Model pembelajaran bernyanyi dirancang untuk meningkatkan artikulasi bicara Candy, seorang anak autis berusia 6 tahun yang menyukai musik. Model ini akan mencoba melatih Candy untuk mengucapkan kata-kata dengan jelas melalui pengulangan lagu-lagu sederhana yang disesuaikan dengan kebutuhannya. Harapannya, kebiasaan menyanyi akan membantu memperbaiki artikulasi bicaranya.
Paparan Refleksi Lokakarya program sekolah penggerak.pptx
Meningkatkan Artikulasi
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, istilah autis sudah populer di dunia karena semakin banyak
anak yang mengalami gejala autis ini. Peningkatan autisme ini juga terjadi di
Indonesia. Menurut Sukotjo (2009) dalam artikel kesehatan masyarakat
menyatakan bahwa jumlah anak autis mengalami peningkatan yang pesat. Secara
global, data terbaru dari Centre for Disease Control and Prevention Amerika
Serikat menyebutkan, kini 1 dari 110 anak di sana menderita autis. Angka ini naik
57 persen dari data tahun 2002 yang memperkirakan angkanya 1 dibanding 150
anak.
Autis merupakan gangguan yang dimulai dan dialami pada masa kanakkanak (Safaria, 2005:1). Menurut Power dalam Priyatna (1989:7), anak autis
memiliki enam gangguan yakni interaksi sosial, komunikasi (bahasa dan bicara),
perilaku emosi, pola bermain, gangguan sensorik, dan motorik. Gejala ini tampak
dari sejak lahir dan biasanya sebelum anak berusia tiga tahun.
Terjadinya perubahan susunan syaraf atau ketidakberfungsian salah satu
syaraf yang ada di otak menjadi salah satu faktor utama terhambatnya berbahasa.
Menurut Gardner dalam Delphie (2009: iv), berbahasa merupakan bagian yang
sangat penting dalam kemampuan intelegensi manusia. Dengan bahasa kita dapat
berkomunikasi dengan orang lain, dapat mengungkapkan keinginan, menjelaskan
konsep, dan dapat meningkatkan kemampuan menghafal.
Adanya perubahan syaraf pada anak autis membuat mereka kesulitan untuk
berbahasa yang mengakibatkan sulitnya berkomunikasi dengan orang lain. Hal
inilah yang membuat anak autis tidak tahu bagaimana berinteraksi dengan orang
lain sehingga tidak dapat mengungkapkan apa yang dibutukan dan diinginkannya.
Oleh sebab itu, belajar berkomunikasi selalu menduduki tingkat pertama yang
harus dikuasai terlebih dahulu (Priyatna, 2010:25).
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. 2
Berbahasa dan berkomunikasi pada anak autis sangat berbeda dengan anak
seusianya. Anak autis sulit untuk berkomunikasi, baik verbal maupun non verbal.
Dengan demikian, maka ada dua kesulitan untuk menggunakan bahasa, yaitu
kesulitan pada bahasa reseptif dan bahasa ekspresif (Yuwono, 2009:63). Upaya
untuk mengatasi kesulitan berbahasa ini adalah dengan terapi wicara.
Terapi wicara ini bertujuan untuk memperbaiki serta mengajarkan
kemampuan berkomunikasi verbal dengan baik dan fungsional seperti bahasa
reseptif dan ekspresif, menyebutkan kata benda dan kata kerja, serta kemampuan
memulai pembicaraan (Prasetyono, 2008:207). Tahapan terapi ini adalah
mendiagnosis penyebab anak kesulitan berbicara. Setelah itu akan dievaluasi
untuk ditentukan kemampuan berkomunikasi pada anak.
Tahapan evaluasi ini akan menentukan kemampuan berkomunikasi anak,
yaitu verbal atau non verbal. Apabila non verbal, maka akan dibantu dengan
memakai alat bantu berupa gambar sehingga anak tetap dapat berkomunikasi.
Sedangkan untuk anak yang verbal, akan mulai diajarkan untuk membuka mulut
serta menggerakkan otot-otot di daerah wajah dan mulut. Terapis juga akan
menstimulasi anak untuk mengucapkan beberapa kata sekaligus menunjukkan
gambar atau benda faktual agar anak mengerti kata-kata tersebut, tidak hanya
mengucapkan saja.
Peran terapi wicara ini tentu saja sangat penting untuk membantu
meningkatkan berbahasa anak. Namun, kegiatan terapi ini hanya dalam waktu
tertentu. Apabila tidak diulang di rumah, maka mengikuti terapi wicara ini tidak
akan menunjukkan hasil yang maksimal. Peran orang tua dan anggota keluarga
sangat penting karena dengan demikian anak akan mengerti bahwa melalui bahasa
ia dapat berpartisipasi dan berkomunikasi dengan anggota keluarga. Selain itu,
pengulangan materi dan latihan yang terus menerus tentunya akan menunjukkan
peningkatan yang baik.
Banyak orang tua yang tidak tahu pentingnya peran mereka dalam kemajuan
anak mereka. Mereka berpikiran bahwa dengan sekolah dan terapi maka anak
mereka akan terbantu. Orang tua mempercayakan sepenuhnya anak mereka di
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
3. 3
sekolah, padahal anak-anak ini butuh perhatian dan pengulangan materi saat
mereka ada di rumah.
Menurut Kepala Sekolah dari sebuah Sekolah Autis di Bekasi, orang tua
seakan-akan tidak peduli dengan kebutuhan anak, mereka terpaku dan terlalu
menuntut bahwa sekolah harus dapat meningkatkan kemampuan anak mereka.
Pada serangkaian fenomena ini, peneliti menemukan satu keluarga yang
memiliki kesadaran penuh bahwa peran mereka sangat besar dalam peningkatan
anak mereka. Keluarga Ibu Irma sangat sadar dan fokus pada anak mereka, yaitu
Candy, yang terdiagnosis sebagai anak autis.
Candy seorang anak yang berusia 6 tahun. Candy terdiagnosis sebagai anak
autis yang tergolong pada kelompok autism dari kelompok ASD. Candy telah
melakukan tes untuk melihat diagnosis penyebab autis, dan hasilnya menunjukkan
bahwa Candy keracunan logam berat (lihat lampiran 10). Logam yang sangat
tinggi pada diri Candy adalah timbal. Inilah yang menghambat Candy untuk
belajar, berbahasa, dan berinteraksi sosial.
Ibu Irma ingin agar Candy mengalami peningkatan yang maksimal pada
gangguan-gangguan yang dialami Candy sehingga ia memutuskan untuk berhenti
bekerja dan fokus terhadap pengobatan Candy. Diet ketat pun telah dilakukan
Candy dengan menjaga makanan. Suplemen dan obat juga diberikan kepada
Candy agar mempercepat kesembuhan Candy. Hasil yang telah dicapai beberapa
bulan diet adalah Candy sudah mau mendengar instruksi dari Ibu Irma.
Peneliti tertarik dengan Candy dan mengadakan observasi terkait dengan
perkembangan bahasa Candy. Hasil dari observasi adalah Candy jarang berbicara,
namun saat Candy berbicara, artikulasi dari kata-kata yang diucapkannya tidak
jelas. Ketidakjelasan inilah yang menghambat Candy untuk berkomunikasi secara
verbal dengan orang lain. Ibu Irma menjelaskan bahwa Candy sudah mulai
berbicara namun ada satu huruf yang tidak dapat diucapkan oleh Candy, yaitu
konsonan “s”.
Dari hasil observasi, peneliti memperhatikan setiap gerakan, kegiatan, dan
tindakan yang dilakukan Candy selama di rumah. Peneliti mendapati bahwa
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. 4
Candy sangat suka bersenandung. Hal ini peneliti tanyakan kepada Ibu Irma dan
ia membenarkan pertanyaan peneliti bahwa Candy sangat suka bersenandung.
Candy menyanyikan semua lagu dengan pitch yang sangat tepat.
Peneliti merasa tertarik untuk menggabungkan talenta dan kekurangan
Candy. Peneliti ingin memaksimalkan talenta yang dimiliki Candy untuk
mengatasi gangguan yang dialaminya. Musikalitas dan ketertarikan Candy pada
musik, khususnya kegiatan bernyanyi, akan digunakan untuk membuat
pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.
Sebagian besar anak autis sangat tertarik dengan kegiatan bermusik.
Menurut penelitian Kern dan Aldrige (2006) dalam Komaldini (2009:2), anak
autis seringkali menunjukkan ketertarikan yang tinggi dan merespon positif
terhadap stimulus musikal. Musik membangkitkan rasa ingin tahu, serta
ketertarikan mengeksplorasi sesuatu. Menurut Djohan (2009:264), musik
memiliki keunggulan yang sangat berarti bagi terjadinya suatu komunikasi non
verbal. Apabila komunikasi non verbal ini berhasil, maka berbagai jenis
komunikasi yang terkait dengan musik dapat disertakan.
Keunggulan musik ini dapat dikaitkan dengan model pembelajaran dalam
mengembangkan kemampuan bicara pada anak autis.
Anak autis yang sedang mengembangkan kemampuan bahasa sering
berbicara secara monoton, bahasanya sulit ditangkap. Melalui lagu-lagu yang
disusun sesuai kebutuhan, anak dapat dilatih memperlancar kemampuan
bicara. Musik dapat menghapus kekurangan yang dimilikinya dan secara
bertahap akan membekas sehingga anak akan terbiasa dengan suara bicara
yang biasa. Bila anak lupa mengucapkan kalimat dengan benar, maka ia akan
dengan cepat mengingat melalui lagu yang diingatnya (Djohan, 2009:266).
Berdasarkan pernyataan dari Djohan (2009:266) bahwa melalui lagu-lagu
yang disusun sesuai kebutuhan, akan melatih anak untuk memperlancar
kemampuan bicaranya, maka peneliti membuat suatu model pembelajaran
bernyanyi yang mengkhususkan untuk meningkatkan gangguan artikulasi bicara
pada anak autis yang kemampuan musikalitasnya baik. Musikalitas yang baik ini
didasarkan pada alasan bahwa tidak semua anak autis menyukai musik, bahkan
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. 5
ada yang menolak, oleh sebab itu maka subjek penelitian adalah anak autis yang
menyukai musik.
Ada beberapa manfaat musik untuk meningkatkan pembelajaran, yaitu
musik dapat menghangatkan lingkungan pembelajaran, membuat pikiran tenang
dan terbuka belajar, menciptakan perasaan dan asosiasi positif dalam diri
pembelajar, menciptakan “peningkatan” di otak, mendorong pembelajaran multiindrawi, dan membantu mempercepat dan meningkatkan proses belajar (Meier,
2002:176).
Keunggulan musik penulis kaitkan dengan masalah yang ada pada Candy,
yaitu masalah artikulasi bicara yang tidak jelas. Peneliti memakai musik sebagai
model pembelajaran agar pembelajaran lebih menyenangkan dan Candy tidak
merasa dipaksa untuk belajar.
Model pembelajaran ini menggunakan nyanyian sebagai kegiatan bermusik
yang akan mengajarkan pada Candy untuk bernyanyi dengan menggunakan lirik.
Nyanyian yang diulang-ulang tersebut akan membentuk suatu kebiasaan pada
Candy sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan artikulasi bicara pada
Candy. Lagu yang digunakan disesuaikan dengan kriteria lagu anak, yaitu
memiliki irama dan melodi yang sederhana, bernilai edukatif, dan memiliki tema
lagu yang sesuai dengan dunia anak-anak.
Penelitian ini dilaksanakan di rumah Candy yang melibatkan Ibu Irma
sebagai pelaku dari model pembelajaran bernyanyi ini. Peneliti memiliki alasan
untuk menjadikan Ibu Irma sebagai pelaku model pembelajaran bernyanyi ini
karena peneliti melihat bahwa orang tua memiliki kesempatan yang lebih banyak
untuk dapat melakukan model pembelajaran ini secara terus menerus. Apabila
model pembelajaran ini dilakukan di sekolah, maka guru dari tahun ke tahun akan
berbeda sehingga model pembelajaran ini terhenti pada satu guru saja. Selain itu,
model pembelajaran ini menuntut kontinuitas dan konsistensi pengulangan.
Waktu Candy di sekolah lebih singkat daripada waktu bersama orang tua.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, peneliti sangat tertarik untuk
membuat model pembelajaran bernyanyi untuk Candy. Oleh sebab itu penulis
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6. 6
mengambil judul “Model Pembelajaran Bernyanyi untuk Meningkatkan Artikulasi
Bicara Pada Anak Autis”.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
“Bagaimana peningkatan artikulasi terkait jenis-jenis gangguan artikulasi dengan
menggunakan model pembelajaran bernyanyi?”. Untuk menjawab permasalahan
yang telah diuraikan di latar belakang, maka dirumuskan beberapa pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana proses
penerapan model pembelajaran bernyanyi
untuk
meningkatkan artikulasi anak autis?
2.
Bagaimana perkembangan artikulasi anak autis terkait dengan penerapan
model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis?
3.
Bagaimana implikasi model pembelajaran bernyanyi terhadap anak autis?
C. Variabel dan Definisi Istilah
1. Model Pembelajaran Bernyanyi
Untuk mengatasi berbagai masalah dalam pelaksanaan pembelajaran
maka diperlukan model-model mengajar yang dipandang mampu untuk
mengatasi kesulitan guru melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan
peserta didik (Sagala, 2003:175).
Model pembelajaran bernyanyi adalah sebuah strategi untuk menciptakan
suatu kegiatan yang menyenangkan, yang akan membantu siswa untuk
mempelajari sesuatu. Model pembelajaran bernyanyi ini diimplementasikan
pada anak autis verbal yang memiliki gangguan artikulasi. Melalui model
pembelajaran bernyanyi ini, siswa dapat mengucapkan fonem dengan jelas.
2. Artikulasi Bicara
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7. 7
Pengertian artikulasi dalam konteks ini yaitu gerakan otot-otot bicara
yang digunakan untuk berbicara. Menurut Suherman (2012:8), artikulasi atau
articulate terjemahan kamus diartikan sebagai yang nyata. Kaitannya dalam
pembelajaran ucapan diartikan sebagai upaya alat bicara dalam pengucapan
atau mengujarkan kata-kata menjadi jelas pola ucapannya. Bentuk pengucapan
yang jelas oleh alat perangkat bicara sesuai dengan pola standar bunyi bahasa
yang diinginkan sehingga pola-pola itu dapat dipahami oleh orang lain.
Anak autis mengalami gangguan dalam artikulasi. Mereka mengucapkan
kata-kata dengan tidak jelas. Oleh sebab itu, melalui model bernyanyi ini
diharapkan anak dapat meningkatkan artikulasi bicara, mengingat betapa
pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini
antara lain:
1. Untuk melihat proses penerapan model pembelajaran bernyanyi untuk
meningkatkan artikulasi anak autis.
2.
Untuk melihat perkembangan artikulasi anak autis terkait dengan penerapan
model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan artikulasi anak autis.
3.
Untuk melihat implikasi model pembelajaran bernyanyi terhadap anak autis.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Peneliti
Mengetahui dan menambah wawasan bahwa model pembelajaran bernyanyi
dapat meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.
2. Objek Penelitian
Membantu mengatasi masalah artikulasi bicara pada anak autis.
3. Lembaga Pendidikan
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8. 8
Memberikan suatu model pembelajaran bernyanyi untuk meningkatkan
artikulasi bicara pada anak autis.
4. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini terbatas untuk meningkatkan artikulasi bicara pada anak autis.
Dari hasil penelitian ini, mungkin dapat dikembangkan model pembelajaran
lainnya yang dapat membantu anak autis untuk mengembangkan kemampuan
lainnya melalui musik.
F. Sistematika Penulisan
Berdasarkan buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI (UPI, 2012:11-12),
maka sistematika dari tesis ini adalah:
1. Bab I Pendahuluan; Bab I ini merupakan bagian pendahuluan yang berisi
tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, variabel dan definisi istilah, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Landasan Teori; Landasan teori berisi tentang acuan teori yang
mendukung penelitian, termasuk di dalamnya adalah penelitian terdahulu serta
asumsi penelitian.
3. Bab III Metodologi Penelitian; Metodologi penelitian berisi tentang cara
pengumpulan data di lapangan, yang mencakup pendekatan dan metode
penelitian, subjek penelitian, lokasi penelitian, prosedur penelitian, desain
penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
dan jadwal penelitian.
4. Bab IV Hasil Penelitian; Bab ini memuat dua hal utama yaitu penyajian data
hasil penelitian serta pengolahan dan analisis data sehingga menghasilkan
sebuah temuan baru. Pembahasan ini akan dianalisis berdasarkan prosedur
penelitian kualitatif yang disesuaikan dengan desain pada Bab III. Pembahasan
akan dikaitkan dengan teoretik dasar pada Bab II.
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. 9
5. Bab V Kesimpulan dan Saran; Bab ini menuliskan kesimpulan dari hasil
penelitian yang sudah didapatkan dalam uraian padat yang berisi temuan dari
jawaban rumusan masalah. Selain menjabarkan kesimpulan, pada bab 5 ini
dibuat saran penelitian yang ditujukan ke beberapa lembaga terkait untuk
melanjutkan penelitian ini.
Heidy Claudia, 2013
Model Pembelajaran Bernyanyi Untuk Meningkatkan Artikulasi Bicara Anak Autis
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu