SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 4
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP


A. Sumber Daya Alam

Provinsi Banten dengan luas daratan 8.800,83 km2 menyimpan kekayaan dan keanekaragaman
sumber daya alam, antara lain keberadaan hutan produksi mengalami peningkatan dari 53.533,60
ha pada tahun 2003 menjadi 72.295,47 ha hingga tahun 2004, yang terdiri dari 42.537,55 ha
hutan produksi tetap dan 29.757,92 ha hutan produksi terbatas. Disamping itu, sumber daya
lahan untuk pengembangan pertanian yang telah dikembangkan terdiri dari 84.315,40 ha lahan
persawahan teririgasi, 90.423,50 ha sawah tadah hujan, serta 181.247,60 ha area perkebunan, dan
belum termasuk lahan-lahan pertanian yang diusahakan untuk budidaya palawija, hortikultura,
sayuran dan buah-buahan.

Dari sisi pertambangan dan energi, sumberdaya mineral sebagian besar telah diusahakan baik
oleh swasta maupun masyarakat, seperti zeolit, bentonit, sirtu, pasir kuarsa, batu gamping,
felspar, bondclay, lempung, fosfat, toseki, kalsedon, opal, kayu terkersikan, marmer, pasir laut,
emas, batubara. Beberapa potensi sumberdaya mineral lainnya di Provinsi Banten hingga saat ini
belum dimanfaatkan secara optimal seperti tras, batu apung, besi dan andesit.

Disamping itu, belum dimanfaatkannya sumberdaya energi alternatif yang berpotensi untuk
dikembangkan sebagai sumber energi pembangkit listrik seperti: sumberdaya energi fosil
(batubara) sebanyak 10,3 juta dalam bentuk sumberdaya tereka yang tersebar di Banten Selatan,
energi panas bumi sebesar 230 Mwe, tenaga air skala kecil, biomassa, tenaga surya sebesar 3,5
KWH/meter2/hari, tenaga angin di wilayah pantai selatan kecepatan angin rata-rata 2-6 m/detik,
dan energi gelombang laut.

Sementara itu, wilayah pesisir dan laut Provinsi Banten dengan luas perairan 11.134,22 km2
(belum termasuk perairan nusantara/teritorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan), dengan
panjang garis pantai 509 km, serta 55 pulau-pulau kecil dan pulau terluar menyimpan kekayaan
dan keragaman sumberdaya pesisir dan laut. Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut dengan
produksi tahun 2004 yang sebesar 76.324,50 Ton baru memanfaatkan 82,09% dari potensi lestari
di wilayah perairan Kab. Pandeglang (92.971 Ton) sehingga belum memperhitungkan potensi
lestari wilayah perairan lainnya. Potensi sumber daya perikanan budidaya, seperti budidaya laut
(KJA dan rumput laut) di pantai utara dan pantai barat, serta lahan tambak hingga tahun 2005
baru dimanfaatkan sekitar 58,2 % (8.010,55 Ha) dari potensi 13.768,9 Ha.

Potensi geowisata belum dimanfaatkan secara oftimal yang menjadi andalan untuk meningkatkan
PAD Provinsi Banten antara lain; Ex. PT. Antam Cikotok, Batu Posil Sajira-Lebak, Sumber
Panas Bumi Cipanas, Gunung Karang, Cinagka dan Padarincang seperti Batu Kuwung.
B. Lingkungan Hidup

1. kerusakan Lingkungan

Beberapa indikasi kerusakan lingkungan antara lain menyangkut kerusakan tata air seperti
keberadaan dan fungsi DAS Ciujung sebagai bagian dari SWS Ciujung-Ciliman yang ditetapkan
sebagai salah satu DAS kritis dalam RTRWN (Draft Oktober 2004), dimana beberapa
permasalahan yang terjadi meliputi kondisi stilling basin kurang panjang sehingga
mengakibatkan pengendapan lumpur yang cukup besar di saluran induk, hutan dibagian hulu
sungai mulai gundul seperti Gunung Akar Sari yang menjadi sumber air baku DAS Cidanau,
masih tingginya tingkat pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga,
maupun penanganan sungai yang masih bersifat parsial baik melalui APBN maupun APBD.
Sementara itu, kondisi situ di Provinsi Banten dihadapkan pada indikasi permasalahan luasannya
menyempit dan fungsi situ sebagai penyimpan air dimusim hujan dan cadangan air dimusim
kemarau tidak berfungsi, serta adanya situ seolah - oleh tak bertuan dan dibiarkan sehingga
menimbulkan banjir dimusim penghujan. Disisi lain, dalam beberapa tahun terakhir
kecenderungan penurunan muka air tanah di beberapa wilayah yang diakibatkan
ketidakseimbangan antara pengambilan dan imbuhan (recharge), sedangkan permasalahan utama
yang berkembang adalah pengambilan air yang berlebih yang tidak sesuai dengan kajian teknis
atau pembuatan sumur-sumur bor tanpa melalui prosedur yang berlaku (liar).

Luas hutan negara di Provinsi Banten mengalami peningkatan antara tahun 2003 (78.649,61 ha)
ke tahun 2005 (80.160,11 ha) dengan laju pertumbuhan sebesar 1,96%. Dengan demikian,
proporsi hutan negara terhadap luas semakin meningkat, yaitu dari 8,94% menjadi 9,11%.
Hingga tahun 2004, sebaran hutan secara dominan terdapat di Kabupaten Pandeglang 38.994,64
ha (48,64%) dan Kabupaten Lebak 35.366,73 ha (44,12%), sedangkan sisanya di Kabupaten
Serang 4.384,43 ha (5,46%). Bila ditinjau menurut jenisnya, terjadi pergeseran yang drastis
antara komposisi hutan lindung dengan hutan produksi dalam kurun waktu 2003-2004, dimana
hutan lindung dengan luasan 25.116,01 ha (31,93% terhadap luas hutan negara) pada tahun 2003
menjadi 7.894,11 ha (9,84%) pada tahun 2004 atau dengan laju penurunan sebesar 69,17%
(berkurang 17.221,90 ha). Pergeseran tersebut, khususnya disebabkan karena pengalihan fungsi
hutan lindung menjadi ’hutan produksi terbatas’ yang terjadi pada hutan lindung di seluruh
kabupaten tersebut di atas, khususnya di Kabupaten Pandeglang (yang juga merupakan wilayah
dengan keberadaan hutan lindung terluas) dengan laju penurunan mencapai 82,98% (12.689,59
ha). Dengan demikian, terdapat ancaman terhadap daya dukung hutan lindung dimasa
mendatang, khususnya dalam melindungi keberadaan dan fungsi hutan lindung sebagai wadah
yang menaungi dan melindungi bertumbuhkembangnya ekosistem dan habitat alami serta plasma
nutfah di Provinsi Banten.

Exsisting hutan sebagai buffer zone dan kawasan lindung telah terjadi degradasi lahan yang
dikarenakan banyaknya perambahan hutan dan illegal logging yang bisa menimbulkan potensi
bencana tanah longsor, bencana banjir bandang seperti yang terjadi di Kecamatan Sobang
Kabupaten Lebak. Kerusakan hutan mangrove dan konversi hutan mangrove di pantai utara,
selatan dan barat khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak
ramah lingkungan dapat mengakibatkan abrasi pantai seperti yang terjadi di Kabupaten Serang,
Tangerang dan Kecamatan Panimpang Kab. Pandeglang.
Daerah yang berpotensi terjadi longsor lahan, apabila di overlay - kan dengan peta bentuk lahan,
terlihat bahwa sebagian besar dijumpai pada unit bentuk lahan punggung bukit sangat curam,
daerah antar pegunungan yang tererosi sedang dan dataran tinggi pada batuan sedimen. Sebaran
dari daerah yang berpotensi longsor lahan yakni mencangkup hampir ¾ (tiga perempat) berada
diwilayah Kabupaten Lebak, terutama di bagian selatan dan timur yang berbatasan dengan
Kabupaten Bogor dan Sukabumi, bagian selatan dari Kabupaten Pandeglang dan sebagian lereng
utara Gunung Karang dan Gunung Botak di Kec. Bojonegara Kabupaten Serang.

Daerah-daerah yang berpotensi tergenang banjir meliputi daerah-daerah dataran pantai utara
yang membentang dari teluk Banten hingga Kabupaten Tangerang yang berbatasan dengan DKI
Jakarta, disampaing dataran di kiri-kanan sungai-sungai besar seperti Ciujung dan
Cisadane.Daerah rawan banjir tersebut dapat mencapai puluhan kilometer dari pantai kearah
pedalaman, terlebih lagi dengan banyaknya penggundulan hutan dibagian hulu sungai.
Disampaing itu daerah rawan banjir dijumpai juga di dataran pantai Kabupaten Pandeglang, yang
membentang dari selatan Labuan sampai Kecamatan Panimbang (Tanjung Lesung), serta di
daerah Selatan (Kecamatan Cikeusik) yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Sebagaimana
di Pantai Utara jawa, didaerah selatan ini juga dipengaruhi oleh sungai-sungai Ciliman dan
Cibaliung.

Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya di
wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh
peristiwa alam abrasi dan akresi di Kabupaten Tangerang dan Serang. Sedangkan kerusakan
yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia antara lain sedimentasi daerah pesisir (pantai) di
Kabupaten Tangerang dan Serang, kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara
khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah
lingkungan. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari
kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak, sebagaimana pada tahun 2003
beberapa kasus yang ditanggulangi seperti tumpahan minyak kapal tangki di Binuangeun dan di
Cilegon. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing)
serta penambangan terumbu karang masih diperkirakan masih terjadi yang memperparah kondisi
habitat ekosistem pesisir dan laut.

Berdasarkan Profil Dinas Pertambangan dan Energi (2003) sejumlah kendala pengembangan
potensi pertambangan antara lain disebabkan banyaknya kawasan tambang yang berada di areal
hutan lindung, serta maraknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang berpotensi sangat besar
merusak lingkungan. Kondisi tersebut turut dipengaruhi pula oleh kurangnya dukungan regulasi
oleh Pemerintah Daerah dibidang pertambangan.


2. Pencemaran Lingkungan

Berbagai permasalahan yang terkait dengan pencemaran lingkungan masih ditemui dibeberapa
daerah, seperti rencana pembangunan pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Bulakan,
Kecamatan Cibeber Kota Cilegon, yang mendapatkan reaksi terkait dengan kekhawatiran
masyarakat setempat maupun masyarakat sekitarnya serta Pemerintah Kabupaten Serang
dikarenakan lokasi yang terletak diwilayah perbatasan. Pemerintahan Kota Cilegon dipandang
kurang atau tidak melakukan inisiatif koordinasi di awal perencanaan dengan Pemerintah
Kabupaten Serang dan Pemerintah Provinsi Banten. Sementara, perijinan pengolahan limbah B3
adalah kewenangan pemerintah pusat yang dalam prosesnya juga melibatkan kebijakan Gubernur
Banten.

Berkembangnya kawasan industri di wilayah utara Provinsi Banten memberikan implikasi
langsung terhadap tingginya kerawanan pencemaran lingkungan. Pada tahun 2003 tercatat
penanggulangan sejumlah kasus pencemaran lingkungan yang terkait dengan keberadaan dan
aktifitas industri seperti: tumpahan HCL dari tangki terbalik di Merak, tumpahan xylene dari
tangki terbakar di Cilegon, fly ash di Cikokol Tangerang, terbakarnya B3 di Cilegon, serta
tumpahan kaustik soda I dari tangki terbalik di Cilegon. Disamping itu, indikasi tingkat
pencemaran tinggi pada sungai-sungai sebagai akibat aktifitas industri dan permukiman, seperti:
Sungai Cimoyan, Sungai Ciujung, Kaliangke, Cirarap, Cibanten juga perlu ditanggulangi.

Kerawanan kasus pencemaran udara pada kawasan-kawasan industri, seperti pencemaran debu
dan gas yang melebihi baku mutu (kategori berat) di Cilegon, serta tingkat kebisingan yang
melebihi baku mutu (kategori berat) di Tangerang, Serang, Cilegon. Sementara itu pencemaran
udara juga merebak pada kawasan permukiman sebagaimana kasus Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) Desa Bagendung Kota Cilegon dikarenakan pengelolaan sampah masih tersentralisasi
pada level Kab/Kota yang menggunakan cara ditimbun dan dibakar (open dumping), walaupun
dibeberapa Kab/Kota sudah dirancang mengunakan teknologi sanitary landfill. tapi pada
kenyataan dilapangan masyarakat masing melakukan proses open dumping. Sebenarnya
pengelolaan sampah dapat dilakukan secara sederhana dan sangat mudah seperti membiasakan
memisahkan sampah organik dan non organik sehingga mudah untuk pengelolaannya, yang
organik bisa didaur ulang menjadi pupuk kompos dan yang non organik bisa dijual untuk
dijadikan daur ulang bijih pelastik,besi dll.

(Sumber : Dokumen RPJM Prov. Banten 2007 -2012)

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
People Power
 
Tambang Kawasan Lindung
Tambang Kawasan LindungTambang Kawasan Lindung
Tambang Kawasan Lindung
pius
 
03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)
Nebila Aristina
 

Was ist angesagt? (20)

Dieng Plateu Dataran Tinggi Dieng Kerusakan dan konservasi wilayah 040251401...
Dieng Plateu Dataran Tinggi Dieng Kerusakan dan konservasi wilayah  040251401...Dieng Plateu Dataran Tinggi Dieng Kerusakan dan konservasi wilayah  040251401...
Dieng Plateu Dataran Tinggi Dieng Kerusakan dan konservasi wilayah 040251401...
 
Nota pmr(t1 3)09
Nota pmr(t1 3)09Nota pmr(t1 3)09
Nota pmr(t1 3)09
 
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
Rahthino Giovanni - Akibat Konversi Hutan [41615110071]
 
Bab ii baluran
Bab ii baluranBab ii baluran
Bab ii baluran
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASISurat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
Surat kementri tentang penolakan tim MEDIASI
 
Kimia akibat konversi hutan
Kimia   akibat konversi hutanKimia   akibat konversi hutan
Kimia akibat konversi hutan
 
Tambang Kawasan Lindung
Tambang Kawasan LindungTambang Kawasan Lindung
Tambang Kawasan Lindung
 
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara BerkelanjutanPengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
Pengelolaan Gambut Secara Berkelanjutan
 
188 395-1-pb
188 395-1-pb188 395-1-pb
188 395-1-pb
 
03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)03 sastra klm(edited) (repaired)
03 sastra klm(edited) (repaired)
 
Bab 4 renc pola ruang
Bab 4 renc pola ruangBab 4 renc pola ruang
Bab 4 renc pola ruang
 
Keberatan penebangan pohon
Keberatan penebangan pohon Keberatan penebangan pohon
Keberatan penebangan pohon
 
Penataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunciPenataan zona taman hutan raya gunung kunci
Penataan zona taman hutan raya gunung kunci
 
Dampak alih fungsi lahan di pegunungan Dieng
Dampak alih fungsi lahan di pegunungan DiengDampak alih fungsi lahan di pegunungan Dieng
Dampak alih fungsi lahan di pegunungan Dieng
 
Pasut lwmtl
Pasut lwmtlPasut lwmtl
Pasut lwmtl
 
SEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGANSEKTOR PERLOMBONGAN
SEKTOR PERLOMBONGAN
 
Teknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada dasTeknik konservasi tanah dan air pada das
Teknik konservasi tanah dan air pada das
 
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basahPresentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
Presentasi no 5 8_sistem konservasi lahan basah
 
Review pesisir dan laut
Review pesisir dan lautReview pesisir dan laut
Review pesisir dan laut
 

Ähnlich wie P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)

isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontangisi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
mulawarman university
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Rossiana Fazri
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Operator Warnet Vast Raha
 
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Sapik Bubud
 

Ähnlich wie P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1) (20)

Makalah rth di kawasan industri
Makalah rth di kawasan industriMakalah rth di kawasan industri
Makalah rth di kawasan industri
 
Mamfaat hutan
Mamfaat hutan Mamfaat hutan
Mamfaat hutan
 
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
Prospek dan kendala pembangunan wilayah pesisir berbasis pembudidayaan mangro...
 
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
Presentasi eko.lingkungan "PESISIR DAN LAUT INDONESIA''
 
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
KERENTANAN EKOSISTEM MANGROVE TERHADAP PEMBANGUNAN KOTA MINAPOLITAN (KEC. SED...
 
Mita
MitaMita
Mita
 
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannyaKerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
Kerusakan lingkungan lahan dan pencegahannya
 
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontangisi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
isi laporan manajemen pesisir dan laut di pulau beras basah-bontang
 
Tugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyahTugas das brantas fauziyah
Tugas das brantas fauziyah
 
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
3 bab 2 deskripsi umum lokasi studi
 
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatraProfil sumatera barat ditinjau dari astagatra
Profil sumatera barat ditinjau dari astagatra
 
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docxMAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
MAKALAH PRODUKTIVITAS.docx
 
DIKPLHD Kabupaten Bangka Tengah 2023 Eksekutif Summary
DIKPLHD Kabupaten Bangka Tengah 2023 Eksekutif SummaryDIKPLHD Kabupaten Bangka Tengah 2023 Eksekutif Summary
DIKPLHD Kabupaten Bangka Tengah 2023 Eksekutif Summary
 
Renja
RenjaRenja
Renja
 
Monitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglekMonitoring t ingkat mari njeglek
Monitoring t ingkat mari njeglek
 
Jaya makalah danau-toba_2013
Jaya makalah danau-toba_2013Jaya makalah danau-toba_2013
Jaya makalah danau-toba_2013
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantulProfil kesiapsiagaan kabupaten bantul
Profil kesiapsiagaan kabupaten bantul
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016Ypb 25 agustus 2016
Ypb 25 agustus 2016
 

Mehr von Ade Rohima

Pengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meterPengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meter
Ade Rohima
 
Buku data cikarang cipari
Buku data cikarang cipariBuku data cikarang cipari
Buku data cikarang cipari
Ade Rohima
 
Curah hujan inventarisasi
Curah hujan inventarisasiCurah hujan inventarisasi
Curah hujan inventarisasi
Ade Rohima
 
Skema jaringan
Skema jaringanSkema jaringan
Skema jaringan
Ade Rohima
 
2005 curah hujan tahunan
2005 curah hujan tahunan2005 curah hujan tahunan
2005 curah hujan tahunan
Ade Rohima
 
Istilah bidang pengairan
Istilah bidang pengairanIstilah bidang pengairan
Istilah bidang pengairan
Ade Rohima
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluran
Ade Rohima
 
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasiOrganisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
Ade Rohima
 
Gambar sket mutual check 0%
Gambar sket mutual check 0%Gambar sket mutual check 0%
Gambar sket mutual check 0%
Ade Rohima
 
Perhitungan alat
Perhitungan alatPerhitungan alat
Perhitungan alat
Ade Rohima
 

Mehr von Ade Rohima (11)

Pengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meterPengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meter
 
Buku data cikarang cipari
Buku data cikarang cipariBuku data cikarang cipari
Buku data cikarang cipari
 
Curah hujan inventarisasi
Curah hujan inventarisasiCurah hujan inventarisasi
Curah hujan inventarisasi
 
Skema jaringan
Skema jaringanSkema jaringan
Skema jaringan
 
2005 curah hujan tahunan
2005 curah hujan tahunan2005 curah hujan tahunan
2005 curah hujan tahunan
 
Adart
AdartAdart
Adart
 
Istilah bidang pengairan
Istilah bidang pengairanIstilah bidang pengairan
Istilah bidang pengairan
 
Bab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluranBab ii-perencanaan-saluran
Bab ii-perencanaan-saluran
 
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasiOrganisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
Organisasi irigasi dalam operasional dan perawatan irigasi
 
Gambar sket mutual check 0%
Gambar sket mutual check 0%Gambar sket mutual check 0%
Gambar sket mutual check 0%
 
Perhitungan alat
Perhitungan alatPerhitungan alat
Perhitungan alat
 

Kürzlich hochgeladen

Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
ChairaniManasye1
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
GustiAdityaR
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
armanamo012
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Frida Adnantara
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
umusilmi2019
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
Zefanya9
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
langkahgontay88
 

Kürzlich hochgeladen (20)

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptxWAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA.pptx
 
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptxPSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
PSAK-10-Pengaruh-Perubahan-Valuta-Asing-IAS-21-23032015.pptx
 
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNISKEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
KEPEMIMPINAN DALAM MENJALANKAN USAHA/BISNIS
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh ImplementasiPengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
Pengantar Ilmu Ekonomi Kewilayahan, Teori dan Contoh Implementasi
 
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalelaDAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
DAMPAK MASIF KORUPSI yang kian merajalela
 
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptxMOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
MOTIVASI MINAT, BAKAT & POTENSI DIRI.pptx
 
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptxBAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
BAB 18_PENDAPATAN57569-7854545gj-65.pptx
 
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).pptPerhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
Perhitungan Bunga dan Nilai Uang (mankeu).ppt
 
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
7 Indikator Analisis Teknikal Saham Yang Paling Populer.pptx
 
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usahaEkonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
Ekonomi Teknik dan perencanaan kegiatan usaha
 
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).pptIntroduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
Introduction fixed asset (Aset Tetap).ppt
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuanganuang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
uang dan lembaga keuangan uang dan lembaga keuangan
 

P16 sumber daya alam dan lingkungan hidup (1)

  • 1. SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. Sumber Daya Alam Provinsi Banten dengan luas daratan 8.800,83 km2 menyimpan kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam, antara lain keberadaan hutan produksi mengalami peningkatan dari 53.533,60 ha pada tahun 2003 menjadi 72.295,47 ha hingga tahun 2004, yang terdiri dari 42.537,55 ha hutan produksi tetap dan 29.757,92 ha hutan produksi terbatas. Disamping itu, sumber daya lahan untuk pengembangan pertanian yang telah dikembangkan terdiri dari 84.315,40 ha lahan persawahan teririgasi, 90.423,50 ha sawah tadah hujan, serta 181.247,60 ha area perkebunan, dan belum termasuk lahan-lahan pertanian yang diusahakan untuk budidaya palawija, hortikultura, sayuran dan buah-buahan. Dari sisi pertambangan dan energi, sumberdaya mineral sebagian besar telah diusahakan baik oleh swasta maupun masyarakat, seperti zeolit, bentonit, sirtu, pasir kuarsa, batu gamping, felspar, bondclay, lempung, fosfat, toseki, kalsedon, opal, kayu terkersikan, marmer, pasir laut, emas, batubara. Beberapa potensi sumberdaya mineral lainnya di Provinsi Banten hingga saat ini belum dimanfaatkan secara optimal seperti tras, batu apung, besi dan andesit. Disamping itu, belum dimanfaatkannya sumberdaya energi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai sumber energi pembangkit listrik seperti: sumberdaya energi fosil (batubara) sebanyak 10,3 juta dalam bentuk sumberdaya tereka yang tersebar di Banten Selatan, energi panas bumi sebesar 230 Mwe, tenaga air skala kecil, biomassa, tenaga surya sebesar 3,5 KWH/meter2/hari, tenaga angin di wilayah pantai selatan kecepatan angin rata-rata 2-6 m/detik, dan energi gelombang laut. Sementara itu, wilayah pesisir dan laut Provinsi Banten dengan luas perairan 11.134,22 km2 (belum termasuk perairan nusantara/teritorial dan ZEEI yang dapat dimanfaatkan), dengan panjang garis pantai 509 km, serta 55 pulau-pulau kecil dan pulau terluar menyimpan kekayaan dan keragaman sumberdaya pesisir dan laut. Potensi sumberdaya perikanan tangkap laut dengan produksi tahun 2004 yang sebesar 76.324,50 Ton baru memanfaatkan 82,09% dari potensi lestari di wilayah perairan Kab. Pandeglang (92.971 Ton) sehingga belum memperhitungkan potensi lestari wilayah perairan lainnya. Potensi sumber daya perikanan budidaya, seperti budidaya laut (KJA dan rumput laut) di pantai utara dan pantai barat, serta lahan tambak hingga tahun 2005 baru dimanfaatkan sekitar 58,2 % (8.010,55 Ha) dari potensi 13.768,9 Ha. Potensi geowisata belum dimanfaatkan secara oftimal yang menjadi andalan untuk meningkatkan PAD Provinsi Banten antara lain; Ex. PT. Antam Cikotok, Batu Posil Sajira-Lebak, Sumber Panas Bumi Cipanas, Gunung Karang, Cinagka dan Padarincang seperti Batu Kuwung.
  • 2. B. Lingkungan Hidup 1. kerusakan Lingkungan Beberapa indikasi kerusakan lingkungan antara lain menyangkut kerusakan tata air seperti keberadaan dan fungsi DAS Ciujung sebagai bagian dari SWS Ciujung-Ciliman yang ditetapkan sebagai salah satu DAS kritis dalam RTRWN (Draft Oktober 2004), dimana beberapa permasalahan yang terjadi meliputi kondisi stilling basin kurang panjang sehingga mengakibatkan pengendapan lumpur yang cukup besar di saluran induk, hutan dibagian hulu sungai mulai gundul seperti Gunung Akar Sari yang menjadi sumber air baku DAS Cidanau, masih tingginya tingkat pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri dan rumah tangga, maupun penanganan sungai yang masih bersifat parsial baik melalui APBN maupun APBD. Sementara itu, kondisi situ di Provinsi Banten dihadapkan pada indikasi permasalahan luasannya menyempit dan fungsi situ sebagai penyimpan air dimusim hujan dan cadangan air dimusim kemarau tidak berfungsi, serta adanya situ seolah - oleh tak bertuan dan dibiarkan sehingga menimbulkan banjir dimusim penghujan. Disisi lain, dalam beberapa tahun terakhir kecenderungan penurunan muka air tanah di beberapa wilayah yang diakibatkan ketidakseimbangan antara pengambilan dan imbuhan (recharge), sedangkan permasalahan utama yang berkembang adalah pengambilan air yang berlebih yang tidak sesuai dengan kajian teknis atau pembuatan sumur-sumur bor tanpa melalui prosedur yang berlaku (liar). Luas hutan negara di Provinsi Banten mengalami peningkatan antara tahun 2003 (78.649,61 ha) ke tahun 2005 (80.160,11 ha) dengan laju pertumbuhan sebesar 1,96%. Dengan demikian, proporsi hutan negara terhadap luas semakin meningkat, yaitu dari 8,94% menjadi 9,11%. Hingga tahun 2004, sebaran hutan secara dominan terdapat di Kabupaten Pandeglang 38.994,64 ha (48,64%) dan Kabupaten Lebak 35.366,73 ha (44,12%), sedangkan sisanya di Kabupaten Serang 4.384,43 ha (5,46%). Bila ditinjau menurut jenisnya, terjadi pergeseran yang drastis antara komposisi hutan lindung dengan hutan produksi dalam kurun waktu 2003-2004, dimana hutan lindung dengan luasan 25.116,01 ha (31,93% terhadap luas hutan negara) pada tahun 2003 menjadi 7.894,11 ha (9,84%) pada tahun 2004 atau dengan laju penurunan sebesar 69,17% (berkurang 17.221,90 ha). Pergeseran tersebut, khususnya disebabkan karena pengalihan fungsi hutan lindung menjadi ’hutan produksi terbatas’ yang terjadi pada hutan lindung di seluruh kabupaten tersebut di atas, khususnya di Kabupaten Pandeglang (yang juga merupakan wilayah dengan keberadaan hutan lindung terluas) dengan laju penurunan mencapai 82,98% (12.689,59 ha). Dengan demikian, terdapat ancaman terhadap daya dukung hutan lindung dimasa mendatang, khususnya dalam melindungi keberadaan dan fungsi hutan lindung sebagai wadah yang menaungi dan melindungi bertumbuhkembangnya ekosistem dan habitat alami serta plasma nutfah di Provinsi Banten. Exsisting hutan sebagai buffer zone dan kawasan lindung telah terjadi degradasi lahan yang dikarenakan banyaknya perambahan hutan dan illegal logging yang bisa menimbulkan potensi bencana tanah longsor, bencana banjir bandang seperti yang terjadi di Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak. Kerusakan hutan mangrove dan konversi hutan mangrove di pantai utara, selatan dan barat khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah lingkungan dapat mengakibatkan abrasi pantai seperti yang terjadi di Kabupaten Serang, Tangerang dan Kecamatan Panimpang Kab. Pandeglang.
  • 3. Daerah yang berpotensi terjadi longsor lahan, apabila di overlay - kan dengan peta bentuk lahan, terlihat bahwa sebagian besar dijumpai pada unit bentuk lahan punggung bukit sangat curam, daerah antar pegunungan yang tererosi sedang dan dataran tinggi pada batuan sedimen. Sebaran dari daerah yang berpotensi longsor lahan yakni mencangkup hampir ¾ (tiga perempat) berada diwilayah Kabupaten Lebak, terutama di bagian selatan dan timur yang berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Sukabumi, bagian selatan dari Kabupaten Pandeglang dan sebagian lereng utara Gunung Karang dan Gunung Botak di Kec. Bojonegara Kabupaten Serang. Daerah-daerah yang berpotensi tergenang banjir meliputi daerah-daerah dataran pantai utara yang membentang dari teluk Banten hingga Kabupaten Tangerang yang berbatasan dengan DKI Jakarta, disampaing dataran di kiri-kanan sungai-sungai besar seperti Ciujung dan Cisadane.Daerah rawan banjir tersebut dapat mencapai puluhan kilometer dari pantai kearah pedalaman, terlebih lagi dengan banyaknya penggundulan hutan dibagian hulu sungai. Disampaing itu daerah rawan banjir dijumpai juga di dataran pantai Kabupaten Pandeglang, yang membentang dari selatan Labuan sampai Kecamatan Panimbang (Tanjung Lesung), serta di daerah Selatan (Kecamatan Cikeusik) yang berbatasan dengan Kabupaten Lebak. Sebagaimana di Pantai Utara jawa, didaerah selatan ini juga dipengaruhi oleh sungai-sungai Ciliman dan Cibaliung. Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya di wilayah pantai utara dan barat. Berbagai jenis kerusakan tersebut antara lain disebabkan oleh peristiwa alam abrasi dan akresi di Kabupaten Tangerang dan Serang. Sedangkan kerusakan yang dipengaruhi oleh aktifitas manusia antara lain sedimentasi daerah pesisir (pantai) di Kabupaten Tangerang dan Serang, kerusakan dan konversi hutan mangrove di pantai utara khususnya akibat pengembangan lahan tambak dan praktek produksi yang tidak ramah lingkungan. Sumber pencemaran juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, terutama dari kegiatan perhubungan laut dan kapal pengangkut minyak, sebagaimana pada tahun 2003 beberapa kasus yang ditanggulangi seperti tumpahan minyak kapal tangki di Binuangeun dan di Cilegon. Sementara praktik-praktik penangkapan ikan yang merusak dan ilegal (illegal fishing) serta penambangan terumbu karang masih diperkirakan masih terjadi yang memperparah kondisi habitat ekosistem pesisir dan laut. Berdasarkan Profil Dinas Pertambangan dan Energi (2003) sejumlah kendala pengembangan potensi pertambangan antara lain disebabkan banyaknya kawasan tambang yang berada di areal hutan lindung, serta maraknya pertambangan tanpa ijin (PETI) yang berpotensi sangat besar merusak lingkungan. Kondisi tersebut turut dipengaruhi pula oleh kurangnya dukungan regulasi oleh Pemerintah Daerah dibidang pertambangan. 2. Pencemaran Lingkungan Berbagai permasalahan yang terkait dengan pencemaran lingkungan masih ditemui dibeberapa daerah, seperti rencana pembangunan pabrik pengolahan limbah B3 di Desa Bulakan, Kecamatan Cibeber Kota Cilegon, yang mendapatkan reaksi terkait dengan kekhawatiran masyarakat setempat maupun masyarakat sekitarnya serta Pemerintah Kabupaten Serang dikarenakan lokasi yang terletak diwilayah perbatasan. Pemerintahan Kota Cilegon dipandang
  • 4. kurang atau tidak melakukan inisiatif koordinasi di awal perencanaan dengan Pemerintah Kabupaten Serang dan Pemerintah Provinsi Banten. Sementara, perijinan pengolahan limbah B3 adalah kewenangan pemerintah pusat yang dalam prosesnya juga melibatkan kebijakan Gubernur Banten. Berkembangnya kawasan industri di wilayah utara Provinsi Banten memberikan implikasi langsung terhadap tingginya kerawanan pencemaran lingkungan. Pada tahun 2003 tercatat penanggulangan sejumlah kasus pencemaran lingkungan yang terkait dengan keberadaan dan aktifitas industri seperti: tumpahan HCL dari tangki terbalik di Merak, tumpahan xylene dari tangki terbakar di Cilegon, fly ash di Cikokol Tangerang, terbakarnya B3 di Cilegon, serta tumpahan kaustik soda I dari tangki terbalik di Cilegon. Disamping itu, indikasi tingkat pencemaran tinggi pada sungai-sungai sebagai akibat aktifitas industri dan permukiman, seperti: Sungai Cimoyan, Sungai Ciujung, Kaliangke, Cirarap, Cibanten juga perlu ditanggulangi. Kerawanan kasus pencemaran udara pada kawasan-kawasan industri, seperti pencemaran debu dan gas yang melebihi baku mutu (kategori berat) di Cilegon, serta tingkat kebisingan yang melebihi baku mutu (kategori berat) di Tangerang, Serang, Cilegon. Sementara itu pencemaran udara juga merebak pada kawasan permukiman sebagaimana kasus Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Bagendung Kota Cilegon dikarenakan pengelolaan sampah masih tersentralisasi pada level Kab/Kota yang menggunakan cara ditimbun dan dibakar (open dumping), walaupun dibeberapa Kab/Kota sudah dirancang mengunakan teknologi sanitary landfill. tapi pada kenyataan dilapangan masyarakat masing melakukan proses open dumping. Sebenarnya pengelolaan sampah dapat dilakukan secara sederhana dan sangat mudah seperti membiasakan memisahkan sampah organik dan non organik sehingga mudah untuk pengelolaannya, yang organik bisa didaur ulang menjadi pupuk kompos dan yang non organik bisa dijual untuk dijadikan daur ulang bijih pelastik,besi dll. (Sumber : Dokumen RPJM Prov. Banten 2007 -2012)