1. TINJAUAN PUSTAKA DIVISI PENYAKIT INFEKSI
MASALAH RESISTENSI
ANTIBIOTIKA
OLEH:
I Nyoman Wande / Prihatini
1
2. PENDAHULUAN
Antibiotika: susbtansi yang dihasilkan
oleh bakteri/jamur untuk membunuh
bakteri lain.
Ditemukan oleh Alexander Fleming pada
tahun 1928.
• Produksi penicillin oleh penicillium notatum
(1940)
Pada tahun 1940: juga ditemukan strain
bakteri yang resisten terhadap penicillin.
2
3. PENDAHULUAN
Perbedaan resistensi AB dengan
antibiotic tolerance:
1. Resistensi AB: bakteri terus tumbuh
pada konsentrasi AB yang memadai
2. Antibiotic tolerance: pertumbuhan
bakteri terhenti jika konsentrasi AB
cukup dan tumbuh kembali jika
konsentrasi turun.
3
4. PENDAHULUAN
Kriteria bakteri resisten
terhadap antibiotika (AB)
Klinis: Laboratoris:
Tidak ada respon Pertumbuhan
perbaikan dengan bakteri tidak
pemberian AB dapat dihambat
dengan
pemberian AB
4
5. PENDAHULUAN
Penelitian di Indonesia:
1. Usman dkk (1981) di Jakarta: bakteri
coccus usap tenggorokan anak sehat
resisten terhadap
tetracyclin, streptomycin dan sulfadiazin.
2. Iswara (1983) di Medan: penggunaan
Ampicillin dan penicillin kurang
memuaskan.
5
6. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB
Gen yang resisten AB meluas setelah
penggunaan AB secara luas.
Masalah gen resisten pada bakteri:
1. Bakteri cepat berkembang biak dan
mengubah informasi genetiknya.
2. Bakteri menyebar ke binatang, manusia
dan tumbuh-tumbuhan.
3. Bakteri medapatkan gen resisten dari
organisme lainnya.
6
7. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB
Transposisi: perpindahan DNA
bakteri selama proses konjugasi
Mekanisme
Tranduksi: gen resisten perpindahan
dipindahkan oleh bacteriophage
gen resisten
AB
Transformasi: bakteri hidup
bergabung dengan gen resisten
yang dikeluarkan oleh bakteri mati.
7
8. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA
Sasaran utama antibiotika:
1 2 3
Thrimethoprim, sul Aminoglicosides, tetra
Antibiotika beta- cycline, chlorampheni
lactam phonamides, metr col, macrolide, lincosa
onidazole- mides, linezolid, kom
nitroimidazole, qui binasi
streptogrammins, dalf
nolones, rifampicin opristin dan
. quinupristin.
Deoxyribonucleic Ribosom dan
Dinding bakteri
acid dan nucleic sintesa protein
(cell walls)
acids
8
9. Tabel . Sasaran kerja antibiotika pada bakteri (Frost KJ,2007)
Komponen Fungsi di sel bakteri Antibiotika yang bekerja pada sasaran tersebut
bakteri
Dinding sel Struktural dan •Cephalosporin contohnya: cefradine, cefalexin dan
pertahanan cefotaxime.
•Glycopeptide contohnya: vancomycin dan teicoplanin.
•Beta-lactam lain contohnya: imipenem dan meropenem.
•Penicillin, contohnya: amoxicillin, flucloxacillin, co amoxiclav
(Augmentin®), dan piperacillin (dalam kombinasi dengan
tazobactam sebagai Tazocin®).
Deoxyribonucleic Genetic blueprints untuk •Metronidazole
acid (DNA) produksi protein bakteri •Quinolones,contohnya: ciprofloxacin dan levofloxacin
•Rifampicin
•Trimethoprim
Ribosom Penggabungan asam • Aminoglycoside, contohnya: gentamicin
amino menjadi protein •Chloramphenicol
•Dalfopristin dan quinupristin
•Lincosamide, contohnya: clindamycin
•Linezolid
•Macrolide, contohnya: erythromycin dan clarithromycin
•Tetracycline, contohnya: doxycycline dan oxytetracycline
9
10. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
Membatasi masuknya Menghambat aktivasi AB
AB ke target bakteri oleh enzim bakteri
Mekanisme
resistensi
AB
Gagal mengaktivasi AB Modifikasi atau proteksi
dari target AB
10
11. Gambar 1. Empat mekanisme biokimia utama
terjadinya resistensi antibiotika (Hawkey PM,1998).
11
12. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
a. Outer membrane porins
-Membran luar bakteri
Gram (-) berfungsi sebagai
barier masuknya AB
porins Membatasi AB
b. Penurunan pengambilan yang masuk ke
melewati membran sitoplasma sasaran (target)
- Gagalnya AB melewati membran bakteri.
sitoplasma
12
13. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Inaktivasi AB secara enzimatik:
1. Enzim -lactamase
2. Enzim yang mengubah aminoglycoside
3. Chloramphenicol acetyltransferase
4. Streptogramin acetyltransferase
5. Oksidasi tetracycline.
13
14. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
Gambar 2. Cara kerja enzim -lactamase (A) dan struktur clavulanic acid
sebagai penghambat enzim -lactamase (B). clavulanic acid menginaktivasi
enzim -lactamase sehingga antibiotika -laktam bisa membunuh bakteri
(Salyers and Whitt,2002).
14
15. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
Gambar 3. Kerja enzim yang menginaktivasi aminoglycoside (Salyers
and Whitt,2002).
15
16. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
Gambar 4. Kerja enzim chloramphenicol transacetylase. Penambahan
gugus acetyl pada chloramphenicol dapat mencegah chloramphenicol
berikatan dengan ribosom pada subunit 50S (Salyers and whitt,2002).
16
17. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri
melalui active drug efflux pumps:
1. Resisten terhadap tetracycline:
Gen yang mengkode tetracycline efflux proteins
pada bakteri Gram negatif (tetA sampai tetG) dan
bakteri Gram positif (tetK,tetL).
2. Resisten terhadap macrolide:
Spesies staph. ATP-dependent efflux system
bekerja memompa macrolide keluar sel bakteri.
17
18. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri
melalui active drug efflux pumps:
3. Resisten terhadap quinolone:
Terjadi bersama dengan mekanisme resistensi lain
spt penurunan masuknya fluoroquinolone ke dalam
bakteri.
4. Resisten terhadap streptogramins:
Ditemukan pada Staphylococcus.
18
19. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
antibiotika:
1. Resisten terhadap AB beta lactam:
• Ikatan spesifik pada penicillin binding proteins
berubah AB beta lactam tdk dapat terikat.
• Terjadi pd bakteri Gram positif
• Gen yang berperan: mecA gene (mengkode
resistensi thd methicillin yg ditemukan pd
Staphylococcus aureus.
19
20. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
antibiotika:
2. Resisten terhadap AB glikopeptida:
• Perubahan D-Ala-D-Ala menjadi D-Ala-D-Lactate
• Gen yang berperan:
1. Gen vanA atau vanB
2. Gen vanH
3. Gen vanX
20
21. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
antibiotika:
3. Resisten terhadap tetracycline:
• Ribosome protection: protein sitoplasma yg dapat
memproteksi ribosom dari tetracycline
• Gen yang berperan: tetM, tetO dan tetQ.
4. Resisten terhadap macrolide, streptogramins dan
lincosamide:
• rRNA methylase (enzim metilasi adenin pada 23S
rRNA) perantara penyebaran tipe resistensi ini
• Ditemukan: bakteri coccus Gram (+) dan Bacteroides.
21
22. Gambar 5. Mekanisme terjadinya resistensi tetracycline. (A) Tetracycline diambil oleh pengangkut; konsentrasi
intraseluler lebih tinggi daripada ekstraseluler; tetracycline berikatan dengan ribosom dan menghentikan sintesis protein.
(B) Protein membran sitoplasma memompa tetracycline keluar sel; konsentrasi intraseluler terlalu rendah untuk
berikatan dengan ribosom. (C) Akumulasi tetracycline didalam sel yang sama dengan sel bakteri yang sensitif
lainnya, tetapi ribosom dilindungi sehingga tetracycline sulit berikatan.
22
23. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
antibiotika:
5. Resisten terhadap quinolone dan rifampin:
• Quinolone Melibatkan mutasi titik: mengubah
aktivitas DNA gyrase B subunit untuk AB.
• Rifampin mutasi RNA polymerase: mengurangi
afinitas enzim untuk AB.
6. Resisten terhadap trimethoprim dan sulfonamide:
• Mutasi pd enzim yang dihambat oleh AB tersebut
• Mutasi pd kedua enzim untuk trimethoprim dan
sulfonamide jarang terjadi bersama.
23
24. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Gagal mengaktivasi AB:
• Mutasi pada gen yang mengkode flavodoxin
resisten terhadap metronidazole.
24
25. FAKTOR YANG BERPERAN TERJADINYA
RESISTENSI AB:
1. Penggunaan antibiotika secara luas pada peternakan, pertanian dan kedokteran
hewan.
2. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat.
3. Pelaksanaan oleh penderita
•Penulisan resep antibiotika yang tidak memenuhi syarat, tidak diminum secara
benar dan lengkap.
4. Terpajan oleh antibiotika berasal dari sabun, pelarut dan lotion.
5. Pertimbangan sosial ekonomi di negara berkembang
•Petugas kesehatan yang tidak terlatih
•Salah memakai antibiotika
•Kualitas obat yang jelek
•Penyediaan antibiotika secara luas oleh instansi non-professional
•Izin dan pengawasan yang buruk
•Kemiskinan dan kesehatan yang buruk.
25
26. MEKANISME TERJADINYA PENYEBARAN
RESISTENSI AB PADA MIKROORGANISME DI
RUMAH SAKIT:
1 Pengenalan organisme yang resisten kepada populasi yang
sebelumnya sensitif
2 Perubahan ke arah resistensi dari strain yang sensitif
Mutasi spontan
Transfer genetik
3 Ekspresi pengaturan resistensi telah ada dalam populasi
4 Seleksi subpopulasi yang resisten
5 Penyebaran organisme yang resisten.
26
27. FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESISTENSI
AB DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT:
1. peningkatan keparahan penyakit penderita yang dirawat
2. penderita dengan imunokompromise yang berat
3. penggunaan alat dan prosedur baru
4. peningkatan masuknya organisme yang resisten dari
komunitas
5. kontrol infeksi, isolasi dan penatalaksanaan yang tidak efektif
6. peningkatan penggunaan antibiotika sebagai profilaksis
7. peningkatan penggunaan terapi antibiotika polimikroba
8. penggunaan antibiotika yang tinggi per area geografi per unit
waktu.
27
28. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Antimicrobial susceptibility testing
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Kultur
Mendeteksi adanya perubahan gen pada
tubuh bakteri
28
29. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Antimicrobial susceptibility testing:
1 2
• memperkirakan aktivitas AB secara • cakram AB ditempatkan pada
kuantitatif media agar yang telah diinokulasi
•Pengenceran AB dimasukkan pd kuman
broth atau media agar yang telah •ukur derajat zone hambat
diinokulasi kuman pengaruh AB thd kuman yang di tes.
•Minimum inhibitory concentration
(MIC) konsentrasi terendah yang
dapat menghambat pertumbuhan.
Tes dilusi Tes difusi
29
30. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Antimicrobial susceptibility testing:
Gambar 6. Grafik hubungan antara Gambar 7. Interpretasi ukuran zona
log2MIC dan diameter zona hambat sebagai susceptible, intermediate dan
yang diperoleh dari tes difusi resistant yang dihubungkan dengan MIC.
menggunakan disc yang mengandung
antibiotika dengan konsentrasi
tunggal.
30
31. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Modifikasi dari metode difusi:
1
Metode Kirby-Bauer yang telah dimodifikasi:
• diperkenalkan pada tahun 1966
•Metode rujukan dari WHO yag telah distandarisasi dan
dievaluasi secara luas.
•Interpretasi ukuran zona hambat menggunakan template
atau menggunakan penggaris yang dicocokkan dengan
tabel.
31
32. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode
modified Kirby–Bauer techniquea
Diameter zona hambatan (mm)
Jenis antibiotika potensi cakram Resistant Intermediate Susceptible
32
33. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode
modified Kirby–Bauer techniquea
Diameter zona hambatan (mm)
Jenis antibiotika potensi cakram Resistant Intermediate Susceptible
33
34. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Modifikasi dari metode difusi:
2
Metode E test :
• prinsip:strip AB dengan peningkatan gradien
konsentrasi ditempatkan pada lempeng agar yang telah
diinokulasi bakteri inkubasi semalam.
•MIC zone hambatan memotong strip pada
konsentrasi tertentu.
34
35. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
Gambar 8. Metode E test. Tanda panah menunjukkan MIC suatu antibiotika.
35
36. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
SEKARANG
1. Methicillin-Resistant Staphylococcus
aureus (MRSA):
Dikode oleh gen mecA perubahan pada
PBP2.
Mencegah ikatan AB (gol. Beta lactam)
secara efektif.
Prosedur lab. Untuk mendeteksi MRSA:
• Kultur: direct plating/ broth enrichment.
• Oxacillin/methicillin susceptibility tests
36
37. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
SEKARANG
2. Extended-Spectrum -Lactamase
Producing Organisms (ESBL):
Sering oleh E.coli dan K.pneumoniae.
Faktor resiko:
1. penggunaan kateter idwelling dengan terapi
antibiotika (seperti ceftazidime),
2. pembedahan intra-abdominal
3. ventilasi mekanis.
ESBLs menghidrolisa sebagian besar
antibiotika -lactam kecuali carbapenems dan
cephamycins (cefoxitin, cefotetan, dan
cefmandole)
37
38. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
SEKARANG
3. Resisten terhadap Fluoroquinolone
Mekanisme: melalui salah satu mekanisme
utama yaitu: perubahan dari target
antibiotika dan perubahan penembusan
antibiotika untuk mencapai target
38
39. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
SEKARANG
4. Vancomycin-Resistant Enterococcus
(VRE):
Gen VanA-G, mengkode perubahan dalam
pembentukan peptidoglikan.
Gen Van-resistant: mengganti alanin dari D-
Alanyl-alanin end-terminal dengan asam amino
lain.
mencegah ikatan vancomycin dengan tempat
kerja antibiotika.
Pilihan antibiotika lain untuk VRE sekarang ini
seperti Q/D, linezolid dan daptomycin.
39
40. PEMBAHASAN
Bakteri yang resisten terhadap
antibiotika bukan masalah baru.
Penggunaan antibiotika yang tidak
tepat meningkatkan perkembangan
resistensi antibiotika.
Penyebaran resistensi antibiotika di
Rumah Sakit/ fasilitas pelayanan
kesehatan oleh karena higienisitas
yang buruk
40
41. PEMBAHASAN
Studi Wales: hubungan antara banyaknya
penulisan resep antibiotika dengan resistensi
terhadap trimethoprim pada ISK.
Peningkatan penulisan resep vancomycin di
Rumah Sakit di USA peningkatan insiden
infeksi vancomycin resistant enterococcus
(VRE).
Di negara Eropa: hubungan terbalik antara
peningkatan penggunaan antibiotika spektum
sempit dengan kejadian resistensi antibiotika.
41
42. PEMBAHASAN
Gambar 9. Prevalensi resistensi dari berbagai organisme/ kombinasi obat dan situasi
Rumah Sakit. Data ini didapat dari 41 Rumah Sakit di Amerika Serikat yang
berpartisipasi dalam Project CARE Phase 2, tahun 1996-1997
42
43. PEMBAHASAN
Masalah baru kesulitan dalam
mendeteksi mikroorganisme yang
memiliki pola resistensi baru dengan
menggunakan tes kepekaan antibiotika
secara otomatis, seperti:
• MicroScan Walkaway; Dade Microscan, Inc.,USA
• Vitek 2; BioMerieux Vitex, Inc.,USA
• maupun dengan difusi cakram
43
44. PEMBAHASAN
Metode yang digunakan untuk
mendeteksi adanya resistensi
antibiotika tidak harus mahal
Contohnya:
metode deteksi MRSA dengan cefoxitin disk
test: cukup murah namun sangat akurat.
tes aglutinasi lateks: mendeteksi resistensi
methicillin pada Staphylococcus
berdasarkan produksi PBP2a aktivitas
rendah yang dikode oleh mecA gene
44
45. KESIMPULAN
Perkembangan resistensi AB sangat
dipengaruhi oleh intensitas pemaparan
AB di suatu wilayah
Penggunaan AB tidak terkendali:
meningkatkan resistensi thd AB.
Peningkatan penyebaran resistensi AB
terjadi melalui mekanisme perpindahan
gen yang resisten terhadap AB.
45
46. KESIMPULAN
Mekanisme resistensi AB pada
prinsipnya sesuai dengan mekanisme
kerja AB pada bakteri.
Surveilance dengan memeriksa hasil
kultur dan tes kepekaan AB secara rutin
mengontrol penyebaran resistensi.
46
48. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB
Gen yang memberikan resistensi AB
ditemukan di daerah sirkuler, bagian dari
self-replicating strands of DNA
plasmids
Gen yang sebenarnya untuk resisten AB
terdapat di regio plasmids disebut
transposons atau jumping genes.
48
66. PILIHAN ANTIBIOTIKA UNTUK UJI KEPEKAAN
BAKTERI
Kandungan: G+if G-if
10 ug ya ya
Antibiotika :
Ampicillin AM 100 ug tidak ya
Carbenicillin CB 30 ug ya ya
Cephalotin CR 30 ug ya ya
Chloramphenicol C 15 ug Ya tidak
Erythromycin E
10 ug tidak ya
Gentamycin GM
Penicillin G P 10 units ya tidak
Tetracyclin TE 30 ug ya ya
66
73. MBC
(MINIMUM BACTERIAL CONCENTRATION)
Konsentrasi terendah yang digunakan
mematikan bakteri
73
74. STANDAR INOKULUM UJI BAKTERI
Bakteri dlm
media +
antibiotika
16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,12mg/L
Inkubasi semalam
MIC
antibiotika -
1 mg/L
16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,12mg/L
Inkubasi
semalam
MIC
antibiotika
=2 mg/L
74
75. LAPORAN PENTING
Daya tahan (Resisten) => staphylococci
methicillin,oxacillin, atau nafcillin, juga resisten
terhadap obat lactam
(cephallosporin, penicillin& imipenem)
Tidak menggunakan cara standar (baku)
Enterobacteriaceae,P.aeruginosa,Acinetobacter
spp,Staphylococcus spp, Enterococcus
spp,Haemophilus spp, Neisseria
gonorrhoeae, S.pneumoniae dan Streptococcus
spp.,Corynebacterium spp.
75
76. Prinsip umum Tes Kepekaan Antimikroba (TKA).
Tes Kepekaan Antimikroba (TKA) mengukur
kemampuan dari suatu antibiotik atau agent
antimicrobial lainnya → menghambat
pertumbuhan bakteri secara invitro.
76
77. Tes Difusi/ diffusion test
Prinsip uji difusi :
Cakram kertas berisi antibiotik (konsentrasi
tertentu) → ditempatkan pada media agar
(diinokulasi dengan mikroorganisme yang akan
ditentukann kepekaannya).
77
78. Metode TKA cara difusi ada 2 macam :
Metode Stokes.
Metode modifikasi Kirby-Bauer.
78
79. Metode Stokes.
- Mikroorganisme kontrol dan dites → ditanam
pada satu plate (berhadapan),
- cakram antimikroba ditempatkan pada sisi
keduanya → inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C
→ daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar
cakram → zona hambatan,
- Zona hambatan organisme yang dites
dibandingkan dengan organisme kontrol.
79
80. Metode Stokes.
- Hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten.
- Ø zona hambatan (kontrol) adalah 8-15 mm.
- Interpretasi hasil :
Sensitif : Ø zona hambatan =, > atau < dari
3mm batas atas Ø kontrol.
Intermediate : Ø zona hambatan < dari 3 mm batas
atas atau tidak boleh < dari 3 mm
batas bawah Ø kontrol.
Resisten : Ø zona hambatan < dari atau = 2 mm.
80
81. Metode modifikasi Kirby-Bauer.
- Organisme kontrol dan di tes, ditanam pada plate
berbeda,
- cakram antibiotik → berdifusi ke dalam media,
inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C,
- daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar
cakram → zona hambatan (mm),
- hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten
(skala yang sudah ditentukan sebelumnya).
81
82. Standar kekeruhan
Standar kekeruhan → 0,5 McFarland.
Cara menyiapkan standar 0,5 McFarland :
- Siapkan 0,5 ml BaCl2 1% dan 99,5 H2SO4 1%,
- masukkan ke dalam botol, kemudian ditutup,
- untuk mengetahui secara pasti kekeruhannya →
dengan fotometer pada λ 625 nm, absorbance
0,08 – 0,10.
- kekeruhan sesuai dengan 1 x 108 CFU/ml.
82
83. Cara menyiapkan larutan kuman 0,5 McFarland :
Sentuhlah beberapa koloni kuman pada media primer
dengan menggunakan ose steril,
masukkan ke dalam 1 ml larutan salin secara aseptik
→ kocok hingga rata,
samakan kekeruhan yang didapat dengan standar 0,5
McFarland,
bandingkan dengan latar belakang kertas putih.
83
84. Cara inokulasi
Untuk mendapatkan inokulasi yang baik pada media
agar, yang harus diperhatikan :
masukkan lidi kapas steril pada larutan kuman 0,5
McFarland,
aduk larutan kuman dengan menggunakan lidi kapas
→ larutan yang merata,
sebelum diangkat, peras bagian kapas dari lidi kapas
pada dinding tabung diatas permukaan larutan →
menghindari larutan yang berlebihan,
84
85. Strain Kontrol
Organisme digunakan sebagai kontrol tergantung :
- lokasi infeksi
- konsentrasi antibiotik yang digunakan.
contoh strain kontrol :
- Staphylococcus aureus Oxford strain NCTC atau ATCC
25923.
- Escherichia coli NCTC 10418 atau ATCC 25922.
- Pseudomonas aeruginosa NCTC 10662 atau ATCC
27853.
85
86. Tes dilusi/ dilution test
Macam tes dilusi :
1. dilusi broth.
2. dilusi agar.
Indikasi tes dilusi :
• Penderita yang sering kambuh meskipun telah diterapi
dengan adekuat.
• Penderita yang diterapi dengan immunosupresan.
• Penderita dengan infeksi kuman yang tumbuhnya lambat.
86
87. Prinsip tes dilusi :
Sejumlah antimikroba (konsentrasi tertentu) disiapkan
dalam pengenceran seri yang menurun → ditanami
suspensi kuman standar, sedangkan seri yang lain
ditanami kuman yang diuji → inkubasi → makroskopis
: ada tidaknya pertumbuhan.
Mengukur minimum inhibition concentration (MIC).
Mengukur minimum bactericidal concentration (MBC).
87
88. Dilusi broth (cara makro):
• Sejumlah antimikroba dilarutkan ke dalam media
broth → ditanami suspensi kuman standar.
• Media cair : Mueller-Hinton broth atau trypticase
soy broth.
• Cara pembuatannya :
• Sediakan larutan kerja dari antimikroba yang dibuat dari
larutan stok,
• sediakan 10 tabung bersih, steril, bertutup, ukuran 13 x
10 mm dan tandai dari tabung 1 – 10,
88
89. Cara pembuatannya :
• secara aseptik, ambilkan 0,5 ml broth dilusi → masukkan
dalam tabung 2 sampai ke 10,
• tambahkan 0,5 ml larutan kerja dari antimikroba pada
tabung 1 dan ke 2 → campurkan → pindahkan 0,5 ml
dari tabung 2 ketabung 3 → campurkan → dipindahkan
0,5 ml dari tabung 3 ke tabung 4 → teruskan sampai
tabung 9. Dari tabung 9 buang 0,5 ml. Tabung 10 tidak
mendapat larutan kerja → sebagai kontrol,
89
90. Cara pembuatannya :
• semua tabung ditambah 0,5 ml inokulum mengandung
105 – 106 kuman/ml.
• inkubasi pada suhu 35˚C, 18 jam → tabung diperiksa
secara visual → kekeruhan. Bila berkabut →
pertumbuhan kuman (+), jernih → pertumbuhan kuman (-
).
• konsentrasi terendah antimikroba yang masih dapat
menghambat pertumbuhan kuman MIC.
90
91. Penentuan MBC.
Kontrol yang tidak mengandung antimikroba ditanam segera
pada media yang sesuai pada cawan petri → inkubasi semalam,
tabung pertumbuhan (-) → ditanam lagi (cara yang sama) →
bandingkan dengan kontrol.
Subkultur mungkin menunjukan :
- Pertumbuhan yang sama dengan kontrol → bakteriostatik.
- Pertumbuhan > sedikit dibanding kontrol → bakteriosidik
tak lengkap.
- Bila pertumbuhan (-) → total bakteriosidik.
91
92. Dilusi agar.
Metode ini prinsipnya sama dengan broth
dilusi, kecuali media pada agar dilusi adalah
padat.
Cara pembuatan :
- Antimikroba yang akan digunakan dilarutkan,
- sediakan beberapa botol labu
- sediaan Agar + aquades pada botol labu, sterilkan.
Sebelum ditambahkan antimikroba diletakkan
pada
water bath dengan suhu 50 ˚C.
92
93. Cara pembuatan :
- tambahkan antimikroba ke dalam tiap botol labu →
encerkan dengan media agar → dicampur → tuangkan ke
dalam cawan petri steril → media plate dengan kadar obat
yang berbeda.
- serial media agar plate → inokulasi suspensi bakteri
(diinkubasi 24 jam, suhu 37 ˚),
- agar plate diinkubasi dalam 24 jam, suhu 37 ˚C,
bila tidak segera digunakan, simpan dalam suhu 2 –7˚C,
tahan selama 7 hari.
93
94. Interpretasi hasil
Misalnya, rentangan terapi suatu obat berkisar antara
2 -12 µg/ml,
siapkan serial agar plate yang mengandung
1, 4, 8, 12, 16 µg/ ml,
bila kuman tumbuh pada tiga plate pertama, tidak
pada dua plate terakhir, maka nilai MIC tepatnya
terletak pada 12 µg/ml, interpretasi ini sesuai dengan
MIC pada broth dilusi.
94
95. Plasmids
Adalah protein di daerah sirkuler, bagian dari
self-replicating strands of DNA.
Tidak semua plasmid mampu mentransfer gen
resisten
95
96. Konjugasi : transfer DNA dari sel ke sel secara langsung mll
kompleks protein yang transit pada 2 membran bakteri
Transposoms: gen yang resisten yang terdapat di regio plasmids.
Integrons: beberapa plasmid dapat membawa gen resisten multipel.
96