1. KEBIJAKAN MUTU DAN
KESELAMATAN PASIEN
1
1
dr. Kalsum Komaryani, MPPM
DIREKTUR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Evaluasi dan Sosialisasi Pelaporan IKP RS 2023
16 – 17 Januari 2023
2. 1. Data Bank Dunia, Infant Mortality
2. Data Prospera, Laporan Stunting
Sumber:World Bank, Prospera
Akses layanan primer di
daerah timur Indonesia
sangat terbatas
Prevalensi stunting
Indonesia sangat tinggi
dibandingkan dengan
negara lain2
Rata-rata
negara maju
Indonesia
6x
4
Angka Kematian Bayi di
Indonesia 6X lebih tinggi
dibandingkan dengan
negara maju1
23
World Bank (2015),
mengestimasikan bahwa
Indonesia kehilangan 2-3%
dari PDB pertahun akibat
stunting.2
90%dari 171 Kecamatan
yang tidak memiliki
puskesmas ada di Papua dan
Papua Barat
Papua
Papua Barat
3
7 7
13
22
24 24
30
United
States
Cuba
Japan
Thailand
Malaysia
Vietnam
Indonesia
Philippines
11
per 1,000 populasi
3. 0,4
Dokter per
1,000 populasi
Rata-rata
Asia 20
3,3
Rata-rata
OECD
4,8
1,18
Tempat tidur per
1,000 populasi
Rata-rata
Asia 20
1,2
Rata-rata
OECD
3
3,2
Sumber: Kemenkes2019, 2020 physician density data and 2017 bed density data berdasarkan WWM, EIU,WHO
Rumah sakit masih memiliki antrean
yang sangat panjang untuk operasi
penyakit katastrofik seperti penyakit
jantung
~50,000 anak dengan
Penyakit Jantung Bawaan (PJB)
tidaktertangani
4-12 bulan
Waktu tunggu antri operasi
4. FAKTA KESELAMATAN PASIEN(WHO)
1 dari 10 pasien yang
dirawat di RS, cedera
akibat insiden
keselamatan, 50%
dapat dicegah
15% biaya kesehatan
terpakai untuk
mengatasi kejadian
yang tidak diharapkan
Pasien cedera merupakan
penyebab ke 14 beban
penyakit global
(TBC & malaria)
Penggunaan obat yang
tidak aman
membahayakan jutaan
dan biaya miliaran
dolar setiap tahun.
Investasi dalam upaya
menurunkan insiden
keselamatan pasien
mengakibatkan
penghematan keuangan
yang signifikan
HAI’s (Healthcare
Associated Infections-
penyakit infeksi terkait
pelayanan kesehatan):
14 dari 100 pasien yang
dirawat di rumah sakit.
Lebih dari 1 juta pasien
paska operasi meninggal
akibat komplikasi operasi
Ketidak akuratan dan
keterlambatan diagnosis,
membahayakan pasien
Kesalahan administratif
merupakan penyebab
sampai dengan separuh
kesalahan di
pelayanan primer
7. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA no. 36 tahun 2009 tentang
KESEHATAN
BAB III
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Kesatu
Hak
Pasal 4
Setiap orang berhak atas kesehatan.
Pasal 5
1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang
kesehatan.
2) Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
terjangkau.
Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan
Paragraf Kesatu
Pemberian Pelayanan
Pasal 52
(1) Pelayanan kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan
b. pelayanan kesehatan masyarakat.
Pasal 53
3) Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan
pertolongan keselamatan nyawa pasien
dibanding kepentingan lainnya.
8. BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1.Keselamatan Pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan pasien lebih aman,
meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan
risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah
terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil
tindakan yang seharusnya diambil.
2.Insiden Keselamatan Pasien yang selanjutnya disebut
Insiden, adalah setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan atau berpotensi
mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.
Organisasi dg Keandalan Tinggi
High Reliability Organisation
Manajemen Risiko
Risk Management
Sistim Pembelajaran
Learning System
9. Pasal 16 ayat 2
Penanganan Insiden di fasilitas pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
pembentukan tim Keselamatan Pasien yang ditetapkan
oleh pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagai
pelaksana kegiatan penanganan Insiden.
Organisasi dg Keandalan Tinggi
High Reliability Organisation
Manajemen Risiko
Risk Management
Sistim Pembelajaran
Learning System
Pasal 17 ayat 1 & 2
1) Tim Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) bertanggung jawab langsung
kepada pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan.
2) Keanggotaan Tim Keselamatan Pasien sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling sedikit terdiri atas unsur
manajemen fasilitas pelayanan kesehatan dan unsur
klinisi di fasilitas pelayanan kesehatan.
10. Pasal 19 ayat 1
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan harus melakukan
pelaporan insiden kepada komite nasional keselamatan
pasien (KNKP)
Organisasi dg Keandalan Tinggi
High Reliability Organisation
Manajemen Risiko
Risk Management
Sistim Pembelajaran
Learning System
1. Bangun sistem dan proses untuk mengelola risiko
2. Identifikasi kemungkinan terjadinya kesalahan
3. Sistem manajemen risiko
a. Mengelola insiden secara efektif
b. Mencegah kejadian terulang kembali
KESELAMATAN PASIEN merupakan komponen kunci
manajemen risiko dan harus diintegrasikan dengan
keselamatan staf, manajemen komplain, penanganan litigasi
dan klaim, serta risiko keuangan dan lingkungan
11. SP2KN
11
Sistem Pelaporan dan Pembelajaran Keselamatan Pasien Nasional
Insiden Yang
Dilaporkan
• Internal Fasyankes :
semua kejadian
Sentinel dan KTD,
KNC, KTC, yang
telah dianalisis dan
ditindaklanjuti di
Fasyankes
• Eksternal ke KNKP :
Sentinel dan KTD
Tujuan
• Untuk mengetahui data Insiden Keselamatan Pasien
berdasarkan Laporan dan Pembelajaran keselamatan pasien di
tingkat Nasional.
• Laporan insiden yang dikirimkan ke SP2KPN untuk
mendukung pembelajaran dan perbaikan secara nasional
• Hasil kajian insiden akan memberikan informasi Prioritas
nasional untuk peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
12. INSIDEN
KESELAMATAN
PASIEN (IKP)
INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP) :
Kejadian yang tidak disengaja ketika memberikan
asuhan kepada pasien (care management
problem (CMP) atau kondisi yang berhubungan
dengan lingkungan di RS termasuk infrastruktur,
sarana prasarana (service delivery problem (SDP),
yang dapat berpotensi atau telah menyebabkan
bahaya bagi pasien.
Tidak semua kesalahan menyebabkan kejadian
sentinel, tidak semua kejadian sentinel akibat
suatu kesalahan.
13. JENIS INSIDEN KESELAMATAN PASIEN (IKP)
Suatu kejadian tidak diinginkan yang menyebabkan
kematian atau cedera serius yang tidak
berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien
atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada
pasien.
SENTINEL
insiden keselamatan pasien yang menyebabkan
cedera pada pasien.
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN
(KTD)
insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar
pada pasien namun tidak menyebabkan cedera.
KEJADIAN TIDAK CIDERA (KTC)
insiden keselamatan pasien yang belum terpapar
pada pasien.
KEJADIAN NYARIS CIDERA
(KNC)
kondisi (selain dari proses penyakit atau kondisi
pasien itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan
terjadinya kejadian sentinel
KONDISI POTENSIAL CIDERA
SIGNIFIKAN ( KPCS)
14. Sasaran Keselamatan Pasien menuntut
rumah sakit untuk melaksanakan
berbagai upaya untuk bisa MENJAMIN
keselamatan pasien dalam pelayanan
di rumah sakit
Mengacu kepada Peraturan Menteri
Kesehatan No 11 Tahun 2017 tentang
Keselamatan Pasien RS harus
menyiapkan regulasi tentang enam
sasaran keselamatan pasien.
14
15. Sasaran Keselamatan Pasien wajib diterapkan di rumah sakit untuk
mencegah terjadinya insiden keselamatan pasien serta meningkatkan mutu
pelayanan Kesehatan.
Tujuan SKP adalah untuk mendorong rumah sakit melakukan perbaikan-
perbaikan yang menunjang tercapainya keselamatan pasien.
Sasaran sasaran dalam SKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam
pelayanan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang
berdasarkan nasihat para pakar serta penelitian berbasis bukti.
MENGIDENTIFIKASI
PASIEN DENGAN BENAR
MENINGKATKAN
KOMUNIKSAI YANG EFEKTIF
MENINGKATKAN KEAMANAN OBAT-
OBATAN YANG HARUS DIWASPADAI
MENGURANGI RISIKO INFEKSI AKIBAT
PERAWATAN KESEHATAN
MEMASTIKAN SISI YANG BENAR, PROSEDUR YANG
BENAR, PASIEN YANG BENAR PADA
PEMBEDAHAN/TINDAKAN INVASIVE
MENGURANGI RISIKO CEDERA PASIEN AKIBAT
JATUH
1
3
2
4
5
6
16. 16
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit
Mengoptimalkan peningkatan mutu dan keselamatan pasien dalam upaya menurunkan
angka kematian, angka kesakitan, angka disabilitas dan meningkatkan kepuasan pasien
Pelaksanaan akreditasi untuk
seluruh Rumah Sakit
Meningkatkan cakupan pelaporan & hasil
penilaian Indikator Nasional Mutu dan
Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien
dimasukan sebagai item dalam Standar
Akreditasi RS
Menyusun PNPK Bersama Organisasi
Profesi sebagai pedoman
penyusunan PPK dan Clinical
pathway RS
Melaksanakan audit klinis & audit
medis secara berkala terhadap
implementasi PPK & Clinical
Pathway yang mengacu pada PNPK
Melaksanakan Transformasi
Akreditasi RS
17. 17
KMK Standar Akreditasi RS
Terdiri dari 16 BAB yang mewakili proses bisnis RS, patient safety, dan program nasional
MANAJEMEN RS
PELAYANAN BERORIENTASI
PASIEN
SASARAN KESELAMATAN
PASIEN
PROGRAM NASIONAL
1. Tata Kelola RS (TKRS)
2. Manajemen Fasilitas &
Keselamatan (MFK)
3. Kualifikasi Pendidikan &
Staf (KPS)
4. Pendidikan dalam
Pelayanan Kesehatan
(PPK)
5. Peningkatan Mutu &
Keselamatan Pasien
(PMKP)
6. Pencegahan &
Pengendalian Infeksi (PPI)
7. Manajemen Rekam Medik
dan Informasi Kesehatan
(MRMIK)
8. Akses dan Keberlangsungan
Pelayanan (AKP)
9. Pelayanan dan Asuhan Pasien
(PAP)
10. Pelayanan Anestesi dan Bedah
(PAB)
11. Hak Pasien dan Keluarga
(HPK)
12. Pelayanan Kefarmasian dan
Penggunaan Obat (PKPO)
13. Pengkajian Pasien (PP)
14. Komunikasi dan Edukasi (KE)
15. Sasaran Keselamatan Pasien
(SKP)
a. Identifikasi Pasien
b. Komunikasi Efektif
c. Keamanan Obat yang
Diwaspadai
d. Keamanan pada Tindakan
Bedah
e. Mengurangi Resiko Infeksi
pada Perawatan
f. Mengurangi Resiko
Cedera Akibat Pasien
Jatuh
16. Program Nasional
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
dan Anak
b. Pelayanan TB Paru
c. Pelayanan HIV/AIDS
d. Program Gizi
e. Program KB Rumah Sakit
18. Indikator Nasional Mutu Rumah Sakit
18
1
• Kepatuhan kebersihan tangan
2
• Kepatuhan penggunaan APD
3
• Kepatuhan identifikasi pasien
4
• Waktu tanggap Operasi Seksio sesarea
emergensi
5
• Waktu tunggu rawat jalan
6
• Penundaan operasi elektif
7
• Kepatuhan waktu visite Dokter
8
• Pelaporan hasil kritis laboratorium
9
• Kepatuhan penggunaan formularium
nasional
10
• Kepatuhan terhadap alur klinis (clinical
pathway)
11
• Kepatuhan upaya pencegahan risiko
pasien jatuh
12
• Kecepatan waktu tanggap komplain
13
• Kepuasan pasien
19. AKREDITASI RUMAH SAKIT
Jumlah RS Teregistrasi 3126
Data 08 Januari 2023
Lulus Perdana 569
Tingkat Dasar 190
Tingkat Madya 335
Tingkat Utama 291
Tingkat Paripurna 1172
JCI (murni) 2
Total 2559
Lulus
Perdana,
22.2%
Tingkat
Dasar, 7.4%
Tingkat
Madya, 13.1%
Tingkat
Utama, 11.4%
Tingkat
Paripurna,
45.8%
JCI, 0.1%
CAPAIAN AKREDITASI
08 JANUARI 2022
RS TERAKREDITASI
SAAT INI (N), 2559,
82%
RS BELUM TERAKREDITASI ,
561, 18%
CAPAIAN RPJMN
08 JANUARI 2023
RS terakreditasi saat ini (N) 2559
Jumlah RS (D) 3120
Capaian RPJMN 82%
20. PROVINSI
JUMLAH RS RS MELAPOR IKP
(MIN 1 BLN LAPOR)
PERSENTASE
JAWA TIMUR 437 319 73%
JAWA BARAT 400 295 74%
JAWA TENGAH 338 255 75%
DKI JAKARTA 196 158 81%
BANTEN 126 87 69%
SUMATERA SELATAN 85 79 93%
LAMPUNG 83 77 93%
SUMATERA UTARA 211 73 35%
R I A U 76 72 95%
BALI 74 64 86%
D I YOGYAKARTA 81 64 79%
SULAWESI SELATAN 120 64 53%
SULAWESI UTARA 58 39 67%
SULAWESI TENGAH 40 38 95%
KALIMANTAN SELATAN 54 38 70%
NUSA TENGGARA TIMUR 57 38 67%
ACEH 73 36 49%
NUSA TENGGARA BARAT 42 35 83%
JAMBI 40 34 85%
KALIMANTAN TIMUR 59 33 56%
SUMATERA BARAT 82 31 38%
KALIMANTAN BARAT 55 25 45%
BENGKULU 25 22 88%
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
28 22 79%
SULAWESI TENGGARA 39 19 49%
KEPULAUAN RIAU 36 18 50%
GORONTALO 19 16 84%
KALIMANTAN TENGAH 31 15 48%
PAPUA 50 15 30%
MALUKU 34 13 38%
MALUKU UTARA 22 10 45%
PAPUA BARAT 26 10 38%
SULAWESI BARAT 14 8 57%
KALIMANTAN UTARA 13 6 46%
3124 2128 68%
JUMLAH RS MELAPOR IKP PER PROVINSI TAHUN
2022
*data mutuyankes 8 november
2022
JAWA
TIMUR
JAWA
BARAT
JAWA
TENGAH
DKI
JAKARTA
BANTEN
SUMATERA
SELATAN
LAMPUNG
SUMATERA
UTARA
R
I
A
U
BALI
D
I
YOGYAKARTA
SULAWESI
SELATAN
SULAWESI
UTARA
SULAWESI
TENGAH
KALIMANTAN
SELATAN
NUSA
TENGGARA
TIMUR
ACEH
NUSA
TENGGARA
BARAT
JAMBI
KALIMANTAN
TIMUR
SUMATERA
BARAT
KALIMANTAN
BARAT
BENGKULU
KEPULAUAN
BANGKA
BELITUNG
SULAWESI
TENGGARA
KEPULAUAN
RIAU
GORONTALO
KALIMANTAN
TENGAH
PAPUA
MALUKU
MALUKU
UTARA
PAPUA
BARAT
SULAWESI
BARAT
KALIMANTAN
UTARA
437
400
338
196
126
85 83
211
76 74 81
120
58
40
54 57
73
42 40
59
82
55
25 28 39 36
19 31
50
34 22 26 14 13
319
295
255
158
87 79 77 73 72 64 64 64
39 38 38 38 36 35 34 33 31 25 22 22 19 18 16 15 15 13 10 10 8 6
JUMLAH RS RS MELAPOR IKP
*data mutuyankes 8 Januari 2022
21. JUMLAH RS PATUH MELAPOR IKP PER PROVINSI
TAHUN 2022
*data mutuyankes 8 Januari 2022
PROVINSI TOTAL
JUMLAH RS
JUMLAH RS YANG
PATUH LAPOR
(12 BLN)
PERSENTAS
E
JAWA BARAT 400 72 18%
LAMPUNG 83 58 70%
SUMATERA SELATAN 85 52 61%
JAWA TIMUR 437 47 11%
DKI JAKARTA 195 38 19%
JAWA TENGAH 338 36 11%
R I A U 76 26 34%
SULAWESI TENGAH 40 24 60%
BANTEN 126 22 17%
BALI 74 10 14%
BENGKULU 25 9 36%
KALIMANTAN TIMUR 59 9 15%
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
28 9 32%
SUMATERA UTARA 211 7 3%
D I YOGYAKARTA 81 6 7%
JAMBI 40 6 15%
ACEH 73 5 7%
SULAWESI SELATAN 120 5 4%
KALIMANTAN SELATAN 54 4 7%
NUSA TENGGARA BARAT 42 4 10%
KALIMANTAN BARAT 56 3 5%
KALIMANTAN TENGAH 31 3 10%
NUSA TENGGARA TIMUR 57 3 5%
GORONTALO 19 2 11%
MALUKU 34 2 6%
MALUKU UTARA 22 2 9%
SULAWESI UTARA 58 2 3%
SUMATERA BARAT 83 2 2%
KALIMANTAN UTARA 13 1 8%
PAPUA BARAT 26 1 4%
SULAWESI BARAT 14 1 7%
SULAWESI TENGGARA 39 1 3%
KEPULAUAN RIAU 37 0 0%
PAPUA 50 0 0%
3126 472 15%
JAWA
BARAT
LAMPUNG
SUMATERA
SELATAN
JAWA
TIMUR
DKI
JAKARTA
JAWA
TENGAH
R
I
A
U
SULAWESI
TENGAH
BANTEN
BALI
BENGKULU
KALIMANTAN
TIMUR
KEPULAUAN
BANGKA…
SUMATERA
UTARA
D
I
YOGYAKARTA
JAMBI
ACEH
SULAWESI
SELATAN
KALIMANTAN
SELATAN
NUSA
TENGGARA
BARAT
KALIMANTAN
BARAT
KALIMANTAN
TENGAH
NUSA
TENGGARA
TIMUR
GORONTALO
MALUKU
MALUKU
UTARA
SULAWESI
UTARA
SUMATERA
BARAT
KALIMANTAN
UTARA
PAPUA
BARAT
SULAWESI
BARAT
SULAWESI
TENGGARA
KEPULAUAN
RIAU
PAPUA
400
83 85
437
195
338
76
40
126
74
25
59
28
211
81
40
73
120
54 42
56
31
57
19
34 22
58
83
13 26 14
39 37 50
72
58 52 47 38 36 26 24 22 10 9 9 9 7 6 6 5 5 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 0 0
TOTAL JUMLAH RS JUMLAH RS YANG PATUH LAPOR (12 BLN)
22. PELAPORAN INM RS 2022
*Update Data 8 januari 2022
No Provinsi Jan
Fe
b
Mar Apr Mei
Jun
i
Juli Agu Sep Okt Nov Des
1 JAWA TIMUR 197 182 176 198 169 101 197 186 181 146 154 62
2 JAWA BARAT 143 137 112 144 118 64 154 136 131 109 109 49
3 JAWA TENGAH 133 126 117 142 122 69 153 132 132 104 104 40
4 DKI JAKARTA 95 94 86 88 71 45 85 80 74 63 68 41
5 BANTEN 42 36 25 40 29 14 50 46 37 35 34 12
6 LAMPUNG 34 33 28 35 31 17 38 33 30 28 30 22
7 BALI 36 30 31 37 27 21 39 36 31 25 29 5
8 SUMATERA UTARA 32 31 26 28 24 10 32 32 33 24 22 8
9 D I YOGYAKARTA 31 28 18 28 24 20 28 27 25 25 20 5
10 SULAWESI SELATAN 26 25 21 25 22 14 24 24 24 18 21 6
11 SUMATERA SELATAN 27 25 18 34 27 19 34 31 30 28 28 28
12 R I A U 26 25 18 30 23 17 30 29 31 30 28 19
13 KALIMANTAN SELATAN 23 22 20 21 19 10 25 22 21 22 17 3
14 SUMATERA BARAT 21 19 17 20 14 7 22 19 20 16 13 5
15 BENGKULU 14 16 17 17 12 10 14 14 13 10 10 2
16 KALIMANTAN TIMUR 16 14 14 18 16 14 20 19 20 14 14 2
17 JAMBI 15 14 15 13 12 8 19 17 13 12 13 1
18
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG 16 14 16 16 14 7 14 13 11 13 10 6
19 NUSA TENGGARA TIMUR 15 14 13 12 7 2 13 10 12 14 8 1
20 ACEH 14 13 9 14 12 6 14 14 14 12 12 3
21 SULAWESI UTARA 11 11 13 14 10 5 13 12 13 11 8 2
22 PAPUA 9 10 6 9 11 6 8 8 6 6 7 2
23 KALIMANTAN BARAT 8 9 8 8 6 5 11 9 7 5 6 3
24 SULAWESI TENGGARA 8 8 7 10 5 3 11 8 9 6 3 0
25 NUSA TENGGARA BARAT 9 7 6 8 7 4 14 11 9 5 5 1
26 SULAWESI TENGAH 7 8 6 16 12 6 20 16 12 14 17 9
27 KEPULAUAN RIAU 6 7 4 4 4 3 5 5 6 4 5 1
28 GORONTALO 6 6 3 6 4 4 6 8 6 7 8 3
29 KALIMANTAN TENGAH 4 4 4 6 3 2 5 3 2 7 4 1
30 MALUKU UTARA 3 3 4 1 1 2 2 3 2 3 4 0
31 MALUKU 3 3 3 4 4 0 8 7 5 4 5 3
32 KALIMANTAN UTARA 0 1 2 3 3 2 4 3 3 3 3 1
33 PAPUA BARAT 1 1 1 4 3 1 3 3 3 2 1 1
34 SULAWESI BARAT 1 1 2 1 1 1 2 2 1 0 0 0
Total 1032 977 866 1054 867 519 1117 1018 967 825 820 347
1032 977 866
1054
867
519
11171018 967
825 820
347
-100
100
300
500
700
900
1100
1300
1500
Pelaporan INM Perbulan
Pelaporan INM Perbulan Linear (Pelaporan INM Perbulan)
*N/A diexlude dalam perhitungan rata-rata capaian
*Indikator Kepuasan Pasien dilaporkan persemester
85
100
100
80
80
5
80
100
80
80
100
80
76.61
91
96
98
91
82
17
83
98
94
87
97
98
87
0 50 100 150 200 250
Kepatuhan Kebersihan Tangan
Kepatuhan penggunaan APD
Kepatuhan Identifikasi Pasien
Waktu tanggap seksio caesarea…
Waktu tunggu rawat jalan
Penundaan Operasi Elektif
Kepatuhan waktu visite dokter
Pelaporan hasil kritis laboratorium
Kepatuhan penggunaan Fornas
Kepatuhan terhadap Clinical…
Kepatuhan upaya pencegahan…
Kecepatan waktu tanggap…
Kepuasan Pasien
Capaian INM RS Desember 2022
Target Capaian
23. HOSPITAL READINESS 2022
*Update Data 8 Januari 2023
Jumlah RS yang sudah mengumpulkan SA berdasarkan Provinsi
Total RS yang sudah mengumpulkan SA = 603 RS
223
380
0
50
100
150
200
250
300
350
400
Pemerintah & TNI POLRI Swasta
Jumlah RS yang sudah mengumpulkan Self
Assessment berdasarkan Kepemilikan
Pemerintah & TNI POLRI Swasta
Tambahan 4 RS yang mengirimkan Self
Assessment (2 Riau , Jateng, Jabar) Provinsi Jumlah RS Rujukan Covid-19 Jumlah RS Yang Melapor Presentase
Jawa Timur 163 236 145%
Jawa Barat 105 90 86%
Jawa Tengah 65 69 106%
DKI Jakarta 101 46 46%
Bali 14 26 186%
Riau 48 20 42%
Jambi 26 16 62%
DI Yogyakarta 28 14 50%
Lampung 30 18 60%
Kalimantan Selatan 7 9 129%
Kalimantan Timur 16 7 44%
Aceh 21 6 29%
Banten 5 6 120%
Kalimantan Tengah 4 4 100%
Sulawesi Selatan 46 4 9%
Kalimantan Barat 18 4 22%
Sumatera Selatan 48 4 8%
Sulawesi Tenggara 7 3 43%
Kepulauan Riau 32 3 9%
Sumatera Barat 22 2 9%
Sulawesi Utara 18 2 11%
Papua 16 2 13%
Nusa Tenggara Timur 22 2 9%
Bengkulu 19 2 11%
Papua Barat 13 1 8%
Gorontalo 2 1 50%
Nusa Tenggara Barat 27 1 4%
Kepulauan Bangka Belitung 21 1 5%
Sulawesi Tengah 18 2 11%
Maluku Utara 7 1 14%
Maluku 18 0 0%
Sumatera Utara 12 0 0%
Kalimantan Utara 8 1 13%
Sulawesi Barat 2 0 0%
Total 1009 603 60%
24. HOSPITAL READINESS 2022
90%
90%
89%
9…
90%
9…
89%
91%
83%
77%
93%
94%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1. Sistem manajemen kepemimpinan
dan insiden
2. Koordinasi dan komunikasi
3.Surveillance dan manajemen
informasi
4. Komunikasi yang cepat dan
keterlibatan masyarakat
5. Administrasi, keuangan, dan
kelangsungan bisnis
6. Sumber daya manusia
7.Surge capacity
8. Kesinambungan layanan
dukungan penting
9. Manajemen pasien
10. Kesehatan kerja, Kesehatan
mental, dan dukungan psikososial
11. Identifikasi dan diagnosis cepat
12. Pencegahan dan pengendalian
infeksi
25. Pembinaan & Pengawasan
Dalam pasal 33 Peraturan Menteri Kesehatan
nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien
dinyatakan bahwa:
untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien
Pembinaan terpadu terhadap kegiatan keselamatan
pasien dilaksanakan oleh dinas kesehatan kab/kota
Menteri, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota secara berjenjang
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
kegiatan Keselamatan Pasien di fasilitas pelayanan
kesehatan sesuai tugas dan fungsi masing-masing
Pembinaan, dapat dilakukan dengan cara :
a. advokasi, sosialisasi, bimtek;
b. pelatihan & peningkatan kapasitas SDM
c. Monev
Dalam melakukan pengawasan dapat melibatkan
perhimpunan/asosiasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan organisasi profesi yang terkait
26. Harapan pemerintah
● Transformasi akreditasi RS dapat mewujudkan peningkatan
mutu dan keselamatan paien dalam pelayanan rumah sakit
● Pelayanan Kesehatan memenuhi standar dan melindungi
pasien, petugas
● Penyelenggaraan akreditasi diharapkan mampu
mempertahankan mutu pelayanan secara terus menerus dan
berkesinambungan terbangunnya Budaya Mutu dan
Keselamatan di RS
● Pengenalan secara dini tentang mutu dan keselamatan pasien,
menjadi bekal saat bekerja dalam dunia Kesehatan
● Kurikulum pendidikan
26
better safety record than health care.
Previous
Administrative errors account for up to half of all medical errors in primary care
Recent literature reviews have revealed that medical errors in primary care occur between 5 and 80 times per 100 000 consultations. Administrative errors - those associated with the systems and processes of delivering care - are the most frequently reported type of errors in primary care. It is estimated that from 5 to 50% of all medical errors in primary care are administrative errors.
Patient harm is the 14th leading cause of the global disease burden, comparable to diseases such as tuberculosis and malaria
It is estimated that there are 421 million hospitalizations in the world annually, and approximately 42.7 million adverse events occur in patients during these hospitalizations. Using conservative estimates, the latest data shows that patient harm is the 14th leading cause of morbidity and mortality across the world.
While in hospital, 1 in every 10 patients is harmed
Estimates show that in high income countries (HIC) as many as 1 in 10 patients is harmed while receiving hospital care. The harm can be caused by a range of incidents or adverse events, with nearly 50% of them being preventable. In a study on frequency and preventability of adverse events across 26 low- and middle-income countries (LMIC), the rate of adverse events was around 8%, of which 83% could have been prevented and 30% led to death. Approximately two-thirds of all adverse events occur in LMICs.
Unsafe use of medication harms millions and costs billions of dollars annually
Unsafe medication practices and medication errors are a leading cause of avoidable harm in health care systems across the world. Globally, the cost associated with medication errors has been estimated at US$ 42 billion annually, not counting lost wages, productivity, or health care costs. This amounts to almost 1% of global expenditure on health. Medication errors occur when weak medication systems and/or human factors such as fatigue of personnel, poor working conditions, workflow interruptions or staff shortages affect prescribing, transcribing, dispensing, administration and monitoring practices, which can then result in severe harm, disability and even death.
15% of health spending is wasted dealing with all aspects of adverse events
Recent evidence shows that 15% of total hospital activity and expenditure in OECD (Organisation of Economic Cooperation and Development) countries is a direct result of adverse events, with the most burdensome events including venous thromboembolism, pressure ulcers and infections. It is estimated that the aggregate cost of harm in these countries alone amounts to trillions of US dollars every year.
Investments in reducing patient safety incidents can lead to significant financial savings
Investments in reducing patient safety incidents can lead to significant financial savings, not to mention better patient outcomes. In the United States alone, focused safety improvements led to an estimated US$ 28 billion in savings in Medicare hospitals between 2010 and 2015.
Hospital infections affect 14 out of every 100 patients admitted
Of every 100 hospitalized patients at any given time, 7 in high-income countries and 10 in low- and middle-income countries, will acquire health care-associated infections (HAIs), affecting hundreds of millions of patients worldwide each year. Each year around 3.2 million patients are infected with HAIs across the European Union and a total of 37 000 of them die as a direct consequence. Simple and low-cost infection prevention and control measures, such as appropriate hand hygiene, could reduce the frequency of HAIs by more than 50%.
Credits
More than 1 million patients die annually from surgical complications
Findings by WHO suggest that surgery still results in high rates of morbidity and mortality globally, with at least 7 million people a year experiencing disabling surgical complications, from which more than 1 million die. Although perioperative and anaesthetic-related mortality rates have progressively declined over the past 50 years, partially as a result of efforts to improve patient safety in the perioperative setting, they still remain two to three times higher in low- and middle-income countries than in high-income countries.
Inaccurate or delayed diagnoses affect all settings of care and harm an unacceptable number of patients
Research shows that at least 5% of adults in the United States experience a diagnostic error each year in outpatient settings. Recent postmortem examination research spanning decades has shown that diagnostic errors contribute to approximately 10% of patient deaths in the United States of America. In Malaysia, a cross-sectional study in primary care clinics ascertained a prevalence of diagnostic errors at 3.6%. Medical record reviews also suggest that diagnostic errors account for 6 to 17% of all adverse events in hospitals. Evidence from low- and middle-income countries is limited; however, the expected rate is higher than in high-income countries as the diagnosis process is further impacted by factors, such as limited access to care and diagnostic testing resources, insufficient qualified primary care providers and specialists and paper-based record systems.
While the use of radiation has improved health care, overall medical exposure to radiation is a public health and safety concern
The medical use of ionizing radiation is the largest single contributor to population exposure to radiation from artificial sources. Worldwide, there are over 3.6 billion x-ray examinations performed every year, with around 10% of them occurring in children. Additionally, there are over 37 million nuclear medicine and 7.5 million radiotherapy procedures conducted annually. Inappropriate or unskilled use of medical radiation can lead to health hazards both for patients and health care professionals.
Administrative errors account for up to half of all medical errors in primary care
Recent literature reviews have revealed that medical errors in primary care occur between 5 and 80 times per 100 000 consultations. Administrative errors - those associated with the systems and processes of delivering care - are the most frequently reported type of errors in primary care. It is estimated that from 5 to 50% of all medical errors in primary care are administrative errors.
Errors in prescribing medication.
Errors in getting the right laboratory tests done for the right patient at the right time.
Errors related to filing systems.
Errors in dispensing medications.
Errors in responding to abnormal laboratory test results
Sesuai pmk 11 thn 2017 ini KP adlh suatu sistem yg membuat asuhan pasien leb aman, dan ini bisa tercapai pada suatu Organisasi yg memp keandalan yg tinggi, yg mempunyai ciri atau kultur ketangguhan
Sesuai pmk 11 thn 2017 ini KP adlh suatu sistem yg membuat asuhan pasien leb aman, dan ini bisa tercapai pada suatu Organisasi yg memp keandalan yg tinggi, yg mempunyai ciri atau kultur ketangguhan
Sesuai pmk 11 thn 2017 ini KP adlh suatu sistem yg membuat asuhan pasien leb aman, dan ini bisa tercapai pada suatu Organisasi yg memp keandalan yg tinggi, yg mempunyai ciri atau kultur ketangguhan