orang lain, akan memasukkannya kelak
ke dalam api neraka. Untuk melaksanakan hal yang
demikian itu sangat mudah bagi Allah, karena tidak ada
sesuatu yang dapat membantah, merintangi atau
menghalang-halangi Nya.
Dikaitkannya ancaman ini dengan / melanggar hak
dan /aniaya adalah agar mengeluarkan tindakan
yang dilakukan karena lupa atau kesalahan.
15. [
/ Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar
di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu
yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia
(surga)]. Pada ayat ini Allah memerintahkan supaya orang-
orang yang beriman menjauhi dan meninggalkan semua
dosa-dosa besar yang dilarang Allah melaksanakannya.
Meninggalkan dosa besar itu bukan saja sekadar
menghindarkan diri dan siksa Nya, tetapi juga merupakan
suatu amal kebajikan yang dapat menghapuskan dosa-dosa
kecil yang telah diperbuat. Di samping itu, Allah menjanjikan
akan memberikan kelak tempat yang mulia yaitu surga, bagi
orang-orang yang menjauhi (meninggalkan) dosa-dosa besar
itu.
16. Mengenai dosa besar dan berapa jumlahnya para ulama
mempunyai pendapat yang berbeda-beda karena adanya
beberapa hadis, di antaranya sabda Rasulullah saw :
"Jauhilah olehmu tujuh macam perbuatan yang
membahayakan. Para sahabat yang mendengar bertanya:
"Apakah itu ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab:
"Mempersekutukan Allah, menggunakan sihir, membunuh diri
seseorang yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali
dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta
anak yatim, lari dari medan peperangan di waktu
pertempuran dan menuduh perempuan-perempuan mukmin
yang terhormat berzina"
(H.R. Bukhari dan Muslim)
17. Dan sabda Rasulullah saw :
"Apakah aku kabarkan kepadamu tentang dosa-dosa yang
paling besar?" Kami menjawab: "Benar ya Rasulullah". Lalu
Rasulullah berkata: "Mempersekutukan Allah; durhaka
kepada ibu bapak ketika itu Rasulullah sedang bertelekan,
kemudian ia duduk lalu berkata-ketahuilah, juga berkata
bohong, dan saksi palsu, ketahuilah, juga berkata bohong,
dan saksi palsu. Beliau senantiasa mengulang-ulang
perkataannya itu sehingga kami mengatakan: "Kiranya
Rasulullah saw. diam" . (H.R. Bukhari dan Muslim)
18. Ibnu 'Abbas sewaktu ditanya: "Apakah dosa-dosa besar itu
hanya 7 macam saja?" Beliau menjawab dengan ringkas:
"Hampir tujuh puluh macam banyaknya. Bila dosa-dosa
kecil bila terus menerus dikerjakan dia akan menjadi dosa
besar dan dosa-dosa besar akan hapus bila yang
mengerjakannya tobat dan minta ampun.
Menurut keterangan Syaikhul Islam Al Barizi yang dinukil
oleh Al Alusi, dia mengatakan: "Bahwa dosa besar itu ialah
setiap dosa yang disertai dengan ancaman hukuman had
(hukuman siksa di dunia) atau disertai dengan laknat yang
dinyatakan dengan jelas di dalam Alquran atau Hadis.
Itulah secara singkat tentang pengertian tentang dosa-
dosa besar dan macam-macamnya. Selain dari itu adalah
dosa-dosa kecil.
19. Menjauhi dosa besar dapat menghapuskan dosa-dosa
kecil dengan 2 syarat :
Menjauhi dosa besar itu dalam keadaan mampu dan ada
kehendak untuk melakukannya, seperti orang yang tidak
mau menggauli seorang wanita yang mengajaknya karena
takut kepada Allah, bukan karena yang lain.
Melaksanakan kewajiban-kewajiban.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw : [
/Shalat lima waktu,
shalat jum’at ke shalat jum’at berikutnya, Ramadhan ke
Ramadhan berikutnya dapat menghapuskan (dosa kecil)
yang dilakukan di antara semua itu apabila dosa-dosa besar
ditinggalkan. (HR. Musliam)].
20. Haram makan harta dengan cara batil atau dengan
cara tidak benar, yaitu setiap yang menyalahi syari’at
atau yang diambil tanpa imbalan. Digunakannya kata
() adalah isyarat bahwa harta individu adalah harta
umat dengan menghargai kepemilikan pribadi dan
dibolehkannya kebebasan bertransaksi selama tidak
menimbulkan bahaya bagi umat atau kemaslahatan
umum.
Bolehnya semua bentuk perniagaan (yaitu akad tukar
menukar denga tujuan mendapatkan keuntungan)
dengan syarat suka sama suka antara dua pihak yang
melakukan transaksi.
21. Ayat di atas membolehkan dan memberikan
dorongan terhadap perniagaan karena
manusia sangat membutuhkannya. Dengan
dalil bahwa standar kehalalannya adalah
suka sama suka antara orang yang
melakukan transaksi. Adapun kecurangan,
kebohongan, dan penipuan diharamkan.
Haram melakukan bunuh diri dan membunuh
orang lain.
22. Hukuman bagi orang yang melakukan pembunuhan
dan makan harta dengan batil. Ayat ( )
menunjukkan haram membunuh jiwa, karena itu yang
lebih dekat. Dan bisa juga menunjukkan haramnya
yang telah disebutkan, yaitu makan harta dengan
batil dan membunuh jiwa, karena larangan keduanya
disebutkan setelahnya.
Ayat 30 menunjukkan bahwa dosa terbagi kepada dua
: dosa besar dan dosa kecil. Dan juga menunjukkan
bahwa Allah mengampuni dosa-dosa kecil seperti
memandang dan persentuhan laki-laki dan
perempuan dengan menjauhi dosa besar serta
melakukan kewajiban-kewajiban.