Skripsi ini membahas pengaruh konvergensi IFRS dan kepemilikan asing terhadap pengakuan rugi secara tepat waktu pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol seperti ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, dan kualitas audit.
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP_SKRIPSI_2015
1. i
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar S1 pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sebelas Maret
Diajukan oleh:
ASFARINA IRFANI FADILA
NIM: F1312018
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
2. ii
ABSTRAK
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
F1312018
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konvergensi IFRS dan
kepemilikan asing terhadap timely loss recognition (TLR) pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini membandingkan tingkat
pengakuan rugi antara sebelum dengan sesudah konvergensi IFRS dan melihat
apakah terdapat peningkatan pada pengakuan rugi tepat waktu dengan adanya
kepemilikan asing di dalam perusahaan. Selain variabel tersebut, peneliti
menggunakan empat variabel kontrol, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage, dan kualitas audit. TLR diukur dengan rasio Large Negative Net Income
merujuk pada pengukuran dalam penelitian Lang et al. (2006). Pengambilan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling pada perusahaan yang
terdaftar di BEI dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dan diperolah 540
sampel yang diuji dengan menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian
menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara konvergensi IFRS dan kepemilikan
asing terhadap TLR. Sedangkan pada variabel kontrol, variabel ukuran perusahaan
dan profitabilitas menunjukkan pengaruh signifikan. Penelitian ini sekali lagi
menunjukkan bahwa penerapan IFRS masih belum memberi dampak pada
peningkatan kualitas informasi akuntansi dan permintaan akan kebutuhan
pengakuan rugi yang tepat waktu pada laporan keuangan yang masih kurang dari
stockholder.
Kata Kunci: Timely loss recognition, Konvergensi IFRS, kepemilikan asing
3. iii
ABSTRACT
THE EFFECT OF IFRS CONVERGENCE AND FOREIGN OWNERSHIP
ON TIMELY LOSS RECOGNITION
Asfarina Irfani Fadila
F1312018
This study is conducted to determine the effect of IFRS convergence and foreign
ownership toward timely loss recognition (TLR) on companies listed in Indonesia
Stock Exchange (IDX). In addition to these variables, control variables such as
firm size, profitability, leverage, and audit quality are employed. TLR is measured
by the ratio of the large negative net income adopted from Lang et al. (2006.) The
sampling procedure is purposive sampling which produce 540 listed companies in
the period 2009-2012. The method of analysis is the logistic regression. The
results show that the convergence of IFRS and foreign ownership do not have
significant association with TLR. In contrast, firm size and profitability show a
significant association with TLR.
Keywords: Timely loss recognition, IFRS convergence, foreign ownership
4. iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Disusun oleh:
Asfarina Irfani Fadila
NIM: F1312018
5. v
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH KONVERGENSI IFRS DAN KEPEMILIKAN ASING
TERHADAP TIMELY LOSS RECOGNITION
Disusun oleh:
Asfarina Irfani Fadila
NIM: F1312018
7. vii
MOTTO
“Yang terbaik bukanlah selalu yang terbaik, tetapi berikan yang terbaik untuk
yang terbaik.” – A. I. F
“Kemudian yang kamu perlukan hanyalah kaki yang akan melangkah lebih jauh,
tangan yang akan berbuat lebih banyak, mata yang akan melihat lebih lama, leher
yang akan lebih sering mendongak, tekad yang setebal baja, dan hati yang akan
bekerja lebih keras, serta mulut yang selalu berdoa.” – Donny Dhirgantoro, 5 cm
“Live every moment, Laugh every day, Love beyond words.” – Unknown
8. viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk:
Orang tuaku yang selalu memberiku dukungan atas segala keputusanku,
Saudara-saudaraku yang selalu memberiku semangat atas usahaku,
Teman-temanku, sahabat-sahabatku yang selalu menarikku saat terduduk jatuh.
9. ix
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAHHIRABBIL’ALAMIN
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Yang Maha Esa sehingga
dengan rahmat dan hidayahnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik
dan lancar. Penulisan skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat pengambilan gelar
Sarjana Strata 1 (S1). Dalam proses penulisan, tentunya penulis memperoleh
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas
Sebelas Maret,
2. Bapak Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Sebelas Maret,
3. Bapak Drs. Santosa Tri Hananto, M.Si., Ak., selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret,
4. Bapak Ari Kuncara Widagdo, SE., MBA., Ph.D, Ak. selaku
pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak bantuan, kritik,
dan saran selama penulisan skripsi,
5. Bapak dan ibu dosen yang telah memberikan tambahan ilmu
pengetahuan selama penulis mengenyam pendidikan di Universitas
Sebelas Maret,
6. Seluruh karyawan yang telah memberikan bantuan,
7. Kedua orang tua yang selalu mendorong,
10. x
8. Seluruh anggota Bimbingan Skripsi Pak Ari Kuncara 2014 atas
perjuangan, semangat dan kontribusinya,
9. Teman-teman Jurusan Akuntansi Transfer 2012 dan teman- teman
sepermainan semoga perjuangan kita berbuah manis,
10. Teman-teman Kos Arsabi,
11. Teman-teman KKN ’11 GEMBYUNGAN,
12. Dan kepada seluruh pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan.
Untuk itu, penulis terbuka atas kritik dan saran yang diberikan, dan semoga
pikiran yang tercurah dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta, Januari 2015
Asfarina Irfani Fadila
11. xi
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
ABSTRACT ........................................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI...............................................................v
HALAMAN PERNYATAAN.............................................................................. vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ix
DAFTAR ISI......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xvi
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2 Perumusan Masalah..................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................8
1.5 Sistematika Penulisan...............................................................................9
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................11
2.1 Landasan Teori .......................................................................................11
2.1.1 Institutional Theory.........................................................................11
2.1.2 Agency Theory ................................................................................12
12. xii
2.1.3 Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition................15
2.1.4 Internatonal Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS
di Indonesia ...................................................................................16
2.1.4.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia......................17
2.2 Penelitian Terdahulu...............................................................................25
2.3 Perumusan Hipotesis ..............................................................................46
2.3.1 Variabel Independen.......................................................................46
2.3.1.1 Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition46
2.3.1.2 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss
Recognition................................................................................48
2.3.2 Variabel Kontrol .............................................................................50
2.3.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss
Recognition................................................................................50
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition.....51
2.3.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition...........51
2.3.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Timely Loss Recognition..52
2.4 Kerangka Pemikiran ...............................................................................53
BAB III: METODE PENELITIAN....................................................................55
3.1 Jenis Penelitian .......................................................................................55
3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel.................................55
3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data ....................57
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian.........................................57
3.4.1 Variabel Dependen..........................................................................58
13. xiii
3.4.2 Variabel Independen.......................................................................59
3.4.2.1 Konvergensi IFRS...................................................................59
3.4.2.2 Kepemilikan Asing..................................................................63
3.4.3 Variabel Kontrol .............................................................................65
3.4.3.1 Ukuran Perusahaan..................................................................65
3.4.3.2 Leverage..................................................................................66
3.4.3.3 Profitabilitas ............................................................................66
3.4.3.4 Corporate Governance............................................................66
3.4.3.4.1 Kualitas Audit..................................................................66
3.5 Metode Analisis Data .............................................................................67
3.5.1 Uji Deskriptif ..................................................................................67
3.5.2 Uji Beda Variabel Independen........................................................67
3.5.3 Uji Regresi Logistik........................................................................68
3.5.4 Analisis Data...................................................................................70
3.5.4.1 Menilai Model Fit ...................................................................70
3.5.4.2 Menilai Kelayakan Model Regresi..........................................71
3.5.4.3 Koefisien Determinasi.............................................................71
3.5.4.4 Matrik Klasifikasi....................................................................72
3.5.4.5 Uji Omnibus............................................................................72
3.5.4.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya ..................................73
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................74
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .....................................................................74
4.2 Analisis Data...........................................................................................75
14. xiv
4.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif dan Uji Beda.....................................75
4.2.2 Hasil Uji Regresi Logistik ..............................................................77
4.2.2.1 Hasil Penilaian Model Fit........................................................77
4.2.2.2 Hasil Penilaian Kelayakan Model regresi ...............................77
4.2.2.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi .............................................78
4.2.2.4 Tabel Matrik Klasifikasi..........................................................79
4.2.2.5 Hasil Uji Omnibus...................................................................80
4.2.2.6 Estimasi Parameter dan Interpretasinya ..................................81
4.3 Pembahasan ............................................................................................85
4.3.1 Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition ...85
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition..86
4.3.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss Recognition..88
4.3.4 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition ............88
4.3.5 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition ..................89
4.3.6 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Timely Loss Recognition..........89
BAB V: PENUTUP ..............................................................................................91
5.1 Kesimpulan.............................................................................................91
5.2 Keterbatasan Penelitian ..........................................................................92
5.3 Saran .......................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................95
LAMPIRAN........................................................................................................100
15. xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ikhtisar Agency Theory ..........................................................................14
Tabel 2.2 Tabel Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS.............23
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Timely Loss Recognition ...............30
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu tentang IFRS dan Kepemilikan Asing........39
Tabel 3.1 Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS.......................60
Tabel 3.2 Daftar Negara-Negara Tax Haven Versi OECD 2013...........................64
Tabel 4.1 Prosedur Pengambilan Sampel...............................................................75
Tabel 4.2 Uji Statistik Deskriptif dan Signifikansi Uji Beda.................................76
Tabel 4.3 Tabel Penilaian Model Fit......................................................................77
Tabel 4.4 Tabel Uji Goodness of Fit dengan Hosmer and Lemeshow Test ..........77
Tabel 4.5 Tabel Uji Koefisien Determinasi ...........................................................78
Tabel 4.6 Tabel Matrik Klasifikasi ........................................................................79
Tabel 4.7 Tabel Uji Omnibus.................................................................................80
Tabel 4.8 Tabel Variables in the Equation.............................................................81
Tabel 4.9 Tabel Hasil Penelitian............................................................................84
16. xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran...........................................................................54
17. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sebagian besar para pemangku kepentingan (stakeholder) menggunakan
laporan keuangan dan annual report sebagai dasar pengambilan keputusan.
Investor, kreditur, supplier, pelanggan, bahkan manajemen menggunakannya
untuk kepentingan investasi, pemberian kredit, analisis keberlangsungan usaha
dan evaluasi kinerja. Oleh karena itu, penyediaan informasi yang berkualitas
sangat penting agar pengambilan keputusan dilakukan dengan tepat.
Menurut Fanani (2009), terdapat tujuh atribut yang digunakan untuk menilai
kualitas suatu laporan keuangan yang terdiri dari empat atribut berbasis akuntansi
dan tiga atribut berbasis pasar, yaitu kualitas akrual, persistensi, perataan laba,
prediktabilitas, relevansi nilai, ketepatwaktuan, dan konservatisme. Dengan
terpenuhinya kualitas-kualitas tersebut, diharapkan informasi yang disajikan
manajemen dapat lebih informatif dan menuntun para pengguna laporan keuangan
untuk menghasilkan keputusan yang tepat. Dalam penelitian yang dilakukan
Fanani (2009), ia menemukan terdapat implikasi ekonomi pada perusahaan yang
memiliki kualitas laporan keuangan yang baik. Fanani (2009) melakukan
pengujian untuk mengetahui respon investor terhadap kualitas laporan keuangan
dengan menggunakan asimetri informasi sebagai proksi kualitas laporan
keuangan. Hasilnya terdapat pengaruh negatif antara kualitas laporan keuangan
18. 2
dengan asimetri informasi yang menunjukkan bahwa dengan laporan keuangan
yang berkualitas, gap atau ketidakseimbangan perolehan informasi antara
manajemen dan investor berkurang. Kualitas laporan yang baik akan menyajikan
informasi mengenai keadaan perusahaan dengan sesungguhnya sehingga
pengambilan keputusan oleh para pengguna laporan keuangan menjadi tepat
sasaran.
Dengan semakin berkembangnya globalisasi, informasi yang disajikan
dengan benar saja tidak cukup. Perusahaan harus menyajikan informasi dengan
cara yang mudah dimengerti dan dapat dibandingkan, minimal dengan perusahaan
dengan karakteristik sejenis. Globalisasi juga menyebabkan investasi asing dan
ekspansi ke luar negeri bertambah, sehingga masalah bahasa pun menjadi unsur
penting dalam penyajian laporan keuangan agar dapat dipahami. Munculnya
International Financial Reporting Standard (IFRS) yang diterbitkan International
Accounting Standard Board (IASB) sebagai organisasi internasional yang
independen menjadi solusi atas kebutuhan laporan keuangan yang berkualitas.
IASB mengembangkan dan membuat standar baru yang menjanjikan kualitas
yang lebih baik pada laporan keuangan. Dalam rerangka konseptual IFRS,
terdapat dua macam kualitas yang dapat terpenuhi dengan penerapan standar baru
ini, yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Kualitas primer terdiri dari
relevan dan faithfull representasion, sedangkan kualitas sekunder terdiri dari
comparability (dapat dibandingkan), verifiability (dapat diverifikasi), timeliness
(ketepatwaktuan), dan understandability (dapat dipahami).
19. 3
Seiring dengan banyaknya negara-negara di Eropa dan Asia yang
menerapkan IFRS dan mengadopsinya menjadi standar akuntansi di negara
mereka, Indonesia pun dituntut untuk menerapkan standar Internasional. Sebagai
negara yang tergabung dalam Group of 20 Leaders (G20) dan anggota
International Federation of Accountants (IFAC), Indonesia memiliki kewajiban
untuk mematuhi Statement Membership Obligation (SMO) untuk menjadikan
IFRS sebagai standar akuntansi dan menyatakan komitmennya untuk menerapkan
IFRS secara penuh pada tahun 2012. Namun dalam penerapannya, Indonesia
mengalami kendala, terutama kendala sumber daya dan bahasa. Tidak seperti
negara-negara lain yang bahasa negaranya berupa Bahasa Inggris, Indonesia
kesulitan mencari padanan kata yang tepat untuk mengartikan standar IFRS.
Selain itu juga terdapat beberapa standar yang tidak relevan seperti IFRS 1
tentang First-time adoption of International Financial Reporting Standard dan
beberapa standar mengalami modifikasi seperti IFRIC 15 tentang Agreements for
the Construction of Real Estate dan IAS 27 tentang Consolidated and Separate
Financial Statements. Dengan adanya beberapa perubahan tersebut, daripada
dikatakan mengadopsi, Indonesia menerapkan IFRS dengan konvergensi karena
standar yang diterapkan tidak 100% sama dengan standar aslinya.
Dengan adanya komitmen Indonesia menerapkan standar internasional,
menjadikan Indonesia semakin diminati investor asing karena Indonesia memiliki
pangsa pasar yang banyak dan kekayaan alam yang melimpah. Banyak investor
asing yang mulai berinvestasi pada perusahaan-perusahaan di Indonesia atau
melakukan ekspansi di Indonesia. Sejalan dengan hasil penemuan De Fond et al.
20. 4
(2011) yang menemukan adanya peningkatan pada foreign mutual fund dengan
adanya penerapan IFRS. Selain meningkatkan pendapatan negara, adanya investor
asing juga meningkatkan kinerja perusahaan dengan tata kelola perusahaan yang
semakin baik. Tata kelola yang semakin baik akan meningkatkan kualitas laporan
keuangan (Fanani, 2009).
Salah satu karakteristik kualitatif pelaporan keuangan yang terdapat dalam
rerangka konseptual IFRS adalah timeliness. Timeliness merupakan salah satu
komponen yang dipertimbangkan dalam konservatisme. Konservatisme
merupakan prinsip yang menyatakan bahwa pengakuan suatu peristiwa ekonomi
harus dilakukan dengan hati-hati, terutama yang dapat berdampak pada
pengambilan keputusan. Dalam prinsip konservatisme, penelitian seperti Basu
(1997) menyatakan bahwa bad news akan lebih sering diakui dengan lebih tepat
waktu (timely fashion) dibandingkan good news, yang dalam hal ini bad news
mengacu pada kerugian dan good news mengacu pada keuntungan. Sedangkan
Kuspratiwi (2014) menggambarkan konservatisme dengan mengakui rugi lebih
cepat (timely) daripada laba. Dengan mengakui kerugian lebih cepat, perusahaan
mengantisipasi potensi kerugian di masa mendatang.
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh pada TLR pernah diteliti
sebelumnya. Seperti ukuran perusahaan (Arum, 2013; Outa 2011; Francis &
Martin, 2010; Chua et al., 2012; Jayaraman, 2012; Lang et al., 2006; Sun et al.,
2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar & Marsono, 2013; Barth et al., 2008;
Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003; Nikolaev, 2006; Arum, 2013; Barth et
al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball & Shivakumar, 2005; Sun et al., 2011;
21. 5
Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Outa, 2011),
kualitas audit (Basu et al., 2001; Ball & Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012),
profitabilitas (Jayaraman, 2012) dan penerapan standar baru di suatu negara
(Jayaraman, 2012; Paglietti, 2009; dan Barth et al., 2008). Ukuran perusahaan
berpengaruh pada TLR karena berhubungan dengan agency cost. Begitu pula
dengan leverage. Leverage yang tinggi cenderung meningkatkan agency cost
karena ketatnya pengawasan oleh kreditur sehingga pengakuan rugi cenderung
lebih tepat waktu (Cohen, 2003). Ukuran auditor berhubungan dengan TLR
karena independensi yang dimilikinya. Semakin besar auditor, akan semakin
tinggi tingkat independensinya karena auditor harus menjaga kualitas. Sedangkan
penerapan standar yang baru berkaitan dengan kesiapan perangkat dan regulasi di
suatu negara. Apabila tidak ada kesiapan, baik dari perusahaan maupun regulator,
maka efektivitas standar yang baru tidak akan tercapai. Dengan begitu kualitas
informasi akuntansi pun tidak menjadi lebih baik.
Sebagai salah satu komponen kualitas laporan keuangan dan kualitas laba,
banyak penelitian sudah dilakukan terkait TLR. Barth et al. (2008), Outa (2011)
dan Chua et al. (2012) menyatakan terdapat peningkatan TLR pada perusahaan
yang menerapkan IAS/IFRS yang mengindikasikan adanya peningkatan kualitas
informasi. Sedangkan Aflatooni & Mokarami (2013) menemukan adanya
penurunan TLR pada perusahaan yang melakukan manajemen laba yang
berimplikasi pada semakin rendah kualitas laba, maka semakin rendah pula TLR.
Pengakuan rugi yang lebih cepat juga merupakan salah satu indikator
kualitas laba yang baik (Ball et al., 2000; Lang et al., 2003; Ball & Shivakumar,
22. 6
2005; dan Lang et al., 2006). Pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (TLR) dapat
mengurangi peluang manajer untuk memanipulasi pengakuan laba yang besar
agar kinerjanya dinilai baik dan juga memberikan dorongan lebih kepada manajer
untuk mengambil tindakan lebih cepat ketika mengalami kerugian sehingga
akibatnya dapat diminimalkan. Selain itu, TLR juga berpengaruh pada efisiensi
perjanjian hutang. Dengan pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, informasi
terkait harga kredit yang dihasilkan menjadi lebih akurat dan dapat mengurangi
kemungkinan adanya pelanggaran hak perjanjian hutang seperti repricing,
pembatasan leverage, investasi, dan dividen (Ball & Shivakumar, 2005).
Penelitian lain terkait TLR juga banyak dilakukan. Seperti penelitian
Nikolaev (2006) yang menemukan adanya peningkatan TLR pada perusahaan
dengan perjanjian kontrak hutang yang ketat. Kemudian Gormley et al. (2012)
menemukan adanya peningkatan TLR di industri perbankan di India yang dipicu
dengan masuknya perusahaan perbankan asing. Jayaraman (2012) menemukan
adanya peningkatan TLR pada 16 negara yang pertama kali menerapkan hukum
insider trading. Francis & Martin (2010) menemukan adanya pengambilan
keputusan akuisis yang lebih baik pada perusahaan yang mengakui rugi lebih
tepat waktu.
Penelitian lain terkait TLR juga banyak dilakukan terkait pengaruh
penerapan IFRS pada TLR. Beberapa penelitian berfokus pada pengujian apakah
terdapat perbaikan kualitas pelaporan dan kualitas informasi setelah diterapkannya
IFRS. Dari hasil penelitian sebelumnya, beberapa penelitian menyatakan terdapat
peningkatan kualitas laporan keuangan setelah menerapkan IFRS seperti Barth et
23. 7
al. (2008), Chua et al. (2012), Outa (2011), dan Arum (2013). Namun ada juga
penelitian yang menyatakan tidak ada peningkatan kualitas antara sebelum dengan
sesudah penerapan IFRS seperti penelitian yang dilakukan oleh Paglietti (2009),
Brauer et al. (2011), dan Sianipar & Marsono (2013). Walau begitu, dengan
ditetapkannya tahun 2005 sebagai periode mandatory adoption di Eropa, banyak
negara-negara besar di Eropa telah menerapkan IFRS sebagai standar akuntansi
keuangan seperti Inggris, Prancis, Jerman, Yunani, Italia, dan Spanyol.
Di sisi lain, beberapa penelitian lain menyatakan hal yang bertentangan
dengan penelitian sebelumnya. Penelitian seperti: Brauer et al. (2011), Paglietti
(2009), Arum (2013), Sun et al. (2011), Ball et al. (2008), Ball et al. (2000), dan
Sianipar & Marsono (2013) menyatakan penerapan IFRS tidak berpengaruh pada
TLR walaupun kualitas laporan keuangan lain meningkat seperti relevansi nilai
dan penurunan manajemen laba. Paglietti (2009) berpendapat bahwa:
“… although the higher association between accounting numbers and share
prices after IFRS adoption demonstrates that investors consider accounting
information useful for their economic decisions, the persistence (or even the
worsening) of earnings management practices probably suggests that the
inherent flexibility in principle-based IFRS do not lead managers towards the
issue of financial statements characterized by improved accounting
quality…”,
sedangkan Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa kurangnya
infrastruktur, seperti financial accounting standard setter, kondisi peraturan
perundang-uandangan yang belum bisa mengakomodasi standar IFRS menjadi
faktor penerapan IFRS belum maksimal, sehingga kualitas informasi yang
diharapkan belum tercapai. Pada penelitian lain terkait TLR, Ball & Shivakumar
(2005) menemukan bahwa private firms melaporkan kualitas laba yang rendah
24. 8
dengan mengakui rugi lebih lambat daripada laba. Penelitian menemukan bahwa
hal itu dikarenakan adanya permintaan pasar yang rendah, yaitu adanya kesamaan
kepentingan antara manajemen dan investor untuk tidak mengakui rugi lebih
cepat. Lang et al. (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh rekonsiliasi
laporan akuntansi pada perusahaan cross-listing terhadap TLR dan beberapa
variabel kualitas laba lain dan menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih
lambat pada perusahaan cross-listed.
Dengan adanya berbagai pertentangan dari penelitian TLR, peneliti pun
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, dalam literatur TLR,
belum banyak penelitian yang menghubungkan pengaruh kepemilikan asing
terhadap TLR. Perbaikan kualitas timeliness setelah penerapan IFRS juga masih
banyak yang belum dapat membuktikannya, sehingga peneliti terdorong untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh IFRS terhadap TLR dan mengambil judul
“Pengaruh IFRS dan Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
maka peneliti merumuskan masalah yang hendak diteliti sebagai berikut.
1. Apakah penerapan standar konvergensi IFRS dapat meningkatkan
timely loss recognition?
2. Apakah kepemilikan asing berpengaruh pada timely loss recognition?
25. 9
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan standar
konvergensi IFRS dan kepemilikan asing terhadap timely loss recognition.
1.4 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan bagi perkembangan ilmu ekonomi, khususnya di bidang
akuntansi. Selain itu, peneliti berharap bahwa hasil penelitian ini dapat
menjadi ide atau gagasan terkait penelitian mengenai timely loss
recognition berikutnya.
2. Bagi Perusahaan
Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai harapan para stockholder dan shareholder terhadap kualitas
laporan keuangan yang disajikan pihak manajemen perusahaan.
3. Bagi Investor dan Kreditur
Hasil penelitian dapat memberikan gambaran atas kualitas laporan
keuangan serta kinerja manajemen dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam keputusan investasi investor dan pemberian
kredit bagi lembaga keuangan dan non-keuangan.
26. 10
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab yang akan
diuraikan sebagai berikut.
BAB II: LANDASAN TEORI
Peneliti membahas beberapa hal dalam bab ini, yaitu terdiri dari tinjauan
pustaka, kerangka pemikiran, serta rangkuman terkait penelitian-penelitian
sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan mengembangkan hipotesis.
BAB III: METODE PENELITIAN
Pada bab ini, peneliti membahas ruang lingkup penelitian, populasi, dan
sampel yang diambil dari populasi tersebut. Kemudian peneliti juga akan
membahas sumber dan teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan
pengukurannya, serta teknik yang digunakan untuk menganalisis data.
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi uraian hasil penelitian yang dilakukan. Dalam bab ini juga
dijelaskan mengenai analisis hasil berdasarkan alat analisis yang digunakan.
BAB V: KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini, peneliti akan menyimpulkan berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, kemudian memberikan saran untuk penelitian selanjutnya.
27. 11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Institutional Theory
Institutional Theory merupakan teori yang mendasari fenomena perubahan
suatu organisasi yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar
organisasi. Faktor dari luar organisasi berupa faktor-faktor institusional yang
menekan suatu organisasi untuk menjadi isomorphic. Isomorphic merupakan
fenomena dimana suatu organisasi menjadi homogen, yaitu dalam hal norma atau
konsep organisasi dan juga standar operasionalnya menjadi sama dengan
organisasi lain yang menghadapi kondisi lingkungan serupa (DiMaggio & Powell,
1983). Suatu organisasi yang menghadapi tekanan isomorphic (isomorphic
pressure) akan mendorong organisasi menjadi homogen dan menerapkan praktik-
praktik dan cara berpikir yang dianggap benar dari organisasi lain yang serupa dan
dilegitimasi menjadi praktik-praktik dan cara berpikir organisasi tersebut.
Suatu organisasi biasanya memiliki karakteristik atau ciri khas tertentu
antara satu organisasi dengan organisasi lainnya dan menghasilkan
keanekaragaman cara berpikir dan praktik suatu organisasi. Hal itu terlihat ketika
suatu organisasi baru saja berdiri. Namun lambat laun, suatu organisasi menjadi
homogen. DiMaggio & Powell (1983) melakukan penelitian terkait alasan
28. 12
mengapa suatu organisasi melakukan praktik dan cara berpikir yang serupa.
Dalam penelitiannya ditemukan bahwa perilaku homogen tersebut didasari adanya
keyakinan bahwa dengan menerapkan srategi, struktur, dan budaya organisasi
yang serupa akan membuat suatu organisasi bertahan dan bahkan meningkatkan
peluang usaha mereka. Norma-norma organisasi yang diterapkan secara homogen
dianggap sebagai best practice sehingga ketika menghadapi suatu permasalahan,
baik permasalahan baru atau yang pernah terjadi sebelumnya, individu-individu
dalam organisasi akan mengandalkan pengalaman mereka untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
Menurut DiMaggio & Powell (1983), terdapat tiga bentuk tekanan
isomorphic (isomorphic pressure) yang mengarahkan suatu organisasi menjadi
homogen. Pertama; mimetic pressure, yaitu merupakan tekanan untuk meniru
organisasi lain yang didorong adanya ketidakpastian lingkungan organisasi.
Kedua; coercive pressure, yaitu merupakan tekanan dalam bentuk formal maupun
informal yang didorong adanya kekuasaan suatu organisasi atas organisasi lain
dan adanya ketergantungan atas suatu organisasi terhadap organisasi penguasa.
Dan ketiga; normative pressure, yaitu berupa tekanan yang berasal dari norma-
norma yang berlaku dalam lingkungan suatu organisasi.
2.1.2 Agency Theory
Agency Theory atau teori keagenan merupakan suatu teori yang
mengemukakan adanya kesenjangan atau asimetri kepentingan antara agen
dengan principal (Hill & Jones, 1992). Agen adalah pihak yang diberi tanggung
jawab oleh principal untuk mengelola perusahaan, sedangkan principal
29. 13
merupakan pihak yang memberi kepercayaan kepada agen untuk mengelola dana
yang mereka berikan. Sebagai pihak yang diberi tanggung jawab mengelola
perusahaan, agen memiliki kewajiban untuk menyampaikan laporan baik
mengenai kinerja perusahaan, maupun pertumbuhan perusahaan yang terlihat dari
laporan keuangan. Dengan kata lain, agen memiliki pengetahuan dan informasi
lebih banyak tentang kondisi perusahaan dibandingkan principal, dan hal inilah
yang memicu konflik antara agen dan principal yang sering disebut konflik
keagenan.
Menurut Eisenhardt (1989), konflik keagenan muncul sebagai akibat dari
adanya perbedaan terhadap dua hal, yaitu (1) perbedaan tujuan antara agen dengan
principal dan, (2) sulitnya atau mahalnya biaya yang harus dikeluarkan apabila
principal ingin mengawasi segala tindakan dan keputusan yang diambil oleh agen.
Kedua hal tersebut berhubungan dengan munculnya masalah dalam risk sharing
karena agen dan principal menyikapi risiko dengan cara yang berbeda sehingga
tindakan yang diambil pun akan berbeda karena perbedaan kepentingan.
Sebagai pihak yang mengetahui segala informasi mengenai perusahaan
termasuk risiko yang dihadapi, agen dapat menggunakan informasi yang mereka
miliki guna kepentingan mereka sendiri, seperti misalnya agar kinerja mereka
terlihat bagus. Mereka meggunakan informasi yang mereka miliki untuk
menyajikan laporan yang outstanding. Tindakan tersebut dapat merugikan
principal karena memperoleh informasi yang tidak benar, sedangkan principal
hanya dapat memperoleh informasi dari laporan keuangan yang dihasilkan agen.
30. 14
Minimnya informasi yang diperoleh principal dapat mengakibatkan pengambilan
keputusan yang tidak benar.
Fokus dari teori ini adalah menentukan contract governing yang paling
efisien dalam hubungan antara agen dengan principal mengenai asumsi mereka
terhadap hal-hal dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Ikhtisar Agency Theory
Pokok Pikiran Hubungan agen-principal harus mencerminkan efisiensi
organisasi dari informasi dan risk-bearing costs
Unit analisis Kontrak antara principal dan agen
Human
assumptions
Self-interest, bounded rationality, dan risk aversion
Organizational
assumptions
Konflik kepentingan yang berbeda antara principal dan
agen, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan asimetri
informasi antara principal dan agen
Information
assumptions
Informasi sebagai purchasable commodity
Contracting
problems
Keagenan (penyimpangan moral dan pilihan yang
merugikan) dan risk Sharing
Problem domain Hubungan dimana principal dan agen memiliki kepentingan
yang berbeda-beda antara tujuan dan risk preference
(kompensasi, regulasi, kepemimpinan, penilaian manajemen,
whistle-blowing, vertical integration, transfer pricing)
Sumber: Eisenhardt (1989)
Menurut agency theory, principal dapat mengurangi kesenjangan
kepentingan dengan beberapa cara, yaitu dengan memberikan dorongan kepada
agen melalui kompensasi, strategi akuisisi dan diversifikasi, hubungan antar
dewan, struktur kepemilikan dan keuangan, vertical integration, dan inovasi
(Eisenhardt, 1989). Dengan berbagai dorongan tersebut diharapkan dapat
membatasi agen untuk melakukan tindakan yang dilakukan demi kepentingan
pribadi (Hill & Jones, 1992) dan agen pun akan berhati-hati dalam mengelola
sumber daya perusahaan yang dapat merugikan principal.
31. 15
2.1.3 Konservatisme Akuntansi dan Timely Loss Recognition
Konservatisme akuntansi didefinisikan sebagai suatu prinsip kehati-hatian
dalam pengakuan suatu kejadian ekonomi. Menurut FASB 2, konservatisme
merupakan suatu reaksi untuk berhati-hati menghadapi ketidakpastian usaha dan
memastikan bahwa ketidakpastian serta risiko bawaan perusahaan dapat segera
disadari, dengan begitu perusahaan dapat segera mengambil keputusan dan
melakukan tindakan yang diperlukan untuk memperkecil risiko tersebut.
Menurut Ball & Shivakumar (2005), terdapat dua macam konservatisme,
yaitu unconditional conservatism dan conditional conservatism. Unconditional
conservatism diartikan sebagai adanya bias akuntansi pada pelaporan nilai buku
dari ekuitas pemegang saham. Perusahaan akan menunda mengakui pendapatan
pada suatu periode atau mengurangi pengakuan pendapatan secara konstan untuk
setiap periode. Sedangkan conditional conservatism lebih menekankan pada
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu daripada pengakuan laba – sering disebut
sebagai asimetri pengakuan rugi – sehingga banyak peneliti yang menjadikannya
sebagai ukuran dari kualitas laporan keuangan.
Kinerja yang baik seringkali dinilai dari perolehan laba atau pencapaian
target laba oleh manajer. Adanya dorongan terhadap manajer untuk
memperlihatkan kinerja yang baik pun membuat manajer memiliki insentif untuk
memanipulasi laba. Akibatnya, informasi yang dihasilkan dalam laporan
keuangan menjadi tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya dan penuh dengan
unsur kepentingan. Dengan mengakui kerugian lebih tepat waktu dibandingkan
dengan mengakui laba, manajer mengesampingkan kepentingannya dan
32. 16
memberikan informasi yang relevan mengenai kondisi perusahaan yang
sesungguhnya. Disamping itu, pengakuan rugi yang lebih tepat waktu (timely loss
recognition) bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang lebih baik oleh
manajer dan kreditur. Bagi manajer, pengakuan rugi yang lebih tepat waktu dapat
membuat keputusan akuisisi yang lebih menguntungkan (Francis & Martin,
2010), mendorong manajer untuk segera mengambil tindakan atas potensi
kerugian, dan mengurangi asimetri informasi antara manajer dan principal,
dengan begitu, mengurangi potensi konflik keagenan (Ball & Shivakumar, 2005).
Bagi kreditur, informasi manajemen yang mengakui rugi lebih tepat waktu dapat
membantu kreditur untuk membuat kontrak kredit yang lebih baik dan
menguntungkan (Ball & Shivakumar, 2005).
2.1.4 International Financial Reporting Standard dan Konvergensi IFRS di
Indonesia
IFRS atau standar pelaporan akuntansi internasional merupakan standar
akuntansi yang banyak diadopsi dan dijadikan referensi di berbagai negara di
dunia. IFRS dibuat oleh IASB sebagai jawaban atas kebutuhan informasi yang
dapat dipahami dan diperbandingkan. Kebutuhan standar yang sama dalam skala
internasional muncul dengan semakin hilangnya batas antar negara dan
memungkinkan perdagangan dan investasi dilakukan di seluruh dunia. Alfredson
et al. (2007) menyatakan bahwa dimulai dari tahun 1960-an batas pasar modal
antar negara mulai menipis, dan terus meningkat di tahun 1970-an hingga tahun
1980-an dan memicu investor, kreditur, dan para pengguna laporan keuangan
lainnya mengajukan keluhan dengan adanya perbedaan antara informasi akuntansi
33. 17
yang dihasilkan antara satu negara dengan negara lain sehingga sulit
diperbandingkan. Selain itu, informasi yang disajikan perusahaan seringkali sulit
dipahami dan tidak dapat memenuhi kebutuhan seluruh pemangku kepentingan
(stakeholder).
Pada tahun 1973, International Accounting Standard Committee (IASC)
didirikan atas usulan ICAEW, AICPA, dan CICA sebagai perwakilan Inggris dan
Wales, Amerika, dan Kanada untuk membuat standar akuntansi yang dapat
diberlakukan secara internasional. Sampai pada tahun 2000, IASC telah membuat
rerangka konseptual dan standar akuntansi internasional yang diberi nama
Internasional Accounting Standard (IAS) sebanyak 41 standar dan 9 interpretasi
standar IAS yang diberi nama Standing Interpretations Committee (SIC).
Kemudian pada tahun 2001 terjadi restrukturisasi pada tubuh IASC dan berganti
nama menjadi IASB. IASB sepakat mengadopsi seluruh standar yang telah
dihasilkan IASC dan standar yang baru akan diberi nama IFRS dan IFRIC
(International Financial Reporting Interpretations Committee) sebagai
interpretasi standar IFRS. IASB terbukti menghasilkan standar yang berkualitas
tinggi dan hingga kini, IFRS telah diadopsi dan diterapkan di 138 negara di dunia.
2.1.4.1 Perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia
Praktik akuntansi telah masuk ke Indonesia sejak zaman kolonial Belanda.
Pada masa itu, pencatatan akuntansi masih dilakukan dengan sederhana. Sekitar
tahun 1800 pencatatan akuntansi dengan sistem debit-kredit mulai dikenal.
Menurut Prasetya (2012), praktik akuntansi diperkenalkan oleh perusahaan
dagang asal Belanda yaitu perusahaan VOC, yang saat itu merupakan perusahaan
34. 18
monopoli terbesar di Indonesia. VOC memperkenalkan sistem pencatatan baru
yang dikenal dengan sistem pembukuan berpasangan atau pembukuan debit-
kredit. Sistem pencatatan berpasangan terus digunakan hingga zaman pendudukan
Jepang pada tahun 1942. Baru pada tahun 1945 sistem akuntansi mulai megarah
ke kiblat yang berbeda. Perkembangan globalisasi dan pesatnya pertumbuhan
ekonomi menuntut tersedianya informasi yang memiliki kredibilitas tinggi dan
akutabilitas dari manajemen perusahaan (Prasetya, 2012). Investor ingin
mengetahui bagaimana investasinya dikelola dan kreditur ingin mengetahui
bagaimana perusahaan dapat mengembalikan pinjamannya. Kemudian, mulai
tahun 2006 dimulailah harmonisasi standar akuntansi di Indonesia menuju IFRS.
Dalam melakukan harmonisasi standar IFRS, Indonesia tidak melakukan
proses adopsi seperti banyak negara lain, tetapi melakukan konvergensi standar
akuntansi dengan mengubah standar akuntansi yang ada sebelumnya menjadi
berbasis IFRS dan mengadakan sedikit perubahan agar sesuai dengan kondisi
lingkungan ekonomi Indonesia, serta tidak mengadopsi standar yang tidak
relevan. Sebelum melakukan konvergensi standar akuntansi menjadi standar yang
berkiblat pada IFRS, Indonesia mengalami beberapa tahap perkembangan standar
akuntansi. Pekembangan standar dibagi kedalam lima tahap, yaitu pertama,
disebut sebagai masa Pra-PAI yang terjadi sebelum tahun 1973 dimana Indonesia
belum memiliki standar akuntansi yang baku dan dapat diterapkan. Kemudian
tahap kedua, disebut sebagai masa lahirnya PAI yang terjadi pada periode 1973-
1984. Tahap ketiga merupakan tahapan dimana PAI mulai diterapkan di Indonesia
sebagai standar yang baku. Tahap ketiga terjadi pada periode tahun 1984-1994.
35. 19
Tahap keempat (1994-2006) disebut sebagai masa penerapan SAK, yaitu standar
yang mengacu pada IAS sebagai tanggapan atas globalisasi yang semakin
berkembang. Dan tahapan terakhir, yaitu tahapan kelima (2006-2012) merupakan
masa konvergensi standar SAK menuju IFRS.
Masa Pra-PAI merupakan masa yang terjadi sebelum Indonesia memiliki
standar akuntansi yang baku dan terkodifikasi. Penggunaan laporan keuangan oleh
pihak di luar manajemen jarang sekali selain untuk kepentingan pelaporan fiskal.
Selain itu, juga audit atas laporan keuangan belum diwajibkan dan hanya
perusahaan asing serta BUMN/BUMD yang biasanya memiliki laporan yang telah
diaudit, namun jumlahnya masih sangat sedikit.
Pada tahun 1967, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968
tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Dengan adanya kedua undang-undang
tersebut, kebutuhan laporan keuangan menjadi penting karena pada masa itu,
laporan keuangan dibutuhkan untuk pengajuan kredit investasi kepada bank dan
investor. Pihak investor dan perbankan membutuhkan laporan keuangan yang
relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun, karena Indonesia belum
memiliki standar yang baku dan terkodifikasi, laporan yang disajikan pun
menggunakan format yang beragam, begitu pula informasi yang disajikan
sehingga tidak dapat diperbandingkan. Selain standar akuntansi, Indonesia juga
belum memiliki standar audit yang terkodifikasi. Akibatnya walaupun laporan
audit yang diterbitkan menyatakan pendapat “wajar berdasarkan prinsip akuntansi
36. 20
yang lazim berlaku”, namun masih timbul keraguan pada prinsip akuntansi yang
lazim tersebut.
Menanggapi kebutuhan laporan keuangan yang semakin meningkat, Badan
Persiapan Pasar Uang dan Pasar Modal (BAPEPUM) membentuk Panitia
Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur dari Generally Accepted Accounting
Principles dan Generally Accepted Auditing Standarts. Panitia ini bertugas
mengumpulkan seluruh bahan yang akan digunakan untuk membuat standar
akuntansi dan standar audit yang dapat diterima secara umum di Indonesia.
Kemudian pada 2 Desember 1973, Kongres III IAI mengesahkan Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Selain itu
juga dibentuk Komite PAI dan Komite NPA yang berfungsi mengembangkan PAI
dan NPA. Pada tahun 1984, Komite PAI melakukan revisi mendasar terhadap PAI
agar sesuai dengan perkembangan dunia usaha dan menerbitkan Prinsip
Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Komite PAI pun secara aktif melakukan
revisi atas PAI 1984 dan sejak tahun 1986, Komite PAI telah menerbitkan tujuh
Pernyataan PAI dan Sembilan Interpretasi PAI.
Globalisasi yang semakin berkembang dan masuknya Indonesia di kancah
perekonomian dunia membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Dalam kurun
waktu 10 tahun, yaitu tahun 1984-1994, perekonomian di Indonesia mengalami
banyak perubahan kearah yang lebih baik. Berbagai peristiwa penting terjadi
dalam kurun waktu tesebut memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
perkembangan perekonomian di Indonesia seperti melonjaknya perusahaan yang
go public di lantai bursa, disahkannya undang-undang perbankan dan undang-
37. 21
undang pensiun, reformasi undang-undang perpajakan, dan banyaknya kasus bank
yang mengalami krisis serta kredit macet. Berbagai peristiwa tersebut mendorong
adanya perubahan standar akuntansi menuju standar internasional.
Pada tahun 1994, Komite SAK membuat kerangka dasar penyusunan
standar yang setara standar internasional. Sebagai langkah awal, Prinsip
Akuntansi Indonesia dirubah menjadi Standar Akuntansi Keuangan, dan pada
bulan Desember 1994, yaitu pada Kongres VII IAI, Komite SAK telah membuat
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan dan 35 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan yang setaraf dengan standar akuntansi internasional.
Selain itu, Komite SAK juga menetapkan bahwa standar yang dibuat akan
mengacu pada IAS sehingga IAI melakukan revisi besar-besaran standar
akuntansi keuangan pada tahun 2004.
Sejak diperkenalkannya IFRS pada tahun 2001 di Eropa dan penetapan
penggunaan IFRS sebagai mandatory standard di Uni Eropa pada tahun 2005, IAI
menetapkan untuk mulai berkiblat pada IFRS. Pada Kongres X IAI tahun 2006
ditetapkan bahwa IFRS harus diterapkan penuh dalam standar akuntansi di
Indonesia pada tahun 2008. Namun proses konvergensi tersebut tidak mudah. Tim
pembuat standar atau Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) mengalami
banyak kendala dalam prosesnya seperti kurangnya sumber daya manusia,
perkembangan IFRS yang sangat cepat, dan sulitnya menerjemahkan standar
IFRS karena kesulitan mencari padanan kata yang tepat dalam bahasa Indonesia,
berlawanan dengan negara-negara di Uni Eropa dan Australia yang bisa langsung
38. 22
mengadopsi IFRS karena penggunaan bahasa yang sama. Sampai akhir tahun
2008, baru sebanyak 10 dari 33 butir IFRS yang berhasil diadopsi oleh DSAK.
Kendala lain muncul dari para pelaku industri dan perbedaan kultur
ekonomi Indonesia. Para pelaku industri terutama perbankan dinilai tidak siap
untuk menerapkan IFRS dan akhirnya penerapan standar akuntansi yang baru
diundur dari per 1 Januari 2008 menjadi per 1 Januari 2010. Munculnya krisis
ekonomi global yang melanda negara-negara Eropa dan berimbas ke Indonesia
membuat banyak perusahaan mengajukan protes dan meminta penerapan IFRS
untuk kembali diundur menjadi per 31 Desember 2010. Namun sampai dengan
tahun 2010 berakhir, masih sedikit perusahaan yang menerapkan SAK terbaru.
DSAK pun akhirnya kembali memundurkan dan menetapkan IFRS sebagai
mandatory adopted standard per 1 Januari 2012. Adanya ketidaksesuaian standar
terhadap kultur perekonomian di Indonesia juga menghambat penerapan standar.
Akibatkan dilakukannya penyesuaian standar IFRS agar relevan dengan kultur
perekonomian di Indonesia. Sampai dengan tahun 2012, DSAK telah menerbitkan
seluruh standar IFRS/IAS kecuali IAS 41 tentang Agriculture dan IFRS 1 tentang
First Time Adoption International Financial Reporting Standard karena dianggap
tidak relevan. Sebagai gantinya, beberapa ketentuan dalam PSAK telah
mempertimbangkan ketentuan IFRS 1 dalam standar-standarnya.
Sampai tahun 2012 pada periode konvergensi IFRS, Indonesia telah
memiliki tiga buah standar akuntansi dan mencabut beberapa standar. Standar
yang ada terdiri dari standar akuntansi umum yang terdiri dari 41 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan 11 Interpretasi Standar Akuntansi
39. 23
Keuangan (ISAK), 10 Penyataan Standar Akuntansi Syariah dan 1 Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan ETAP. Kemudian IAI juga mencabut 16 PSAK dan
2 ISAK ke dalam 11 Pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PPSAK). Standar akuntansi yang telah disesuaikan dengan IFRS yang harus
diberlakukan paling lambat 1 Januari 2012 beserta daftar standar akuntansi
keuangan lainnya yang telah dijelaskan sebelumnya adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Tabel Daftar Standar Akuntansi Keuangan Konvergensi IFRS
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM
Tanggal
Efektif
1 PSAK 1 (2009) IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan 1-Jan-11
2 PSAK 2 (2009) IAS 7 Laporan Arus Kas 1-Jan-11
3 PSAK 3 (2010) IAS 34 Laporan Keuangan Interim 1-Jan-11
4 PSAK 4 (2009) IAS 27 Laporan Keuangan Konsolidasian
dan Laporan Keuangan Tersediri
1-Jan-11
5 PSAK 5 (2009) IFRS 8 Segmen Operasi 1-Jan-11
6 PSAK 7 (2010) IAS 24 Pengungkapan Pihak-Pihak
Berelasi
1-Jan-11
7 PSAK 8 (2010) IAS 10 Peristiwa setelah Periode
Pelaporan
1-Jan-11
8 PSAK 10 (2009) IAS 21 Pengaruh Perubahan Kurs Valuta
Asing
1-Jan-12
9 PSAK 12 (2009) IAS 31 Bagian Partisipasi dalam Ventura
Bersama
1-Jan-09
10 PSAK 13 (2011) IAS 40 Properti Investasi 1-Jan-12
11 PSAK 14 (2008) IAS 2 Persediaan 1-Jan-11
12 PSAK 15 (2009) IAS 28 Investasi pada Entitas Asosiasi 1-Jan-11
13 PSAK 16 (2011) IAS 16 Aset Tetap 1-Jan-12
14 PSAK 18 (2010) IAS 26 Akuntansi dan Pelaporan Program
Manfaat Purnakarya
1-Jan-12
15 PSAK 19 (2010) IAS 38 Aset Tak Berwujud 1-Jan-11
16 PSAK 22 (2010) IFRS 3 Kombinasi Bisnis 1-Jan-11
17 PSAK 23 (2010) IAS 18 Pendapatan 1-Jan-11
18 PSAK 24 (2010) IAS 19 Imbalan Kerja 1-Jan-12
19 PSAK 25 (2009) IAS 8 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan
1-Jan-11
20 PSAK 26 (2011) IAS 23 Biaya Pinjaman 1-Jan-12
21 PSAK 28 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi
Kerugian
1-Jan-12
40. 24
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM
Tanggal
Efektif
22 PSAK 30 (2011) IAS 17 Sewa 1-Jan-12
23 PSAK 33 (2010) Aktivitas Pengupasan Lapisan
Tanah dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pada
Pertambangan Umum
1-Jan-12
24 PSAK 34(2010) IAS 11 Kontrak Konstruksi 1-Jan-12
25 PSAK 38 (2004) Akuntansi Restrukturisasi Entitas
Sepengendali
1-Jan-05
26 PSAK 36 (2010) Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa 1-Jan-12
27 PSAK 44 Akuntansi Aktivitas
Pengembangan Real Estate
1-Jan-98
28 PSAK 45 (2010) Pelaporan Keuangan Organisasi
Nirlaba
1-Jan-12
29 PSAK 46 (2010) IAS 12 Pajak Penghasilan 1-Jan-12
30 PSAK 48 (2009) IAS 36 Penurunan Nilai Aset 1-Jan-11
31 PSAK 50 (2010) IAS 32 Instrumen Keuangan: Penyajian 1-Jan-12
32 PSAK 51 (2003) Akuntansi Kuasi-Reorganisasi 1-Jan-00
33 PSAK 53 (2010) IFRS 2 Pembayaran Berbasis Saham 1-Jan-12
34 PSAK 55 (2011) IAS 39 Instrumen Keuangan: Pengakuan
dan Pengukuran
1-Jan-12
35 PSAK 56 (2010) IAS 33 Laba per Saham 1-Jan-12
36 PSAK 57 (2009) IAS 37 Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
danAset Kontinjensi
1-Jan-11
37 PSAK 58 (2009) IFRS 5 Aset Tidak Lancar yang dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan
1-Jan-11
38 PSAK 60 IFRS 7 Instrumen Keuangan:
Pengungkapan
1-Jan-12
39 PSAK 61 IAS 20 Akuntansi Hibah Pemerintah dan
Pengungkapan Bantuan
Pemerintah
1-Jan-12
40 PSAK 62 IFRS 4 Kontrak Asuransi 1-Jan-12
41 PSAK 63 IAS 29 Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
42 PSAK 64 IFRS 6 Aktivitas Eksplorasu dan Evaluasi
pada Pertambangan Sumber Daya
Mineral
1-Jan-12
43 ISAK 7 (2009) SIC 12 Konsolidasi Entitas Bertujuan
Khusus
1-Jan-11
44 ISAK 8 SIC 27 Penetuan Apakah Suatu Perjanjian
Mengandung Unsur Sewa
1-Jan-08
45 ISAK 9 Perubahan atas Liabilitas
Aktivitas Purnaoperasi, Restorasi,
dan Liabilitas Serupa
1-Jan-11
41. 25
No. PSAK/ISAK/PPSAK UMUM
Tanggal
Efektif
46 ISAK 10 IFRIC 13 Program Loyalitas Pelanggan 1-Jan-11
47 ISAK 11 Distribusi Aset Nonkas kepada
Pemilik
1-Jan-11
48 ISAK 12 SIC 13 Pengendalian Bersama Entitas:
Kontribusi Nonmoneter oleh
Venturer
1-Jan-11
49 ISAK 13 Lindung Nilai Investasi Neto
dalam Kegiatan Usaha Luar
Negeri
1-Jan-12
50 ISAK 14 SIC 32 Aset Tak Berwujud-Biaya Status
Web
1-Jan-11
51 ISAK 15 PSAK 24-Batas Aset Imbalan
Pasti, Persyaratan Pendanaan
Minimum dan Interaksinya
1-Jan-12
52 ISAK 16 IFRIC 12 Perjanjian Konsesi Jasa 1-Jan-12
53 ISAK 17 IFRIC 10 Laporan Keuangan Interim dan
Penurunan Nilai
1-Jan-11
54 ISAK 18 Bantuan Pemerintah-Tidak
Berelasi Spesifik dengan Aktivitas
Operasi
1-Jan-12
55 ISAK 19 IFRIC 7 Penerapan Pendekatan Penyajian
Kembali dalam PSAK 63:
Pelaporan Keuangan dalam
Ekonomi Hiperinflasi
1-Jan-12
56 ISAK 20 Pajak Penghasilan-Perubahan
dalam Status Pajak Entitas atau
Para Pemegang Saham
1-Jan-12
57 ISAK 22 Perjanjian Konsesi Jasa:
Pengungkapan
1-Jan-12
58 ISAK 23 SIC 15 Sewa Operasi-Insentif 1-Jan-12
59 ISAK 24 IFRIC 4 Evaluasi Substansi Beberapa
Transaksi yang Melibatkan Suatu
Bentuk Legal Sewa
1-Jan-12
60 ISAK 25 Hak Atas Tanah 1-Jan-12
61 ISAK 26 Penilaian Ulang Derivatif Melekat 1-Jan-12
62 ISAK 21 Perjanjian Konstruksi Real Estate
Sumber: Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan (Juan & Wahyuni, 2012)
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian telah dilakukan pada TLR. Sebagai variabel dependen,
peneliti seperti Ball et al. (2000) meneliti tentang pengaruh perubahan standar
42. 26
akuntansi, lingkungan institusional, dan issuer incentives pada penerbitan general
statement terhadap TLR dan menemukan bahwa perubahan standar akuntansi
tidak berpengaruh pada peningkatan TLR. Ball & Shivakumar (2005) melakukan
penelitian pada perusahaan privat dan perusahaan publik di Inggris dan
menemukan bahwa perusahaan privat lebih lambat dalam mengakui rugi karena
rendahnya permintaan stakeholder untuk mengakui rugi dengan tepat waktu.
Dalam perusahaan privat, manajer dan stockholder diperkirakan memiliki
kepentingan yang sama untuk tidak mengakui rugi tepat waktu. Perusahaan privat
juga memiliki tingkat asimetri informasi yang lebih rendah daripada perusahaan
publik walaupun menerapkan standar akuntansi dan hukum pajak yang sama,
tingkat asimetri pengakuan rugi perusahaan privat lebih rendah. Hasil penelitian
ini memberikan kemungkinan adanya pengaruh negatif terhadap TLR dikarenakan
permintaan pasar dan kesamaan kepentingan antara principal dan agen.
Jayaraman (2012) menemukan permintaan TLR meningkat pada perusahaan
dengan tingkat pengawasan internal yang ketat, dan permintaan kontrak hutang
yang tinggi dan kotrak hutang yang ketat terbukti mengakui rugi lebih tepat waktu
dibandingkan dengan kontrak hutang yang longgar (Nikolaev, 2006). Kontrak
hutang yang ketat timbul karena besarnya nilai hutang, atau tingkat risiko usaha,
baik dari dalam perusahaan maupun dari luar. Kreditur akan membutuhkan
informasi yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan sehingga dapat
menghindari kerugian di masa datang.
Penelitian TLR sebagai variabel independen juga pernah dilakukan, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Francis & Martin (2010) dan Bushman et al.
43. 27
(2011). Francis & Martin (2010) melakukan penelitian mengenai pengaruh TLR
terhadap keputusan akuisis oleh manajemen. Hasil penelitian menemukan adanya
pengambilan keputusan akuisisi yang lebih baik dan lebih menguntungkan pada
perusahaan yang menerapkan TLR. Perusahaan menjadi lebih sensitif pada
penurunan kesempatan investasi dan lebih cepat menilai investasi mana yang
menguntungkan (Bushman et al., 2011). Dengan begitu, penyajian laporan
keuangan yang mengakui rugi tepat waktu juga terbukti memberikan manfaat,
terutama dalam keputusan investasi dan akuisisi.
Berkembangnya isu IFRS yang menjadikan timeliness sebagai bagian dari
karakteristik kualitatif suatu pelaporan akuntansi juga membuat banyak peneliti
baik di dalam maupun di luar negeri tertarik untuk menelitinya. Seperti penelitian
yang dilakukan oleh Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), Paglietti
(2009), Outa (2011), Brauer et al. (2011), Sun et al. (2011), Chua et al. (2012),
Sianipar & Marsono (2013), dan Arum (2013) melakukan penelitian terkait
pengaruh IFRS terhadap kualitas laporan keuangan dengan menggunakan TLR
sebagai salah satu proksinya namun tidak semua penelitian mengarah pada
kesimpulan yang sama. Beberapa penelitian menghasilkan penemuan adanya
pengaruh positif antara penerapan IFRS terhadap TLR (Christensen et al., 2007,
Barth et al., 2008, Outa, 2011 dan Chua et al., 2012), namun ada juga yang
menemukan bahwa penerapan IFRS sama sekali tidak berpengaruh pada TLR
(Paglietti., 2009, Brauer et al., 2011, Sun et al., 2011, Sianipar & Marsono, 2013,
dan Arum, 2013).
44. 28
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketepatan
waktu manajemen dalam mengakui kerugian. Beberapa faktor tersebut kemudian
digunakan sebagai variabel kontrol oleh peneliti, untuk mengontrol hasil
penelitian agar tidak bias. Faktor-faktor tersebut seperti ukuran perusahaan
(Arum, 2013; Outa 2011; Francis & Martin, 2010; Chua et al., 2012; Jayaraman,
2012; Lang et al., 2006; Sun et al., 2011; Ball & Shivakumar, 2005; Sianipar &
Marsono, 2013; Barth et al., 2008; Nikolaev, 2006), leverage (Cohen, 2003;
Nikolaev, 2006; Arum, 2013; Barth et al., 2008; Sianipar & Marsono, 2013; Ball
& Shivakumar, 2005; Sun et al., 2011; Lang et al., 2006; Francis & Martin, 2010;
Chua et al., 2012; Outa, 2011), kualitas audit (Basu et al., 2001; Ball &
Shivakumar, 2005; dan Jayaraman, 2012), profitabilitas (Jayaraman, 2012) dan
penerapan standar baru di suatu negara (Jayaraman, 2012; Paglietti, 2009; dan
Barth et al., 2008).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan,
leverage, profitabilitas, dan kualitas audit berpengaruh positif terhadap ketepatan
waktu pengakuan rugi, sedangkan pada penerapan standar baru terdapat hasil yang
berbeda. Ada hasil yang menyatakan bahwa penerapan standar baru berpengaruh
positif, namun ada juga yang tidak berpengaruh. Ukuran perusahaan dapat
mempengaruhi TLR karena adanya risiko litigasi (Ball & Shivakumar, 2005) dan
perbedaan agency cost. Kemudian, leverage berhubungan dengan struktur
permodalan perusahaan yang dapat memicu insentif perusahaan untuk
“mempercantik” informasi laporan keuangan dan juga terkait agency cost antara
kreditur dengan manajemen. Kualitas audit berhubungan dengan tingkat
45. 29
independensi dan penilaian atas kualitas informasi dalam laporan keuangan.
Sedangkan pada penerapan standar yang baru, hasil yang berbeda terkait dengan
kesiapan suatu organisasi atau suatu negara untuk mengganti standar keuangan
yang sudah ada. Kesiapan penerapan standar akan berpengaruh pada efektivitas
penerapan standar sehingga berpengaruh pula pada kualitas informasi keuangan
yang dihasilkan.
46. 30
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Terdahulu tentang Timely Loss Recognition
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
1 Sianipar &
Marsono (2013)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
IFRS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Penerapan IFRS tidak berpengaruh
pada manajemen laba, relevansi
nilai, dan TLR
2 Chua et al.
(2012)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
Mandatory IFRS
adoption
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Mandatory IFRS adoption
menurunkan
earning smoothing behavior
Mandatory IFRS adoption
berpengaruh positif pada TLR
Relevansi nilai meningkat setelah
penerapan IFRS
3 Arum (2013) Earning
management, TLR,
Value relevance
IFRS OCF, size, leverage IFRS berpengaruh pada penurunan
manajemen laba
IFRS berpengaruh pada
peningkatan value relevance
IFRS tidak berpengaruh pada TLR
4 Outa (2011) Earning
management, TLR,
Value relevance
IFRS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Pada periode setelah diterapkannya
IFRS, terjadi penurunan laba dan
pada periode sebelum
diterapkannya IFRS ditemukan
adanya manajemen laba yang
berarti telah terjadi peningkatan
47. 31
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
kualitas terhadap manajemen laba
IAS firms mengakui rugi lebih tepat
waktu pada periode setelah
diterapkannya IFRS dibandingkan
pada periode sebelum
diterapkannya IFRS secara
mandatory
Penerapan IFRS menunjukkan
pengaruh terhadap menurunnya
manajemen laba, meningkatnya
TLR dan value relevance
5 Sun et al.
(2011)
Discretionary
accruals, target
beating, earning
persistence, TLR,
ERC
Mandatory
adoption of IFRS
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Tidak ada perubahan kualitas laba
pada periode sebelum dengan
sesudah pengadopsian IFRS pada
perusahaan cross-listing di US,
terutama pada Discretionary
accruals, TLR, dan ERC
Terdapat kualitas laba yang
menunjukkan peningkatan, yaitu
pada incidence of small positive
earnings and earnings persistence
6 Brauer et al.
(2011)
TLR IFRS Tidak ada perubahan pada TLR
setelah penerapan IFRS
7 Paglietti (2009) Earning IFRS mandatory Size, financing structure, Terjadi peningkatan manajemen
48. 32
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
management, TLR,
Value relevance
adoption growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
laba pada periode penerapan IFRS
yang ditandai dengan
meningkatnya earning smoothing
dan tidak ada hubungan yang
signifikan pada perubahan
manajemen laba karena target
Penerapan IFRS berhubungan
dengan penurunan TLR dengan
ditandai adanya waktu pengakuan
yang sama pada pengakuan laba
dengan rugi
Terdapat peningkatan value
relevance setelah pengadopsian
IFRS
8 Barth et al.
(2008)
Manajemen laba,
relevansi nilai,
TLR
IAS Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance
Perusahaan yang mengadopsi IAS
mengalami penurunan manajemen
laba, peningkatan pada TLR dan
relevansi nilai dibandingkan
dengan perusahaan yang tidak
mengadopsi IAS pada periode post-
adoption
Tidak ada perbedaan accounting
quality pada perusahaan
pengadopsi IAS, dengan
perusahaan yang tidak mengadopsi
49. 33
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
IAS pada periode pre-adoption,
namun perusahaan pengadopsi IAS
telah melakukan TLR bahkan pada
periode pre-adoption
Terdapat peningkatan accounting
quality pada perusahaan
pengadopsi IAS antara periode pre-
adoption dengan post-adoption
Perubahan accounting quality lebih
besar pada perusahaan pengadopsi
IAS dibandingkan dengan
perusahaan yang tidak mengadopsi
IAS
9 Christensen et
al. (2007)
Earnings
management and
TLR
IFRS Terdapat peningkatan kualitas
akuntansi dengan adanya
penurunan earnings management
dan peningkatan TLR pada
voluntary IFRS adopters, namun
tidak ada peningkatan kualitas pada
forced IFRS adopters
10 Ball &
Shivakumar
(2005)
TLR UK private and
public firms
Size, leverage, industry
membership dan ukuran
auditor, endogenous
listing choice
Private firms melaporkan kualitas
laba lebih rendah, dengan tingkat
asimetri ketepatan waktu yang
rendah antara pengakuan rugi
dengan pengakuan laba
50. 34
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
Private firms memiliki kualitas
laporan keuangan yang rendah
karena memang permintaan pasar,
walaupun menggunakan standar
akuntansi dan hukum pajak yang
sama dengan public firms. Private
firms menggunakan laporan
keuangan sebagai pengganti private
communication untuk mengurangi
asimetri informasi antara manajer
dengan pihak lain
TLR tidak terpengaruh size,
leverage, fiscal year end dan
industry differences between public
and private firms
11 Jayaraman
(2012)
TLR Insider trading
enforcement
Growth opportunities,
firm specific uncertainty,
ROE, MTB, IFRS, size,
firm performance, firm
international operations,
presence of big8 auditor,
time varying factors,
access to capital,
differences in external
financing, time-invariant
TLR meningkatkan setelah
dipatuhinya insider trading laws
Pengaruh insider trading
enforcement pada TLR lebih kuat
pada perusahaan dengan
permintaan kontrak hutang yang
tinggi
Pengaruh insider trading
enforcement pada TLR lebih kuat
pada perusahaan dengan
51. 35
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
institutional factors pengawasan internal yang ketat
Tidak ada pengaruh antara
permintaan pasar modal terhadap
meningkatnya permintaan TLR
oleh insider trading laws
12 Nikolaev
(2006)
TLR Debt contract
restrictiveness
Size, volatility, leverage,
probability of
bankruptcy, growth,
BtM, dividend yield,
VAI
Perusahaan dengan kontrak
perjanjian hutang yang ketat dua
kali lebih tepat waktu dalam
melaporkan kerugian dibandingkan
dengan perusahaan kontrak hutang
yang longgar
13 Gormley et al.
(2012)
TLR Foreign bank
entry
Firm fixed effect, year
fixed effects
Masuknya bank luar negeri
meningkatkan TLR
Peningkatan TLR juga meningkat
pada private firms, smaller firms,
non-group firms dan firms with
greater external financing
dependence
Perubahan yang terjadi pada TLR
setelah masuknya bank luar negeri
berpengaruh positif pada firm’
access to credit
14 Aflatooni &
Mokarami
TLR REM Ditemukan OCF dan discretionary
expense yang abnormally low, serta
52. 36
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
(2013) biaya produksi yang abnormally
high pada perusahaan yang
melaporkan small positive net
income tahunan
Ditemukan bukti bahwa perusahaan
berusaha meningkatkan laba
tahunan dengan memberikan
diskon untuk meningkatkan
penjualan dan melakukan produksi
yang berlebihan untuk menurunkan
discretionary expense
TLR lebih rendah pada perusahaan
yang melakukan REM
15 Ball et al.
(2000)
TLR Accounting
standards,
institutional
environment,
issuer incentives
Faktor institusional yang lebih luas
menjadi penentu utama dalam
financial statement properties
Issuer incentives menentukan
financial statement properties
Keberadaaan auditor internasional
tidak berpengaruh pada TLR karena
hubungannya dengan institutional
environtment
Accounting standard tidak
berpengaruh pada TLR dan
insentif pada penerbitan general
53. 37
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
statement muncul dari institutional
environment yang lebih luas, yang
sangat berpengaruh pada
transparansi financial statement
16 Sodan & Barac
(2013)
ATLR Corporate life-
cycle stages
Terdapat perbedaan pengakuan rugi
pada company life-cycle stages.
Perusahaan dalam fase early stages
mengakui konservatisme pada
tingkat yang lebih rendah, dengan
begitu, mengakui asymmetric
timeliness of earnings lebih rendah.
17 Ball et al.
(2008)
Financial reporting
quality
Equity market,
debt market
Countries legal origin,
legal enforcement and
investor protection
ratings, MTB
Ukuran debt market berpengaruh
signifikan terhadap TLR
Tidak ada hubungan antara TLGR
dengan ukuran equity market
Debt market menuntut financial
reporting lebih tepat waktu (TLR)
dan lebih konservatif karena
informasi dari financial report
sangat dibutuhkan
18 Francis &
Martin (2010)
Acquisition
investment decision
TLR Leverage, size, litigation
risk, market value of
equity
Perusahaan yang mengakui
kerugian yang tepat waktu
membuat keputusan akuisisi yang
lebih menguntungkan
54. 38
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
Kecil kemungkinannya bagi
perusahaan untuk membuat pasca-
akuisisi divestasi ( konsisten
dengan keputusan investasi yang
lebih baik), tetapi bertindak lebih
cepat untuk melakukan divestasi
Terdapat hubungan yang positif
antara TLR dengan acquisition
profitability terutama bagi
perusahaan dengan agency cost
yang besar
19 Lang et al.
(2006)
Earning
Smoothing,
tendency to manage
earnings towards a
target, TLR,
general association
with share prices
Reconciled
accounting by
cross-listed firm
Size, financing structure,
growth, need for capital,
frequency of debt and
equity issuance,
leverage, cash flows
Earning smoothing pada cross-
listed firm lebih sering dilakukan
daripada US firms, memiliki
kecenderungan lebih besar untuk
melakukan manajemen laba sebagai
upaya pencapaian target, lower
association with share prices, dan
lebih lambat dalam mengakui
kerugian
20 Bushman et al.
(2011)
Corporate
investment
behavior
TLR Country-level, industry-
level- firm-level
Incremental and total sensitivity of
corporate investment terhadap
penurunan kesempatan investasi
meningkat pada suatu negara
dengan praktik TLR yang tinggi
55. 39
Sumber: Berbagai jurnal
Keterangan:
TLR : Timely Loss Recognition
TGLR : Timely Gain and Loss Recognition
ATLR : Asymmetri Timely Loss Recognition
MTB : Market to Book Value
IFRS : International Financial Reporting Standard
IAS : International Accounting Standard
ATO : Assets Turn-Over
CF : Cash Flow
ROE : Return on Equity
BtM : Book to Market ratio
VAI : Variability of Accounting Income
OCF : Operating Cash Flows
ERC : Earnings Response Coefficient
REM : Real Earnings Management
Berikut ini merupakan hasil penelian sebelumnya terkait kepemilikan asing dan IFRS.
Tabel 2.4 Hasil Penelitian Terdahulu tentang IFRS dan Kepemilikan Asing
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
1 Bopkin &
Isshaq (2009)
Foreign ownership Corporate
disclosure
MVE, MTB, ROE,
TDS, FCF,
leverage
Terdapat hubungan positif yang
signifikan antara corporate disclosure
dengan foreign ownership
MVE, MTB, FCF berpengaruh
signifikan terhadap foreign ownership
Terdapat hubungan negatif yang
signifikan antara foreign ownership
dengan leverage
Tidak ada hubungan yang signifikan
antara foreign ownership dengan
corporate governance, ROE, dan TDS
56. 40
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
2 Chevalier et al.
(2006)
Corporate
governance
Foreign ownership Tangibility,
profitability,
volatility, firm size,
MVE
Foreign ownership berpengaruh pada
praktik corporate governance yang lebih
baik
Terdapat hubungan positif antara
tangibility, volatility dan firm size
dengan foreign ownership
Profitability dan MVE berpengaruh
negatif terhadap foreign ownership
3 DeFond et al.
(2011)
Foreign mutual
ownership
Mandatory IFRS
adoption
SIZE, Big5 auditor,
ROE, leverage,
BTMV, growth,
stock return,
market index,
number of analyst,
dividend yield
Terdapat peningkatan foreign mutual
ownership setelah pengadopsian IFRS
4 Cahyonowati &
Ratmono
(2012)
Kualitas informasi IFRS Jenis industri,
ukuran perusahaan
Tidak terdapat peningkatan kualitas
infomasi setelah penerapan IFRS
Tidak ada peningkatan relevansi laba
dengan keputusan investasi setelah IFRS
diadopsi
5 Aisbitt (2006) Reconciliations of
equity
IFRS Tidak ada pengaruh signifikan antara
penerapan IFRS dengan ekuitas
6 Horton et al.
(2013)
Information
environment
IFRS mandatory
adoption
Level of absolute
accruals, analyst
Penerapan mandatory IFRS
meningkatkan kualitas information
57. 41
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
coverage, MVE,
reporting negative
income, and
forecast horizon
environtment dengan adanya
peningkatan pada kualitas informasi dan
accounting comparability
Terdapat peningkatan akurasi earnings
forecast pada mandatory adopters
Tidak ada hubungan antara forecast
accuracy setelah penerapan IFRS
dengan kesempatan manajer untuk
manajemen laba
7 Bozcuk (2012) Firm performance Voluntary
adoption of IFRS
Size, shor term
performance,
ownership
Terdapat peningkatan performance pada
perusahaan yang mengadopsi IFRS
Terdapat hubungan yang positif antara
adopsi IFRS dengan size dan short-term
performance
8 Gaston et al.
(2010)
Quantitive impact
(such as fixed
assets, current
assets, total assets,
equity, long-term
liabilities, short-
term liabilities,
operating income,
net income, current
ratio, solvency,
indebtness, ROA,
IFRS mandatory
adoption in Spain
and UK
Terdapat pengaruh yang signifikan
antara IFRS dengan quantitive impact
baik di Spanyol dan pengaruh yang lebih
tinggi terlihat di Inggris
Terdapat pengaruh negatif antara IFRS
dengan relevansi pelaporan, namun
hanya di Spanyol yang berpengaruh
signifikan
58. 42
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
and ROE) and
information
relevance
9 Perramon &
Amat (2006)
Income statement IFRS introduction IFRS introduction berpengaruh pada
profit result dengan adanya penerapan
fair-value untuk instrumen derivatif dan
aturan terbaru terkait goodwill
Terdapat efek yang beragam pada laba
bersih setelah IFRS introduction yang
menyebabkan sulitnya memprediksi
dampak lainnya terhadap perusahaan
10 Major &
Marques (2009)
Firm performance,
corporate
governance
IFRS Terdapat peningkatan firm performance
setelah penerapan IFRS namun tidak
dengan corporate governance
11 Nobes &
Stadler (2014)
Managements’
accounting
information
decisions
Karakteristik
kualitatif IFRS
framework (such
as relevance,
faithful
representation,
comparability and
understandability)
Manajer biasanya menghasilkan
informasi keuangan yang mengacu pada
kualitas pengukuran, yaitu pada faithful
representation
12 Rohaeni &
Aryati (2012)
Income Smoothing IFRS Penerapan IFRS berpengaruh negatif
terhadap praktik income smoothing
59. 43
No
Nama dan
Tahun
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Variabel Kontrol Hasil Penelitian
13 Stent et al.
(2010)
Financial
statements and
ratios
IFRS Terdapat pengaruh signifikan antara
IFRS dengan laporan keuangan
perusahaan dan rasio perusahaan
14 Houqe et al.
(2012)
Earnings Quality IFRS and investor
protection
Terdapat peningkatan kualitas laba
(earnings quality) setelah penerapan
IFRS dan ketika suatu negara provides
stronger protection terhadap para
investornya
Sumber: Berbagai jurnal
Keterangan:
MVE: Market Value of Equity
MTB : Market to Book
ROE : Return on Equity
TDS : Total Disclosure Share
FCF : Free Cash Flow
BTMV : Book to Market Value
60. 44
44
Variabel penelitian tentang kepemilikan asing sudah pernah dilakukan.
Penelitian tentang kepemilikan asing yang ditemukan peneliti, yaitu Chevalier et
al. (2006), Bopkin & Isshaq (2009); dan DeFond et al. (2011). Chevalier et al.
(2006) meneliti bagaimana pengaruh kepemilikan asing terhadap corporate
governance (CG) dan menemukan adanya praktik CG yang lebih baik setelah
masuknya investasi asing. Bopkin & Isshaq (2009) melakukan penelitian terkait
pengungkapan perusahaan (corporate disclosure) terhadap kepemilikan asing dan
menemukan hubungan yang positif signifikan antara corporate disclosure dengan
kepemilikan asing. Penelitian lain tentang kepemilikan asing dilakukan oleh
DeFond et al. (2011) yang meneliti pengaruh mandatory IFRS adoption terhadap
kepemilikan asing dan menemukan adanya peningkatan kepemilikan asing setelah
suatu perusahaan menerapkan IFRS. Standar IFRS merupakan solusi dari standar
akuntansi yang berbeda-beda di setiap negara. Dengan penerapan IFRS di
berbagai negara mengurangi asimetri informasi karena informasi yang disajikan
telah menggunakan bahasa akuntansi yang sama sehingga meningkatkan
keterbandingan dan lebih mudah dipahami. Investor asing terhindar dari
keterbatasan informasi dan semakin mudah mengambil keputusan apabila ingin
berinvestasi di negara lain.
Kemudian variabel IFRS juga sudah banyak diteliti dan beberapa penelitian
menemukan penerapan IFRS belum memiliki manfaat atau peningkatan kualitas.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Cahyonowati & Ratmono (2012) dan
Aisbit (2006). Kesamaan kedua penelitian tersebut adalah penelitian dilakukan
pada sampel early adopter atau perusahaan yang baru saja mulai menerapkan
61. 45
45
IFRS sehingga terdapat kemungkinan bahwa penerapan IFRS masih belum
maksimal sehingga potensi manfaat penerapan IFRS masih belum terlihat. Pada
penelitian lain terkait IFRS membuktikan adanya peningkatan kualitas setelah
penerapan IFRS. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Perramon & Amat
(2006), Major & Marques (2009), Gaston et al. (2010), Stent et al. (2010),
Bozcuk (2012), Houqe et al. (2012), Rohaeni & Aryati (2012), Horton et al.
(2013), dan Nobes & Stadler (2014).
Walaupun penelitian mengenai pengaruh IFRS terhadap TLR telah banyak
dilakukan, namun hasil penelitian masih bertentangan. Peneliti seperti Christensen
et al. (2007), Barth et al. (2008), Outa (2011), dan Chua et al. (2012)
mengemukakan adanya peningkatan TLR setelah diterapkannya IFRS. Namun
penelitian lain seperti , namun ada juga yang Paglietti (2009), Brauer et al. (2011),
Sun et al. (2011), Sianipar & Marsono (2013), dan Arum (2013) menemukan
bahwa penerapan IFRS sama sekali tidak berpengaruh pada TLR. Selain itu,
penelitian mengenai pengaruh kepemilikan asing terhadap TLR pun masih jarang
dilakukan. Oleh karena itu, peneliti mencoba melakukan pengujian kembali
mengenai pengaruh IFRS serta kepemilikan asing terhadap TLR. Kemudian, agar
hasil penelitian tidak bias, peneliti menambahkan empat variabel kontrol, yaitu
ukuran perusahaan (size), profitabilitas, leverage, dan kualitas audit.
62. 46
46
2.3 Perumusan Hipotesis
2.3.1 Variabel Independen
2.3.1.1. Pengaruh Konvergensi IFRS terhadap Timely Loss Recognition
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan seperangkat
standar akuntansi yang dikembangkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB) dan merupakan standar akuntansi berkualitas tinggi yang
memungkinkan untuk diterapkan di seluruh dunia. IFRS juga diterapkan
berdasarkan prinsip principle-based memungkinkan untuk diterapkan di berbagai
sektor industri sehingga informasi yang dihasilkan dapat diperbandingkan. IFRS
menjanjikan kualitas informasi yang lebih comparable, timeliness, dan transparan.
Sebagai standar berkualitas tinggi, saat ini IFRS telah diterapkan di 138 negara,
termasuk Indonesia.
Sebagai negara yang tergabung dalam G-20, Indonesia berkomitmen untuk
menerapkan IFRS secara penuh pada tahun 2012. Walau begitu, keinginan untuk
memiliki standar akuntansi bertaraf internasional telah muncul sejak tahun 1994
dan adanya kewajiban penerapan IFRS di Eropa pada tahun 2005 mendorong
Indonesia untuk mengikuti jejak negara-negara maju dan berkiblat pada IFRS.
Proses konvergensi IFRS dimulai tahun 2006 dan hingga tahun 2012, Indonesia
telah memiliki 62 standar akuntansi berbasis IFRS.
Penerapan IFRS di Indonesia tidak hanya didorong oleh penerapan IFRS di
negara-negara Eropa dan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan
Australia, namun juga keinginan untuk menyajikan laporan keuangan yang lebih
63. 47
47
berkualitas. Peningkatan kualitas laporan keuangan tersebut tertuang dalam
Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements yang
diterbitkan oleh IASC (sekarang berganti menjadi IASB). Dalam rerangka
tersebut dijelaskan bahwa tujuan dibentuknya IASC adalah untuk membuat
standar pelaporan keuangan yang berkualitas dan dapat diterima. Untuk itu,
dibuatlah standar pelaporan keuangan yang berdasarkan principle based dan
menghilangkan standar yang dapat memicu alternatif penggunaan standar untuk
kepentingan manajemen, serta menganjurkan penggunaan metode akuntansi yang
dapat meningkatkan transparansi informasi oleh perusahaan. IFRS dibuat
berdasarkan beberapa kriteria tersebut. Pada principle based, perusahaan
menerapkan metode akuntansi berdasarkan prinsipnya, bukan teknisnya karena
adanya perbedaan karakteristik di setiap jenis industri sehingga memungkinkan
informasi yang dihasilkan perusahaan lebih mencerminkan kondisi perusahaan.
Kemudian IFRS menghilangan standar yang berpotensi memberikan manajemen
alternatif untuk menggunakan metode akuntansi yang hanya didasarkan
kepentingan, bukannya transparansi. Oleh karena itu, dengan adanya pelaporan
yang lebih mencerminkan kondisi perusahaan, laporan dan informasi yang
dihasilkan lebih berkualitas, dan salah satu kualitas laporan keuangan yang
meningkat, yaitu pada ketepatanwaktu (timeliness) yang diterapkan pada
pengakuan rugi.
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai pengaruh IFRS pada timely
loss recognition (TLR) dan menemukan adanya pengaruh signifikan positif.
Seperti hasil penelitian Christensen et al. (2007), Barth et al. (2008), dan Chua et
64. 48
48
al. (2012) menemukan adanya pengakuan rugi yang lebih tepat waktu setelah
penerapan IFRS. Namun ada juga beberapa penelitian yang tidak menemukan
adanya peningkatan TLR setelah penerapan IFRS seperti penelitian Paglietti
(2009), Brauer et al. (2011), Outa (2011) dan Sun et al. (2011). Walaupun
terdapat hasil penelitian yang menemukan tidak adanya peningkatan TLR,
Sianipar & Marsono (2013) berpendapat bahwa perbaikan kualitas laporan
keuangan belum akan terlihat pada early adopter dikarenakan belum siapnya
regulasi dan perangkat yang mendukung. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti
berpendapat bahwa konvergensi IFRS dapat meningkatkan kualitas laporan
keuangan dengan pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, sehingga hipotesis
dirumuskan sebagai berikut:
H1: IFRS berpengaruh positif pada peningkatan timely loss recognition.
2.3.1.2. Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Timely Loss Recognition
Globalisasi yang semakin berkembang semakin mengaburkan batas antar
negara dan memungkinkan semakin mudahnya transaksi antar negara dan
investasi. Sebagai negara yang memiliki potensi pasar yang besar, Indonesia
menjadi tujuan investasi yang diminati sehingga banyak investor asing yang
menanamkan investasinya di Indonesia. Persentase investasi diikuti dengan hak
investor untuk melakukan intervensi di dalam manajemen. Semakin besar
persentase kepemilikan, maka pengaruh yang ditimbulkan semakin besar sehingga
investor pun dapat berperan aktif dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap
pengambilan keputusan manajer dan memastikan bahwa investasinya
menguntungkan.
65. 49
49
Teori institusional mengemukakan adanya proses peniruan dan penerapan
suatu budaya atau norma yang dianggap baik dan melegitimasinya menjadi aturan
yang berlaku di suatu organisasi DiMaggio & Powell (1983). Masuknya investor
asing membawa konsekuensi pada praktik manajemen perusahaan untuk
mengikuti praktik manajemen di negara asal karena dianggap lebih baik dan
mengarahkan manajemen untuk menerapkan aturan, sistem pelaporan internal,
dan prinsip pengungkapan pelaporan yang sama. Menurut Chevalier et al. (2006),
masuknya invetor asing dalam suatu perusahaan dapat meningkatkan praktik
corporate governance menjadi lebih baik. Namun demikian, tidak semua tipe
investor asing berpengaruh pada peningkatan corporate governance. Investor
asing yang berinvestasi bisa saja dimiliki atau mempunyai hubungan istimewa
dengan Indonesia sehingga best practice yang diterapkan tidak berbeda dan tidak
ada peningkatan. Kepemilikan domestik pada perusahaan asing yang kemudian
menanamkan kembali modalnya di Indonesia biasanya dilakukan untuk
menghindari pajak sehingga banyak perusahaan Indonesia yang kemudian
menanamkan modalnya di tax haven country, dengan begitu, pajak yang
dibayarkan menjadi lebih kecil. Selain itu juga terdapat insentif untuk menutupi
pemilik utama perusahaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa kepemilikan
asing akan berpengaruh pada praktik corporate governance yang lebih baik dan
dengan begitu, kualitas laporan keuangan yang dihasilkan pun menjadi lebih
berkualitas sehingga peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kepemilikan asing berpengaruh positif pada timely loss recognition.
66. 50
50
2.3.2 Variabel Kontrol
2.3.2.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Timely Loss Recognition
Agency theory mengemukakan bahwa semakin besar perusahaan, maka
principal akan membutuhkan agency cost yang semakin besar pula untuk
melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen dalam mengelola
perusahaan. Karena semakin besarnya agency cost yang dikeluarkan, pengawasan
principal terhadap agen pun akan semakin ketat. Ketatnya pengawasan akan
mendorong manajemen untuk menyajikan informasi mengenai perusahaan dengan
lebih transparan, dalam hal ini, mengakui rugi perusahaan pada waktunya.
Menurut Ball & Shivakumar (2005), perusahaan yang besar cenderung mengakui
rugi dengan lebih tepat waktu dibandingkan dengan perusahaan kecil.
Selain itu, ukuran perusahaan (size) merupakan proksi yang mewakili
volatilitas pengaruh atas economic income. Ball & Shivakumar (2005)
berpendapat bahwa size berhubungan dengan listing status, serta behavior dalam
melaporkan kerugian. Size juga berpengaruh positif pada konservatisme, terutama
pada asimetri pengakuan rugi dan laba, yaitu semakin besar perusahaan, maka
konservatisme perusahaan meningkat, yang berarti pengakuan rugi dilakukan
lebih sering dibandingkan pengakuan laba sebagai salah satu implementasi dari
konservatisme akuntansi (Ball & Shivakumar, 2005). Beberapa penelitian lain
yang dilakukan oleh Francis et al. (2008), Gu et al. (2002 dalam Fanani, 2009),
dan Cohen (2003) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh pada
kualitas laporan keuangan yang semakin baik. Semakin besar perusahaan, maka
kegiatan operasional akan lebih stabil dan diprediksi semakin baik sehingga
67. 51
51
kemungkinan kesalahan estimasi akan lebih kecil (Gu et al., 2002 dalam Fanani,
2009). Oleh karena itu, ukuran perusahaan diperkiraan akan berpengaruh positif
terhadap TLR.
2.3.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Timely Loss Recognition
Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan,
tidak hanya dalam menghasilkan laba, tetapi juga digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan memanfaatkan aset perusahaan dalam menghasilkan laba.
Aset perusahaan dapat diperoleh dari pinjaman atau investasi. Dengan kata lain,
rasio ini digunakan untuk menilai tingkat efisiensi suatu investasi. Biddle et al.
(2009) mengemukakan bahwa tingkat efisiensi dapat dipengaruhi kualitas laporan
keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas akan memberikan infomasi yang
dibutuhkan oleh investor sehingga dapat membuat kontrak perjanjian kerja sama
yang lebih baik dan dapat menghindari inefisiensi investasi karena dengan kontrak
perjanjian yang lebih baik, investor dapat mengawasi setiap keputusan investasi
yang dilakukan oleh manajer. Laporan keuangan yang bekualitas ditandai dengan
pengakuan rugi yang lebih tepat waktu, sehingga variabel profibatabilitas ini
diperkirakan akan memiliki hubungan yang positif terhadap TLR.
2.3.2.3 Pengaruh Leverage terhadap Timely Loss Recognition
Leverage merupakan rasio yang dapat menggambarkan sumber permodalan
perusahaan dan bagaimana perusahaan mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Semakin besar rasio leverage, maka semakin besar aktivitas perusahaan didanai
dengan utang. Hal itu bukanlah hal yang baik karena dengan besarnya hutang
68. 52
52
perusahaan akan membuat perusahaan fokus pada pengembalian hutang dan
bukannya membuat perusahaan semakin berkembang. Namun tingginya leverage
ternyata berpengaruh pada peningkatan kualitas laporan keuangan. Penelitian
seperti Cohen (2003) menemukan adanya peningkatan kualitas laporan keuangan
sejalan dengan tingginya leverage. Hal tersebut dikarenakan tingginya leverage
akan meningkatkan agency cost yang berimplikasi pada permintaan atas
pengawasan yang tinggi baik dalam kinerja untuk memanfaatkan dana yang
diperoleh, dan juga penyajian laporan terkait kinerja manajemen. Leverage
diperkirakan akan berpengaruh positif terhadap TLR.
2.3.2.4 Pengaruh Kualitas Audit terhadap Time Loss Recognition
Berdasarkan agency theory, kepentingan yang berbeda antara principal dan
agen harus dijembatani agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Auditor independen
merupakan pihak yang dapat menjembatani kesenjangan kepentingan tersebut.
Auditor independen sebagai pihak diluar perusahaan dapat melakukan penilaian
atas kinerja manajemen dan kewajaran pelaporan keuangan tanpa dipengaruhi
kepentingan tertentu sehingga penilaian lebih independen dan dapat dipercaya.
Hasil penilaian yang baik dari auditor independen dapat meningkatkan
kepercayaan principal terhadap kemampuan agen mengelola perusahaan.
Untuk dapat memberikan rasa percaya principal terhadap agen, kualitas
audit dari auditor independen pun dipertimbangkan. Kualitas audit yang baik akan
menghasilkan laporan audit yang dapat dipercaya dan informasi yang terdapat
dalam laporan keuangan pun dapat lebih diandalkan. Kualitas audit diproksikan
dengan keberadaan auditor yang tergabung dalam “Big Four” auditors. Kualitas
69. 53
53
audit yang diaudit oleh “Big Four” auditors memiliki kualitas yang tinggi
sehingga diharapkan perusahaan yang menggunakan “Big Four” auditors sebagai
auditor akan lebih tepat waktu (timely) dalam mengakui kerugian. Francis &
Wang (2008) menemukan adanya peningkatan kualitas laba pada perusahaan
dengan “Big Four” auditors yang ditandai dengan mengakui rugi serta
konservatisme laba yang lebih besar dibandingkan dengan non-Big Four firms.
Basu et al. (2001) menemukan bahwa konservatisme kualitas laba lebih tinggi
pada “Big Eight” auditee yang berarti pengakuan rugi dilakukan lebih tepat waktu
daripada pengakuan laba. Perbedaan kualitas itu disebabkan adanya tanggung
jawab hukum yang lebih besar pada “Big Eight” auditors dibandingkan Non-Big
Eight. Peneliti memperkirakan kualitas audit akan berpengaruh positif terhadap
TLR.
2.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka serta penelitian-penelitian terdahulu, peneliti
menggambarkan kerangka pemikiran sebagai berikut.
Timely loss recognition atau pengakuan rugi tepat waktu dalam laporan
keuangan yang dilakukan oleh manajemen dipengaruhi beberapa variabel, seperti
penerapan standar internasional IFRS, kepemilikan saham oleh pihak asing,
ukuran perusahaan (Size), profitabilitas (ROA), leverage (DER), serta kualitas
audit. Variabel-variabel tersebut dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif
terhadap ketepatan waktu pengakuan kerugian oleh manajemen. Sedangkan untuk
variabel lainnya, peneliti menetapkan penerapan IFRS dan kepemilikan asing
sebagai variabel independen dan sebagai variabel kontrol, peneliti menggunakan
70. 54
54
profitabilitas (ROA), ukuran perusahaan (Size), Leverage (DER), serta kualitas
audit. Adanya beberapa variabel kontrol ini diharapkan bahwa hasil penelitian
tidak bias.
Dari kerangka pemikiran yang telah dijelaskan, skema dari kerangka
pemikiran adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1: Kerangka
Pemikiran
71. 55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan jenis pengujian hipotesis yang merupakan jenis
penelitian yang digunakan untuk menjelaskan sifat hubungan tertentu atau
menentukan perbedaan antarkelompok atau interdependensi dua atau lebih faktor
dalam situasi tertentu (Sekaran, 2011). Hipotesis yang akan diuji yaitu terkait
pengaruh kepemilikan asing dan penerapan standar internasional IFRS terhadap
timely loss recognition atau ketepatan waktu pengakuan kerugian. Selain itu,
peneliti juga akan menggunakan beberapa variabel kontrol, yaitu, leverage,
profitabilitas dan corporate governance (diproksikan dengan kualitas audit).
3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang mengacu pada seluruh kelompok
orang, kejadian, atau minat yang menarik minat peneliti atau memiliki
karakteristik tertentu dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian
ini, yaitu seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 dan selain perusahaan yang
merupakan sektor perbankan serta perusahaan yang berstatus BUMN.
Penentuan sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive
sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
72. 55
(Sugiyono, 2009). Pertimbangan yang digunakan berupa kriteria-kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut.
1. Perusahaan terdaftar di BEI pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012,
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2012,
3. Perusahaan bukan merupakan perusahaan yang bergerak di industri
perbankan dan berstatus BUMN,
4. Perusahaan tidak terdaftar di bursa efek lain (cross listing), karena
peraturan yang digunakan perusahaan cross listing menggunakan dasar
peraturan yang berlaku di luar negeri sehingga peraturan yang digunakan
berbeda,
5. Perusahaan tidak dikeluarkan dari bursa (delisted) pada periode sampel,
6. Perusahaan menggunakan periode cut off pada bulan Desember, karena
perbedaan periode cut off pelaporan akan mempengaruhi nilai keuangan
yang dilaporkan,
7. Perusahaan memiliki data yang berhubungan dengan variabel
penelitian.
Peneliti tidak menggunakan perusahaan di sektor perbankan dan perusahaan
yang berstatus BUMN karena perusahaan-perusahaan tersebut telah memiliki tata
kelola yang baik. Perusahaan di sektor perbankan selain memiliki peraturan tata
kelola tersendiri, juga diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan
BAPEPAM-LK, dan terutama oleh Bank Indonesia (BI). Sedangkan perusahaan
yang berstatus BUMN telah terdapat undang-undang yang mengatur tata
73. 56
kelolanya yang tercantum dalam UU Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha
Milik Negara, serta Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-117/M-
MBU/2002 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan
Usaha Milik Negara dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Negara
BUMN Nomor: PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan
Yang Baik pada BUMN yang menuntut diterapkannya prinsip-prinsip Good
Corporate Governance di lingkungan BUMN/D sehingga kualitas laporan
keuangan yang dihasilkan juga lebih reliabel dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.3 Jenis Data, Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari dokumentasi
perusahaan. Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan oleh seseorang dan bukannya diperoleh sendiri oleh peneliti
(Sekaran, 2011). Data yang digunakan berupa data keuangan dan non-keuangan
yang berasal dari financial statement perusahaan yang telah diaudit, annual report
perusahaan, prospektus dan laporan kepemilikan saham bulanan yang diperoleh
dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang terdapat di Pojok BEI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta, website BEI
yang dapat diakses di www.IDX.co.id.
3.4 Definisi dan Pengukuran Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan beberapa variabel penelitian. Variabel
penelitian sendiri merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan untuk dipelajari sehingga dapat diperoleh informasi untuk kemudian
74. 57
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan tiga macam
variabel, yang terdiri dari satu variabel dependen, dua variabel independen, dan
empat variabel kontrol.
3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen disebut juga variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau diakibatkan adanya variabel independen (Sugiyono, 2009).
Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah TLR atau
ketepatan waktu pengakuan kerugian. Pada variabel ini, peneliti menggunakan
Large Negative Net Income (LNEG).
Peneliti menggunakan LNEG sebagai alat ukur berdasarkan pada adanya
kecenderungan manajemen untuk melakukan income smoothing. Dalam penelitian
yang dilakukan Ball et al. (2000) menunjukkan bahwa permasalahan utama dalam
isu internasional adalah kesediaan perusahaan untuk mengakui rugi yang besar
pada periode terjadinya dan bukannya mengakui kerugian secara bertahap.
Perusahaan cenderung menyebarkan efeknya di beberapa periode, dengan begitu
perusahaan bermaksud meratakan perolehan keuntungannya. Hal tersebut dapat
dikategorikan sebagai perataan laba (earning smoothing), yang dalam kasus ini,
pengakuan laba yang besar akan sangat jarang terjadi. Oleh karena itu, penelitian
yang dilakukan Lang et al. (2006) menggunakan pengakuan laba yang besar pada
suatu periode akuntansi untuk mengukur TLR sebagai salah satu indikator kualitas
laba. Lang et al (2006) mengukur TLR dengan membagi laba bersih dengan total
aset. Apabila hasilnya kurang dari -0,20 akan diberi kode 1 dan selain itu akan
diberi kode 0. Persamaannya adalah sebagai berikut.
75. 58
Keterangan:
LNEG = Large negative net income
Net Income = Laba bersih setelah pajak
Total Aset = Jumlah total aset perusahaan
3.4.2 Variabel Independen
Variabel independen disebut juga variabel bebas merupakan variabel
yang mempengaruhi atau menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2009). Terdapat dua variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu pengadopsian standar akuntansi internasional atau
IFRS dan keberadaan kepemilikan asing di perusahaan.
3.4.2.1 Konvergensi IFRS
Variabel ini digunakan untuk membandingkan pengaruh IFRS
terhadap timely loss recognition, yaitu dengan membandingkan pengaruhnya pada
perusahaan yang belum menerapkan SAK IFRS dan yang telah menerapkan SAK
IFRS. Peneliti menggunakan tahun 2011 sebagai cutoff periode konvergensi IFRS
yang mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Arum (2013).
Penetapan tahun 2011 dilakukan karena pada periode sebelumnya, belum banyak
perusahaan yang menerapkan standar akuntansi yang baru. Oleh karena itu,
peneliti mengasumsikan periode sampel tahun 2009-2010 sebagai periode
sebelum konvergensi dan periode tahun 2011-2012 sebagai periode konvergensi.