Skripsi ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen analisis video yang dapat menilai karakter kepercayaan diri, antusias, dan kebahagiaan calon guru berdasarkan ekspresi wajahnya dalam membuka pelajaran. Penelitian ini menghasilkan instrumen analisis video yang valid dan dapat digunakan untuk melatih kecerdasan buatan.
Ähnlich wie Pengembangan Instrumen Analisis Video Untuk Menentukan Profil Karakter Calon Guru Dalam Membuka Pelajaran Ditinjau Dari Ekspresi Wajah (20)
Pengembangan Instrumen Analisis Video Untuk Menentukan Profil Karakter Calon Guru Dalam Membuka Pelajaran Ditinjau Dari Ekspresi Wajah
1. PENGEMBANGAN INSTRUMEN ANALISIS VIDEO UNTUK
MENENTUKAN PROFIL KARAKTER CALON GURU DALAM
MEMBUKA PELAJARAN DITINJAU DARI EKSPRESI WAJAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Andre Lau Elia Ohoirat
NIM : 161414085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
2. ii
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ANALISIS VIDEO UNTUK
MENENTUKAN PROFIL KARAKTER CALON GURU DALAM
MEMBUKA PELAJARAN DITINJAU DARI EKSPRESI WAJAH
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Andre Lau Elia Ohoirat
NIM : 161414085
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
5. v
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah
dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan
dengan ucapan syukur”
(Filipi 4:6-7)
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang”
(Amsal 23:18)
“Kamu boleh ngeluh, kamu boleh sakit, kamu boleh nangis, kamu boleh
kecewa. Tapi tolong, jangan nyerah ya. Bapak dan Ibu butuh usahamu ”
(Annonim)
Aku persembahkan karya ini kepada :
Kedua Orang tuaku, Bapak Jusup Ohoirat dan Ibu Martha Ohoirat
Ketiga adekku Inriyani Ohoirat, Vita Aprilia Ohoirat dan Sola Gratia Vallery
Ohoirat
Almamaterku Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Teman-teman dan sahabatku
6. vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 21 Desember 2020
Penulis
Andre Lau Elia Ohoirat
7. vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPERLUAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Andre Lau Elia Ohoirat
Nomor Mahasiswa : 161414085
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul
PENGEMBANGAN INSTRUMEN ANALISIS VIDEO UNTUK
MENENTUKAN PROFIL KARAKTER CALON GURU DALAM
MEMBUKA PELAJARAN DITINJAU DARI EKSPRESI WAJAH.
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 21 Desember 2020
Yang menyatakan,
Andre Lau Elia Ohoirat
8. viii
ABSTRAK
Andre Lau Elia Ohoirat 2020. Pengembangan Instrumen Analisis Video
Untuk Menentukan Profil Karakter Calon Guru Dalam Membuka Pelajaran
Ditinjau Dari Ekspresi Wajah. Skripsi Program Studi Pendidikan
Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan instrumen analisis
video yang valid dan terpercaya untuk menentukan profil karakter calon guru
dalam membuka pelajaran berdasarkan analisis video ditinjau dari ekspresi wajah
yang ditampilkan, (2) menghasilkan analisis video pengajaran mikro yang akan
digunakan dalam mentraining kecerdasan buatan terkait.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan
pengembangan (R&D). Subjek penelitian ini adalah video pengajaran mikro
mahasiswa kelas E tahun 2019, program studi Pendidikan Matematika di
Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November
2019 – November 2020. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari instrumen analisis video untuk mengetahui karakter
kepercayaan diri, antusias, dan kebahagiaan calon guru ditinjau dari ekspresi
wajah yang ditampilkan. Penelitian ini menggunakan model penelitian ADDIE
(analysis, design, development, implementation, evaluation). Tahapan prosedur
penelitian dan pengembangan ini adalah analisis kebijakan pendidikan, analisis
silabus dan panduan pengajaran mikro, analisis referensi, penyusunan indikator,
penyusunan instrumen analisis video, validasi dan penilaian kepraktisan, uji coba
produk, dan evaluasi. Produk yang dikembangkan diuji kevalidan, keefektifan,
dan kepraktisan sehingga bisa menghasilkan produk yang layak dan dapat
digunakan.
Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa (1) instrumen
analisis video untuk mengetahui karakter kepercayaan diri memiliki nilai
kevalidan 4,80 yang berarti sangat valid (2) instrumen analisis video untuk
mengetahui karakter antusias memiliki nilai kevalidan 4,80 yang berarti sangat
valid. (3) instrumen analisis video untuk mengetahui karakter kebahagiaan
memiliki nilai kevalidan 4,60 yang berarti sangat valid. (4) kepraktisan instrumen
analisis video yang dikembangkan memenuhi kriteria sangat praktis dengan nilai
kepraktisan karakter kepercayaan diri adalah 4,4375, karakter antusias adalah
4,375 dan untuk karakter kebahagiaan adalah 4,5625 (5) instrumen analisis video
yang dikembangkan dalam penelitian secara keseluruhan berada pada kategori
efektif.
Kata kunci: Instrumen Analisis Video, Pengajaran Mikro, Karakter,
Kepercayaan Diri, Antusias, dan Kebahagiaan
9. ix
ABSTRACT
Andre Lau Elia Ohoirat 2020. Development of Video Analysis Instruments in
Determining the Character of Prospective Teachers at the Opening Lessons
Based on Facial Expressions. Thesis Math Education Study Program,
Department of Math Education and Science. Faculty of Teachers Training and
Education, Sanata Dharma University
The aims of this research are (1) to develop a valid and reliable analysis
video instrument to determine the future teachers' profile character in opening the
lesson based on the video analysis which is observed through their facial
expressions, (2) to produce a video analysis in micro learning that is used in
training related artificial intelligence.
This research applied Research and Development (R&D). The subject of
the research is the students' micro teaching videos Class E in 2019, Math
Education study program of Sanata Dharma University. This research was held in
November 2019 - November 2020. The instruments used to collect the data consist
of a video analysis instrument to comprehend the future teachers' characters of
confidence, enthusiasm, and happiness that is observed through their facial
expressions. The model of this research is ADDIE (analysis, design, development,
implementation, evaluation). The procedural stages of this research and
development are analyzing the education's policy, analyzing the syllabus and a
guidebook of micro teaching, analyzing the references, compiling the indicators,
compiling the video analysis instrument, validating and assessment of
practicality, experimenting with the product, and evaluating. The developed
product is tested for its validity, effectiveness, and practicality so that the product
is suitable and usable.
The results of the research and development indicate that (1) The video
analysis instrument for comprehending confidence's character has 4,80 valid rate
which means very valid. (2) The video analysis instrument for comprehending
enthusiasm's character has 4,80 valid rate which means very valid. (3) The video
analysis instrument for comprehending happiness' character 4,60 valid rate which
means very valid. (4) the practicality of the developed video analysis instrument
fulfills the very practical criteria with the practicality value of the self-confidence
character is 4.4375, the enthusiastic character is 4.375 and the happiness
character is 4.5625. (5) The video analysis instrument that is developed in this
research is categorized as effective entirely.
Key words: Video Analysis Instrument, Micro Teaching, Character,
Confidence, Enthusiasm and Happiness
10. x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat,
kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban penulis
terhadap penelitian yang dilakukan.
Penulis menyadari bahwa kerberhasilan dari penelitian ini tidak terlepas
dari bingbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung
maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa memberkati dan menyertai setiap
langkah perjalanan hidup saya.
2. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam sekaligus selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan
memberikan motivasi serta perhatian kepada penulis dalam menyelesaikan
penelitian ini.
3. Bapak Beni Utomo, M.Sc., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika.
4. Ibu Niluh Sulistyani, M.Pd., selaku dosen pendamping akademik yang
setia dalam membimbing dan memberikan motivasi.
5. Keluarga besar saya yakni Bapak Jusup Ohoirat dan Ibu Martha Ohoirat,
Ketiga adik kandung saya yakni Inriyani Ohoirat, Vita Aprilia Ohoirat dan
Sola Gratia Vallery Ohoirat, Alm Tete Welhelem Ohoirat, Nenek Susana
Ohoirat/Batianan, Mama Min, Paman Lesi, Alm Bapa Bobi Toattubun,
Mama Non, Mama Mia, Bapa Onggo, Kaka Lin, Kaka Cada, Kaka Nona,
Kaka Veky, Kaka Lukman, Kaka Citra, Kaka Rizal, Adik Ishak, Adik
Charles, Adik Bitta, Adik Cinon, Adik Key, yang senantiasa memberikan
dukungan dan selalu mendoakan saya agar dapat menyelesaikan apa yang
telah saya mulai sejak awal.
11. xi
6. Keluarga besar teman-teman Pendidikan Matematika Angkatan 2016 dan
teman-teman kelas C yang senantiasa bersama dan menyemangati saya
dalam melaksanakan penelitan ini.
7. Teman-teman terdekat yang selalu memberi dukungan bagi saya yakni,
Josef Gromang, Hari Kantona, Ando Geong, Esti Wahayu, Rani
Sihombing, Hanna Adelia, Donata Agustin, Angela Sandra S.H, Ni Wayan
Mika Sukma Sari, Kurniawati Setyaningrum, Lucia Endy G.A, Theresia
Ayu, Ikananda Salfa, Dela Yulanda, dan yang tidak sempat disebutkan
satu per satu yang senantiasa menyemangati dan memberikan motivasi
dalam menyelesaikan penelitian ini.
8. Teman-teman PMK Oikumene Universitas Sanata Dharma, teman-teman
Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam periode 2017/2018, teman-teman Dewan Perwakilan
Mahasiswa Universitas periode 2018/2019 yang telah mengajarkan saya
arti sebuah tanggung jawab, serta senantiasa menyemangati saya dalam
menyelesaikan penelitian ini.
9. Teman teman sepelayanan di gereja yakni Tim Multimedia GKI
Ngupasan, Paduan Suara Sola Vide GKI Gejayan yang senantiasa
mengajarkan saya arti dari melayani TUHAN dengan talenta yang dimiliki
juga untuk doa dan semangat yang senantiasa diberikan.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritikan
dan saran yang membangun, sehingga berguna bagi penulis untuk
mencapai hasil yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis berharap agar hasil dari penelitian ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 21 Desember 2020
Penulis
Andre Lau Elia Ohoirat
12. xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xivv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Pembatasan Masalah .................................................................................... 5
E. Penjelasan Istilah.......................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR .................................... 9
A. Kajian Teori ................................................................................................. 9
B. Kerangka Berpikir...................................................................................... 54
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 55
A. Jenis Penelitian........................................................................................... 55
B. Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................... 57
C. Subjek dan Objek Penelitian...................................................................... 58
D. Teknik Pengumpulan Data......................................................................... 58
E. Instrumen Penelitian................................................................................... 59
F. Teknik Analisis Data.................................................................................. 59
13. xiii
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian............................................................ 60
H. Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian .......................................... 60
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN................................ 61
A. Hasil Penelitian dan Pengembangan .......................................................... 61
B. Pembahasan Hasil Pengembangan Instrumen Analisis Video................. 159
C. Refleksi .................................................................................................... 161
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 163
A. Kesimpulan .............................................................................................. 163
B. Saran......................................................................................................... 164
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 165
LAMPIRAN........................................................................................................ 168
Lampiran 1 Lembar Validasi Instrumen Oleh Dosen Ahli ............................. 169
Lampiran 2 Lembar Penilaian Kepraktisan Instrumen Oleh Penguji 2........... 174
Lampiran 3 Lembar Penilaian Kepraktisan Instrumen Oleh Penguji 3........... 178
Lampiran 4 Lembar Kuesioner Subjek Penelitian........................................... 182
Lampiran 5 Permohonan Ijin Pengambilan Video Perkuliahan...................... 184
Lampiran 6 Dokumentasi ................................................................................ 185
14. xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Jenis Ekspresi Dasar Manusia………………………………………...51
Tabel 2. 2 Deskripsi Tekstual Ekspresi…………………………………………..52
Tabel 3. 1 Penjadwalan Waktu Pelaksanaan Penelitian……………………….…60
Tabel 4. 1 Indikator dan Pernyataan Analisis Video untuk Mengetahui
Karakter Kepercayaan Diri………………………………………...…68
Tabel 4. 2 Indikator dan Pernyataan Analisis Video untuk Mengetahui
Karakter Antusias……………………………………………….…….69
Tabel 4. 3 Indikator dan Pernyataan Analisis Video untuk Mengetahui
Karakter Kebahagiaan……………….……………………………..…70
Tabel 4. 4 Sistem Skor Pernyataan………………………………………….…...72
Tabel 4. 5 Instrumen Karakter Kepercayaan Diri………………………………..72
Tabel 4. 6 Instrumen Karakter Antusias…………………………………………74
Tabel 4. 7 Instrumen Karakter Kebahagiaan………………………..….………..75
Tabel 4. 8 Data Hasil Validasi Dosen Ahli………………………………………76
Tabel 4. 9 Data Hasil Validasi Dosen Ahli………………………………………77
Tabel 4. 10 Data Hasil Validasi Dosen Ahli……………………………..………77
Tabel 4. 11 Komentar Umum dan Saran…………………………………………78
Tabel 4. 12 Data Hasil Penilaian Kepraktisan Oleh Penguji 2…..……...………79
Tabel 4. 13 Data Hasil Penilaian Kepraktisan Oleh Penguji 3…………………..80
Tabel 4. 14 Komentar Umum dan Saran…………………………………………81
Tabel 4. 15 Hasil Uji Coba Penguji……………………………………...………84
Tabel 4. 16 Uji Normalitas…………………………………………………….…85
Tabel 4. 17 Uji Homogenitas……………………………………………….……85
Tabel 4. 18 Uji One Way Anova……………………………………….………..86
Tabel 4. 19 Hasil Uji Coba Penguji………………………………….…………..86
Tabel 4. 20 Uji Normalitas…………………………….…………………………87
15. xv
Tabel 4. 21 Uji Homogenitas…………………………………………………….87
Tabel 4. 22 Uji One Way Anova………………………………………………...88
Tabel 4. 23 Hasil Uji Coba Penguji……………………………………………...88
Tabel 4. 24 Uji Normalitas ………………………………………………………89
Tabel 4. 25 Uji Homogenitas ……………………………………………………89
Tabel 4. 26 Uji One Way Anova ……………………………………………...…90
Tabel 4. 27 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Dasar……………………………………….….…..91
Tabel 4. 28 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Antusias pada
Jenjang Sekolah Dasar…………………………………..………..…92
Tabel 4. 29 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kebahagiaan pada
Jenjang Sekolah Dasar…………………………………….……...…93
Tabel 4. 30 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama……………………………..….94
Tabel 4. 31 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Antusias pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama……………………………..….95
Tabel 4. 32 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kebahagiaan pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama……………………………..….96
Tabel 4. 33 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas……………………………...….…97
Tabel 4. 34 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Antusias pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas……………………………………98
Tabel 4. 35 Hasil Uji Coba Instrumen Karakter Kebahagiaan pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas……………………………...….…99
Tabel 4. 36 Pengelompokkan Hasil Uji Coba Karakter Kepercayaan Diri……. 100
Tabel 4. 37 Pengelompokkan Hasil Uji Coba Karakter Antusias………………101
Tabel 4. 38 Pengelompokkan Hasil Uji Coba Karakter Kebahagiaan……….…103
Tabel 4. 39 Pengelompokkan Skor Akhir……………………………….…..….104
Tabel 4. 40 Pengelompokan Norma……………………………….……........…107
Tabel 4. 41 Pengelompokan Kategori Berdasarkan Norma……………….……107
Tabel 4. 42 Pengelompokan Kategori Norma dan Subjek………………...……107
16. xvi
Tabel 4. 43 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Dasar……………………………….……...……..109
Tabel 4. 44 Uji Normalitas……………………………….…….........................110
Tabel 4. 45 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…111
Tabel 4. 46 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Karakter Antusias pada
Jenjang Sekolah Dasar ……………………………….………....…111
Tabel 4. 47 Uji Normalitas……………………………….……...……………...112
Tabel 4. 48 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...…………113
Tabel 4. 49 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter kebahagiaan pada
Jenjang Sekolah Dasar ……………………………….……...…….114
Tabel 4. 50 Uji Normalitas……………………………….………………......…115
Tabel 4. 51 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…116
Tabel 4. 52 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama……………………………….116
Tabel 4. 53 Uji Normalitas……………………………….……...……………...117
Tabel 4. 54 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…118
Tabel 4. 55 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Antusias Jenjang pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama……………………………….119
Tabel 4. 56 Uji Normalitas……………………………….……......................…120
Tabel 4. 57 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…121
Tabel 4. 58 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kebahagiaan Jenjang pada
Jenjang Sekolah Menengah Pertama…………………………….…121
Tabel 4. 59 Uji Normalitas……………………………….……...……………...122
Tabel 4. 60 Uji Homogen……………………………….……...……………….123
Tabel 4. 61 Uji Kruskal Wallis One Way Anova……………………………….123
Tabel 4. 62 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kepercayaan Diri pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas…………………………….….…124
Tabel 4. 63 Uji Normalitas……………………………….……...……………...125
Tabel 4. 64 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…126
17. xvii
Tabel 4. 65 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Antusias pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas………………………….….........126
Tabel 4. 67 Uji Kruskal Wallis………………………….……...........................127
Tabel 4. 68 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kebahagiaan pada
Jenjang Sekolah Menengah Atas…………...…………….…..........128
Tabel 4. 69 Uji Normalitas………………………….……..................................129
Tabel 4. 70 Uji Homogen………………………….……....................................130
Tabel 4. 71 Uji Kruskal Wallis One Way
Anova………………………….……..................................................................130
Tabel 4. 72 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kepercayaan Diri……...…131
Tabel 4. 73 Uji Normalitas………………………….……..................................132
Tabel 4. 74 Uji Kruskal Wallis………………………….……….…………......133
Tabel 4. 75 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Antusias……………….…135
Tabel 4. 76 Uji Normalitas………………………….……..................................135
Tabel 4. 77 Uji Kruskal Wallis………………………….……...........................136
Tabel 4. 78 Hasil Uji Coba Penguji untuk Karakter Kebahagiaan………..……138
Tabel 4. 79 Uji Normalitas………………………….……..................................138
Tabel 4. 80 Uji Kruskal Wallis………………………….…………….…..........139
Tabel 4. 81 Hasil Uji Coba Karakter Kepercayaan Diri
dan Kuesioner Subyek……………………………………………...141
Tabel 4. 82 Uji Normalitas………………………….……..................................143
Tabel 4. 83 Uji Homogen………………………….……....................................144
Tabel 4. 84 Uji One Way Anova………………………….………………..........144
Tabel 4. 85 Hasil Uji Coba Karakter Antusias dan Kuesioner Subyek…...……145
Tabel 4. 86 Uji Normalitas………………………………………….……..........146
Tabel 4. 87 Uji Kruskal Wallis……………………………………...…….........147
Tabel 4. 88 Hasil Uji Coba Karakter Kebahagiaan dan Kuesioner Subyek……148
Tabel 4. 89 Uji Normalitas………………………….……………………..........149
Tabel 4. 90 Uji Normalitas………………………….……..................................150
18. xviii
Tabel 4. 91 Uji Kruskal Wallis……………………………….……...............…151
Tabel 4. 92 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Instrumen Analisis Video
Karakter Kepercayaan Diri……………………………….………..152
Tabel 4. 93 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Instrumen Analisis Video
Karakter Antusias……………………………….……...…………..153
Tabel 4. 94 Data Hasil Validasi Dosen Ahli pada Instrumen Analisis Video
Karakter Kebahagiaan……………………………….……...……...154
Tabel 4. 95 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Kepercayaan Diri……………………………….……..…155
Tabel 4. 96 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Kepercayaan Diri……………………………….………..156
Tabel 4. 97 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Antusias……………………………….……...…….…….156
Tabel 4. 98 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Antusias……………………………….……...………….157
Tabel 4. 99 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Kebahagiaan……………………………….…….........…157
Tabel 4. 100 Data Hasil Penilaian oleh Rekan Penguji pada Penilaian Instrumen
Karakter Kebahagiaan…………………………….…….........…..157
19. xix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Penerapan Konsep Kecerdasan Buatan di Komputer
(Turban dan Frenzel, 1992, p12) …….............................................37
Gambar 2. 2 Unsur Corak Utama Wajah Manusia……….……...........................50
Gambar 2. 3 Kerangka Berpikir Penelitian……….…….......................................54
Gambar 3. 1 Langkah Pengembangan model ADDIE……….……......................56
Gambar 4. 1 Histogram Skor Akhir Karakter Kepercayaan Diri Jenjang
Sekolah Dasar……….……...............................................................91
Gambar 4. 2 Histogram Skor Akhir Karakter Antusias Jenjang
Sekolah Dasar……….……...............................................................92
Gambar 4. 3 Histogram Skor Akhir Karakter Kebahagiaan Jenjang
Sekolah Dasar……….……...............................................................93
Gambar 4. 4 Histogram Skor Akhir Karakter Kepercayaan Diri Jenjang
Sekolah Menengah Pertama……….……........................................94
Gambar 4. 5 Histogram Skor Akhir Karakter Antusias Jenjang
Sekolah Menengah Pertama……….……........................................95
Gambar 4. 6 Histogram Skor Akhir Karakter Kebahagiaan Jenjang
Sekolah Menengah Pertama……….……........................................96
Gambar 4. 7 Histogram Skor Akhir Karakter Kepercayaan Diri Jenjang
Sekolah Menengah Atas……….……...............................................97
Gambar 4. 8 Histogram Skor Akhir Karakter Antusias Jenjang
Sekolah Menengah Atas……….……................................................98
Gambar 4. 9 Histogram Skor Akhir Karakter Kebahagiaan Jenjang
Sekolah Menengah Atas……….……...............................................99
Gambar 4. 10 Histogram Pengelompokkan Skor Akhir Karakter
Kepercayaan Diri……….…….....................................................101
Gambar 4. 11 Histogram Pengelompokkan Skor Akhir Karakter
Antusias……….…….....................................................................102
Gambar 4. 12 Histogram Pengelompokkan Skor Akhir Karakter
Kebahagiaan……….……..............................................................104
20. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, serta mengevaluasi peserta didik pada jenjang
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 14 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, juga menyebutkan bahwa ada (4)
kompetensi dasar dari seorang guru yaitu Kompetensi Pedagogik,
Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
Keterampilan dasar mengajar termasuk dalam kompetensi yang harus
dikuasai oleh seorang guru.
Keterampilan dasar mengajar dapat diartikan sebagai kecakapan atau
kemampuan pengajar dalam menjelaskan konsep terkait materi pembelajaran.
(Mukminan, dkk 2013:208). Keterampilan dasar mengajar yang perlu
dikuasai antara lain (1) keterampilan membuka dan menutup pelajaran; (2)
keterampilan menjelaaskan; (3) keterampilan mengadakan variasi; (4)
keterampilan memberikan penguatan; (6) keterampilan bertanya; (7)
keterampilan mengajar perorangan dan kelompok kecil; (8) keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil. Keterampilan dasar tersebut harus
digunakan secara tepat dan dalam suasana yang tepat pula. Hal tersebut
dimaksudkan agar penerapan jenis keterampilan dasar mengajar dapat tepat
sasaran.
Salah satu keterampilan dasar mengajar yang perlu untuk dikuasai
seorang guru adalah keterampilan membuka pelajaran. Keterampilan
membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi murid agar minat dan
perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya (Suwarna et al.,
21. 2
2006:66). Kegiatan ini bertujuan untuk menciptakan atmosfer pembelajaran
yang dapat menimbulkan motivasi siswa terhadap topik yang dipelajari.
Ketrampilan membuka pelajaran dibutuhkan untuk membuat pelajaran
menjadi bermakna. Dengan kata lain, membuka pelajaran berarti
mengarahkan siswa pada materi pembelajaran. Ketrampilan membuka
pelajaran ini sangatlah penting untuk di kuasai mengingat kegiatan membuka
pelajaran ini bertujuan untuk menumbuhkan kesiapan mental,
membangkitkan perhatian dan memotivasi siswa. Selain itu dari kegiatan
membuka pelajaran yang dilakukan, harapannya mengarah kepada pencapain
tujuan pembelajaran.
Untuk melatih kemampuan calon guru agar trampil dalam membuka
pelajaran maka diperlukan pembekalan atau pelatihan khusus. Salah satunya
adalah dengan Pengajaran mikro. Pengajaran mikro merupakan suatu sistem
yang memungkinkan calon guru mengembangkan keterampilannya dalam
menerapkan teknik mengajar tertentu (Suwarna 2006:3). Pengajaran mikro
dapat digambarkan sebagai proses pengajaran yang “diperkecil”, yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang telah dimiliki. Pengajaran mikro ini bertujuan untuk
menyiapkan calon guru agar memiliki keterampilan mengajar dan
kemampuan mengelola kelas dalam skala yang kecil. Pengajaran mikro
mencakup kegiatan pemahaman teknis penguasaan kelas secara teoritik dan
melatih calon guru dalam pembentukan keterampilan keguruan yang dimiliki.
Pengajaran mikro ini dapat diartikan sebagai model pelatihan bagi
calon guru agar dapat menguasai keterampilan dasar mengajar tertentu
melalui proses pengajaran yang sederhana. Beberapa aspek yang dibatasi
dalam kegiatan pengajaran mikro antara lain cakupan materi pelajaran, waktu
dan jumlah peserta. Pengajaran mikro ini dilakukan pada ruangan
laboratorium khusus yang telah difasilitasi dengan segala peralatan yang
dibutuhkan untuk mendukung berlangsungnya kegiatan ini. Pada
laboratorium ini, setiap peserta akan memainkan perannya sebagai seorang
guru untuk mengajarkan materi pembelajaran sesuai dengan tingkatan
22. 3
pendidikan yang di praktikum dengan durasi waktu yang tertentu dan peserta
lainnya akan memaikan peran sebagai siswa.
Laboratorium pengajaran mikro adalah ruangan yang difasilitasi dan
dirancang khusus untuk melatihan keterampilan mengajar mahasiswa calon
guru. Beberapa perangkat multimedia yang tersedia di laboratorium tersebut
antara lain kamera closed circuit television (CCTV) dan perekam video.
Kamera CCTV berfungsi untuk memantau peserta yang sedang melakukan
kegiatan mengajar, sementara perekam video berfungsi untuk merekam dan
menyimpan hasil rekaman dari kamera CCTV yang ada pada laboratorium
tersebut. Dengan adanya kedua perangkat multimedia tersebut juga akan
sangat berguna dalam penilaian hasil pengajaran mikro dan sebagai umpan
balik atas kegiatan yang telah dilakukan oleh mahasiswa.
Dalam kegiatan pengajaran mikro, penilaian memiliki makna
tersendiri bagi calon guru, tim penilai dan lembaga penyelenggara program
pengajaran mikro. Tujuan penilaian memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kualitas pelaksanaan pengajaran mikro. Herman., dalam
Rasyid & Mansur (2009:75) menyatakan bahwa penilaian pengajaran mikro
tidak hanya bertujuan untuk mengetahui pencapaian kemampuan dasar
mengajar, tetapi lebih dari itu penilaian pengajaran mikro juga memiliki dua
tujuan yang paling mendasar yakni untuk (1) menentukan sejauh mana
pembelajar telah menguasai pengetahuan khusus atau keterampilan (2)
mendiagnosis kelemahan dan kelebihan pembelajar dan merancang
pengajaran yang sesuai.
Berdasarkan pengalaman peneliti saat mengikuti kegiatan pengajaran
mikro, peneliti menemukan bahwa kesiapan mahasiswa dalam
mempersiapkan dirinya untuk menghadapi kegiatan tersebut masih kurang.
Hal ini dapat terlihat bahwa masih ada mahasiswa yang kurang percaya diri
saat melakukan kegiatan pengajaran mikro, kurangnya penguasaan akan
materi pembelajaran yang dibawakan, belum melaksanakan pembelajaran
secara runtut, perbedaan antara isi materi yang diajarkan di laboratorium
dengan yang ada di rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu, terdapat
23. 4
juga mahasiswa yang belum bisa menunjukan kemampuannya mengelola
pembelajaran sesuai dengan karakteristik bidang studinya.
Menyadari keadaan tersebut, maka peneliti hendak mengadakan
penelitian bagi mahasiswa program studi Pendidikan Matematika Universitas
Sanata Dharma angkatan 2016 yang telah melakukan kegiatan pengajaran
mikro dengan memfokuskan pada kegiatan calon guru dalam membuka
pelajaran berdasarkan analisis video yang dilihat dari ekspresi wajahnya.
Tujuannya agar dapat mengetahui sejauh mana kesiapan mahasiswa sebagai
calon guru dalam membuka pelajaran dengan memperhatikan komponen-
komponen yang berkaitan dengan membuka pelajaran seperti melakukan
kegiatan apersepsi, menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan
rencana kegiatannya, serta pemberian motivasi kepada peserta didik. Oleh
karena itu peneliti mengangkat judul, “Pengembangan Instrumen Analisis
Video Untuk Menentukan Profil Karakter Calon Guru Dalam Membuka
Pelajaran Ditinjau Dari Ekspresi Wajah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dalam penelitian ini, peneliti merumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah mengembangkan instrumen analisis video yang valid dan
terpercaya untuk menentukan profil kemampuan calon guru dalam
membuka pelajaran berdasarkan analisis video ditinjau dari ekspresi wajah
yang ditampilkan
2. Bagaimanakah hasil implementasi instrumen analisis video tersebut dalam
video pengajaran mikro yang akan digunakan dalam melatih kecerdasan
buatan terkait
24. 5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan instrumen analisis video yang valid dan terpercaya
untuk menentukan profil kemampuan calon guru dalam membuka
pelajaran berdasarkan analisis video ditinjau dari ekspresi wajah.
2. Menghasilkan analisis video pada video pengajaran mikro yang akan
digunakan dalam melatih kecerdasan buatan terkait.
D. Pembatasan Masalah
Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada profil karakter
kemampuan calon guru dalam membuka pelajaran berdasarkan analisis video
ditinjau dari ekspresi wajahnya. Aspek yang ditekankan pada penelitian ini
yakni aspek afektif yang berfokus pada emosi yang tampak pada wajah calon
guru yang diperkuat dengan wawancara dan didukung dengan rekaman video
kegiatan belajar pengajaran mikro.
E. Penjelasan Istilah
1. Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro adalah teknik yang digunakan dalam pendidikan guru
dimana calon guru mengajarkan sebagian kecil dari pelajaran untuk
sekelompok kecil teman sekelasnya, dan kompetensi mengajar yang
mereka lakukan berada dibawah pengawasan ketat professor atau tenaga
pendidik yang berpengalaman.
2. Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah bagian dari ilmu
komputer yang mempelajari tentang bagaimana sebuah komputer bisa
dibuat dengan sedemikian rupa agar dapat melakukan pekerjaan seperti
dan sebaik yang dilakukan oleh manusia. Menurut John McCarthy
(1956), kecerdasan buatan adalah suatu sistem komputer yang terbentuk
untuk mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan
mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia.
25. 6
3. Rekaman Video
Menurut Anderson (1987:104), rekaman video dapat digunakan untuk
menunjukan cara bersikap atau berbuat dalam suatu penampilan
khususnya yang berhubungan dengan interaksi manusia. Deangan
rekaman video dapat dilakukan koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
dan memperlihatkan contoh keterampilaqn yang menyangkut gerak dan
suara.
4. Ekspresi Wajah
Ekspresi wajah adalah hasil dari satu atau lebih gerakan atau posisi otot
pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi
kategori nonverbal dan dapat menyampaikan kondisi emosi dari seorang
kepada orang yang mengamatinya. Ekspresi wajah merupakan salah satu
cara dalam penyampaian pesan sosial dalam kehidupan manusia, tetapi
juga terjadi pada beberapa spesies hewan lainnya.
5. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam
kegiatan pembelajaran untuk menciptakatn prakondisi murid agar minat
dan perhatiannya terpusat pada apa yang dipelajarinya (Suwarna dkk.,
2006:66). Dengan kata lain, membuka pelajaran berarti mengarahkan
siswa pada materi pembelajaran. Keterampilan membuka pelajaran ini
dibutuhkan untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna.
6. Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar untuk dapat
menentukan arah dan tujuan hidupnya (Angelis, 1997). Sejalan dengan
pendapat tersebut, menurut Anthony (1992) kepercayaan diri merupakan
sikap pada diri seseorang yang dapat menerima kenyataan, dapat
mengembangkan kesadaran diri, berpikir secara positif, memiliki
kemandirian dan kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala
sesuatu yang diinginkannya.
26. 7
7. Antusias
Menurut Mujahid (2012), antusias adalah suatu perasaan, bentuk
kesadaran terhadap relasi antara manusia dan sumber kekuatan dalam
memperoleh tujuan. Antusias adalah kepercayaan dan harmoni,
kesadaran terhadap relasi antara manusia dan sumber kekuatan dalam
memperoleh suatu hal yang diinginkan. Antusiasme adalah suatu energi,
sumber bahan bakar tubuh, kobaran api yang mendukung suatu usaha
menjadi berhasil.
8. Kebahagiaan
Kebahagiaan sesungguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap
diri dan hidup, yang memuat emosi positif, seperti kenyamanan dan
kegembiraan yang meluap-luap, maupun aktivitas positif yang tidak
memenuhi komponen emosi apapun, seperti absorbsi dan keterlibatan
(Seligman, 2005: 65).
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi Calon Guru
a. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dalam mengembangkan
analisis video penampilan dan ketrampilan mengajar berbasis
Kecerdasan Buatan, yaitu memberikan data training untuk
mengembangkan Kecerdasan Buatan terkait
b. Hasil Penelitian dalam membuka pembelajaran selanjutnya dapat
dilanjutkan dalam ketrampilan berikutnya dalam pembelajaran, yaitu
mengelola dan menutup pembelajaran.
27. 8
2. Bagi jurusan/Program Studi
a. Penelitian ini memberikan masukan sekaligus pengetahuan untuk
meningkatkan mutu calon guru terutama dalam peningkatan
kompetensi keperibadian guru ditinjau dari ekspresi wajah yang
ditampilkan.
b. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pengayaan materi kuliah
berkaitan dengan peningkatan professional calon guru ditinjau dari
ekspresi wajah yang ditampilkan.
28. 9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Pengajaran Mikro
a. Pengertian Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro adalah teknik yang digunakan dalam
pendidikan guru dimana calon guru mengajarkan sebagian kecil
dari pelajaran untuk sekelompok kecil teman sekelasnya, dan
kompetensi mengajar yang mereka lakukan berada dibawah
pengawasan ketat professor atau tenaga pendidik yang
berpengalaman. (Suwarna,2006:3). Menurut Halimah (2017:77),
Pengajaran Mikro adalah salah satu pendekatan atau model atau
teknik pelatihan praktik mengajar dalam lingkup terbatas untuk
mengembangkan keterampilan dasar mengajar yang dilaksanakan
secara terisolasi dan dalam situasi yang disederhanakan. Adapun
pendapat lainnya menurut Barnawi & Arifin (2016:16)
Pengajaraqn Mikro adalah kegiatan mengajar dengan segala aspek
pengajarannya diperkecil atau disederhanakan sehingga tidak
serumit kegiatan mengajar biasa.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pengajaran mikro adalah suatu metode mengajar dalam lingkup
kecil yang digunakan untuk melatih keterampilan dasar mengajar
calon guru sebelumnya terjun ke dunia mengajar yang
sesungguhnya.
b. Fungsi Pengajaran Mikro
Pengajaran Mikro bagi calon guru berfungsi memberikan
pengalaman baru dalam belajar mengajar, sedangkan bagi guru
Pengajaran Mikro berfungsi memberi penyegaran keterampilan dan
sebagai sarana umpan balik atas kinerja mengajarnya. Dwight
29. 10
Allen dalam Asril (2011: 46) mengemukakan bahwa Pengajaran
Mikro bagi calon guru: (1) memberi pengalaman mengajar yang
nyata dan latihan sejumlah keterampilan dasar mengajar; (2) calon
guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum
mereka terjun ke lapangan; (3) memberikan kemungkinan bagi
calon guru untuk mendapatkan bermacam-macam keterampilan
dasar mengajar.
Selain itu, pengajaran mikro berfungsi memberikan
kesempatan kepada mahasiswa calon guru untuk menemukan
dirinya sebagai calon guru (Suwarna et al., 2006: 4). Kegiatan
mengajar merupakan kegiatan utama seorang guru. Melalui
kegiatan tersebut, guru harus berhadapan dengan banyak siswa
menjadi sosok manusia yang berwibawa dan disegani siswa. Pada
saat itu, calon harus menunjukkan performa terbaiknya,
meminimalkan segala kekurangan dan memanfaatkan segala
kelebihannya untuk mendewasakan siswa. Kegiatan mengajar akan
membentuk pribadi atau jati diri seorang guru yang sesungguhnya.
Bagi guru, Dwight Allen dalam Asril (2011: 46)
menyatakan bahwa Pengajaran Mikro memberikan penyegaran
dalam program pendidikan dan mendapatkan pengalaman
mengajar yang individual untuk mengembangkan profesi dan
mengembangkan guru bersifat individual untuk mengembangkan
profesi dan mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap
pembaruan. Guru yang sudah lupa dengan teori-teori mengajar dan
teknik-teknik mengajar (karena jarang digunakan) kembali dapat
diingatkan melalui program Pengajaran Mikro. Guru senior yang
mungkin antikritik karena merasa sudah berpengalaman dapat
memiliki sikap terbuka untuk dikoreksi melalui program
Pengajaran Mikro.
Suwarna et al. (2006: 4) mengatakan bahwa Pengajaran
Mikro berfungsi sebagai sarana untuk memperoleh umpan kinerja
30. 11
mengajar seseorang. Melalui Pengajaran Mikro, baik calon maupun
guru dapat memperoleh informasi tentang kekurangan dan
kelebihannya dalam mengajar. Apa saja kelebihan yang perlu
dipertahankan dan apa saja kekurangan yang perlu diperbaiki.
Selain itu, melalui pengajaran mikro guru dapat mencoba metode
atau model pembelajaran baru sebelum digunakan pada kelas yang
sebenarnya.
c. Tujuan Pengajaran Mikro
Tujuan utama Pengajaran Mikro ialah untuk membekali
dan atau meningkatkan performa calon guru atau guru dalam
mengadakan kegiatan belajar mengajar melalui pelatihan
keterampilan mengajar. Pengajaran Mikro dimaksudkan untuk
meningkatkan performance guru atau calon guru yang menyangkut
keterampilan mengajar. Pengajaran Mikro digunakan untuk
mempertemukan antara teori dan praktik pengajaran pada
mahasiswa calon guru. Selain itu Pengajaran Mikro digunakan
untuk menyiapkan calon guru sebelum praktik mengajar di
sekolah. Awalnya pengajaran mikro bertujuan untuk mengatasi
persoalan praktik mengajar di sekolah. Guru pamong jarang
menguasai teknik-teknik untuk membantu orang yang sedang
kesulitan dalam belajar mengajar. Guru pamong lebih cenderung
menilai daripada membimbing sehingga menghambat pencapaian
tujuan praktik mengajar di sekolah. Lebih-lebih antara mahasiswa
dan supervisor di sekolah memiliki pandangan yang berbeda
tentang cara pendekatan yang baik dalam mengajar. Brown
(1991:14) mengungkapkan beberapa hal pokok yang tidak
disepakati oleh mahasiswa dan penilainya, di antaranya sebagai
berikut:
1. Menyelingi pekerjaan yang menarik dengan yang kurang
menarik.
2. Menghukum anak agresif apabila menyerang anak-anak lain.
31. 12
3. Mendudukkan anak-anak lamban dengan temannya yang
lamban untuk semua tugas akademik.
4. Menafsirkan yang “benar” dan “salah” bagi anak-anak.
5. Tidak membiarkan anak-anak mengetahui bagaimana guru
akan bereaksi terhadap situasi kelas.
6. Memulai dengan disiplin yang ketat dan berangsur-angsur
melonggarkannya.
7. Memungkinkan anak - anak mempercayakan kepada guru
masalah - masalah pribadinya yang tidak ingin dibahasnya
bersama orang tuanya.
8. Memberi pujian sehemat mungkin.
Pada perkembangan berikutnya pengajaran mikro memiliki
tujuan untuk pengembangan profesional guru. Pengajaran
Mikro merupakan bentuk pendidikan pelatihan pengajaran bagi
calon guru dan kegiaatan pengajaran bagi guru. Guru
melakukan upaya peningkatan kinerja pengajaran melalui
praktik mengajar secara mikro untuk memaksimalkan
kemampuan dalam hal komponen-komponen mengajar.
Sebagai suatu pendekatan pembelajaran tujuan pengajaran mikro,
antara lain (Sukirman, 2012:35) sebagai berikut:
1. Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para
guru dalam hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2. Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para
guru agar memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan
undang-undang maupun peraturan pemerintah.
3. Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang
dilakukan secara bagian demi bagian secara spesifik agar
diperoleh kemampuan maksimal sesuai dengan tuntutan
profesional sebagai tenaga seorang guru.
4. Untuk memberi kesempatan kepada calon maupun para guru
berlatih dan mengoreksi serta menilai kelebihan dan
32. 13
kekurangan yang dimiliki (self evaluation) dalam hal
keterampilan mengajarnya.
5. Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon
guru dan para guru) meningkatkan dan memperbaiki kelebihan
dan kekurangannya sehingga guru selalu berusaha
meningkatkan layanannya kepada siswa.
d. Manfaat Pengajaran Mikro
Pengajaran Mikro memiliki banyak sekali manfaat. Hal ini
dirasakan mulai dari program pelatihan guru, manfaat untuk pihak-
pihak yang terlibat, dan proses menemukan cara mengajar yang
lebih efektif. Pengajaran Mikro sangat bermanfaat dalam
menyukseskan program pelatihan mengajar bagi guru. Menurut
Kpanja, Pengajaran Mikro sudah dipandang sebagai metode yang
sukses dalam pendidikan calon guru dan sekarang telah digunakan
di beberapa tempat untuk pengembangan profesi guru (Kilic, 2010:
83). Pengajaran Mikro memiliki beberapa kelebihan sehingga
membawa manfaat pada program pengajaran. Menurut Nurlaila
(2009: 80-79), kelebihan Pengajaran Mikro dan manfaat-
manfaatnya pengajaran ialah sebagai berikut.
1. Menyelesaikan masalah yang dihadapi pelaksana program
persiapan guru, seperti banyaknya guru yang akan berlatih
atau kurangnya pembimbing atau tidak tersedianya kelas yang
sebenarnya atau sulitnya menyepakati antara waktu belajar
dan waktu latihan atau luputnya materi yang harus dilatihkan
dari dalam program program pengajaran.
2. Menghemat waktu dan tenaga. Dalam pengajaran mikro
memungkinkan melatih guru untuk beberapa keterampilan
yang penting dalam waktu singkat, tanpa menyianyiakan
waktu dan tenaga untuk melatih keterampilan yang telah
dikuasai guru sebelumnya, sebagaimana juga pengajaran
mikro meminimalkan kebutuhan untuk melatih setiap guru
33. 14
berlatih terhadap semua keterampilan karena melihat yang dan
berdiskusi akan memberikan manfaat bagi yang melihat
sebagaimana manfaat bagi yang berlatih.
3. Melatih guru dengan sejumlah keterampilan mengajar yang
penting, seperti kecermatan dalam menyajikan dan
mengajarkan, waktu dan memanfaatkannya, mengikuti
langkah- langkah yang telah dituliskan dalam RPP, dan
memanfaatkan teknologi pengajaran dengan cara terstruktur
dan teratur selain menggunakan gerakan tubuh dalam
mengajar.
4. Melatih guru mempersiapkan dan menyusun materi pelajaran
karena biasanya untuk Pengajaran Mikro materi yang
disajikan ialah materi baru yang dipersiapkan oleh guru yang
berlatilh itu sendiri atau menyimpang dari materi antara
keterampilan dan waktu yang ada untuk menyesuaikan yang
tersedia.
5. Diskusi guru yang berlatih langsung setelah selesai pengajaran
mikro dan memungkinkan dosen pembimbing masuk di
tengah- tengah pengajaran dan mengulang pengajaran,
khususnya ketika mengajar teman-teman guru tersebut sebagai
siswanya. Inilah masalah yang sulit menerapkannya dalam
pengajaran yang kompleks, khususnya dalam kelas yang
sebenarnya.
6. Pengajaran mikro yang mendasarkan pada pemecahan
keterampilan-keterampilan menjadi beberapa bagian
keterampilan, merupakan hal yang membantu untuk menjaga
perbedaan kepribadian antara guru-guru, melalui melatih
mereka dengan sejumlah keterampilan yang dilalaikan oleh
program latihan pengajaran secara kompleks.
7. Menyediakan waktu bagi guru yang berlatih untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihannya dari aspek keilmuan, amaliah,
34. 15
dan seni melalui apa yang disampaikan berupa feedback dan
penguatan dari dosen pembimbing dan teman-teman dalam
bentuk kritikan, yang mana memberikan waktu baginya untuk
memperbaiki perilakunya dan perkembangannya sebelum
masuk lapangan pengajaran yang tidak ada lagi kritikan,
feedback, dan penguatan, yang hal itu membantunya untuk
mengevaluasi diri melalui melihat sendiri di kaset video.
8. Memberikan kesempatan bagi guru untuk bertukar peran
antara mereka dan mengidentifikasi masalah-masalah
pengajaran dari jarak dekat, yaitu masalah guru dan siswa dan
itu melalui duduk di bangku belajar dan berperan dengan
karakter siswa yang sedang belajar dan mendengarkan guru,
berinteraksi dengannya, kemudian memainkan peran guru dan
seterusnya (situasi ini khusus bagi pengajaran sesama teman).
9. Mengorelasikan antara teori dan aplikasi, yang memungkinkan
menerapkan teori atau aliran atau metode mana pun secara
aplikatif praktis dalam ruang belajar, ketika sedang
menjelaskan atau setelahnya, apabila perlu.
Brown Amstrong (Setyawan, 2010: 13-14), mencatat hasil riset
tentang manfaat Pengajaran Mikro, sebagai berikut.
1. Korelasi antara Pengajaran Mikro dan praktik keguruan sangat
tinggi. Artinya, seseorang yang berpenampilan baik dalam
Pengajaran Mikro akan baik pula dalam praktik mengajar di
kelas.
2. Praktikan yang lebih dahulu menempuh program Pengajaran
Mikro ternyata lebih baik/lebih terampil daripada praktikan
yang tidak mengikuti pengajaran Pengajaran Mikro.
3. Praktikan yang menempuh Pengajaran Mikro menunjukkan
prestasi mengajar yang lebih tinggi.
4. Bagi Praktikan yang telah memiliki kemampuan tinggi dalam
pengajaran, Pengajaran Mikro kurang bermanfaat.
35. 16
5. Setelah mengikuti Pengajaran Mikro, praktikan dapat
menciptakan interaksi dengan siswa secara lebih baik.
6. Penyajian model rekaman mengajar lebih baik daripada model
lisan sehingga lebih signifikan dengan keterampilan mengajar.
Manfaat Pengajaran Mikro juga dapat dilihat dari orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Baik itu mahasiswa calon guru, guru,
maupun supervisor, semuanya memperoleh manfaat yang tidak
sedkit dari kegiatan Pengajaran Mikro. Sukirman (2012: 37-38)
mengemukakan beberapa manfaat Pengajaran Mikro bagi ketiga
pihak tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Manfaat bagi mahasiswa calon guru (pendidikan pelatihan):
(1) setiap mahasiswa calon guru dapat melatih bagian demi
bagian dari setiap kererampilan mengajar yang harus
dikuasainya secara lebih terkendali dan terkontrol; (2) setiap
mahasiswa calon guru dapat mengetahui tingkat kelebihan
kekurangannya dari setiap jenis keterampilan mengajar yang
harus dikuasainya; (3) setiap mahasiswa calon guru dapat
menerima informasi yang lengkap, objektif, dan akurat dari
latihan maupun telah dilakukannya melewati pihak observer,
yang proses (4) setiap mahasiswa calon guru dapat melakukan
proses latihan ulang untuk memperbaiki terhadap kekurangan
maupun untuk lebih meningkatkan kemampuan yang telah
dimilikinya.
2. Manfaat bagi supervisor: (1) dapat memperoleh data yang
objektif dan komprehensif tingkat kemampuan para calon guru
maupun para guru dalam hal kemampuan mengajar yang harus
dikuasai sesuai dengan tuntutan profesinya; (2) dapat
memberikan masukan, saran, maupun karena didasarkan pada
data atau informasi yang lengkap sesuai hasil pengamatan dari
pembinaan melalui pengajaran mikro yang telah dilakukannya;
(3) sebagai bahan masukan untuk membuat kebijakan yang
36. 17
lebih tepat bagi pengembangan karier setiap mahasiswa
maupun para guru yang menjadi bina- annya; (4) sebagai bahan
masukan untuk membuat kebijakan dalam melakukan proses
pembinaan terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas
penampilan guru.
3. Manfaat bagi para guru (pendidikan in-service): (1) para guru
baik secara mandiri maupun bersama-sama dapat berlatih untuk
lebih meningkatkan kemampuan mengajar yang dirmilikinya;
(2) mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya
terkait dengan keterampilan mengajar yang harus dikuasainya;
(3) dapat dijadikan sebagai proses uji coba terhadap hal-hal
yang baru, seperti dalam penerapan metode, media, materi
baru, atau jenis-jenis keterampilan mengajar lainnya sebelum
diterapkan dalam proses pembelajaran yang sebenarnya.
Dalam Pengajaran Mikro, calon guru memiliki kesempatan
untuk meningkatkan perilaku efektif dalam lingkungan belajar.
Dengan kata lain, adanya Pengajaran Mikro memberi peluang
untuk metode-metode yang lebih efektif. Setelah mengajar,
rekaman praktikan dianalisis atau diteliti untuk mengetahui
kekurangannya sehingga menginspirasi pengamat untuk
memberikan masukan- masukan. Pemberian masukan sangat
bermanfaat untuk perbaikan penemuan mengajar yang efektif.
Ide pertama timbul dalam bentuk demonstrasi pelajaran,
dengan sekelompok siswa bermain peran, kemudian diadakan
penelitian terhadap pengajaran mikro dalam situasi pembelajaran
yang sebenarnya. Dalam rangka mengembangkan keterampilan
mengajar, perbuatan mengajar yang kompleks itu dipecah-pecah
menjadi sejumlah keterampilan agar mudah dipelajari. Selain itu,
diteliti cara-cara menggunakan metode secara fleksibel dan efektif.
yang disertai pertanyaan-pertanyaan sebagai reinforcement.
37. 18
Sebagai tambahan, Kwartolo (2005: 104) menjelaskan
bahwa Pengajaran Mikro dapat dimanfaatkan untuk mencari
seorang guru menjadi model dalam mengajar. Guru yang dijadikan
model harus sudah diakui kemahirannya dalam mengajar. Guru
yang menjadi model tidak harus menguasai semua bidang studi.
Dalam perkembangan ilmu yang begitu pesat sangat sulit
menemukan guru yang mampu menguasai bidang studi. Hal yang
terpenting ialah guru model harus benar-benar mahir dalam hal apa
yang diperankan. Memanfaatkan guru model tidak harus
menghadirkan guru model di hadapan para guru pembelajar.
Penampilan guru model cukup direkam dan disebarluaskan serta
ditonton oleh guru-guru yang lain.
Pendekatan guru model juga dapat manfaatkan untuk
mengantisipasi guru tersebut berhalangan hadir dalam mengajar.
Guru piket dapat memutar penampilan guru model untuk pokok
bahasan tertentu di hadapan para siswanya. Dengan demikian,
siswa akan melihat dan mendengarkan pelajaran yang seharusnya
diajarkan pada hari itu sehingga mereka tidak ketinggalan
pelajaran. Video guru model sangat bermanfaat untuk
menyampaikan materi pelajaran dengan metode eksperimen,
ceramah, dan demonstrasi
e. Karakteristik Pengajaran Mikro
Pengajaran mikro merupakan pembelajaran dalam lingkup kecil.
Karakteristik yang khas dalam pengajaran mikro adalah
komponenkomponen dalam pengajaran disedehanakan. Selama
praktik di lapangan lingkup pada pembelajaran biasa tidak dibatasi,
sebaliknya dalam pengajaran mikro praktik di lapangan cukup
terbatas pada satu kompetensi dasar. Demikian pula alokasi
waktunya juga terbatas antara 10-15 menit, dengan jumlah siswa
juga dikecilkan hingga berkisar 7-10 siswa, serta keterampilan
dasar yang dilatihkan juga terbatas (terisolasi). Dengan demikian,
38. 19
ciri khas pengajaran mikro adalah pengajaran yang disederhanakan
dalam hal: jumlah siswa, alokasi waktu, keterampilan, kompetensi
dasar, dan materi pembelajaran.
f. Langkah-Langkah Pengajaran Mikro
Menurut Hasibuan (2014), pengajaran mikro adalah suatu kegiatan
mengajar di kelas dimana semua aspek pembelajaran dikecilkan
atau disederhanakan. Adapun yang dikecilkan adalah antara lain
jumlah murid (5 sampai 6 orang), waktu mengajar (5 sampai 10
menit), bahan pelajaran hanya mencakup satu atau dua unit kecil
yang sederhana, dan keterampilan mengajar harus di pusatkan pada
beberapa keterampilan saja. Berdasarkan pengertian di atas dapat
disimpulkan pengajaran mikro adalah suatu latihan mengajar
permulaan bagi guru dengan lingkup yang kecil, dilaksanakan antar
teman atau kelompok dan waktunya relatif singkat.
2. Keterampilan Mengajar
a. Komponen Keterampilan Belajar
Keterampilan dasar mengajar merupakan kemampuan khusus yang
harus dikuasai guru, pengajar, dan dosen untuk mendukung
kegiatan pembelajaran yang mereka laksanakan. Keterampilan
dasar mengajar utama meliputi: 1) Keterampilan membuka dan
menutup pelajaran, 2) Keterampilan menjelaskan, 3) Keterampilan
membimbing kelompok kecil, 4) Keterampilan menggunakan
variasi, 5) Keterampilan bertanya. 6) Keterampilan menggunakan
media, 7) Keterampilan mengelola kelas, dan 8) Keterampilan
mengajar kelompok kecil dan perorangan.
1) Keterampilan Bertanya
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan digunakan
dengan baik akan menjadi alat komunikasi yang baik antara
guru dan peserta didik. Oleh karena itu, guru, pengajar, dan
dosen harus menguasai setiap teknik membuat pertanyaan.
Mereka juga harus mendengarkan dengan baik apa yang
39. 20
diminta atau ditanya oleh peserta didik. Selain itu, mereka
mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap peserta
didik. Penguasaan keterampilan bertanya akan membantu guru,
pengajar, dan dosen untuk didik menjadi lebih aktif dalam
proses pembelajaran membuat peserta di kelas.
Strategi bertanya dalam aktivitas belajar dan mengajar yang
harus diperhatikan oleh guru, pengajar, dan dosen, antara lain:
pertanyaan harus jelas dan terarah untuk semua peserta didik,
memberikan waktu yang cukup bagi peserta didik untuk
menjawab, menghindari jawaban yang tidak sesuai dengan
pertanyaan, memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk menjawab, dan memotivasi siswa untuk mendengar
jawaban.
Keterampilan bertanya dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
keterampilan bertanya dasar, dan keterampilan bertanya lanjut,
di mana ini merupakan lanjutan dari bertanya dasar yang
menekankan pada usaha pengembangan kemampuan berpikir
para peserta didik.
Tujuan guru dalam memberikan pertanyaan adalah:
1. Membangkitkan minat dan keingintahuan peserta didik
terhadap suatu pokok bahasan.
2. Memusatkan perhatian peserta didik terhadap suatu pokok
bahasan
3. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat
peserta didik dalam belajar.
4. Mengembangkan keaktifan para peserta didik.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memahami informasi.
6. Mendorong siswa untuk mengemukakan informasi dalam
bidang diskusi.
7. Menguji dan mengukur hasil belajar peserta didik.
40. 21
8. Untuk mengetahui keberhasilan peserta didik dalam
pembelajaran.
Berdasarkan tujuan pertanyaan, terdapat beberapa jenis
pertanyaan:
1) Pertanyaan Compliance adalah pertanyaan yang membuat
siswa mengikuti perintah guru.
2) Pertanyaan retoris (Rhetorical) adalah pertanyaan yang
membutuhkan jawaban guru.
3) Pertanyaan mendorong (Prompting) adalah pertanyaan
yang mengarahkan peserta didik untuk berpikir.
4) Pertanyaan menyelidik (Probing) adalah pertanyaan
lanjutan yang memotivasi siswa untuk memperdalam
jawaban mereka.
5) Pertanyaan taksonomi bloom (Bloom's taxonomy) yang
meliputi pertanyaan pada level pengetahuan, pertayaan
pada level pemahaman, pertanyaan pada level aplikasi,
pertanyaan pada level analisis, pertanyaan pada level
sintesis, pertanyaan pada level evaluasi.
6) Pertanyaan berdasarkan tujuan.
2) Keterampilan Memberikan Penguatan
Memberikan penguatan adalah keterampilan khusus yang
dimiliki oleh guru, pengajar, dan dosen. Penguatan adalah
respons yang diberikan terhadap suatu perilaku yang dapat
meningkatkan kemungkinan mengulang perilaku itu. Tujuan
memberikan penguatan adalah untuk memotivasi peserta didik
agar lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Saud (2009: 64) mengemukakan beberapa tujuan
penguatan, yakni
1) Meningkatkan perhatian peserta didik dalam mengikuti
pelajaran,
2) Meningkatkan motivasi peserta didik,
41. 22
3) Membuat peserta didik menjadi lebih mudah untuk belajar,
4) Menghilangkan perilaku negatif peserta didik, dan
5) Meningkatkan perilaku positif peserta didik.
Oleh karena itu, poin utama memberikan penguatan adalah
respons terhadap perilaku positif dapat meningkatkan
kemungkinan peserta didik mengulang perilaku itu.
Asril (2010: 78) menyatakan beberapa keterampilan dalam
melakukan keterampilan penguatan, yaitu:
1. Menghindari komentar negatif. Jika peserta didik tidak dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan, jangan salahkan atau
menggertak mereka,
2. Menunjukkan perilaku yang hangat,
3. Melakukan dengan serius,
4. Menjadikan penguatan terkesan bermakna. Jika guru bertanya
dan peserta didik mampu menjawab dengan benar, guru harus
menguatkan peserta didik.
5. Perlu melakukan variasi, seperti: senyum, ucapan, gerakaan
tangan, dan lain-lain.
Keterampilan penguatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
1. Penguatan Verbal Hal ini biasanya ditunjukkan dengan
menggunakan pujian, penghargaan, perjanjian, dan lain-lain
sebagai contoh: "baik", "benar", "bagus" dan lain-lain.
2. Penguatan Non-verbal Penguatan ini biasanya ditunjukkan
dengan gestur tubuh. Contohnya: a) menaikkan tangan dan
tersenyum, b) mendekati, misainya: guru duduk dekat dengan
peserta didik, berdiri di dekat mereka, atau berjalan di dekat
mereka, c) dalam bentuk simbol, misalnya: memberikan kartu
berwarna, bintang, dan lain-lain., dan d) dengan melakukan
kegiatan yang menarik disukai oleh peserta didik, misalnya:
jika mereka dapat menyelesaikan pekerjaan dengan baik,
mereka akan diminta untuk membantu teman-teman mereka.
42. 23
Setengah penguatan dapat diberikan kepada peserta didik apabila
iawaban mereka tidak benar-benar tepat. Dalam hal ini, guru tidak
harus menyalahkan mereka. Guru merespons dengan memberikan
penguatan agar peserta didik tidak merasa jera untuk berpartisipasi
dalam proses pembelajaran. Contoh respons penguatan: "Ya,
jawaban Anda benar, tapi perlu dikoreksi." Oleh karena itu, peserta
didik akan tahu bahwa jawaban mereka tidak benar-benar tepat dan
mereka akan termotivasi untuk memperbaikinya.
Penggunaan penguatan secara efektif harus memerhatikan tiga poin
penting: kehangatan dan efektivitas, kebermaknaan, dan
menghindari penggunaan respons yang bernada negatif.
3. Ketrampilan Mengadakan Variasi
Jika proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan dan teknik
yang monoton, biasanya ini akan menimbulkan kebosanan di kalangan
para peserta didik. Misalnya, kondisi pembelajaran, kinerja dan materi
yang disampaikan oleh guru kurang menarik. Memperbaik gaya
mengajar bukanlah satu-satunya cara untuk mengatasi masalah
tersebut. Dalam hal ini guru harus menggunakan variasi dalam
kegiatan belajar dan mengajar. Variasi stimulus merupakan aktivitas
yang dilakukan oleh guru yang bertujuan mengatasi kebosanan para
peserta didik dan meningkatkan perhatian mereka. Beberapa manfaat
dari menguasai keterampilan menggunakan variasi adalah:
1. Menarik perhatian peserta didik.
2. Melibatkan peserta didik untuk berpartisipasi dalam setiap
kegiatan belajar mengajar.
3. Membangun sikap positif peserta didik dengan memvariasikan
gaya mengajar.
4. Memfasilitasi perbedaan keinginan dan gaya belajar para peserta
didik.
Guru harus mengetahui dan memahami penggunaan variasi dalam
kegiatan belajar mengajar. Keterampilan menggunakan variasi dalam
43. 24
mengajar terkait dengan penguasaan metode pengajaran dan
keterampilan bertanya. Keterampilan menggunakan variasi
direncanakan dan dibuat dalam rencana pelaksanaan pengajaran.
Menguasai keterampilan menggunakan variasi sangat penting dalam
proses pembelajaran, namun keterampilan ini harus fleksibel dan
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berikut ini tiga jenis
keterampilan menggunakan variasi:
1. Variasi gaya pengajaran (Teaching style variation) Guru dapat
memodifikasi variasi dengan melakukan variasi suara,
memfokuskan perhatian siswa, diam, kontak dan gerakan mata,
gestur tubuh, dan inovasi guru.
2. Variasi interaksi guru-siswa (Teacher-Student Interaction
Variation) Interaksi guru-siswa bervariasi dari kegiatan yang
didominasi oleh guru sampai kegiatan yang dilakukan oleh
peserta didik Hal ini bergantung kepada keterampilan guru dalam
mengelola pembelajaran. Interaksi antarguru dan siswa bertujaan
untuk mengatasi kebosanan dan menghidupkan suasana dan
aktivitas pensbelajaran di kelas.
3. Variasi Media Pengajaran (Teaching Media Variation) Beberapa
cara yang berbeda-beda dalam menggunakan media
pembelajaran, seperti:
a. Variasi alat bantu visual, seperti: grafik, poster, gambar,
slide, dan lain-lain.
b. Variasi alat bantu pendengaran, seperti: rekaman suara guru,
musik, dan lain-lain.
c. Variasi alat bantu audio visual, seperti: TV, film, proyektor,
dan lain-lain.
d. Variasi alat bantu lainnya, seperti: spesimen, patung, topeng,
wayang, dan lain-lain.
3) Keterampilan Menjelaskan
44. 25
Keterampilan menjelaskan adalah keterampilan guru,
pengajar, dan dosen dalam memberikan informasi secara lisan
yang dikelola secara sistematis untuk menunjukkan korelasi
antara materi pelajaran. Ciri utama keterampilan menjelaskan
adalah penjelasan yang sistematis dan terorganisasi dengan
baik. Keterampilan menjelaskan sangat penting dikuasai oleh
guru dalam menunjang proses pembelajaran di kelas.
Umumnya, komunikasi lisan dan interaksi di kelas didoninasi
oleh guru. Oleh karena itu, kegiatan utama guru, pengajar, dan
dosen adalah memberikan informasi sehingga dalam
menjelaskannya diperlukan penggunaan bahasa yang jelas dan
efektif.
Di samping itu, materi buku ajar yang kompleks sering sulit
dipahami oleh para peserta didik sehingga mereka tidak bisa
mencerna informasi bacaan dengan baik. Dalam hal ini, guru
berperan aktif dalam memberikan ulasan materi kepada para
peserta didik untuk membantu dalam meningkatkan
pemahaman mereka. Ada beberapa komponen yang barus
diperhatikan dalam menjelaskan materi, meliputi:
merencanakan ansan yang akan diberikan, menggunakan
contoh, memberikan ulasan bahan atau materi pelajaran yang
paling penting dan menanyai peserta didik tentang materi
pelajaran yang mereka tidak mengerti.
Gilarso dalam Asril (2010) menyatakan bahwa komponen
menjelaskan berkaitan dengan orientasi, bahasa yang
sederhana, banyak contoh yang relevan, memiliki struktur yang
jelas, memiliki variasi dalam menjelaskan, melakukan latihan,
dan mendapat umpan balik Tujuan akhir dari menjelaskan tidak
hanya mengajarkan tentang pengetahuan, tetapi juga untuk
melatih peserta didik dalam proses dan teknik berpikir.
45. 26
Adapun komponen keterampilan dasar menjelaskan adalah
sebagai berikut:
1) Komponen merencanakan
2) Penyajian suatu penjelasan
3) Pemberian tekanan
4) Penggunaan balikkan.
Tujuan keterampilan menjelaskan (Sukirman, 2010):
1. Membimbing peserta didik dalam memahami materi yang
dipelajari.
2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dalam
memecahkan permasalahan.
a) Memberikan balikan kepada peserta didik mengenai
tingkat pemahamannya dan untuk mengantisipasi
kesalahpahaman.
b) Membimbing peserta didik untuk menghayati dan
mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-
bukti dalam pemecahan masalah.
c) Menolong peserta didik untuk memahami hukum, dalil,
dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
Prinsip keterampilan dasar menjelaskan dalam pengajaran
mikro seperti yang dinyatakan oleh Wardani (1984) yakni:
1. Penjelasan dapat diberikan sebelum, selama, dan setelah
aktivitas pembelajaran,
2. Penjelasan harus relevan dengan tujuan,
3. Guru dapat memberikan penjelasan jika terdapat peserta
didik,
4. Pertanyaan atau penjelasan telah dirancang oleh guru,
5. Penjelasan harus bermakna bagi siswa, dan
6. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan
kemampuan para peserta didik.
46. 27
Di sisi lain, terkait dengan Kurikulum 2013,
keterampilan menjelaskan bukan tentang pembelajaran
yang bersifat teacher-centered yang menuntut guru untuk
menjelaskan lebih banyak hal tentang teori. Keterampilan
menjelaskan adalah tentang kemampuan guru untuk
membuat peserta didik memahami tentang apa yang mereka
pelajari melalui penjelasan dengan memberikan contoh dari
teori. Harapannya, dengan melakukan ini para peserta didik
dapat menunjukkan pemahaman tentang apa yang mereka
pelajari dan mereka juga secara aktif akan bertanya kepada
guru, pengajar, dan dosen tentang apa yang mereka tidak
mengerti.
4) Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
1. Membuka Pelajaran (Set Induction)
Komponen pertama dalam mengajar adalah
membuka pelajaran. Guru, pengajar, dan dosen
mempersiapkan para peserta didik baik secara fisik maupun
psikis agar mereka siap menerima pelajaran. Dalam hal ini,
para peserta didik dimotivasi dan dikenalkan tentang bahan
ajar melalui apersepsi sehingga mereka akan merasa tertarik
untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Siasat membuka
pelajaran adalah suatu upaya atau kegiatan mengondisikan
para peserta didik agar mereka termotivasi dan
memerhatikan apa yang mereka pelajari. Hal tersebut
bertujuan untuk memberikan efek positif terhadap proses
belajar dan mengajar (PBM).
Siasat membuka pelajaran adalah kunci dari seluruh
kegiatan belajar mengajar karena jika guru dalam sesi ini
tidak dapat menarik perhatian siswa maka tujuan
pembelajaran mungkin tidak akan dapat tercapai dengan
baik. Siasat membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh
47. 28
guru di awal kegiatan pembelajaran, tetapi juga dalam
kegiatan inti pelajaran. Hal ini dapat dilakukan antara lain:
dengan menyebutkan tujuan yang akan dicapai,
membangkitkan minat siswa, memberikan referensi, dan
membuat hubungan antara materi ajar yang akan dikuasai
oleh siswa dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Wardani
(1984) seperti dikutip dalam Asril (2010: 70) menyatakan
bahwa poin utama dari keterampilan membuka pelajaran
adalah mempersiapkan mental peserta didik untuk
menghadapi masalah pembelajaran yang akan dibahas, dan
menumbuhkan ketertarikan serta perhatian mereka dalam
aktivitas pembelajaran.
2. Menutup Pelajaran (Closure)
Kegiatan menutup pelajaran adalah aktivitas yang
dilakukan Malam mengakhiri proses pembelajaran dengan
merangkum materi Yang diajarkan. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh para pendidik, kemajuan
belajar terbesar terjadi di akhir kegiatan belajar dan
mengajar dengan memberikan rangkuman pelajaran utama.
Kegiatan ini tidak dilakukan di akhir pelajaran, tetapi
dilakukan di setiap akhir materi pelajaran selama satu jam.
Kegiatan utama dalam menutup pelajaran adalah membuat
rangkuman materi pelajaran, mengonsolidasikan perhatian
peserta didik kepada permasalahan utama dalam diskusi
sehingga informasi yang mereka peroleh dapat
menumbukan ketertarikan dan kemampuan mereka untuk
mempelajari materi baru yang akan dipelajari berikutnya,
dan memberikan umpan balik dalam bentuk saran untuk
mempelajari materi pelajaran baru.
48. 29
3. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok
Membimbing diskusi kelompok merupakan proses
instruksional biasa ang melibatkan kelompok peserta didik
dalam berinteraksi penuh secara kooperatif dengan tujuan
untuk berbagi informasi atau pengalaman dalam mengambil
keputusan. Dalam hal ini, peserta didik melakukan diskusi
dalam diskusi kelompok yang dipandu oleh guru, pengajar,
dan dosen atau teman-teman mereka.
Berikut ini beberapa komponen yang harus diperhatikan
dalam diskusi kelompok:
1) Memfokuskan perhatian peserta didik terhadap tujuan
dan topik diskusi seperti: mengusulkan topik,
menyatakan masalah, dan menulis kesalahan yang
keluar dari tujuan,
2) Meringkas masalah agar lebih jelas dan mudah
dipahami, dan menjelaskan pendapat peserta didik
dengan memberikan informasi yang jelas,
3) Menganalisis pendapat peserta didik, alasan mereka
menyatakan pendapat tersebut, dan memperjelas hal
yang telah disepakati,
4) Mengarahkan pikiran peserta didik dengan memberi
mereka beberapa pertanyaan yang menantang agar
mereka berpikir lebih dalam, memberi mereka contoh
verbal dan waktu untuk berpikir,
5) Memberikan siswa kesempatan untuk berpartisipasi
dalam diskusi, dan
6) Menutup diskusi dengan meringkas, memberikan
umpan balik, dan mengevaluasi hasil diskusi.
Beberapa hal yang harus dihindari selama melakukan
diskusi diskusi kelompok, antara lain:
49. 30
1) Guru, pengajar, dan dosen melakukan dominasi dalam
diskusi.
2) Membiarkan satu peserta didik mendominasi diskusi.
3) Diskusi kelompok tidak menghasilkan keputusan atau
hasil.
4) Membiarkan para peserta didik untuk tidak bertanya
apa-apa.
5) Guru, pengajar, dan dosen tidak membuat bahan yang
jelas.
6) Memberikan dukungan terhadap cara berpikir diskusi
kelompok vane salah.
7) Gagal mengakhiri diskusi secara efektif.
4. Ketrampilan Mengelola Kelas
Melalui keterampilan ini, guru, pengajar, dan dosen
dapat menciptakan dan menjaga aktivitas belajar mengajar
berada dalam kondisi optimal, dan mengembalikan keadaan
kelas menjadi baik jika terjadi masalah selama proses
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, Asril (2010:
74) mengategorikan keterampilan mengelola kelas menjadi
dua bagian, yaitu:
1) Keterampilan yang bertujuan untuk menciptakan dan
memelihara kegiatan belajar dan mengajar dalam
kondisi optimal:
a. Menunjukkan perhatian kepada siswa Peserta didik
dapat merasakan bahwa guru, pengajar, dan dosen
selalu ada bersama dengan mereka dan mengetahui
apa yang mereka lakukan. Dalam hal ini, guru dapat
mengamati kelas, mendekati peserta didik,
memberikan mereka pertanyaan, dan bereaksi
terhadap keributan atau kebisingan yang disebabkan
oleh peserta didik.
50. 31
b. Membagi perhatian dengan semua peserta didik
Manajemen kelas yang baik ditunjukkan oleh
efektivitas perhatian yang diberikan secara adil
terhadap peserta didik. Hal ini dapat dilakukan baik
seçara visual maupun verbal.
c. Memberikan instruksi yang jelas
d. Mengatasi peserta didik yang bermasalah secara
lisan dan efektif dengan memakai kriteria berikut:
1. Membuat instruksi secara eksplisit dan jelas
diarahkan kepada peserta didik yang membuat
kebisingan.
2. Menghindari pernyataan kasar atau bully.
3. Menghindari pembicaraan yang tidak penting.
e. Memberikan penguatan Hal ini dapat dilakukan
untuk peserta didik yang membuat dan tidak
membuat masalah.
2) Keterampilan mengelola kelas untuk mempertahankan
kondisi optimal pembelajaran Hal ini terkait dengan
respons guru, pengajar, dan dosen terhadap peserta
didik yang membuat masalah secara terus-menerus.
Mereka melakukan perbaikan untuk menghidupkan
kembali kondisi optimal pembelajaran. Asril (2010: 75)
menyatakan beberapa strategi yang dapat diterapkan
oleh guru dalam mengelola kelas, termasuk:
a. Memodifikasi Perilaku
Dalam hal ini, guru, pengajar dan dosen membuat
daftar perilaku negatif peserta didik, memilih norma
yang sesuai untuk mengatasi perilaku tersebut dan
menjadikan mereka target dalam program remedial,
bekerja sama dengan mitra dan konselor, memilih
perilaku peserta didik yang harus diubah dan
51. 32
memberikan berbagai variasi penguatan. Mengelola
Kelompok Hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pendekatan pemecahan masalah yang
dipandu oleh guru, pengajar, dan dosen guna
mempercepat tugas dan mempertahankan kerja
kelompok.
b. Menemukan dan Memecahkan Masalah
c. Dalam tahap ini, guru menolak apa yang telah
direncanakan terlibat dalam menangani
permasalahan siswa dan mengawasi secara
langsung, memahami apa yang membuat siswa
melakukan perilaku negatif, mengatasi masalah,
menyusun ulang masalah dalam pembelajaran dan
menghilangkan sumber permasalahan.
Kesalahan dalam mengelola kelas berikut ini harus
diperhatikan oleh para guru, pengajar, dan dosen:
1. Guru, pengajar, dan dosen terlalu banyak terlibat dalam
permasalahan peserta didik.
2. Keheningan guru dapat memecahkan perhatian peserta
didik
3. Cara membuka (set induction) dan menutup (closure) yang
tidak pantas. Guru, pengajar, dan dosen berbicara sesuatu
yang keluar dar tujuan pembelajaran, dan guru membahas
hal-bhal yang sama secara berulang-ulang, membuat
ringkasan penjelasan secara bertele-tele dan membahas
suatu hal tidak penting dalam proses pembelajaran secara
terus-menerus.
Sabri (2010: 87-88) menjelaskan beberapa prinsip pengelolaan
kelas sebagai berikut:
52. 33
1. Sympathy and Enthusiasm. Dengan melakukan hal ini,
guru, pengajar, dan dosen dapat menciptakan kegiatan
pembelajaran yang menarik.
2. Challenge. Penggunaan materi yang menantang akan
meningkatkan kemauan peserta didik dalam belajar
sehingga dapat mengurangi perilaku negatif mereka.
3. Using variation. Dengan memberikan variasi penggunaan
media pengajaran, gaya, dan interaksi, guru, pengajar, dan
dosen dapat mengelola kelas dengan baik dan menghindari
kebosanan
4. Flexibility. Hal ini dapat menghindarkan masalah siswa dan
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
5. Guru harus menekankan hal-hal positif selama pelaksanaan
proses pembelajaran.
6. Self-discipline. Pengembangan disiplin diri merupakan
tujuan penting dari manajemen kelas sehingga guru harus
mendorong siswa untuk berdisiplin. Guru, pengajar, dan
dosen harus menjadi model atau contoh yang baik bagi
peserta didiknya.
5. Keterampilan Mengajar Individu dan Kelompok Kecil
Keterampilan mengajar individu dan kelompok
kecil dapat dilakukan jika ada pembatasan jumlah peserta
didik di kelas, sekitar tiga sampai delapan orang peserta
didik. Keterampilan ini memungkinkan guru untuk lebih
memerhatikan setiap siswa di dalam kelas. Selain itu, siswa
akan lebih aktif di dalam kelas dengan menunjukkan
tanggung jawab yang lebih besar, kreativitas, dan
kepemimpinan.
Kombinasi klasikal dan keterampilan mengajar kelompok
kecil individu akan memberikan kemungkinan keberhasilan
yang lebih baik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
53. 34
Oleh karena itu, penguasaan keterampilan ini menjadi salah
satu kebutuhan yang sangat penting untuk menjadi seorang
guru profesional.
Komponen keterampilan mengajar individu dan kelompok kecil:
1. Keterampilan Mengadakan Pendekatan Pribadi.
Dalam hal ini, guru menunjukkan simpati kepada kebutuhan
peserta didik baik individu maupun kelompok, mendengarkan
ide dan pendapat para peserta didik serta memberikan respons
positif terhadap mereka, membangun kepercayaan,
menunjukkan kesiapan dalam membantu peserta didik,
memahami perasaan mereka, dan mengelola dan menjaga
kondisi pembelajaran di kelas sehingga peserta didik akan
merasa nyaman dan mampu mengatasi permasalahan yang
mereka hadapi.
2. Keterampilan Mengorganisasikan Kegiatan Pembelajaran.
Guru memberikan orientasi umum tentang tujuan
pembelajaran, tugas, variasi kegiatan, mengatur kelompok yang
cocok, mengoordinasikan kegiatan, memerhatikan setiap
peserta didik, dan mengakhiri kegiatan dengan menunjukkan
prestasi belajar mereka.
3. Keterampilan Membimbing dan Memberi Kemudahan Belajar.
Guru mendorong peserta didik untuk maju, mengembangkan
pengawasan dari titik awal proses pembelajaran dengan
memastikan semua rencana kegiatan belajar dan mengajar
berlangsung dengan baik, melakukan pengawasan berikutnya
dengan berfokus pada pemberian bantuan mengatasi masalah
yang dihadapi peserta didik dalam belajar, dan membimbing
dan melakukan pengawasan dengan fokus pada pencapaian
tujuan seluruh aktivitas pembelajaran.
4. Keterampilan Merancang dan Melaksanakan Kegiatan
Pembelajaran.
54. 35
Guru membantu siswa untuk memutuskan tujuan pembelajaran
dan merangsang mereka untuk mencapai tujuan tersebut, dan
merencanakan kegiatan pembelajaran dengan
mempertimbangkan: kriteria prestasi, langkah kerja, waktu, dan
kondisi belajar, bertindak sebagai konselor siswa jika
diperlukan, dan membantu siswa untuk mengevaluasi prestasi
dan kemajuan mereka sehingga peserta didik mengetahui
kemampuan diri mereka melalui penilaian yang diberikan oleh
gurunya.
3. Kecerdasan Buatan
a. Pengertian Kecerdasan Buatan
Kecerdasan buatan (artificial intelligence) adalah bagian
dari ilmu komputer yang mempelajari tentang bagaimana sebuah
komputer bisa dibuat dengan sedemikian rupa agar dapat
melakukan pekerjaan seperti dan sebaik yang dilakukan oleh
manusia. Menurut John McCarthy (1956), kecerdasan buatan
adalah suatu sistem komputer yang terbentuk untuk mengetahui
dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain
mesin agar dapat menirukan perilaku manusia. Manusia bisa dengan
pandai menyelesaikan masalah-masalah yang muncul karena
manusia memiliki pengetahuan dan pengalaman yang dapat
membantu dalam memecahkan masalah. Agar komputer dapat
bertindak seperti dan sebaik manusia maka komputer diberikan
pengetahuan dan kemampuan untuk menalar agar dapat
mendapatkan pengalaman seperti layaknya manusia.
Ada tiga tujuan kecerdasan buatan, yaitu: membuat
komputer lebih cerdas, mengerti tentang kecerdasan, dan membuat
mesin lebih berguna. Yang dimaksud kecerdasan adalah
kemampuan untuk belajar atau mengerti dari pengalaman,
memahami pesan yang kontradiktif dan ambigu, menanggapi
dengan cepat dan baik atas situasi yang baru, menggunakan
55. 36
penalaran dalam memecahkan masalah serta menyelesaikannya
dengan efektif (Winston dan Prendergast,1994).
Apa itu kecerdasan buatan? Beberapa buku telah mendefinisikan
tentang kecerdasan buatan, dan dapat dikelompokkan menjadi
empat bagian, yaitu:
a. Sebuah sistem yang berpikir sepertimanusia
b. Sebuah sistem yang dapat berpikir secararasional
c. Sebuah sistem yang berperilaku sepertimanusia
d. Sebuah sistem yang dapat berperilaku secararasional
Lebih jauh lagi, berikut adalah beberapa definisi mengenai
kecerdasan buatan yang dapat diketahui, yaitu: Menurut Rich dan
Knight (1991, p3)
a. Kecerdasan buatan merupakan ilmu yang memp elajari
bagaimana membuat sebuah komputer dapat mengerjakan
sesuatu yang masih lebih baik dikerjakan manusia.
b. Menurut Rolston (1988, p15)
Kecerdasan buatan merupakan solusi berbasis komputer
terhadap masalah yang ada, yang menggunakan aplikasi yang
mirip dengan proses berpikir menurut manusia.
c. Menurut Setiawan (1993, p1)
Kecerdasan buatan dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu
komputer yang mempelajari otomisasitingkah laku cerdas.
Terdapat dua bagian utama yang diperlukan agar dapat melakukan
aplikasi kecerdasan buatan, seperti dapat terlihat pada Gambar 2. 1,
yaitu:
1) Basis pengetahuan (knowledge base), yang berisi fakta,
teori, pemikiran, dan hubungan satu dengan yang lainnya,
2) Motor inferensi (inference engine), yang berupa
kemampuan mesin untuk menarik kesimpulan berdasarkan
pengalaman.
56. 37
3) menarik kesimpulan berdasarkan pengalam
Gambar 2. 1 Penerapan Konsep Kecerdasan Buatan di Komputer
(Turban dan Frenzel, 1992, p12)
b. Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Salah satu bentuk kemajuan yang sangat pesat dari
perkembangan IPTEK di dunia adalah teknologi kecerdasan
buatan. Dengan ruang lingkup yang sangat luas, teknologi
kecerdasan buatan dimanfaatkan dalam berbagai macam bidang
berdasarkan kebutuhan. Sementara itu sekarang juga berkembang
alat (tool) kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang
berpotensi dapat digunakan untuk menganalisis video. Alat
kecerdasan buatan tersebut di antaranya adalah untuk pengenalan
sendi (gait recognition), pengenalan suara (voice recognition) dan
pengenalan wajah (face recognition). Pengenalan Wajah adalah
salah satu tehnik biometric yang memungkinkan komputer atau
mesin authentik untuk mengenal wajah manusia. Salah satu
aplikasi dari pengenalan wajah adalah pengenalan banyak wajah,
yaitu pengenalan wajah dari suatu citra yang terdiri dari banyak
wajah. Untuk membedakan beberapa wajah manusia dalam suatu
citra sangat sulit bagi sistem pengenalan wajah. Selain itu juga
terdapat beberapa masalah pada sistem pengenalan wajah otomatis,
yaitu ekspresi wajah, iluminasi atau pencahayaan dan jarak. Sistem
pengenalan banyak wajah merupakan salah satu solusi dari
permasalahan ini. Multi face recognition mengambil karakteristik
alami yang ada pada tiaptiap wajah untuk dikenali. Ada tiga tahap
untuk melakukan face recognition, yaitu deteksi wajah, ekstraksi
ciri dan klasifikasi. Deteksi wajah adalah suatu langkah dalam face
57. 38
recognition untuk menemukan posisi wajah dari sebuah citra yang
akan di ekstraksi selanjutnya. Ekstraksi ciri adalah langkah untuk
menentukan karakteristik alami dari suatu wajah yang selanjutnya
akan diklasifikasi atau dikenali.
4. Profil Karakter Calon Guru
a. Kepercayaan Diri
1) Pengertian Kepercayaan Diri
Kepercayaan diri pada dasarnya adalah kemampuan dasar
untuk dapat menentukan arah dan tujuan hidupnya (Angelis,
1997). Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Anthony
(1992) kepercayaan diri merupakan sikap pada diri seseorang
yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan
kesadaran diri, berpikir secara positif, memiliki kemandirian
dan kemampuan untuk memiliki serta mencapai segala sesuatu
yang diinginkannya. Rasa percaya diri adalah dimensi evaluatif
yang menyeluruh dari diri sehingga rasa percaya diri juga
disebut sebagai harga diri atau gambaran diri. (Santrock, 2003).
Lauster (1992) mengemukakan aspek-aspek kepercayaan diri
yang positif, yaitu:
a. Keyakinan akan kemampuan diri, yaitu sikap positif
individu tentang dirinya bahwa ia mengerti sungguh-
sungguh akan apa yang dilakukan.
b. Optimisme, yaitu sikap positif individu yang selalu
berpandangan baik dalam menghadapi segala hal tentang
diri, harapan, dan kemampuan.
c. Objektif , yaitu sikap individu yang memandang
permasalahn ataupun segala sesuatu sesuai dengan
kebenaran pribadi atau menurut dirinya sendiri benar.
d. Bertanggung jawab, yaitu kesediaan individu untuk
menanggung segala sesuatu yang telah menjadi
58. 39
konsekuensinya.
e. Rasional dan realistis, yaitu kemampuan menganalisa suatu
masalah, sesuatu hal, sesuatu kejadian dengan
menggunakan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan
sesuai dengan kenyataan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kepercayaan diri adalah suatu keyakinan atas kemampuan diri
sendiri sehingga dalam perbuatannya tidak merasa cemas,
memiliki kehendak bebas untuk melakukan hal-hal yang
diinginkan dan bertanggung jawab atas apa yang diperbuat,
serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri.
2) Aspek Aspek Kepercayaan Diri
Lauster (1992: 14) berpendaat bahwa kepercayaan diri yang
sangat berlebihan, bukanlah sifat yang positif. Pada umumnya
akan menjadikan orang tersebut kurang berhati-hati dan akan
berbuat seenaknya sendiri. Hal ini menjadi sebuah tingkah laku
yang menyebabkan konflik dengan orang lain. Seseorang yang
bertindak dengan kepercayaan diri yang berlebihan sering
memberikan kesan kejam dan lebih banyak punya lawan dari
pada teman. Ghufron (2010: 35) mengemukakan banhwa orang
yang mempunyai kepercayaan diri tinggi akan mampu bergaul
secara fleksibel, mempunyai toleransi yang cukup baik, bersifat
positif dan tidak mudah terpengarauh orang lain dalam
bertindak serta mampu menentukan langkah-langkah pasti
dalam kehidupannya.
Lugo dan Hersey (1981) mengatakan bahwa orang yang
percaya diri akan bekerja keras dalam menghadapi tantangan,
tidak ragu-ragu, mandiri dan kreatif, berani menyampaikan
perasaan yang sebenarnya kepada orang lain tanpa disertai
kecemasan apalagi akan diterima atau ditolak oleh orang lain
baik tua, muda maupun anak-anak, sudah dikenal maupun
59. 40
belum, dalam suasana santai maupun formal.Individu yang
mempunya kepercayaan diri yang tinggi akan terlihat lebih
tenang, tidak memiliki rasa takut, dan mampu memperlihatkan
kepercayaan dirinya setiap saat.Menurut lauster (dalam Safitri,
2010:34-36) orang yang memiliki kepercayaan diri yang positif
adalah disebutkan di bawah ini.
a. Percaya pada kemampuan sendiri
Suatu keyakinan atas diri sendiri terhadap segala fenomena
yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan
individu untuk mengevaluasi serta mengatasi fenomena
yang terjadi tersebut. Kemampuan adalah potensi yang
dimiliki seseorang untuk meraih atau dapat diartikan
sebagai bakat, kreativitas, kepandaian, prestasi,
kemimpinan dan lain-lain yang dipakai untuk mengerjakan
sesuatu.
Kepercayaan atau keyakinan pada kemampuan yang ada
pada diri seseorang adalah salah satu sifat orang yang
percaya diri. Apabila orang yang percaya diri telah
meyakini kemampuan dirinya dan sanggup untuk
mengembangkannya, rasa percaya diri akan timbul bila kita
melakukan kegiatan yang bisa kita lakukan. Artinya
keyakinan dan rasa percaya diri itu timbul pada saat
seseorang mengerjakan sesuatu dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
b. Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan
Dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri
yang dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya
keterlibatan orang lain dan mampu untuk meyakini tindakan
yang diambil. Individu terbiasa menentukan sendiri tujuan
yang bisa dicapai, tidak selalu harus bergantung pada orang
lain untuk menyelesaikan masalah yang ia hadapi. Serta
60. 41
mempunyai banyak energi dan semangat karena
mempunyai motivasi yang tinggi untuk bertindak mandiri
dalam mengambil keputusan seperti yang ia inginkan dan
butuhkan.
c. Memiliki rasa positif terhadap diri sendiri
Adanya penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik
dari pandangan maupun tindakan yang dilakukan yang
menimbulkan rasa positif terhadap diri sendiri. Sikap
menerima diri apa adanya itu akhirnya dapat tumbuh
berkembang sehingga orang percaya diri dan dapat
menghargai orang lain dengan segala kekurangan dan
kelebihannya. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri,
jika mendapat kegagalan biasanya mereka tetap dapat
meninjau kembali sisi positif dari kegagalan itu. Setiap
orang pasti pernah mengalami kegaglan baik kebutuhan,
harapan dan cita-citanta.Untuk menyikapi kegagalan dengan
bijak diperlukan sebuah keteguhan hati dan semangat untuk
bersikap positif.
d. Berani mengungkapkan pendapat
Adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu
dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa
adanya paksaan atau rasa yang dapat menghambat
pegungkapan tersebut. Individu dapat berbicara di depan
umum tanpa adanya rasa takut, berbicara dengan memakai
nalar dan secara fasih, dapat berbincang-bincang dengan
orang dari segala usia dan segala jenis latar belakang. Serta
menyatakan kebutuhan secara langsung dan terusterang,
berani mengeluh jika merasa tidak nyaman dan dapat
berkampanye didepan orang banyak.
Dari beberapa aspek kepercayaan diri diatas maka dapat
disimpulkan bahwa dalam kepercayaan diri memiliki empat aspek
61. 42
diantaranya a) percaya pada kemampuan diri sendiri, b) bertindak
mandiri dalam mengambil keputusan, c) memiliki rasa positif
terhadap diri sendiri, d) berani mengungkapkan pendapat.
3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan Diri
Loekmono (dalam Asmadi Alsa, 2010) juga
mengemukakan bahwa kepercayaan diri tidak terbentuk dengan
sendirinya melainkan berkaitan dengan kepribadian seseorang.
Kepercayaan diri dipengaruhi oleh faktor- faktor yang berasal
dari dalm individu sendiri, norma dan pengalaman keluarga,
tradisi, kebiasaan dan lingkungan sosial atau kelompok dimana
keluarga itu berasal.
Rasa percaya diri dipengaruhi juga oleh beberapa faktor yang
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal (dalam Ghufron, 2010:24-27):
a) Faktor Eksternal
a. Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi percaya diri individu.
Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa
tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat
individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai,
sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi
cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu
bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan
mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa
percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan
situasi dari sudut kenyataan.
b. Pekerjaan
Bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan
kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul
dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang
62. 43
diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena
mampu mengembangkan kemampuan diri.
c. Lingkungan
Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Dukungan yang baik yang
diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota
kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan
memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi.
Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin
bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat,
maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi,
1995).
b) Faktor Internal
a. Konsep Diri
Terbentuknya percaya diri pada seseorang diawali
dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh
dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi
(1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya
sendiri. Individu yang mempunyai rasa rendah diri
biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya
individu yang mempunyai rasa percaya diri akan
memiliki konsep diri positif.
b. Harga Diri
Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri
sendiri. Individu yang memiliki harga diri tinggi akan
menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya
serta mudah mengadakan hubungan dengan individu
lain. Individu yang mempunyai harga diri tinggi
cenderung melihat dirinya sebagai individu yang
berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima
orang lainsebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan
63. 44
tetapi individu yang mempuyai harga diri rendah
bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya
terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam
pergaulan.
c. Kondisi fisik
Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada rasa
percaya diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan
fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri
dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga
berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat
menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
d. Pengalaman hidup
Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri
diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah
paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah
diri. Apalagi jika pada dasarnya individu memiliki rasa
tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.
b. Antusias
1) Pengertian Antusias
Antusiasme adalah suatu energi, sumber bahan bakar tubuh,
kobaran api yang mendukung suatu usaha menjadi berhasil.
Antusiasme adalah minat yang besar terhadap sesuatu yang
ditunjukkan dengan rasa gembira yang tinggi, dan gairah
semangat yang besar. Kata antusiasme berasal dari bahasa
Yunani yakni Entheos yang berarti "Tuhan dalam" atau
"diilhami oleh Allah".
Menurut Mujahid (2012), antusiasme adalah suatu
perasaan, bentuk kesadaran terhadap relasi antara manusia dan
sumber kekuatan dalam memperoleh tujuan. Antusiasme
adalah kepercayaan dan harmoni, kesadaran terhadap relasi
antara manusia dan sumber kekuatan dalam memperoleh suatu
64. 45
hal yang diinginkan. Oleh karena itu manusia perlu berbicara
menggunakan antusiasme dan perilaku positif dan bertindak
dengan kepercayaan. Energi pada manusia dapat dibagikan.
Sama seperti energi, antusiasme juga dapat menular dengan
sendirinya kepada orang- orang di sekitar kita. Antusiasme
akan mendorong manusia untuk maju ke depan dan
memenangkan diri dalam suatu perjuangan.
Berdasarkan kajian para ahli diatas, dapat disimpilkan
bahwa antusias adalah pilihan dari perasaan yang muncul yang
dipilih kemudian dilanjutkan dan diperkuat, karena antusiasme
dapat dihasilkan dari dan dalam diri kita sendiri atau oleh
keadaan di luar diri, paling kuat adalah pilihan dari dalam diri
manusia sendiri, karena ketika manusia telah memutuskan
untuk memilih untuk menjadi seorang yang berantusias, maka
akan dijalankan program dalam pikiran yang langsung
menghasilkan energi yang positif.
Sebagai seorang guru perlu memiliki motivasi, antusias dan
perasaan sehingga dalam proses pembelajaran ataupun aktivitas
bersama siswa, mereka bisa terus bekerja dan melakukan
pekerjaan mereka dengan sukacita. Antusiasme harus dibawa
ke guru sendiri atau siapa saja yang memiliki tujuan untuk
ingin bekerja dengan gembira, bahagia, dan nyaman untuk
mencapai kesuksesan.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Antusias
Dalam perannya sebagai agen-agen perubahan, guru yang
antusias harus memiliki karakteristik dasar atau kemampuan
dan kompetensi dalam melakukan pengajaran. Menurut Indah
(1993), kemampuan yang melekat dalam diri guru sebagai
seorang agen perubahan, digambarkan melalui empat dasar
kapasitas. Karakter dasar dari empat kapasitas tersebut adalah:
pengembangan visi pribadi, penyelidikan kebiasaan,