EKG merupakan alat bantu diagnosis gangguan jantung. EKG normal belum tentu artinya jantung sehat, dan sebaliknya EKG abnormal belum tentu artinya ada gangguan jantung. EKG berguna untuk menegakkan diagnosis aritmia jantung. Perekaman EKG didasarkan pada konduktivitas listrik tubuh manusia melalui elektrode yang merekam beda potensial gerak listrik jantung.
2. ELEKTROKARDIOGRAM
- Merupakan alat bantu diagnosis
- EKG yang normal belum tentu jantungnya normal dan sebaliknya
- Gambaran klinis merupakan pegangan terpenting dalam menegakkan
diagnosis
- Manfaat paling besar rekaman EKG adalah dalam menegakkan
diagnosis aritmia jantung
3. Dasar Perekaman EKG
• Tubuh manusia mrp konduktor listrik yang baik
• Cairan dalam jaringan tubuh mengandung ion-ion
• Perbedaan potensial – ion berpindah
• Elektrode pada permukaan kulit merekam beda potensial
• Perubahan letak elektroda –> perubahan hasil perekaman
5. KERTAS EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik
yang merupakan garis horizontal dan
vertikal dengan jarak 1mm ( kotak
kecil ). Garis yang lebih tebal terdapat
pada setiap 5mm disebut ( kotak
besar ).
•Garis horizontal Menunjukan
waktu, dimana 1mm = 0,04 dtk,
sedangkan 5mm = 0,20 dtk.
•Garis vertical Menggambarkan
voltage, dimana 1mm = 0,1 mv ,
sedangkan setiap 5 mm =0,5 mv.
ISMAIL PRODUCTION
0,04 dt
0, 20 dt
0,1 mv 0,5 mv
10. Cara membaca EKG
1. Tentukan iramanya : Sinus / bukan
2. Tentukan frekuensi/kecepatan : Normal / takikardia / bradikardia
3. Tentukan axis : Normal / RAD / LAD
4. Nilai gelombang P : Normal / tidak
5. Hitung PR interval : Normal /memanjang/memendek
6. Nilai gelombang Q : Normal / patologis
7. Hitung QRS komplek : Normal / melebar
8. Nilai ST segmen : Isoelektrik / elevasi / depresi
9. Nilai gelombang T : Normal / Inverted / tinggi
10. Perhatikan tanda-tanda : Hipertropi / iskemia / infark
11. Irama Sinus
• Irama jantung yang normal adalah irama sinus, yaitu suatu pola
penjalaran impuls listrik yang teratur dan berasal dari NSA
• Syarat-syarat suatu EKG dikatakan berirama sinus adalah:
1. Setiap 1 gelombang P diikuti 1 kompleks QRS
2. Interval PR 0,12-0,20 detik (3-5 mm)
3. P di lead II positif, P di lead aVR negatif
4. FDJ antara 60-100x/menit, reguler
12.
13. Penentuan kecepatan denyut jantung (Heart
Rate)
Berdasar kecepatan EKG 25 mm/dtk , 1 menit = 60 x
25 mm = 1500 mm. Satu kotak besar (kB) = 5 kotak
kecil (kK) = 5 mm = 0,20 dtk. Jadi 1 menit = 300 kK.
Bila jarak R – R 3,8 kB maka HR = 300/3,8 = 80/mnt
Normal HR = Atrial rate = Ventricular rate
17. Aksis
• Sebuah vektor yang meringkaskan semua vektor (depolarisasi
ventrikel). Vektor hasil penjumlahan ini disebut Mean vektor dan
arahnya adalah aksis depolarisasi ventrikel
• Aksis hanya ditentukan bidang frontal saja
• Mean vektor QRS menunjuk ke kiri bawah, antara (+110 o sampai -30
o)
18. The QRS Axis
Represents the overall direction of the heart’s activity
Axis of –30 to +90 degrees is normal
20. Gelombang P
• Gambaran depolarisasi atrium
• Depolarisasi mulai dari NSA
• Atrium kanan mengalami depolarisasi lebih dulu sebelum atrium kiri
• Oleh karena itu, vektor rata-rata berjalan dari kanan ke kiri dan sedikit
ke arah inferior
21. Gelombang P
Karakteristik
• Bentuk normal : kecil, halus, melengkung, mendahului kompleks QRS
• Positif pada sandapan lateral kiri dan inferior
• Bifasik pada lead III dan V1
• Defleksi ke atas (+) di lead II, terbalik (-) di aVR
• Nilai normal :
- tinggi/amplitudo : < 3mm (2,5mm)
- lebar < 3 mm (0,06-0,11detik)
DIsfungsi NSA abnormalitas bentuk gelombang P
23. PR interval
• Menggambarkan waktu dari mulai depolarisasi atrium sampai awal
depolarisasi ventrikel
• PR interval normal 0,12 – 0,20 detik (3-5 mm)
25. Gelombang q
• Awal depolarisasi ventrikel
• Depolarisasi septum interventrikulare
dari kiri ke kanan
• Depolarisasi negatif I dari kompleks QRS
• Q patologis – old miokard infark
- Ciri gel. Q patologis
- lebar ≥ 0,04 detik (1 mm)
- dalamnya > 25% amplitudo gel. R
26. Gelombang r
• Defleksi positif pertama pada
kompleks QRS
• R patologis, menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel, tanda-tanda
bundle branch block
27. Gelombang s
• Defleksi negatif setelah
gelombang r
• Depolarisasi ventrikel
• s patologis, menunjukkan adanya
hipertrofi ventrikel, tanda-tanda
bundle branch block
29. Segmen ST
• Menggambarkan waktu antara akhir depolarisasi ventrikel dengan
awal repolarisasi ventrikel
30. Gelombang T
• Repolarisasi ventrikel
• Amplitudo normal :
- < 10 mm di sandapan dada
- < 5 mm di sandapan ekstremitas
- Min. 1 mm
Bentuk patologis Indikator iskemik
/infark
32. Gelombang T
• Repolarisasi dimulai dari daerah yang terdepolarisasi paling akhir
• Gelombang depolarisasi yang datang dan repolarisasi yang menjauh
menimbulkan gelombang positif pada EKG
• T positif pada sandapan yang merekam defleksi positif saat
repolarisasi ventrikel (gelombang R tinggi)
39. S.A Blok
• Bila salah satu impuls dari nodus S.A alami blok, satu denyut (PQRST) hilang
dan berupa garis isoelektrik
Sinus Arrest (Henti sinus)
• Bila nodus S.A tiba-tiba lemah, tidak dapat hasilkan impuls, terjadi “escape
rhytm” dari ventrikel sebagai usaha penyelamatan
• Merupakan manifestasi “sick sinus syndrome”
Kelainan konduksi SA
40.
41. A.V blok derajat I
• Akibat perlambatan transmisi impuls dari atrium ke ventrikel, perlambatan terjadi di
A.V
• Pada A.V blok I PR interval lebih dari 0,20 detik
A.V blok derajat II
1. AV blok II Mobitz tipe 1
PR interval makin memanjang pada tiap denyut sampai satu saat P tidak diikuti QRS
(“Wenckebach periode”)
2. AV blok II Mobitz tipe 2
Bila secara periodik P tidak diikuti QRS kompleks. PR interval konstan tidak berubah.
Lokasi blok biasa dibawah AV node.
Ada beberapa bentuk yaitu AV blok 2:1 dan AV blok II “high grade” atau “advanced”
(AV blok 3:1 atau lebih)
Kelainan konduksi AV
42.
43.
44.
45. AV Blok derajat III (Total AV Blok)
Setiap gelombang P tidak diikuti QRS. Atrium berdenyut
sendiri berasal dar SA atau impuls di atrium dan ventrikel
berdenyut sendiri berasal dari AV junction dengan
frekuensi 40 – 60/menit atau dari fokus dibagian bawah
ventrikel sehingga QRS lebar dengan frekuensi < 40/menit
Irama atrium dan ventrikel dapat reguler atau ireguler
46.
47.
48. “Bundle Branch” Blok Kanan (RBBB)
• Gangguan hantaran pada cabang kanan Bundle His
• Dapat diakibatkan adanya fibrosis atau kelainan
bawaan
• Blok sempurna disebut RBBB komplit
• Blok tidak sempurna disebut RBBB inkomplit dan
dapat terjadi pada orang normal
Kelainan konduksi intraventrikuler
49. RBBB Komplit
Di lead V1 atau V2
- QRS intv > 0,12” (broad notched R, rsr, rsR’ atau rSR’
- Tipe QRS “M type” atau “ M Shape” dimana R2 > R1
Gelombang S dalam, negatif di V5-V6, QRS > 0,12”
Kadang ada kelainan repolarisasi
RBBB Inkomplit
Syaratnya sama dengan RBBB komplit tetapi QRS intv antara >
0,08” - < 0,12”
51. “Bundle Branch” Blok Kiri (LBBB)
• Mempunyai arti klinis selalu patologis
• Terbagi atas blok komplit dan inkomplit
LBBB Komplit:
1.QRS intv 0,12” atau lebih
2.qS atau rS di V1, gelombang R melebar dengan ada lekuk di
puncaknya (nothed)
3.Gelombang Q mengecil/hilang di lead I, aVL, V5,V6
4.Kelainan repolarisasi berupa ST depressi
LBBB inkomplit
• Sama dengan LBBB komplit tetapi QRS intv 0,08”- 0,11”
• Kadang disertai gelombang Q kecil di I, V5, V6