SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 68
Downloaden Sie, um offline zu lesen
i
PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA
PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI
DISTRIK AIMAS
Oleh
Arif Yudo Krisdianto
2006 22 002
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011
ii
PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA
PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI
DISTRIK AIMAS
Oleh
Arif Yudo Krisdianto
2006 22 002
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua
JURUSAN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS NEGERI PAPUA
MANOKWARI
2011
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul
“PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN
PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS” adalah karya
sendiri dan balum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam tubuh tulisan
dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Apabila
dikemudian hari terbukti bahwa terdapat hal yang tidak sesuai dengan yang saya
nyatakan, maka saya bersedia menerima pembatalan karya ilmiah ini dan
pencabutan gelar sarjana.
Manokwari, 25 Juli 2011
Arif Yudo Krisdianto
2006 22 002
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN
P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN
KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS
Nama : Arif Yudo Krisdianto
NIM : 200622002
Program Studi : Ilmu Tanah
Program Pendidikan : Strata 1
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ishak Musaad, MP
Pembimbing I
Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc
Pembimbing II
Mengesahkan,
Ketua Program Studi
Ilmu Tanah
Dekan
Fakultas Pertanian dan
Teknologi Pertanian
Ir. Karyoto S. Amat, MP
NIP. 195211111981021002
Ir. J. W. Pattiasina, MS
NIP. 195212261980121001
Tanggal lulus : 21 Juli 2011
v
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN
PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas
Pertanian dan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua.
Penulis dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Ishak Musaad, MP selaku
pembimbing utama dan Ibu Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc sebagai
pembimbing kedua. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua pembimbing yang telah membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini.
Selain itu penulisan usulan penelelitian ini dapat diselesaikan karena bantuan
banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada;
1. Rektor Universitas Negeri Papua,
2. Bapak Ir. J. W. Pattiasina, MS selaku Dekan Fapertek-Unipa,
3. Bapak Ir. Karyoto S. Amat, MP selaku Kajur Tanah Fapertek-Unipa, juga
sebagai penasehat akademik penulis,
4. Ibu Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc selaku Kepala Lab. Tanah Fapertek-
Unipa,
5. Pak Mashudi, Pak Samsul Bachri, Pak Djoko, Pak Samen Baan, Pak Budianto,
Ibu Kati dan seluruh staf dosen Jurusan Tanah Fapertek Unipa.
vi
6. Mba’ Siti Hadjar Kubangun, SP, terimakasih untuk semua bantuannya,
masukannya, juga terimakasih untuk buah rambutannya,
7. Mas Arif Faisol, S.Tp untuk semua kursus privatnya,
8. Keluarga bapak Suroto,SP juga keluarga bapak Priyo Handoko,SH atas segala
bantuannya selama ini,
9. Teman-teman Tanah 2006 (Xaverius Dokirip dan Destina Nababan), semoga
cita kita dapat tercapai. Juga kepada teman seangkatan di Fapertek tercinta
ini(Alex, Salmon, Rifat, Taria, Ruth, Ardha, dan yang lain) , terima kasih atas
segala yang kalian beri. Maaf, hanya sedikit yang bisa Yudo berikan untuk
kalian.
10. Anak tanah yang lain, Enos, Lian, Novi, Amos, Desi dan yang lainnya, terima
kasih,
11. Teman-teman sepermainan, Panji, Djunet, Budi, Usman, Udin, Ardha, Curtin,
Sumirah, Erna, Ramli, Ridwan, Tofiq. Juga teman teman ASNABU, mas Eko,
Yulianto, Widianto, Momon, Uri, Rija, semoga kalian tetap labih baik dari
CHYNGOWS.
12. Saudara Wanikar Purbo Wantoro dan adiknya yang telah bersedia menemani
dalam kegiatan survey lapangan dan pengambilan sampel yang melelahkan.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang terpenting dari semuanya
yaitu Bapak Sumardi dan Ibu Suparni yang telah membuat Yudo menjadi seperti
ini. Maaf jika masih banyak harapan kalian yang masih belum bisa Yudo
laksanakan, semoga itu tidak mengurangi rasa sayang kalian. Terima kasih juga
penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
vii
penelitian ini, yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu, bantuan kalian
sangat berarti.
Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan, untuk itu masukan serta saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan tulisan ini. Besar harapan penulis semoga
tulisan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain yang
memerlukannya.
Manokwari, Juli 2011
Penulis
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Sorong Provinsi Papua Barat pada tanggal 18
September 1988. Dilahirkan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah
bernaman Sumardi dan Ibu bernama Suparni.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 2000 di SD
INPRES 39 Aimas Sorong. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan
pendidikannya di SMP N 3 Aimas Sorong dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun
2006, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Aimas Sorong. Pada tahun
yang sama, melalui jalur SESAMA penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Universitas Negeri Papua pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian dan Teknologi
Pertanian.
ix
RINGKASAN
ARIF YUDO KRISDIANTO. Penyebaran Spasial pH, N-Total Dan P-
Tersedia Pada Lahan Pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas,
dibimbing oleh Dr. Ir. Ishak Musaad, MP dan Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna,
M.Sc.
Lahan pertanian di Kabupaten Sorong cukup luas. Tetapi informasi
mengenai status kesuburannya masih sangat sedikit, khususnya lahan pertanian di
Kelurahan Malawili Distrik Aimas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
nilai pH tanah, konsentrasi N-total dan P-tersedia pada lahan pertanian Kelurahan
Malawili Kab. Sorong dan penyebaran spasialnya pada lahan pertanian tersebut.
Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian Kelurahan Malawili Kabupaten
Sorong dan di Laboratorium Tanah Fapertek Unipa yang dilaksanakan selama
kurang lebih dua bulan yaitu pada bulan Agustus hingga September 2010.
Menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey lapangan dan analisis
laboratorium. Variabel utama yang diamati adalah nilai pH tanah, konsentrasi N-
total dan konsentrasi P-tersedia.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai pH tanah pada lahan pertanian
tersebut sebagian besar berada pada kisaran masam (pH terendah 4,7) dan hanya
sebagian kecilnya yang bernilai agak masam (pH tertinggi 6,0). Konsentrasi N-
total sebagian besar berada pada kisaran rendah hingga sedang. Hanya sebagian
kecil yang berada pada kisaran sangat rendah (nilai terendah 0,09 %) dan tinggi
(nilai tertinggi 0,62%). Konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian tersebut
sangat beragam. P-tersedianya berada pada kisaran sangat rendah (nilai terendah
1,63 ppm) hingga sangat tinggi (nilai tertinggi 113,67 ppm). Penyebaran pH
x
tertinggi hanya sedikit di sebelah timur dari lahan pertanian tersebut. Sedangkan
N-total dan P-tersedia, konsentrasi tertingginya berada di sebelah selatan dari
lahan pertanian tersebut. Diduga selain bentuk lahan dan jenis tanahnya,
pengelolaan dan penggunaan lahan yang yang sangat bervariasi pada lahan
pertanian tersebut sehingga mempengaruhi keadaan kesuburan tanahnya.
xi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Masalah ............................................................................................................... 4
Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
Kesuburan Tanah ................................................................................................ 6
Reaksi (pH) Tanah Mineral.......................................................................... 6
Nitrogen (N)................................................................................................. 9
Fosfor (P) ..................................................................................................... 11
Sistem Informasi Geografis (SIG) ...................................................................... 14
Defenisi SIG................................................................................................. 14
Komponen SIG ............................................................................................ 14
Analisis Spasial............................................................................................ 17
Interpolasi dan Kriging ................................................................................ 18
METODE PENELITIAN.................................................................................... 20
Tempat dan Waktu.............................................................................................. 20
Bahan dan Alat.................................................................................................... 20
Metode................................................................................................................. 22
Pelaksanaan Penelitian........................................................................................ 22
Variabel Pengamatan .......................................................................................... 23
Analisis Data....................................................................................................... 24
KEADAAN UMUM KELURAHAN MALAWILI............................................ 26
Letak Wilayah ..................................................................................................... 26
Iklim.................................................................................................................... 26
Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Tanah......................................................... 27
Penggunaan Lahan .............................................................................................. 27
HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 31
Ringkasan Statistik Nilai pH, Konsentrasi N-total dan P-tersedia...................... 31
Penyebaran Spasial pH, N-total dan P-tersedia .................................................. 34
Analisis Semivariogram Dari Nilai pH, N-total dan P-tersedia.......................... 40
Hubungan Reaksi Tanah (pH) Dengan Konsentrasi N dan P Dalam Tanah....... 42
xii
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 45
Kesimpulan ......................................................................................................... 45
Saran.................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47
LAMPIRAN........................................................................................................ 49
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Bahan dan Alat Yang Digunakan.......................................................... 20
Tabel 2. Hasil Analisis Statistik.......................................................................... 32
Tabel 3. Hasil Analisis Semivariance ................................................................. 40
Tabel 4. Korelasi Nilai pH Tanah Dengan Konsentrasi N-total dan P-tersedia.. 43
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Lokasi Penelitian di Distrik Aimas Kab. Sorong .............................. 3
Gambar 2. Ilustrasi Metode Interpolasi............................................................... 18
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Titik Sampel .................................................... 21
Gambar 4. Penggunaan Lahan Pertanian Kel. Malawili..................................... 30
Gambar 5. Peta Penyebaran pH Tanah Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili .... 35
Gambar 6. Peta Penyebaran N-total Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili......... 37
Gambar 7. Peta Penyebaran P-tersedia Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili .... 39
Gambar 8. Grafik Semivariogram....................................................................... 42
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Hasil Analisis pH Tanah................................................................. 49
Lampiran 2. Hasil Analisis N-tersedia................................................................ 50
Lampiran 3. Hasil Analisis P-tersedia................................................................. 51
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Salinitas Tanah.................................................. 52
Lampiran 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah ......................................... 53
2
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Unsur hara N dan P merupakan dua dari sembilan hara makro esensial bagi
tanaman selain hara C, H, O, K, Ca, Mg dan S. Hara tersebut dikatakan makro
esensial, karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Biasanya unsur hara
makro dibutuhkan oleh tanaman di atas 500ppm dan unsur hara mikro hanya
dibutuhkan oleh tanaman sekitar 50ppm (Hanafiah, 2004). Selain harus ada di
dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman, hara dikatakan makro esensial
jika tanaman mengalami defesiensi maka hanya dapat diperbaiki dengan unsur
tersebut dan unsur ini harus terlibat langsung dalam metabolisme tanaman.
Pemupukan nitrogen (N) dan fosfor (P) memegang peranan penting dalam
meningkatkan produksi pertanian disamping pemberian pupuk jenis lainnya baik
makro maupun mikro. Umumnya pemberian pupuk N dan P oleh petani belum
rasional dan berimbang karena belum didasarkan pada potensi status hara tanah
dan kebutuhan tanaman. Hal ini mengakibatkan pemberian pupuk tersebut tidak
memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan produksi tanaman.
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan suatu bahan kedalam tanah
guna meningkatkan dan memperbaiki kesuburan tanah (Hardjowigeno, 1987).
Penyerapan hara dan peningkatan produksi merupakan tujuan dari kegiatan
pemupukan.Efesiensi pemberian pupuk terutama pupuk N umumnya masih sangat
rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karena adanya
pencucian, penguapan, perubahan bentuk dari tersedia menjadi tidak tersedia dan
3
juga karena adanya persaingan penggunaan hara dengan gulma (Soerjandono dan
Noerizal, 2004).
Ketersediaan hara dalam tanah juga ditentukan oleh nilai pH tanahnya.
Menurut Hanafiah (2004), pH optimum untuk ketersediaan hara tanah adalah
sekitar 7,0, karena pada kisaran ini semua hara makro tersedia secara optimum
sedangkan hara mikro tidak optimum kecuali Mo sehingga kemungkinan terjadi
keracunan hara mikro kecil. Difesiensi hara nitrogen (N) dan fosfor(P) dapat
terjadi pada pH dibawah 6,0 atau diatas 7,5.
Setiap luasan tanah memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda tergantung
dari faktor-faktor pembentuknya. Perbedaan itu pula yang menyebabkan
kesuburan tanah di setiap lahan berbeda-beda. Informasi mengenai keadaan
status kesuburan tanah serta bagaimana pola penyebaran kesuburannya sangat
bermanfaat bagi petani atau juga pihak lain dalam pemanfaatan suatu lahan
pertanian. Informasi tersebut dapat bermanfaat dalam peningkatan hasil
pertanian dan teknik perlakuan suatu lahan agar dapat digunakan secara lestari.
Kelurahan Malawili yang berada di Distrik Aimas Kabupaten Sorong
merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sorong yang memiliki lahan pertanian
yang cukup luas.Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong
tahun 2009,terdapat sekitar 9.268,7 Ha area pertanian di Distrik Aimas, yang
sebagian diantaranya berada di Kelurahan Malawili. Informasi tentang status
hara pada lahan pertanian tersebut secara umum masih sangat sedikit sehingga
pemanfaatan dan produksi pertanian dari lahan tersebut masih sangat minim.
4
Gambar 1. Lokasi Penelitian Di Distrik Aimas Kab. Sorong
5
Pemanfaatan aplikasi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau
yang lebih dikenal Geographical Information System (GIS) saat ini sudah sangat
umum. Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sitem yang berbasis komputer,
selain didukung perkembangan komputer yang pesat, juga mendapat dukungan
dari berbagai bidang ilmu terkait seperti ilmu tanah, geografi, pemetaan, teknik
sipil dan lainnya. Aplikasi komputer berbasis GIS juga sudah sangat banyak,
diantaranya ialah aplikasi ArcGIS. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengolah
data keruangan dan menyajikannya kedalam sebuah peta.
Pengolahan data keruangan atau yang lebih dikenal dengan analisis
spasial dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan fenomena alam
yang sedang terjadi pada suatu wilayah dengan menggunakan teknik overlay
(tumpang-tindih) data dan atau dengan pemodelan.Teknik tertentu dapat
digunakan dalam analisis spasial dapat digunakan untuk mengetahui pola
penyebaran spasial status kesuburan lahan pada suatu daerah pertanian.
Masalah
Dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan dua permasalahan
dalam usaha pengembangan lahan pertanian di Kelurahan Malawili Distrik
Aimas, yaitu: (1) bagaimana status hara N, P juga pH tanah, dan (2) bagaimana
penyebaran spasial status hara N, P juga pH tanah pada lahan pertanian tersebut.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk memperoleh data tentang nilai
pH, konsentrasi N-total, konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian di Kelurahan
Malawili Distrik Aimas, dan (2) mengetahui penyebaran pH, konsentrasi N dan P
6
pada lahan pertanian tersebut dengan melakukan pendugaan menggunakan
aplikasi ArcGIS.
Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi mengenai status hara
kepada petani maupun pihak lain yang berkepentingan dibidang pertanian, dan
juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam rekomendasi penambahan pupuk pada
lahan pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas.
7
TINJAUAN PUSTAKA
Kesuburan Tanah
Reaksi (pH) tanah mineral
Reaksi (pH) tanah adalah tingkat kemasaman atau kebasaan suatu benda
yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat masam
mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH antara 7
hingga 14. Reaksi (pH) tanah menunjukan derajat kemasaman tanah atau
, maka suasana larutan
tanah menjadi m lebih banyak dari
konsentrasi H+ maka suasana menjadi basa.
Bahan induk tanah mempunyai nilai pH yang berbeda-beda tergantung
jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya. Hal ini menyebabkan tanah-
tanah muda yang baru terbentuk memiliki nilai pH yang selaras dengan bahan
induknya. Reaksi larutan (pH) tanah adalah suatu parameter penunjuk keaktifan
ion H+
dalam suatu larutan tanah (Hanafiah, 2004).
Reaksi larutan (pH) tanah secara mudah ditetapkan dengan menggunakan
indikator nilai pH tanah, berdasarkan prinsip reaksi air:
Penyebab kemasaman tanah ialah ion H+
dan Al3+
yang berada dalam larutan
tanah dan kompleks jerapan. Kedua kation ini mempengaruhi kemasaman tanah
ionisasi
HOH H+
+ OH]
deionisasi
8
dengan cara yang berbeda. Perbedaan itu terkait dengan sumber dan watak muatan
yang menjerap kation-kation itu.
Reaksi (pH) larutan tanah sangat penting karena larutan tanah
mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), dan unsur
lain yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang,
dan bertahan dari penyakit. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator
kesuburan tanah karena nilai pH tanah dapat mencerminkan ketersediaan hara
dalam tanah tersebut. Unsur hara dalam tanah tersedia secara optimum bagi
tanaman berada pada kisaran pH 7,0. Pada pH ini semua unsur hara makro
tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak tersedia kecuali Mo,
sehingga kemungkinan terjadinya keracunan unsur hara mikro tertekan (Hanafiah,
2004).
Nilai pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman
adalah antara 5,6 samapai 7,0. Pada pH yang lebih rendah dari 5.6 pada umumnya
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur
hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada
umumnya terjadi kenaikan Al3+
dan Fe2+
dalam larutan tanah yang berdampak
secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Konsentrasi Alumunium (Al) dan Besi (Fe) yang tinggi pada tanah
memungkinkan terjadinya ikatan terhadap fosfor dalam bentuk alumunium fosfat
atau Fe-fosfat. Fosfor yang terikat oleh alumunium tidak dapat digunakan oleh
tanaman. Tanaman yang ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah biasanya
9
juga menunjukkan klorosis (peleburan klorofil sehingga daun berwarna pucat)
akibat kekurangan nitrogen atau kekurangan magnesium.
Nilai kemasaman (pH) tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan
terhadap pertumbuhan mikrob yang bermanfaat bagi proses mineralisasi unsur
hara seperti N dan P dan mikrob yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Bakteri tanah yang dapat bersimbiosis degan leguminosa seperti Rhizobium atau
bersimbiosis dengan tanaman non leguminosa seperti Frankia pada tanah masam
sering dijumpai. Bakteri tanah yang lain seperti azotobakter (A.Chroococcum )
yang dapat berasosiasia dengan akar tanaman hanya dapat hidup apabila suasana
larutan tanah netral hingga basa.
Mikrob tanah lain yang bermanfaat bagi tanaman dapat terpengaruh
pertumbuhannya bila berada pada suasana masam adalah mikoriza. Mikoriza
adalah jamur yang dapat melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang
tersedia bagi tanaman. Sebaliknya bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya
tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap
fosfat sehingga tanaman pada tanah basa seringkali mengalami defisiesi P.
Umumnya defesiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe terjadi
pada pH di bawah 6,5. Sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defesiensi P,
B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg, juga terjadi keracunan B dan Mo.
10
Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan unsur esensial bagi semua bentuk kehidupan karena
nitrogen merupakan penyusun utama asam amino yang digunakan untuk sintesis
peptida dan protein, serta sebagai komponen biologi seperti khitin dan
mukopeptida (Handayanto E dan Hairiah K, 2007). Nitrogen merupakan salah
satu unsur yang paling luas penyebarannya di alam. Nitrogen di atmosfer terdapat
sekitar 3,8 x 1015
ton N2-monokuler, sedangkan pada lithosfer terdapat 4,74
kalinya (Hanafiah, 2004). Hanafiah juga menjelaskan bahwa kadar N netto dalam
tanah merupakan selisih tambahan lewat fiksasi kimia atau biologis dan pupuk N
dikurangi kehilangan lewat imobilisasai tanaman, volatilisasi selama mineralisasi
N, denitrifikasi N-nitrat, dan pelindian N-mineral.
Nitrogen di dalam tanah biasanya dibagi kedalam dua bentuk yaitu bentuk
Nitrogen tersedia (N-tersedia) dan bentuk Nitrogen total (N-total). Nitrogen
tersedia merupakan bentuk N di dalam tanah yang dapat digunakan atau diserap
langsung oleh tanaman dan mikroba. Unsur N dalam bentuk tersedia dalam tanah
ini berada dalam bentuk senyawa Amonium (NH4
+
) dan Nitrat (NO3
-
). Nitrogen
total adalah jumlah keseluruhan nitrogen yang ada di dalam tanah, baik yang
tersedia bagi tanaman maupun yang tidak tersedia bagi tanaman.
Lebih dari 99% N terdapat dalam bentuk organik, hanya 2 sampai 4%nya
saja yang dimineralisasikan menjadi N-anorganik (NH3) (amonifikasi) oleh
berbagai mikroba heterotrof, kemudian sebagiannya mengalami nitrifikasi.
Sebagian besar amoniak ini segera berubah menjadi NH4
+
akibat adanya proses
ikatan elektron yang kuat dengan ion-ion H+
. Ion amonium tersedia bagi tanaman
11
dan dapat terikat pada permukaan koloidal tanah yang bermuatan negatif atau
bertukar kedudukan dengan ion K+
.
Nitrifikasi sangat terhambat pada kondisi tergenang, misalkan pada tanah
sawah dan rawa. Pada tanah tergenang bentuk ammonium stabil dan langsung
dapat diserap oleh tanaman air seperti padi (Soerjandono, et al. 2004). Nitrogen
cepat dalam memberikan efek pada pertumbuhan tanaman dan memberikan warna
hijau pada daun. Tanaman yang kurang memperoleh nitrogen, pertumbuhannya
terhambat (kerdil) dan sistem perakarannya terbatas. Ciri lain tanaman yang
kekurangan nitrogen yaitu dapat dilihat dari daunnya yang menguning dan cepat
mengalami kerontokan daun.
Efek yang langsung tampak pada tanaman setelah pemberian pupuk
nitrogen, membuat banyak orang beranggapan bahwa semakin banyak pemberian
pupuk nitrogen pada tanaman akan memberikan hasil yang lebih baik. Anggapan
ini sangat merugikan, karena selain harga pupuk nitrogen mahal, pemberian
pupuk nitrogen yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk bagi
tanaman dan lingkungan. Sebagian besar pupuk nitrogen mudah hilang dari tanah,
baik akibat pencucian maupun penguapan, dan hanya sebagian kecilnya yang
diserap tanaman. Menurut Herlinawati et al, 1989, kebanyakan pemberian
nitrogen dapat mengakibatkan dampak yang sangat merugikan, antara lain:
1. Nitrogen dapat memperlambat pematangan dengan membantu
pertumbuhan vegetatif, mengakibatkan buah tetap hijau walaupun masa
matang sudah tiba.
2. Nitrogen melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman mudah rebah.
12
3. Nitrogen dapat menurunkan kualitas hasil panen, ini nyata terlihat pada
tanaman serealia dan buah-buahan.
4. Nitrogen dalam beberapa hal dapat menyebabkan tanaman mudah
terserang penyakit.
Fosfor (P)
Status fosfor pada tanah mineral. Secara umum kulit bumi mengandung
0,1% P atau setara dengan 2 t P per hektar lahan, tetapi kebanyakan berada dalam
bentuk senyawa apatit terutama fluorapatit Ca10(PO4)6F2 dalam batuan beku dan
bahan induk tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Hanafiah, 2004).
Sumber P dalam tanah berasal dari pelapukan batuan atau bahan induk juga
berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang
mengimobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. P-tersedia dalam tanah relatif
lebih cepat menjadi tidak tersedia dibandingkan unsur N. Hal ini disebabkan oleh:
(1) Terikat oleh kation tanah terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca
dan Mg pada kondisi netral yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan),
atau
(2) Terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe) atau lewat
pertukaran anion terutama dengan OH-
.
Fosfat alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan
sedimen, dimana bahan mineralnya mengandung apatit
(Ca10(PO4CO3)6(FClOH)2). Mineral ini merupakan senyawa karbonat, flour, chlor
atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5 sekitar 15% sampai 30%.
13
Walaupun pembebasan fosfat dari bentuk tidak larut seperti dari batuan fosfat atau
fosfat lain adalah sangat lambat, jumlah fosfat yang terangkut air sungai dan
berakhir di laut adalah sangat besar, sekitar 3,5 juta ton per tahun (Herlinawati et
al., 1989).
Peran fosfor bagi tanaman. Unsur P diambil oleh tanaman dalam bentuk
ion orthofosfat primer dan orthofosfat sekunder (H2PO4
-
dan HPO4
2-
). Proporsi
penyerapan kedua ion ini dipengaruhi oleh pH di sekitar area perakaran tanaman.
Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion orthofosfat primer,
tetapi pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih banyak
diserap oleh tanaman. Bentuk P lain yang diserap tanaman adalah pirofosfat dan
metafosfat, dan P-organik hasil dekomposisi bahan organik seperti fosfolipid,
asam nukleat dan phytin (Hanafiah, 2004).
Sebagai salah satu unsur hara makro, fosfor memiliki banyak peranan dalam
pertumbuhan tanaman. Peranan fosfat bagi tanaman antara lain:
1. Pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin.
2. Pembentukan bunga, buah dan biji.
3. Mempercepat pematangan.
4. Membantu perkembangan akar kususnya akar laterar dan rambut akar.
5. Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah.
6. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur-sayuran dan pakan ternak.
7. Meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit.
8. Membentuk nucleoprotein (DNA dan RNA).
9. Menyimpan dan memindahkan energi (ATP dan ADP).
14
Kandungan fosfor di dalam tanah mineral sangan banyak, tetapi hanya
sebagian kecilnya saja yang berada dalam bentuk tersedian bagi tanaman sehingga
terkadang tanaman mengalami kekurangan hara fosfor. Kekurangan hara fosfor
bagi tanaman dapat memberikan dampak yang merugikan. Gejala tanaman yang
kekurangan fosfor antara lain ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang
terhambat (kerdil) karena terganggunya proses pembelahan sel pada tepi daun,
cabang dan batang terdapat warna merah keugu-unguan selanjutnya tanamana
akan menguning. Dampak lainnya adalah menurunnya produksi tanaman buah-
buahan dan biji-bijian.
Ketersediaan fosfor dalam tanah. Ketersediaan fosfor dikendalikan oleh
mineralisasi dan imobilisasi melalui fraksi organik dan pelarutan serta presipitasi
fosfat dalam bentuk anorganik. Sisa tanaman, hewan dan mikrob yang
dikembalikan kedalam tanah, secara aktif didekomposisikan oleh mikrob.
Kandungan fosfat organik pada lapisan tanah atas (top soil) lebih banyak bila
dibandingkan dengan sub soil. Hal ini disebabkan karena absorbsi akar tanaman
sampai ke sub soil, sedangkan pada top soil terdapat akumulasi dari sisa-sisa
tanaman dan hewan yang telah mati dan mengalami dekomposisi.
15
Sistem Informasi Geografis (SIG)
Defenisi SIG
Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang digunakan
untuk memasukkan, memeriksa, menganalisa, memanipulasi, mengintegrasikan
dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan
bumi (Charter dan Agtrisari, 2002).
Komponen SIG
Secara umum ada lima komponen dalam Sistem Informasi Geografis, yaitu:
(1) Hardware.
Hardware adalah perangkat komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan mengolah data. Kebutuhan perangkat komputer yang
digunakan tergantung pada jenis data SIG itu sendiri. Untuk pengolahan data
yang sederhana, hanya membutuhkan hardware yang kecil. Tetapi jika data
yang diolah meningkat, maka dibutuhkan pula kemampuan hardware yang
lebih tinggi.
(2) Software.
Software merupakan sebuah perangkat lunak berbentuk aplikasi
komputer yang menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan
penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Saat ini
ada banyak aplikasi SIG yang dapat kita gunakan antara lain MapInfo,
ArcGIS, ArcView, ArcInfo dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini,
aplikasi SIG yang digunakan adalah aplikasi ArcGIS dari ESRI versi 9,3.
16
(3) Data.
Data dalam SIG dibagi menjadi dua, yaitu data geographical atau data
spasial dan data atribut atau data aspasial. Data spasial merupakan data yang
berisi tentang lokasi di permukaan bumi dan memiliki koordinat. Sedang data
atribut adalah gambaran data yang terdiri atas informasi yang relevan
terhadap suatu lokasi, seperti ketinggian tempat, kemiringan dan lain-lain.
Sumber data SIG secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu data
peta, data lapangan, dan data pengindraan jauh. Data peta ialah data yang
sudah terekam di dalam sebuah peta kertas atau film selanjutnya dikonversi
menjadi peta digital. Data lapangan diperoleh dari pengukuran langsung di
lapangan. Data lapangan dapat berfungsi sebangai pengecek kebenaran di
lapangan apabila kita telah memiliki data peta. Data pengindraan jauh ialah
data yang berupa hasil foto udara atau radar, atau bisa juga berupa citra dari
satelit.
Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan
kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam
SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu data raster
dan data vektor. Data raster yaitu data yang dihasilkan dari sistem
penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan
sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element).
Ketelitian data ini tergantung dari luas daerah di permukaan bumi yang
diwakili oleh satu pixel. Semakin kecil luas daerah yang diwakili dalam satu
pixel, maka data akan semakin detail. Data raster sangat baik untuk
17
merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis
tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya.
Data vektor yaitu data yang mempresentasikan bentuk permukaan bumi
kedalam bentuk titik, garis dan poligon. Keuntungan utama dari format data
vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fiturtitik, batasan dan garis
lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan
posisi, misalnya pada basis data batas-batas wilayah. Contoh penggunaan
lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur.
Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam
mengakomodasi perubahan gradual.
(4) Metode.
Metode menentukan pegolahan data SIG, karena metode menentukan
keluaran (output) dari data yang diolah. Metode yang diguakan untuk
mengolah data SIG juga tergantung dari tujuan dan kesesuaiannya dengan
aturan dunia nyata.
(5) Manusia.
Sama seperti semua sistem informasi lainnya, teknologi SIG tidak akan
bermanfaat tanpa manusia yang mengerti cara penggunaannya. Pemakai SIG
juga memiliki tingkatan tertentu, dari tingkatan spesialis teknis yang
mendisain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan
SIG untuk membantu pekerjaan mereka sehari-hari.
18
Analisis spasial
Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data
spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem
koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian
penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial)
dan informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan berikut ini:
1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat
geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya
informasi datum dan proyeksi.
2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi aspasial, suatu lokasi yang
memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis
vegetasi, populasi, luasan, kodepos, dan sebagainya.
Analisa spasial dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan
fenomena alam yang sedang terjadi pada suatu wilayah dengan menggunakan
teknik overlay (tumpang-tindih) dan atau dengan pemodelan. Analisa spasial
dapat dilakukan dengan menggunakan operasi aljabar sederhana maupun model
analisa yang kompleks yang akan menghasilkan suatu informasi turunan yang
berguna, misalnya data berupa ketinggian (topografi) akan menghasilkan
informasi turunan berupa kemiringan lahan (slope), aspect dan hillshade yang
berguna untuk analisa hidrologi maupun untuk kajian erosi. Beberapa contoh
aplikasi dari analisa spasial adalah untuk menghitung kerapatan populasi,
identifikasi hubungan spasial yang terjadi pada suatu fenomena, analisa
kesesuaian lahan dan lain-lain (McCoy dan Jhonston, 2001).
19
Interpolasi dan kriging
Proses interpolasi adalah proses mengisi kekosongan data dengan metode
tertentu dari suatu kumpulan data untuk menghasilkan sebaran yang kontinyu.
Interpolasi merupakan metode pendugaan suatu nilai yang belum diketahui
berdasarkan nilai yang yang sudah diketahui. Dalam konteks interpolasi dengan
analisa data spasial, interpolasi digunakan untuk menentukan nilai Z pada cell
yang kosong dengan menggunakan nilai Z pada titik sampel terdekat (Usman, et
al. 2007). Aplikasi yang biasanya menggunakan fungsi interpolasi ini antara lain
adalah membuat DEM (Digital Elevation Model, Model Ketinggian Digital) dari
titik-titik ketinggian yang dimiliki pada suatu area, membuat peta sebaran hujan
dari titik-titik stasiun hujan yang merekam data meteorology.
Nilai Z yang diketahui
Nilai interpolasi
1.51.2
5
1.7
5
1.12
5
1.37
5
1.87
5
1.62
5
21
Gambar 2. Ilustrasi Metode Interpolasi
20
Ada beberapa metode interpolasi yang digunakan dalam SIG, yaitu;
1. Metode kriging,
2. Metode Invers Distance Weighting (IDW),
3. Metode Spline
4. Metode Polygon Theissen, dan
5. Metode Natural Neighbor.
Salah satu metode interpolasi yang sering digunakan adalah metode
Kriging. Kriging adalah metode geostatistik yang digunakan untuk mengestimasi
nilai dari sebuah titik atau blok sebagai kombinasi linier dari nilai contoh yang
terdapat disekitar titik yang akan diestimasi. Bobot kriging diperoleh dari hasil
variansi estimasi minimum dengan memperluas penggunaan semi-variogram.
Estimator kriging dapat diartikan sebagai variabel tidak bias dan penjumlahan dari
keseluruhan bobot adalah satu. Bobot inilah yang dipakai untuk mengestimasi
nilai dari ketebalan, ketinggian, kadar atau variabel lain (Wikipedia Indonesia,
2010).
Menurut Setyadji (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi
pendugaan pada metode kriging ini antara lain banyaknya sampel dan kualitasnya
pada setiap titik data. Pengambilan sampel yang seragam akan menghasilkan
cakupan yang lebih baik dari pada pengambilan sampel secara acak, jarak antar
titik pengambilan sampel dan kontinyuitas spasial dari variabel-variabel yang
terlibat.
21
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dimulai dari
bulan agustus tahun 2010 hingga bulan september tahun 2010. Pengambilan
sampel tanah dan pengamatan lapangan dilakukan di Kelurahan Malawili Distrik
Aimas Kabupaten Sorong Papua Barat. Selanjutnya analisis sampel dan
pengolahan data dilakukan di laboratorium kimia tanah dan laboratorium GIS
Jurusan Tanah Fapertek Unipa.
Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel.
Tabel 1. Bahan dan alat yang digunakan
Jenis
pengamatan
Bahan Alat
Lapangan Air Sekop, cangkul, munsel, meteran,
pisau, bor tanah, GPS
Laboratorium Air, NaOH, H2SO4 dan
bahan lain untuk analisis
kimia tanah; data hasil
analisis kimia tanah, data
lain yang mendukung.
Timbangan, pengayak, pemanas,
pH-meter, spektrofotometer dan
peralatan lain untuk analisis kimia;
perangkat komputer dengan
software ArcGIS.
22
Gambar 3. Lokasi Pengambilan Titik Sampel
23
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey
lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan langsung dari pengamatan di
lapangan dan dari hasil analisis sampel di laboratorium, sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi terkait.
Penentuan klasifikasi dan satuan peta tanah, berdasarkan pengelompokan
sifat-sifat dan morfologi tanah, dikelompokkan dari tingkat ordo hingga tingkat
sub-ordo bertdasarkan Soil Taxonomy USDA dengan menggunakan acuan dari
Keys To Soil Taxonomy USDA (1999). Sampel kemudian diambil berdasarkan
satuan peta tanah tersebut untuk kemudian dianalisis di Laboratorium untuk
mengetahui kadar pH, konsentasi N-total dan konsentrasi P-tersedianya.
Pelaksanaan Penelitian
Penentuan lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan
bentuk lahannya (land form), vegetasi di atasnya dan pengelolaannya, sedangkan
untuk megetahui batas penyebaran jenis tanahnya ditetapkan dengan melakukan
pengeboran pada suatu area. Ini untuk mengetahui apakah dalam satu area hanya
terdapat satu jenis tanah atau terdapat beberapa jenis tanah.
Pembuatan profil. Profil tanah dibuat untuk mengetahui sifat-sifat
morfologi tanah secara lengkap, karena sisi penampang tanah dapat terlihat
dengan jelas. Pembuatan penampang tanah sedapat mungkin dilakukan pada
tempat yang tanahnya masih alami. Profil dibuat berdasarkan penyebaran satuan
tanah pada area pengamatan. Profil dibuat dengan ukuran 1,5m x 1m x 2m atau
24
apabila terdapat lapisan keras memadat, lapisan bebatuan atau permukaan air
dangkal, maka penggalian dihentikan.
Pengambilan Sampel Tanah. Sampel tanah untuk analisis sifat kimia dan
fisik (tekstur) diambil pada lapisan olah dengan kedalaman sekitar 0-20 cm
menggunakan bor tanah.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
sistem grid pada lahan pertanian tersebut. Jarak antar titik pengambilan sampel
adalah sekitar 290 sampai 300 meter. Contoh tanah tersebut kemudian diberi label
dan dicatat koordinatnya untuk diplotkan pada peta.Sedangkan untuk sifat-sifat
morfologi tanah dapat diamati secara langsung di lapanganan seperti warna tanah,
tekstur, keadaan drainase, konsistensi, bahaya erosi (kelerengan).
Variabel Pengamatan
Variabel utama yang diamati pada penelitian ini adalah:
1. pH (H2O)
Penentuan pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH-meter,yakni dengan
melarutkan tanah lolos ayakan 2mm kedalam air suling dengan perbandingan
tanah dan air 1:2,5.
2. N-total
Adalah untuk mengetahui jumlah Nitrogen keseluruhan dalam tanah.
Penentuan N-total di dalam tanah di Laboratorium ini dilakukan dengan
menggunakan metode Kjehdal.
25
3. P-tersedia
Metode analisis P-tersedia dalam tanah di Laboratorium disesuaikan
berdasarkan hasil dari analisis pH tanah. Untuk tanah dengan pH di atas 5,6
dapat dianalisis dengan menggunakan metode olsen, sedangkan jika pH
tanahnya kurang dari 5,6, maka konsentrasi P-tersedia dalam tanah diukur
dengan menggunakan metode Bray.
Variabel penunjang yang diamati pada penelitian ini adalah:
1. Beberapa sifat morfologi tanah
Dilakukan dengan menbuat profil tanah. Sifat morfologi tanah yang diamati
dari profil yang dibuat antara lain tekstur tanah, struktur, warna, konsistensi,
kelekatan, plastisitasnya dan kedalaman efektifnya. Pembuatan profil tanah
juga bertujuan untuk mengetahui adanya horison penciri tanah dalam
penentuan klasifikasi tanah.
2. Salinitas
Pengukuran salinitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kegaraman dalam
larutan tanah. Total kandungan garam umumnya ditentukan berdasarkan nilai
konduktivitas elektrik air tanah yang dinyatakan dalam mmhos/cm atau ds/m.
Analisis Data
Seluruh sampel tanah yang diambil dari lapanganan dikering anginkan
kemudian digiling/dihaluskan dan diayak dengan pengayak berdiameter 2 mm.
Analisis pH, N-total dan P-tersedia dilakukan di Laboratorium Tanah Fapertek-
Unipa.
26
Data dari hasil analisis N-total dan P-tersedia tanah di laboratorium
kemudian dikelompokkan dalam lima kelas, sedangkan untuk pH tanah
dikelompokkan kedalam enam kelas berdasarkan Petunjuk Teknis Analisi Kimia
tanah, Tanaman, Air dan Pupuk Balai Penelitian Tanah tahun 2005. Kelas N-total
yaitu sangat rendah (<0,1%N), rendah (0,1-0,2%N), sedang (0,21-0,5%N), tinggi
(0,51-0,75%N), sangat tinggi (>0,75%N). Untuk kelas P-tersedia dalam tanah
tergantung dari jenis metode analisis yang digunakan. Sedangkan untuk kelas pH
tanah yaitu sangat masam (<4,5), masam (4,5-5,5), agak masam (5,6-6,5), netral
(6,6-7,5), agak alkali (7,6-8,5) dan alkali (>8,5).
Data dari hasil analisis sampel di Laboratorium kemudian diprediksi
penyebarannya pada lahan pertanian menggunakan perangkat komputer dengan
software ArcGIS 9.3. Metode analisis spasial yang digunakan untuk menduga
sebaran N, P dan pH dengan software ArcGIS 9.3 adalah metode Kriging. Data
hasil interpolasi kemudian di overlay (tumpang tindih) dengan data keruangan
lainnya seperti batas wilayah pertanian dan bentuk lahannya sehingga dihasilkan
sebuah peta.
27
KEADAAN UMUM KELURAHAN MALAWILI
Letak Wilayah
Kelurahan Malawili terletak di Distrik Aimas Kabupaten Sorong Provinsi
Papua Barat. Bagian utara Kelurahan Malawili berbatasan dengan Kelurahan
Klaseman Distrik Sorong Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan
Malawele, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mariai dan di sebelah
timur berbatasan dengan Kelurahan Aimas.
Kelurahan Malawili merupakan pintu gerbang Kabupaten Sorong.
Berjarak lebih kurang 19 km dari Kota Sorong. Wilayah ini dapat diakses
langsung dengan sarana trasportasi darat dengan waktu tempu sekitar 30 menit
kearah selatan dari Kota Sorong.
Iklim
Kabupaten Sorong memiliki iklim tropis yang lembab dan panas.
Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Sorong, suhu udara maksimal Kabupaten Sorong adalah 30,90
C dan suhu
minimal 24,70
C. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 81% sampai 85%.
Berdasarkan catatan tahun 2010, curah hujan rata-rata per bulan sebesar 195,4 mm
dan banyaknya hari hujan rata-rata sebesar 13 hari. Kejadian hujan terbanyak pada
bulan Januari, dengan jumlah hari hujan 27 hari. Intensitas penyinaran matahari
rata-rata adalah 59,0 % dan tekanan udara antara 1.009,6 mB.
28
Jenis Tanah
Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USDA 1999, jenis tanah yang
terdapat pada lokasi penelitian Kelurahan Malawili termasuk dalam ordo
Inceptisols. Tanah tersebut meliputi tanah-tanah yang sering kebanjiran sehingga
masih dianggap muda dan masih belum ada diferensiasi horizon yang nyata, tetapi
telah ada mengalami pelapukan lanjut. Memiliki horizon kambik sebagai horizon
pencirinya. Kelurahan Malawili termasuk daerah dengan rejim kelembaban Udic
karena pada daerah tersebut tidak pernah mengalami kekeringan selama lebih dari
90 hari komulatif dalam setiap tahunnya. Berdasarkan keterangan dari rejim
kelembaban, maka jenis tanahnya termasuk dalam sub-ordo Udepts.
Tanah pada lahan pertanian tersebut memiliki tekstur halus sampai
sedang. Struktur tanahnya subangular blocky (gumpal bersudut) dengan kelekatan
agak lekat dan plastisitas agak plastis. Kedalaman efektif tanah bisa dilihat di
lapangan saat pengamatan profil. Kedalaman efektif pada lahan pertanian tersebut
adalah sedang hingga dalam antara 50cm hingga 150cm.
Kelurahan Malawili merupakan daerah dataran aluvial yang terbentuk dari
akumulasi endapan yang terbawa saat banjir. Sebagai dataran banjir Kelurahan
Malawili memiliki kemiringan kurang dari 3%. Memiliki Drainase buruk hingga
sedang dengan permukaan air tanah berkisar antara 70cm hingga 150cm di bawah
permukaan tanah.
29
Penggunaan Lahan
Lahan pertania yang terdapat di Kelurahan Malawili seluas 2,39 km2
atau
sekitar 239 ha. Lahan pertanian tersebut telah mendapat perhatian khusus dari
pemerintah daerah dengan dikeluarkannya instruksi Bupati Kab. Sorong no.
521.5/470 tanggal 16 maret 2009 yang berisi (1) dilarang memperjual-belikan
lahan-lahan potensial pertanian baik lahan kering maupun lahan basah yang
terdapat di wilayah Kab. Sorong, (2) dilarang mengalih fungsikan lahan-lahan
potensial pertanian yang selama ini diusahakan oleh petani, (3) dilarang
membangun/mendirikan bangunan dalam bentuk apapun diatas lahan-lahan
potensial pertanian, (4) dilarang menelantarkan lahan-lahan potensial pertanian
baik lahan kering maupun lahan basah yang berada di wilayah Kab. Sorong.
Penggunaan lahan di Kelurahan Malawili Diatrik Aimas secara umum
dapat dikelompokkan menjadi tiga. Tiga kelompok penggunaan lahan tersebut
yaitu sebagai area pemukiman masyarakat, lahan budiadaya pertanian dan hutan
alam. Pada lokasi penelitian yaitu pada lahan budidaya pertanian, pemanfaatannya
oleh masyarakat sangat beragam. Pemanfaatan lahan budidaya pertanian tersebut
yaitu sebagai lahan budidaya padi sawah, lahan budidaya tanaman hortikultura,
lahan penggembalaan ternak dan perkebunan.
Tanaman yang diusahakan pada lahan budidaya padi sawah ialah tanaman
padi. Varietas yang digunakan ialah varietas lokal dengan pemupukan intensif.
Pada lahan budidaya tanaman hortikultura tanaman yang diusahakan sangat
beragam. Tanaman yang diusahakan tersebut antara lain kacang panjang, tomat,
cabe, kubis, terung, sawi, jagung, kemangi dan ubi kayu. Sedangkan tanaman
30
yang diusahakan pada lahan perkebunan yaitu pohon jati dan tanaman jeruk.
Selain tanaman tersebut diatas masih ada tanaman lain yang terdapat di lahan
pertanian tersebut yang sengaja ditanam sebagai tanaman pelindung seperti pohon
rambutan, mangaa, waru, randu dan pisang.
31
Gambar 4. Penggunaan Lahan Pertanian Kel. Malawili
31
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ringkasan Statistik Nilai pH, konsentrasi N- Total dan P-Tersedia
Rata-rata nilai pH, N- Total dan P-Tersedia pada semua titik pengambilan
sampel disajikan pada Tabel 2. Untuk nilai pH, N-total dan P-tersedia dari setiap
lokasi pengambilan titik sample disajikan pada lampiran. Berdasarkan data pada
Tabel 2, terlihat bahwa lahan pertanian di Kelurahan Malawili memiliki nilai pH-
tanah masam hingga agak masam, tetapi hanya pada dua lokasi penganbilan titik
sampel yang memiliki pH agak masam sedangkan sisanya memiliki nilai pH
masam. Nilai rata-rata pH-tanahnya yaitu 5,2 dengan nilai pH-tanah terendah 4,7
dan nilai tertingginya 6,0. Koefisien Keragaman pH-tanah pada lahan pertanian
tersebut tergolong sangat rendah. Ini diketahui dari hasi analisis statistik yang
menunjukkan bahwa nilai koefesien keragaman pH-tanah adalah 7,29%.
Keragaman nilai pH yang rendah pada lahan pertanian tersebut kemungkinan
disebabkan karena bentuk lahan pada lahan pertanian tersebut yang datar dan
seragam.
Nilai pH tanah yang cenderung masam tersebut juga dipengaruhi oleh
kadar garam yang cukup rendah pada lahan pertanian tersebut sehingga
menyebabkan salinitasnya juga rendah. Hal ini diketahui dari hasil pengukuran
salinitas di Laboratorium (lampiran 4) yang menunjukkan bahwa tanah lahan
pertanian di Kelurahan Malawili seluruhnya memiliki salinitas yang sangat
rendah. Salinitas tanah dipengaruhi oleh kejenuhan Na dalan larutan tanah.
32
Semakin tinggi konsentrasinya menyebabkan rusaknya struktur tanah dan
meningkatkan nilai pH tanah hingga mencapai pH 10 (Hanafiah, 2004).
Tanah salin dapat direklamasi dengan proses pencucian garam dari zone
perakaran dengan menggunakan air yang berkualitas baik (Winarso, 2005).
Pencucian garam juga diperkirakan terjadi pada lahan pertanian di Kelurahan
Malawili yang merupakan dataran banjir. Kelebihan Na tercuci oleh air banjir dan
hilang dari zona perakaran lahan pertanian tersebut. Karena pencucian yang terus
menerus menyebabkan kadar garam pada lahan pertanian tersebut sangat rendah
dan menyebabkan nilai pH tanahnya juga menurun.
Tabel 2. Hasil analisis statistik nilai pH, konssentrasi N-total dan P-tersedia.
Varaibel
Pengamatan
(n=35)
Mean Median
Standar
Deviasi
Kurtosis Skew Min Max CV (%)
pH (H2O) 5,2 5,10 0,27 2,82 1,35 4,7 6,0 7,29%
N-total (%) 0,24 0,20 0,12 4,24 2,11 0,09 0,62 1,41%
P-tersedia
(ppm)
23,24 12,04 28,98 3,03 1,96 1,63 113,67 81,63%
Keterangan: Skew = Skewness; Min= Mininum; Max= Maximum; CV= koefesien
keragaman (KK).
Dari hasil analisis statistik pada tabel 2, diketahui bahwa konsentrasi N-
total pada lahan pertanian Kelurahan Malawili berada pada kisaran sangat rendah
hingga tinggi, tetapi sebagian besarnya berada pada kisaran rendah hingga sedang.
Rata-rata nilai N-total pada lahan pertanian tersebut adalah 0,24%. Nilai
terendahnya 0,09% dan nilai tertingginya adalah 0,62%. Konsentrasi N-total pada
lahan pertanian tersebut juga memiliki koefesien keragaman yang sangat rendah.
33
Ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik yang menunjukkan nilai koefesien
keragaman N-total yaitu 1,41%. Nilai koefesien keragaman yang rendah tersebut
dapat disebabkan oleh sifat unsur N itu sendiri yang sangat mobil. Sifat N yang
mobil ini yang menyebabkan jumlahnya di dalam tanah sangat mudah berubah.
Konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian tersebut berada pada kisaran
sangat rendah hingga sangat tinggi. Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata
konsentrasi P-tersedia adalah 23,24 ppm. Nilai konsentrasi terendahnya adalah
1,63 ppm dan konsentrasi tertingginya adalah 113,67 ppm. Dari ketiga variabel
pengamatan, nailai P-tersedia yang memiliki keragaman paling tinggi yaitu
81,63%. Nilai koefisien keragaman P-tersedia yang sangat tinggi (81,63%)
menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia di lahan pertanian di Kelurahan
Malawili tersebut sangat bervariasi.
Nilai koefesien keragaman dari nilai P-tersedia yang cukup tinggi ini
kemungkinan disebabkan oleh pola penggunaan dan pengolahan lahan oleh petani
yang beragam. Diantaranya sangat beragamnya tanaman yang diusahakan
sehingga menyebabkan kegiatan pemupukan intensif yang dilakukan oleh petani
setempat tidak sama satu dengan yang lainnya. Selain itu, nilai KK P-tersdia yang
tinggi pada lahan pertanian tersebut juga dipengarugi oleh sifat dasar tanah pada
lahan pertanian itu sendiri. Tanah-tanah muda (termasuk Inceptisols) dengan
curah hujan rendah hingga sedang dengan sedikit run off, memiliki kandungan P
yang cukup tinggi dibandingkan pada tanah-tanah yang telah mengalami proses
pelapukan lanjut (Winarso, 2005).
34
Penyebaran Spasial pH, N-Total dan P-Tersedia
Nilia-nilai hasil analisis Laboratorium kemudian diolah menggunakan komputer
dengan software ArcGIS 9.3. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan
pendugaan penyebaran spasialnya. Data tersebut diinterpolasi dengan
menggunakan metode kriging. Hasil dari interpolasi tersebut disajikan kedalam
bentuk peta pada gambar 5, gambar 6 dan gambar 7.
Dari gambar 5, terlihat bahwa sebagian lahan pertanian memiliki nilai pH
yang rendah hingga mendekati nilai terendahnya yaitu 4,7. Hanya sedikit di
bagian barat dan timur dari lahan pertanian tersebut yang memiliki nilai pH
mendekati 6,0 hingga 6,0. Keadaan tanah yang cenderung masam ini dipengaruhi
oleh curah hujan yang cukup tinggi di daerah tersebut. Curah hujan yang tinggi
menyebabkan terjadinya pencucian kation basa dan memperkecil kejenuhan basa
sehingga menyebabkan kompleks jerapan tanah diisi oleh ion H+
dan Al3+
.
Keadaan drainase yang kurang baik juga berpengaruh terhadap
kemasaman tanah pada lahan pertanian tersebut. Keadaan drainase yang kurang
baik tersebut karena sebagian besar lahan tersebut merupakan lahan bekas rawa
disamping karena sistim saluran drainase pada lahan tersebut memang kurang
baik. Pada kondisi air hujan menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang
cukup lama sehingga proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari hewan
dan tumbuhan tidak berjalan sempurna dan mengakibatkan peningkatan jumlah
asam-asam organik yang menyebabkan reaksi tanah menjadi masam.
35
Gambar 5. Peta penyebaran pH tanah pada lahan pertanian Kelurahan Malawili.
36
Pada gambar 6, dapat dilihat bahwa sebaran konsentrasi N-total lebih tinggi
berada pada bagian selatan dari lahan pertanian tersebut. Semakin kearah utara
konsentrasi N-totalnya semakin rendah. Konsentrasi N-total yang lebih tinggi
pada bagian selatan dari lahan pertanian tersebut dikarenakan pada daerah ini
berbatasan langsung dengan lahan gambut dan area hutan sagu. Karena tepat
berbatasan dengan wilayah yang banyak terdapat kandungan bahan organiknya,
sehingga menyebabkan nilai konsentrasi N-total pada daerah ini lebih tinggi
dibanding dengan area lainnya. Selain itu, pada lahan yang di usahakan sebagai
lahan budidaya padi sawah tersebut juga telah menerapkan sistem pemupukan
yang intensif sehingga dapat meningkatkan konsentrasi nitrogen dalam tanahnya.
Konsentrasi N-total yang lebih tinggi terdapat pada daerah yang
dimanfaatkan sebagai lahan budidaya padi sawah dibandingkan pada daerah yang
dibudidayakan sebagai pertanian lahan kering. Ketersediaan N pada keadaan
tergenang lebih tinggi dibanding pada keadaan tidak tergenang dan meningkat
dengan makin tingginya kadar nitrogen, pH dan suhu tanah. Nitrogen merupakan
hara yang tidak stabil pada tanah tergenang karena adanya proses mineralisasi
bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikrob tanah
tertentu (Setyorini, et al. 2009).
37
Gambar 6. Peta penyebaran N-total pada lahan pertanian Kelurahan Malawili.
38
Konsentrasi nitrogen yang tinggi pada tanah sawah selain diperoleh dari
pemupukan, juga hasil dari penambatan nitrogen dari udara oleh mikrob anaerob.
Mikrob utama yang menambat N dari udara adalah ganggang biru hijau, paku air
dan azolla yang berasosiasi dengan ganggang biru hijau, bakteri penambat
nitrogen disekitar perakaran dan bakteri simbiotik pada tanah aerobik.
Peta pada gambar 7 merupakan hasil interpolasi nilai P-tersedia pada lahan
pertanian tersebut. Pada gambar terlihat bahwa konsentrasi P-tersedia pada area
pertanian di sebelah timur hingga selatan berada pada kisaran sedang hingga
tinggi. Sedangkan pada area di sebelah barat hingga utara, konsentrasi P-
tersedianya berada pada kisaran rendah hingga sedang.
39
Gambar 7. Peta penyebaran P-tersedia pada lahan Kelurahan Malawili.
40
Seperti nilai pH dan konsentrasi N-total, konsentrasi P-tersedia juga lebih
tinggi pada daerah yang diusahakan untuk budidaya padi sawah. Konsentrasi P-
tersedian yang lebih tinggi pada daerah persawahan dikarenakan kegiatan
penggenangan pada sistim budidaya padi sawah tersebut (Sanchez, 1993).
Ketersediaan fosfat meningkat setelah dilakukannya penggenangan, terutama
karena reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat. Selain itu, pada proses
penggenangan juga terjadi peningkatan fosfat dari hasil hidrolisi aluminium fosfat
dan larutan kalsium fosfat (Setyorini, et al. 2009). Konsentrasi P-tersedia yang
tinggi pada area sebelah selatan juga dipengaruhi oleh lokasinya yang lebih dekat
dengan wilayah hutan sagu dan rawa, dimana terdapat banyak sekali kandungan
bahan organik didalam tanahnya.
Analisis Semivariogram Dari Nilai pH, N-Total dan P-Tersedia
Nilai yang telah didapat dari hasil analisi sampel di Laboratorium
kemudian dianalisis penyebaran spasialnya dengan menggunakan teknik
goestatistik. Hasil analisis spasial dan geostatistik yang disajikan sebagai model
semivariogram dari nilai pH tanah, N-total dan P-tersedia. Analisis semivariogram
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 3. Hasil analisis semivariance
Variabel
Nugget
(C0)
Sill
(C=C0+C1)
Relative
nugget effect
(C0/C)
Spatial
Dependence
(C1/C)
Range
(m)
Model
pH 0 0 0 0 465 Spherical
N-total 0,14 0,03 4,67 -3,67 2361,17 Spherical
P-trsedia 1,15 0,18 6,37 -5,39 2361,17 Spherical
41
Model yang digunakan untuk semua variabel adalah model bentuk
spherical. Range untuk pH tanah adalah 465m, sedangkan untuk konsentrasi N-
total dan P-tersedia adalah 2361,17m. Nilai nugget dari pH tanah adalah 0. Nilai
nugget menunjukkan keragaman yang terjadi pada jarak yang lebih kecil dari
jarak pengambilan sampel. Atau dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai
nugget maka akan semakin rendah pula nilai keragamannya (Pute, 2008).
Diketahui bahwa nilai nugget pH tanah adalah 0. Dengan demikian maka nilai
keragaman spasial pH tanah pada lahan petanian tersebut sangat rendah.
Pada variabel N-total, nilai nuggetnya 0,01 pada jarak 2361,17m. Ini
menunjukkan bahwa keragaman konsentrasi N-total pada jarak tersebut sangat
rendah. Hal ini juga sesuai dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan
rendahnya nilai koefesien keraganan dari konsentrasi N-total yaitu 1,41%.
Pada variabel P-tersedia, nilai nuggetnya 1,15 pada jarak 2361,17m. dari
data tersebut dapat diketahui bahwa pada jarak yang sama, konsentrasi P-tersedia
memiliki keragaman yang lebih tinggi dari pada keragaman konsentrasi N-total.
Tingginya keragaman konsentrasi P-tersedia sesuai dengan hasil analisis statistik
yang menunjukkan nilai koefesien keragaman P-tersedia adalah 81,63%.
Selanjutnya dari tabel semivariogram diatas kemudian dibuat kedalam
grafik simivariogram dari nilai pH tanah, N-total dan P-tersedia yang disajikan
pada gambar 2.
42
(a) (b)
(c)
Gambar 8. Grafik semivariogram (a) pH; (b) N-total; (c) P-tersedia.
Hubungan Reaksi Tanah (pH) Dengan Konsentrasi N dan P Dalam Tanah
Secara teori konsentrasi N-total dan P-tersedia dalam tanah meningkat
dengan meningkatnya nilai pH tanah. Hal ini dikarenakan pada tanah dengan pH
rendah (masam) hara cenderung berada dalam keadaan tidak tersedia bagi
tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3
-
dan NH4
+
. Namun ion
mana yang diserap dulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7,
maka ion NH4
+
yang lebih cepat diserap. Sedangkan bila kondisi larutan tanah
mempunyai pH dibawah 7, maka ion yang cepat diserap adalah NO3
-
. Hal ini
disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH-
sehingga bersaing
Semivariance
Semivariance
Semivariance
43
dengan ion NO3
-
yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada pH
rendah dengan larutan tanah bersifat masam banyak terdapat ion H+
yang akan
bersaing dengan NH4
+
yang samam-sama memiliki muatan positif, sehingga
peluang peluang ion NO3
-
lebih besar untuk diserap.
Daerah yang dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah dengan proses
penggenangan, akan menaikkan pH tanahnya. Hara N dan P akan menjadi mudah
tersedia dengan naiknya pH tanah tersebut. Pada pH masam, hara P cenderung
berikatan dengan besi dan aluminium sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hara
N juga lebih bersifat tidak tersedia bagi tanaman pada keadaan tanah masam.
Data yang didapat dari hasil analisis di Laboratorium kemudian digunakan
sebagai bahan analisis korelasi. Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan pH
tanah dengan jumlah konsentrasi N-total dan P-tersedia di dalam tanah. Dua
variabel dikatakan memiliki hubungan korelasi yang semakin erat jika nilainya
mendekati 1 (positif) atau -1 (negatif) (Coakes dan Steed, 2003). Hasil analisis
korelasi disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4. Korelasi nilai pH-tanah dengan konsentrasi N-total dan P-tersedia
Variabel
(n=35)
pH H2O N-Total P-Tersedia
pH H2O 1
N-Total -0,088 1
P-Tersedia 0,052 0,053 1
Dari tabel hubungan korelasi di atas dapat diketahui bahwa terdapat
hubungan korelasi negatif antara nilai pH-tanah dengan konsentrasi N-total pada
lahan pertanian Kelurahan Malawili. Ini ditunjukkan dengan nilai korelasinya
yaitu -0,088. Hal ini berarti antara nilai pH tanah dengan konsentrasi N-total
44
terjadi hubungan berkebalikan yaitu jika pH tanah naik maka konsentrasi N-total
akan menurun, dan sebaliknya. Hasil yang berbeda terlihat pada uji korelasi antara
pH-tanah dengan konsentrasi P-tersedia. Terjadi hubungan korelasi yang positif
antara pH dengan ketersediaan P dalam tanah pada lahan pertanian tersebut. Ini
ditunjukkan dengan nilai korelasinya yaitu 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa
walaupun lemah, terjadi hubungan positif antara nilai pH tanah dengan
ketersediaan P dalam tanah, yang artinya bahwa jika nilai pH tanah meningkat
hingga batas tertentu, maka konsentrasi P-tersedianya juga akan meningkat.
45
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan mengenai
keadaan lahan pertanian di Kelurahan Malawili yaitu:
1. Lahan pertanian tersebut merupakan daerah dataran banjir dengan
kelerengan <3% dan jenis tanah Udepts.
2. Sebagian besar memiliki pH tanah masam (nilai terendahnya 4,7) dan
hanya sebagian kecilnya yang agak masam (nilai tertingginya 6,0) dan
salainitas sangat rendah. Konsentrasi N-total dalam tanah sebagian besar
berada pada kisaran rendah hingga sedang, hanya sebagian kecilnya yang
bernilai sangat rendah (konsentrasi terendahnya 0,09 %) dan tinggi
(konsentrasi tertingginya 0,61%). Untuk konsentrasi P-tersedia berada
pada kisaran sangat rendah (Konsentrasi terendahnya 1,63 ppm) hingga
sangat tinggi (konsentrasi tertingginya 113,67 ppm).
3. Sebagian besar lahan tersebut memiliki pH yang rendah hingga mendekati
4,7. Hanya sedikit di bagian timur dan tengah barat dari lahan pertanian
tersebut yang memiliki pH agak masam mendekati 6,0. Untuk konsentrasi
N-total dan P-tersedia hanya di bagian selatan dari lahan pertanian tersebut
yang memiliki konsentrasi yang tinggi.
46
Saran
Untuk mendapatkan keterangan yang lebih detail mngenai keadaan hara
pada lahan pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas, perlu dilakukan analisi
yang lebih lengkap. Analisis tersebut dapat berupa analisis unsur makro atau
mikro pada tanah, analisis jaringan tanaman dan analisis biologi tanah.
47
DAFTAR PUSTAKA
Charter, D., Agtrisari, I. 2002. Desain dan Aplikasi Geographics Information
System. Alex Media Koputindo, Jakarta.
Coakes, S. J. dan Steed, L. G. 2003. SPSS: Analysis Without Anguish. Version
11.0 For Windows. Kyodo Printing Co (S’pore) Pte Ltd. Singapore.
Hanafiah, A. K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta.
Handayanto, E. dan Hairiah, K., 2007. Bioogi Tanah Landasan Pengelolaan
Tanah Sehat. Pustaka Adipura, Yogyakarta.
Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit
Akademika Pressindo, Jakarta.
Herlinawati, Hartana, I., Widarti, L., Sugiyarto, Lempang, P., Darwisah, B.,
Irawan, T. B., Prasetyo, H., 1989. Ilmu Tanah I. Laboratorium Tanah dan
Survay Jurusan Perkebunan. Politeknik Pertanian. Universitas Jember.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Interpolasi. (29 April 2010).
http://kafein4u.wordpress.com/2010/02/13/ph-tanah/. (03 November 2010)
http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/. Tentang pH Tanah. Terjemahan dari
http://soil.gsfc.nasa.gov/soil_pH/plant_pH.htm. About Soil pH.
( 3 November 2011)
McCoy, J. dan Jhonston, K. 2001. Using ArcGIS Spatial Analyst. ESRI. United
States of America.
Pemerintah Kabupaten Sorong. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sorong 2008-2028. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah.
Sanchez. P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 2. Institut
Teknologi Bandung, Bandung.
Setyadji, B. 2006. Pemetaan: Prediksi dan Kriging. GD4113-Statistik Spasial.
(E-Book, Download 29 september 2010)
Setyorini, D. dan Abdulrachman, S. 2009. Pengelolaan Hara Mineral
Tanaman Padi. (E-Book, Download 24 maret 2011. Kata kunci:
bbpadi_2009_itkp_05)
48
Soerjandono, N. B. dan Noerizal, 2004. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh
Aplikasi Pupuk N Terhadap Populasi Tiga Jenis Gulma. Buletin Teknik
Pertanian, Vol 9. Nomer 2.
Usman, F., Indarto, Faisol, A., 2007. Tutorial Map Window: Teori dan
Praktek GIS Berbasis Open Source. Andi Offset, Yogyakarta.
Winarso ,S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah.
Gaya media, Yogyakarta.
49
Lampiran 1. Hasil Analisis pH tanah
Titik Nilai pH Kriteria
A1 5,9 Agak masam
A2 5,4 Masam
A3 6,0 Agak masam
A4 5,3 Masam
A5 5,2 Masam
A6 5,2 Masam
A7 5,0 Masam
A8 4,7 Masam
A9 5,1 Masam
A10 5,1 Masam
A11 4,8 Masam
A12 4,8 Masam
A13 4,9 Masam
A14 5,0 Masam
A15 5,2 Masam
A16 5,4 Masam
A17 4,8 Masam
A18 5,0 Masam
A19 5,2 Masam
A20 5,3 Masam
A21 5,0 Masam
A22 5,1 Masam
A23 4,9 Masam
A24 5,1 Masam
A25 5,1 Masam
A26 5,5 Masam
A27 5,4 Masam
A28 5,0 Masam
A29 5,2 Masam
A30 5,2 Masam
A31 5,2 Masam
A32 5,0 Masam
A33 5,1 Masam
A34 5,0 Masam
A35 5,0 Masam
50
Lampiran 2. Hasil Analisis N-Total
Titik Nilai N-total (%) Kelas N dalam tanah
A1 0,24 SEDANG
A2 0,22 SEDANG
A3 0,23 SEDANG
A4 0,32 SEDANG
A5 0,18 RENDAH
A6 0,20 SEDANG
A7 0,25 SEDANG
A8 0,36 SEDANG
A9 0,28 SEDANG
A10 0,15 RENDAH
A11 0,09 SANGAT RENDAH
A12 0,17 RENDAH
A13 0,20 SEDANG
A14 0,17 RENDAH
A15 0,20 SEDANG
A16 0,22 SEDANG
A17 0,19 RENDAH
A18 0,15 RENDAH
A19 0,20 RENDAH
A20 0,20 RENDAH
A21 0,20 RENDAH
A22 0,21 SEDANG
A23 0,34 SEDANG
A24 0,16 RENDAH
A25 0,21 SEDANG
A26 0,12 RENDAH
A27 0,14 RENDAH
A28 0,55 TINGGI
A29 0,62 TINGGI
A30 0,19 RENDAH
A31 0,18 RENDAH
A32 0,57 TINGGI
A33 0,19 RENDAH
A34 0,22 SEDANG
A35 0,21 SEDANG
51
Lampiran 3. Hasil Analisis P-Tersedia
Titik Nilai P-tersedia Kriteria nilai P-tersedia
A1 12,35 TINGGI
A2 9,49 SEDANG
A3 23,88 SANGAT TINGGI
A4 36,63 SANGAT TINGGI
A5 2,86 SANGAT RENDAH
A6 20,82 SANGAT TINGGI
A7 8,67 SEDANG
A8 2,14 SANGAT RENDAH
A9 3,27 SANGAT RENDAH
A10 18,88 SANGAT TINGGI
A11 1,63 SANGAT RENDAH
A12 38,37 SANGAT TINGGI
A13 26,94 SANGAT TINGGI
A14 20,82 SANGAT TINGGI
A15 12,04 TINGGI
A16 16,74 SANGAT TINGGI
A17 11,12 TINGGI
A18 7,35 SEDANG
A19 5,10 RENDAH
A20 14,59 TINGGI
A21 5,61 RENDAH
A22 18,16 SANGAT TINGGI
A23 71,63 SANGAT TINGGI
A24 7,25 SEDANG
A25 4,18 RENDAH
A26 7,04 SEDANG
A27 76,94 SANGAT TINGGI
A28 77,76 SANGAT TINGGI
A29 2,76 SANGAT RENDAH
A30 100,41 SANGAT TINGGI
A31 113,67 SANGAT TINGGI
A32 9,59 SEDANG
A33 14,49 TINGGI
A34 3,27 SANGAT RENDAH
A35 6,84 RENDAH
52
Lampiran 4. Hasil Pengukuran Salinitas Tanah
Titik EC (ds/m) Kriteria
A1 0,165 SANGAT RENDAH
A2 0,16 SANGAT RENDAH
A3 0,07 SANGAT RENDAH
A4 0,17 SANGAT RENDAH
A5 0,092 SANGAT RENDAH
A6 0,12 SANGAT RENDAH
A7 0,16 SANGAT RENDAH
A8 0,16 SANGAT RENDAH
A9 0,155 SANGAT RENDAH
A10 0,089 SANGAT RENDAH
A11 0,145 SANGAT RENDAH
A12 0,13 SANGAT RENDAH
A13 0,14 SANGAT RENDAH
A14 0,1 SANGAT RENDAH
A15 0,14 SANGAT RENDAH
A16 0,09 SANGAT RENDAH
A17 0,075 SANGAT RENDAH
A18 0,12 SANGAT RENDAH
A19 0,08 SANGAT RENDAH
A20 0,135 SANGAT RENDAH
A21 0,09 SANGAT RENDAH
A22 0,125 SANGAT RENDAH
A23 0,16 SANGAT RENDAH
A24 0,08 SANGAT RENDAH
A25 0,1 SANGAT RENDAH
A26 0,08 SANGAT RENDAH
A27 0,09 SANGAT RENDAH
A28 0,15 SANGAT RENDAH
A29 0,17 SANGAT RENDAH
A30 0,125 SANGAT RENDAH
A31 0,15 SANGAT RENDAH
A32 0,16 SANGAT RENDAH
A33 0,13 SANGAT RENDAH
A34 0,14 SANGAT RENDAH
A35 0,15 SANGAT RENDAH
53
Lampiran 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah
Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
________________________________________________________________________
C -Organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00
Nitrogen (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75
C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25
P2O5 HCl (mg/100g) < 15 15 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
P2O5 Bray-1 (ppm) < 4 5 - 7 8 - 10 11 - 15 >15
P2O5 Olsen (ppm) <5 5 - 10 11 - 15 16 - 20 >20
K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60
KTK (me/100g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40
Susunan Kation :
K (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0
Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0
Mg (me/100g) < 0,3 0,4-1,0 1,1-2 ,0 2,1-8,0 > 8,0
Ca (me/100g) <2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20
Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 40 41 - 60 61 - 80 >80
Aluminium (%) <5 5 - 10 11 - 20 21 - 40 >40
Salinitas/DHL (ds m-1
) < 1 1 – 2 2 – 3 3 – 4 > 4
_________________________________________________________________________
Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis
masam masam alkalis
_________________________________________________________________________
pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5
_________________________________________________________________________
Sumber : Petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Balai
Penelitian Tanah. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Tahun 2005.

Weitere ähnliche Inhalte

Ähnlich wie PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS

Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
IMPALA UB
 

Ähnlich wie PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS (20)

Kaver kti akbid
Kaver kti akbidKaver kti akbid
Kaver kti akbid
 
Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaeman
 
Skripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaemanSkripsi ld syawal sulaeman
Skripsi ld syawal sulaeman
 
Cv anju nofarof hasudungan
Cv anju nofarof hasudunganCv anju nofarof hasudungan
Cv anju nofarof hasudungan
 
Skripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdfSkripsi 1-2.pdf
Skripsi 1-2.pdf
 
pengamatan metode ilmiah
pengamatan metode ilmiahpengamatan metode ilmiah
pengamatan metode ilmiah
 
Contoh LAPORAN Widyawisata SMP
Contoh LAPORAN Widyawisata SMPContoh LAPORAN Widyawisata SMP
Contoh LAPORAN Widyawisata SMP
 
Uswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanahUswaton%20 khasanah
Uswaton%20 khasanah
 
PROGRAM KECEMERLANGAN SMK PUTERA 2023-1 (2).docx
PROGRAM KECEMERLANGAN SMK PUTERA 2023-1 (2).docxPROGRAM KECEMERLANGAN SMK PUTERA 2023-1 (2).docx
PROGRAM KECEMERLANGAN SMK PUTERA 2023-1 (2).docx
 
Penelitian kebahasaan Fransiskus
Penelitian kebahasaan FransiskusPenelitian kebahasaan Fransiskus
Penelitian kebahasaan Fransiskus
 
Kata pengantar ok
Kata pengantar okKata pengantar ok
Kata pengantar ok
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATO...
 
Kti mira fadlyawati
Kti mira fadlyawatiKti mira fadlyawati
Kti mira fadlyawati
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
ASAL USULSLANK DI DUNIA
ASAL USULSLANK DI DUNIAASAL USULSLANK DI DUNIA
ASAL USULSLANK DI DUNIA
 
Kti ratma ningsih
Kti ratma ningsihKti ratma ningsih
Kti ratma ningsih
 
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
FAKTOR RISIKO PENYEBAB ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG TERATAI RSUD KABUPATEN MU...
 
25 vandra junizar putra
25 vandra junizar putra25 vandra junizar putra
25 vandra junizar putra
 

PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS

  • 1. i PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS Oleh Arif Yudo Krisdianto 2006 22 002 JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2011
  • 2. ii PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS Oleh Arif Yudo Krisdianto 2006 22 002 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua JURUSAN TANAH FAKULTAS PERTANIAN DAN TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS NEGERI PAPUA MANOKWARI 2011
  • 3. iii SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS” adalah karya sendiri dan balum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam tubuh tulisan dan dicantumkan dalam daftar pustaka pada bagian akhir skripsi ini. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa terdapat hal yang tidak sesuai dengan yang saya nyatakan, maka saya bersedia menerima pembatalan karya ilmiah ini dan pencabutan gelar sarjana. Manokwari, 25 Juli 2011 Arif Yudo Krisdianto 2006 22 002
  • 4. iv LEMBAR PENGESAHAN Judul : PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS Nama : Arif Yudo Krisdianto NIM : 200622002 Program Studi : Ilmu Tanah Program Pendidikan : Strata 1 Menyetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Ishak Musaad, MP Pembimbing I Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc Pembimbing II Mengesahkan, Ketua Program Studi Ilmu Tanah Dekan Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Ir. Karyoto S. Amat, MP NIP. 195211111981021002 Ir. J. W. Pattiasina, MS NIP. 195212261980121001 Tanggal lulus : 21 Juli 2011
  • 5. v PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PENYEBARAN SPASIAL pH, N-TOTAL DAN P-TERSEDIA PADA LAHAN PERTANIAN KELURAHAN MALAWILI DISTRIK AIMAS”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Papua. Penulis dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Ishak Musaad, MP selaku pembimbing utama dan Ibu Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc sebagai pembimbing kedua. Untuk itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua pembimbing yang telah membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini. Selain itu penulisan usulan penelelitian ini dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada; 1. Rektor Universitas Negeri Papua, 2. Bapak Ir. J. W. Pattiasina, MS selaku Dekan Fapertek-Unipa, 3. Bapak Ir. Karyoto S. Amat, MP selaku Kajur Tanah Fapertek-Unipa, juga sebagai penasehat akademik penulis, 4. Ibu Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, MSc selaku Kepala Lab. Tanah Fapertek- Unipa, 5. Pak Mashudi, Pak Samsul Bachri, Pak Djoko, Pak Samen Baan, Pak Budianto, Ibu Kati dan seluruh staf dosen Jurusan Tanah Fapertek Unipa.
  • 6. vi 6. Mba’ Siti Hadjar Kubangun, SP, terimakasih untuk semua bantuannya, masukannya, juga terimakasih untuk buah rambutannya, 7. Mas Arif Faisol, S.Tp untuk semua kursus privatnya, 8. Keluarga bapak Suroto,SP juga keluarga bapak Priyo Handoko,SH atas segala bantuannya selama ini, 9. Teman-teman Tanah 2006 (Xaverius Dokirip dan Destina Nababan), semoga cita kita dapat tercapai. Juga kepada teman seangkatan di Fapertek tercinta ini(Alex, Salmon, Rifat, Taria, Ruth, Ardha, dan yang lain) , terima kasih atas segala yang kalian beri. Maaf, hanya sedikit yang bisa Yudo berikan untuk kalian. 10. Anak tanah yang lain, Enos, Lian, Novi, Amos, Desi dan yang lainnya, terima kasih, 11. Teman-teman sepermainan, Panji, Djunet, Budi, Usman, Udin, Ardha, Curtin, Sumirah, Erna, Ramli, Ridwan, Tofiq. Juga teman teman ASNABU, mas Eko, Yulianto, Widianto, Momon, Uri, Rija, semoga kalian tetap labih baik dari CHYNGOWS. 12. Saudara Wanikar Purbo Wantoro dan adiknya yang telah bersedia menemani dalam kegiatan survey lapangan dan pengambilan sampel yang melelahkan. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang terpenting dari semuanya yaitu Bapak Sumardi dan Ibu Suparni yang telah membuat Yudo menjadi seperti ini. Maaf jika masih banyak harapan kalian yang masih belum bisa Yudo laksanakan, semoga itu tidak mengurangi rasa sayang kalian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses
  • 7. vii penelitian ini, yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu, bantuan kalian sangat berarti. Penulis menyadari bahwa di dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu masukan serta saran yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan tulisan ini. Besar harapan penulis semoga tulisan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi pembaca maupun pihak lain yang memerlukannya. Manokwari, Juli 2011 Penulis
  • 8. viii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Sorong Provinsi Papua Barat pada tanggal 18 September 1988. Dilahirkan sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari Ayah bernaman Sumardi dan Ibu bernama Suparni. Penulis menyelesaikan pendidikan dasarnya pada tahun 2000 di SD INPRES 39 Aimas Sorong. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya di SMP N 3 Aimas Sorong dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis menyelesaikan pendidikan di SMA N 1 Aimas Sorong. Pada tahun yang sama, melalui jalur SESAMA penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Negeri Papua pada Jurusan Tanah Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian.
  • 9. ix RINGKASAN ARIF YUDO KRISDIANTO. Penyebaran Spasial pH, N-Total Dan P- Tersedia Pada Lahan Pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas, dibimbing oleh Dr. Ir. Ishak Musaad, MP dan Dr. Ir. Irnanda A. F. Djuuna, M.Sc. Lahan pertanian di Kabupaten Sorong cukup luas. Tetapi informasi mengenai status kesuburannya masih sangat sedikit, khususnya lahan pertanian di Kelurahan Malawili Distrik Aimas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai pH tanah, konsentrasi N-total dan P-tersedia pada lahan pertanian Kelurahan Malawili Kab. Sorong dan penyebaran spasialnya pada lahan pertanian tersebut. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanian Kelurahan Malawili Kabupaten Sorong dan di Laboratorium Tanah Fapertek Unipa yang dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan yaitu pada bulan Agustus hingga September 2010. Menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey lapangan dan analisis laboratorium. Variabel utama yang diamati adalah nilai pH tanah, konsentrasi N- total dan konsentrasi P-tersedia. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa nilai pH tanah pada lahan pertanian tersebut sebagian besar berada pada kisaran masam (pH terendah 4,7) dan hanya sebagian kecilnya yang bernilai agak masam (pH tertinggi 6,0). Konsentrasi N- total sebagian besar berada pada kisaran rendah hingga sedang. Hanya sebagian kecil yang berada pada kisaran sangat rendah (nilai terendah 0,09 %) dan tinggi (nilai tertinggi 0,62%). Konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian tersebut sangat beragam. P-tersedianya berada pada kisaran sangat rendah (nilai terendah 1,63 ppm) hingga sangat tinggi (nilai tertinggi 113,67 ppm). Penyebaran pH
  • 10. x tertinggi hanya sedikit di sebelah timur dari lahan pertanian tersebut. Sedangkan N-total dan P-tersedia, konsentrasi tertingginya berada di sebelah selatan dari lahan pertanian tersebut. Diduga selain bentuk lahan dan jenis tanahnya, pengelolaan dan penggunaan lahan yang yang sangat bervariasi pada lahan pertanian tersebut sehingga mempengaruhi keadaan kesuburan tanahnya.
  • 11. xi DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... viii PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Masalah ............................................................................................................... 4 Tujuan dan Manfaat ............................................................................................ 4 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6 Kesuburan Tanah ................................................................................................ 6 Reaksi (pH) Tanah Mineral.......................................................................... 6 Nitrogen (N)................................................................................................. 9 Fosfor (P) ..................................................................................................... 11 Sistem Informasi Geografis (SIG) ...................................................................... 14 Defenisi SIG................................................................................................. 14 Komponen SIG ............................................................................................ 14 Analisis Spasial............................................................................................ 17 Interpolasi dan Kriging ................................................................................ 18 METODE PENELITIAN.................................................................................... 20 Tempat dan Waktu.............................................................................................. 20 Bahan dan Alat.................................................................................................... 20 Metode................................................................................................................. 22 Pelaksanaan Penelitian........................................................................................ 22 Variabel Pengamatan .......................................................................................... 23 Analisis Data....................................................................................................... 24 KEADAAN UMUM KELURAHAN MALAWILI............................................ 26 Letak Wilayah ..................................................................................................... 26 Iklim.................................................................................................................... 26 Jenis Tanah dan Kedalaman Efektif Tanah......................................................... 27 Penggunaan Lahan .............................................................................................. 27 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................... 31 Ringkasan Statistik Nilai pH, Konsentrasi N-total dan P-tersedia...................... 31 Penyebaran Spasial pH, N-total dan P-tersedia .................................................. 34 Analisis Semivariogram Dari Nilai pH, N-total dan P-tersedia.......................... 40 Hubungan Reaksi Tanah (pH) Dengan Konsentrasi N dan P Dalam Tanah....... 42
  • 12. xii KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 45 Kesimpulan ......................................................................................................... 45 Saran.................................................................................................................... 46 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 47 LAMPIRAN........................................................................................................ 49
  • 13. xiii DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Bahan dan Alat Yang Digunakan.......................................................... 20 Tabel 2. Hasil Analisis Statistik.......................................................................... 32 Tabel 3. Hasil Analisis Semivariance ................................................................. 40 Tabel 4. Korelasi Nilai pH Tanah Dengan Konsentrasi N-total dan P-tersedia.. 43
  • 14. xiv DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Lokasi Penelitian di Distrik Aimas Kab. Sorong .............................. 3 Gambar 2. Ilustrasi Metode Interpolasi............................................................... 18 Gambar 3. Lokasi Pengambilan Titik Sampel .................................................... 21 Gambar 4. Penggunaan Lahan Pertanian Kel. Malawili..................................... 30 Gambar 5. Peta Penyebaran pH Tanah Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili .... 35 Gambar 6. Peta Penyebaran N-total Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili......... 37 Gambar 7. Peta Penyebaran P-tersedia Pada Lahan Pertanian Kel. Malawili .... 39 Gambar 8. Grafik Semivariogram....................................................................... 42
  • 15. xv DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Analisis pH Tanah................................................................. 49 Lampiran 2. Hasil Analisis N-tersedia................................................................ 50 Lampiran 3. Hasil Analisis P-tersedia................................................................. 51 Lampiran 4. Hasil Pengukuran Salinitas Tanah.................................................. 52 Lampiran 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah ......................................... 53
  • 16. 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Unsur hara N dan P merupakan dua dari sembilan hara makro esensial bagi tanaman selain hara C, H, O, K, Ca, Mg dan S. Hara tersebut dikatakan makro esensial, karena dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Biasanya unsur hara makro dibutuhkan oleh tanaman di atas 500ppm dan unsur hara mikro hanya dibutuhkan oleh tanaman sekitar 50ppm (Hanafiah, 2004). Selain harus ada di dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan tanaman, hara dikatakan makro esensial jika tanaman mengalami defesiensi maka hanya dapat diperbaiki dengan unsur tersebut dan unsur ini harus terlibat langsung dalam metabolisme tanaman. Pemupukan nitrogen (N) dan fosfor (P) memegang peranan penting dalam meningkatkan produksi pertanian disamping pemberian pupuk jenis lainnya baik makro maupun mikro. Umumnya pemberian pupuk N dan P oleh petani belum rasional dan berimbang karena belum didasarkan pada potensi status hara tanah dan kebutuhan tanaman. Hal ini mengakibatkan pemberian pupuk tersebut tidak memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan produksi tanaman. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan suatu bahan kedalam tanah guna meningkatkan dan memperbaiki kesuburan tanah (Hardjowigeno, 1987). Penyerapan hara dan peningkatan produksi merupakan tujuan dari kegiatan pemupukan.Efesiensi pemberian pupuk terutama pupuk N umumnya masih sangat rendah. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya karena adanya pencucian, penguapan, perubahan bentuk dari tersedia menjadi tidak tersedia dan
  • 17. 3 juga karena adanya persaingan penggunaan hara dengan gulma (Soerjandono dan Noerizal, 2004). Ketersediaan hara dalam tanah juga ditentukan oleh nilai pH tanahnya. Menurut Hanafiah (2004), pH optimum untuk ketersediaan hara tanah adalah sekitar 7,0, karena pada kisaran ini semua hara makro tersedia secara optimum sedangkan hara mikro tidak optimum kecuali Mo sehingga kemungkinan terjadi keracunan hara mikro kecil. Difesiensi hara nitrogen (N) dan fosfor(P) dapat terjadi pada pH dibawah 6,0 atau diatas 7,5. Setiap luasan tanah memiliki ciri dan sifat yang berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor pembentuknya. Perbedaan itu pula yang menyebabkan kesuburan tanah di setiap lahan berbeda-beda. Informasi mengenai keadaan status kesuburan tanah serta bagaimana pola penyebaran kesuburannya sangat bermanfaat bagi petani atau juga pihak lain dalam pemanfaatan suatu lahan pertanian. Informasi tersebut dapat bermanfaat dalam peningkatan hasil pertanian dan teknik perlakuan suatu lahan agar dapat digunakan secara lestari. Kelurahan Malawili yang berada di Distrik Aimas Kabupaten Sorong merupakan salah satu daerah di Kabupaten Sorong yang memiliki lahan pertanian yang cukup luas.Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong tahun 2009,terdapat sekitar 9.268,7 Ha area pertanian di Distrik Aimas, yang sebagian diantaranya berada di Kelurahan Malawili. Informasi tentang status hara pada lahan pertanian tersebut secara umum masih sangat sedikit sehingga pemanfaatan dan produksi pertanian dari lahan tersebut masih sangat minim.
  • 18. 4 Gambar 1. Lokasi Penelitian Di Distrik Aimas Kab. Sorong
  • 19. 5 Pemanfaatan aplikasi berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) atau yang lebih dikenal Geographical Information System (GIS) saat ini sudah sangat umum. Sistem Informasi Geografis sebagai suatu sitem yang berbasis komputer, selain didukung perkembangan komputer yang pesat, juga mendapat dukungan dari berbagai bidang ilmu terkait seperti ilmu tanah, geografi, pemetaan, teknik sipil dan lainnya. Aplikasi komputer berbasis GIS juga sudah sangat banyak, diantaranya ialah aplikasi ArcGIS. Aplikasi ini dapat digunakan untuk mengolah data keruangan dan menyajikannya kedalam sebuah peta. Pengolahan data keruangan atau yang lebih dikenal dengan analisis spasial dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan fenomena alam yang sedang terjadi pada suatu wilayah dengan menggunakan teknik overlay (tumpang-tindih) data dan atau dengan pemodelan.Teknik tertentu dapat digunakan dalam analisis spasial dapat digunakan untuk mengetahui pola penyebaran spasial status kesuburan lahan pada suatu daerah pertanian. Masalah Dari latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan dua permasalahan dalam usaha pengembangan lahan pertanian di Kelurahan Malawili Distrik Aimas, yaitu: (1) bagaimana status hara N, P juga pH tanah, dan (2) bagaimana penyebaran spasial status hara N, P juga pH tanah pada lahan pertanian tersebut. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelitian ini adalah (1) untuk memperoleh data tentang nilai pH, konsentrasi N-total, konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian di Kelurahan Malawili Distrik Aimas, dan (2) mengetahui penyebaran pH, konsentrasi N dan P
  • 20. 6 pada lahan pertanian tersebut dengan melakukan pendugaan menggunakan aplikasi ArcGIS. Penelitian ini dapat menjadi tambahan informasi mengenai status hara kepada petani maupun pihak lain yang berkepentingan dibidang pertanian, dan juga dapat dijadikan sebagai acuan dalam rekomendasi penambahan pupuk pada lahan pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas.
  • 21. 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesuburan Tanah Reaksi (pH) tanah mineral Reaksi (pH) tanah adalah tingkat kemasaman atau kebasaan suatu benda yang diukur dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat masam mempunyai pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH antara 7 hingga 14. Reaksi (pH) tanah menunjukan derajat kemasaman tanah atau , maka suasana larutan tanah menjadi m lebih banyak dari konsentrasi H+ maka suasana menjadi basa. Bahan induk tanah mempunyai nilai pH yang berbeda-beda tergantung jenis mineral penyusunnya dan derajat pelapukannya. Hal ini menyebabkan tanah- tanah muda yang baru terbentuk memiliki nilai pH yang selaras dengan bahan induknya. Reaksi larutan (pH) tanah adalah suatu parameter penunjuk keaktifan ion H+ dalam suatu larutan tanah (Hanafiah, 2004). Reaksi larutan (pH) tanah secara mudah ditetapkan dengan menggunakan indikator nilai pH tanah, berdasarkan prinsip reaksi air: Penyebab kemasaman tanah ialah ion H+ dan Al3+ yang berada dalam larutan tanah dan kompleks jerapan. Kedua kation ini mempengaruhi kemasaman tanah ionisasi HOH H+ + OH] deionisasi
  • 22. 8 dengan cara yang berbeda. Perbedaan itu terkait dengan sumber dan watak muatan yang menjerap kation-kation itu. Reaksi (pH) larutan tanah sangat penting karena larutan tanah mengandung unsur hara seperti Nitrogen (N), Kalium (K), Fosfor (P), dan unsur lain yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah tertentu untuk tumbuh, berkembang, dan bertahan dari penyakit. Nilai pH tanah dapat digunakan sebagai indikator kesuburan tanah karena nilai pH tanah dapat mencerminkan ketersediaan hara dalam tanah tersebut. Unsur hara dalam tanah tersedia secara optimum bagi tanaman berada pada kisaran pH 7,0. Pada pH ini semua unsur hara makro tersedia secara maksimum sedangkan unsur hara mikro tidak tersedia kecuali Mo, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan unsur hara mikro tertekan (Hanafiah, 2004). Nilai pH tanah yang optimal bagi pertumbuhan kebanyakan tanaman adalah antara 5,6 samapai 7,0. Pada pH yang lebih rendah dari 5.6 pada umumnya pertumbuhan tanaman menjadi terhambat akibat rendahnya ketersediaan unsur hara penting seperti fosfor dan nitrogen. Bila pH lebih rendah dari 4.0 pada umumnya terjadi kenaikan Al3+ dan Fe2+ dalam larutan tanah yang berdampak secara fisik merusak sistem perakaran, terutama akar-akar muda, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Konsentrasi Alumunium (Al) dan Besi (Fe) yang tinggi pada tanah memungkinkan terjadinya ikatan terhadap fosfor dalam bentuk alumunium fosfat atau Fe-fosfat. Fosfor yang terikat oleh alumunium tidak dapat digunakan oleh tanaman. Tanaman yang ditanam pada tanah yang memiliki pH rendah biasanya
  • 23. 9 juga menunjukkan klorosis (peleburan klorofil sehingga daun berwarna pucat) akibat kekurangan nitrogen atau kekurangan magnesium. Nilai kemasaman (pH) tanah rendah memungkinkan terjadinya hambatan terhadap pertumbuhan mikrob yang bermanfaat bagi proses mineralisasi unsur hara seperti N dan P dan mikrob yang berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Bakteri tanah yang dapat bersimbiosis degan leguminosa seperti Rhizobium atau bersimbiosis dengan tanaman non leguminosa seperti Frankia pada tanah masam sering dijumpai. Bakteri tanah yang lain seperti azotobakter (A.Chroococcum ) yang dapat berasosiasia dengan akar tanaman hanya dapat hidup apabila suasana larutan tanah netral hingga basa. Mikrob tanah lain yang bermanfaat bagi tanaman dapat terpengaruh pertumbuhannya bila berada pada suasana masam adalah mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang dapat melarutkan fosfor organik menjadi fosfor inorganik yang tersedia bagi tanaman. Sebaliknya bila tanah bersuasana basa (pH>7.0) biasanya tanah tersebut kandungan kalsiumnya tinggi, sehingga terjadi fiksasi terhadap fosfat sehingga tanaman pada tanah basa seringkali mengalami defisiesi P. Umumnya defesiensi P, Ca dan Mg serta toksisitas B, Mn, Cu, Zn dan Fe terjadi pada pH di bawah 6,5. Sedangkan pada pH di atas 7,5 dapat terjadi defesiensi P, B, Fe, Mn, Cu, Zn, Ca dan Mg, juga terjadi keracunan B dan Mo.
  • 24. 10 Nitrogen (N) Nitrogen merupakan unsur esensial bagi semua bentuk kehidupan karena nitrogen merupakan penyusun utama asam amino yang digunakan untuk sintesis peptida dan protein, serta sebagai komponen biologi seperti khitin dan mukopeptida (Handayanto E dan Hairiah K, 2007). Nitrogen merupakan salah satu unsur yang paling luas penyebarannya di alam. Nitrogen di atmosfer terdapat sekitar 3,8 x 1015 ton N2-monokuler, sedangkan pada lithosfer terdapat 4,74 kalinya (Hanafiah, 2004). Hanafiah juga menjelaskan bahwa kadar N netto dalam tanah merupakan selisih tambahan lewat fiksasi kimia atau biologis dan pupuk N dikurangi kehilangan lewat imobilisasai tanaman, volatilisasi selama mineralisasi N, denitrifikasi N-nitrat, dan pelindian N-mineral. Nitrogen di dalam tanah biasanya dibagi kedalam dua bentuk yaitu bentuk Nitrogen tersedia (N-tersedia) dan bentuk Nitrogen total (N-total). Nitrogen tersedia merupakan bentuk N di dalam tanah yang dapat digunakan atau diserap langsung oleh tanaman dan mikroba. Unsur N dalam bentuk tersedia dalam tanah ini berada dalam bentuk senyawa Amonium (NH4 + ) dan Nitrat (NO3 - ). Nitrogen total adalah jumlah keseluruhan nitrogen yang ada di dalam tanah, baik yang tersedia bagi tanaman maupun yang tidak tersedia bagi tanaman. Lebih dari 99% N terdapat dalam bentuk organik, hanya 2 sampai 4%nya saja yang dimineralisasikan menjadi N-anorganik (NH3) (amonifikasi) oleh berbagai mikroba heterotrof, kemudian sebagiannya mengalami nitrifikasi. Sebagian besar amoniak ini segera berubah menjadi NH4 + akibat adanya proses ikatan elektron yang kuat dengan ion-ion H+ . Ion amonium tersedia bagi tanaman
  • 25. 11 dan dapat terikat pada permukaan koloidal tanah yang bermuatan negatif atau bertukar kedudukan dengan ion K+ . Nitrifikasi sangat terhambat pada kondisi tergenang, misalkan pada tanah sawah dan rawa. Pada tanah tergenang bentuk ammonium stabil dan langsung dapat diserap oleh tanaman air seperti padi (Soerjandono, et al. 2004). Nitrogen cepat dalam memberikan efek pada pertumbuhan tanaman dan memberikan warna hijau pada daun. Tanaman yang kurang memperoleh nitrogen, pertumbuhannya terhambat (kerdil) dan sistem perakarannya terbatas. Ciri lain tanaman yang kekurangan nitrogen yaitu dapat dilihat dari daunnya yang menguning dan cepat mengalami kerontokan daun. Efek yang langsung tampak pada tanaman setelah pemberian pupuk nitrogen, membuat banyak orang beranggapan bahwa semakin banyak pemberian pupuk nitrogen pada tanaman akan memberikan hasil yang lebih baik. Anggapan ini sangat merugikan, karena selain harga pupuk nitrogen mahal, pemberian pupuk nitrogen yang berlebihan akan memberikan dampak yang buruk bagi tanaman dan lingkungan. Sebagian besar pupuk nitrogen mudah hilang dari tanah, baik akibat pencucian maupun penguapan, dan hanya sebagian kecilnya yang diserap tanaman. Menurut Herlinawati et al, 1989, kebanyakan pemberian nitrogen dapat mengakibatkan dampak yang sangat merugikan, antara lain: 1. Nitrogen dapat memperlambat pematangan dengan membantu pertumbuhan vegetatif, mengakibatkan buah tetap hijau walaupun masa matang sudah tiba. 2. Nitrogen melunakkan jerami dan menyebabkan tanaman mudah rebah.
  • 26. 12 3. Nitrogen dapat menurunkan kualitas hasil panen, ini nyata terlihat pada tanaman serealia dan buah-buahan. 4. Nitrogen dalam beberapa hal dapat menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Fosfor (P) Status fosfor pada tanah mineral. Secara umum kulit bumi mengandung 0,1% P atau setara dengan 2 t P per hektar lahan, tetapi kebanyakan berada dalam bentuk senyawa apatit terutama fluorapatit Ca10(PO4)6F2 dalam batuan beku dan bahan induk tanah, sehingga tidak tersedia bagi tanaman (Hanafiah, 2004). Sumber P dalam tanah berasal dari pelapukan batuan atau bahan induk juga berasal dari mineralisasi P-organik hasil dekomposisi sisa-sisa tanaman yang mengimobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan. P-tersedia dalam tanah relatif lebih cepat menjadi tidak tersedia dibandingkan unsur N. Hal ini disebabkan oleh: (1) Terikat oleh kation tanah terutama Al dan Fe pada kondisi masam atau dengan Ca dan Mg pada kondisi netral yang kemudian mengalami presipitasi (pengendapan), atau (2) Terfiksasi pada permukaan positif koloidal tanah (liat dan oksida Al/Fe) atau lewat pertukaran anion terutama dengan OH- . Fosfat alam yang dikenal mempunyai kadar P adalah batuan beku dan batuan sedimen, dimana bahan mineralnya mengandung apatit (Ca10(PO4CO3)6(FClOH)2). Mineral ini merupakan senyawa karbonat, flour, chlor atau hidroksi apatit yang mempunyai kadar P2O5 sekitar 15% sampai 30%.
  • 27. 13 Walaupun pembebasan fosfat dari bentuk tidak larut seperti dari batuan fosfat atau fosfat lain adalah sangat lambat, jumlah fosfat yang terangkut air sungai dan berakhir di laut adalah sangat besar, sekitar 3,5 juta ton per tahun (Herlinawati et al., 1989). Peran fosfor bagi tanaman. Unsur P diambil oleh tanaman dalam bentuk ion orthofosfat primer dan orthofosfat sekunder (H2PO4 - dan HPO4 2- ). Proporsi penyerapan kedua ion ini dipengaruhi oleh pH di sekitar area perakaran tanaman. Pada pH lebih rendah, tanaman lebih banyak menyerap ion orthofosfat primer, tetapi pada pH yang lebih tinggi ion orthofosfat sekunder yang lebih banyak diserap oleh tanaman. Bentuk P lain yang diserap tanaman adalah pirofosfat dan metafosfat, dan P-organik hasil dekomposisi bahan organik seperti fosfolipid, asam nukleat dan phytin (Hanafiah, 2004). Sebagai salah satu unsur hara makro, fosfor memiliki banyak peranan dalam pertumbuhan tanaman. Peranan fosfat bagi tanaman antara lain: 1. Pembelahan sel dan pembentukan lemak serta albumin. 2. Pembentukan bunga, buah dan biji. 3. Mempercepat pematangan. 4. Membantu perkembangan akar kususnya akar laterar dan rambut akar. 5. Memperkuat jerami sehingga tidak mudah rebah. 6. Memperbaiki kualitas tanaman terutama sayur-sayuran dan pakan ternak. 7. Meningkatkan daya tahan terhadap serangan penyakit. 8. Membentuk nucleoprotein (DNA dan RNA). 9. Menyimpan dan memindahkan energi (ATP dan ADP).
  • 28. 14 Kandungan fosfor di dalam tanah mineral sangan banyak, tetapi hanya sebagian kecilnya saja yang berada dalam bentuk tersedian bagi tanaman sehingga terkadang tanaman mengalami kekurangan hara fosfor. Kekurangan hara fosfor bagi tanaman dapat memberikan dampak yang merugikan. Gejala tanaman yang kekurangan fosfor antara lain ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang terhambat (kerdil) karena terganggunya proses pembelahan sel pada tepi daun, cabang dan batang terdapat warna merah keugu-unguan selanjutnya tanamana akan menguning. Dampak lainnya adalah menurunnya produksi tanaman buah- buahan dan biji-bijian. Ketersediaan fosfor dalam tanah. Ketersediaan fosfor dikendalikan oleh mineralisasi dan imobilisasi melalui fraksi organik dan pelarutan serta presipitasi fosfat dalam bentuk anorganik. Sisa tanaman, hewan dan mikrob yang dikembalikan kedalam tanah, secara aktif didekomposisikan oleh mikrob. Kandungan fosfat organik pada lapisan tanah atas (top soil) lebih banyak bila dibandingkan dengan sub soil. Hal ini disebabkan karena absorbsi akar tanaman sampai ke sub soil, sedangkan pada top soil terdapat akumulasi dari sisa-sisa tanaman dan hewan yang telah mati dan mengalami dekomposisi.
  • 29. 15 Sistem Informasi Geografis (SIG) Defenisi SIG Sistem Informasi Geografis adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk memasukkan, memeriksa, menganalisa, memanipulasi, mengintegrasikan dan menampilkan data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Charter dan Agtrisari, 2002). Komponen SIG Secara umum ada lima komponen dalam Sistem Informasi Geografis, yaitu: (1) Hardware. Hardware adalah perangkat komputer yang digunakan untuk menyimpan dan mengolah data. Kebutuhan perangkat komputer yang digunakan tergantung pada jenis data SIG itu sendiri. Untuk pengolahan data yang sederhana, hanya membutuhkan hardware yang kecil. Tetapi jika data yang diolah meningkat, maka dibutuhkan pula kemampuan hardware yang lebih tinggi. (2) Software. Software merupakan sebuah perangkat lunak berbentuk aplikasi komputer yang menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Saat ini ada banyak aplikasi SIG yang dapat kita gunakan antara lain MapInfo, ArcGIS, ArcView, ArcInfo dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini, aplikasi SIG yang digunakan adalah aplikasi ArcGIS dari ESRI versi 9,3.
  • 30. 16 (3) Data. Data dalam SIG dibagi menjadi dua, yaitu data geographical atau data spasial dan data atribut atau data aspasial. Data spasial merupakan data yang berisi tentang lokasi di permukaan bumi dan memiliki koordinat. Sedang data atribut adalah gambaran data yang terdiri atas informasi yang relevan terhadap suatu lokasi, seperti ketinggian tempat, kemiringan dan lain-lain. Sumber data SIG secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu data peta, data lapangan, dan data pengindraan jauh. Data peta ialah data yang sudah terekam di dalam sebuah peta kertas atau film selanjutnya dikonversi menjadi peta digital. Data lapangan diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. Data lapangan dapat berfungsi sebangai pengecek kebenaran di lapangan apabila kita telah memiliki data peta. Data pengindraan jauh ialah data yang berupa hasil foto udara atau radar, atau bisa juga berupa citra dari satelit. Secara sederhana format dalam bahasa komputer berarti bentuk dan kode penyimpanan data yang berbeda antara file satu dengan lainnya. Dalam SIG, data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format, yaitu data raster dan data vektor. Data raster yaitu data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh. Pada data raster, obyek geografis direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan pixel (picture element). Ketelitian data ini tergantung dari luas daerah di permukaan bumi yang diwakili oleh satu pixel. Semakin kecil luas daerah yang diwakili dalam satu pixel, maka data akan semakin detail. Data raster sangat baik untuk
  • 31. 17 merepresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya. Data vektor yaitu data yang mempresentasikan bentuk permukaan bumi kedalam bentuk titik, garis dan poligon. Keuntungan utama dari format data vektor adalah ketepatan dalam merepresentasikan fiturtitik, batasan dan garis lurus. Hal ini sangat berguna untuk analisa yang membutuhkan ketepatan posisi, misalnya pada basis data batas-batas wilayah. Contoh penggunaan lainnya adalah untuk mendefinisikan hubungan spasial dari beberapa fitur. Kelemahan data vektor yang utama adalah ketidakmampuannya dalam mengakomodasi perubahan gradual. (4) Metode. Metode menentukan pegolahan data SIG, karena metode menentukan keluaran (output) dari data yang diolah. Metode yang diguakan untuk mengolah data SIG juga tergantung dari tujuan dan kesesuaiannya dengan aturan dunia nyata. (5) Manusia. Sama seperti semua sistem informasi lainnya, teknologi SIG tidak akan bermanfaat tanpa manusia yang mengerti cara penggunaannya. Pemakai SIG juga memiliki tingkatan tertentu, dari tingkatan spesialis teknis yang mendisain dan memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk membantu pekerjaan mereka sehari-hari.
  • 32. 18 Analisis spasial Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (atribut) yang dijelaskan berikut ini: 1. Informasi lokasi (spasial), berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) dan koordinat XYZ, termasuk diantaranya informasi datum dan proyeksi. 2. Informasi deskriptif (atribut) atau informasi aspasial, suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengannya, contohnya: jenis vegetasi, populasi, luasan, kodepos, dan sebagainya. Analisa spasial dilakukan untuk menjawab permasalahan-permasalahan fenomena alam yang sedang terjadi pada suatu wilayah dengan menggunakan teknik overlay (tumpang-tindih) dan atau dengan pemodelan. Analisa spasial dapat dilakukan dengan menggunakan operasi aljabar sederhana maupun model analisa yang kompleks yang akan menghasilkan suatu informasi turunan yang berguna, misalnya data berupa ketinggian (topografi) akan menghasilkan informasi turunan berupa kemiringan lahan (slope), aspect dan hillshade yang berguna untuk analisa hidrologi maupun untuk kajian erosi. Beberapa contoh aplikasi dari analisa spasial adalah untuk menghitung kerapatan populasi, identifikasi hubungan spasial yang terjadi pada suatu fenomena, analisa kesesuaian lahan dan lain-lain (McCoy dan Jhonston, 2001).
  • 33. 19 Interpolasi dan kriging Proses interpolasi adalah proses mengisi kekosongan data dengan metode tertentu dari suatu kumpulan data untuk menghasilkan sebaran yang kontinyu. Interpolasi merupakan metode pendugaan suatu nilai yang belum diketahui berdasarkan nilai yang yang sudah diketahui. Dalam konteks interpolasi dengan analisa data spasial, interpolasi digunakan untuk menentukan nilai Z pada cell yang kosong dengan menggunakan nilai Z pada titik sampel terdekat (Usman, et al. 2007). Aplikasi yang biasanya menggunakan fungsi interpolasi ini antara lain adalah membuat DEM (Digital Elevation Model, Model Ketinggian Digital) dari titik-titik ketinggian yang dimiliki pada suatu area, membuat peta sebaran hujan dari titik-titik stasiun hujan yang merekam data meteorology. Nilai Z yang diketahui Nilai interpolasi 1.51.2 5 1.7 5 1.12 5 1.37 5 1.87 5 1.62 5 21 Gambar 2. Ilustrasi Metode Interpolasi
  • 34. 20 Ada beberapa metode interpolasi yang digunakan dalam SIG, yaitu; 1. Metode kriging, 2. Metode Invers Distance Weighting (IDW), 3. Metode Spline 4. Metode Polygon Theissen, dan 5. Metode Natural Neighbor. Salah satu metode interpolasi yang sering digunakan adalah metode Kriging. Kriging adalah metode geostatistik yang digunakan untuk mengestimasi nilai dari sebuah titik atau blok sebagai kombinasi linier dari nilai contoh yang terdapat disekitar titik yang akan diestimasi. Bobot kriging diperoleh dari hasil variansi estimasi minimum dengan memperluas penggunaan semi-variogram. Estimator kriging dapat diartikan sebagai variabel tidak bias dan penjumlahan dari keseluruhan bobot adalah satu. Bobot inilah yang dipakai untuk mengestimasi nilai dari ketebalan, ketinggian, kadar atau variabel lain (Wikipedia Indonesia, 2010). Menurut Setyadji (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi akurasi pendugaan pada metode kriging ini antara lain banyaknya sampel dan kualitasnya pada setiap titik data. Pengambilan sampel yang seragam akan menghasilkan cakupan yang lebih baik dari pada pengambilan sampel secara acak, jarak antar titik pengambilan sampel dan kontinyuitas spasial dari variabel-variabel yang terlibat.
  • 35. 21 METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih dua bulan dimulai dari bulan agustus tahun 2010 hingga bulan september tahun 2010. Pengambilan sampel tanah dan pengamatan lapangan dilakukan di Kelurahan Malawili Distrik Aimas Kabupaten Sorong Papua Barat. Selanjutnya analisis sampel dan pengolahan data dilakukan di laboratorium kimia tanah dan laboratorium GIS Jurusan Tanah Fapertek Unipa. Bahan dan Alat Bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel. Tabel 1. Bahan dan alat yang digunakan Jenis pengamatan Bahan Alat Lapangan Air Sekop, cangkul, munsel, meteran, pisau, bor tanah, GPS Laboratorium Air, NaOH, H2SO4 dan bahan lain untuk analisis kimia tanah; data hasil analisis kimia tanah, data lain yang mendukung. Timbangan, pengayak, pemanas, pH-meter, spektrofotometer dan peralatan lain untuk analisis kimia; perangkat komputer dengan software ArcGIS.
  • 36. 22 Gambar 3. Lokasi Pengambilan Titik Sampel
  • 37. 23 Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik survey lapangan. Pengumpulan data primer dilakukan langsung dari pengamatan di lapangan dan dari hasil analisis sampel di laboratorium, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi terkait. Penentuan klasifikasi dan satuan peta tanah, berdasarkan pengelompokan sifat-sifat dan morfologi tanah, dikelompokkan dari tingkat ordo hingga tingkat sub-ordo bertdasarkan Soil Taxonomy USDA dengan menggunakan acuan dari Keys To Soil Taxonomy USDA (1999). Sampel kemudian diambil berdasarkan satuan peta tanah tersebut untuk kemudian dianalisis di Laboratorium untuk mengetahui kadar pH, konsentasi N-total dan konsentrasi P-tersedianya. Pelaksanaan Penelitian Penentuan lokasi pengamatan. Lokasi pengamatan ditentukan berdasarkan bentuk lahannya (land form), vegetasi di atasnya dan pengelolaannya, sedangkan untuk megetahui batas penyebaran jenis tanahnya ditetapkan dengan melakukan pengeboran pada suatu area. Ini untuk mengetahui apakah dalam satu area hanya terdapat satu jenis tanah atau terdapat beberapa jenis tanah. Pembuatan profil. Profil tanah dibuat untuk mengetahui sifat-sifat morfologi tanah secara lengkap, karena sisi penampang tanah dapat terlihat dengan jelas. Pembuatan penampang tanah sedapat mungkin dilakukan pada tempat yang tanahnya masih alami. Profil dibuat berdasarkan penyebaran satuan tanah pada area pengamatan. Profil dibuat dengan ukuran 1,5m x 1m x 2m atau
  • 38. 24 apabila terdapat lapisan keras memadat, lapisan bebatuan atau permukaan air dangkal, maka penggalian dihentikan. Pengambilan Sampel Tanah. Sampel tanah untuk analisis sifat kimia dan fisik (tekstur) diambil pada lapisan olah dengan kedalaman sekitar 0-20 cm menggunakan bor tanah.Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan sistem grid pada lahan pertanian tersebut. Jarak antar titik pengambilan sampel adalah sekitar 290 sampai 300 meter. Contoh tanah tersebut kemudian diberi label dan dicatat koordinatnya untuk diplotkan pada peta.Sedangkan untuk sifat-sifat morfologi tanah dapat diamati secara langsung di lapanganan seperti warna tanah, tekstur, keadaan drainase, konsistensi, bahaya erosi (kelerengan). Variabel Pengamatan Variabel utama yang diamati pada penelitian ini adalah: 1. pH (H2O) Penentuan pH tanah dilakukan dengan menggunakan pH-meter,yakni dengan melarutkan tanah lolos ayakan 2mm kedalam air suling dengan perbandingan tanah dan air 1:2,5. 2. N-total Adalah untuk mengetahui jumlah Nitrogen keseluruhan dalam tanah. Penentuan N-total di dalam tanah di Laboratorium ini dilakukan dengan menggunakan metode Kjehdal.
  • 39. 25 3. P-tersedia Metode analisis P-tersedia dalam tanah di Laboratorium disesuaikan berdasarkan hasil dari analisis pH tanah. Untuk tanah dengan pH di atas 5,6 dapat dianalisis dengan menggunakan metode olsen, sedangkan jika pH tanahnya kurang dari 5,6, maka konsentrasi P-tersedia dalam tanah diukur dengan menggunakan metode Bray. Variabel penunjang yang diamati pada penelitian ini adalah: 1. Beberapa sifat morfologi tanah Dilakukan dengan menbuat profil tanah. Sifat morfologi tanah yang diamati dari profil yang dibuat antara lain tekstur tanah, struktur, warna, konsistensi, kelekatan, plastisitasnya dan kedalaman efektifnya. Pembuatan profil tanah juga bertujuan untuk mengetahui adanya horison penciri tanah dalam penentuan klasifikasi tanah. 2. Salinitas Pengukuran salinitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kegaraman dalam larutan tanah. Total kandungan garam umumnya ditentukan berdasarkan nilai konduktivitas elektrik air tanah yang dinyatakan dalam mmhos/cm atau ds/m. Analisis Data Seluruh sampel tanah yang diambil dari lapanganan dikering anginkan kemudian digiling/dihaluskan dan diayak dengan pengayak berdiameter 2 mm. Analisis pH, N-total dan P-tersedia dilakukan di Laboratorium Tanah Fapertek- Unipa.
  • 40. 26 Data dari hasil analisis N-total dan P-tersedia tanah di laboratorium kemudian dikelompokkan dalam lima kelas, sedangkan untuk pH tanah dikelompokkan kedalam enam kelas berdasarkan Petunjuk Teknis Analisi Kimia tanah, Tanaman, Air dan Pupuk Balai Penelitian Tanah tahun 2005. Kelas N-total yaitu sangat rendah (<0,1%N), rendah (0,1-0,2%N), sedang (0,21-0,5%N), tinggi (0,51-0,75%N), sangat tinggi (>0,75%N). Untuk kelas P-tersedia dalam tanah tergantung dari jenis metode analisis yang digunakan. Sedangkan untuk kelas pH tanah yaitu sangat masam (<4,5), masam (4,5-5,5), agak masam (5,6-6,5), netral (6,6-7,5), agak alkali (7,6-8,5) dan alkali (>8,5). Data dari hasil analisis sampel di Laboratorium kemudian diprediksi penyebarannya pada lahan pertanian menggunakan perangkat komputer dengan software ArcGIS 9.3. Metode analisis spasial yang digunakan untuk menduga sebaran N, P dan pH dengan software ArcGIS 9.3 adalah metode Kriging. Data hasil interpolasi kemudian di overlay (tumpang tindih) dengan data keruangan lainnya seperti batas wilayah pertanian dan bentuk lahannya sehingga dihasilkan sebuah peta.
  • 41. 27 KEADAAN UMUM KELURAHAN MALAWILI Letak Wilayah Kelurahan Malawili terletak di Distrik Aimas Kabupaten Sorong Provinsi Papua Barat. Bagian utara Kelurahan Malawili berbatasan dengan Kelurahan Klaseman Distrik Sorong Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Malawele, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Mariai dan di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Aimas. Kelurahan Malawili merupakan pintu gerbang Kabupaten Sorong. Berjarak lebih kurang 19 km dari Kota Sorong. Wilayah ini dapat diakses langsung dengan sarana trasportasi darat dengan waktu tempu sekitar 30 menit kearah selatan dari Kota Sorong. Iklim Kabupaten Sorong memiliki iklim tropis yang lembab dan panas. Berdasarkan data dari stasiun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sorong, suhu udara maksimal Kabupaten Sorong adalah 30,90 C dan suhu minimal 24,70 C. Sedangkan kelembaban udara bervariasi antara 81% sampai 85%. Berdasarkan catatan tahun 2010, curah hujan rata-rata per bulan sebesar 195,4 mm dan banyaknya hari hujan rata-rata sebesar 13 hari. Kejadian hujan terbanyak pada bulan Januari, dengan jumlah hari hujan 27 hari. Intensitas penyinaran matahari rata-rata adalah 59,0 % dan tekanan udara antara 1.009,6 mB.
  • 42. 28 Jenis Tanah Berdasarkan sistem klasifikasi tanah USDA 1999, jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian Kelurahan Malawili termasuk dalam ordo Inceptisols. Tanah tersebut meliputi tanah-tanah yang sering kebanjiran sehingga masih dianggap muda dan masih belum ada diferensiasi horizon yang nyata, tetapi telah ada mengalami pelapukan lanjut. Memiliki horizon kambik sebagai horizon pencirinya. Kelurahan Malawili termasuk daerah dengan rejim kelembaban Udic karena pada daerah tersebut tidak pernah mengalami kekeringan selama lebih dari 90 hari komulatif dalam setiap tahunnya. Berdasarkan keterangan dari rejim kelembaban, maka jenis tanahnya termasuk dalam sub-ordo Udepts. Tanah pada lahan pertanian tersebut memiliki tekstur halus sampai sedang. Struktur tanahnya subangular blocky (gumpal bersudut) dengan kelekatan agak lekat dan plastisitas agak plastis. Kedalaman efektif tanah bisa dilihat di lapangan saat pengamatan profil. Kedalaman efektif pada lahan pertanian tersebut adalah sedang hingga dalam antara 50cm hingga 150cm. Kelurahan Malawili merupakan daerah dataran aluvial yang terbentuk dari akumulasi endapan yang terbawa saat banjir. Sebagai dataran banjir Kelurahan Malawili memiliki kemiringan kurang dari 3%. Memiliki Drainase buruk hingga sedang dengan permukaan air tanah berkisar antara 70cm hingga 150cm di bawah permukaan tanah.
  • 43. 29 Penggunaan Lahan Lahan pertania yang terdapat di Kelurahan Malawili seluas 2,39 km2 atau sekitar 239 ha. Lahan pertanian tersebut telah mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah dengan dikeluarkannya instruksi Bupati Kab. Sorong no. 521.5/470 tanggal 16 maret 2009 yang berisi (1) dilarang memperjual-belikan lahan-lahan potensial pertanian baik lahan kering maupun lahan basah yang terdapat di wilayah Kab. Sorong, (2) dilarang mengalih fungsikan lahan-lahan potensial pertanian yang selama ini diusahakan oleh petani, (3) dilarang membangun/mendirikan bangunan dalam bentuk apapun diatas lahan-lahan potensial pertanian, (4) dilarang menelantarkan lahan-lahan potensial pertanian baik lahan kering maupun lahan basah yang berada di wilayah Kab. Sorong. Penggunaan lahan di Kelurahan Malawili Diatrik Aimas secara umum dapat dikelompokkan menjadi tiga. Tiga kelompok penggunaan lahan tersebut yaitu sebagai area pemukiman masyarakat, lahan budiadaya pertanian dan hutan alam. Pada lokasi penelitian yaitu pada lahan budidaya pertanian, pemanfaatannya oleh masyarakat sangat beragam. Pemanfaatan lahan budidaya pertanian tersebut yaitu sebagai lahan budidaya padi sawah, lahan budidaya tanaman hortikultura, lahan penggembalaan ternak dan perkebunan. Tanaman yang diusahakan pada lahan budidaya padi sawah ialah tanaman padi. Varietas yang digunakan ialah varietas lokal dengan pemupukan intensif. Pada lahan budidaya tanaman hortikultura tanaman yang diusahakan sangat beragam. Tanaman yang diusahakan tersebut antara lain kacang panjang, tomat, cabe, kubis, terung, sawi, jagung, kemangi dan ubi kayu. Sedangkan tanaman
  • 44. 30 yang diusahakan pada lahan perkebunan yaitu pohon jati dan tanaman jeruk. Selain tanaman tersebut diatas masih ada tanaman lain yang terdapat di lahan pertanian tersebut yang sengaja ditanam sebagai tanaman pelindung seperti pohon rambutan, mangaa, waru, randu dan pisang.
  • 45. 31 Gambar 4. Penggunaan Lahan Pertanian Kel. Malawili
  • 46. 31 HASIL DAN PEMBAHASAN Ringkasan Statistik Nilai pH, konsentrasi N- Total dan P-Tersedia Rata-rata nilai pH, N- Total dan P-Tersedia pada semua titik pengambilan sampel disajikan pada Tabel 2. Untuk nilai pH, N-total dan P-tersedia dari setiap lokasi pengambilan titik sample disajikan pada lampiran. Berdasarkan data pada Tabel 2, terlihat bahwa lahan pertanian di Kelurahan Malawili memiliki nilai pH- tanah masam hingga agak masam, tetapi hanya pada dua lokasi penganbilan titik sampel yang memiliki pH agak masam sedangkan sisanya memiliki nilai pH masam. Nilai rata-rata pH-tanahnya yaitu 5,2 dengan nilai pH-tanah terendah 4,7 dan nilai tertingginya 6,0. Koefisien Keragaman pH-tanah pada lahan pertanian tersebut tergolong sangat rendah. Ini diketahui dari hasi analisis statistik yang menunjukkan bahwa nilai koefesien keragaman pH-tanah adalah 7,29%. Keragaman nilai pH yang rendah pada lahan pertanian tersebut kemungkinan disebabkan karena bentuk lahan pada lahan pertanian tersebut yang datar dan seragam. Nilai pH tanah yang cenderung masam tersebut juga dipengaruhi oleh kadar garam yang cukup rendah pada lahan pertanian tersebut sehingga menyebabkan salinitasnya juga rendah. Hal ini diketahui dari hasil pengukuran salinitas di Laboratorium (lampiran 4) yang menunjukkan bahwa tanah lahan pertanian di Kelurahan Malawili seluruhnya memiliki salinitas yang sangat rendah. Salinitas tanah dipengaruhi oleh kejenuhan Na dalan larutan tanah.
  • 47. 32 Semakin tinggi konsentrasinya menyebabkan rusaknya struktur tanah dan meningkatkan nilai pH tanah hingga mencapai pH 10 (Hanafiah, 2004). Tanah salin dapat direklamasi dengan proses pencucian garam dari zone perakaran dengan menggunakan air yang berkualitas baik (Winarso, 2005). Pencucian garam juga diperkirakan terjadi pada lahan pertanian di Kelurahan Malawili yang merupakan dataran banjir. Kelebihan Na tercuci oleh air banjir dan hilang dari zona perakaran lahan pertanian tersebut. Karena pencucian yang terus menerus menyebabkan kadar garam pada lahan pertanian tersebut sangat rendah dan menyebabkan nilai pH tanahnya juga menurun. Tabel 2. Hasil analisis statistik nilai pH, konssentrasi N-total dan P-tersedia. Varaibel Pengamatan (n=35) Mean Median Standar Deviasi Kurtosis Skew Min Max CV (%) pH (H2O) 5,2 5,10 0,27 2,82 1,35 4,7 6,0 7,29% N-total (%) 0,24 0,20 0,12 4,24 2,11 0,09 0,62 1,41% P-tersedia (ppm) 23,24 12,04 28,98 3,03 1,96 1,63 113,67 81,63% Keterangan: Skew = Skewness; Min= Mininum; Max= Maximum; CV= koefesien keragaman (KK). Dari hasil analisis statistik pada tabel 2, diketahui bahwa konsentrasi N- total pada lahan pertanian Kelurahan Malawili berada pada kisaran sangat rendah hingga tinggi, tetapi sebagian besarnya berada pada kisaran rendah hingga sedang. Rata-rata nilai N-total pada lahan pertanian tersebut adalah 0,24%. Nilai terendahnya 0,09% dan nilai tertingginya adalah 0,62%. Konsentrasi N-total pada lahan pertanian tersebut juga memiliki koefesien keragaman yang sangat rendah.
  • 48. 33 Ini dapat dilihat dari hasil analisis statistik yang menunjukkan nilai koefesien keragaman N-total yaitu 1,41%. Nilai koefesien keragaman yang rendah tersebut dapat disebabkan oleh sifat unsur N itu sendiri yang sangat mobil. Sifat N yang mobil ini yang menyebabkan jumlahnya di dalam tanah sangat mudah berubah. Konsentrasi P-tersedia pada lahan pertanian tersebut berada pada kisaran sangat rendah hingga sangat tinggi. Dari hasil analisis diketahui bahwa rata-rata konsentrasi P-tersedia adalah 23,24 ppm. Nilai konsentrasi terendahnya adalah 1,63 ppm dan konsentrasi tertingginya adalah 113,67 ppm. Dari ketiga variabel pengamatan, nailai P-tersedia yang memiliki keragaman paling tinggi yaitu 81,63%. Nilai koefisien keragaman P-tersedia yang sangat tinggi (81,63%) menunjukkan bahwa kandungan P-tersedia di lahan pertanian di Kelurahan Malawili tersebut sangat bervariasi. Nilai koefesien keragaman dari nilai P-tersedia yang cukup tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh pola penggunaan dan pengolahan lahan oleh petani yang beragam. Diantaranya sangat beragamnya tanaman yang diusahakan sehingga menyebabkan kegiatan pemupukan intensif yang dilakukan oleh petani setempat tidak sama satu dengan yang lainnya. Selain itu, nilai KK P-tersdia yang tinggi pada lahan pertanian tersebut juga dipengarugi oleh sifat dasar tanah pada lahan pertanian itu sendiri. Tanah-tanah muda (termasuk Inceptisols) dengan curah hujan rendah hingga sedang dengan sedikit run off, memiliki kandungan P yang cukup tinggi dibandingkan pada tanah-tanah yang telah mengalami proses pelapukan lanjut (Winarso, 2005).
  • 49. 34 Penyebaran Spasial pH, N-Total dan P-Tersedia Nilia-nilai hasil analisis Laboratorium kemudian diolah menggunakan komputer dengan software ArcGIS 9.3. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan pendugaan penyebaran spasialnya. Data tersebut diinterpolasi dengan menggunakan metode kriging. Hasil dari interpolasi tersebut disajikan kedalam bentuk peta pada gambar 5, gambar 6 dan gambar 7. Dari gambar 5, terlihat bahwa sebagian lahan pertanian memiliki nilai pH yang rendah hingga mendekati nilai terendahnya yaitu 4,7. Hanya sedikit di bagian barat dan timur dari lahan pertanian tersebut yang memiliki nilai pH mendekati 6,0 hingga 6,0. Keadaan tanah yang cenderung masam ini dipengaruhi oleh curah hujan yang cukup tinggi di daerah tersebut. Curah hujan yang tinggi menyebabkan terjadinya pencucian kation basa dan memperkecil kejenuhan basa sehingga menyebabkan kompleks jerapan tanah diisi oleh ion H+ dan Al3+ . Keadaan drainase yang kurang baik juga berpengaruh terhadap kemasaman tanah pada lahan pertanian tersebut. Keadaan drainase yang kurang baik tersebut karena sebagian besar lahan tersebut merupakan lahan bekas rawa disamping karena sistim saluran drainase pada lahan tersebut memang kurang baik. Pada kondisi air hujan menggenang di permukaan tanah dalam waktu yang cukup lama sehingga proses dekomposisi bahan organik yang berasal dari hewan dan tumbuhan tidak berjalan sempurna dan mengakibatkan peningkatan jumlah asam-asam organik yang menyebabkan reaksi tanah menjadi masam.
  • 50. 35 Gambar 5. Peta penyebaran pH tanah pada lahan pertanian Kelurahan Malawili.
  • 51. 36 Pada gambar 6, dapat dilihat bahwa sebaran konsentrasi N-total lebih tinggi berada pada bagian selatan dari lahan pertanian tersebut. Semakin kearah utara konsentrasi N-totalnya semakin rendah. Konsentrasi N-total yang lebih tinggi pada bagian selatan dari lahan pertanian tersebut dikarenakan pada daerah ini berbatasan langsung dengan lahan gambut dan area hutan sagu. Karena tepat berbatasan dengan wilayah yang banyak terdapat kandungan bahan organiknya, sehingga menyebabkan nilai konsentrasi N-total pada daerah ini lebih tinggi dibanding dengan area lainnya. Selain itu, pada lahan yang di usahakan sebagai lahan budidaya padi sawah tersebut juga telah menerapkan sistem pemupukan yang intensif sehingga dapat meningkatkan konsentrasi nitrogen dalam tanahnya. Konsentrasi N-total yang lebih tinggi terdapat pada daerah yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya padi sawah dibandingkan pada daerah yang dibudidayakan sebagai pertanian lahan kering. Ketersediaan N pada keadaan tergenang lebih tinggi dibanding pada keadaan tidak tergenang dan meningkat dengan makin tingginya kadar nitrogen, pH dan suhu tanah. Nitrogen merupakan hara yang tidak stabil pada tanah tergenang karena adanya proses mineralisasi bahan organik (amonifikasi, nitrifikasi dan denitrifikasi) oleh mikrob tanah tertentu (Setyorini, et al. 2009).
  • 52. 37 Gambar 6. Peta penyebaran N-total pada lahan pertanian Kelurahan Malawili.
  • 53. 38 Konsentrasi nitrogen yang tinggi pada tanah sawah selain diperoleh dari pemupukan, juga hasil dari penambatan nitrogen dari udara oleh mikrob anaerob. Mikrob utama yang menambat N dari udara adalah ganggang biru hijau, paku air dan azolla yang berasosiasi dengan ganggang biru hijau, bakteri penambat nitrogen disekitar perakaran dan bakteri simbiotik pada tanah aerobik. Peta pada gambar 7 merupakan hasil interpolasi nilai P-tersedia pada lahan pertanian tersebut. Pada gambar terlihat bahwa konsentrasi P-tersedia pada area pertanian di sebelah timur hingga selatan berada pada kisaran sedang hingga tinggi. Sedangkan pada area di sebelah barat hingga utara, konsentrasi P- tersedianya berada pada kisaran rendah hingga sedang.
  • 54. 39 Gambar 7. Peta penyebaran P-tersedia pada lahan Kelurahan Malawili.
  • 55. 40 Seperti nilai pH dan konsentrasi N-total, konsentrasi P-tersedia juga lebih tinggi pada daerah yang diusahakan untuk budidaya padi sawah. Konsentrasi P- tersedian yang lebih tinggi pada daerah persawahan dikarenakan kegiatan penggenangan pada sistim budidaya padi sawah tersebut (Sanchez, 1993). Ketersediaan fosfat meningkat setelah dilakukannya penggenangan, terutama karena reduksi feri fosfat menjadi fero fosfat. Selain itu, pada proses penggenangan juga terjadi peningkatan fosfat dari hasil hidrolisi aluminium fosfat dan larutan kalsium fosfat (Setyorini, et al. 2009). Konsentrasi P-tersedia yang tinggi pada area sebelah selatan juga dipengaruhi oleh lokasinya yang lebih dekat dengan wilayah hutan sagu dan rawa, dimana terdapat banyak sekali kandungan bahan organik didalam tanahnya. Analisis Semivariogram Dari Nilai pH, N-Total dan P-Tersedia Nilai yang telah didapat dari hasil analisi sampel di Laboratorium kemudian dianalisis penyebaran spasialnya dengan menggunakan teknik goestatistik. Hasil analisis spasial dan geostatistik yang disajikan sebagai model semivariogram dari nilai pH tanah, N-total dan P-tersedia. Analisis semivariogram tersebut dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 3. Hasil analisis semivariance Variabel Nugget (C0) Sill (C=C0+C1) Relative nugget effect (C0/C) Spatial Dependence (C1/C) Range (m) Model pH 0 0 0 0 465 Spherical N-total 0,14 0,03 4,67 -3,67 2361,17 Spherical P-trsedia 1,15 0,18 6,37 -5,39 2361,17 Spherical
  • 56. 41 Model yang digunakan untuk semua variabel adalah model bentuk spherical. Range untuk pH tanah adalah 465m, sedangkan untuk konsentrasi N- total dan P-tersedia adalah 2361,17m. Nilai nugget dari pH tanah adalah 0. Nilai nugget menunjukkan keragaman yang terjadi pada jarak yang lebih kecil dari jarak pengambilan sampel. Atau dapat dikatakan bahwa semakin kecil nilai nugget maka akan semakin rendah pula nilai keragamannya (Pute, 2008). Diketahui bahwa nilai nugget pH tanah adalah 0. Dengan demikian maka nilai keragaman spasial pH tanah pada lahan petanian tersebut sangat rendah. Pada variabel N-total, nilai nuggetnya 0,01 pada jarak 2361,17m. Ini menunjukkan bahwa keragaman konsentrasi N-total pada jarak tersebut sangat rendah. Hal ini juga sesuai dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan rendahnya nilai koefesien keraganan dari konsentrasi N-total yaitu 1,41%. Pada variabel P-tersedia, nilai nuggetnya 1,15 pada jarak 2361,17m. dari data tersebut dapat diketahui bahwa pada jarak yang sama, konsentrasi P-tersedia memiliki keragaman yang lebih tinggi dari pada keragaman konsentrasi N-total. Tingginya keragaman konsentrasi P-tersedia sesuai dengan hasil analisis statistik yang menunjukkan nilai koefesien keragaman P-tersedia adalah 81,63%. Selanjutnya dari tabel semivariogram diatas kemudian dibuat kedalam grafik simivariogram dari nilai pH tanah, N-total dan P-tersedia yang disajikan pada gambar 2.
  • 57. 42 (a) (b) (c) Gambar 8. Grafik semivariogram (a) pH; (b) N-total; (c) P-tersedia. Hubungan Reaksi Tanah (pH) Dengan Konsentrasi N dan P Dalam Tanah Secara teori konsentrasi N-total dan P-tersedia dalam tanah meningkat dengan meningkatnya nilai pH tanah. Hal ini dikarenakan pada tanah dengan pH rendah (masam) hara cenderung berada dalam keadaan tidak tersedia bagi tanaman. Tanaman menyerap unsur N dalam bentuk NO3 - dan NH4 + . Namun ion mana yang diserap dulu tergantung dari keadaan pH tanah. Pada pH diatas 7, maka ion NH4 + yang lebih cepat diserap. Sedangkan bila kondisi larutan tanah mempunyai pH dibawah 7, maka ion yang cepat diserap adalah NO3 - . Hal ini disebabkan karena pada pH diatas 7 (basa) terdapat ion OH- sehingga bersaing Semivariance Semivariance Semivariance
  • 58. 43 dengan ion NO3 - yang sama-sama memiliki muatan negatif. Sebaliknya pada pH rendah dengan larutan tanah bersifat masam banyak terdapat ion H+ yang akan bersaing dengan NH4 + yang samam-sama memiliki muatan positif, sehingga peluang peluang ion NO3 - lebih besar untuk diserap. Daerah yang dimanfaatkan untuk budidaya padi sawah dengan proses penggenangan, akan menaikkan pH tanahnya. Hara N dan P akan menjadi mudah tersedia dengan naiknya pH tanah tersebut. Pada pH masam, hara P cenderung berikatan dengan besi dan aluminium sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Hara N juga lebih bersifat tidak tersedia bagi tanaman pada keadaan tanah masam. Data yang didapat dari hasil analisis di Laboratorium kemudian digunakan sebagai bahan analisis korelasi. Analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan pH tanah dengan jumlah konsentrasi N-total dan P-tersedia di dalam tanah. Dua variabel dikatakan memiliki hubungan korelasi yang semakin erat jika nilainya mendekati 1 (positif) atau -1 (negatif) (Coakes dan Steed, 2003). Hasil analisis korelasi disajikan pada tabel berikut: Tabel 4. Korelasi nilai pH-tanah dengan konsentrasi N-total dan P-tersedia Variabel (n=35) pH H2O N-Total P-Tersedia pH H2O 1 N-Total -0,088 1 P-Tersedia 0,052 0,053 1 Dari tabel hubungan korelasi di atas dapat diketahui bahwa terdapat hubungan korelasi negatif antara nilai pH-tanah dengan konsentrasi N-total pada lahan pertanian Kelurahan Malawili. Ini ditunjukkan dengan nilai korelasinya yaitu -0,088. Hal ini berarti antara nilai pH tanah dengan konsentrasi N-total
  • 59. 44 terjadi hubungan berkebalikan yaitu jika pH tanah naik maka konsentrasi N-total akan menurun, dan sebaliknya. Hasil yang berbeda terlihat pada uji korelasi antara pH-tanah dengan konsentrasi P-tersedia. Terjadi hubungan korelasi yang positif antara pH dengan ketersediaan P dalam tanah pada lahan pertanian tersebut. Ini ditunjukkan dengan nilai korelasinya yaitu 0,052. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun lemah, terjadi hubungan positif antara nilai pH tanah dengan ketersediaan P dalam tanah, yang artinya bahwa jika nilai pH tanah meningkat hingga batas tertentu, maka konsentrasi P-tersedianya juga akan meningkat.
  • 60. 45 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan mengenai keadaan lahan pertanian di Kelurahan Malawili yaitu: 1. Lahan pertanian tersebut merupakan daerah dataran banjir dengan kelerengan <3% dan jenis tanah Udepts. 2. Sebagian besar memiliki pH tanah masam (nilai terendahnya 4,7) dan hanya sebagian kecilnya yang agak masam (nilai tertingginya 6,0) dan salainitas sangat rendah. Konsentrasi N-total dalam tanah sebagian besar berada pada kisaran rendah hingga sedang, hanya sebagian kecilnya yang bernilai sangat rendah (konsentrasi terendahnya 0,09 %) dan tinggi (konsentrasi tertingginya 0,61%). Untuk konsentrasi P-tersedia berada pada kisaran sangat rendah (Konsentrasi terendahnya 1,63 ppm) hingga sangat tinggi (konsentrasi tertingginya 113,67 ppm). 3. Sebagian besar lahan tersebut memiliki pH yang rendah hingga mendekati 4,7. Hanya sedikit di bagian timur dan tengah barat dari lahan pertanian tersebut yang memiliki pH agak masam mendekati 6,0. Untuk konsentrasi N-total dan P-tersedia hanya di bagian selatan dari lahan pertanian tersebut yang memiliki konsentrasi yang tinggi.
  • 61. 46 Saran Untuk mendapatkan keterangan yang lebih detail mngenai keadaan hara pada lahan pertanian Kelurahan Malawili Distrik Aimas, perlu dilakukan analisi yang lebih lengkap. Analisis tersebut dapat berupa analisis unsur makro atau mikro pada tanah, analisis jaringan tanaman dan analisis biologi tanah.
  • 62. 47 DAFTAR PUSTAKA Charter, D., Agtrisari, I. 2002. Desain dan Aplikasi Geographics Information System. Alex Media Koputindo, Jakarta. Coakes, S. J. dan Steed, L. G. 2003. SPSS: Analysis Without Anguish. Version 11.0 For Windows. Kyodo Printing Co (S’pore) Pte Ltd. Singapore. Hanafiah, A. K. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Rajawali Press, Jakarta. Handayanto, E. dan Hairiah, K., 2007. Bioogi Tanah Landasan Pengelolaan Tanah Sehat. Pustaka Adipura, Yogyakarta. Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Edisi Revisi. Penerbit Akademika Pressindo, Jakarta. Herlinawati, Hartana, I., Widarti, L., Sugiyarto, Lempang, P., Darwisah, B., Irawan, T. B., Prasetyo, H., 1989. Ilmu Tanah I. Laboratorium Tanah dan Survay Jurusan Perkebunan. Politeknik Pertanian. Universitas Jember. http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Interpolasi. (29 April 2010). http://kafein4u.wordpress.com/2010/02/13/ph-tanah/. (03 November 2010) http://nglithis.wordpress.com/2007/04/24/7/. Tentang pH Tanah. Terjemahan dari http://soil.gsfc.nasa.gov/soil_pH/plant_pH.htm. About Soil pH. ( 3 November 2011) McCoy, J. dan Jhonston, K. 2001. Using ArcGIS Spatial Analyst. ESRI. United States of America. Pemerintah Kabupaten Sorong. 2009. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sorong 2008-2028. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. Sanchez. P. A. 1993. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 2. Institut Teknologi Bandung, Bandung. Setyadji, B. 2006. Pemetaan: Prediksi dan Kriging. GD4113-Statistik Spasial. (E-Book, Download 29 september 2010) Setyorini, D. dan Abdulrachman, S. 2009. Pengelolaan Hara Mineral Tanaman Padi. (E-Book, Download 24 maret 2011. Kata kunci: bbpadi_2009_itkp_05)
  • 63. 48 Soerjandono, N. B. dan Noerizal, 2004. Teknik Pelaksanaan Percobaan Pengaruh Aplikasi Pupuk N Terhadap Populasi Tiga Jenis Gulma. Buletin Teknik Pertanian, Vol 9. Nomer 2. Usman, F., Indarto, Faisol, A., 2007. Tutorial Map Window: Teori dan Praktek GIS Berbasis Open Source. Andi Offset, Yogyakarta. Winarso ,S. 2005. Kesuburan Tanah, Dasar Kesehatan Dan Kualitas Tanah. Gaya media, Yogyakarta.
  • 64. 49 Lampiran 1. Hasil Analisis pH tanah Titik Nilai pH Kriteria A1 5,9 Agak masam A2 5,4 Masam A3 6,0 Agak masam A4 5,3 Masam A5 5,2 Masam A6 5,2 Masam A7 5,0 Masam A8 4,7 Masam A9 5,1 Masam A10 5,1 Masam A11 4,8 Masam A12 4,8 Masam A13 4,9 Masam A14 5,0 Masam A15 5,2 Masam A16 5,4 Masam A17 4,8 Masam A18 5,0 Masam A19 5,2 Masam A20 5,3 Masam A21 5,0 Masam A22 5,1 Masam A23 4,9 Masam A24 5,1 Masam A25 5,1 Masam A26 5,5 Masam A27 5,4 Masam A28 5,0 Masam A29 5,2 Masam A30 5,2 Masam A31 5,2 Masam A32 5,0 Masam A33 5,1 Masam A34 5,0 Masam A35 5,0 Masam
  • 65. 50 Lampiran 2. Hasil Analisis N-Total Titik Nilai N-total (%) Kelas N dalam tanah A1 0,24 SEDANG A2 0,22 SEDANG A3 0,23 SEDANG A4 0,32 SEDANG A5 0,18 RENDAH A6 0,20 SEDANG A7 0,25 SEDANG A8 0,36 SEDANG A9 0,28 SEDANG A10 0,15 RENDAH A11 0,09 SANGAT RENDAH A12 0,17 RENDAH A13 0,20 SEDANG A14 0,17 RENDAH A15 0,20 SEDANG A16 0,22 SEDANG A17 0,19 RENDAH A18 0,15 RENDAH A19 0,20 RENDAH A20 0,20 RENDAH A21 0,20 RENDAH A22 0,21 SEDANG A23 0,34 SEDANG A24 0,16 RENDAH A25 0,21 SEDANG A26 0,12 RENDAH A27 0,14 RENDAH A28 0,55 TINGGI A29 0,62 TINGGI A30 0,19 RENDAH A31 0,18 RENDAH A32 0,57 TINGGI A33 0,19 RENDAH A34 0,22 SEDANG A35 0,21 SEDANG
  • 66. 51 Lampiran 3. Hasil Analisis P-Tersedia Titik Nilai P-tersedia Kriteria nilai P-tersedia A1 12,35 TINGGI A2 9,49 SEDANG A3 23,88 SANGAT TINGGI A4 36,63 SANGAT TINGGI A5 2,86 SANGAT RENDAH A6 20,82 SANGAT TINGGI A7 8,67 SEDANG A8 2,14 SANGAT RENDAH A9 3,27 SANGAT RENDAH A10 18,88 SANGAT TINGGI A11 1,63 SANGAT RENDAH A12 38,37 SANGAT TINGGI A13 26,94 SANGAT TINGGI A14 20,82 SANGAT TINGGI A15 12,04 TINGGI A16 16,74 SANGAT TINGGI A17 11,12 TINGGI A18 7,35 SEDANG A19 5,10 RENDAH A20 14,59 TINGGI A21 5,61 RENDAH A22 18,16 SANGAT TINGGI A23 71,63 SANGAT TINGGI A24 7,25 SEDANG A25 4,18 RENDAH A26 7,04 SEDANG A27 76,94 SANGAT TINGGI A28 77,76 SANGAT TINGGI A29 2,76 SANGAT RENDAH A30 100,41 SANGAT TINGGI A31 113,67 SANGAT TINGGI A32 9,59 SEDANG A33 14,49 TINGGI A34 3,27 SANGAT RENDAH A35 6,84 RENDAH
  • 67. 52 Lampiran 4. Hasil Pengukuran Salinitas Tanah Titik EC (ds/m) Kriteria A1 0,165 SANGAT RENDAH A2 0,16 SANGAT RENDAH A3 0,07 SANGAT RENDAH A4 0,17 SANGAT RENDAH A5 0,092 SANGAT RENDAH A6 0,12 SANGAT RENDAH A7 0,16 SANGAT RENDAH A8 0,16 SANGAT RENDAH A9 0,155 SANGAT RENDAH A10 0,089 SANGAT RENDAH A11 0,145 SANGAT RENDAH A12 0,13 SANGAT RENDAH A13 0,14 SANGAT RENDAH A14 0,1 SANGAT RENDAH A15 0,14 SANGAT RENDAH A16 0,09 SANGAT RENDAH A17 0,075 SANGAT RENDAH A18 0,12 SANGAT RENDAH A19 0,08 SANGAT RENDAH A20 0,135 SANGAT RENDAH A21 0,09 SANGAT RENDAH A22 0,125 SANGAT RENDAH A23 0,16 SANGAT RENDAH A24 0,08 SANGAT RENDAH A25 0,1 SANGAT RENDAH A26 0,08 SANGAT RENDAH A27 0,09 SANGAT RENDAH A28 0,15 SANGAT RENDAH A29 0,17 SANGAT RENDAH A30 0,125 SANGAT RENDAH A31 0,15 SANGAT RENDAH A32 0,16 SANGAT RENDAH A33 0,13 SANGAT RENDAH A34 0,14 SANGAT RENDAH A35 0,15 SANGAT RENDAH
  • 68. 53 Lampiran 5. Kriteria Penilaian Hasil Analisis Tanah Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi ________________________________________________________________________ C -Organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00 Nitrogen (%) < 0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 > 0,75 C/N < 5 5 - 10 11 - 15 16 - 25 > 25 P2O5 HCl (mg/100g) < 15 15 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 P2O5 Bray-1 (ppm) < 4 5 - 7 8 - 10 11 - 15 >15 P2O5 Olsen (ppm) <5 5 - 10 11 - 15 16 - 20 >20 K2O HCl 25% (mg/100g) < 10 10 - 20 21 - 40 41 - 60 > 60 KTK (me/100g) < 5 5 - 16 17 - 24 25 - 40 > 40 Susunan Kation : K (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,5 0,6-1,0 >1,0 Na (me/100g) < 0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 >1,0 Mg (me/100g) < 0,3 0,4-1,0 1,1-2 ,0 2,1-8,0 > 8,0 Ca (me/100g) <2 2 - 5 6 - 10 11 - 20 > 20 Kejenuhan Basa (%) < 20 20 - 40 41 - 60 61 - 80 >80 Aluminium (%) <5 5 - 10 11 - 20 21 - 40 >40 Salinitas/DHL (ds m-1 ) < 1 1 – 2 2 – 3 3 – 4 > 4 _________________________________________________________________________ Sangat Masam Agak Netral Agak Alkalis masam masam alkalis _________________________________________________________________________ pH H2O < 4,5 4,5 - 5,5 5,6- 6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 > 8,5 _________________________________________________________________________ Sumber : Petunjuk teknis analisis kimia tanah, tanaman, air dan pupuk. Balai Penelitian Tanah. Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Tahun 2005.