3. Indonesia Tahun 2015
12.950 kasus (kematian 1.071 kasus)
Perumusan Masalah
390 Juta Kasus DBD di Dunia
Kasus DBD Dipengaruhi :
Suhu, Curah Hujan, Kelembaban
4. Metode
Bersifat retrospektif
dan analitik dengan
daerah kajian DBD
adalah kota Yogyakarta
Lokasi penelitian
dipilih berdasarkan
pada tipe curah hujan
moonson
Data merupakan data
sekunder tentang
kejadian DBD yang
diperoleh dari Dinas
Kesehatan Kota
Yogyakarta dan data
iklim dari Badan
Meteorologi,
Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) di
Jakarta
Analisa data yang
dilakukan secara
deskriptif
7. Ketidak seimbangan terjadi ketika dalam beberapa kondisi sebagai
berikut :
Peningkatan dari kemampuan agen untuk menginfeksi sehingga
menyebabkan penyakit pada manusia
Perubahan lingkungan dapat pula menyebabkan pergeseran titik
tumpu ke arah agen sehingga merangsang penyebaran agen
Perubahan lingkungan dapat pula menyebabakan perubahan
kerentanan pejamu, sehingga terjadi pergeseran titik tumpu kr arah
penjamu. Host.penjamu menjadi lebih peka terhadap penyakit.
Dalam penyakit DBD virus dengue merupakan agen DBD.
Manusia sebagaib pejamu (Host). Dalam penularan dbd erat
kaitannya dengan perilaku seperti peran serta dalam kegiatan
pemberantasan vektor dimasyarakat dan mobilitas penduduk.
Lingkungan dalam penyakit DBD. Lingkungan dalam penyakit DBD
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
Lingkungan Fisik
Lingkungan Biologi
Lingkungan sosial
8. Penutup
Pemasaan global menyebakan peningkatan suhu, dan peningkatan
suhu akan mempengaruhi perubhan iklim. Penyakit DBD merupaka
penyakit yang berkaitan dengan iklim. Tahun tahun mendatang
kecenderungan kasus DBD akan meningkat. Udara panas dan
lembab paling cocok untuk perkembangan nyamuk aedes aegepty.
Pemanasan global meyebabkan udara panas dan lembab sepanjang
tahun sehingga sekarang penyakit DBD tidak terjadi ketika
perubahan musim hujan ke musim kemarau melainkan kasus DBD
ditemukan sepanjang tahun. Akibat pemansan global silus inkubasi
ekstrinsik virus DBD di tubuh nyamuk menjadi lebih pendek dan
populasi nyamuk meningkat.