SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 14
TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 
KARAKTER ISLAM SEBAGAI AGAMA RASIONAL 
(PERAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM) 
OLEH: 
AMALIA HAJATARRAHMA (140710101361) FAKULTAS HUKUM 
ANDRI ANANDI HAKIM (140710101327) FAKULTAS HUKUM 
ARKAN RAFI ANIES (140710101376) FAKULTAS HUKUM 
ISMAIL (140710101315) FAKULTAS HUKUM 
MUHAMMAD AQILUL GHAZIR (140710101409) FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR 
Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan 
hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada Saya sehingga dapat 
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. 
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam 
proses belajar terutama pada mata kuliah “PAI” terkhususnya yang berhubungan dengan 
“Akal dan wahyu dalam pemikiran islam” 
Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan 
metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah 
wawasan pemikiran para pembaca. 
Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh 
karena itu, kritik dan saran yang membangun Saya harapkan dari para pembaca agar dapat 
dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. 
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. 
Jember, 30 Agustus 2014 
Penulis 
i
DAFTAR ISI 
KATA PENGANTAR i 
DAFTAR ISI ii 
BAB I PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 1 
B. Rumusan Masalah 2 
C. Tujuan 2 
D. Manfaat 2 
BAB II PEMBAHASAN 
A. Pengertian Akal dan wahyu 3 
B. Fungsi dan kedudukan akal dan wahyu 4 
C. Akal dan wahyu dalam pemikiran islam 7 
BAB III PENUTUP 
A. Kesimpulan 9 
B. Saran 9 
DAFTAR PUSTAKA 10 
ii
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang 
Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam 
semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan 
yang dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran 
dan fungsi akal secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan 
beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun tidak 
berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun. 
Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima hal primer yang 
diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemaslahatan dunia dan 
akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya kelima unsur tersebut, yaitu: agama, 
jiwa, akal, keturunan, dan harta. 
Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama, melalui 
jalan wahyu, yakni melalui komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan kedua dengan jalan 
akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran 
untuk sampai kepada kesimpulan. Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini 
sebagai pengetahuan yang absolut, sementara pengetahuan yang diperoleh melalui akal 
diyakini sebagai pengetahuan yang bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus 
menerus, mungkin benar dan mungkin salah (Harun Nasution, 1986: 1). 
Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, timbul pertanyaan, 
pengetahuan mana yang lebih dipercaya, pengetahuan yang diperoleh melalui akal, 
pengetahuan melalui wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui kedua-duanya. 
Karena itu, masalah hubungan akal dan wahyu ini merupakan masalah yang paling masyhur 
dan paling mendalam dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia, telah lebih dua ribu 
tahun (Harun Nasution, 1986: 1). 
Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap memiliki 
kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan wahyu- 
Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal 
manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti 
bimbingan wahyu maka ia akan tersesat. 
1.
B. Rumusan masalah 
1. Apakah pengertian akal dan wahyu? 
2. Bagaimana fungsi dan kedudukan akal dan wahyu? 
3. Bagaimanakah akal dan wahyu dalam pemikiran Islam? 
C. Tujuan 
Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal dan wahyu dalam 
kehidupan islam sangat penting akal dan wahyu yang digunakan maqasid as-syari’ah atau 
maslahah yang menekankan terjaminnya kebutuhan hidup manusia, dua di antaranya adalah 
mewujudkan terjaganya al-‘aql (intellect), dan keyakinan (ad-din) (Fahim Khan, 1992: 73- 
74). Dalam hal ini wahyu merupakan sumber pengetahuan yang didasarkan kepada 
keimanan kepada Allah SWT. 
D. Manfaat 
1. Agar kita dapat dapat mengetahui pengertian dari Akal dan wahyu, fungsi dan 
kedudukan Akal dan wahyu, serta akal dan wahyu dalam pemikiran islam. 
2. Memperluas wawasan pemikiran kita mengenai akal dan wahyu dalam pemikiran islam. 
2.
BAB II 
PEMBAHASAN 
A. Pengertian Akal Dan Wahyu 
1. Akal 
Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang secara lughawi memiliki banyak 
makna, sehingga kata al ‘aql sering disebut sebagai lafazh musytarak, yakni kata yang 
memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-munjid fi al-lughah wa al a’lam, 
dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima 
(memahami), tadarabba wa tafakkara (merenung dan berfikir). Kata al-‘aqlu sebagai mashdar 
(akar kata) juga memiliki arti nurun nuhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, 
yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui sesuatu 
yang tidak dapat dicapai oleh indera. Al-‘aql juga diartikan al-qalb, hati nurani atau hati 
sanubari. 
Menurut pemahaman Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliah digunakan dalam arti 
kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut 
kecakapan memecahkan masalah (problem solving capacity). Dengan demikian, orang 
berakal adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah, 
memecahkan problem yang dihadapi dan dapat melepaskan diri dari bahaya yang 
mengancam. Lebih lanjut menurutnya, kata ‘aql mengalami perubahan arti setelah masuk ke 
dalam filsafat Islam. Hal ini terjadi disebabkan pengaruh filsafat Yunani yang masuk dalam 
pemikiran Islam, yang mengartikan ‘aql sama dengan nous yang mengandung arti daya 
berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Pemahaman dan pemikiran tidak lagi melalui al-qalb 
di dada akan tetapi melalui al-aql di kepala (Harun Nasution, 1986: 7-8). 
Pengaruh filsafat Yunani terhadap filosof-filosof muslim terlihat dalam pendapat 
mereka tentang akal yang dipahami sebagai salah satu daya dari jiwa (an-nafs/ ar-ruh) yang 
terdapat dalam diri manusia. Seperti Al-Kindi (796-873) yang terpengaruh Plato, 
menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya, daya bernafsu (al-quwwah asy-syahwatiyah) 
yang berada di perut, daya berani (al-quwwah al-ghadabiyyah) yang bertempat 
di dada dan daya berfikir (al-quwwah an-natiqah) yang berpusat di kepala. 
Sementara itu, di kalangan teolog muslim, mengartikan akal sebagai daya untuk 
memperoleh pengetahuan, seperti pendapat Abu al-Huzail, akal adalah daya untuk 
memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang dapat membedakan dirinya 
dengan benda-benda lain, dan mengabstrakkan benda-benda yang ditangkap oleh panca 
indera. Di kalangan Mu’tazilah akal memiliki fungsi dan tugas moral, yakni di samping 
untuk memperoleh pengetahuan, akal juga memiliki daya untuk membedakan antara 
kebaikan dan kejahatan, bahkan akal merupakan petunjuk jalan bagi manusia dan yang 
membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya sendiri (Harun Nasution, 1986: 12). 
Letak akal Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46, 
yang artinya,” Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu bagi mereka 
mempunyai al-qolb, yang dengan al-qolb itu mereka dapat memahami (dan memikirkan) 
dengannya atau ada bagi mereka telinga (yang dengan telinga itu) mereka mendengarkan 
dengannya, maka sesungguhnya tidak buta mata mereka tapi al-qolb (mereka) yang buta ialah 
hati yang di dalam dada.” 
3.
Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti 
yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb 
dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di 
dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah 
jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati 
dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd. 
Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak, akan tetapi daya 
berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya untuk memperoleh pengetahuan dengan 
memperhatikan alam sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal yang dikontraskan dengan 
wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia, yakni dari Allah SWT. 
2. Wahyu 
Kata al-wahy yang berarti suara, kecepatan, api, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab 
adalah kata arab asli, bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Selanjutnya al-wahy 
mengandung arti pemberitahuan secara tersebunyi dan dengan cepat. Namun arti yang paling 
terkenal adalah “apa yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi”. Yakni sabda Tuhan yang 
disampaikan kepada orang pilihanNya agar diteruskan kepada manusia untuk dijadikan 
pegangan hidup (Harun Nasution, 1992: 15) 
Firman Allah itu mengandung petunjuk dan pedoman yang memang diperlukan oleh 
umat manusia dalam menjani hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dalam Islam wahyu Allah 
itu disampaikan kepada nabi Muhammad saw yang terkumpul semuanya dalam al-Qur’an. 
Wahyu dalam arrti firman Allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya, 
misalnya: 
Artinya: “ sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami 
telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah 
memberikan wahyu (pula) kepada ibrahim, ismail, ishaq, ya’qub, dan anak cucuny, isa, 
ayyub,Yunus, Harun, dan sulaiman. Dan kami berikan zabur kepada Dawud” 
Adapun cara penyampaian wahyu, atau komunikasi Tuhan dengan nabi-nabi melalui 
tiga cara: (1) Melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham; (2) Dari belakang tabir, 
seperti yang terjadi pada Nabi Musa dan (3) Melalui utusan yang dikirimkan Tuhan dalam 
bentuk malaikat. 
B. Fungsi Dan Kedudukan Akal Dan Wahyu 
Al-quran juga memberikan tuntunan tentang penggunaan akal dengan mengadakan 
pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau 
wilayah fisik dari masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman untuk 
menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam 
hubungan dengan upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi yang lain 
yaitu sebagai berikut: 
4.
1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran 
yang terkandung dalam al-Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah sumber utama 
ajaran islam. 
2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk 
mengetahui maksut-maksut yang tercakup dalam pengertian al-Qur’an dan Sunnah Rosul. 
3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan nsemangat 
al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan 
umat manusia dalam bentuk ijtihat. 
4. Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan al-Quran dan Sunnah 
dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan 
memakmurkan bumi seisinya. 
Namun demikian, bagaimana pun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan 
tentatif. Untuk itu, diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan teru-menerus. 
Kedudukan Akal Dalam Syari'at Islam. 
Syari'at Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat penting dan tinggi terhadap akal 
manusia. Itu dapat dilihat dari point-point berikut: 
Alloh subhanahu wa'ta'ala hanya menyampaikan kalam-Nya (firman-Nya) kepada orang-orang 
yang berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syari'at-Nya. 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami 
tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rohmat dari kami dan pelajaran 
bagi orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS. Shaad [38]: 43). 
2) Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk mendapat taklif 
(beban kewajiban) dari Alloh subhanahu wa'ta'ala. Hukum-hukum syari'at tidak berlaku bagi 
mereka yang tidak mempunyai akal. Dan diantaranya yang tidak menerima taklif itu adalah 
orang gila karena kehilangan akalnya. 
Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallama bersabda: 
"رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلََثٍ وَمِنْهَا : الجُنُوْنُ حَت ى يَفِيْقَ" 
"Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan, diantaranya: orang 
gila samapai dia kembali sadar (berakal)". (HR. Abu Daud: 472 dan Nasa'i: 6/156). 
3) Alloh subhanahu wa'ta'ala mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya 
celaan Alloh subhanahu wa'ta'ala terhadap ahli neraka yang tidak menggunakan akalnya: 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan 
itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. 
067. Al Mulk [67]: 10) 
Dan Alloh subhanahu wa'ta'ala mencela orang-orang yang tidak mengikuti syari'at dan 
petunjuk Nabi-Nya. 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Alloh," 
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari 
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek 
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. 
002. Al Baqarah [2]: 170). 
5.
4) Penyebutan begitu banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur'an, seperti 
tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti kalimat "La'allakum tafakkarun" (mudah-mudahan 
kalian berfikir) atau "Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa 
Yatadabbarunal Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi kandungan Al-Qur'an) dan 
lainnya. 
5) Al-Qur'an banyak menggunakan penalaran rasional. Misalnya ayat-ayat berikut ini: 
Artinya:"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu 
bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya". 
(QS. An Nisaa' [04]: 82) 
Artinya:"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Alloh, tentulah keduanya itu 
Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Alloh yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang 
mereka sifatkan". (QS. Al Anbiyaa' [21]: 22 ) 
Artinya:"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan 
(diri mereka sendiri)?". (QS. Ath Thuur [52]: 35 ) 
6) Islam mencela taqlid yang membatasi dan melumpuhkan fingsi akal. 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Alloh," 
mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari 
(perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek 
moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. Al 
Baqarah [2]: 170) 
Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan mengikuti 
kebenaran. 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali 
kepada Alloh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba- 
Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. 
mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Alloh petunjuk dan mereka Itulah orang-orang 
yang mempunyai akal". (QS. Az Zumar [39]: 17-18) 
7) Alloh subhanahu wa'ta'ala menggunakan ayat kauniyah untuk membuktikaan adanya 
pencipta ayat kauniyah tersebut. Dan itu merupakan suatu proses berfikir (menggunakan 
akal) yang dibutuhkan untuk mengetahui adanya hubungan antara alam dan pencipta alam. 
Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: 
Artinya:"Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat 
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah 
berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah 
sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu 
cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah". (QS. Al Mulk [67]: 3-4) 
Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsunng (al-Qur’an) 
ataupun wahyu yang tidak langsung (al-Sunnah), kedua-duanya memiliki fungsi dan 
kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses 
pembukuan dan pembakuannya. Kalau al-Qur’an langsung ditulis semasa wahyu itu 
diturunkan dan dibukukan di masa awal islam, hanya beberapa waktu setelah Rosul Allah 
wafat (masa Khalifah Abu Bakar), sedangkan al-hadis atau al-Sunnah baru dibukukan pada 
abat kedua hijrah (masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz), oleh karena itu fungsi dan 
kedudukan wahyu dalam memahami Islam adalah: 
6.
1.Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan 
ajaran Islam harus dirujukan kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami 
bahwa pemahaman dan penngamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada al-quran dan al-sunnah 
adalah omong kosong. 
2.Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan biala akal difungsikan 
untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami islam (wahyu) harus dibimbinng 
oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi 
benar. Akal tidal boleh menyimpang dari prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu. 
Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera 
penglihatan manusia.. Oleh karena itulah, Alloh SWT menurunkan wahyu-Nya untuk 
membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia 
menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan 
wahyu maka ia akan tersesat. 
Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan 
struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami 
wahyu, dan wahyu untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus 
melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis. Manusian diciptakan oleh 
tuhan dengan tujuan ang jelas, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah Allah, dan untuk 
mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan wahyu. 
C. Akal Dan Wahyu Dalam Pemikiran Islam 
Telah diketahui Islam berkembang dalam sejarah bukan hanya sebagai agama, tetapi 
juga sebagai kebudayaan. Islam memang lahir pada mulanya hanya sebagai agama di 
Makkah, tetapi kemudian tumbuh di Madinah menjadi negara, selanjutnya membesar di 
Damasyik, menjadi kekuatan politik internasional yang daerahnya luas dan akhirnya 
berkembang di baghdad menjadi kebudayaan bahlkan peradapan yang tidak kecil 
pengaruhnya, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pada peradaban barat modern. 
Dalam perkembangan islam dalam kedua aspek itu, akal memainkan peranan penting, bukan 
dalam bidang kebudayaan saja, tetapi juga dalam bidang agama itu sendiri. Dalam membahas 
masalah-masalah keagamaan, ulama-ulama Islam tidak semata-mata berpegang pada wahyu, 
tetapi banayk pula bergantung pada pendapat akal. Peranan akal yang besar dalam 
pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan pula hanya dalam bidang filsafat, 
tetapi juga dalam bidang tauhid, bahkan juga dalam fikih dan tafsir sendiri .(Nasution Harun, 
1986: 71) 
1. Fikih 
Memulai pembicaraan tentang peranan akal dalam bidang fikih atau hukum Islam, 
kata faqiha sendiri mengandung makna faham atau mengerti. Untuk mengerti dan memahami 
sesuatu diperlukan pemikiran dan pemakaian akal. 
Dengan demikian fikih merupakan ilmu yang menbahas pemahaman dan tafsiran 
ayat-ayat al-Qur’an, yang berkenaan dengan hukum. Untuk pemahaman dan penafsiran itu 
diperlukan ihtihad, ihtihad pada asalnya mengandung arti usaha keras dalam melaksanakan 
pekerjaan berat dan dalam istilah hukum berarti uasaha keras dalam bentuk pemikiran akal 
untuk mengeluarkan ketentusn hukum agama dan sumber-sumbernya. 
7.
2. Ilmu Tauhid dan Teologi 
Kalau dalam ilmu fikih peranan akal dalam hukum Islam yang dipermasalahkan, 
dalam ilmu tauhid atau ilmu kalam, permasalahannya meningkat menjadi akal dan wahyu. 
Yang dipermasalahkan adalah kesanggupan akal dan wahyu terhadap dua persoalan pokok 
dealam agama, yaitu adanya Tuhan serta kebaikan dan kejahatan. 
3. Falsafat 
Sesuai denagn pengertian falsafat sebagai pemikiran sedalam-dalamnya tentang 
wujud, akal lebih banyak dipakai dan akal dianggap lebih besar dayanya dari yang dianggap 
dalam ilmu tauhid apalagi ilmu fikih. Sebagai akibatnya pendapat-pendapat keagamaan 
filosof lebih liberal dari pada pendapat-pendapat keagamaan ulamatauhid atau teolog, 
sehingga timbul sikap salah menyalahkan bahkan kafir-mengkafirkan diantara kedua 
golongan itu. Filosof-filosof Islam berkeyakinan bahwa antara akal dan wahyu, antara 
falsafat dan agama tidak ada pertentangan. Keduanya sejalan dan serasi. 
Al-Farabi, filosof yang datang sesudah Al-Kindi, juga berkeyakinan bahwa antara 
agama dan falsafat tidak ada pertentangan. Menurut pandangannya kebenaran yang dibawa 
wahyu dan kebenaran yang dihasilkan falsafat hasilnya satu, walaupun bentuknya berbeda. 
Al-Farabilahfilosof Islam pertama yang mengusahakan keharmonisan antara agama dan 
falsafat. 
4. Pemikir-Pemikir Pembaharuan Islam 
Demikianlah kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran keagamaan Islam zaman 
klasik, yang terdapat dalam bidang fikih, bidang tauhid, dan bidang falsafat. Sesudah zaman 
klasik yang berakhir secara resmi pada pertengahan abad ketiga belas, pemikiran dalam Islam 
tidak berkembang. Tetapi pada zaman modern sekarang mulai pada permulaan abad ke-sembilan 
belas, pemikiran atas dorongan nasionalisme yang datang dari dunia barat mulai 
timbul kembali. Pemimpin-pemimpin pembaharuan dalam Islam mulai menonjolkan 
kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur’an, dalam Hadis dan dalam sejarah pemikiran 
Islam. 
Kedudukan tinggi dari akal di zaman modern ini dapat dilihat dalam pemikiran 
Ahmad Khan. Bagi pemimpin pembaharuan dalam Islam di India ini hanya Al-Qur’an uang 
bersifat absolut dan harus dipercayai. Lainnya bersifat relatif, boleh diterima, boleh ditolak. 
Tetapi disamping itu ia punya kepercayaan yangkuat pada akal dan hukum alam. Islam dalam 
pendapatnya adalah agama yang sesuai dengan akal dan hukum alam. Oleh sebab itu 
pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan akal dan hukum alam timbul karena salah 
pemahaman ataupeun salah interprestasi tentang ayat-ayat al-Qur’an. Islam adalah agama 
yang sesuai denagan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Disamping itu akal dapat 
membuat hukum mengenai hal-hal yang diatas untuk diamalkan oleh manusia. 
8.
BAB III 
PENUTUP 
A. Kesimpulan: 
1. Akal merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada menusia berfungsi sebagai 
alat untuk mencari kebenaran, akal mampu merumuskan yang bersifat kognitif dan 
manajerial. 
2. Wahyu merupakan firman Allah yang berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. 
Wahyu baik yang langsung (al-Qur’an) maupun tidak langsung (al-Sunnah) sebagi sumber 
ajaran Islam 
3. Akal dan wahyu dilihat secara fungsional bukan struktural, akal berfungsi untuk 
memahami wahyu, dan wahyu berfungsi untuk meluruskan kerja akal. 
4. Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan 
hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam 
perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri. 
5. Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera 
penglihatan manusia 
B. Saran 
Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah 
kami ini, dan member kritikan dari setiap kesalahan yang ada karena kami manusia 
biasa yang dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah swt. 
9.
DAFTAR PUSTAKA 
Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang 
Nasution, Harun. 1986. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI Press 
Absori, Sudarno Shobron, Yadi Purwanto dkk. 2009. Studi Islam 3. Surakarta: LPID UMS 
Asy’arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: 
Lembaga studi Filsafat Islam. 
10.
Tugas makalah pendidikan agama islam

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islameryeryey
 
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAM
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAMALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAM
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAMaries Lailiyah
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamsaiful anwar
 
Politik islam dan Sejarahnya
Politik islam dan SejarahnyaPolitik islam dan Sejarahnya
Politik islam dan SejarahnyaYusuf Darismah
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamoonx
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anjuniska efendi
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAbulkhair Abdullah
 
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)Eva Rahma Indriyani
 
Studi islam dan isu kontemporer
Studi islam dan isu kontemporerStudi islam dan isu kontemporer
Studi islam dan isu kontemporerAtika Vania
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSholiha Nurwulan
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaA Faiz
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidRoisMansur
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabihqoida malik
 

Was ist angesagt? (20)

Aqidah ppt
Aqidah pptAqidah ppt
Aqidah ppt
 
Karakteristik islam
Karakteristik islamKarakteristik islam
Karakteristik islam
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
IPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan IslamIPTEK dalam Pandangan Islam
IPTEK dalam Pandangan Islam
 
Tauhid ppt
Tauhid pptTauhid ppt
Tauhid ppt
 
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAM
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAMALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAM
ALIRAN DAN DOKTRIN KEAGAMAAN DALAM ILMU KALAM
 
Makalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islamMakalah sejarah munculnya teologi islam
Makalah sejarah munculnya teologi islam
 
Politik islam dan Sejarahnya
Politik islam dan SejarahnyaPolitik islam dan Sejarahnya
Politik islam dan Sejarahnya
 
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalamSejarah dan perkembangan ilmu kalam
Sejarah dan perkembangan ilmu kalam
 
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’anRuang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
Ruang lingkup dan pembagian ulumul qur’an
 
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalamAkidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
Akidah, ushuluddin, teologi, tauhid, dan ilmu kalam
 
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)
Perkembangan Agama Islam di Eropa (Andalusia, Rusia , Inggris)
 
Makalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah AkhlakMakalah Aqidah Akhlak
Makalah Aqidah Akhlak
 
Studi islam dan isu kontemporer
Studi islam dan isu kontemporerStudi islam dan isu kontemporer
Studi islam dan isu kontemporer
 
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa KhulafaurrasyidinSejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok AjarannyaAhlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA): Pengertian dan Pokok Ajarannya
 
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhidsejarah dan perkembangan ilmu tauhid
sejarah dan perkembangan ilmu tauhid
 
Makalah isim
Makalah isimMakalah isim
Makalah isim
 
Makalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquranMakalah ijaz alquran
Makalah ijaz alquran
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 

Andere mochten auch

Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"adofadhoil
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at IslamKartika Dwi Rachmawati
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMAEman Syukur
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKDwi Oktalidiasari
 
Makalah tentang islam
Makalah tentang islamMakalah tentang islam
Makalah tentang islamAis elkirami
 
aiithcd2012の履修中にやってきたこと
aiithcd2012の履修中にやってきたことaiithcd2012の履修中にやってきたこと
aiithcd2012の履修中にやってきたことTetsuo Endo
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskMrsTolin
 
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2Prityboykiller
 
Dti pab requirements for accreditation bodies
Dti pab requirements for accreditation bodiesDti pab requirements for accreditation bodies
Dti pab requirements for accreditation bodiesNcmf Halal
 
Blackford County Animal Shelter
Blackford County Animal ShelterBlackford County Animal Shelter
Blackford County Animal Shelter1abartlett
 
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1Prityboykiller
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskMrsTolin
 
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.Prityboykiller
 
Legalise by Jay Kirton
Legalise by Jay Kirton Legalise by Jay Kirton
Legalise by Jay Kirton rastajay92
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskMrsTolin
 

Andere mochten auch (20)

Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"Tugas agama "Tujuan Islam"
Tugas agama "Tujuan Islam"
 
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islammakalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
makalah Pendidikan Agama Islam - syari'at Islam
 
CONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMACONTOH MAKALAH AGAMA
CONTOH MAKALAH AGAMA
 
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAKMAKALAH  PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ETIKA,MORAL, DAN AKHLAK
 
Makalah tentang islam
Makalah tentang islamMakalah tentang islam
Makalah tentang islam
 
aiithcd2012の履修中にやってきたこと
aiithcd2012の履修中にやってきたことaiithcd2012の履修中にやってきたこと
aiithcd2012の履修中にやってきたこと
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative task
 
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2
Exposing ahmadiyat qadiyaniyat part 2
 
Dti pab requirements for accreditation bodies
Dti pab requirements for accreditation bodiesDti pab requirements for accreditation bodies
Dti pab requirements for accreditation bodies
 
Risk assessment
Risk assessmentRisk assessment
Risk assessment
 
Blackford County Animal Shelter
Blackford County Animal ShelterBlackford County Animal Shelter
Blackford County Animal Shelter
 
3 Year Rate Plan
3 Year Rate Plan3 Year Rate Plan
3 Year Rate Plan
 
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1
Shia are kafir by shia infallible imams fatwa part 1
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative task
 
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.
The Shia & The Belief Of The Perversion Of The Holy Quran.
 
Risk assessment
Risk assessmentRisk assessment
Risk assessment
 
Da bafps
Da bafpsDa bafps
Da bafps
 
Legalise by Jay Kirton
Legalise by Jay Kirton Legalise by Jay Kirton
Legalise by Jay Kirton
 
Cask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative taskCask excerpt for narrative task
Cask excerpt for narrative task
 
Khalifat vs democracy
Khalifat vs democracyKhalifat vs democracy
Khalifat vs democracy
 

Ähnlich wie Tugas makalah pendidikan agama islam

cendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfcendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfMahasiswaIslam
 
5 m.-sidik
5 m.-sidik5 m.-sidik
5 m.-sidikrendengs
 
Islam dan ilmu Pengetahuan
Islam dan ilmu PengetahuanIslam dan ilmu Pengetahuan
Islam dan ilmu PengetahuanDUNIS RESTU
 
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPuji Winarni
 
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdfMahasiswaIslam
 
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptxNabilaZaid1
 
Komunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamKomunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamIlham Surahmin
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islamAzah Cobra
 
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelek
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelekIslam akal, fikir, rasional, cerdas, intelek
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelekYuliana Seputra
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxNiaepa
 
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan Muhammad Mauladi
 
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxPPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxAliasSHI
 

Ähnlich wie Tugas makalah pendidikan agama islam (20)

cendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdfcendekiawan konten.pdf
cendekiawan konten.pdf
 
5 m.-sidik
5 m.-sidik5 m.-sidik
5 m.-sidik
 
Islam dan ilmu Pengetahuan
Islam dan ilmu PengetahuanIslam dan ilmu Pengetahuan
Islam dan ilmu Pengetahuan
 
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyuPembahasan makalah  agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
Pembahasan makalah agama islam tentang kedudukan akal dan wahyu
 
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf
269119-tafsir-alquran-tentang-akal-sebuah-tinja-746c2b69.pdf
 
Islam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu PengetahuanIslam dan Ilmu Pengetahuan
Islam dan Ilmu Pengetahuan
 
KELOMPOK 7.pptx
KELOMPOK 7.pptxKELOMPOK 7.pptx
KELOMPOK 7.pptx
 
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx
8. BAB 7- PENGHAYATAN BUDAYA ILMU DAN PENDIDIKAN.pptx
 
Komunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islamKomunikasi spiritual dalam islam
Komunikasi spiritual dalam islam
 
Filsafat hukum islam
Filsafat hukum islamFilsafat hukum islam
Filsafat hukum islam
 
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelek
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelekIslam akal, fikir, rasional, cerdas, intelek
Islam akal, fikir, rasional, cerdas, intelek
 
AKAL 888.pdf
AKAL 888.pdfAKAL 888.pdf
AKAL 888.pdf
 
PAI
PAIPAI
PAI
 
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptxPemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
Pemikiran dan Perbandingan Para Filosof Muslim_Kelas A farmasi.pptx
 
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Islam Mendorong Pengembangan Ilmu Pengetahuan
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
04 agama dan pst
04 agama dan pst 04 agama dan pst
04 agama dan pst
 
Akidah
AkidahAkidah
Akidah
 
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptxPPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
PPT PSIKOLOGI AGAMA.pptx
 

Tugas makalah pendidikan agama islam

  • 1. TUGAS MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KARAKTER ISLAM SEBAGAI AGAMA RASIONAL (PERAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM) OLEH: AMALIA HAJATARRAHMA (140710101361) FAKULTAS HUKUM ANDRI ANANDI HAKIM (140710101327) FAKULTAS HUKUM ARKAN RAFI ANIES (140710101376) FAKULTAS HUKUM ISMAIL (140710101315) FAKULTAS HUKUM MUHAMMAD AQILUL GHAZIR (140710101409) FAKULTAS HUKUM
  • 2. KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada Saya sehingga dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi kita dalam proses belajar terutama pada mata kuliah “PAI” terkhususnya yang berhubungan dengan “Akal dan wahyu dalam pemikiran islam” Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca. Dalam penulisan makalah ini, Saya menyadari sepenuhnya adanya kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun Saya harapkan dari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Jember, 30 Agustus 2014 Penulis i
  • 3. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan 2 D. Manfaat 2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akal dan wahyu 3 B. Fungsi dan kedudukan akal dan wahyu 4 C. Akal dan wahyu dalam pemikiran islam 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 9 B. Saran 9 DAFTAR PUSTAKA 10 ii
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang penuh dengan kekurangan. Dalam semua sisi kehidupan, kekurangan yang melekat pada manusia menyebabkan kemampuan yang dimiliki menjadi sangat terbatas. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan peran dan fungsi akal secara optimal, sehingga akal dijadikan sebagai standar seseorang diberikan beban taklif atau sebuah hukum. Jika seseorang kehilangan akal maka hukum-pun tidak berlaku baginya. Saat itu dia dianggap sebagai orang yang tidak terkena beban apapun. Islam bahkan menjadikan akal sebagai salah satu diantara lima hal primer yang diperintahkan oleh syariah untuk dijaga dan dipelihara, dimana kemaslahatan dunia dan akhirat amat disandarkan pada terjaga dan terpeliharanya kelima unsur tersebut, yaitu: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Agama mengajarkan dua jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pertama, melalui jalan wahyu, yakni melalui komunikasi dari Tuhan kepada/manusia, dan kedua dengan jalan akal, yakni memakai kesan-kesan yang diperoleh panca indera sebagai bahan pemikiran untuk sampai kepada kesimpulan. Pengetahuan yang diperoleh melalui wahyu diyakini sebagai pengetahuan yang absolut, sementara pengetahuan yang diperoleh melalui akal diyakini sebagai pengetahuan yang bersifat relatif, yang memerlukan pengujian terus menerus, mungkin benar dan mungkin salah (Harun Nasution, 1986: 1). Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, timbul pertanyaan, pengetahuan mana yang lebih dipercaya, pengetahuan yang diperoleh melalui akal, pengetahuan melalui wahyu, atau pengetahuan yang diperoleh melalui kedua-duanya. Karena itu, masalah hubungan akal dan wahyu ini merupakan masalah yang paling masyhur dan paling mendalam dibicarakan dalam sejarah pemikiran manusia, telah lebih dua ribu tahun (Harun Nasution, 1986: 1). Akan tetapi, meskipun demikian akal bukanlah penentu segalanya. Ia tetap memiliki kemampuan dan kapasitas yang terbatas. Oleh karena itulah, Allah SWT menurunkan wahyu- Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka ia akan tersesat. 1.
  • 5. B. Rumusan masalah 1. Apakah pengertian akal dan wahyu? 2. Bagaimana fungsi dan kedudukan akal dan wahyu? 3. Bagaimanakah akal dan wahyu dalam pemikiran Islam? C. Tujuan Tujuan disusunnya makalah ini untuk menjelaskan bahwa akal dan wahyu dalam kehidupan islam sangat penting akal dan wahyu yang digunakan maqasid as-syari’ah atau maslahah yang menekankan terjaminnya kebutuhan hidup manusia, dua di antaranya adalah mewujudkan terjaganya al-‘aql (intellect), dan keyakinan (ad-din) (Fahim Khan, 1992: 73- 74). Dalam hal ini wahyu merupakan sumber pengetahuan yang didasarkan kepada keimanan kepada Allah SWT. D. Manfaat 1. Agar kita dapat dapat mengetahui pengertian dari Akal dan wahyu, fungsi dan kedudukan Akal dan wahyu, serta akal dan wahyu dalam pemikiran islam. 2. Memperluas wawasan pemikiran kita mengenai akal dan wahyu dalam pemikiran islam. 2.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Akal Dan Wahyu 1. Akal Akal berasal dari bahasa Arab ‘aqala-ya’qilu’ yang secara lughawi memiliki banyak makna, sehingga kata al ‘aql sering disebut sebagai lafazh musytarak, yakni kata yang memiliki banyak makna. Dalam kamus bahasa Arab al-munjid fi al-lughah wa al a’lam, dijelaskan bahwa ‘aqala memiliki makna adraka (mencapai, mengetahui), fahima (memahami), tadarabba wa tafakkara (merenung dan berfikir). Kata al-‘aqlu sebagai mashdar (akar kata) juga memiliki arti nurun nuhaniyyun bihi tudriku al-nafsu ma la tudrikuhu bi al-hawas, yaitu cahaya ruhani yang dengannya seseorang dapat mencapai, mengetahui sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh indera. Al-‘aql juga diartikan al-qalb, hati nurani atau hati sanubari. Menurut pemahaman Izutzu, kata ‘aql di zaman jahiliah digunakan dalam arti kecerdasan praktis (practical intelligence) yang dalam istilah psikologi modern disebut kecakapan memecahkan masalah (problem solving capacity). Dengan demikian, orang berakal adalah orang yang mempunyai kecakapan untuk menyelesaikan masalah, memecahkan problem yang dihadapi dan dapat melepaskan diri dari bahaya yang mengancam. Lebih lanjut menurutnya, kata ‘aql mengalami perubahan arti setelah masuk ke dalam filsafat Islam. Hal ini terjadi disebabkan pengaruh filsafat Yunani yang masuk dalam pemikiran Islam, yang mengartikan ‘aql sama dengan nous yang mengandung arti daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Pemahaman dan pemikiran tidak lagi melalui al-qalb di dada akan tetapi melalui al-aql di kepala (Harun Nasution, 1986: 7-8). Pengaruh filsafat Yunani terhadap filosof-filosof muslim terlihat dalam pendapat mereka tentang akal yang dipahami sebagai salah satu daya dari jiwa (an-nafs/ ar-ruh) yang terdapat dalam diri manusia. Seperti Al-Kindi (796-873) yang terpengaruh Plato, menjelaskan bahwa pada jiwa manusia terdapat tiga daya, daya bernafsu (al-quwwah asy-syahwatiyah) yang berada di perut, daya berani (al-quwwah al-ghadabiyyah) yang bertempat di dada dan daya berfikir (al-quwwah an-natiqah) yang berpusat di kepala. Sementara itu, di kalangan teolog muslim, mengartikan akal sebagai daya untuk memperoleh pengetahuan, seperti pendapat Abu al-Huzail, akal adalah daya untuk memperoleh pengetahuan, daya yang membuat seseorang dapat membedakan dirinya dengan benda-benda lain, dan mengabstrakkan benda-benda yang ditangkap oleh panca indera. Di kalangan Mu’tazilah akal memiliki fungsi dan tugas moral, yakni di samping untuk memperoleh pengetahuan, akal juga memiliki daya untuk membedakan antara kebaikan dan kejahatan, bahkan akal merupakan petunjuk jalan bagi manusia dan yang membuat manusia menjadi pencipta perbuatannya sendiri (Harun Nasution, 1986: 12). Letak akal Dikatakan di dalam Al-Qur’an surat Al-Hajj (22) ayat 46, yang artinya,” Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu bagi mereka mempunyai al-qolb, yang dengan al-qolb itu mereka dapat memahami (dan memikirkan) dengannya atau ada bagi mereka telinga (yang dengan telinga itu) mereka mendengarkan dengannya, maka sesungguhnya tidak buta mata mereka tapi al-qolb (mereka) yang buta ialah hati yang di dalam dada.” 3.
  • 7. Dari ayat ini maka kita tahu bahwa al-’aql itu ada di dalam al-qolb, karena, seperti yang dikatakan dalam ayat tersebut, memahami dan memikirkan (ya’qilu) itu dengan al-qolb dan kerja memahami dan memikirkan itu dilakukan oleh al-‘aql maka tentu al-‘aql ada di dalam al-qolb, dan al-qolb ada di dalam dada. Yang dimaksud dengan al-qolb tentu adalah jantung, bukan hati dalam arti yang sebenarnya karena ia tidak berada di dalam dada, dan hati dalam arti yang sebenarnya padanan katanya dalam bahasa Arab adalah al-kabd. Dengan demikian akal dalam pengertian Islam, bukanlah otak, akan tetapi daya berfikir yang terdapat dalam jiwa manusia, daya untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitarnya. Dalam pengertian inilah akal yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia, yakni dari Allah SWT. 2. Wahyu Kata al-wahy yang berarti suara, kecepatan, api, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab adalah kata arab asli, bukan kata pinjaman dari bahasa asing. Selanjutnya al-wahy mengandung arti pemberitahuan secara tersebunyi dan dengan cepat. Namun arti yang paling terkenal adalah “apa yang disampaikan Tuhan kepada nabi-nabi”. Yakni sabda Tuhan yang disampaikan kepada orang pilihanNya agar diteruskan kepada manusia untuk dijadikan pegangan hidup (Harun Nasution, 1992: 15) Firman Allah itu mengandung petunjuk dan pedoman yang memang diperlukan oleh umat manusia dalam menjani hidup di dunia dan di akhirat kelak. Dalam Islam wahyu Allah itu disampaikan kepada nabi Muhammad saw yang terkumpul semuanya dalam al-Qur’an. Wahyu dalam arrti firman Allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul-Nya, misalnya: Artinya: “ sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan kami telah memberikan wahyu (pula) kepada ibrahim, ismail, ishaq, ya’qub, dan anak cucuny, isa, ayyub,Yunus, Harun, dan sulaiman. Dan kami berikan zabur kepada Dawud” Adapun cara penyampaian wahyu, atau komunikasi Tuhan dengan nabi-nabi melalui tiga cara: (1) Melalui jantung hati seseorang dalam bentuk ilham; (2) Dari belakang tabir, seperti yang terjadi pada Nabi Musa dan (3) Melalui utusan yang dikirimkan Tuhan dalam bentuk malaikat. B. Fungsi Dan Kedudukan Akal Dan Wahyu Al-quran juga memberikan tuntunan tentang penggunaan akal dengan mengadakan pembagian tugas dan wilayah kerja pikiran dan qalbu. Daya pikir manusia menjangkau wilayah fisik dari masalah-masalah yang relatif, sedangkan qalbu memiliki ketajaman untuk menangkap makna-makna yang bersifat metafisik dan mutlak. Oleh karenanya dalam hubungan dengan upaya memahami islam, akal memiliki kedudukan dan fungsi yang lain yaitu sebagai berikut: 4.
  • 8. 1. Akal sebagai alat yang strategis untuk mengungkap dan mengetahui kebenaran yang terkandung dalam al-Qur’an dan Sunnah Rosul, dimana keduanya adalah sumber utama ajaran islam. 2. Akal merupakan potensi dan modal yang melekat pada diri manusia untuk mengetahui maksut-maksut yang tercakup dalam pengertian al-Qur’an dan Sunnah Rosul. 3. Akal juga berfungsi sebagai alat yang dapat menangkap pesan dan nsemangat al-Qur’an dan Sunnah yang dijadikan acuan dalam mengatasi dan memecahkan persoalan umat manusia dalam bentuk ijtihat. 4. Akal juga berfungsi untuk menjabarkan pesan-pesan al-Quran dan Sunnah dalam kaitannya dengan fungsi manusia sebagai khalifah Allah, untuk mengelola dan memakmurkan bumi seisinya. Namun demikian, bagaimana pun hasil akhir pencapaian akal tetaplah relatif dan tentatif. Untuk itu, diperlukan adanya koreksi, perubahan dan penyempurnaan teru-menerus. Kedudukan Akal Dalam Syari'at Islam. Syari'at Islam memberikan nilai dan urgensi yang amat penting dan tinggi terhadap akal manusia. Itu dapat dilihat dari point-point berikut: Alloh subhanahu wa'ta'ala hanya menyampaikan kalam-Nya (firman-Nya) kepada orang-orang yang berakal, karena hanya mereka yang dapat memahami agama dan syari'at-Nya. Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Dan kami anugerahi dia (dengan mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak mereka pula sebagai rohmat dari kami dan pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS. Shaad [38]: 43). 2) Akal merupakan syarat yang harus ada dalam diri manusia untuk mendapat taklif (beban kewajiban) dari Alloh subhanahu wa'ta'ala. Hukum-hukum syari'at tidak berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai akal. Dan diantaranya yang tidak menerima taklif itu adalah orang gila karena kehilangan akalnya. Rosululloh sholallohu 'alaihi wa sallama bersabda: "رُفِعَ القَلَمُ عَنْ ثَلََثٍ وَمِنْهَا : الجُنُوْنُ حَت ى يَفِيْقَ" "Pena (catatan pahala dan dosa) diangkat (dibebaskan) dari tiga golongan, diantaranya: orang gila samapai dia kembali sadar (berakal)". (HR. Abu Daud: 472 dan Nasa'i: 6/156). 3) Alloh subhanahu wa'ta'ala mencela orang yang tidak menggunakan akalnya. Misalnya celaan Alloh subhanahu wa'ta'ala terhadap ahli neraka yang tidak menggunakan akalnya: Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". (QS. 067. Al Mulk [67]: 10) Dan Alloh subhanahu wa'ta'ala mencela orang-orang yang tidak mengikuti syari'at dan petunjuk Nabi-Nya. Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Alloh," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. 002. Al Baqarah [2]: 170). 5.
  • 9. 4) Penyebutan begitu banyak proses dan aktivitas kepemikiran dalam Al-Qur'an, seperti tadabbur, tafakkur, ta'aquul dan lainnya. Seperti kalimat "La'allakum tafakkarun" (mudah-mudahan kalian berfikir) atau "Afalaa Ta'qiluun" (apakah kalian tidak berakal), atau "Afalaa Yatadabbarunal Qur'an" (apakah mereka tidak merenungi isi kandungan Al-Qur'an) dan lainnya. 5) Al-Qur'an banyak menggunakan penalaran rasional. Misalnya ayat-ayat berikut ini: Artinya:"Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Alloh, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya". (QS. An Nisaa' [04]: 82) Artinya:"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Alloh, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Alloh yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan". (QS. Al Anbiyaa' [21]: 22 ) Artinya:"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?". (QS. Ath Thuur [52]: 35 ) 6) Islam mencela taqlid yang membatasi dan melumpuhkan fingsi akal. Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang Telah diturunkan Alloh," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami Hanya mengikuti apa yang Telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (QS. Al Baqarah [2]: 170) Islam memuji orang-orang yang menggunakan akalnya dalam memahami dan mengikuti kebenaran. Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembah- nya dan kembali kepada Alloh, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba- Ku. Yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. mereka Itulah orang-orang yang Telah diberi Alloh petunjuk dan mereka Itulah orang-orang yang mempunyai akal". (QS. Az Zumar [39]: 17-18) 7) Alloh subhanahu wa'ta'ala menggunakan ayat kauniyah untuk membuktikaan adanya pencipta ayat kauniyah tersebut. Dan itu merupakan suatu proses berfikir (menggunakan akal) yang dibutuhkan untuk mengetahui adanya hubungan antara alam dan pencipta alam. Alloh subhanahu wa'ta'ala berfirman: Artinya:"Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?. Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam keadaan payah". (QS. Al Mulk [67]: 3-4) Adapun wahyu dalam hal ini yang dapat dipahami sebagai wahyu langsunng (al-Qur’an) ataupun wahyu yang tidak langsung (al-Sunnah), kedua-duanya memiliki fungsi dan kedudukan yang sama meski tingkat akurasinya berbeda karena disebabkan oleh proses pembukuan dan pembakuannya. Kalau al-Qur’an langsung ditulis semasa wahyu itu diturunkan dan dibukukan di masa awal islam, hanya beberapa waktu setelah Rosul Allah wafat (masa Khalifah Abu Bakar), sedangkan al-hadis atau al-Sunnah baru dibukukan pada abat kedua hijrah (masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz), oleh karena itu fungsi dan kedudukan wahyu dalam memahami Islam adalah: 6.
  • 10. 1.Wahyu sebagai dasar dan sumber pokok ajaran Islam. Seluruh pemahaman dan pengamalan ajaran Islam harus dirujukan kepada al-Qur’an dan Sunnah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa pemahaman dan penngamalan ajaran Islam tanpa merujuk pada al-quran dan al-sunnah adalah omong kosong. 2.Wahyu sebagai landasan etik. Karena wahyu itu akan difungsikan biala akal difungsikan untuk memahami, maka akal sebagai alat untuk memahami islam (wahyu) harus dibimbinng oleh wahyu itu sendiri agar hasil pemahamannya benar dan pengamalannya pun menjadi benar. Akal tidal boleh menyimpang dari prinsip etik yang diajarkan oleh wahyu. Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia.. Oleh karena itulah, Alloh SWT menurunkan wahyu-Nya untuk membimbing manusia agar tidak tersesat. Di dalam keterbatasannya-lah akal manusia menjadi mulia. Sebaliknya, ketika ia melampaui batasnya dan menolak mengikuti bimbingan wahyu maka ia akan tersesat. Meletakkan akal dan wahyu secara fungsional akan lebih tepat dibandingkan struktural, karena bagaimanapun juga akal memiliki fungsi sebagai alat untuk memahami wahyu, dan wahyu untuk dapat dijadikan petunjuk dan pedoman kehidupan manusia harus melibatkan akal untuk memahami dan menjabarkan secara praktis. Manusian diciptakan oleh tuhan dengan tujuan ang jelas, yakni sebagai hamba Allah dan khalifah Allah, dan untuk mencapai tujuan tersebut manusia dibekali akal dan wahyu. C. Akal Dan Wahyu Dalam Pemikiran Islam Telah diketahui Islam berkembang dalam sejarah bukan hanya sebagai agama, tetapi juga sebagai kebudayaan. Islam memang lahir pada mulanya hanya sebagai agama di Makkah, tetapi kemudian tumbuh di Madinah menjadi negara, selanjutnya membesar di Damasyik, menjadi kekuatan politik internasional yang daerahnya luas dan akhirnya berkembang di baghdad menjadi kebudayaan bahlkan peradapan yang tidak kecil pengaruhnya, sebagaimana yang telah disebutkan di atas, pada peradaban barat modern. Dalam perkembangan islam dalam kedua aspek itu, akal memainkan peranan penting, bukan dalam bidang kebudayaan saja, tetapi juga dalam bidang agama itu sendiri. Dalam membahas masalah-masalah keagamaan, ulama-ulama Islam tidak semata-mata berpegang pada wahyu, tetapi banayk pula bergantung pada pendapat akal. Peranan akal yang besar dalam pembahasan masalah-masalah keagamaan dijumpai bukan pula hanya dalam bidang filsafat, tetapi juga dalam bidang tauhid, bahkan juga dalam fikih dan tafsir sendiri .(Nasution Harun, 1986: 71) 1. Fikih Memulai pembicaraan tentang peranan akal dalam bidang fikih atau hukum Islam, kata faqiha sendiri mengandung makna faham atau mengerti. Untuk mengerti dan memahami sesuatu diperlukan pemikiran dan pemakaian akal. Dengan demikian fikih merupakan ilmu yang menbahas pemahaman dan tafsiran ayat-ayat al-Qur’an, yang berkenaan dengan hukum. Untuk pemahaman dan penafsiran itu diperlukan ihtihad, ihtihad pada asalnya mengandung arti usaha keras dalam melaksanakan pekerjaan berat dan dalam istilah hukum berarti uasaha keras dalam bentuk pemikiran akal untuk mengeluarkan ketentusn hukum agama dan sumber-sumbernya. 7.
  • 11. 2. Ilmu Tauhid dan Teologi Kalau dalam ilmu fikih peranan akal dalam hukum Islam yang dipermasalahkan, dalam ilmu tauhid atau ilmu kalam, permasalahannya meningkat menjadi akal dan wahyu. Yang dipermasalahkan adalah kesanggupan akal dan wahyu terhadap dua persoalan pokok dealam agama, yaitu adanya Tuhan serta kebaikan dan kejahatan. 3. Falsafat Sesuai denagn pengertian falsafat sebagai pemikiran sedalam-dalamnya tentang wujud, akal lebih banyak dipakai dan akal dianggap lebih besar dayanya dari yang dianggap dalam ilmu tauhid apalagi ilmu fikih. Sebagai akibatnya pendapat-pendapat keagamaan filosof lebih liberal dari pada pendapat-pendapat keagamaan ulamatauhid atau teolog, sehingga timbul sikap salah menyalahkan bahkan kafir-mengkafirkan diantara kedua golongan itu. Filosof-filosof Islam berkeyakinan bahwa antara akal dan wahyu, antara falsafat dan agama tidak ada pertentangan. Keduanya sejalan dan serasi. Al-Farabi, filosof yang datang sesudah Al-Kindi, juga berkeyakinan bahwa antara agama dan falsafat tidak ada pertentangan. Menurut pandangannya kebenaran yang dibawa wahyu dan kebenaran yang dihasilkan falsafat hasilnya satu, walaupun bentuknya berbeda. Al-Farabilahfilosof Islam pertama yang mengusahakan keharmonisan antara agama dan falsafat. 4. Pemikir-Pemikir Pembaharuan Islam Demikianlah kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran keagamaan Islam zaman klasik, yang terdapat dalam bidang fikih, bidang tauhid, dan bidang falsafat. Sesudah zaman klasik yang berakhir secara resmi pada pertengahan abad ketiga belas, pemikiran dalam Islam tidak berkembang. Tetapi pada zaman modern sekarang mulai pada permulaan abad ke-sembilan belas, pemikiran atas dorongan nasionalisme yang datang dari dunia barat mulai timbul kembali. Pemimpin-pemimpin pembaharuan dalam Islam mulai menonjolkan kedudukan akal yang tinggi dalam al-Qur’an, dalam Hadis dan dalam sejarah pemikiran Islam. Kedudukan tinggi dari akal di zaman modern ini dapat dilihat dalam pemikiran Ahmad Khan. Bagi pemimpin pembaharuan dalam Islam di India ini hanya Al-Qur’an uang bersifat absolut dan harus dipercayai. Lainnya bersifat relatif, boleh diterima, boleh ditolak. Tetapi disamping itu ia punya kepercayaan yangkuat pada akal dan hukum alam. Islam dalam pendapatnya adalah agama yang sesuai dengan akal dan hukum alam. Oleh sebab itu pendapat-pendapat yang tidak sesuai dengan akal dan hukum alam timbul karena salah pemahaman ataupeun salah interprestasi tentang ayat-ayat al-Qur’an. Islam adalah agama yang sesuai denagan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Disamping itu akal dapat membuat hukum mengenai hal-hal yang diatas untuk diamalkan oleh manusia. 8.
  • 12. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan: 1. Akal merupakan hidayah Allah yang diberikan kepada menusia berfungsi sebagai alat untuk mencari kebenaran, akal mampu merumuskan yang bersifat kognitif dan manajerial. 2. Wahyu merupakan firman Allah yang berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. Wahyu baik yang langsung (al-Qur’an) maupun tidak langsung (al-Sunnah) sebagi sumber ajaran Islam 3. Akal dan wahyu dilihat secara fungsional bukan struktural, akal berfungsi untuk memahami wahyu, dan wahyu berfungsi untuk meluruskan kerja akal. 4. Dalam ajaran Islam, akal mempunyai kedudukan tinggi dan banyak dipakai, bukan hanya dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saja, tetapi juga dalam perkembangan ajaran-ajaran keagamaan Islam itu sendiri. 5. Kedudukan wahyu terhadap akal manusia adalah seperti cahaya terhadap indera penglihatan manusia B. Saran Kami mengharapkan para pembaca bisa mengambil pelajaran dari makalah kami ini, dan member kritikan dari setiap kesalahan yang ada karena kami manusia biasa yang dhaif, dan jika ada benarnya itu semata-mata dari Allah swt. 9.
  • 13. DAFTAR PUSTAKA Nasution, Harun. 1992. Pembaharuan Dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang Nasution, Harun. 1986. Akal Dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: UI Press Absori, Sudarno Shobron, Yadi Purwanto dkk. 2009. Studi Islam 3. Surakarta: LPID UMS Asy’arie, Musa. 1992. Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an. Yogyakarta: Lembaga studi Filsafat Islam. 10.