Pengajaran dan pembelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa kedua
1. PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
SEBAGAI BAHASA KEDUA
Andi Sahtiani Jahrir
Tgl 21 april 2009
Prakata
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
Belajar bahasa berkait erat dengan berbagai faktor di antaranya kegiatan
belajar mengajar yang tidak terlepas dari unsur cara guru mengajar dan cara siswa
belajar. Orang sering lupa bahwa kegagalan suatu proses belajar mengajar sangat
dimungkinkan terjadi karena ketidakterjadian proses refleksi mandiri di luar kelas.
Dengan potensi dasar yang sama, setiap siswa mempunyai karakteristik,
kemampuan, dan cara belajar yang berbeda-beda. Oleh karena itu peran siswa ini
sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar bahasanya.
Belajar bahasa adalah belajar berbahasa, artinya berpraktik menggunakan
bahasa sesuai dengan fungsi dan maknanya dalam komunikasi. Karena itu, belajar
bahasa terjadi dalam suatu kegiatan interaksi belajar-mengajar bahasa. Aktivitas
interaksi pembelajaran bahasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan aktivitas
interaksi pembelajaran mata pelajaran lainnya. Karakteristik aktivitas interaksi
belajar-mengajar bahasa disajikan berikut ini.
(1) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar berpusat pada
siswa. Artinya, siswa yang harus aktif dalam melaksanakan praktik penggunaan
bahasa. Keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan salah satu
2. karakteristik yang menonjol dari interaksi pembelajaran.
(2) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah secara
langsung pada latihan atau praktik penggunaan bahasa baik secara lisan maupun
tulis. Praktik penggunaan bahasa memiliki peranan yang sangat penting dalam
pengajaran bahasa, karena pengajaran yang hanya difokuskan pada pemahaman
kaidah bahasa tidak akan berpengaruh pada performansi aktual baik dalam
berbicara maupun menulis..
(3) Aktivitas yang dilaksanakan dapat membina dan mengarahkan kemampuan
siswa dalam memilih dan menata bahasanya sesuai dengan faktor-faktor penentu
tindak komunikasi. Faktor-faktor yang dimaksudkan meliputi siapa partisipan wicara,
untuk tujuan apa, dalam situasi bagaimana, dalam konteks apa, dengan jalur dan
media mana, dan dalam peristiwa apa.
(4) Aktivitas yang dilaksanakan dalam kegiatan belajar-mengajar mengarah pada
kreativitas penggunaan bahasa bukan hanya penggunaan bahasa yang bersifat
mekanik. Aktivitas yang dilaksanakan harus benar-benar memberikan kesempatan
kepada pelajar untuk menggunakan bahasa secara kreatif dengan jalan bebas
memilih apa yang akan diungkapkan dan bagaimana mengungkapkannya. Latihan-
latihan yang bersifat mekanik harus diminimalkan karena tidak memberikan
kesempatan pada pelajar untuk berkreasi dalam memilih dan menata bahasanya
sendiri.
Agar aktivitas interaksi belajar-mengajar sebagaimana yang telah diuraikan di atas
dapat dicapai, setiap guru bahasa harus dapat berperan sebagai individu yang
mampu memberikan bimbingan, memantau kegiatan siswa, menciptakan latihan-
latihan kreatif, dan dalam kesempatan yang lain dapat bertindak sebagai teman
komunikasi bersama-sama dengan siswa. Interaksi dalam kegiatan belajar-mengajar
berasal dari dan terletak pada siswa. Siswa harus mendapat kesempatan dalam
interaksi komunikatif yang bermakna. Dalam hal ini siswa berperan sebagai subjek
didik, sedangkan guru bertindak sebagai penyuluh, penganalisis kebutuhan, dan
pembimbing siswa dalam berlatih berkomunikasi secara wajar.
Satu hal lagi yang perlu mendapat perhatian adalah kegiatan-kegiatan yang
3. direncanakan dalam kegiatan belajar-mengajar harus sesuai dengan kebutuhan
siswa. Kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan siswa akan memotivasi belajar
siswa. Motivasi yang tinggi akan dapat meningkatkan keberhasilan siswa dalam
belajar. Hal ini terjadi karena dengan motivasi yang tinggi, siswa terdorong untuk
mengetahui, kemudian melakukan sesuatu untuk dapat menerima apa yang ingin
diketahuinya tersebut. Peningkatan motivasi siswa dalam belajar dapat dilihat pada
adanya keterlibatan secara aktif siswa terhadap hal-hal yang dipelajarinya.
Sebaliknya, pengajaran yang kurang sesuai dengan kebutuhan siswa akan sangat
membosankan, sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah.