Memberikan ilustrasi konseptual bagaimana Apoteker memanfaatkan kompetensi yang dimiliki untuk mengembangkan jiwa kewirausahaan di berbagai bidang kefarmasian, kini dan masa yang akan datang
2. Mau Apa ?
2
The Future “ I Will Be An Enterpreuneur” ?
Mempersiapkan mental pada setiap ada
perubahan ?
3. Entrepreneurship
3
adalah suatu kemampuan untuk mengelola sesuatu yang ada pada diri untuk
dimanfaatkan dan ditingkatkan agar lebih optimal, sehingga dapat
meningkatkan taraf hidup.
Hal-hal yang harus dimiliki Entrepreneur :
pengetahuan (knowledge);
kemampuan (skill)
pengalaman (experiences);
jaringan (networking);
informasi (information);
sumber yang ada (sources) :
uang, bakat, lingkungan, keluarga, dll.
waktu (time);
masa depan dan kesempatan (future & opportunity)
5. PRASARAT
5
1. Percaya diri
2. Berorientasi tugas dan hasil
3. Pengambil resiko
4. Kepemimpinan
5. Keorisinilan
6. Berorientasi ke masa depan
6. Menurut Fadel Muhammad, 1992
6
1. Kepemimpinan
2. Inovasi
3. Pengambilan keputusan
4. Sikap tanggap terhadap perubahan
5. Bekerja ekonomis dan efisien
6. Visi masa depan
7. Sikap terhadap resiko
7. 7
1. Jangan melakukan segalanya
Pusatkan perhatian pada yang penting
Selektif
Belajar mengatakan tidak kpd kegiatan yang memakan
waktu
Tetapkan waktu
2. Ajukan pertanyaan sebelum memulai pekerjaan
Orientasi pada tindakan
Rencanakan hari esok secara terinci
Berguru pada pengalaman
Tanyakan penggunaan waktu anda
8. MOTIVASI
8
Kemauan Untuk Berbuat Sesuatu
Motiv : Kebutuhan , Keinginan, Dorongan.
Motiv dengan kekuatan besarlah yang
akan menentukan perilaku seseorang.
10. Teori X – Y (Kecenderungan)
Douglas McGregor
10
Teori X
1. Pekerjaan pada hakekatnya tidak disenangi orang
banyak
2. Kebanyakan orang rendah tanggung jawabnya
3. Kebanyakan orang kurang kreatif
4. Org lebih suka memikirkan kebutuhan fisik, asal sdh
terpenuhi selesai persoalannya.
5. Kebanyakan orang harus dikontrol secara ketat dan
sering harus dipaksa bekerja.
11. 11
Teori Y
1. Pekerjaan itu sbtlnya sama dg bermain, cukup
menarik dan mengasyikkan.
2. Orang mempunyai kemampuan kreativitas
3. Setiap orang memp. Kemampuan mengawasi sendiri
guna mencapai tujuan.
4. Orang tidak hanya memiliki kebutuhan fisik saja
tetapi kebutuhan akan rasa aman, ingin
bergaul, ingin dihargai, dan ingin menonjolkan
dirinya.
5. Orang harus diberi motivasi agar dapat
membangkitkan daya inisiatif dan kreativitasnya.
15. Kesalahan-kesalahan Persepsi
APOTEKER – APOTEK - PEMBELI
15
1. Apotek = Tempat “Berjualan Obat”
2. Apotek = Tempat Orang “Membeli Obat”
3. Apoteker = Pengelola/Pimpinan Apotek
4. Apotek = Siapapun bisa menjalankannya
TRANSAKSI JUAL-BELI
tidak memerlukan
keahlian dan kewenangan khusus
Apoteker tidak diperlukan
16. JUAL-BELI OBAT
16
Transformasi Kepemilikan Barang :
Nilai Barang Bertambah
Muncul
PPN
Barang
OBAT OBAT
Uang
Penjual Pembeli
Segala Risiko Penggunaan Obat adalah
tanggungjawab Pembeli Sepenuhnya.
UU36 dan PP51 tidak
memperbolehkan hal ini terjadi
17. JUAL-BELI OBAT
17
CONTOH !
HNA DPP1 PBF 1000
PPN1 100
DPP1 + PPN1 DPP2 Apotik 1100
LABA PPN2 LABA ? PPN2 ?
DPP2 + LABA + PPN2 Konsumen 1400
Berapa PPN Kurang Bayar yang
PPN1 = Pajak Masukan harus disetor Apotek ke KPP ?
PPN2 = Pajak Keluaran
18. Konsekuensi Serius
18
1. PERTANGGUNGJAWABAN MODAL YANG
DIGUNAKAN
2. KEWAJIBAN GAJIH TETAP KARYAWAN
3. BIAYA OPERASIONAL + FEE APOTEKER
4. DEPRESIASI
5. PAJAK KURANG BAYAR
OMSET APOTEK
19. Konsekuensi Jual-Beli (Margin)
19
Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya
pada JUMLAH DAN HARGA BARANG (Tidak bergantung
pada Ada/Tidak Adanya Apoteker)
Margin menanggung Semua Beban Operasional
Apotek dan Semua Kewajiban-kewajiban Lainnya
Pendapatan Apoteker = Bergantung Untung/Rugi Apotek
20. Menganalisis Bisnis Farmasi
20
Bisnis Terkait Kewenangan Profesi
APOTEK
The New Paradigm
Bisnis Transformasi Jasa Pelayanan
21. KONFIRMASI...Pasal 108 –UU36/2009
21
Praktik Kefarmasian :
Yang meliputi
Pembuatan, penyimpanan, pengamanan, distribusi, penyerahan obat atas
resep, pemberian informasi....HARUS DILAKUKAN OLEH TENAGA
KESEHATAN (Kefarmasian Amar Putusan MK tgl 27 Juni 2011) yang
memiliki Keahlian dan Kewenangan sesuai Peraturan Perundang-undangan.
KONSEKUENSINYA,
1) TIDAK BOLEH dilakukan oleh Tenaga Kesehatan
Manapun
2) HARUS dilakukan oleh Tenaga Kefarmasian
3) TERTUTUP bagi “Siapapun” yang tidak ahli dan tidak
berwenang
22. Berdasar PP51/2009
22
1) Makin dipertegas bahwa Apotek hanya dapat didirikan
oleh Apoteker. Juncto Pasal 25
2) Makin dipertegas bahwa Apotek bukan sebagai “Suatu
Tempat Usaha”
Apotek adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan/Sarana
Pelayanan Kefarmasian, tempat dilakukan Praktik
Kefarmasian OLEH APOTEKER.
Dalam melaksanakan Tugas Profesinya, Apoteker berhak
atas IMBALAN (dari Pengguna Jasa) Pasal
27, UU36/2009
23. Hal-hal yang Perlu Digarisbawahi dari
DEFINISI APOTEK
23
1. Tidak ada kata “Usaha/Dagang”
Karena Apotek bukan sebagai Badan Usaha/ Tempat
Perdagangan barang bernama „Obat‟
2. Tidak ada kata “Jual Beli”
Karena Apotek bukan sebagai tempat transaksi Jual
Beli Barang.
Sediaan Farmasi berpindah tangan dari Apoteker ke Pasien
KARENA “LEGITIMASI PROFESI”
BUKAN KARENA MEKANISME TRANSAKSI JUAL BELI
24. Tatanan Baru PP51-2009
APOTEK – Tempat Praktik APOTEKER
24
Transformasi Jasa :
Tidak ada PPN
Bukan komoditi dagang
Tidak ada LABA
OBAT Tidak ada Margin
Jasa
APOTEKER PASIEN
Imbalan
Solusi Problem
Segala Risiko Penggunaan Obat adalah
tanggungjawab Apoteker Sepenuhnya.
Amanat UU36 dan PP51
25. PENGERTIAN JASA
25
Menurut Kottler (2000)
A service is any act or performance that one party can offer to another that is
essentially intangible and does not result in the ownership of anything. It`s
production may or may not be tied to a pshyical product
Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke
pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada
suatu produk fisik
Menurut Zeithaml dan Bitner (2003:3)
Service, include all economic, activities whoise output is not physical product or
construction is generally consumed at the time it`s produced and provided added
value in forms (such as convenience, amusement,, timeliness, comfort or health)
that are essentially intangible concerns of it`s first purchaser.
Jasa pada dasarnya mencakup seluruh ativitas ekonomi dengan output
selain produk dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi pada
saat bersamaan, memberikan nilai tambah dan secara prinsip tidak
berwujud bagi pembeli pertamanya.
26. KARAKTERISTIK JASA
26
1. Intangibility (Tidak berwujud)
Jasa mempunyai sifat tidak berwujud karena tidak bisa dindentifikasi oleh
ke lima indera manusia, seperti: dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau
dicium sebelum terjadi proses transaksi.
2. Inseparability (Tidak dapat dipisahkan)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, apakah sumber itu
merupakan orang maupun mesin, disamping itu apakah sumber itu hadir
atau tidak, produk fisik yang berwujud tetap ada.
3. Variability/Heterogeneous (Berubah-ubah)
Jasa dapat mudah berubah-ubah karena jasa ini tergantung pada siapa
yang menyajikan, kapan, dan dimana disajikan.
27. KARAKTERISTIK JASA
27
4. Perishability (Daya tahan)
Jasa tidak dapat disimpan dan tidak memiliki daya tahan yang lama
karena sifatnya tergantung dari fluktuasi permintaan.
5. Lack of Ownership (Tanpa disertai kepemilikan)
Merupakan perbedaan dasar antara jasa dan barang.
Pada pembelian barang, konsumen memiliki hak penuh atas penggunaan dan
manfaat produk yang dibelinya. Mereka bisa mengkonsumsi, menyimpan atau
menjualnya kembali.
Pada pembelian jasa, pelanggan/klayan mungkin hanya memiliki akses
personel atas suatu jasa untuk jangka waktu terbatas (misalnya kamar
hotel, bioskop, jasa penerbagan, pendidikan, kesehatan)
28. JASA PROFESI APOTEKER
(Pharmaceutical Service)
28
Adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh
Apoteker ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan
tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan, dengan output
selain produk (dalam pengertian fisik, dikomsumsi dan diproduksi
pada saat bersamaan) memberikan nilai tambah bagi
penggunanya, memiliki daya tahan (pertanggungjawaban)
tertentu serta bervariasi menurut kondisi-kondisi yang
melingkupinya.
Produk Jasa dapat terikat atau tidak terikat
pada suatu produk fisik
29. KONSTRUKSI DASAR JASA APOTEKER
29
TANGGUNG
PROFESI KOMPETENSI JAWAB
MANFAAT &
KLAYAN PROBLEM RISIKO
Spontan Implikatif
Adalah proses tranformasi/transaksional/pertukaran kompetensi
seorang Apoteker atas problem-problem klayan/pasien sehingga
berimplikasi memberikan sejumlah manfaat bagi klayan/pasien
serta bertanggungjawab terhadap risiko-risiko yang akan muncul
selama waktu tertentu.
30. JENIS JASA APOTEKER
30
Jasa terkait Pelayanan Kefarmasian
Adalah setiap tindakan atau kinerja Apoteker atas PROBLEM PELAYANAN
berupa pelayanan kefarmasian atas seseorang (pasien).
a) Diselenggarakan oleh institusi
Klayan : Institusi/instansi legal (RS, Klinik, Puskesmas)
Problem : Klayan tidak memiliki keahlian dan kewenangan langsung untuk
memberikan pelayanan kefarmasian kepada seseorang (pasien)
Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian
yang diselenggarakan oleh institusi yang bersangkutan.
Pertanggungjawaban : Makro : Kepada Klayan Institusi
Mikro : Kepada Pasien
Kualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi
Penghargaan Jasa : Oleh Klayan : Honor/imbalan/Gaji sesuai standar Profesi
Oleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, Rekomendasi
Oleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA
Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik institusi
yang bersangkutan.
31. Jasa Pelayanan Farmasi Instansional
(RS, Klinik, Puskesmas)
31
Area Profesi
apoteker
Pengelolaan Honor/gajih
Pelayanan Profesi
Fasyan
PASIEN SEDIAAN FARMASI
klayan
Area
Kepemilikan
Pelayanan fasilitas
Permintaan pelayanan
Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik instansi diserahkan oleh
Apoteker kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan transaksi jual beli).
Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.
32. 32
b) Diselenggarakan sendiri oleh Apoteker
Klayan : Perorangan/individu
Problem : Klayan ingin memperoleh pelayanan kefarmasian untuk
mengatasi problem kesehatannya
Substansi Jasa : Apoteker berjasa dalam mewujudkan pelayanan kefarmasian
yang dibutuhkan oleh seseorang.
Kinerja/Hasil : Klayan individu memperoleh jasa pelayanan kefarmasian
Pertanggungjawaban : Makro & Mikro : Kepada Pasien
Kualitas : Peraturan2, standar profesi, etika profesi
Penghargaan Jasa : Oleh Pasien : Honor/imbalan sesuai standar Profesi
Oleh Organisasi : Sertifikat Kompetensi, SKP, Rekomendasi
Oleh Pemerintah : Pemberian STRA dan SIPA
Sarana prasarana, sistem dan produk merupakan milik
Apoteker yang bersangkutan.
33. Jasa Pelayanan Farmasi Personal
(Apotek)
33
investasi
Area Profesi PEMILIK
apoteker
Imbalan Share MODAL
Pelayanan investasi
Pengelolaan
Profesi
PASIEN SEDIAAN
FARMASI
Area
Kepemilikan
Sediaan Farmasi tidak pernah menjadi milik pasien. Barang milik Apoteker
diserahkan kepada pasien atasnama Pelayanan Kefarmasian (bukan
transaksi jual beli).
Apoteker tetap bertanggungjawab atas penggunaan Obat oleh pasien.
34. MENGAPA PERLU MARGIN NOL ?
34
Membuktikan :
Apoteker bukan “Penjual Obat” tetapi “Penjual Jasa”. Apoteker
sebagai “Pemberi Solusi” atas masalah Kesehatan Pasien. Menjadikan
Obat sebagai salah satu alat/instrumen aktualisasi profesi.
1. Strategi 1 :
Menggeser Loyalitas Produk menuju Loyalitas Profesi
a. Melaksanakan “Norma Baru Pelayanan” yang hanya akan dapat dijalankan
oleh Apoteker (Skrining, Penetapan Obat, Regimentasi, Konseling dst)
b. Mencegah berlanjutnya proses “Deprofesionalisasi”
2. Strategi 2 :
Mencegah munculnya PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan PPh Badan
(karena Praktik Kefarmasian bukan suatu Bidang Usaha) berganti ke
Pajak Profesi/Pajak Penghasilan Orang Pribadi.
3. Strategi 3 :
Mencegah Pekerjaan Kefarmasian menjadi Alat Bisnis Pihak Ketiga.
35. PROSPEK JASA PROFESI
35
Basis Pasien :
Merupakan penghargaan praktik kefarmasian yang dilakukan Apoteker atas pasien
berdasarkan pertimbangan etika profesi, klinis, biologis dan farmasetis.
No. Jenis Tindakan Kefarmasian Landasan
1. Skrining Resep Etika Profesi
2. Rasionalisasi Resep Klinis-biologis
3. Penetapan Obat Klinis-biologis
4. Peracikan/Penyiapan Sediaan Farmasetis
5. Regimentasi Farmakoterapis
6. Konseling dan Dispensing Etika Profesi
7. Dokumentasi/PMR Etika Profesi
8. Monitoring ESO Etika Profesi
9. Visite/HomeCare Etika Profesi
10. Swamedikasi Etika Profesi
36. Jasa Profesi Menanggung Beban
36
Perolehan Jasa Profesi Apoteker dari Kegiatan Pelayanan
Kefarmasian dimanfaatkan oleh Apoteker untuk berbagai
keperluan seperti :
1) Tanggung jawab SDM (Apoteker, TTK, tenaga pendukung
lainnya)
2) Penyewaan Tempat
3) Alat-alat bantu Operasional
4) Penyediaan dan depresiasi peralatan kerja
5) Pemeliharaan fasilitas pelayanan
6) Pembagian/sharing investasi dan atau Pengembalian Modal
7) Pengamanan Stok Obat
8) Antisipasi inflasi peningkatan Harga Obat.
37. Konsekuensi Profesi
37
Besarnya PENDAPATAN APOTEK bergantung sepenuhnya
pada JUMLAH DAN KUALITAS PASIEN/KLAYAN (Tidak
bergantung pada Harga dan Jumlah Barang)
Jasa Profesi menanggung Semua Beban Operasional Apotek
dan Semua Kewajiban-kewajiban Lainnya
Pendapatan Apoteker = Jumlah Jasa Profesi – Semua Beban
PPh 25 Orang
Pribadi
38. Menganalisis Bisnis Farmasi
38
Bisnis Terkait Ketrampilan Tenaga Teknis
KOMPETENSI
KNOWLEDGE + SKILLS
The Future Paradigm
Bisnis Pengetahuan dan Keahlian
39. Berdasar 47 PP51/2009
39
(1) Untuk memperoleh STRTTK bagi Tenaga Teknis
Kefarmasian wajib memenuhi persyaratan :
a. memiliki ijazah sesuai dengan pendidikannya;
b. memiliki surat keterangan sehat fisik
dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktek;
c. memiliki “rekomendasi tentang kemampuan”
dari Apoteker yang telah memiliki STRA di
tempat Tenaga Teknis Kefarmasian bekerja; dan
40. Mengetahui KEMAMPUAN c-TTK ?
40
Situasi :
1) Level-level Tenaga Teknis kefarmasian (Tenaga
Menengah Farmasi/AA; Ahli Madya farmasi;
Sarjana Farmasi)
2) Bidang-bidang Pekerjaan Kefarmasian
(Pergadaan, Produksi, Distribusi, Pelayanan)
3) Fasilitas Kefarmasian
(Gudang, Industri, PBF, Apotek, Klinik, Puskesmas, R
S)
41. Siklus Kemampuan Teknis
TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN
41
Pendidikan Kejuruan/Vokasional
Lulusan
Klinik SMKF/AMF
Apotek
APOTEKER Industri
RS PBF Calon-
Masing-masing TTK
Bidang perlu
SIPA/SIKA
pelatihan
tersediri
TTK
SIK-TTK
STR-TTK
Attitude Dunia Praktik/Kerja
42. Transformasi Kemampuan Teknis
42
Level 2 Level 5 Level 6
Asisten Ahli Madya Sarjana
• Kemampuan • Kemampuan • Kemampuan
• Tugas • Tugas • Tugas
• Kewenangan • Kewenangan • Kewenangan
Operator Analis/Teknisi Setengah Ahli
- Pekerjaan sesaat - Administratif, dokumentatif - Managerial
- Sederhana - Sedikit Kompleks - Kompleks
- Tgjwb tunggal - Tgjwb Group/Kelompok - Tgjwb Organisasi
43. Sertifikasi Kompetensi Kemampuan Teknis
43
1. Kolaborasi IAI dg Lembaga Pendidikan
2. Kolaborasi IAI dg Fasilitas Kefarmasian
3. Pemberdayaan Apoteker sesuai bidang kerja
4. Pelatihan Kompetensi Teknis sesuai bidang
pekerjaan dan level pendidikannya
Sertifikat Kompetensi Prasyarat Rekruitmen
Teknis Karyawan
46. Peta Konfigurasi Operasional BPJS 2014
46
Peserta
BPJS BPJS
SKENARIO 1
PPK 2 PPK 3
PPK 1
KLINIK UTAMA
KLINIK PRATAMA,
SKENARIO 2 Claimed For Service
dg Obat + Apoteker
Untuk : Sewa
Kapitasi
Termasuk OBAT ? • Harga Obat ?
Fasilitas, Obat, SKENARIO 3
• Jasa Apoteker
Operasional, Managemen,
Seluruh Tenaga dll....dst ?
APOTEK(er) APOTEK(er)
PPK 1
KLINIK PRATAMA, SKENARIO 4
tanpa Obat &
Apoteker
47. Berkembang Wacana
47
yes yes ??
Asosiasi
Fasilitas
Fasilitas Fasilitas Fasilitas
Klinik Klinik Klinik RS RS RS Apotek Apotek
Perlukah kita bentuk suatu Asosiasi Apotek
(berbadan hukum) ?
48. PERSOALAN
PERATURAN-UU YANG BERLAKU
RESEP adalah INSTRUMEN PROFESI
48
DOKTER & APOTEKER
DOKTER Berdasar Keahlian dan Kewenangan :
1) Mewawancarai Pasien 7) Menulis resep obat dan alat kesehatan
2) Memeriksa fisik dan mental pasien 8) Menerbitkan surat keterangan dokter
3) Menentukan pemeriksaan penunjang dan dokter gigi
4) Mendiagnosa Pasien 9) Menyimpan obat dalam jumlah dan
5) Menentukan penatalaksanaan dan jenis yang diijinkan
pengobatan pasien 10) Dalam keadaan tertentu, dapat meracik
6) Melakukan tindakan kedokteran dan dan menyerahkan obat di daerah
kedokteran gigi terpencil dan tidak ada apotek.
APOTEKER
1) Pengadaan seluruh Obat dan Alat bentuk Sediaan Obat
Kesehatan 7) Melakukan Penyerahan Obat atas Resep
2) Melakukan Skrining atas Resep maupun Obat-obat Keras (Tertentu)
3) Melakukan Asesmen atas Pasien 8) Melakukan Konseling dan Monitoring
4) Melakukan Rasionalisasi Obat dan ESO dan DRP’s
Pengobatan (restriksi) 9) Melakukan pemilihan obat secara tepat
5) Menetapkan Obat dan Regimentasinya 10) Dalam keadaan tertentu, dapat
6) Melakukan peracikan dan pengubahan melakukan Swamedikasi berdasar
Evidence Based Pharmacy
49. KONSTRUKSI PROFESIONALITAS & KOMPETENSI
49
TENAKES & TENAFAR
Sakit
Obat
RESEP
Pelayanan Parafarmasi : Paramedis :
Kefarmasian - Asisten Apt - Perawat
- Madya Farmasi - Bidan
- Sarjana Farmasi - Paramedis lain
Pelayanan
Kesehatan
MASING-MASING PPK MEMILIKI TANGGUNGJAWAB BERBEDA
BERDASAR KEAHLIAN DAN KEWENANGANNYA
50. BEBERAPA PERAN STRATEGIS DAN ARTI PENTING
PPK FARMASI
50
1. Apoteker Efektif Men-SKRINING Rasionalitas Peresepan dan Obat
Sebelum Obat diputuskan untuk dilayani, Profesionalitas Apoteker terlebih dahulu
akan melakukan Skrining Resep, Analisa Rasionalitas dan Tinjauan Farmakoterapis
dan Farmasetisnya.
2. Apoteker Efektif Melakukan Konseling Komprehensif
Selama Pengobatan, Profesionalitas Apoteker akan melakukan Konseling
Pengobatan atas Pasien, meningkatkan efektifitas pengobatan dan kepatuhan
pasien serta menjamin kebenaran Cara Penggunaan Obat .
3. Apoteker Efektif Melakukan Monitoring ESO dan DRP’s
Setelah Obat dilayani, Profesionalitas Apoteker akan melakukan dokumentasi
Riwayat Pengobatan Pasien, Efektifitasnya dan Kemungkinan Efek Samping yang
menyertainya dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Apoteker Efektif Mengkompilasi Data Primer Pengobatan
Dari beragam Resep Dokter yang diterima, Profesionalitas Apoteker akan
memperoleh Data Akurat mengenai korelasi Riwayat Penyakit dan Obat-obat yang
digunakan. Bermanfaat untuk timbal informasi kepada pihak-pihak terkait.
51. TERIMA KASIH
51
Sekretariat PD IAI JAWA BARAT
GRAND SURAPATI CORE
Jl. PHH MUSTOFA No.39 Blok M-11 Bandung
022-87241408