SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 96
TINJAUAN PUSTAKA DIVISI PENYAKIT INFEKSI


         MASALAH RESISTENSI
            ANTIBIOTIKA




                           OLEH:
                  I Nyoman Wande / Prihatini

                                               1
PENDAHULUAN

 Antibiotika: susbtansi yang dihasilkan
  oleh bakteri/jamur untuk membunuh
  bakteri lain.
 Ditemukan oleh Alexander Fleming pada
  tahun 1928.
     • Produksi penicillin oleh penicillium notatum
       (1940)
 Pada tahun 1940: juga ditemukan strain
  bakteri yang resisten terhadap penicillin.


                         2
PENDAHULUAN

 Perbedaan resistensi AB dengan
  antibiotic tolerance:
  1. Resistensi AB: bakteri terus tumbuh
     pada konsentrasi AB yang memadai
  2. Antibiotic tolerance: pertumbuhan
     bakteri terhenti jika konsentrasi AB
     cukup dan tumbuh kembali jika
     konsentrasi turun.



                      3
PENDAHULUAN

              Kriteria bakteri resisten
             terhadap antibiotika (AB)



 Klinis:                        Laboratoris:

 Tidak ada respon               Pertumbuhan
 perbaikan dengan               bakteri tidak
 pemberian AB                   dapat dihambat
                                dengan
                                pemberian AB




                         4
PENDAHULUAN

 Penelitian di Indonesia:
  1. Usman dkk (1981) di Jakarta: bakteri
     coccus usap tenggorokan anak sehat
     resisten terhadap
     tetracyclin, streptomycin dan sulfadiazin.
  2. Iswara (1983) di Medan: penggunaan
     Ampicillin dan penicillin kurang
     memuaskan.



                        5
EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB

 Gen yang resisten AB meluas setelah
  penggunaan AB secara luas.
 Masalah gen resisten pada bakteri:
  1. Bakteri cepat berkembang biak dan
     mengubah informasi genetiknya.
  2. Bakteri menyebar ke binatang, manusia
     dan tumbuh-tumbuhan.
  3. Bakteri medapatkan gen resisten dari
     organisme lainnya.


                      6
EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB


 Transposisi: perpindahan DNA
 bakteri selama proses konjugasi

                                          Mekanisme
     Tranduksi: gen resisten              perpindahan
 dipindahkan oleh bacteriophage
                                          gen resisten
                                              AB
  Transformasi: bakteri hidup
 bergabung dengan gen resisten
yang dikeluarkan oleh bakteri mati.




                                      7
MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA

   Sasaran utama antibiotika:
        1                   2                       3

                    Thrimethoprim, sul    Aminoglicosides, tetra
Antibiotika beta-                         cycline, chlorampheni
lactam              phonamides, metr      col, macrolide, lincosa
                    onidazole-            mides, linezolid, kom
                    nitroimidazole, qui   binasi
                                          streptogrammins, dalf
                    nolones, rifampicin   opristin dan
                    .                     quinupristin.



                      Deoxyribonucleic       Ribosom dan
  Dinding bakteri
                      acid dan nucleic      sintesa protein
    (cell walls)
                            acids
                                8
Tabel . Sasaran kerja antibiotika pada bakteri (Frost KJ,2007)

 Komponen            Fungsi di sel bakteri       Antibiotika yang bekerja pada sasaran tersebut
 bakteri
Dinding sel          Struktural          dan    •Cephalosporin contohnya: cefradine, cefalexin dan
                     pertahanan                 cefotaxime.
                                                •Glycopeptide contohnya: vancomycin dan teicoplanin.
                                                •Beta-lactam lain contohnya: imipenem dan meropenem.
                                                •Penicillin, contohnya: amoxicillin, flucloxacillin, co amoxiclav
                                                (Augmentin®), dan piperacillin (dalam kombinasi dengan
                                                tazobactam sebagai Tazocin®).


 Deoxyribonucleic    Genetic blueprints untuk   •Metronidazole
 acid (DNA)          produksi protein bakteri   •Quinolones,contohnya: ciprofloxacin dan levofloxacin
                                                •Rifampicin
                                                •Trimethoprim


 Ribosom             Penggabungan      asam     • Aminoglycoside, contohnya: gentamicin
                     amino menjadi protein      •Chloramphenicol
                                                •Dalfopristin dan quinupristin
                                                •Lincosamide, contohnya: clindamycin
                                                •Linezolid
                                                •Macrolide, contohnya: erythromycin dan clarithromycin
                                                •Tetracycline, contohnya: doxycycline dan oxytetracycline




                                                9
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

Membatasi masuknya                   Menghambat aktivasi AB
AB ke target bakteri                 oleh enzim bakteri



                        Mekanisme
                        resistensi
                            AB


Gagal mengaktivasi AB                Modifikasi atau proteksi
                                     dari target AB




                            10
Gambar 1. Empat mekanisme biokimia utama
terjadinya resistensi antibiotika (Hawkey PM,1998).
                          11
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI


          a. Outer membrane porins
             -Membran luar bakteri
             Gram (-) berfungsi sebagai
             barier masuknya AB 
             porins                       Membatasi AB
b. Penurunan pengambilan yang             masuk ke
  melewati membran sitoplasma             sasaran (target)
 - Gagalnya AB melewati membran           bakteri.
 sitoplasma




                                     12
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

• Inaktivasi AB secara enzimatik:
   1. Enzim -lactamase
   2. Enzim yang mengubah aminoglycoside
   3. Chloramphenicol acetyltransferase
   4. Streptogramin acetyltransferase
   5. Oksidasi tetracycline.




                               13
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI




Gambar 2. Cara kerja enzim -lactamase (A) dan struktur clavulanic acid
sebagai penghambat enzim -lactamase (B). clavulanic acid menginaktivasi
enzim -lactamase sehingga antibiotika -laktam bisa membunuh bakteri
(Salyers and Whitt,2002).
                                   14
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI




Gambar 3. Kerja enzim yang menginaktivasi aminoglycoside (Salyers
and Whitt,2002).



                                15
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI




Gambar 4. Kerja enzim chloramphenicol transacetylase. Penambahan
gugus acetyl pada chloramphenicol dapat mencegah chloramphenicol
berikatan dengan ribosom pada subunit 50S (Salyers and whitt,2002).



                                 16
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

•   Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri
    melalui active drug efflux pumps:
    1. Resisten terhadap tetracycline:
      Gen yang mengkode tetracycline efflux proteins
      pada bakteri Gram negatif (tetA sampai tetG) dan
      bakteri Gram positif (tetK,tetL).
    2. Resisten terhadap macrolide:
      Spesies staph.  ATP-dependent efflux system
      bekerja memompa macrolide keluar sel bakteri.



                               17
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

•   Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri
    melalui active drug efflux pumps:
    3. Resisten terhadap quinolone:
      Terjadi bersama dengan mekanisme resistensi lain
      spt penurunan masuknya fluoroquinolone ke dalam
      bakteri.
    4. Resisten terhadap streptogramins:
      Ditemukan pada Staphylococcus.




                              18
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
  antibiotika:
  1. Resisten terhadap AB beta lactam:
     • Ikatan spesifik pada penicillin binding proteins
       berubah  AB beta lactam tdk dapat terikat.
     • Terjadi pd bakteri Gram positif
     • Gen yang berperan: mecA gene (mengkode
       resistensi thd methicillin yg ditemukan pd
       Staphylococcus aureus.



                             19
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
  antibiotika:
  2. Resisten terhadap AB glikopeptida:
     • Perubahan D-Ala-D-Ala menjadi D-Ala-D-Lactate
     • Gen yang berperan:
        1. Gen vanA atau vanB
        2. Gen vanH
        3. Gen vanX



                            20
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI
• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
  antibiotika:
  3. Resisten terhadap tetracycline:
     • Ribosome protection: protein sitoplasma yg dapat
       memproteksi ribosom dari tetracycline
     • Gen yang berperan: tetM, tetO dan tetQ.
  4. Resisten terhadap macrolide, streptogramins dan
     lincosamide:
     • rRNA methylase (enzim metilasi adenin pada 23S
       rRNA)  perantara penyebaran tipe resistensi ini
     • Ditemukan: bakteri coccus Gram (+) dan Bacteroides.
                             21
Gambar 5. Mekanisme terjadinya resistensi tetracycline. (A) Tetracycline diambil oleh pengangkut; konsentrasi
intraseluler lebih tinggi daripada ekstraseluler; tetracycline berikatan dengan ribosom dan menghentikan sintesis protein.
(B) Protein membran sitoplasma memompa tetracycline keluar sel; konsentrasi intraseluler terlalu rendah untuk
berikatan dengan ribosom. (C) Akumulasi tetracycline didalam sel yang sama dengan sel bakteri yang sensitif
lainnya, tetapi ribosom dilindungi sehingga tetracycline sulit berikatan.


                                                            22
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

• Modifikasi atau perlindungan thd sasaran
  antibiotika:
  5. Resisten terhadap quinolone dan rifampin:
     • Quinolone  Melibatkan mutasi titik: mengubah
       aktivitas DNA gyrase B subunit untuk AB.
     • Rifampin  mutasi RNA polymerase: mengurangi
       afinitas enzim untuk AB.
  6. Resisten terhadap trimethoprim dan sulfonamide:
     • Mutasi pd enzim yang dihambat oleh AB tersebut
     • Mutasi pd kedua enzim untuk trimethoprim dan
       sulfonamide jarang terjadi bersama.
                            23
MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI

• Gagal mengaktivasi AB:
  • Mutasi pada gen yang mengkode flavodoxin
     resisten terhadap metronidazole.




                      24
FAKTOR YANG BERPERAN TERJADINYA
    RESISTENSI AB:
1. Penggunaan antibiotika secara luas pada peternakan, pertanian dan      kedokteran
hewan.

2. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat.


3. Pelaksanaan oleh penderita
     •Penulisan resep antibiotika yang tidak memenuhi syarat, tidak diminum secara
     benar dan lengkap.

4. Terpajan oleh antibiotika berasal dari sabun, pelarut dan lotion.


5. Pertimbangan sosial ekonomi di negara berkembang
     •Petugas kesehatan yang tidak terlatih
     •Salah memakai antibiotika
     •Kualitas obat yang jelek
     •Penyediaan antibiotika secara luas oleh instansi non-professional
     •Izin dan pengawasan yang buruk
     •Kemiskinan dan kesehatan yang buruk.


                                              25
MEKANISME TERJADINYA PENYEBARAN
RESISTENSI AB PADA MIKROORGANISME DI
RUMAH SAKIT:

1   Pengenalan organisme yang resisten kepada populasi yang
    sebelumnya sensitif

2   Perubahan ke arah resistensi dari strain yang sensitif
    Mutasi spontan
    Transfer genetik
3   Ekspresi pengaturan resistensi telah ada dalam populasi

4   Seleksi subpopulasi yang resisten

5   Penyebaran organisme yang resisten.




                             26
FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESISTENSI
    AB DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT:
1. peningkatan keparahan penyakit penderita yang dirawat
2. penderita dengan imunokompromise yang berat
3. penggunaan alat dan prosedur baru
4. peningkatan    masuknya     organisme    yang    resisten   dari
   komunitas
5. kontrol infeksi, isolasi dan penatalaksanaan yang tidak efektif
6. peningkatan penggunaan antibiotika sebagai profilaksis
7. peningkatan penggunaan terapi antibiotika polimikroba
8. penggunaan antibiotika yang tinggi per area geografi per unit
   waktu.


                                 27
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO

   Antimicrobial susceptibility testing
   Polymerase Chain Reaction (PCR)
   Kultur
   Mendeteksi adanya perubahan gen pada
    tubuh bakteri




                     28
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO

   Antimicrobial susceptibility testing:
               1                                          2
• memperkirakan aktivitas AB secara        • cakram AB ditempatkan pada
kuantitatif                                media agar yang telah diinokulasi
•Pengenceran AB dimasukkan pd              kuman
broth atau media agar yang telah           •ukur derajat zone hambat 
diinokulasi kuman                          pengaruh AB thd kuman yang di tes.
•Minimum inhibitory concentration
(MIC)  konsentrasi terendah yang
dapat menghambat pertumbuhan.



          Tes dilusi                                 Tes difusi


                                      29
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
   Antimicrobial susceptibility testing:




Gambar 6. Grafik hubungan antara          Gambar 7. Interpretasi ukuran zona
log2MIC dan diameter zona hambat          sebagai susceptible, intermediate dan
yang diperoleh dari tes difusi            resistant yang dihubungkan dengan MIC.
menggunakan disc yang mengandung
antibiotika dengan     konsentrasi
tunggal.
                                     30
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO

  Modifikasi dari metode difusi:
                                1

Metode Kirby-Bauer yang telah dimodifikasi:
• diperkenalkan  pada tahun 1966
•Metode rujukan dari WHO yag telah distandarisasi dan
dievaluasi secara luas.
•Interpretasi ukuran zona hambat menggunakan template
atau menggunakan penggaris yang dicocokkan dengan
tabel.




                                    31
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
  Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode
  modified Kirby–Bauer techniquea

                                              Diameter zona hambatan (mm)
Jenis antibiotika       potensi cakram Resistant     Intermediate  Susceptible




                                    32
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO
  Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode
  modified Kirby–Bauer techniquea

                                              Diameter zona hambatan (mm)
Jenis antibiotika       potensi cakram Resistant     Intermediate  Susceptible




                                    33
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO

  Modifikasi dari metode difusi:
                         2

Metode E test :
• prinsip:strip AB dengan peningkatan gradien
konsentrasi ditempatkan pada lempeng agar yang telah
diinokulasi bakteri  inkubasi semalam.
•MIC  zone hambatan memotong strip pada
konsentrasi tertentu.




                             34
PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO




Gambar 8. Metode E test. Tanda panah menunjukkan MIC suatu antibiotika.




                                  35
JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
 SEKARANG

1. Methicillin-Resistant Staphylococcus
   aureus (MRSA):
   Dikode oleh gen mecA  perubahan pada
    PBP2.
   Mencegah ikatan AB (gol. Beta lactam)
    secara efektif.
   Prosedur lab. Untuk mendeteksi MRSA:
    •   Kultur: direct plating/ broth enrichment.
    •   Oxacillin/methicillin susceptibility tests




                             36
JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
    SEKARANG

2. Extended-Spectrum -Lactamase
   Producing Organisms (ESBL):
    Sering oleh E.coli dan K.pneumoniae.
    Faktor resiko:
     1. penggunaan kateter idwelling         dengan   terapi
        antibiotika (seperti ceftazidime),
     2. pembedahan intra-abdominal
     3. ventilasi mekanis.
    ESBLs menghidrolisa sebagian besar
     antibiotika -lactam kecuali carbapenems dan
     cephamycins (cefoxitin, cefotetan, dan
     cefmandole)

                               37
JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
    SEKARANG

3. Resisten terhadap Fluoroquinolone
    Mekanisme: melalui salah satu mekanisme
     utama yaitu: perubahan dari target
     antibiotika dan perubahan penembusan
     antibiotika untuk mencapai target




                       38
JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG
    SEKARANG

4. Vancomycin-Resistant Enterococcus
   (VRE):
    Gen VanA-G, mengkode perubahan dalam
     pembentukan peptidoglikan.
    Gen Van-resistant: mengganti alanin dari D-
     Alanyl-alanin end-terminal dengan asam amino
     lain.
      mencegah ikatan vancomycin dengan tempat
     kerja antibiotika.
    Pilihan antibiotika lain untuk VRE sekarang ini
     seperti Q/D, linezolid dan daptomycin.


                           39
PEMBAHASAN

 Bakteri yang resisten terhadap
  antibiotika bukan masalah baru.
 Penggunaan antibiotika yang tidak
  tepat  meningkatkan perkembangan
  resistensi antibiotika.
 Penyebaran resistensi antibiotika di
  Rumah Sakit/ fasilitas pelayanan
  kesehatan oleh karena higienisitas
  yang buruk



                   40
PEMBAHASAN

   Studi Wales: hubungan antara banyaknya
    penulisan resep antibiotika dengan resistensi
    terhadap trimethoprim pada ISK.
   Peningkatan penulisan resep vancomycin di
    Rumah Sakit di USA  peningkatan insiden
    infeksi vancomycin resistant enterococcus
    (VRE).
   Di negara Eropa: hubungan terbalik antara
    peningkatan penggunaan antibiotika spektum
    sempit dengan kejadian resistensi antibiotika.


                         41
PEMBAHASAN




Gambar 9. Prevalensi resistensi dari berbagai organisme/ kombinasi obat dan situasi
Rumah Sakit. Data ini didapat dari 41 Rumah Sakit di Amerika Serikat yang
berpartisipasi dalam Project CARE Phase 2, tahun 1996-1997


                                            42
PEMBAHASAN

    Masalah baru  kesulitan dalam
     mendeteksi     mikroorganisme   yang
     memiliki pola resistensi baru dengan
     menggunakan tes kepekaan antibiotika
     secara otomatis, seperti:
      •   MicroScan Walkaway; Dade Microscan, Inc.,USA
      •   Vitek 2; BioMerieux Vitex, Inc.,USA
      •   maupun dengan difusi cakram




                            43
PEMBAHASAN

    Metode       yang    digunakan    untuk
     mendeteksi         adanya     resistensi
     antibiotika tidak harus mahal
    Contohnya:
       metode deteksi MRSA dengan cefoxitin disk
        test: cukup murah namun sangat akurat.
       tes aglutinasi lateks: mendeteksi resistensi
        methicillin       pada      Staphylococcus
        berdasarkan produksi PBP2a aktivitas
        rendah yang dikode oleh mecA gene




                           44
KESIMPULAN

    Perkembangan resistensi AB sangat
     dipengaruhi oleh intensitas pemaparan
     AB di suatu wilayah
    Penggunaan      AB    tidak  terkendali:
     meningkatkan resistensi thd AB.
    Peningkatan penyebaran resistensi AB
     terjadi melalui mekanisme perpindahan
     gen yang resisten terhadap AB.




                       45
KESIMPULAN

    Mekanisme      resistensi  AB     pada
     prinsipnya sesuai dengan mekanisme
     kerja AB pada bakteri.
    Surveilance dengan memeriksa hasil
     kultur dan tes kepekaan AB secara rutin
      mengontrol penyebaran resistensi.




                       46
47
EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB

 Gen yang memberikan resistensi AB
  ditemukan di daerah sirkuler, bagian dari
  self-replicating strands of DNA 
  plasmids
 Gen yang sebenarnya untuk resisten AB
  terdapat di regio plasmids disebut
  transposons atau jumping genes.




                     48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA




                            Cakram
                            antibiotika



   Suspensi koloni ½
   McFarland




                       64
HASIL BACAAN



     iiiiIIiiiiiIIIIIIIIIII
                                   Cakram
          2                        antibiotika:
                     3
                                   1 = resisten
 1
                                   2= peka
                     4             3 = peka
     6
                                   4= sangat peka
      5
                                   5= resisten
                                   6= resisten
                              65
PILIHAN ANTIBIOTIKA UNTUK UJI KEPEKAAN
  BAKTERI
                      Kandungan: G+if G-if
                      10 ug       ya    ya
Antibiotika :
Ampicillin    AM      100 ug     tidak ya
Carbenicillin  CB     30 ug       ya    ya
Cephalotin     CR     30 ug      ya     ya
Chloramphenicol C     15 ug       Ya     tidak
Erythromycin    E
                      10 ug       tidak ya
Gentamycin     GM
Penicillin G   P      10 units     ya    tidak
Tetracyclin    TE     30 ug       ya     ya




                     66
DAYA TAHAN (RESISTEN)

1. Penicillin  N.gonorrhoeae
2. Methicillin(oxacillin)  S.aureus
3. Amikacin Pseudomonas spp /Gram –if
   batang
4. Vancomycin  Enterococcus spp




                      67
ISOLASI PENDERITA

Bila penderita mengalami:
1. MRSA (Methicillin
     Resistant S.aureus)
2. VRE (Vancomycin
     Resistant Enterococcus




                              68
Strain kontrol (WHO)

    Escherichia coli ATCC 25922
    Staphylococcus aureus ATCC
      25923
    Pseudomonas aeruginosa ATCC
   27853

     Escherichia coli ATCC 35218
     Enterococcus faecalis ATCC
      2921


                       69
PENAFSIRAN (INTERPRETASI) & PELAPORAN

 Tafsiran (Interpretasi)
  berdasarkan kriteria spesifik
  NCCLS, hasil diukur di zona
  hambatan
 Pelaporan kategori sensitif
  (peka) (S),intermediate
  (I),atau berdaya tahan
  (resisten /R),




                                  70
BACAAN ZONA HAMBATAN DIBANDINGKAN DNG ORGANISME ACUAN




 ‘S’ = susceptible
  (rentan)
 ‘I’ = intermediate
  (tengah-tengah)
 ‘R’ = resistant (berdaya
  tahan)
 ‘I’ normal kurang peka
  ,tetapi dgn dosis > /
  konsentrat


                               71
UJI DILUSI ANTIBIOTIKA


 Memperkirakan secara kuantitatif kepekaan
  antibiotika
 MIC (minimum inhibitory concentration):
  menentukan konsentrasi terendah antibiotika yg
  =/=> pertumbuhan bakteri




                            72
MBC
   (MINIMUM BACTERIAL CONCENTRATION)



 Konsentrasi terendah yang digunakan
  mematikan bakteri




                               73
STANDAR INOKULUM UJI BAKTERI
                                                     Bakteri dlm
                                                     media +
                                                     antibiotika
  16   8   4      2    1       0,5   0,25 0,12mg/L

               Inkubasi semalam



                                                          MIC
                                                          antibiotika -
                                                          1 mg/L
  16   8   4      2        1   0,5   0,25 0,12mg/L



                Inkubasi
                semalam


                                                                         MIC
                                                                      antibiotika
                                                                       =2 mg/L


                                            74
LAPORAN PENTING


 Daya tahan (Resisten) => staphylococci
  methicillin,oxacillin, atau nafcillin, juga resisten
  terhadap obat  lactam
  (cephallosporin, penicillin& imipenem)
 Tidak menggunakan cara standar (baku)
  Enterobacteriaceae,P.aeruginosa,Acinetobacter
  spp,Staphylococcus spp, Enterococcus
  spp,Haemophilus spp, Neisseria
  gonorrhoeae, S.pneumoniae dan Streptococcus
  spp.,Corynebacterium spp.


                           75
Prinsip umum Tes Kepekaan Antimikroba (TKA).

  Tes Kepekaan Antimikroba (TKA)  mengukur
  kemampuan dari suatu antibiotik atau agent
  antimicrobial lainnya → menghambat
  pertumbuhan bakteri secara invitro.




                                    76
Tes Difusi/ diffusion test


Prinsip uji difusi :
Cakram kertas berisi antibiotik (konsentrasi
tertentu) → ditempatkan pada media agar
(diinokulasi dengan mikroorganisme yang akan
ditentukann kepekaannya).




                             77
Metode TKA cara difusi ada 2 macam :


 Metode Stokes.
 Metode modifikasi Kirby-Bauer.




                                       78
 Metode Stokes.
  - Mikroorganisme kontrol dan dites → ditanam
    pada satu plate (berhadapan),
  - cakram antimikroba ditempatkan pada sisi
    keduanya → inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C
    → daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar
    cakram → zona hambatan,
  - Zona hambatan organisme yang dites
    dibandingkan dengan organisme kontrol.


                          79
Metode Stokes.


- Hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten.
- Ø zona hambatan (kontrol) adalah 8-15 mm.
- Interpretasi hasil :
  Sensitif      : Ø zona hambatan =, > atau < dari
                   3mm batas atas Ø kontrol.
  Intermediate : Ø zona hambatan < dari 3 mm batas
                   atas atau tidak boleh < dari 3 mm
                   batas bawah Ø kontrol.
  Resisten       : Ø zona hambatan < dari atau = 2 mm.


                              80
 Metode modifikasi Kirby-Bauer.
 - Organisme kontrol dan di tes, ditanam pada plate
    berbeda,
  - cakram antibiotik → berdifusi ke dalam media,
    inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C,
  - daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar
    cakram → zona hambatan (mm),
  - hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten
    (skala yang sudah ditentukan sebelumnya).


                             81
Standar kekeruhan


 Standar kekeruhan → 0,5 McFarland.
 Cara menyiapkan standar 0,5 McFarland :
  - Siapkan 0,5 ml BaCl2 1% dan 99,5 H2SO4 1%,
  - masukkan ke dalam botol, kemudian ditutup,
  - untuk mengetahui secara pasti kekeruhannya →
    dengan fotometer pada λ 625 nm, absorbance
    0,08 – 0,10.
  - kekeruhan sesuai dengan 1 x 108 CFU/ml.



                          82
Cara menyiapkan larutan kuman 0,5 McFarland :


 Sentuhlah beberapa koloni kuman pada media primer
  dengan menggunakan ose steril,
 masukkan ke dalam 1 ml larutan salin secara aseptik
  → kocok hingga rata,
 samakan kekeruhan yang didapat dengan standar 0,5
  McFarland,
 bandingkan dengan latar belakang kertas putih.




                                      83
Cara inokulasi



Untuk mendapatkan inokulasi yang baik pada media
agar, yang harus diperhatikan :
 masukkan lidi kapas steril pada larutan kuman 0,5
  McFarland,
 aduk larutan kuman dengan menggunakan lidi kapas
  → larutan yang merata,
 sebelum diangkat, peras bagian kapas dari lidi kapas
  pada dinding tabung diatas permukaan larutan →
  menghindari larutan yang berlebihan,


                           84
Strain Kontrol



 Organisme digunakan sebagai kontrol tergantung :
  - lokasi infeksi
  - konsentrasi antibiotik yang digunakan.
 contoh strain kontrol :
 - Staphylococcus aureus Oxford strain NCTC atau ATCC
   25923.
 - Escherichia coli NCTC 10418 atau ATCC 25922.
 - Pseudomonas aeruginosa NCTC 10662 atau ATCC
   27853.



                            85
Tes dilusi/ dilution test


Macam tes dilusi :
1. dilusi broth.
2. dilusi agar.

Indikasi tes dilusi :
•    Penderita yang sering kambuh meskipun telah diterapi
     dengan adekuat.
•    Penderita yang diterapi dengan immunosupresan.
•    Penderita dengan infeksi kuman yang tumbuhnya lambat.




                                86
Prinsip tes dilusi :


 Sejumlah antimikroba (konsentrasi tertentu) disiapkan
  dalam pengenceran seri yang menurun → ditanami
  suspensi kuman standar, sedangkan seri yang lain
  ditanami kuman yang diuji → inkubasi → makroskopis
  : ada tidaknya pertumbuhan.
 Mengukur minimum inhibition concentration (MIC).
 Mengukur minimum bactericidal concentration (MBC).




                           87
Dilusi broth (cara makro):
• Sejumlah antimikroba dilarutkan ke dalam media
    broth → ditanami suspensi kuman standar.
• Media cair : Mueller-Hinton broth atau trypticase
    soy broth.
• Cara pembuatannya :
   •   Sediakan larutan kerja dari antimikroba yang dibuat dari
       larutan stok,
   •   sediakan 10 tabung bersih, steril, bertutup, ukuran 13 x
       10 mm dan tandai dari tabung 1 – 10,




                             88
Cara pembuatannya :


•    secara aseptik, ambilkan 0,5 ml broth dilusi → masukkan
     dalam tabung 2 sampai ke 10,
•    tambahkan 0,5 ml larutan kerja dari antimikroba pada
     tabung 1 dan ke 2 → campurkan → pindahkan 0,5 ml
     dari tabung 2 ketabung 3 → campurkan → dipindahkan
     0,5 ml dari tabung 3 ke tabung 4 → teruskan sampai
     tabung 9. Dari tabung 9 buang 0,5 ml. Tabung 10 tidak
     mendapat larutan kerja → sebagai kontrol,




                            89
Cara pembuatannya :




•    semua tabung ditambah 0,5 ml inokulum mengandung
     105 – 106 kuman/ml.
•    inkubasi pada suhu 35˚C, 18 jam → tabung diperiksa
     secara visual → kekeruhan. Bila berkabut →
     pertumbuhan kuman (+), jernih → pertumbuhan kuman (-
     ).
•    konsentrasi terendah antimikroba yang masih dapat
     menghambat pertumbuhan kuman  MIC.




                           90
Penentuan MBC.


 Kontrol yang tidak mengandung antimikroba ditanam segera
  pada media yang sesuai pada cawan petri → inkubasi semalam,
 tabung pertumbuhan (-) → ditanam lagi (cara yang sama) →
  bandingkan dengan kontrol.
 Subkultur mungkin menunjukan :
  - Pertumbuhan yang sama dengan kontrol → bakteriostatik.
  - Pertumbuhan > sedikit dibanding kontrol → bakteriosidik
    tak lengkap.
  - Bila pertumbuhan (-) → total bakteriosidik.




                              91
Dilusi agar.



    Metode ini prinsipnya sama dengan broth
     dilusi, kecuali media pada agar dilusi adalah
     padat.
    Cara pembuatan :
     - Antimikroba yang akan digunakan dilarutkan,
     - sediakan beberapa botol labu
     - sediaan Agar + aquades pada botol labu, sterilkan.
       Sebelum ditambahkan antimikroba diletakkan
     pada
       water bath dengan suhu 50 ˚C.

                             92
Cara pembuatan :



- tambahkan antimikroba ke dalam tiap botol labu →
  encerkan dengan media agar → dicampur → tuangkan ke
  dalam cawan petri steril → media plate dengan kadar obat
  yang berbeda.
- serial media agar plate → inokulasi suspensi bakteri
   (diinkubasi 24 jam, suhu 37 ˚),
- agar plate diinkubasi dalam 24 jam, suhu 37 ˚C,
   bila tidak segera digunakan, simpan dalam suhu 2 –7˚C,
   tahan selama 7 hari.




                               93
Interpretasi hasil


 Misalnya, rentangan terapi suatu obat berkisar antara
  2 -12 µg/ml,
 siapkan serial agar plate yang mengandung
  1, 4, 8, 12, 16 µg/ ml,
 bila kuman tumbuh pada tiga plate pertama, tidak
  pada dua plate terakhir, maka nilai MIC tepatnya
  terletak pada 12 µg/ml, interpretasi ini sesuai dengan
  MIC pada broth dilusi.




                             94
Plasmids

 Adalah protein di daerah sirkuler, bagian dari
  self-replicating strands of DNA.
 Tidak semua plasmid mampu mentransfer gen
  resisten




                         95
 Konjugasi : transfer DNA dari sel ke sel secara langsung mll
  kompleks protein yang transit pada 2 membran bakteri
 Transposoms: gen yang resisten yang terdapat di regio plasmids.
 Integrons: beberapa plasmid dapat membawa gen resisten multipel.




                                 96

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Was ist angesagt? (20)

Kanal ion-sebagai-target-aksi-obat
Kanal ion-sebagai-target-aksi-obatKanal ion-sebagai-target-aksi-obat
Kanal ion-sebagai-target-aksi-obat
 
Ekskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjalEkskresi dan klirens ginjal
Ekskresi dan klirens ginjal
 
Pengantar imunoasai
Pengantar imunoasaiPengantar imunoasai
Pengantar imunoasai
 
Uji Disolusi
Uji DisolusiUji Disolusi
Uji Disolusi
 
Farmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik TeofilinFarmakokinetik Teofilin
Farmakokinetik Teofilin
 
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan BioekivalensiBioavailabilitas dan Bioekivalensi
Bioavailabilitas dan Bioekivalensi
 
Reseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyuReseptor obat wahyu
Reseptor obat wahyu
 
Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1Imunologi dasar bag.1
Imunologi dasar bag.1
 
Antibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannyaAntibiotik dan golongannya
Antibiotik dan golongannya
 
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora Mikrobiologi - Pewarnaan spora
Mikrobiologi - Pewarnaan spora
 
Soal soal hematologi
Soal soal hematologiSoal soal hematologi
Soal soal hematologi
 
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - MikrobiologiPewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
Pewarnaan Kapsul - Mikrobiologi
 
spektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-visspektrofotometri uv-vis
spektrofotometri uv-vis
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
 
Pemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologiPemeriksan laboratorium imunologi
Pemeriksan laboratorium imunologi
 
(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik(3) obat obat kolinergik
(3) obat obat kolinergik
 
Ppt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganismePpt resistensi mikroorganisme
Ppt resistensi mikroorganisme
 
Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1Kimia klinik jurnal 1
Kimia klinik jurnal 1
 
Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA Pewarnaan BTA/BTTA
Pewarnaan BTA/BTTA
 
Sistem komplemen
Sistem komplemenSistem komplemen
Sistem komplemen
 

Andere mochten auch

Isolasi bakteri pada sampel urin
Isolasi bakteri pada sampel urinIsolasi bakteri pada sampel urin
Isolasi bakteri pada sampel urinElka Simbolon
 
Tpibaru3
Tpibaru3Tpibaru3
Tpibaru3andreei
 
Chapter iii vi
Chapter iii viChapter iii vi
Chapter iii vimalay87
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanToriq Pavana
 
130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnalDian Ratnasari
 
ClubHack Magazine – December 2011
ClubHack Magazine – December 2011ClubHack Magazine – December 2011
ClubHack Magazine – December 2011ClubHack
 
Database searching
Database searchingDatabase searching
Database searchingkatebejune
 
CMO: Consumo de Medios Online en Chile
CMO: Consumo de Medios Online en ChileCMO: Consumo de Medios Online en Chile
CMO: Consumo de Medios Online en Chilersantoni
 
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensial
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensialBuku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensial
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensialAi Barney
 

Andere mochten auch (20)

3954 5758-1-sm
3954 5758-1-sm3954 5758-1-sm
3954 5758-1-sm
 
Isolasi bakteri pada sampel urin
Isolasi bakteri pada sampel urinIsolasi bakteri pada sampel urin
Isolasi bakteri pada sampel urin
 
Tpibaru3
Tpibaru3Tpibaru3
Tpibaru3
 
Chapter iii vi
Chapter iii viChapter iii vi
Chapter iii vi
 
Rkk15
Rkk15Rkk15
Rkk15
 
Rkk15
Rkk15Rkk15
Rkk15
 
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruanLaporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
Laporan pkl penyehatan air di pt bromo steel indonesia pasuruan
 
Uji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotikUji potensi antibiotik
Uji potensi antibiotik
 
Senyawa steroid
Senyawa steroidSenyawa steroid
Senyawa steroid
 
130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal130299213 analisa-jurnal
130299213 analisa-jurnal
 
ClubHack Magazine – December 2011
ClubHack Magazine – December 2011ClubHack Magazine – December 2011
ClubHack Magazine – December 2011
 
Confianza
ConfianzaConfianza
Confianza
 
Database searching
Database searchingDatabase searching
Database searching
 
Quantified Self
Quantified SelfQuantified Self
Quantified Self
 
CMO: Consumo de Medios Online en Chile
CMO: Consumo de Medios Online en ChileCMO: Consumo de Medios Online en Chile
CMO: Consumo de Medios Online en Chile
 
Essensial drugs
Essensial drugsEssensial drugs
Essensial drugs
 
Ch 17sec3
Ch 17sec3Ch 17sec3
Ch 17sec3
 
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensial
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensialBuku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensial
Buku saku-pelayanan-kesehatan-neonatal-esensial
 
Tetracyclines
TetracyclinesTetracyclines
Tetracyclines
 
Buku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anakBuku saku pelayanan kesehatan anak
Buku saku pelayanan kesehatan anak
 

Ähnlich wie Resistensi Antibiotika

PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxAgathaHaselvin
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikChanra Sirait
 
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAntibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAnom Anjasmara
 
antibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa proteinantibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa proteinDectectif Dccd
 
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.pptPenggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.pptRifdahAulia3
 
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.pptDeddyAng1
 
Struktur Mikroorganisme
Struktur MikroorganismeStruktur Mikroorganisme
Struktur MikroorganismeCatatan Medis
 
demam typoid
demam typoiddemam typoid
demam typoidsryast
 
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANKULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANUDAYANA UNIVERSITY
 
..........................Antibiotik.pptx
..........................Antibiotik.pptx..........................Antibiotik.pptx
..........................Antibiotik.pptxfurqanridha
 
Macrolides fix pdf
Macrolides fix pdfMacrolides fix pdf
Macrolides fix pdfRhiza Amalia
 
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisSoroy Lardo
 
HKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxHKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxMPandjieM
 
7 ANTIBIOTIKA.ppt
7 ANTIBIOTIKA.ppt7 ANTIBIOTIKA.ppt
7 ANTIBIOTIKA.pptLiaNingrum7
 

Ähnlich wie Resistensi Antibiotika (20)

PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptxPPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
PPT_MIKMED_KLP_4-TERAPI_PENYAKIT_INFEKSI.pptx
 
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotikPengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
Pengelompokan dan pengenalan golongan antibiotik
 
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilanAntibiotika%20 dalam%20kehamilan
Antibiotika%20 dalam%20kehamilan
 
antibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa proteinantibiotik penghambat sintesa protein
antibiotik penghambat sintesa protein
 
Antibiotik.ppt
Antibiotik.pptAntibiotik.ppt
Antibiotik.ppt
 
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.pptPenggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
Penggunaan Antibiotik yg bijak indon.ppt
 
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt
447208748-4-ANTI-MIKROBA-ppt.ppt
 
Obat antibiotik
Obat antibiotikObat antibiotik
Obat antibiotik
 
Antibiotik
AntibiotikAntibiotik
Antibiotik
 
Struktur Mikroorganisme
Struktur MikroorganismeStruktur Mikroorganisme
Struktur Mikroorganisme
 
demam typoid
demam typoiddemam typoid
demam typoid
 
ANTIBIOTIKA.ppt
ANTIBIOTIKA.pptANTIBIOTIKA.ppt
ANTIBIOTIKA.ppt
 
Farmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. AntibiotikaFarmakologi I. Antibiotika
Farmakologi I. Antibiotika
 
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANANKULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
KULIAH ANTIBIOTIKA FARMASI DAN KEBIDANAN
 
..........................Antibiotik.pptx
..........................Antibiotik.pptx..........................Antibiotik.pptx
..........................Antibiotik.pptx
 
Macrolides fix pdf
Macrolides fix pdfMacrolides fix pdf
Macrolides fix pdf
 
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan SepsisAspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
Aspek Mikrobiologi dari Infeksi dan Sepsis
 
HKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptxHKSA Antibiotik..pptx
HKSA Antibiotik..pptx
 
7 ANTIBIOTIKA.ppt
7 ANTIBIOTIKA.ppt7 ANTIBIOTIKA.ppt
7 ANTIBIOTIKA.ppt
 
Farmakologi Antibiotik
Farmakologi AntibiotikFarmakologi Antibiotik
Farmakologi Antibiotik
 

Mehr von andreei

Mehr von andreei (20)

Tibaru18
Tibaru18Tibaru18
Tibaru18
 
Tibaru17
Tibaru17Tibaru17
Tibaru17
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
Tibaru14
Tibaru14Tibaru14
Tibaru14
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
 
Tibaru12
Tibaru12Tibaru12
Tibaru12
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru9
Tibaru9Tibaru9
Tibaru9
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru10
Tibaru10Tibaru10
Tibaru10
 
Tibaru8
Tibaru8Tibaru8
Tibaru8
 
Tibaru7
Tibaru7Tibaru7
Tibaru7
 
Refhemabaru8
Refhemabaru8Refhemabaru8
Refhemabaru8
 
Refhemabaru7
Refhemabaru7Refhemabaru7
Refhemabaru7
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
 
12
1212
12
 
12
1212
12
 
11
1111
11
 

Resistensi Antibiotika

  • 1. TINJAUAN PUSTAKA DIVISI PENYAKIT INFEKSI MASALAH RESISTENSI ANTIBIOTIKA OLEH: I Nyoman Wande / Prihatini 1
  • 2. PENDAHULUAN  Antibiotika: susbtansi yang dihasilkan oleh bakteri/jamur untuk membunuh bakteri lain.  Ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. • Produksi penicillin oleh penicillium notatum (1940)  Pada tahun 1940: juga ditemukan strain bakteri yang resisten terhadap penicillin. 2
  • 3. PENDAHULUAN  Perbedaan resistensi AB dengan antibiotic tolerance: 1. Resistensi AB: bakteri terus tumbuh pada konsentrasi AB yang memadai 2. Antibiotic tolerance: pertumbuhan bakteri terhenti jika konsentrasi AB cukup dan tumbuh kembali jika konsentrasi turun. 3
  • 4. PENDAHULUAN Kriteria bakteri resisten terhadap antibiotika (AB) Klinis: Laboratoris: Tidak ada respon Pertumbuhan perbaikan dengan bakteri tidak pemberian AB dapat dihambat dengan pemberian AB 4
  • 5. PENDAHULUAN  Penelitian di Indonesia: 1. Usman dkk (1981) di Jakarta: bakteri coccus usap tenggorokan anak sehat resisten terhadap tetracyclin, streptomycin dan sulfadiazin. 2. Iswara (1983) di Medan: penggunaan Ampicillin dan penicillin kurang memuaskan. 5
  • 6. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB  Gen yang resisten AB meluas setelah penggunaan AB secara luas.  Masalah gen resisten pada bakteri: 1. Bakteri cepat berkembang biak dan mengubah informasi genetiknya. 2. Bakteri menyebar ke binatang, manusia dan tumbuh-tumbuhan. 3. Bakteri medapatkan gen resisten dari organisme lainnya. 6
  • 7. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB Transposisi: perpindahan DNA bakteri selama proses konjugasi Mekanisme Tranduksi: gen resisten perpindahan dipindahkan oleh bacteriophage gen resisten AB Transformasi: bakteri hidup bergabung dengan gen resisten yang dikeluarkan oleh bakteri mati. 7
  • 8. MEKANISME KERJA ANTIBIOTIKA Sasaran utama antibiotika: 1 2 3 Thrimethoprim, sul Aminoglicosides, tetra Antibiotika beta- cycline, chlorampheni lactam phonamides, metr col, macrolide, lincosa onidazole- mides, linezolid, kom nitroimidazole, qui binasi streptogrammins, dalf nolones, rifampicin opristin dan . quinupristin. Deoxyribonucleic Ribosom dan Dinding bakteri acid dan nucleic sintesa protein (cell walls) acids 8
  • 9. Tabel . Sasaran kerja antibiotika pada bakteri (Frost KJ,2007) Komponen Fungsi di sel bakteri Antibiotika yang bekerja pada sasaran tersebut bakteri Dinding sel Struktural dan •Cephalosporin contohnya: cefradine, cefalexin dan pertahanan cefotaxime. •Glycopeptide contohnya: vancomycin dan teicoplanin. •Beta-lactam lain contohnya: imipenem dan meropenem. •Penicillin, contohnya: amoxicillin, flucloxacillin, co amoxiclav (Augmentin®), dan piperacillin (dalam kombinasi dengan tazobactam sebagai Tazocin®). Deoxyribonucleic Genetic blueprints untuk •Metronidazole acid (DNA) produksi protein bakteri •Quinolones,contohnya: ciprofloxacin dan levofloxacin •Rifampicin •Trimethoprim Ribosom Penggabungan asam • Aminoglycoside, contohnya: gentamicin amino menjadi protein •Chloramphenicol •Dalfopristin dan quinupristin •Lincosamide, contohnya: clindamycin •Linezolid •Macrolide, contohnya: erythromycin dan clarithromycin •Tetracycline, contohnya: doxycycline dan oxytetracycline 9
  • 10. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI Membatasi masuknya Menghambat aktivasi AB AB ke target bakteri oleh enzim bakteri Mekanisme resistensi AB Gagal mengaktivasi AB Modifikasi atau proteksi dari target AB 10
  • 11. Gambar 1. Empat mekanisme biokimia utama terjadinya resistensi antibiotika (Hawkey PM,1998). 11
  • 12. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI a. Outer membrane porins -Membran luar bakteri Gram (-) berfungsi sebagai barier masuknya AB  porins Membatasi AB b. Penurunan pengambilan yang masuk ke melewati membran sitoplasma sasaran (target) - Gagalnya AB melewati membran bakteri. sitoplasma 12
  • 13. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Inaktivasi AB secara enzimatik: 1. Enzim -lactamase 2. Enzim yang mengubah aminoglycoside 3. Chloramphenicol acetyltransferase 4. Streptogramin acetyltransferase 5. Oksidasi tetracycline. 13
  • 14. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI Gambar 2. Cara kerja enzim -lactamase (A) dan struktur clavulanic acid sebagai penghambat enzim -lactamase (B). clavulanic acid menginaktivasi enzim -lactamase sehingga antibiotika -laktam bisa membunuh bakteri (Salyers and Whitt,2002). 14
  • 15. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI Gambar 3. Kerja enzim yang menginaktivasi aminoglycoside (Salyers and Whitt,2002). 15
  • 16. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI Gambar 4. Kerja enzim chloramphenicol transacetylase. Penambahan gugus acetyl pada chloramphenicol dapat mencegah chloramphenicol berikatan dengan ribosom pada subunit 50S (Salyers and whitt,2002). 16
  • 17. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri melalui active drug efflux pumps: 1. Resisten terhadap tetracycline: Gen yang mengkode tetracycline efflux proteins pada bakteri Gram negatif (tetA sampai tetG) dan bakteri Gram positif (tetK,tetL). 2. Resisten terhadap macrolide: Spesies staph.  ATP-dependent efflux system bekerja memompa macrolide keluar sel bakteri. 17
  • 18. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Peningkatan pembuangan antibiotika dari bakteri melalui active drug efflux pumps: 3. Resisten terhadap quinolone: Terjadi bersama dengan mekanisme resistensi lain spt penurunan masuknya fluoroquinolone ke dalam bakteri. 4. Resisten terhadap streptogramins: Ditemukan pada Staphylococcus. 18
  • 19. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Modifikasi atau perlindungan thd sasaran antibiotika: 1. Resisten terhadap AB beta lactam: • Ikatan spesifik pada penicillin binding proteins berubah  AB beta lactam tdk dapat terikat. • Terjadi pd bakteri Gram positif • Gen yang berperan: mecA gene (mengkode resistensi thd methicillin yg ditemukan pd Staphylococcus aureus. 19
  • 20. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Modifikasi atau perlindungan thd sasaran antibiotika: 2. Resisten terhadap AB glikopeptida: • Perubahan D-Ala-D-Ala menjadi D-Ala-D-Lactate • Gen yang berperan: 1. Gen vanA atau vanB 2. Gen vanH 3. Gen vanX 20
  • 21. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Modifikasi atau perlindungan thd sasaran antibiotika: 3. Resisten terhadap tetracycline: • Ribosome protection: protein sitoplasma yg dapat memproteksi ribosom dari tetracycline • Gen yang berperan: tetM, tetO dan tetQ. 4. Resisten terhadap macrolide, streptogramins dan lincosamide: • rRNA methylase (enzim metilasi adenin pada 23S rRNA)  perantara penyebaran tipe resistensi ini • Ditemukan: bakteri coccus Gram (+) dan Bacteroides. 21
  • 22. Gambar 5. Mekanisme terjadinya resistensi tetracycline. (A) Tetracycline diambil oleh pengangkut; konsentrasi intraseluler lebih tinggi daripada ekstraseluler; tetracycline berikatan dengan ribosom dan menghentikan sintesis protein. (B) Protein membran sitoplasma memompa tetracycline keluar sel; konsentrasi intraseluler terlalu rendah untuk berikatan dengan ribosom. (C) Akumulasi tetracycline didalam sel yang sama dengan sel bakteri yang sensitif lainnya, tetapi ribosom dilindungi sehingga tetracycline sulit berikatan. 22
  • 23. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Modifikasi atau perlindungan thd sasaran antibiotika: 5. Resisten terhadap quinolone dan rifampin: • Quinolone  Melibatkan mutasi titik: mengubah aktivitas DNA gyrase B subunit untuk AB. • Rifampin  mutasi RNA polymerase: mengurangi afinitas enzim untuk AB. 6. Resisten terhadap trimethoprim dan sulfonamide: • Mutasi pd enzim yang dihambat oleh AB tersebut • Mutasi pd kedua enzim untuk trimethoprim dan sulfonamide jarang terjadi bersama. 23
  • 24. MEKANISME RESISTENSI AB PADA BAKTERI • Gagal mengaktivasi AB: • Mutasi pada gen yang mengkode flavodoxin  resisten terhadap metronidazole. 24
  • 25. FAKTOR YANG BERPERAN TERJADINYA RESISTENSI AB: 1. Penggunaan antibiotika secara luas pada peternakan, pertanian dan kedokteran hewan. 2. Penggunaan antibiotika yang tidak tepat. 3. Pelaksanaan oleh penderita •Penulisan resep antibiotika yang tidak memenuhi syarat, tidak diminum secara benar dan lengkap. 4. Terpajan oleh antibiotika berasal dari sabun, pelarut dan lotion. 5. Pertimbangan sosial ekonomi di negara berkembang •Petugas kesehatan yang tidak terlatih •Salah memakai antibiotika •Kualitas obat yang jelek •Penyediaan antibiotika secara luas oleh instansi non-professional •Izin dan pengawasan yang buruk •Kemiskinan dan kesehatan yang buruk. 25
  • 26. MEKANISME TERJADINYA PENYEBARAN RESISTENSI AB PADA MIKROORGANISME DI RUMAH SAKIT: 1 Pengenalan organisme yang resisten kepada populasi yang sebelumnya sensitif 2 Perubahan ke arah resistensi dari strain yang sensitif Mutasi spontan Transfer genetik 3 Ekspresi pengaturan resistensi telah ada dalam populasi 4 Seleksi subpopulasi yang resisten 5 Penyebaran organisme yang resisten. 26
  • 27. FAKTOR YANG MENINGKATKAN RESISTENSI AB DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT: 1. peningkatan keparahan penyakit penderita yang dirawat 2. penderita dengan imunokompromise yang berat 3. penggunaan alat dan prosedur baru 4. peningkatan masuknya organisme yang resisten dari komunitas 5. kontrol infeksi, isolasi dan penatalaksanaan yang tidak efektif 6. peningkatan penggunaan antibiotika sebagai profilaksis 7. peningkatan penggunaan terapi antibiotika polimikroba 8. penggunaan antibiotika yang tinggi per area geografi per unit waktu. 27
  • 28. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO  Antimicrobial susceptibility testing  Polymerase Chain Reaction (PCR)  Kultur  Mendeteksi adanya perubahan gen pada tubuh bakteri 28
  • 29. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO  Antimicrobial susceptibility testing: 1 2 • memperkirakan aktivitas AB secara • cakram AB ditempatkan pada kuantitatif media agar yang telah diinokulasi •Pengenceran AB dimasukkan pd kuman broth atau media agar yang telah •ukur derajat zone hambat  diinokulasi kuman pengaruh AB thd kuman yang di tes. •Minimum inhibitory concentration (MIC)  konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan. Tes dilusi Tes difusi 29
  • 30. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO  Antimicrobial susceptibility testing: Gambar 6. Grafik hubungan antara Gambar 7. Interpretasi ukuran zona log2MIC dan diameter zona hambat sebagai susceptible, intermediate dan yang diperoleh dari tes difusi resistant yang dihubungkan dengan MIC. menggunakan disc yang mengandung antibiotika dengan konsentrasi tunggal. 30
  • 31. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO  Modifikasi dari metode difusi: 1 Metode Kirby-Bauer yang telah dimodifikasi: • diperkenalkan pada tahun 1966 •Metode rujukan dari WHO yag telah distandarisasi dan dievaluasi secara luas. •Interpretasi ukuran zona hambat menggunakan template atau menggunakan penggaris yang dicocokkan dengan tabel. 31
  • 32. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode modified Kirby–Bauer techniquea Diameter zona hambatan (mm) Jenis antibiotika potensi cakram Resistant Intermediate Susceptible 32
  • 33. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO Tabel interpretasi ukuran zona pertumbuhan bakteri menggunakan metode modified Kirby–Bauer techniquea Diameter zona hambatan (mm) Jenis antibiotika potensi cakram Resistant Intermediate Susceptible 33
  • 34. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO  Modifikasi dari metode difusi: 2 Metode E test : • prinsip:strip AB dengan peningkatan gradien konsentrasi ditempatkan pada lempeng agar yang telah diinokulasi bakteri  inkubasi semalam. •MIC  zone hambatan memotong strip pada konsentrasi tertentu. 34
  • 35. PEMERIKSAAN RESISTENSI AB IN VITRO Gambar 8. Metode E test. Tanda panah menunjukkan MIC suatu antibiotika. 35
  • 36. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG SEKARANG 1. Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA):  Dikode oleh gen mecA  perubahan pada PBP2.  Mencegah ikatan AB (gol. Beta lactam) secara efektif.  Prosedur lab. Untuk mendeteksi MRSA: • Kultur: direct plating/ broth enrichment. • Oxacillin/methicillin susceptibility tests 36
  • 37. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG SEKARANG 2. Extended-Spectrum -Lactamase Producing Organisms (ESBL):  Sering oleh E.coli dan K.pneumoniae.  Faktor resiko: 1. penggunaan kateter idwelling dengan terapi antibiotika (seperti ceftazidime), 2. pembedahan intra-abdominal 3. ventilasi mekanis.  ESBLs menghidrolisa sebagian besar antibiotika -lactam kecuali carbapenems dan cephamycins (cefoxitin, cefotetan, dan cefmandole) 37
  • 38. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG SEKARANG 3. Resisten terhadap Fluoroquinolone  Mekanisme: melalui salah satu mekanisme utama yaitu: perubahan dari target antibiotika dan perubahan penembusan antibiotika untuk mencapai target 38
  • 39. JENIS RESISTENSI AB YANG BERKEMBANG SEKARANG 4. Vancomycin-Resistant Enterococcus (VRE):  Gen VanA-G, mengkode perubahan dalam pembentukan peptidoglikan.  Gen Van-resistant: mengganti alanin dari D- Alanyl-alanin end-terminal dengan asam amino lain.  mencegah ikatan vancomycin dengan tempat kerja antibiotika.  Pilihan antibiotika lain untuk VRE sekarang ini seperti Q/D, linezolid dan daptomycin. 39
  • 40. PEMBAHASAN  Bakteri yang resisten terhadap antibiotika bukan masalah baru.  Penggunaan antibiotika yang tidak tepat  meningkatkan perkembangan resistensi antibiotika.  Penyebaran resistensi antibiotika di Rumah Sakit/ fasilitas pelayanan kesehatan oleh karena higienisitas yang buruk 40
  • 41. PEMBAHASAN  Studi Wales: hubungan antara banyaknya penulisan resep antibiotika dengan resistensi terhadap trimethoprim pada ISK.  Peningkatan penulisan resep vancomycin di Rumah Sakit di USA  peningkatan insiden infeksi vancomycin resistant enterococcus (VRE).  Di negara Eropa: hubungan terbalik antara peningkatan penggunaan antibiotika spektum sempit dengan kejadian resistensi antibiotika. 41
  • 42. PEMBAHASAN Gambar 9. Prevalensi resistensi dari berbagai organisme/ kombinasi obat dan situasi Rumah Sakit. Data ini didapat dari 41 Rumah Sakit di Amerika Serikat yang berpartisipasi dalam Project CARE Phase 2, tahun 1996-1997 42
  • 43. PEMBAHASAN  Masalah baru  kesulitan dalam mendeteksi mikroorganisme yang memiliki pola resistensi baru dengan menggunakan tes kepekaan antibiotika secara otomatis, seperti: • MicroScan Walkaway; Dade Microscan, Inc.,USA • Vitek 2; BioMerieux Vitex, Inc.,USA • maupun dengan difusi cakram 43
  • 44. PEMBAHASAN  Metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya resistensi antibiotika tidak harus mahal  Contohnya:  metode deteksi MRSA dengan cefoxitin disk test: cukup murah namun sangat akurat.  tes aglutinasi lateks: mendeteksi resistensi methicillin pada Staphylococcus berdasarkan produksi PBP2a aktivitas rendah yang dikode oleh mecA gene 44
  • 45. KESIMPULAN  Perkembangan resistensi AB sangat dipengaruhi oleh intensitas pemaparan AB di suatu wilayah  Penggunaan AB tidak terkendali: meningkatkan resistensi thd AB.  Peningkatan penyebaran resistensi AB terjadi melalui mekanisme perpindahan gen yang resisten terhadap AB. 45
  • 46. KESIMPULAN  Mekanisme resistensi AB pada prinsipnya sesuai dengan mekanisme kerja AB pada bakteri.  Surveilance dengan memeriksa hasil kultur dan tes kepekaan AB secara rutin  mengontrol penyebaran resistensi. 46
  • 47. 47
  • 48. EPIDEMIOLOGI RESISTENSI AB  Gen yang memberikan resistensi AB ditemukan di daerah sirkuler, bagian dari self-replicating strands of DNA  plasmids  Gen yang sebenarnya untuk resisten AB terdapat di regio plasmids disebut transposons atau jumping genes. 48
  • 49. 49
  • 50. 50
  • 51. 51
  • 52. 52
  • 53. 53
  • 54. 54
  • 55. 55
  • 56. 56
  • 57. 57
  • 58. 58
  • 59. 59
  • 60. 60
  • 61. 61
  • 62. 62
  • 63. 63
  • 64. UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA Cakram antibiotika Suspensi koloni ½ McFarland 64
  • 65. HASIL BACAAN iiiiIIiiiiiIIIIIIIIIII Cakram 2 antibiotika: 3 1 = resisten 1 2= peka 4 3 = peka 6 4= sangat peka 5 5= resisten 6= resisten 65
  • 66. PILIHAN ANTIBIOTIKA UNTUK UJI KEPEKAAN BAKTERI Kandungan: G+if G-if 10 ug ya ya Antibiotika : Ampicillin AM 100 ug tidak ya Carbenicillin CB 30 ug ya ya Cephalotin CR 30 ug ya ya Chloramphenicol C 15 ug Ya tidak Erythromycin E 10 ug tidak ya Gentamycin GM Penicillin G P 10 units ya tidak Tetracyclin TE 30 ug ya ya 66
  • 67. DAYA TAHAN (RESISTEN) 1. Penicillin  N.gonorrhoeae 2. Methicillin(oxacillin)  S.aureus 3. Amikacin Pseudomonas spp /Gram –if batang 4. Vancomycin  Enterococcus spp 67
  • 68. ISOLASI PENDERITA Bila penderita mengalami: 1. MRSA (Methicillin Resistant S.aureus) 2. VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus 68
  • 69. Strain kontrol (WHO)  Escherichia coli ATCC 25922  Staphylococcus aureus ATCC 25923  Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853  Escherichia coli ATCC 35218  Enterococcus faecalis ATCC 2921 69
  • 70. PENAFSIRAN (INTERPRETASI) & PELAPORAN  Tafsiran (Interpretasi) berdasarkan kriteria spesifik NCCLS, hasil diukur di zona hambatan  Pelaporan kategori sensitif (peka) (S),intermediate (I),atau berdaya tahan (resisten /R), 70
  • 71. BACAAN ZONA HAMBATAN DIBANDINGKAN DNG ORGANISME ACUAN  ‘S’ = susceptible (rentan)  ‘I’ = intermediate (tengah-tengah)  ‘R’ = resistant (berdaya tahan)  ‘I’ normal kurang peka ,tetapi dgn dosis > / konsentrat 71
  • 72. UJI DILUSI ANTIBIOTIKA  Memperkirakan secara kuantitatif kepekaan antibiotika  MIC (minimum inhibitory concentration): menentukan konsentrasi terendah antibiotika yg =/=> pertumbuhan bakteri 72
  • 73. MBC (MINIMUM BACTERIAL CONCENTRATION)  Konsentrasi terendah yang digunakan mematikan bakteri 73
  • 74. STANDAR INOKULUM UJI BAKTERI Bakteri dlm media + antibiotika 16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,12mg/L Inkubasi semalam MIC antibiotika - 1 mg/L 16 8 4 2 1 0,5 0,25 0,12mg/L Inkubasi semalam MIC antibiotika =2 mg/L 74
  • 75. LAPORAN PENTING  Daya tahan (Resisten) => staphylococci methicillin,oxacillin, atau nafcillin, juga resisten terhadap obat  lactam (cephallosporin, penicillin& imipenem)  Tidak menggunakan cara standar (baku) Enterobacteriaceae,P.aeruginosa,Acinetobacter spp,Staphylococcus spp, Enterococcus spp,Haemophilus spp, Neisseria gonorrhoeae, S.pneumoniae dan Streptococcus spp.,Corynebacterium spp. 75
  • 76. Prinsip umum Tes Kepekaan Antimikroba (TKA). Tes Kepekaan Antimikroba (TKA)  mengukur kemampuan dari suatu antibiotik atau agent antimicrobial lainnya → menghambat pertumbuhan bakteri secara invitro. 76
  • 77. Tes Difusi/ diffusion test Prinsip uji difusi : Cakram kertas berisi antibiotik (konsentrasi tertentu) → ditempatkan pada media agar (diinokulasi dengan mikroorganisme yang akan ditentukann kepekaannya). 77
  • 78. Metode TKA cara difusi ada 2 macam :  Metode Stokes.  Metode modifikasi Kirby-Bauer. 78
  • 79.  Metode Stokes. - Mikroorganisme kontrol dan dites → ditanam pada satu plate (berhadapan), - cakram antimikroba ditempatkan pada sisi keduanya → inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C → daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar cakram → zona hambatan, - Zona hambatan organisme yang dites dibandingkan dengan organisme kontrol. 79
  • 80. Metode Stokes. - Hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten. - Ø zona hambatan (kontrol) adalah 8-15 mm. - Interpretasi hasil : Sensitif : Ø zona hambatan =, > atau < dari 3mm batas atas Ø kontrol. Intermediate : Ø zona hambatan < dari 3 mm batas atas atau tidak boleh < dari 3 mm batas bawah Ø kontrol. Resisten : Ø zona hambatan < dari atau = 2 mm. 80
  • 81.  Metode modifikasi Kirby-Bauer. - Organisme kontrol dan di tes, ditanam pada plate berbeda, - cakram antibiotik → berdifusi ke dalam media, inkubasi 18-24 jam, suhu 35-37˚C, - daerah yang tidak ditumbuhi kuman disekitar cakram → zona hambatan (mm), - hasil dilaporkan : sensitif, intermediate, resisten (skala yang sudah ditentukan sebelumnya). 81
  • 82. Standar kekeruhan  Standar kekeruhan → 0,5 McFarland.  Cara menyiapkan standar 0,5 McFarland : - Siapkan 0,5 ml BaCl2 1% dan 99,5 H2SO4 1%, - masukkan ke dalam botol, kemudian ditutup, - untuk mengetahui secara pasti kekeruhannya → dengan fotometer pada λ 625 nm, absorbance 0,08 – 0,10. - kekeruhan sesuai dengan 1 x 108 CFU/ml. 82
  • 83. Cara menyiapkan larutan kuman 0,5 McFarland :  Sentuhlah beberapa koloni kuman pada media primer dengan menggunakan ose steril,  masukkan ke dalam 1 ml larutan salin secara aseptik → kocok hingga rata,  samakan kekeruhan yang didapat dengan standar 0,5 McFarland,  bandingkan dengan latar belakang kertas putih. 83
  • 84. Cara inokulasi Untuk mendapatkan inokulasi yang baik pada media agar, yang harus diperhatikan :  masukkan lidi kapas steril pada larutan kuman 0,5 McFarland,  aduk larutan kuman dengan menggunakan lidi kapas → larutan yang merata,  sebelum diangkat, peras bagian kapas dari lidi kapas pada dinding tabung diatas permukaan larutan → menghindari larutan yang berlebihan, 84
  • 85. Strain Kontrol  Organisme digunakan sebagai kontrol tergantung : - lokasi infeksi - konsentrasi antibiotik yang digunakan.  contoh strain kontrol : - Staphylococcus aureus Oxford strain NCTC atau ATCC 25923. - Escherichia coli NCTC 10418 atau ATCC 25922. - Pseudomonas aeruginosa NCTC 10662 atau ATCC 27853. 85
  • 86. Tes dilusi/ dilution test Macam tes dilusi : 1. dilusi broth. 2. dilusi agar. Indikasi tes dilusi : • Penderita yang sering kambuh meskipun telah diterapi dengan adekuat. • Penderita yang diterapi dengan immunosupresan. • Penderita dengan infeksi kuman yang tumbuhnya lambat. 86
  • 87. Prinsip tes dilusi :  Sejumlah antimikroba (konsentrasi tertentu) disiapkan dalam pengenceran seri yang menurun → ditanami suspensi kuman standar, sedangkan seri yang lain ditanami kuman yang diuji → inkubasi → makroskopis : ada tidaknya pertumbuhan.  Mengukur minimum inhibition concentration (MIC).  Mengukur minimum bactericidal concentration (MBC). 87
  • 88. Dilusi broth (cara makro): • Sejumlah antimikroba dilarutkan ke dalam media broth → ditanami suspensi kuman standar. • Media cair : Mueller-Hinton broth atau trypticase soy broth. • Cara pembuatannya : • Sediakan larutan kerja dari antimikroba yang dibuat dari larutan stok, • sediakan 10 tabung bersih, steril, bertutup, ukuran 13 x 10 mm dan tandai dari tabung 1 – 10, 88
  • 89. Cara pembuatannya : • secara aseptik, ambilkan 0,5 ml broth dilusi → masukkan dalam tabung 2 sampai ke 10, • tambahkan 0,5 ml larutan kerja dari antimikroba pada tabung 1 dan ke 2 → campurkan → pindahkan 0,5 ml dari tabung 2 ketabung 3 → campurkan → dipindahkan 0,5 ml dari tabung 3 ke tabung 4 → teruskan sampai tabung 9. Dari tabung 9 buang 0,5 ml. Tabung 10 tidak mendapat larutan kerja → sebagai kontrol, 89
  • 90. Cara pembuatannya : • semua tabung ditambah 0,5 ml inokulum mengandung 105 – 106 kuman/ml. • inkubasi pada suhu 35˚C, 18 jam → tabung diperiksa secara visual → kekeruhan. Bila berkabut → pertumbuhan kuman (+), jernih → pertumbuhan kuman (- ). • konsentrasi terendah antimikroba yang masih dapat menghambat pertumbuhan kuman  MIC. 90
  • 91. Penentuan MBC.  Kontrol yang tidak mengandung antimikroba ditanam segera pada media yang sesuai pada cawan petri → inkubasi semalam,  tabung pertumbuhan (-) → ditanam lagi (cara yang sama) → bandingkan dengan kontrol.  Subkultur mungkin menunjukan : - Pertumbuhan yang sama dengan kontrol → bakteriostatik. - Pertumbuhan > sedikit dibanding kontrol → bakteriosidik tak lengkap. - Bila pertumbuhan (-) → total bakteriosidik. 91
  • 92. Dilusi agar.  Metode ini prinsipnya sama dengan broth dilusi, kecuali media pada agar dilusi adalah padat.  Cara pembuatan : - Antimikroba yang akan digunakan dilarutkan, - sediakan beberapa botol labu - sediaan Agar + aquades pada botol labu, sterilkan. Sebelum ditambahkan antimikroba diletakkan pada water bath dengan suhu 50 ˚C. 92
  • 93. Cara pembuatan : - tambahkan antimikroba ke dalam tiap botol labu → encerkan dengan media agar → dicampur → tuangkan ke dalam cawan petri steril → media plate dengan kadar obat yang berbeda. - serial media agar plate → inokulasi suspensi bakteri (diinkubasi 24 jam, suhu 37 ˚), - agar plate diinkubasi dalam 24 jam, suhu 37 ˚C, bila tidak segera digunakan, simpan dalam suhu 2 –7˚C, tahan selama 7 hari. 93
  • 94. Interpretasi hasil  Misalnya, rentangan terapi suatu obat berkisar antara 2 -12 µg/ml,  siapkan serial agar plate yang mengandung 1, 4, 8, 12, 16 µg/ ml,  bila kuman tumbuh pada tiga plate pertama, tidak pada dua plate terakhir, maka nilai MIC tepatnya terletak pada 12 µg/ml, interpretasi ini sesuai dengan MIC pada broth dilusi. 94
  • 95. Plasmids  Adalah protein di daerah sirkuler, bagian dari self-replicating strands of DNA.  Tidak semua plasmid mampu mentransfer gen resisten 95
  • 96.  Konjugasi : transfer DNA dari sel ke sel secara langsung mll kompleks protein yang transit pada 2 membran bakteri  Transposoms: gen yang resisten yang terdapat di regio plasmids.  Integrons: beberapa plasmid dapat membawa gen resisten multipel. 96