3. Penyusun
DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS
Dr. Agustina Puspitasari, SpOk
Dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS
DR. Dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K)
Prof. Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K)
DR. Dr. Astrid W. Sulistomo, MPH, SpOk
Prof. DR. Dr. Samsuridjal Djauzi, SpPD-KAI
Dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, SpPD
Dr. Moh Adib Khumaidi, Sp.OT
Dr. Mahesa Paranadipa, MHKes
Penyunting dan Tata Letak
DR. Dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS
Dr. Agustina Puspitasari, SpOk
Dr. Weny Rinawati, SpPK(K), MARS
DR. Dr. Sally Aman Nasution, SpPD-KKV
Dr. Ulul Albab, Sp.OG
Dr. Valerie Hirsy Putri
Dr. Viga Abdillah Haloho
Kontributor
Prof. DR. Dr. Aman B. Pulungan, Sp.A (K)
Prof. DR. Dr. Aryati, MS, SpPK(K)
Dr. Robiah Khairani Hasibuan, SpS
Dr. Noor Arida Sofiana, MBA
Dr. Arif Budi Satria, SpB
DR. Dr. Safrizal Rahman, SpOT
DR. Dr. Romdhoni, SpTHT-KL
DR. Dr. Andani Eka Putra, MSc
Dr. Rudyanto Soedono, Sp.An-KIC
Dr. Telogo Wismo
Dr. Ahmad Syaifuddin
Dr. Amran A. Raga
Dr. Dian Zamroni, SpJP
Dr. Garinda Alma Duta, SpP
Dr. Hadiwijaya, MPH, MHKes
Dr. Ahmadin Yusuf Rizal Susatyo
Dr. Farhan Haidar Fazlur Rahman
5. SARS-CoV-2 and COVID-19
Coronaviruses (CoV), a family of viruses that can
cause disease in animals or humans, have
previously caused two major outbreaks: SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) in 2003 and
MERS (Middle East Respiratory Syndrome) in
20121
4
In December 2019, a novel coronavirus (SARS-CoV-2,
previously known as 2019-nCoV) caused a series of cases
of acute respiratory syndrome in humans that was first
reported in Wuhan, China.2 The infectious disease caused
by this novel coronavirus has been named COVID-19
1. Zhou P, et al. Nature 2020; 579: 270–3.
2. World Health Organization. Q&A on coronaviruses (COVID-19). https://www.who.int/news-room/q-a-detail/q-a-coronaviruses. Accessed March 2, 2020.
6.
7. Coronaviruses (CoV), a family of viruses that can
cause disease in animals or humans, have
previously caused two major outbreaks: SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) in 2003 and
MERS (Middle East Respiratory Syndrome) in
20121
TRANSMISI COVID-19
13. Pasien COVID-19
tidak tekendali
maka Healthcare
System Capacity
akan overloaded
dan exhausted
Perawatan
COVID-19 penuh
dan pasien
menumpuk
Angka kematian
pasien COVID-19
meningkat
Nakes banyak
terpapar dan
terdampak
sampai
meninggal
Kapasitas pelayanan
pasien NONCOVID
menurun, berdampak
pada meningkatnya
kematian pasien
NONCOVID
Lingkaran Setan COVID-19
sebagai penyebab tingginya
kematian Nakes dan pasien
NON-COVID
15. Telah diolah kembali dari : National Institute for Occupational Safety and Health
HIERARKI PENGENDALIAN RISIKO TRANSMISI INFEKSI
16. Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Administration
Klasifikasi pajanan tenaga kesehatan terhadap SARS-CoV-2
17. Telah diolah kembali dari : Occupational Safety and Health Administration
Pencegahan
terhadap
COVID-19
untuk dokter
18. VAKSINASI
Jumlah Sasaran Divaksinasi
Dosis 1
1.468.764
1.590.045
(108,26%)
Dosis 2 1.444.040
(98,32%)
Vaksinasi Tahap 1
SDMK
Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan
telah mendapatkan dua dosis vaksinasi
COVID-19 menggunakan vaksin Sinovac
pada tahap 1
19. 19
Kebijakan Pelaksanaan
Vaksinasi Dosis Ketiga
(Booster) bagi SDMK
▪ Vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada tenaga kesehatan,
asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang yang:
▪ bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk
Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Balai Teknik
Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit),
▪ berusia ≥18 tahun
▪ telah mendapatkan dua dosis vaksinasi COVID-19
lengkap
▪ Vaksinasi dosis ketiga dapat menggunakan vaksin
dengan platform yang sama atau platform yang
berbeda, dengan interval minimal pemberian vaksinasi
dosis ketiga adalah 3 bulan setelah dosis kedua diberikan
Dapat menggunakan Sinovac
(Platform Inaktif) atau Moderna
(Platform mRNA)
30. PENGATURAN ALIRAN UDARA & VENTILASI
Sumber : PMK Nomor 27 Tahun 2017 tentang PPI di Fasyankes
31. CONTOH PENGGUNAAN TRIASE
A. Early Warning System
Song CY, Xu J, He J, Lu Y. COVID-19 early warning score: a multi-parameter screening tool to identify highly
suspected patients..
Bila fasilitas pelayanan kesehatan tidak mempunyai CT scan, dapat dipertimbangkan menggunakan foto toraks
32. B. Algoritma dari WHO
a) Penggunaan alur rujukan dan triase ini harus
mempertimbangkan peraturan dan
pedoman pemerintah.
b) Mengikuti keputusan klinis dokter dan
kapasitas yang ada, contohnya apabila
pasien memerlukan penanganan yang lebih
tinggi dari yang dapat diberikan oleh fasilitas
tersebut
c) Jika belum dites atau hasil tes sebelumnya
negatif tapi klinis mengarah ke COVID-19
33. KMK No. HK.01.07/Menkes/327/2020
tentang Penetapan COVID-19 Akibat
Kerja sebagai Penyakit Akibat Kerja yang
Spesifik pada Pekerjaan Tertentu
SANGAT PENTING UNTUK STRATEGI
Ditegakkan dengan 7 langkah
Yang dijamin oleh JKK (BP JAMSOSTEK/PT
TASPEN/PT ASABRI): santunan berupa
uang (santunan sementara tidak mampu
bekerja, santunan cacat, biaya
rehabilitasi, beasiswa anak, uang duka,
santunan kematian ) dan tunjangan cacat.
PENENTUAN PENYAKIT COVID-19
AKIBAT KERJA
Diagnosa Klinis : Konfirmasi COVID-19
Menentukan pajanan yang ada di lingkungan kerja :
Pajanan biologi virus SARS-CoV-2 ditempat kerja baik dari
pasien maupun spesimen dari pasien dan dimasa pandemi
semua pasien berpotensi menularkan COVID-19
Menentukan hubungan antara pajanan dilingkungan kerja
dengan penyakitnya : pekerjaan tenaga kesehatan
berhubungan erat dengan risiko tinggi paparan COVID-19 di
lingkungan kerja
Menentukan dosis pajanan : pada saat pandemi tidak ada
dosis minimal pajanan biologi
Menentukan faktor individu : tidak ada faktor
individu yang berperan karena semua berisiko tertular
Menentukan faktor lain di luar pekerjaan: tidak ada bukti
riwayat kontak dengan pajanan virus SARS-CoV-2 di luar
pekerjaan
Diagnosa PAK: COVID-19 Akibat kerja
1
2
3
4
5
6
7
34. • Panduan kembali bekerja saat pandemi tergantung pada keadaan
epidemi lokal, jenis dan kondisi setiap pekerjaan, serta ketersediaan
tes.
• Panduan perlu ditinjau dan diperbarui seiring waktu sesuai
perubahan status epidemi lokal.
• Dalam situasi saat ini dengan tingkat penularan yang tinggi dan
pengujian yang terbatas, penting untuk membedakan antara dokter
berisiko tinggi dan rendah. Meskipun pedoman untuk yang berisiko
rendah mungkin bergantung pada kriteria klinis, strategi berbasis
pengujian yang lebih spesifik harus digunakan untuk yang berisiko
tinggi.
39. CONTOH LAIN
ALUR UNTUK
KEMBALI KERJA
Panduan dari Society of
Occupational Medicine
1 Juni 2020
# Risiko tinggi yang termasuk adalah tenaga kesehatan
termasuk didalamnya adalah dokter meskipun menggunakan
APD dengan benar
* Tes serologi:
- Tidak menggunakan pemeriksaan non kuantitatif seperti
rapid test (lateral flow assay) karena tidak dapat diketahui
peningkatan titer antibodi.
- Interpretasi harus dilakukan secara hati-hati oleh tim ahli
Hasil pemeriksaan tergantung pada waktu pemeriksaan,
klinis, epidemiologi dan prevalensi setempat, tipe tes yang
digunakan, metode validasi, dan reliabilitas.
40. CONTOH LAIN ALUR UNTUK KEMBALI KERJA
Contoh Pertimbangan Kembali
Bekerja Berdasarkan Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang
diperlukan untuk kembali bekerja
diantaranya adalah pemeriksaan
laboratorium pada pemantauan.
Pemantauan dilakukan serial setiap 1 –
3 hari, disesuaikan dengan kondisi klinis
dokter terkonfirmasi COVID-19.
41. LAMA KARANTINA
( CDC 14 FEBRUARI 2021)
• Rekomendasi 14 hari setelah kontak erat (meskipun tanpa pemeriksaan laboratorium), merupakan pilihan
utama untuk mengurangi risiko penularan secara maksimal didasarkan pada perkiraan masa inkubasi COVID-
19.
• Alternatif mempersingkat lama karantina dapat dilakukan dengan menyesuaikan keadaan dan sumber daya:
• >10 hari bila tanpa pemeriksaan laboratorium dan jika tidak ada gejala selama pemantauan harian
• >7 hari bila pemeriksaan hasil laboratorium SARS-CoV-2 negatif dan jika tidak ada gejala selama
pemantauan harian. Spesimen dapat dikumpulkan dan diperiksa dalam waktu 48 jam sebelum
waktu penghentian karantina yang direncanakan
• Bila menggunakan pilihan alternatif karantina singkat, maka tetap harus dilakukan:
• Pemantauan gejala harian hingga hari karantina ke-14
• Mematuhi protokol kesehatan: penggunaan masker yang benar dan konsisten, menjaga jarak,
kebersihan tangan dan batuk, pembersihan dan desinfeksi lingkungan, menghindari keramaian,
memastikan ventilasi dalam ruangan yang memadai, dan pemantauan mandiri untuk gejala
penyakit COVID-19
• Bila timbul gejala COVID-19, segera mencari pertolongan medis dan melaporkan ke atasan yang
bersangkutan
42. CDC 14 FEBRUARI 2021
Pedoman kriteria kembali bekerja untuk
dokter dengan infeksi SARS-CoV-2 dapat
berdasarkan kriteria berikut:
1. Berdasarkan gejala (symptom-based
strategy)
▪ Asimtomatik dan tanpa
imunokompromais berat:
o >10 hari setelah pasien dinyatakan
positif dengan tes diagnostik virus
SARS-CoV-2
▪ Simtomatik ringan hingga sedang, dan
tanpa imunokompromais berat:
o >10 hari sejak gejala muncul pertama
kali dan
o >24 jam setelah demam terakhir tanpa
penggunaan anti demam dan
o Gejala (batuk, sesak) mengalami
perbaikan
▪ Simtomatik berat hingga kritis, atau imunokompromais berat*
• >10 hari dan dapat hingga 20 hari sejak gejala muncul pertama kali
dan
• >24 jam sejak demam terakhir tanpa penggunaan anti demam dan
• Gejala (batuk, sesak) mengalami perbaikan
• Mungkin diperlukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit
infeksi
• Dapat dipertimbangkan menggunakan strategis berdasarkan
pemeriksaan laboratorium (test-based strategy)
2. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium (test-based strategy)
▪ Asimtomatik:
• Hasil pemeriksaan molekular virus SARS-CoV-2 negatif dari minimal 2
spesimen pernapasan, yang diambil dengan jarak ≥24 jam.
▪ Simtomatik:
• Bebas demam tanpa penggunaan obat anti demam; dan
• Gejala lain (batuk, sesak) telah sembuh
• Hasil pemeriksaan molekular virus SARS-CoV-2 negatif dari minimal 2
spesimen pernapasan, yang diambil dengan jarak ≥24 jam berturutan.
43. CDC 2 JUNI 2021
• NAAT berbasis laboratorium direkomendasikan jika menggunakan
strategi berbasis tes.
• Memperbarui list kondisi imunokompromais termasuk keganasan
hematologi dan pengobatan imunosupresif.
• Termasuk rekomendasi untuk berkonsultasi dengan praktisi kesehatan
kerja jika menggunakan strategi berbasis tes untuk menentukan
kapan nakes dapat kembali bekerja.
44. TABEL INSTRUMEN
SELF ASSESMENT
HARIAN DOKTER
Pemantauan self assesment ini
untuk mengetahui secara dini
dokter yg bergejala atau kontak
erat sehingga dapat dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut sesuai
alur pemeriksaan SARS-CoV-2
utk dokter
48. PENGATURAN JAM KERJA
SHIFT
NON SHIFT
40 jam seminggu (waktu kerja harian 7 - 8 jam dan tidak melebihi
12 jam sehari)
Metropolitan rota ( 2 pagi – 2 siang – 2 malam) atau continental
rota (2 pagi – 2 siang – 3 malam) diikuti istirahat 1 atau 2 hari
REKOMENDASI
Mengurangi durasi shift menjadi 6 jam (satu hari 4 shift).
Penggunaan APD level 3 maksimal berdurasi 6 jam
Istirahat tidur 7-9 jam sehari
Intoleransi kerja shift: usia > 45 tahun
49. Pengendalian transmisi varian yang lebih infeksius
• Ketersediaan pemeriksaan WGS dan kecepatan hasil ( peningkatan kapasitas pemeriksaan WGS)
• Vaksinasi dokter dan keluarga ( termasuk ART dan sopir)
• Memberi jarak antar meja pekerja di kantor minimal 1,5 meter dan posisi diagonal
• Tidak boleh melepas masker jika ada orang lain baik saat kerja maupun saat ishoma
• Himbauan pada pekerja untuk sarapan dirumah dan membawa bekal juga peralatan makan dan
minum sendiri
• Himbauan membawa peralatan ibadah sendiri dan mencucinya setiap hari
• Selalu memperhatikan ventilasi, durasi dan jarak terutama dalam mencegah transmisi virus
SARSCoV-2 terutama varian baru yang sangat infeksius
• Sistem WFH dan WFO untuk staf perkantoran
• Penyediaaan handsanitizer dan sabun untuk cuci tangan karyawan
• Penyediaan cairan disinfektan disinfeksi ruang kerja dan general cleaning permukaan setiap hari
• Himbauan penggunaan kendaraan pribadi saat berangkat dan pulang kerja, jika harus menggunakan
transportasi umum makan dengan protokol kesehatan ketat seperti menggunakan masker 2 lapis
(masker bedah dan masker kain) atau masker N-95 dan faceshield serta membawa handsanitizer
• Himbauan meminimalkan pertemuan offline dan memaksimalkan pertemuan secara online
• Pembatasan jumlah peserta pertemuan offline sesuai kapasitas ruangan dan tidak ada kegiatan
makan minum ( membuka masker) di ruang pertemuan
• Panduan rtw yang tepat
52. 1. Australian Medical Association. National code of practice-hours of work, shiftwork, and rostering for hospital doctors.
2016.
2. BPJS Ketenagakerjaan. Peran Perlindungan BPJS Ketenagakerjaan untuk Tenaga Kesehatan di Masa Pandemi COVID-
19. 2021
3. Centers for Disease Control and Prevention. Criteria for Return to Work for Healthcare Personnel with Suspected or
Confirmed COVID-19 (Interim Guidance). ww.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/return-to-work.html)
4. Centers for Disease Control and Prevention. Disharging COVID-19 patients. 16 Februari 2021.
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/disposition-hospitalized-patients.html)
5. Centers for Disease Control and Prevention. Interim guidance on testing healthcare personnel for SARS-CoV-2. 17 Juli
2020.
6. Centers for Disease Control and Prevention. Interim U.S. Guidance for Risk Assessment and Work Restrictions for
Healthcare Personnel with Potential Exposure to COVID-19.(www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-
assesment-hcp.html)
7. Centers for Disease Control and Prevention. Managing exposed health care workers (Interim Guidance). 12
September 2020.
8. Centers for Disease Control and Prevention. Long-term effects of COVID-19. 13 November 2020.
9. Centers for Disease Control and Prevention. Potential esposure at work. 16 Februari 2021.
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/guidance-risk-assesment-hcp.html)
10. Centers for Disease Control and Prevention. Returning to work criteria. 16 Februari 2021.
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/return-to-work.html)
53. 11. Centers for Disease Control and Prevention. Staff shortages. 14 Februari 2021. (https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/hcp/mitigating-staff-shortages.html)
12. Centers for Disease Control and Prevention. Strategies to mitigate healthcare personnel staffing shortages. 14 Februari 2021
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/mitigating-staff-shortages.html)
13. Centers for Disease Control and Prevention. Testing healthcare personnel. 14 Februari 2021.
(https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/hcp/testing-healthcare-personnel.html)
14. Costa G. Factors influencing health of workers and tolerance to shift work. Theoretical Issues in Ergonomics Science. 2003,
4:3-4, 263–88.
15. COVID-19 Coronavirus Pandemic [Internet]. Worldometers. 2020. Available from:
https://www.worldometers.info/coronavirus/
16. Driggin E, Madhavan MV, Bikdeli B, Chuich T, Laracy J, Biondi-Zoccai G, dkk. Cardiovascular considerations for patients, health
care workers, and health systems during the COVID-19 pandemic. Journal of the American College of Cardiology.
2020;75(18):2352-71.
17. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. pedoman teknis ruang isolasi. 2015
18. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Pedoman teknis bangunan dan prasarana ruang isolasi
penyakit infeksi emerging. 2020
19. Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan.Panduan teknis pelayanan rumah sakit pada masa adaptasi kebiasaan
baru.Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2020
20. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. 2020. Available from: https://COVID- 19.go.id/peta-sebaran
21. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Penanganan. Standar Alat Pelindung Diri (APD) Untuk Penanganan COVID-19
di Indonesia. Revisi 2. 2020.
54. 22. Hanafi BK. Managing HVAC System During COVID-19 Pandemic. 2020
23. Ikatan Dokter Indonesia. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Dokter Indonesia.2018.
24. Ikatan Dokter Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Petunjuk Pencegahan Penularan COVID-19 Untuk Petugas
Kesehatan. Edisi 1. 2020.
25. Indonesian Industrial Hygiene Association. Surat Edaran Himbauan Untuk Mengimplementasikan Metode Pengendalian
Teknis Guna Mengendalikan Penularan COVID-19 di Perkantoran. 2020
26. International Labour Organization-World Health Organization. Occupational Safety and Health in Public Health
Emergencies.2018
27. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan dan
Prasarana Rumah Sakit. 2016
28. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Penyakit Akibat Kerja. 2016
29. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit. 2016
30. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2017
31. Kementerian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 52 Tahun 2018 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. 2018.
32. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/327/2020 tentang Penetapan COVID-19
Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu. 2020
33. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan
dan Pengendalian Coronavirus Disease 2019(COVID-19). 2020.
55. 34. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/446/2020 tentang Petunjuk Teknis Klaim
Penggantian Biaya Pelayanan Pasien Penyakit Infeksi Emerging Tertentu Bagi Rumah Sakit Yang Menyelenggarakan
Pelayanan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). 2020
35. Kementerian Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/447/2020 tentang Penetapan COVID- 19
Akibat Kerja Sebagai Penyakit Akibat Kerja yang Spesifik pada Pekerjaan Tertentu. 2020
36. Leka S. Psychosocial Hazards. 2003
37. Leka S, Griffiths A, Cox T, World Health Organization. Work organisation and stress: systematic problem approaches for
employers, managers and trade union representatives. World Health Organization. 2003.
38. Morawska L, Tang JW, Bahnfleth W, Bluyssen PM, Boerstra A, Buonanno G, dkk. How can airborne transmission of COVID-19
indoors be minimised?. Environment International. 2020;142:105832.
39. Occupational Safety and Health Act. Guidance on Preparing Work places for COVID-19. 2020
40. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia, Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 3. 2020
41. Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia. Usulan Panduan Pemeriksaan
Laboratorium COVID-19. 2020
42. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Penatalaksanaan Kembali Bekerja dari Aspek Kedokteran
Okupasi. 2019
43. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Standar Penilaian Kelaikan Kerja pada Pelayanan
KesehatanKerja. 2019
44. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Buku Panduan Perlindungan Bagi Pekerja di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Dalam Masa Pandemi COVID-19. 2020.
56. 45. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Rekomendasi PERDOKI Nomor 0261/Sekr/PERDOKI/III/2020 terkait
pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan yang positif terinfeksi COVID-19 dan/atau meninggal dengan positif terinfeksi COVID-
19. 2020
46. Perhimpunan Spesialis Kedokteran Okupasi Indonesia. Pedoman penatalaksanaan kembali kerja pada kasus yang berkaitan
dengan pajanan SARS CoV-2 pada masa pandemi COVID-19. 2021
47. PT TASPEN. Program PT. TASPEN (PERSERO) dalam upaya meningkatkan layanan di masa pandemi COVID-19.2021
48. PTASABRI. Sosialisasi penerapan jaminan kecelakaan kerja bagi tenaga kesehatan yang mengalamiCOVID-19 Akibat Kerja
untuk Peserta ASABRI. 2021
49. Rueda-Garrido JC, Vicente-Herrero M, del Campo M, Reinoso-Barbero L, de la Hoz RE, Delclos GL, dkk. Return to work
guidelines for the COVID-19 pandemic. Occupational Medicine. 2020.
50. Saguni A. Konsep tata kelola ruang-ruang pelayanan Penyakit Infeksi Emerging. Kementerian Kesehatan RI. 2020
51. Susanto AD, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Alur untuk skrining dini, alur rujukan, penanganan dini bagi tenaga
kesehatan yang terkenaCOVID-19. 2021.
52. The American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engine. Guidance For Polling Place HVAC Systems. 2020
53. World Health Organization. Diagnostic testing for SARS-CoV-2 (Interim guidance). 11 September 2020.
54. World Health Organization. Risk assessment and management of exposure of health care workers in the context of COVID-19.
Interim guidance 19 March 2020.
55. Yadav T, Saxena SK. Transmission cycle of SARS-CoV and SARS-CoV-2. Coronavirus disease 2019 (COVID-19). 2020;33-
42.doi:10.1007/978-981-15-4814-7_4
56. Zhang X, Jiang Z, Yuan X, Wang Y, Huang D, Hu R, dkk. Nurses reports of actual work hours and preferred work hours per shift
among frontline nurses during coronavirus disease 2019 (COVID-19) epidemic: A cross-sectional survey. International Journal
of Nursing Studies. 2020:103635.
57. 57. Herawati. Variasi SARSCoV-2 dan dampaknya pada penanganan
pandemi. 18 Juli 2021.
58. Kemkes RI. Kebijakan vaksinasi dosis ketiga (booster) bagi seluruh
tenaga kesehatan , asisten tenaga Kesehatan dan tenaga penunjang
yang bekerja di fasilitas pelayanan Kesehatan. 24 Juli 2021