SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 8
MATRIKS DAN DETERMINAN
Pendahuluan
Banyak persoalan dalam matematika murni maupun terapan yang disajikan dalam sistem
persamaan linear. Misalnya, penerapan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian listrik biasanya akan
menghasilkan sistem persamaan linear dengan variabel arus listrik. Untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dengan dua variabel biasanya digunakan metode substitusi atau eliminasi. Akan
tetapi, untuk sistem persamaan linear yang melibatkan tiga variabel atau lebih, metode ini
ternyata tidak efisien.
Untuk menyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel atau lebih, kita akan
membahas metode reduksi baris atau eliminasi Gauss dan aturan Cramer. Sebelum membahas
kedua metode ini, kita akan membicarakan konsep matriks dan determinan.
Definisi
Diandaikan kita memiliki sistem persamaan linear berikut:
๐‘ฅ + 2๐‘ฆ + 3๐‘ง = 7
4๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ โˆ’ 6๐‘ง = 1
2๐‘ฅ + 2๐‘ฆ โˆ’ 3๐‘ง = โˆ’4
}
Koefien-koefisien x, y, dan z dapat dituliskan sebagai
๐ด = (
1 2 3
4 โˆ’1 โˆ’6
2 2 โˆ’3
).
Sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom ini dikenal dengan sebutan matriks.
Matriks ๐‘š ร— ๐‘› adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas m baris dan n
kolom. Sebuah matriks A biasanya dituliskan dalam bentuk
๐ด = (
๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž13 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘˜
๐‘Ž21 ๐‘Ž22 ๐‘Ž23 โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘˜
โ€ฆ
๐‘Ž๐‘—1
โ€ฆ
๐‘Ž๐‘—2
โ€ฆ
๐‘Ž๐‘—3
โ€ฆ
โ€ฆ
โ€ฆ
๐‘Ž๐‘—๐‘˜
).
Setiap bilangan ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ pada matriks disebut unsur atau elemen, dengan indeks i dan j berturut-turut
menunjukkan unsur yang terletak pada baris ke-j dan kolom ke-k matriks yang bersangkutan.
Jika banyaknya baris m sama dengan banyaknya kolom n, dikenal matriks bujur sangkar
berukuran ๐‘› ร— ๐‘› atau berorde n. Sebuah matriks yang hanya terdiri satu baris dinamakan matriks
baris. Sebaliknya, sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom dinamakan matriks kolom.
Aljabar Matriks
1. Kesamaan Matriks
Dua matriks ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜) dan matriks ๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) yang berukuran sama (memiliki jumlah
baris dan kolom yang sama), dikatakan sama jika dan hanya jika ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ = ๐‘๐‘—๐‘˜. Sebagai
contoh,
(
๐‘ฅ ๐‘Ÿ ๐‘ข
๐‘ฆ ๐‘  ๐‘ฃ) = (
2 0 8
โˆ’1 4 3
),
jika dan hanya jika x = 2, y = ๏€ญ1, r = 0, s = 4, u = 8, dan v = 3.
2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks
Dua buah matriks A dan B yang berukuran sama dapat dijumlahkan/dikurangkan untuk
menghasilkan matriks C yang unsur-unsurnya merupakan hasil
penjumlahan/pengurangan dari unsur matriks A dan B yang bersesuaian. Secara
matematis, jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, maka ๐ถ = ๐ด ยฑ ๐ต
dengan ๐‘๐‘—๐‘˜ = ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ ยฑ ๐‘๐‘—๐‘˜.
3. Perkalian Matriks dengan Skalar
Perkalian matriks A dengan skalar k akan menghasilkan sebuah matriks baru B yang
unsur-unsurnya diperoleh dengan mengalikan unsur-unsur matriks A dengan k. Jadi, B =
kA.
4. Perkalian dua Matriks
Jika ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜) sebuah matriks berukuran ๐‘š ร— ๐‘› dan ๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) sebuah matriks berukuran
๐‘› ร— ๐‘, maka perkalian matriks A dengan matriks B, yaitu C = AB, didefinisikan sebagai
๐‘๐‘—๐‘˜ = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘—๐‘™ ๐‘๐‘™๐‘˜
๐‘›
๐‘™=1 ,
dengan matriks C berukuran ๐‘š ร— ๐‘. Perkalian dua matriks dapat dilakukan jika dan
hanya jika banyaknya kolom A sama dengan banyaknya baris B.
Untuk ๐ด = (
4 2
โˆ’3 1
) dan ๐ต = (
1 5 3
2 7 โˆ’4
), diperoleh ๐ด๐ต = (
8 34 4
โˆ’1 โˆ’8 โˆ’13
).
Berbeda dengan aljabar bilangan biasa, perkalian matriks pada umumnya tidak komutatif.
Akan tetapi, hukum asosiatif dan distributif tetap berlaku:
A(BC)= (AB)C, A(B + C) = AB + AC, (A + B)C = AC + AC.
Sebuah matriks A dapat dikalikan dengan dirinya sendiri jika dan hanya jika A adalah
matriks bujur sangkar. Ungkapan AA biasanya ditulis ๐ด2
. Dengan cara yang sama,
๐ด3
= ๐ด2
๐ด, ๐ด4
= ๐ด3
๐ด, dan sebagainya.
5. Matriks Transpos
Untuk matriks A dapat dilakukan operasi transposisi, yaitu mengganti baris dengan
kolomnya sehingga diperoleh matriks baru. Matriks baru sebagai hasil transposisi ini
dinamakan transpose dari A dan dinyatakan dengan ๐ด ๐‘‡
. Dengan demikian, jika ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜)
maka ๐ด ๐‘‡
= (๐‘Ž ๐‘˜๐‘—). Sebagai contoh, jika
๐ด = (
2 1 โˆ’8
5 2 1
) maka ๐ด ๐‘‡
= (
2 5
1 2
โˆ’8 1
).
Sifat-sifat matriks transpos: (๐ด + ๐ต) ๐‘‡
= ๐ด ๐‘‡
+ ๐ต ๐‘‡
, (๐ด๐ต) ๐‘‡
= ๐ต ๐‘‡
๐ด ๐‘‡
, dan (๐ด ๐‘‡
) ๐‘‡
= ๐ด.
Untuk matriks kompleks, yaitu matriks yang unsur-unsurnya bilangan kompleks, terdapat operasi
konjugat kompleks dan konjugat hermite.
Operasi konjugat kompleks pada matriks kompleks C yang dinyatakan dengan ๐ถฬ… akan
menghasilkan matriks baru B yang elemen-elemennya adalah konjugat kompleks dari C. Jadi,
๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) = ๐ถฬ… = (๐‘ฬ…๐‘—๐‘˜). Matriks ๐ถฬ… dikenal sebagai matriks konjugat kompleks dari C.
Operasi konjugat hermite pada matriks kompleks C merupakan kombinasi dari operasi
konjugat kompleks dan transposnya sehingga sehingga menghasilkan matriks baru B. Dengan
demikian, ๐ต = (๐ถฬ…) ๐‘‡
atau ๐ต = ๐ถโ€ 
. Elemen-elemen matriks B adalah (๐‘๐‘—๐‘˜) = (๐‘ฬ… ๐‘˜ ๐‘—). Matriks B ini
dikenal sebagai matriks konjugat hermite dari C.
Sebagai contoh, jika
๐ด = (
2 + 3๐‘– 4 โˆ’ 5๐‘–
3 5๐‘–
) maka ๐ดโ€ 
= (๐ดฬ…) ๐‘‡
= (
2 โˆ’ 3๐‘– 4 + 5๐‘–
3 โˆ’5๐‘–
)
๐‘‡
= (
2 + 3๐‘– 3
4 + 5๐‘– โˆ’5๐‘–
).
Matriks-matriks Khusus
Matriks bujur sangkar, matriks baris, dan matriks kolom biasanya dikelompokkan ke dalam
matriks khusus. Ada beberapa matriks khusus yang lain, yaitu:
1) Matriks diagonal, yaitu matriks yang semua unsurnya nol kecuali unsur-unsur yang
terletak pada diagonal utama. Contoh,
๐ด = (
1 0 0
0 3 0
0 0 4
).
Jumlah semua unsur diagonal utama sebuah matriks bujur sangkar dinamakan trace
matriks yang bersangkutan.
2) Matriks segitiga, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya terletak di bawah atau
di atas diagonal utama sama dengan nol. Jika unsur-unsur nol terletak di bawah diagonal
utama, biasanya disebut matriks segitiga atas. Sebaliknya, jika unsur-unsur nol terletak di
atas diagonal utama disebut matriks segitiga bawah.
3) Matriks satuan, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya pada diagonal utama
sama dengan 1, sedangkan unsur-unsur yang lain sama dengan nol. Matriks satuan
biasanya diberi simbol I. Sebagai contoh,
๐ผ = (
1 0
0 1
).
4) Matriks nol, yaitu matriks yang unsur-unsurnya sama dengan nol dan biasanya diberi
simbol O. Untuk matriks A yang ukurannya sama dengan O, berlaku ๐ด + ๐‘‚ = ๐‘‚ + ๐ด = ๐ด
dan ๐ด๐‘‚ = ๐‘‚๐ด = ๐‘‚.
5) Matriks simetri, yaitu matriks bujur sangkar yang memenuhi sifat ๐ด ๐‘‡
= ๐ด. Jika ๐ด ๐‘‡
= โˆ’๐ด,
A disebut matriks taksimetri.
6) Matriks kofaktor, yaitu matriks yang didefinisikan sebagai ๐ด ๐‘
= ๐ด๐‘—๐‘˜.
Jika ๐ด = (
๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž13
๐‘Ž21 ๐‘Ž22 ๐‘Ž23
๐‘Ž31 ๐‘Ž32 ๐‘Ž33
) maka ๐ด ๐‘
= (
๐ด11 ๐ด12 ๐ด13
๐ด21 ๐ด22 ๐ด23
๐ด31 ๐ด32 ๐ด33
), dengan
๐ด11 = (โˆ’1)1+1
|
๐‘Ž22 ๐‘Ž23
๐‘Ž32 ๐‘Ž33
|, ๐ด12 = (โˆ’1)1+2
|
๐‘Ž21 ๐‘Ž23
๐‘Ž31 ๐‘Ž33
|, dan seterusnya.
7) Matriks adjoint, yaitu matriks yang diperoleh dari transpose matriks kofaktor. Jadi,
adj ๐ด = ๐ด ๐‘๐‘‡
.
Untuk ๐ด = (
1 3
2 1
), ๐ด ๐‘
= (
1 โˆ’2
โˆ’3 1
), dan adj ๐ด = ๐ด ๐‘๐‘‡
= (
1 โˆ’3
โˆ’2 1
).
8) Jika adj ๐ด = ๐ด, matriks A dikatakan self-adjoint.
9) Jika ๐ด2
= ๐ผ, matriks A dikatakan involuntary.
10) Jika ๐ด = ๐ดฬ…, matriks A dinamakan matriks real.
11) Jika ๐ด๐ด ๐‘‡
= ๐ผ, matriks A dinamakan matriks orthogonal.
12) Jika ๐ด = (๐ดฬ…) ๐‘‡
= ๐ดโ€ 
, matriks A dinamakan matriks hermite.
13) Jika ๐ด๐ดโ€ 
= ๐ผ, matriks A dinamakan matriks uniter.
14) Jika ๐ด = โˆ’๐ดฬ…, matriks A dinamakan matriks imajiner murni.
15) Jika ๐ด2
= ๐ด, matriks A dinamakan matriks idempotent (indepotent matrix).
Determinan
Untuk setiap matriks bujur sangkar A terdapat nilai karakteristi yang dikenal sebagai
determinan, biasa ditulis det (A) atau |๐‘Ž๐‘—๐‘˜|. Determinan matriks A ditulis sebagai
det๐ด = ||
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž12
๐‘Ž22
โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘˜
โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘˜
๐‘Ž31 ๐‘Ž32
โ€ฆ ๐‘Ž3๐‘˜
โ€ฆ
๐‘Ž ๐‘—1
โ€ฆ
๐‘Ž ๐‘—2
โ€ฆ
โ€ฆ
โ€ฆ
๐‘Ž ๐‘—๐‘˜
||.
Jika matriks A dengan det (A) = 0, A disebut matriks singular. Sebaliknya, jika det (A) โ‰ 
0, A disebut matriks taksingular.
Minor
Jika baris ke-j dan kolom ke-k pada determinan yang disajikan di atas dihilangkan, kemudian
dibentuk sebuah determinan dari unsur-unsurnya yang tertinggal, akan diperoleh determinan
baru yang terdiri atas (n-1) baris dan (n-1) kolom. Determinan baru ini merupakan minor dari
unsur ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dan dinyatakan dengan ungkapan ๐‘€๐‘—๐‘˜. Sebagai contoh,
det๐ด = |
๐‘Ž11
๐‘Ž21
๐‘Ž12
๐‘Ž22
๐‘Ž13 ๐‘Ž14
๐‘Ž23 ๐‘Ž24
๐‘Ž31 ๐‘Ž32 ๐‘Ž33 ๐‘Ž34
๐‘Ž41 ๐‘Ž42 ๐‘Ž43 ๐‘Ž44
|
maka minor unsur ๐‘Ž32 adalah ๐‘€32, yaitu
๐‘€32 = |
๐‘Ž11 ๐‘Ž13 ๐‘Ž14
๐‘Ž21 ๐‘Ž23 ๐‘Ž24
๐‘Ž41 ๐‘Ž43 ๐‘Ž44
|.
Jika minor dari ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dikalikan dengan (โˆ’1) ๐‘—+๐‘˜
hasilnya dinamakan kofaktor dari ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dan
dinyatakan dengan ๐ด๐‘—๐‘˜. Jadi,
๐ด๐‘—๐‘˜ = (โˆ’1) ๐‘—+๐‘˜
๐‘€๐‘—๐‘˜.
Untuk menentukan determinan matriks A dapat digunakan ekspansi Laplace yang menyatakan
bahwa nilai determinan merupakan jumlah dari hasil kali unsur-unsur pada suatu baris (atau
suatu kolom) dengan kofaktor-kofaktor yang bersesuaian. Secara matematis,
det ๐ด = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ ๐ด๐‘—๐‘˜
๐‘›
๐‘˜=1 , untuk sembarang j.
Sebagai contoh, kita akan menghitung
det ๐ด = |
๐‘Ž11 ๐‘Ž12
๐‘Ž21 ๐‘Ž22
|
Untuk j =1, diperoleh
det ๐ด = โˆ‘ ๐‘Ž1๐‘˜๐ด1๐‘˜
= ๐‘Ž11 ๐ด11 + ๐‘Ž12 ๐ด12
2
๐‘˜=1 ,
dengan ๐ด11 = (โˆ’1)1+1|๐‘Ž22| = ๐‘Ž22 dan ๐ด12 = (โˆ’1)1+2|๐‘Ž21| = โˆ’๐‘Ž21. Jadi,
det ๐ด = ๐‘Ž11 ๐‘Ž22 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘Ž21.
Sifat-sifat Determinan
1) Nilai determinan tidak berubah apabila baris dan kolomnya dipertukarkan. Jadi, det ๐ด =
det ๐ด ๐‘‡
.
2) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, determinan matriks itu sama
dengan nol.
3) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, kecuali satu unsur,
determinannya sama dengan hasil kali unsur itu dengan kofaktornya.
4) Pertukaran dua baris atau dua kolom sembarang akan mengubah tanda determinan.
5) Jika semua unsur dalam suatu baris (atau kolom) dikalikan dengan sebuah bilangan,
determinannya juga dikalikan dengan bilangan itu.
6) Jika dua baris (atau kolom) sama atau sebanding, determinannya sama dengan nol.
7) Jika setiap unsur dalam suatu baris (atau kolom) sebuah determinan merupakan jumlah dua
suku, determinannya dapat dinyatakan sebagai jumlah dua determinan yang berukuran
sama.
8) Jika kita mengalikan unsur-unsur suatu baris (atau kolom) dengan sebuah bilangan
kemudian dijumlahkan dengan unsur-unsur yang bersesuaian dengan suatu baris (atau
kolom) yang lain, nilai determinannya tetap.
9) Jika A dan B dua matriks bujur sangkar yang berukuran sama, maka det(๐ด๐ต) = det(๐ด) +
det(๐ต).
10) Jumlah dari hasil kali unsur-unsur dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor-
kofaktornya dari baris (atau kolom) lainnya adalah nol. Secara matematis,
โˆ‘ ๐‘Ž ๐‘ž๐‘˜ ๐ด ๐‘๐‘˜
๐‘›
๐‘˜=1 = 0 atau โˆ‘ ๐‘Ž ๐‘˜๐‘ž ๐ด ๐‘˜๐‘
๐‘›
๐‘˜=1 = 0, jika ๐‘ โ‰  ๐‘ž.
Jika ๐‘ = ๐‘ž, hasilnya sama dengan det ๐ด.
Invers Matriks
Jika pada matriks bujur sangkar A terdapat matriks B sehingga AB = I, dengan I adalah
matriks identitas, maka B dinamakan invers matriks A dan ditulis sebagai ๐ดโˆ’1
. Jadi, jika A adalah
matriks bujur sangkar tak singular berorde-n, maka terdapat satu invers ๐ดโˆ’1
sehingga ๐ด๐ดโˆ’1
=
๐ดโˆ’1
๐ด = ๐ผ. Invers matriks memiliki sifat, (๐ด๐ต)โˆ’1
= ๐ตโˆ’1
๐ดโˆ’1
dan (๐ดโˆ’1
)โˆ’1
= ๐ด.
Untuk menentukan invers matriks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: metode reduksi
baris dan metode determinan.
Metode Reduksi Baris
Untuk memberi gambaran penerapan metode reduksi baris, diandaikan kita akan menghitung
invers matriks A. Dengan mengingat sifat-sifat matriks satuan I, A = IA. Selanjutnya, dengan
mereduksi A di ruas kiri menjadi I maka ruas kanan akan tereduksi menjadi B sehingga
menghasilkan I = AB. Jadi, B adalah invers matriks A. Metode reduksi baris terdiri atas operasi-
operasi berikut:
๏‚ท menukarkan dua baris,
๏‚ท mengalikan sembarang baris dengan sebuah tetapan ๐‘˜ โ‰  0, dan
๏‚ท menjumlahkan atau mengurangkan dua baris sembarang.
Untuk memudahkan penulisan operasi reduksi baris, biasa digunakan notasi ๐ต๐‘—,๐‘˜ dan ๐‘Ž๐ต๐‘— ยฑ ๐‘๐ต ๐‘˜.
Notasi pertama menunjukkan baris-j dan baris-k dipertukarkan, sedangkan notas kedua artinya
baris-j dikalikan dengan a kemudian dijumlahkan atau dikurangkan dengan b kali baris-k.
Metode Determinan
Sebuah matriks memiliki invers jika dan hanya jika det ๐ด โ‰  0. Invers matriks A dapat ditentukan
dengan rumus ๐ดโˆ’1
=
adj (๐ด)
det ๐ด
.
Sistem Persamaan Linear
Sistem persamaan linear dengan n variabel adalah suatu himpunan persamaan linear yang
berbentuk
{
๐‘Ž11 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ1
๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ2
โ€ฆ .
๐‘Ž ๐‘š1 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž ๐‘š2 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž ๐‘š๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ๐‘›
Jika ๐‘Ÿ1 = ๐‘Ÿ2 = โ‹ฏ = ๐‘Ÿ๐‘› = 0, sistem persamaan linear di atas disebut homogen. Sebaliknya, jika
๐‘Ÿ๐‘› โ‰  0 dinamakan takhomogen. Sistem persamaan linear di atas dapat dinyatakan dalam bentuk
matriks, yaitu
(
๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘›
๐‘Ž21 ๐‘Ž22
โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘›
โ€ฆ
๐‘Ž ๐‘š1
โ€ฆ
๐‘Ž ๐‘š2
โ€ฆ โ€ฆ
โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘š๐‘›
) (
๐‘ฅ1
๐‘ฅ2
โ€ฆ
๐‘ฅ ๐‘›
) = (
๐‘Ÿ1
๐‘Ÿ2
โ€ฆ
๐‘Ÿ๐‘›
)
atau AX = R.
Untuk menyelesaian system persamaan linear di atas digunakan dua cara, yaitu metode reduksi
baris dan aturan Cramer (lihat Bambang Ruwanto. 2002. Matematika untuk Fisika dan Teknik I.
Yogyakarta: Adicita hal. 131-135)

Weitere รคhnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Matematika Teknik 1: Matriks
Matematika Teknik 1: MatriksMatematika Teknik 1: Matriks
Matematika Teknik 1: Matriks
Dadang Hamzah
ย 
Buku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi MatriksBuku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi Matriks
Atikah Suryani Ulfah
ย 
Operasi aljabar pada matriks
Operasi aljabar pada matriksOperasi aljabar pada matriks
Operasi aljabar pada matriks
SMKN 9 Bandung
ย 
Determinan dan Invers
Determinan dan InversDeterminan dan Invers
Determinan dan Invers
ridho1810
ย 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
Safran Nasoha
ย 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
widi1966
ย 
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almat
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almatFitri sabrina (1100113) tg 1 almat
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almat
Ipit Sabrina
ย 

Was ist angesagt? (19)

Matriks SMA_SMK_MA Sederajat
Matriks SMA_SMK_MA SederajatMatriks SMA_SMK_MA Sederajat
Matriks SMA_SMK_MA Sederajat
ย 
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggiDeterminan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
Determinan matriks derajat dua, tiga, empat dan lebih tinggi
ย 
Matematika Teknik 1: Matriks
Matematika Teknik 1: MatriksMatematika Teknik 1: Matriks
Matematika Teknik 1: Matriks
ย 
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LNMatrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
Matrix - Invers, tranpose, determinant. (2x2, 3x3) XII Science LN
ย 
Buku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi MatriksBuku siswa Materi Matriks
Buku siswa Materi Matriks
ย 
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
Kelompok 8 analisis struktur (metode gauss jordan)
ย 
Materi matriks 3
Materi matriks 3Materi matriks 3
Materi matriks 3
ย 
Operasi aljabar pada matriks
Operasi aljabar pada matriksOperasi aljabar pada matriks
Operasi aljabar pada matriks
ย 
Ppt media it
Ppt media itPpt media it
Ppt media it
ย 
Determinan dan Invers
Determinan dan InversDeterminan dan Invers
Determinan dan Invers
ย 
Matriks Kelas X
Matriks Kelas XMatriks Kelas X
Matriks Kelas X
ย 
Jenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriksJenis dan operasi matriks
Jenis dan operasi matriks
ย 
Matrik
MatrikMatrik
Matrik
ย 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
ย 
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almat
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almatFitri sabrina (1100113) tg 1 almat
Fitri sabrina (1100113) tg 1 almat
ย 
Uas b. indonesia
Uas b. indonesiaUas b. indonesia
Uas b. indonesia
ย 
Matriks
MatriksMatriks
Matriks
ย 
Jenis - Jenis Matriks dan Matriks Transpose
Jenis - Jenis Matriks dan Matriks TransposeJenis - Jenis Matriks dan Matriks Transpose
Jenis - Jenis Matriks dan Matriks Transpose
ย 
PPT MATRIKS
PPT MATRIKS PPT MATRIKS
PPT MATRIKS
ย 

ร„hnlich wie Matriks dan determinan

Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
Julianto Samudra
ย 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
arman11111
ย 
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptxmatematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
YesyOktaviyanti1
ย 
Mediaakuuuu
MediaakuuuuMediaakuuuu
Mediaakuuuu
nia christie
ย 
Mediaakuuuu
MediaakuuuuMediaakuuuu
Mediaakuuuu
Nia christie
ย 
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
satriahelmy
ย 
Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7
satriahelmy
ย 

ร„hnlich wie Matriks dan determinan (20)

Matriks dan determinan
Matriks dan determinanMatriks dan determinan
Matriks dan determinan
ย 
MATRIKS.pptx
MATRIKS.pptxMATRIKS.pptx
MATRIKS.pptx
ย 
Ppt klmpk 6 alj liner
Ppt klmpk 6 alj linerPpt klmpk 6 alj liner
Ppt klmpk 6 alj liner
ย 
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptxBAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
BAB II - OPERASI MATRIKS.pptx
ย 
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptxPERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
PERTEMUAN-PERTAMA-MATRIKS.pptx
ย 
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so funMatriks_Enggar Dywari_Math is so fun
Matriks_Enggar Dywari_Math is so fun
ย 
Matriks dan operasinya
Matriks dan operasinyaMatriks dan operasinya
Matriks dan operasinya
ย 
Materi Matriks
Materi MatriksMateri Matriks
Materi Matriks
ย 
MATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINANMATRIKS DAN DETERMINAN
MATRIKS DAN DETERMINAN
ย 
Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3Kelas xii bab 3
Kelas xii bab 3
ย 
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptxmatematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
matematika kelas 11 matriks lengkap.pptx
ย 
determinan.pptx
determinan.pptxdeterminan.pptx
determinan.pptx
ย 
Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi Matriks, relasi dan fungsi
Matriks, relasi dan fungsi
ย 
Mediaakuuuu
MediaakuuuuMediaakuuuu
Mediaakuuuu
ย 
Mediaakuuuu
MediaakuuuuMediaakuuuu
Mediaakuuuu
ย 
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
Matrix (Alin 1.3 1.5, 1.7)
ย 
Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7Alin 1.3 1.5, 1.7
Alin 1.3 1.5, 1.7
ย 
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and EigenvaluesLinear Algebra - Determinants and Eigenvalues
Linear Algebra - Determinants and Eigenvalues
ย 
APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)APG Pertemuan 1-2 (1)
APG Pertemuan 1-2 (1)
ย 
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptxPPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
PPT Matwa Bab 3 Matriks.pptx
ย 

Kรผrzlich hochgeladen

Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
rizalhabib4
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
ย 

Kรผrzlich hochgeladen (20)

MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptxAKSI NYATA  Numerasi  Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
AKSI NYATA Numerasi Meningkatkan Kompetensi Murid_compressed (1) (1).pptx
ย 
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat  UI 2024
Tim Yang Lolos Pendanaan Hibah Kepedulian pada Masyarakat UI 2024
ย 
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR IPAS KELAS 3 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptxMateri Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
Materi Sosialisasi US 2024 Sekolah Dasar pptx
ย 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
ย 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
ย 
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAYSOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
SOAL PUBLIC SPEAKING UNTUK PEMULA PG & ESSAY
ย 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
ย 
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptxBab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
Bab 4 Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten dan Kota.pptx
ย 
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
BAHAN PAPARAN UU DESA NOMOR 3 TAHUN 2024
ย 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
ย 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
ย 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
ย 
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptxMemperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
Memperkasakan Dialog Prestasi Sekolah.pptx
ย 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
ย 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
ย 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
ย 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
ย 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
ย 

Matriks dan determinan

  • 1. MATRIKS DAN DETERMINAN Pendahuluan Banyak persoalan dalam matematika murni maupun terapan yang disajikan dalam sistem persamaan linear. Misalnya, penerapan Hukum Kirchhoff dalam rangkaian listrik biasanya akan menghasilkan sistem persamaan linear dengan variabel arus listrik. Untuk menyelesaikan sistem persamaan linear dengan dua variabel biasanya digunakan metode substitusi atau eliminasi. Akan tetapi, untuk sistem persamaan linear yang melibatkan tiga variabel atau lebih, metode ini ternyata tidak efisien. Untuk menyelesaian sistem persamaan linear dengan tiga variabel atau lebih, kita akan membahas metode reduksi baris atau eliminasi Gauss dan aturan Cramer. Sebelum membahas kedua metode ini, kita akan membicarakan konsep matriks dan determinan. Definisi Diandaikan kita memiliki sistem persamaan linear berikut: ๐‘ฅ + 2๐‘ฆ + 3๐‘ง = 7 4๐‘ฅ โˆ’ ๐‘ฆ โˆ’ 6๐‘ง = 1 2๐‘ฅ + 2๐‘ฆ โˆ’ 3๐‘ง = โˆ’4 } Koefien-koefisien x, y, dan z dapat dituliskan sebagai ๐ด = ( 1 2 3 4 โˆ’1 โˆ’6 2 2 โˆ’3 ). Sistem bilangan yang disusun dalam bentuk baris dan kolom ini dikenal dengan sebutan matriks. Matriks ๐‘š ร— ๐‘› adalah suatu susunan bilangan berbentuk persegi yang terdiri atas m baris dan n kolom. Sebuah matriks A biasanya dituliskan dalam bentuk ๐ด = ( ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž13 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘˜ ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 ๐‘Ž23 โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘˜ โ€ฆ ๐‘Ž๐‘—1 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘—2 โ€ฆ ๐‘Ž๐‘—3 โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ ). Setiap bilangan ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ pada matriks disebut unsur atau elemen, dengan indeks i dan j berturut-turut menunjukkan unsur yang terletak pada baris ke-j dan kolom ke-k matriks yang bersangkutan. Jika banyaknya baris m sama dengan banyaknya kolom n, dikenal matriks bujur sangkar berukuran ๐‘› ร— ๐‘› atau berorde n. Sebuah matriks yang hanya terdiri satu baris dinamakan matriks baris. Sebaliknya, sebuah matriks yang hanya terdiri dari satu kolom dinamakan matriks kolom. Aljabar Matriks
  • 2. 1. Kesamaan Matriks Dua matriks ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜) dan matriks ๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) yang berukuran sama (memiliki jumlah baris dan kolom yang sama), dikatakan sama jika dan hanya jika ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ = ๐‘๐‘—๐‘˜. Sebagai contoh, ( ๐‘ฅ ๐‘Ÿ ๐‘ข ๐‘ฆ ๐‘  ๐‘ฃ) = ( 2 0 8 โˆ’1 4 3 ), jika dan hanya jika x = 2, y = ๏€ญ1, r = 0, s = 4, u = 8, dan v = 3. 2. Penjumlahan dan Pengurangan Matriks Dua buah matriks A dan B yang berukuran sama dapat dijumlahkan/dikurangkan untuk menghasilkan matriks C yang unsur-unsurnya merupakan hasil penjumlahan/pengurangan dari unsur matriks A dan B yang bersesuaian. Secara matematis, jika A dan B adalah dua matriks yang berukuran sama, maka ๐ถ = ๐ด ยฑ ๐ต dengan ๐‘๐‘—๐‘˜ = ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ ยฑ ๐‘๐‘—๐‘˜. 3. Perkalian Matriks dengan Skalar Perkalian matriks A dengan skalar k akan menghasilkan sebuah matriks baru B yang unsur-unsurnya diperoleh dengan mengalikan unsur-unsur matriks A dengan k. Jadi, B = kA. 4. Perkalian dua Matriks Jika ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜) sebuah matriks berukuran ๐‘š ร— ๐‘› dan ๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) sebuah matriks berukuran ๐‘› ร— ๐‘, maka perkalian matriks A dengan matriks B, yaitu C = AB, didefinisikan sebagai ๐‘๐‘—๐‘˜ = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘—๐‘™ ๐‘๐‘™๐‘˜ ๐‘› ๐‘™=1 , dengan matriks C berukuran ๐‘š ร— ๐‘. Perkalian dua matriks dapat dilakukan jika dan hanya jika banyaknya kolom A sama dengan banyaknya baris B. Untuk ๐ด = ( 4 2 โˆ’3 1 ) dan ๐ต = ( 1 5 3 2 7 โˆ’4 ), diperoleh ๐ด๐ต = ( 8 34 4 โˆ’1 โˆ’8 โˆ’13 ). Berbeda dengan aljabar bilangan biasa, perkalian matriks pada umumnya tidak komutatif. Akan tetapi, hukum asosiatif dan distributif tetap berlaku: A(BC)= (AB)C, A(B + C) = AB + AC, (A + B)C = AC + AC. Sebuah matriks A dapat dikalikan dengan dirinya sendiri jika dan hanya jika A adalah matriks bujur sangkar. Ungkapan AA biasanya ditulis ๐ด2 . Dengan cara yang sama, ๐ด3 = ๐ด2 ๐ด, ๐ด4 = ๐ด3 ๐ด, dan sebagainya. 5. Matriks Transpos
  • 3. Untuk matriks A dapat dilakukan operasi transposisi, yaitu mengganti baris dengan kolomnya sehingga diperoleh matriks baru. Matriks baru sebagai hasil transposisi ini dinamakan transpose dari A dan dinyatakan dengan ๐ด ๐‘‡ . Dengan demikian, jika ๐ด = (๐‘Ž๐‘—๐‘˜) maka ๐ด ๐‘‡ = (๐‘Ž ๐‘˜๐‘—). Sebagai contoh, jika ๐ด = ( 2 1 โˆ’8 5 2 1 ) maka ๐ด ๐‘‡ = ( 2 5 1 2 โˆ’8 1 ). Sifat-sifat matriks transpos: (๐ด + ๐ต) ๐‘‡ = ๐ด ๐‘‡ + ๐ต ๐‘‡ , (๐ด๐ต) ๐‘‡ = ๐ต ๐‘‡ ๐ด ๐‘‡ , dan (๐ด ๐‘‡ ) ๐‘‡ = ๐ด. Untuk matriks kompleks, yaitu matriks yang unsur-unsurnya bilangan kompleks, terdapat operasi konjugat kompleks dan konjugat hermite. Operasi konjugat kompleks pada matriks kompleks C yang dinyatakan dengan ๐ถฬ… akan menghasilkan matriks baru B yang elemen-elemennya adalah konjugat kompleks dari C. Jadi, ๐ต = (๐‘๐‘—๐‘˜) = ๐ถฬ… = (๐‘ฬ…๐‘—๐‘˜). Matriks ๐ถฬ… dikenal sebagai matriks konjugat kompleks dari C. Operasi konjugat hermite pada matriks kompleks C merupakan kombinasi dari operasi konjugat kompleks dan transposnya sehingga sehingga menghasilkan matriks baru B. Dengan demikian, ๐ต = (๐ถฬ…) ๐‘‡ atau ๐ต = ๐ถโ€  . Elemen-elemen matriks B adalah (๐‘๐‘—๐‘˜) = (๐‘ฬ… ๐‘˜ ๐‘—). Matriks B ini dikenal sebagai matriks konjugat hermite dari C. Sebagai contoh, jika ๐ด = ( 2 + 3๐‘– 4 โˆ’ 5๐‘– 3 5๐‘– ) maka ๐ดโ€  = (๐ดฬ…) ๐‘‡ = ( 2 โˆ’ 3๐‘– 4 + 5๐‘– 3 โˆ’5๐‘– ) ๐‘‡ = ( 2 + 3๐‘– 3 4 + 5๐‘– โˆ’5๐‘– ). Matriks-matriks Khusus Matriks bujur sangkar, matriks baris, dan matriks kolom biasanya dikelompokkan ke dalam matriks khusus. Ada beberapa matriks khusus yang lain, yaitu: 1) Matriks diagonal, yaitu matriks yang semua unsurnya nol kecuali unsur-unsur yang terletak pada diagonal utama. Contoh, ๐ด = ( 1 0 0 0 3 0 0 0 4 ). Jumlah semua unsur diagonal utama sebuah matriks bujur sangkar dinamakan trace matriks yang bersangkutan.
  • 4. 2) Matriks segitiga, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya terletak di bawah atau di atas diagonal utama sama dengan nol. Jika unsur-unsur nol terletak di bawah diagonal utama, biasanya disebut matriks segitiga atas. Sebaliknya, jika unsur-unsur nol terletak di atas diagonal utama disebut matriks segitiga bawah. 3) Matriks satuan, yaitu matriks bujur sangkar yang semua unsurnya pada diagonal utama sama dengan 1, sedangkan unsur-unsur yang lain sama dengan nol. Matriks satuan biasanya diberi simbol I. Sebagai contoh, ๐ผ = ( 1 0 0 1 ). 4) Matriks nol, yaitu matriks yang unsur-unsurnya sama dengan nol dan biasanya diberi simbol O. Untuk matriks A yang ukurannya sama dengan O, berlaku ๐ด + ๐‘‚ = ๐‘‚ + ๐ด = ๐ด dan ๐ด๐‘‚ = ๐‘‚๐ด = ๐‘‚. 5) Matriks simetri, yaitu matriks bujur sangkar yang memenuhi sifat ๐ด ๐‘‡ = ๐ด. Jika ๐ด ๐‘‡ = โˆ’๐ด, A disebut matriks taksimetri. 6) Matriks kofaktor, yaitu matriks yang didefinisikan sebagai ๐ด ๐‘ = ๐ด๐‘—๐‘˜. Jika ๐ด = ( ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž13 ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 ๐‘Ž23 ๐‘Ž31 ๐‘Ž32 ๐‘Ž33 ) maka ๐ด ๐‘ = ( ๐ด11 ๐ด12 ๐ด13 ๐ด21 ๐ด22 ๐ด23 ๐ด31 ๐ด32 ๐ด33 ), dengan ๐ด11 = (โˆ’1)1+1 | ๐‘Ž22 ๐‘Ž23 ๐‘Ž32 ๐‘Ž33 |, ๐ด12 = (โˆ’1)1+2 | ๐‘Ž21 ๐‘Ž23 ๐‘Ž31 ๐‘Ž33 |, dan seterusnya. 7) Matriks adjoint, yaitu matriks yang diperoleh dari transpose matriks kofaktor. Jadi, adj ๐ด = ๐ด ๐‘๐‘‡ . Untuk ๐ด = ( 1 3 2 1 ), ๐ด ๐‘ = ( 1 โˆ’2 โˆ’3 1 ), dan adj ๐ด = ๐ด ๐‘๐‘‡ = ( 1 โˆ’3 โˆ’2 1 ). 8) Jika adj ๐ด = ๐ด, matriks A dikatakan self-adjoint. 9) Jika ๐ด2 = ๐ผ, matriks A dikatakan involuntary. 10) Jika ๐ด = ๐ดฬ…, matriks A dinamakan matriks real. 11) Jika ๐ด๐ด ๐‘‡ = ๐ผ, matriks A dinamakan matriks orthogonal. 12) Jika ๐ด = (๐ดฬ…) ๐‘‡ = ๐ดโ€  , matriks A dinamakan matriks hermite. 13) Jika ๐ด๐ดโ€  = ๐ผ, matriks A dinamakan matriks uniter. 14) Jika ๐ด = โˆ’๐ดฬ…, matriks A dinamakan matriks imajiner murni. 15) Jika ๐ด2 = ๐ด, matriks A dinamakan matriks idempotent (indepotent matrix).
  • 5. Determinan Untuk setiap matriks bujur sangkar A terdapat nilai karakteristi yang dikenal sebagai determinan, biasa ditulis det (A) atau |๐‘Ž๐‘—๐‘˜|. Determinan matriks A ditulis sebagai det๐ด = || ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘˜ โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘˜ ๐‘Ž31 ๐‘Ž32 โ€ฆ ๐‘Ž3๐‘˜ โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘—1 โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘—2 โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘—๐‘˜ ||. Jika matriks A dengan det (A) = 0, A disebut matriks singular. Sebaliknya, jika det (A) โ‰  0, A disebut matriks taksingular. Minor Jika baris ke-j dan kolom ke-k pada determinan yang disajikan di atas dihilangkan, kemudian dibentuk sebuah determinan dari unsur-unsurnya yang tertinggal, akan diperoleh determinan baru yang terdiri atas (n-1) baris dan (n-1) kolom. Determinan baru ini merupakan minor dari unsur ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dan dinyatakan dengan ungkapan ๐‘€๐‘—๐‘˜. Sebagai contoh, det๐ด = | ๐‘Ž11 ๐‘Ž21 ๐‘Ž12 ๐‘Ž22 ๐‘Ž13 ๐‘Ž14 ๐‘Ž23 ๐‘Ž24 ๐‘Ž31 ๐‘Ž32 ๐‘Ž33 ๐‘Ž34 ๐‘Ž41 ๐‘Ž42 ๐‘Ž43 ๐‘Ž44 | maka minor unsur ๐‘Ž32 adalah ๐‘€32, yaitu ๐‘€32 = | ๐‘Ž11 ๐‘Ž13 ๐‘Ž14 ๐‘Ž21 ๐‘Ž23 ๐‘Ž24 ๐‘Ž41 ๐‘Ž43 ๐‘Ž44 |. Jika minor dari ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dikalikan dengan (โˆ’1) ๐‘—+๐‘˜ hasilnya dinamakan kofaktor dari ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ dan dinyatakan dengan ๐ด๐‘—๐‘˜. Jadi, ๐ด๐‘—๐‘˜ = (โˆ’1) ๐‘—+๐‘˜ ๐‘€๐‘—๐‘˜. Untuk menentukan determinan matriks A dapat digunakan ekspansi Laplace yang menyatakan bahwa nilai determinan merupakan jumlah dari hasil kali unsur-unsur pada suatu baris (atau suatu kolom) dengan kofaktor-kofaktor yang bersesuaian. Secara matematis, det ๐ด = โˆ‘ ๐‘Ž๐‘—๐‘˜ ๐ด๐‘—๐‘˜ ๐‘› ๐‘˜=1 , untuk sembarang j. Sebagai contoh, kita akan menghitung det ๐ด = | ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 | Untuk j =1, diperoleh
  • 6. det ๐ด = โˆ‘ ๐‘Ž1๐‘˜๐ด1๐‘˜ = ๐‘Ž11 ๐ด11 + ๐‘Ž12 ๐ด12 2 ๐‘˜=1 , dengan ๐ด11 = (โˆ’1)1+1|๐‘Ž22| = ๐‘Ž22 dan ๐ด12 = (โˆ’1)1+2|๐‘Ž21| = โˆ’๐‘Ž21. Jadi, det ๐ด = ๐‘Ž11 ๐‘Ž22 โˆ’ ๐‘Ž12 ๐‘Ž21. Sifat-sifat Determinan 1) Nilai determinan tidak berubah apabila baris dan kolomnya dipertukarkan. Jadi, det ๐ด = det ๐ด ๐‘‡ . 2) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, determinan matriks itu sama dengan nol. 3) Jika semua unsur dari suatu baris (atau kolom) adalah nol, kecuali satu unsur, determinannya sama dengan hasil kali unsur itu dengan kofaktornya. 4) Pertukaran dua baris atau dua kolom sembarang akan mengubah tanda determinan. 5) Jika semua unsur dalam suatu baris (atau kolom) dikalikan dengan sebuah bilangan, determinannya juga dikalikan dengan bilangan itu. 6) Jika dua baris (atau kolom) sama atau sebanding, determinannya sama dengan nol. 7) Jika setiap unsur dalam suatu baris (atau kolom) sebuah determinan merupakan jumlah dua suku, determinannya dapat dinyatakan sebagai jumlah dua determinan yang berukuran sama. 8) Jika kita mengalikan unsur-unsur suatu baris (atau kolom) dengan sebuah bilangan kemudian dijumlahkan dengan unsur-unsur yang bersesuaian dengan suatu baris (atau kolom) yang lain, nilai determinannya tetap. 9) Jika A dan B dua matriks bujur sangkar yang berukuran sama, maka det(๐ด๐ต) = det(๐ด) + det(๐ต). 10) Jumlah dari hasil kali unsur-unsur dalam suatu baris (atau kolom) dengan kofaktor- kofaktornya dari baris (atau kolom) lainnya adalah nol. Secara matematis, โˆ‘ ๐‘Ž ๐‘ž๐‘˜ ๐ด ๐‘๐‘˜ ๐‘› ๐‘˜=1 = 0 atau โˆ‘ ๐‘Ž ๐‘˜๐‘ž ๐ด ๐‘˜๐‘ ๐‘› ๐‘˜=1 = 0, jika ๐‘ โ‰  ๐‘ž. Jika ๐‘ = ๐‘ž, hasilnya sama dengan det ๐ด. Invers Matriks Jika pada matriks bujur sangkar A terdapat matriks B sehingga AB = I, dengan I adalah matriks identitas, maka B dinamakan invers matriks A dan ditulis sebagai ๐ดโˆ’1 . Jadi, jika A adalah
  • 7. matriks bujur sangkar tak singular berorde-n, maka terdapat satu invers ๐ดโˆ’1 sehingga ๐ด๐ดโˆ’1 = ๐ดโˆ’1 ๐ด = ๐ผ. Invers matriks memiliki sifat, (๐ด๐ต)โˆ’1 = ๐ตโˆ’1 ๐ดโˆ’1 dan (๐ดโˆ’1 )โˆ’1 = ๐ด. Untuk menentukan invers matriks dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: metode reduksi baris dan metode determinan. Metode Reduksi Baris Untuk memberi gambaran penerapan metode reduksi baris, diandaikan kita akan menghitung invers matriks A. Dengan mengingat sifat-sifat matriks satuan I, A = IA. Selanjutnya, dengan mereduksi A di ruas kiri menjadi I maka ruas kanan akan tereduksi menjadi B sehingga menghasilkan I = AB. Jadi, B adalah invers matriks A. Metode reduksi baris terdiri atas operasi- operasi berikut: ๏‚ท menukarkan dua baris, ๏‚ท mengalikan sembarang baris dengan sebuah tetapan ๐‘˜ โ‰  0, dan ๏‚ท menjumlahkan atau mengurangkan dua baris sembarang. Untuk memudahkan penulisan operasi reduksi baris, biasa digunakan notasi ๐ต๐‘—,๐‘˜ dan ๐‘Ž๐ต๐‘— ยฑ ๐‘๐ต ๐‘˜. Notasi pertama menunjukkan baris-j dan baris-k dipertukarkan, sedangkan notas kedua artinya baris-j dikalikan dengan a kemudian dijumlahkan atau dikurangkan dengan b kali baris-k. Metode Determinan Sebuah matriks memiliki invers jika dan hanya jika det ๐ด โ‰  0. Invers matriks A dapat ditentukan dengan rumus ๐ดโˆ’1 = adj (๐ด) det ๐ด . Sistem Persamaan Linear Sistem persamaan linear dengan n variabel adalah suatu himpunan persamaan linear yang berbentuk { ๐‘Ž11 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž12 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž1๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ1 ๐‘Ž21 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž22 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž2๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ2 โ€ฆ . ๐‘Ž ๐‘š1 ๐‘ฅ1 + ๐‘Ž ๐‘š2 ๐‘ฅ2 + โ‹ฏ + ๐‘Ž ๐‘š๐‘› ๐‘ฅ ๐‘› = ๐‘Ÿ๐‘›
  • 8. Jika ๐‘Ÿ1 = ๐‘Ÿ2 = โ‹ฏ = ๐‘Ÿ๐‘› = 0, sistem persamaan linear di atas disebut homogen. Sebaliknya, jika ๐‘Ÿ๐‘› โ‰  0 dinamakan takhomogen. Sistem persamaan linear di atas dapat dinyatakan dalam bentuk matriks, yaitu ( ๐‘Ž11 ๐‘Ž12 โ€ฆ ๐‘Ž1๐‘› ๐‘Ž21 ๐‘Ž22 โ€ฆ ๐‘Ž2๐‘› โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘š1 โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘š2 โ€ฆ โ€ฆ โ€ฆ ๐‘Ž ๐‘š๐‘› ) ( ๐‘ฅ1 ๐‘ฅ2 โ€ฆ ๐‘ฅ ๐‘› ) = ( ๐‘Ÿ1 ๐‘Ÿ2 โ€ฆ ๐‘Ÿ๐‘› ) atau AX = R. Untuk menyelesaian system persamaan linear di atas digunakan dua cara, yaitu metode reduksi baris dan aturan Cramer (lihat Bambang Ruwanto. 2002. Matematika untuk Fisika dan Teknik I. Yogyakarta: Adicita hal. 131-135)