Makalah ini membahas tentang penilaian dalam pembelajaran. Beberapa poin penting yang diuraikan meliputi pengertian penilaian, kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi, prinsip-prinsip penilaian, serta jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran. Secara garis besar, makalah ini menjelaskan tentang pentingnya penilaian yang objektif dan berorientasi pada pencapaian kompetensi peserta didik dalam pembelajaran.
1. 1
PENILAIAN DALAM PEMBELAJARAN
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Agama Islam Pada Program
Pendidikan Agama Islam
OLEH:
INDRAWATI
Nim.14010101097
IKHWANUDIN
Nim.14010101103
DEDET SUKJAN SABARA
Nim.14010101090
ZULKIFLI DAFID
Nim.14010101091
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)
KENDARI
2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt dan Shalawat kepada Rasulullah saw, karena
makalah untuk mata kuliah “Media pembelajaran ” ini dapat terselesaikan. Namun, karena
kami yang menyusun makalah ini adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan,
maka mungkin makalah ini banyak kekurangan ataupun kesalahan baik dalam segi penulisan
maupun penyusunannya, hingga membuat makalah ini kurang sempurna, kami memohon
maaf yang sebesar-besarnya. Namun, kami berharap makalah ini dapat memperluas dan
menambah wawasan kita semua tentang “Penilaian Dalam Pembelajaran ”. Mudah-mudahan
Bapak/ Ibu Dosen pembimbing dan teman- teman sekalian dapat menerima dan mendapat
ilmu dari makalah ini, kritik dan saran anda sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami. Demikian, semoga bermanfaat.
Kendari, November 2015
“Penyusun”
2. 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................1
DAFTAR ISI .............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................4
C. Tujuan dan Manfaat......................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Penilaian .....................................................................................6
B. Kedudukan Tes, Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi ..................................9
C. Prinsip-Prinsip Penilaian ............................................................................10
D. Jenis dan Fungsi Penilaian Dalam Pembelajaran........................................11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................19
B. Saran...........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian adalah bagian yang sangat penting dalam proses evaluasi.
Penilaian hasil belajar pserta didik yang dilakukan oleh guru selain untuk memantau
proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan potensi
yang dimiliki, juga sekaligus umpan balik kepada guru gara dapat menyempurnakan
perencanaan dan proses program pembelajaran.
Namun penilaian yang ada tidak serta merta dilakukan begitu saja agar
proses penilaian yang dilakukan oleh guru tidak asal-asalan dan tanpa arah yang jelas.
Penilaian yang dilakukan secara asal-asalan pada akhirnya akan menghasilkan
informasi tentang hasil pencapaian pembelajaran peserta didik yang tidak akurat dan
tidak sesuai dengan apa yanga ada di lapangan. Dalam Ensiklopedia Pendidikan, Prof.
Soegarda mengatakan bahwa evaluasi adalah: perkiraan kenyataan atas dasar ukuran
nilai tertentu dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai.
Pendapat lain evaluasi pendidikan adalah suatu tindakan atau proses untuk
menentukan nilai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.
Bagaimana bisa evalausi itu dikatakan valid jika dalam pelaksanaan penilaiannya
cenderung asal-asalan adan tanpa acuan. Oleh karena itu adanya acuan dalam penilain
mutlak harus ada.
Keberadaan acuan dalam penilaian ini akan menjadi pembahasan dalam
makalah ini. Hal ini berangakat dari kenyataan bahwa di lapangan yang masih banyak
penilaian yang dilakukan oleh para pendidik yang hanya sebatas formalitas dalam
melakukan penilaian tanpa mengacu pada acuan yang telah ada.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa
permasalahan di antaranya :
1. Apa itu penilaian dalam pembelajaran?
3. 3
2. Apa pengertian tes,pengukuran,asesmen,dan evaluasi?
3. Bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi?
4. Apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran?
5. Bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam embelajaran?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui apa itu penilaian dalam pembelajaran
2. Untuk mengetahui apa pengertian tes,pengukuran,asesmen,dan evaluasi
3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan tes, pengukuran, asesmen, dan
evaluasi
4. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam pembelajaran
5. Untuk mengetahui bagaimana jenis dan fungsi penilaian dalam embelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian penilaian
Penilaian didefinisikan sebagai proses pengumpulan informasi tentang
kinerja siswa, untuk digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan (Weeden,
Winter, dan Broadfoot: 2002; Bott: 1996; Nitko: 1996; Mardapi: 2004).
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam
penyelenggaraan pendidikan. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan dapat
ditempuh melalui peningkatan kualitas pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Mardapi, (2004), penilaian dan pembelajaran adalah dua
kegiatan yang saling mendukung, upaya peningkatan kualitas pembelajaran dapat
dilakukan melalui upaya perbaikan sistem penilaian.
Sistem pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas belajar
yang baik. Kualitas pembelajaran ini dapat dilihat dari hasil penilaiannya. Selanjutnya
sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi
mengajar yang baik dalam memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik.
Oleh karena itu, dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan diperlukan perbaikan
sistem penilaian yang diterapkan.
pada saat membicarakan masalah penilaian, kita sering menggunakan
beberapa istilah seperti tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi yang digunakan secara
tumpang tindih (over lap). Untuk itu berikut ini akan disajikan beberapa pengertian
dari istilah-istilah tersebut.
a. Tes
Tes dapat didefinisikan sebagai seperangkat pertanyaan atau tugas yang
direncanakan unutk memperoleh informasi tentang trait atau sifat atau atribut
pendidikan dimana dalam setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau
ketentuan yang dianggap benar. Dengan demikian maka setiap tes menuntu siswa
memberi respons atau jawaban. Respons yang diberikan siswa dapat benar atau salah.
Jika respons yang diberikan siswa benar, maka kita katakana siswa tersebut telah
4. 4
mencapai tujuan embelajaran yang kita ukur melalui butir soal tersebut tetapi jika
respons yang diberikan salah, berarti mereka belum dapat mencaai tujuan
pembelajaran yang kita ukur. Apabla ada seperangkat tugas atau pertanyaan yang
diberikan kepada siswa tetapi tidak ada jawaban yang benar atau salah maka itu buka
tes, (zainul dan nasoetion, 1997)
b. Pengukuran
Pengukuran pada dasarnya merupakan kegiatan penentuan angka dari
suatu objek yang diukur. Gronlund dan linn (1990) secara sederhana merumuskan
pengukuran sebagai “measurement is limited quantitative descriptions of pupil
behavior, that is result of measurement are always expressed in number”. (pengukuran
adalah uraian kwantitatif yang terbatas dari perilaku murid, yang hasil dari
pengukuran selalu berbentuk jumlah). Penetapan angka ini merupakan suatu upaya
untuk menggambarkan karakteristik suatu objek. Untuk dapat menghasilkan angka
(yang merupakan hasil pengukuran) maka diperlukan alat ukur.
Dalam melakukan pengukuran kita harus berupaya agar kesalahan
pengukurannya sekecil mungkin. Untuk itu diperlukan alat ukur yang dapat
menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Jika dalam melakukan
engukuran kita tidan banyak melakukan kesalahan, maka hasil pengukuran tidak dapat
menggambarkan skor yang sebenarnya dari objek yang kita ukur.
Kesalahan pengukuran dapat bersumber dari tiga hal yaitu dari alat ukur
yag digunakan, objek yang diukur, atau orang yang melakukan pengukuran.
Kesalahan pengukuran tersebut dapat bersifat acak (random)
atau dapat juga bersifat sistematis. Kesalahan acak dapat disebabkan
karena adanya perbedaan kondisi fisik dan mental yang diukur dan yang mengukur,
sedangkan kesalahan sistematis bersumber dari kesalahan alat ukur, yang diukur atau
yang mengukur. Contoh : guru dapat melakukan kesalahan sistematis jika dalam
memberi skor, guru tersebut cenderung memberi skor yang murah atau cenderung
memberi skor yang mahal pada seluruh siswa. Tetapi jika dalam memberi skor kepada
siswa, gru tidak melukannya secara konsisten maka akan terjadi bias dalam
pengukuran.
c. Asesmen
Kenyataan menunjukan bahwa banyak gur yang belum mengetahui
dengan benar konsep asesmen dan evaluasi. Satu istilah yang sering digunakanuntuk
mewadahi kegiatan asesmen dan evaluasi adalah penilaian. Penggunaan istilah
penilaian untuk mewadahi kedua kegiatan tersebut sebenarnya tidak terlalu salah
karena dalam konsep asesmen tersebut sebenarnya tidak terlalu salah karena dalam
konsep asesmen dan evaluasi mengandung unsur pengambilan kesimpulan.
Menurut hanna (1993) “assessment is the process of collecting,
interpreting, and synthesizing information to aid in decision making. Assessment
synonymous with measurement plus observation. It concerns drawing inferences from
these data sources. The primary purpose of assessment is to increase student”s
learning and development rather than simply to grade or rank student performance”
(morgan & o’reilly, 1999).
Jadi asesmen merupakan kegiatan pengumpulan informasi hasil belajar
siswa yang diperolh dari berbagai jenis tagihan dan mengolah informasi tersebut
untuk menilai hasil belajar dan perkembangan belajar siswa. Berbagai jenis tagihan
yang digunakan dalam asesmen antara lain : kuis, ulangan harian, tugas individu,
tugas kelompok, ulangan akhir semester, laporan kerja dsb.
d. Evaluasi
Jika kita bicara asesmen dan evaluasi dalam pembelajaran maka lingkup
asesmen hanya pada individu siswa dalam kelas, sedangkan lingkup evaluasi adalah
seluruh komponen dalam program pembelajaran tersebut. Evaluasi merupakan
penilaian keseluruhan program pendidikan mulai perencanaan suatu program
substansi pendidikan termasuk kurikulum dan penilaian (asesmen) serta
pelaksanaannya, engadaan dan peningkatan kemampuan guru, manajemen endidikan
dan reformasi pendidikan secara keseluruhan. Evalusi bertujuan meningkatkan
kualitas, kinerja atauproduktivitas suatu lembaga dalam melaksanakan programnya.
5. 5
Agar dapat meningkatkan kualitas, kinerja dan produktivitas maka kegiatan evaluasi
selalu didahului dengan kegiatan pengukuran dan asesmen.
Tyler seperti dikutip oleh mardapi, D. (2004) menyatakan bahwa
evaluasi merupakan peroses penetuan sejauh mana tujuan pendidikan telah tercapai.
Banyak definisi evaluasi yang dikembangkan oleh para ahli tetapi pada hakekatnya
evaluasi selalu memuat masalah informasi dan kebijakan yaitu infoirmasi tentang
pelaksanaan dan keberhasilan suatu program yang selanjutnya digunakan untuk
menetukan kebjakan selanjutnya, kalau seorang guru mengevaluasi program
pembelajaran yang telah ia lakuakan, maka ia harus mengevaluasi pelaksanan dan
keberhasilan dari program pembelajaran dapat mendorong guru untuk mengejar lebih
baik mendorong siswa untuk belajar lebih baik.
B. Kedudukan tes, pengukuran, asesmen dan evaluasi
anda memahami pengertian tes, pengukuran, asesmen, dan evaluasi
seperti telah diuraikan di atas, maka anda dapat menetukan kedudukan tes,
pengukuran, asesemen, dan evaluasi
Tes merupakam salahsatu jenis alat ukur yang digunakan untuk
menagih hasil belajar siswa. Misalnya seorang guru telah melaksanakan tes IPS maka
guru tersebut akan memperoleh data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran tersebut.
Data hasil belajar siswa tersebut merupakan hasil pengukuran. Jadi untuk melakuakn
pengukluran guru perlu alat ukur. Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh
informasi hasil belajar dapat berupa tes atau non tes. Dari kumpulan data tersebut guru
akan dapat menarik kesimpulan tentang perkembang belajar IPS siswa. Kegiatan
inilah yang disebut dengan asesemen. Jadi untuk melakukan asesmen guru
memerlukan alat ukur, hasil pengukuran dan penyimpulan dari data-data hasil
pengukuran. Jika setelah selesai pembelajaran guru ingin melihat kembali peran setiap
komponen dalam program pembelajaran. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari
setiap komponen kegiatan pembelajaran meka guru dapat menilai efektivitas program
pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut anda dapat menentukan kedudukan tes,
pengukuran, asesemen, dan evaluasi.
C. Prinsip-prinsip penilaian
agar dalam melakukan penilaian atau evaluasi benar-benar dapat
memberi gambaran yang senenarnya tentang pencapaian hasil belajar siswa, maka
dalam melakukan penilaian guru perlu memperhatikan prinsi-prinsip penilaian sebagai
berikut:
a. Berorientas pada pencapaian kompetensi,
artinya penilaian yang dilkukan harus berfungsi untuk mengukur
ketercapaian siswa dalam pencapaian kompetensi seperti yang telah ditetapkan
dalam kurikulum,
b. Instrumen penilaian harus valid dan reliable,
artinya penilaian yang dilakukan harus dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur. Untuk itu guru guru memerlukan alat ukur yang data
menghasilkan hasil pengukuran yang valid dan reliable. Reliable artinya alat ukur
tersebut walaupun digunakan berluang ulang akan mendapat hasil yang sama.
c. Adil
artinya penilaian oleh guru harus adil kepad seluruh siswa
d. Obyektif,
artinya dalam penilaian hasil belajar siswa guru haurs dapat menjaga
obyektifitas proses dan hasil belajar siswa.
e. Berkesinambungan (kontinuitas)
artinya penilaian yang dilakukan harus terencana, bertahap, teratur,
terus menerus dan berkesinambungan untuk memperoleh informasi hasil belajar
dan perkembangan belajar siswa.
f. Menyeluruh
Dalam arti bahwa penilaian yang guru lakukan harus mampu menilai
keseluruhan kompetensi yang terdapat dalam kurikulum yang melitputi kognitif,
afektif, dan psikomotor.
g. Terbuka,
6. 6
Kriteria penilaian harus terbuka bagi berbagai kalangan sehingga
keputusan hasil belajar siswa jelas bagi pihak ihak yang berkepentingan.
h. Bermakna,
hasil penilaian harus bermakna bagi siswa, dan juga pihak pihak yang
berkepentingan.
D. Jenis dan fungsi penilaian dalam pembelajaran
Dalam dunia pendidikan khususnya disekolah, kita mengenal berbagai
macam atau jenis tes, misalnya tes seeksi, tes enempatan, pre test, post test, test
formtif, tes sumatif, tes diagnosis, tes unjuk kerja (erformance test). Jenis-jenis tes
tersebutmempunyai tujuan dan fungsi tertentu. Misalnya tes seleksi dimaksudkan
untuk menyeleksi atau memilih calon yang data diterima untuk mengikuti suatu
program, dengan demikian tes seleksi akan digunakan untuk menghasilakan calon
calon terpilih yang data diterima untuk mengikuti suatu program. Tes penematan
dimaksudkan untuk menempatkan siswa sesuai dengan kemampuannya, dengan
demiian tes penempatan dapat digunakan untuk mengelompokan siswadalam suatu
kelompok yang relative sama (homogen) kemampuan dan keterampilannya. Pre-
testdimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah memahami materi
pelajaran yang akan disampaikan, sedangkan post-test dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan program setelah mereka
mengikuti program tersebut. Dengan demikian pre test dan post test dapat digunakan
untuk menilai efektivitas proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, test formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat menguasai tujuan
pembelajaran yang baru saja diajarkan. Jika banyak siswa yang belum dapat mencapai
tujuan yang telah ditetakan, maka program pembelajaran tersebut harus diulang.
Dengan demikian tes formatif dapat digunakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang dilakukan. Tes diagnostic dimaksudkan untuk mengetahui
kesulitan yang dialami siswa dalam memahami materi pelajaran. Dengan demikian tes
diagnostic dapat dimanfaatkan sebagai awal untuk menetukan dan memperbaiki atau
menghilangkan pennyebab kesulitan siswa dalam memahami suatu materi pelajaran.
Tes sumatif, dimaksudkan untuk menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh
rangkaian proses pembelajaran, dengan demikian tes sumatif digunakan untuk menilai
hasil belajar siswa. Sedangkan tes untuk kerja menilai performance siswa dalam
menghayati atau menghasilkan suatu karya atau hasil belajar, inilah materi yang akan
dibahas dalam kegiatan belajar ini.
a. tes seleksi dan fungsinya
Diberbagai media massa baik cetak maupun elektronik kita sering
mendengar, melihat atau membaca iklan tentang lowongan pekerjaan, enerimaan
siswa/mahasiswa baru yang dipasang oleh berbagai instansi, sekolah dan
perusahaan.
Agar instansi, sekolah dan perusahaan tersebut memperoleh pegawai,
atau siswa yang mengikuti syarat dan berkualitas dari sekian banyak calaon yang
melamar atau mendaftar, mka instansi, sekolah dan perusahaan tersebut baiasanya
mengadakan tes seleksi. Sesuai dengan nemanya, tes seleksi merupakan satu jenis
tes yang dimaksudkan untiuk menyeleksi atau memilih calon peserta yang
memenuhi syarat untuk mengikuti suatu program. Tes seleks biasanya diadakan
jika jumlah peminat yang akan mengikuti suatu program melebihi dari ayng
dibutuhkan. Tes seleksi dapat dilaksanakan secara tertulis, wawancara dan
keduanya. Proses untuk memlih orang yang teat menduduki suatu jabatan biasanya
dilakukan dengan wawancara. Sudah tentu instansi atau erusahaan sudah
menyiapkan criteria yang harus dipenuhi oleh calon. Dari hasil wawancara
mendalam terhadap calon, pihak pimpina instansi atau manajemen perusahaan
akan memilih calon yang dianggap paling tepat dan menguntungkan
instansi/perusahaan. Cara inilah yang sekarag dikena; dengan istilah fit and proper
test.
Untuk mengadakan tes seleksi yang biasanya dilakukan dalam beberapa
tahap misalnyatahap pertama seleksi berkas, seleksi tertulis, seleksi wawancara,
bahkan kadang-kadang ditambah dengan tes kecakapan khusus yang disesuaikan
dengan program atau pekerjaan yang akan dikerjakan, misalnya untuk penerimaan
7. 7
tenaga dosen, materi yang diajukan biasanya berupa tes bahasa inggris dan tes
potensi akademik (TPA) kedua tes tersebut dianggap dapat menunjang
keberhasilan tugas seorang dosen.
b. Tes Penempatan dan Fungsinya
Tujuan akhir dari suatu proses pembelajaran adalah sertiap siswa
diharaplkan dapat mencapai kompetensi atau tujuan pembelaaran yang telah
ditetapkan. Kalau demikian maka semestinya setia individu siswa diberi
kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi konsep belajar tuntas (mastery
learning). Jika diberikan kesempatan yang cukup pada dasarnya setiap individu
siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah diteptakan. Yang
membedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mencaai tujuan
tersebut. Apabila konsep ini diterapkan maka setiap siswa akan diberi kesempatan
untuk belajar sesuai dengan kemampuan dan kecepatan masing masing. Siswa
yang cerdas akan dapat menyelesaikan proses pembelajaran lebih ceat dari siswa
yang kurang cerdas. Dengan sistem belajar seperti ini sebenarnya siswa akan data
belajar secara maksimal dan terhi8ndar dari rasa bosan. Dalam sistem
pembelajaran maka tes penempatan (placement test) memegang peranan penting
dalam membantu mengelompokkan siswa dengan sesuai kemampuannya.
Gronlund dan lim (1990) dalam suryanto menyatakan bahwa “the goal of
placement evaluation is to determine the position in instructional sequence and the
mode of instruction that is most beneficial each pupil.”
Konsep mastery learning pernah dilaksanakan di Indonesia mulai tahun
1976 melalui royek perintis sekolah pembangunan (PPSP) sampai tahun Sembilan
puluhan. Setelah proyek PPSP dihentikan maka sistem pembelajaran kelas di
Indonesia kembali menerapkan konsep “mix ability”. Artinya dalam satu kelas
akan terdiri dari siswa siswa dengan tingkat kemapuan dan kecerdasan yang
beragam. Dalam satu kelas akan terdaat siswa yang pandai, sedang dan kurang
pandai. Dengan sistem seperti ini waktu pencaaian seerti ini jelas akan merugikan
siswa yang cerdas.
Pada saat ini tes penempatan banyak dilakukan di lembaga lembaga
pendidikan non formal seperti ditempat kursus bahasa asing dan kursus
keterampilan. Sebelum mengikuti kursus bahasa inggris semua peserta diharuskan
untuk mengikuti tes enempatan terlebih dahulu. Dari hasil tes enematan kan
diketahui kelompok kelompok siswa sesuai dengan kemampuannya. Setelah
program PPSP dihapus ada tahun Sembilan puluhan, saat ini mulai muncul
sekolah sekolah yang mempunyai kelas unggulan. Kelas unggulan ini ditempatki
oleh siswa siswa yang berdasarkan tes penempatan mempunyai keunggulan
disbanding dengan siswa lain. Waktu penyelesaian program bagi siswa yang
masuk pada kelas unggulan sama dengan siswa yang berada dikelas bukuan
unggulan, tetapi siswa dikelas unggulan diberi program program tambahan
sehingga kemampuan siswa dalam menguasai tujuan pembelajarannya menjadi
lebih mantap. Disamping kelas unggulan, saat ini muncul kelas akselerasi. Seperti
halnya kelas unggulan, kelas ini diisi oleh siswa siswa yang berdasarkan tes
penematan mempunyai restasi lebih dibandingkan dengan siswa lainnya. Kalau
ada kelas unggulan waktu penyelesaian studinya sama dengan siswa kwlas biasa,
maka pada kelas penyelesaian studinya sama dengan siswa kelas biasa. Siswa
kelas akselerasi dapat menyelesaikan studinya si SMP atau SMA hanya dalam
waktu dua tahun.
Manfaat yang dapat dipetik dengan dilaksanakannya tes enempatan
adalah kita dapat memperoleh kelompok peserta program dengan kemampuan
yang relative homogeny sehingga program dapat dilaksanakan dengan efektif dan
efisien.
c. pre test-post test dan fungsinya.
Dilihat dari nam tes tersebut kita sudah dapat mengetahui bahwa pre
test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan pada awal proses
pembelajaran dan post test merupakan salah satu jenis tes yang dilaksanakan
8. 8
setelah proses embelajaran selesai. Jika dilihat dari tujuannya, pre test bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan.
Dengan demikian apabila dilihat dari waktu pelaksanaan tenya maka pre test
diambil? Sudah barang tentu materi untuk pre test diambil dari seluruh materi
yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran. Butir soal dari pre test
dikembangkan untuk mengukur semua tujuan embelajaran yang telah ditetapkan
dalam rencana pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan roses pembelajaran
yang telah dilaksanakan maka pada akhirnya proses pembelajaran kita data
melakukan post test. Agar kita dapat mengetahui apakah pembelajaran yang
dilakukan berhasil atau tidak maka tes yang digunakan pada saat pre test dan post
test harus mengukur tujuan yang sama. Test yang digunakan pada saat pre test dan
post test sebaikknya tidak tes yang sama tetapi tes yang mengukur tujuan
embelajaran yang sama. Tes inilah yang disebut dengan tes parallel.
d. tes diagnostik dan fungsinya
Tes diagnostic merupakan tes yang dilaksanakan untuk mengetahui
penyebab kesulitan yang dialami siswa. Ronlund dan lim (1990) menyatakan
bahwa “the fungsion of diagnostic is to diagnose learning difficulities during
instruction”. Karena tes diagnostic akan digunakan untuk mengetahui dan
menemukan kesulitan pemahaman konsep konse yang sulit diahami maka materi
tes diagnostik dikemabngkan dari konsep konsep yang sulit dipahami siswa. Dari
hasil tes diagnostic guru akan dapat menemukan kesultan belajar yang dialami
siswa. Selanjutnya guru harus beruapaya untuk mencari cara menghilangkan
penyebab kesulitan belajar itu sehingga siswa data berhasil menyelesaikan semua
program pembekajaran yang telah dirancang.
Kesulitan belajar siswa yang dialami oleh siswa dalam
mempelajari suatu konsep akan berbeda satu sama lainnya. Jadi walaupun tes
diagnostic itu dilakukan secara klasikal tetapi terapi dari setiap kesulitan tersebut
harus tetap dilakukan secara individual. Kesulitan belajar siswa dapat disebabkan
karena proses pembelajaran. Guru merupakan actor penting dalam pembelajaran.
Sebagai salah satu komponen penentu dalam proses pembelajaran, guru
memegang kunci dalam menetukan keberhasilan siswa. Jika guru pandai dalam
memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang tepat. Maka siswa akan
mudah mencerna materi yang disampaikan oleh guru tersebut. Faktor diluar
pembelajaran yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar siswa antara lain
adanya hambatan fisik, psikologis dan sosial.
e. Tes Formatif dan Fungsinya
Tes formatif merupakan salah satu jenis tes yang diberikan kepada
siswa setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran. Tes formatif tidak
dimaksudkan untuk memberi nilai kepada siswa tetapi hasil tes formatif akan
dimanfaatkan untuk memonitor apakah proses pembelajaran yang baru saja
dilaksanakan telah dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dalam rencana pembelajaran atau belum. Seperti apa yang disampaiakan oleh
gronlubnd dan linn (1990) bahwa “the function of formative evaluation is to
monitor learning progress during instruction”. Jika dari hasil tes formatif ternyata
terdapat sejumlah tujuan embelajaran yang belum dapat dikuasai siswa. Guru
harus mencari penyebabnya, apakah penyebab tersebut karena adanya masalah
pada diri siswa atau karena proses pembelajaran tidak berjalan sebagaimana
mestinya.
f. Tes Sumatif dan Fungsinya
Jika tes formatif ebih dimaksudkan untuk memperbaiki pembelajaran,
maka tes sumatif merupakan jenis tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran
dan dimaksudkan untuyk mengukur keberhasilan siswa dalam menguasai
keseluruhan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Tujuan pembelajaran
setiap meta pelajaran akan mencakup pengembangan tiga kawasan (ranah) pada
diri siswa yaitu pengembangan kawasan kognitif afektif dan psikomotor
walaupun penekanan pengembangan kawasan yang berbeda. Sehingga manfaat tes
sumatif adalah :
1. Bagi siswa
9. 9
Seerti telah dijelaskan diatas bahawa tes sumatif bertujuan untuk
menilai keberhasilan siswa setelah mengikuti seluruh rangkaian proses
pembelajaran. Setelah siswa mengikuti tes sumatif maka hasilnya harus
segera diberitahukan kepada siswa yang bersangkutan agar mereka dapat
mengetahui sejauh mana prestasi atau tingkat kemampuannya dalam mata
pelajaran tersebut
2. Bagi guru
Hasil tes sumatif tidak dimaksudkan untuk memperbaiki proses
pembelajaran pada saat itu, tetapi akan dapat menjadi bahan renungan bagi
guru untuk menganalisiskembali proses pembelajaran yang telah dilakuakn
sehingga dapat ditemukan apa yang menjadi faktor penyebab dadanya siswa
yang tidak mencapai tujuan pembelajaran.
3. Bagi orang tua
Banyak orang rua karena kesibukannya bekerja, tidak sempat
mengontrol aktivitas belajar anaknya dirumah. Padahal sesungguhnya
anaknya hanya akan berada disekolah dalam waktu 6-7 jam per hari. Waktu
yang terbanya dati anak itu justru berada dirumah atau diluar rumah. Jika
kemudian anknya mengalami masalah seperti tidak naik kelas , tidak lulus,
bahkan terlibat tauran. Maka tumuan kesalahan biasanya adalah sekolah.
Supaya masalah ini tidak terjadi sebaiknnya para orang tua selalu berusaha
mengontrol aktivitas anaknya saat berada didalam atau diluar rumah.
4. Bagi kepala sekolah
Maanfaatnya bagi kepala sekolah dapat dimanfaatkan utnuk
mengetahui sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah di
tetapkan dalam GBPP
10. 10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk menuju
kualitas pembelajaran yang baik, diperlukan sistem penilaian yang baik pula. Agar
penilaian dapat berfungsi dengan baik, sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan,
maka sangat perlu untuk menetapkan standar penilaian yang akan menjadi dasar dan
acuan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan kegiatan penilaian. Untuk
mewujudkan hal tersebut, maka perlu kerjasama yang baik dari beberapa pihak
terkait, seperti guru, siswa dan sekolah. Ketiga pihak tersebut memiliki peranan yang
berbeda-beda sesuai dengan proporsi masing-masing. Jika masing-masing pihak
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana mestinya maka akan
tercipta suatu suasana yang kondusif, dinamis, dan terarah untuk perbaikan kualitas
pembelajaran melalui perbaikan sistem penilaian. Hingga Tujuan akhir dari suatu
proses pembelajaran adalah sertiap siswa diharaplkan dapat mencapai kompetensi
atau tujuan pembelaaran yang telah ditetapkan. Kalau demikian maka semestinya
setiap individu siswa diberi kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran sesuai dengan kecepatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi konsep
belajar tuntas (mastery learning). Jika diberikan kesempatan yang cukup pada
dasarnya setiap individu siswa dapat mencapai semua tujuan pembelajaran yang telah
diteptakan. Yang membedakan adalah kecepatan setiap individu siswa dalam mencaai
tujuan tersebut.
B. Saran
Saran dari penulis kiranya makalah ini dapat menjadi bahan
pembelajaran naik penulis, pembaca khususnya siswa dan guru didalam meningkatkan
proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Soal
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar. Berilah tanda (X) pada jawaban
yang paling benar.
1. komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Upaya
meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas
pembelajaran dan kualitas sistem penilaiannya. Merupakan pengertian dari...?
a) Penilaian
b) Pembelajaran
c) Evaluasi
d) Quesioner
2. (over lap) istilah yang berkaitan dengan kalimat yang bercetak miring adalah...
a) Tes dan pengukuran
b) Pengukuran dan penilaian
c) Pembelajaran
d) Penilaian
3. kegiatan penentuan angka dari suatu objek yang diukur. Merupakan pengertian
dari...
a) Evaluasi
b) Pembelajaran
c) Belajar
d) Pengukuran
4. Yang bukan merupakan prinsip-prinsip penilaian adalah...
a) Berorientas pada pencapaian kompetensi,
b) Instrumen penilaian harus valid dan reliable
c) Adil
d) Baik
1. Tes Seleksi
2. Tes Penempatan
3. Tes Penilaian
11. 11
4. Tes Pembelajaran
5. Yang merupakan jenis penilaian dalam pembelajaran adalah...?
a) 1, dan 3
b) 2, dan 4
c) 1, dan 2
d) 1,2 dan 4
e)
Kunci jawaban.
1. A
2. A
3. D
4. D
5. C
DAFTAR PUSTAKA
Adi Suryanto, dkk. 2008. Evaluasi pembelajaran di SD. Jakarta : universitas terbuka
Gronlund, N.E & Linn, R.L. 1990. Measurement and evalution in teaching. New
York: memillan publishing company
Hanna, G.S. 1993. Better teaching trough better measurement, Harcourt barce
jonavovich collage pub, new York
Mardapi, D. 2004. Penyusunan tes hasil belajar. Yogyakarta, program pasca sarjana
universitas negeri Yogyakarta.
Nasoetion, N dan Suryanto, A. 1999. Evaluasi pembelajaran, Jakarta : universitas
terbuka.
Nitko, A.J. 1983. Educational test and measurement ; an introduction, new York:
Harcourt brace jonavovich inc.