SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 20
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Penentuan Konsentrasi Kafein dan Natrium Benzoat
dalam Minuman Berenergi Merk Panther
Ali Aulia Ghozali1
, Ika Rachmawati2
, Suci Rahmadani3
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor
Nomor Induk Mahasiswa: 1. G44100007; 2. G44100023; 3. G44100076
Abstrak
Penentuan kadar kafein dan natrium benzoat sebagai dua komponen utama dalam
minuman berenergi dilakukan secara simultan menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis Shimadzu 1700 PC pada panjang gelombang maksimum kafein dan
natrium benzoat. Kafein memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 272,80
nm sedangkan natrium benzoat memiliki panjang gelombang maksimum sebesar
229,60 nm. Sampel minuman berenergi yang digunakan dalam percobaan ini
adalah minuman berenergi bermerk Panther. Berdasarkan hasil percobaan
diperoleh rerata konsentrasi kafein dalam sampel sebesar 515,4755 mg/L
sedangkan rerata konsentrasi natrium benzoat dalam sampel sebesar 796,8193
mg/L.
Kata kunci: Kafein, Natrium benzoat, spektrofotometer UV-VIS, Pengukuran Simultan.
Abstract
Determination of levels of caffeine and sodium benzoate as the two major
components in energy drinks made simultaneously using UV-Vis
Spectrophotometer Shimadzu 1700 PC at the maximum wavelength of caffeine
and sodium benzoate. Caffeine has a maximum wavelength of 272.80 nm, while
sodium benzoate has a maximum wavelength of 229.60 nm. Samples energy
drinks used in this experiment were branded energy drinks Panther. Based on the
experimental results obtained by the average concentration of caffeine in the
sample amounted to 515.4755 mg/L, while the mean concentration of sodium
benzoate in the sample amounted to 796.8193 mg/L.
Keywords: Caffeine, Sodium benzoic, Spectrophotometric UV-VIS, Simultant Measuring
Pendahuluan
Kafein merupakan senyawa
organik yang banyak terdapat di
berbagai jenis sediaan obat, makanan,
dan minuman. Salah satunya adalah
minuman berenergi yang banyak
beredar di pasaran yaitu Panther.
Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin
merupakan senyawa golongan
alkaloid purin dengan rumus molekul
C8H10N4O2 (Hesse 2002, lihat
Gambar 2). Senyawa ini mempunyai
sifat fisik berupa serbuk putih atau
bentuk jarum mengkilat putih,
biasanya menggumpal, tidak berbau,
dan berasa pahit seperti alkaloid pada
umumnya. Kafein sukar larut dalam
eter, agak sukar larut dalam air dan
etanol, serta mudah larut dalam
kloroform (Depkes RI 1995). Kafein
dapat menimbulkan perangsangan
terhadap susunan saraf pusat (otak),
sistem pernapasan, serta sistem
pembuluh darah dan jantung. Bahkan
senyawa xantin dalam dosis rendah
mampu merangsang susunan saraf
yang sedang depresi. Lebih jauh,
kafein ternyata dapat menetralisasi
asam lemak dalam darah. Pada dosis
sedang, kafein dapat meningkatkan
produksi asam lambung yang
berlangsung lama, sehingga
memperbesar resiko penyakit
lambung, tukak lambung, atau tukak
usus halus (Nawrot P et al 2003).
Natrium benzoat dihasilkan
dari hasil netralisasi asam benzoat
dengan natrium hidroksida (Gambar
1). Natrium benzoat umumnya
digunakan sebagai bahan pengawet
dalam industri minuman ringan, acar,
saus dan jus buah. Selain itu juga
digunakan sebagai agen antimikroba
dalam pelapis makanan yang dapat
dikonsumsi. Natrium benzoat
berbentuk granula atau serbuk hablur,
putih, tidak berbau, atau praktis tidak
berbau, dan stabil di udara.
Kelarutannya tinggi dalam air, agak
sukar larut dalam etanol dan lebih
mudah larut dalam etanol 90%.
Kandungan natrium benzoat
dalam minuman umumnya tidak
terlalu besar,akan tetapi jika
dikonsumsi secara terus-menerus
tentu akan berakumulasi dan
menimbulkan efek terhadap
kesehatan. Dampak lain dari bahan
pengawet minuman adalah kanker,
dikonsumsi secara berlebihan dapat
timbul efek samping berupa edema
(bengkak) yang dapat terjadi karena
retensi atau tertahannya cairan di
dalam tubuh.
Gambar 1 Struktur Natrium benzoat. (SCCP 2006)
Gambar 2 Struktur kafein (Fatmawati 2008)
Spektrofotometri merupakan
suatu metode analisis berdasarkan
interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan materi.
Berdasarkan panjang gelombang
yang digunakan, spektrofotometri
dibedakan menjadi spektrofotometri
ultraviolet (UV), tampak (Vis),
inframerah dan lain-lain. Teknik
spektrofotometri UV dan Vis
terutama digunakan untuk penentuan
kuantitatif komponen dengan
konsentrasi rendah, selain itu teknik
ini juga dapat digunakan untuk
analisis kualitatif.
Penyerapan sinar tampak atau
ultraviolet oleh suatu molekul akan
menghasilkan transisi tingkat energi
elektronik molekul tersebut. Transisi
elektronik pada umumnya terjadi
antara orbital ikatan atau orbital
pasangan bebas dan orbital bukan
ikatan atau orbital anti ikatan. Jika
suatu molekul menyerap cahaya pada
daerah UV dan Vis, elektron valensi
atau elektron ikatan berpindah ke
tingkat energi yang lebih tinggi.
Besar energi radiasi bergantung pada
frekuensi atau panjang gelombang
radiasi yang dimiliki.
Gambar 3 Bagan alat spektrofotometer UV-VIS (Fatmawati 2008)
Menurut hukum Lambert-
Beert penyerapan sinar tidak
bergantung pada intensitas sumber
cahaya dan fraksi penyerapan sinar
sebanding dengan banyaknya
molekul yang menyerap gelombang
elektromagnetik. Sumber radiasi
yang dipancarkan harus memiliki
panjang gelombang yang sama.
Analisis kuantitatif dengan
pengukuran absorbans menggunakan
teknik spektrofotometri UV-Vis telah
banyak dikembangkan, seperti
memakai kurva kalibrasi dari sederet
larutan standar, adisi standar, adisi
standar titik H, dan teknik derivatif.
Kurva kalibrasi menggunakan
larutan-larutan standar yang
sebaiknya mempunyai komposisi
sama dengan komposisi cuplikan
yang sebenarnya, dan konsentrasi
cuplikan berada di antara
konsentrasi-konsentrasi larutan
standar (Supriatna 1994).
Penentuan kadar kafein dan
natrium benzoat dalam sampel
dilakukan secara simultan. Percobaan
ini bertujuan mengukur kadar kafein
dan natrium benzoat dalam minuman
berenergi merk Panther dengan
metode spektrofotometri UV-Vis.
Sampel minuman berenergi yang
digunakan adalah Panther.
Prosedur Percobaan
Kurva Standar
Larutan stok standar kafein
dan natrium benzoat 50 ppm dalam
50 mL HCl 0,01 M. Dari masing-
asing larutan stok dibuat larutan
standar kafein dan natrium benzoat
dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10
ppm. Larutan sampel dibuat dengan
mengambil 0,30 mL sampel
dicampurkan dalam 5 mL HCl
0,0100 M lalu ditera dengan akuades
hingga 50 mL.
Pengukuran Konsentrasi Kafein
dan Natrium Benzoat
Panjang gelombang serapan
maksimum masing-masing senyawa
diukur. Larutan masing-masing
senyawa dengan konsentrasi 10 ppm
diukur panjang gelombangnya
dengan spektrofotometer UV-Vis
pada rentang panjang gelombang
200-400 nm.
Gambar 4 Kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum
kafein (272,80 nm).
Setelah mendapatkan panjang
gelombang maksimum, larutan
standar 2,0-10,0 ppm dan sampel
diukur pada panjang gelombang
maksimum kafein dan natrium
benzoat. Sampel diukur 5 kali
ulangan. Pada percobaan analisis
kafein dan natrium benzoat dalam
suatu sampel minuman berenergi
digunakan spektrum absorbsi
ultraviolet pada 2 panjang
gelombang maksimum dari masing-
masing komponen utama dalam
sampel minuman berenergi.
Kafein dan natrium benzoat
berturut-turut memiliki panjang
gelombang maksimum 272,80 nm
dan 229,60 nm. Panjang gelombang
maksimum setiap komponen tersebut
ditentukan dengan pencarian panjang
gelombang maksimum (λ maks) dari
larutan standar kafein dan natrium
benzoat. Panjang gelombang
maksimum merupakan panjang
gelombang yang menghasilkan nilai
absorbans (A) paling maksimum dari
larutan standar yang dianalisis.
Konsentrasi larutan standar
yang dibuat dari kafein dan natrium
benzoat terdiri dari 5 konsentrasi
berbeda, yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm,
8 ppm, dan 10 ppm dari stok larutan
standar yang tersedia dan dilarutkan
dalam HCl 0,0100M
y = 0,049x + 0,003
R² = 0,999
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0 5 10 15
Absorbans
[Kafein] (ppm)
Gambar 5 Kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang
maksimum kafein (272,80 nm).
Larutan standar yang
digunakan dari masing-masing
komponen untuk menentukan
panjang gelombang maksimum
adalah larutan standar dengan
konsentrasi 10 ppm yang dianalisis
pada rentang panjang gelombang
200-400 nm (Lampiran 1-3).
Kedua panjang gelombang
maksimum yang telah diperoleh dari
kafein dan natrium benzoat
digunakan untuk menganalisis
absorbans larutan standar kafein,
natrium benzoat, dan sampel
minuman berenergi. Hasil
pengukuran absorans dari larutan
standar kafein, natrium benzoat, dan
sampel masing-masing akan
diperoleh persamaan regresi linear
yang dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi kafein dan
natrium benzoat yang terdapat dalam
sampel minuman berenergi.
Persamaan garis yang
diperoleh dari kurva standar kafein
pada panjang gelombang maksimum
kafein yaitu y = 0,0030 + 0,0490x
dengan R² sebesar 0,9990.
Berdasarkan AOAC (2002), nilai
koefisien korelasi (R²) yang baik
bernilai lebih besar atau sama dengan
0,9900. Nilai koefisien korelasi
tersebut menunjukkan hubungan
linear antara konsentrasi larutan
standar dengan aborbans yang
dianalisis.
y = 0,007x + 0,007
R² = 0,990
0,000
0,020
0,040
0,060
0,080
0,100
0 5 10 15
Absorbans
[Natrium benzoat] (ppm)
y = 0,0861x + 0,0011
R² = 0,9998
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
0 5 10 15
Absorbans
[ Natrum benzoat] (ppm)
Gambar 6 Kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang
maksimum natrium benzoat (229,60 nm).
Bila konsentrasi sampel yang
dianalisis semakin besar maka nilai
absorbans akan semakin besar.
Persamaan garis yang diperoleh dari
kurva standar natrium benzoat pada
panjang gelombang maksimum
kafein yaitu y = 0,0070 + 0,0070x
dengan R² sebesar 0,9900.
Persamaan garis yang diperoleh dari
kurva standar natrium benzoat pada
panjang gelombang maksimum
natrium benzoat yaitu y = 0,0010 +
0,0860x dengan R² sebesar 0,9990.
Persamaan garis yang diperoleh dari
kurva standar kafein pada panjang
gelombang maksimum natrium
benzoat yaitu y = -0,1950 + 0,1070x
dengan R² sebesar 0,9520.
Sampel minuman berenergi
dihangatkan dan disaring sebelum
dianalisis. Penghangatan dilakukan
untuk menghilangkan CO₂ dalam
sampel minuman berenergi
sedangkan penyaringan dilakukan
untuk memisahkan partikel-partikel
yang tidak larut pada sampel.
Penentuan kadar kafein dan
natrium benzoat dalam sampel
dilakukan secara simultan karena
kafein dan natrium benzoat keduanya
memberikan serapan pada panjang
gelombang maksimum kafein dan
natrium benzoat. Hal ini dibuktikan
bahwa masih adanya serapan
senyawa kafein pada puncak serapan
natrium benzoat (lihat: Tabel 1 dan
Tabel 2).
y = 0,1073x - 0,195
R² = 0,9528
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
0 5 10 15
Absorbans
Konsentrasi (ppm)
Gambar 7 Kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum
natrium benzoat (229,60 nm).
Sampel minuman berenergi
dilarutkan dalam HCl 0,0100 M
karena natrium benzoat dalam
sampel akan terprotonasi menjadi
asam benzoat sedangkan kafein
dalam sampel bersifat netral dalam
suasana asam yang disebabkan oleh
sifat kebasaan yang sangat lemah
pada kafein.
Hasil yang diperoleh dari
percobaan untuk rerata konsentrasi
kafein dalam sampel sebesar
515,4755 mg/L sedangkan
konsentrasi kafein yang tertera dalam
kemasan sampel minuman berenergi
bermerk Panther sebesar 277,7778
mg/L. Rerata konsentrasi kafein dari
hasil analisis lebih besar
dibandingkan konsentrasi kafein
yang tertera pada kemasan sampel.
Hal ini dipengaruhi oleh sampel yang
dianalisis sudah kadaluarsa sekitar
setahun yang lalu sehingga
memengaruhi kadar kafein dalam
sampel tersebut Menurut SNI 01-
7152-2006 dalam Bahan Tambahan
Pangan Perisa, batas maksimum
kafein dalam produk minuman
sebesar 150 mg/hari.
Ketelitian dan ketepatan
untuk kafein berturut-turut sebesar
96,32% dan 185,57% dengan selang
kepercayaan 95% sebesar 23,5497.
Rerata konsentrasi natrium benzoat
dalam sampel sebesar 796,8193
mg/L sedangkan konsentrasi natrium
benzoat tidak tertera dalam kemasan
sampel minuman berenergi yang
dianalisis. Ketelitian untuk natrium
benzoat sebesar 99,07% dengan
selang kepercayaan 95% sebesar
9,2042. Menurut SNI 01-0222-1995
y = 0,1073x - 0,195
R² = 0,9528
0,000
0,200
0,400
0,600
0,800
1,000
0 5 10 15
Absorbans
[Kafein] (ppm)
dalam Bahan Tambahan Makanan,
batas maksimum natrium benzoat
dalam produk minuman sebesar 600
mg/kg.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC] Association of Official
Analytical Chemists. 2002.
AOAC International methods
committee guidelines for
validation of qualitative and
quantitative food
microbiological official
methods of analysis. J AOAC
Int 85:1-5.
[Depkes RI]. 1995. Farmakope
Indonesia. Ed ke-4. Jakarta:
Depkes RI
[SCCP]. 2005. Scientific Committee
on Consumer Products
SCCP: Opinion on Venzoic
Acid and Sodium Benzoate.
SCCP/0891/05
[SNI] Standar Nasional Indonesia.
1995. Bahan Tambahan
Makanan. 01-0222-1995.
[SNI] Standar Nasional Indonesia.
2006. Bahan Tambahan
Pangan Perisa. 01-7152-2006.
Fatmawati Y. 2008. Kombinasi
spektrum ultraviolet dan
model kalibrasi multivariat
untuk penentuan simultan
kafein, vitamin B1, B2, dan
B6. Skripsi. Bogor:
Departemen Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Hesse M. 2002. Alkaloids: Nature’s
Curse or Blessing. Zurich:
Verlag Helvetica Chimica
Acta.
Nawrot P,et al. 2003.. Effects of
caffeine on human health.
Food Additives and
Contaminants 20(1):1–30
Supriatna A. 1994. Kimia Analitik
Instrumental. Ed ke-1.
Semarang: IKIP Semarang.
Walpole R E. 1995. Pengantar
Statistika Ed ke-3. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Spektrum kafein pada penentuan panjang gelombang maksimum
kafein.
Lampiran 2 Spektrum natrium benzoat pada penentuan panjang gelombang
maksimum natrium benzoat.
Lampiran 3 Spektrum kafein dan natrium benzoat tumpang tindih pada panjang
gelombang maksimum kafein dan natrium benzoat.
Tabel 1 Pengukuran Absorbans Standar Kafein, Natrium Benzoat, dan Sampel
pada Panjang Gelombang Absorbans Maksimum Kafein (272,80 nm)
Standar Konsentrasi (ppm) Absorbans
Kafein 2,0 0,102
4,0 0,202
6,0 0,298
8,0 0,400
10,0 0,497
Natrium Benzoat 2,0 0,021
4,0 0,040
6,0 0,052
8,0 0,072
10,0 0,082
Sampel 1 0,195
Sampel 2 0,198
Sampel 3 0,197
Sampel 4 0,202
Sampel 5 0,209
Persamaan garis kurva standar
1. Persamaan garis kurva standar kafein pada panjang gelombang 272,80 nm
(Gambar 4).
y = 0,0494x + 0,0034
R2
= 0,9999
Keterangan:
y = absorbans kafein terukur
x = konsentrasi kafein (ppm)
2. Persamaan garis kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang
272,80 nm (Gambar 5).
y = 0,0077x + 0,0072
R2
= 0,9901
Keterangan:
y = absorbans natrium benzoat
x = konsentrasi natrium benzoat (ppm)
3. Persamaan garis umum pengukuran sampel (λmaks kafein = 272,80 pm)
y – 0,0106 = 0,0494x + 0,0077z
Keterangan:
y = absorbans sampel
x = konsentrasi kafein (ppm)
z = konsentrasi natrium benzoat (ppm)
4. Persamaan-persamaan garis pengukuran sampel (λmaks kafein = 272,80 pm)
a. 0,1844 = 0,0494x + 0,0077z
b. 0,1874 = 0,0494x + 0,0077z
c. 0,1864 = 0,0494x + 0,0077z
d. 0,1914 = 0,0494x + 0,0077z
e. 0,1984 = 0,0494x + 0,0077z
Tabel 2 Pengukuran Absorbans Standar Kafein, Natrium Benzoat, dan Sampel
pada Panjang Gelombang Absorbans Maksimum Natrium Benzoat (229,60 nm)
Standar Konsentrasi (ppm) Absorbans
Kafein 2,0 0,067
4,0 0,115
6,0 0,520
8,0 0,689
10,0 0,853
Natrium Benzoat 2,0 0,169
4,0 0,349
6,0 0,522
8,0 0,686
10,0 0,861
Sampel 1 0,539
Sampel 2 0,547
Sampel 3 0,539
Sampel 4 0,557
Sampel 5 0,566
Persamaan kurva standar
5. Persamaan garis kurva standar kafein pada panjang gelombang 272,80 nm
(Gambar 4).
y = 0,1073x + 0,1950
R2
= 0,9528
Keterangan:
y = absorbans kafein terukur
x = konsentrasi kafein (ppm)
6. Persamaan garis kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang
272,80 nm (Gambar 5).
y = 0,0861x + 0,0011
R2
= 0,9998
Keterangan:
y = absorbans natrium benzoat
x = konsentrasi natrium benzoat (ppm)
7. Persamaan garis umum pengukuran sampel (λmaks natrium benzoat = 229,60
pm)
y + 0,1939 = 0,1073x + 0,0861z
Keterangan:
y = absorbans sampel
x = konsentrasi kafein (ppm)
z = konsentrasi natrium benzoat (ppm)
8. Persamaan-persamaan garis pengukuran sampel (λmaks kafein = 229,60 pm)
a. 0,7329 = 0,1073x + 0,0861z
b. 0,7409 = 0,1073x + 0,0861z
c. 0,7329 = 0,1073x + 0,0861z
d. 0,7509 = 0,1073x + 0,0861z
e. 0,7599 = 0,1073x + 0,0861z
Tabel 4 Hasil perhitungan data kafein dan natrium benzoat
Konsentrasi
kafein (ppm)
Konsentrasi
natrium benzoat
(ppm)
Konsentrasi
kafein
(mg/1000 mL)
Konsentrasi
natrium benzoat
(mg/1000 mL)
2,9860 4,7909 497,6715 798,4883
3,0434 4,8123 507,2373 802,0530
3,0363 4,7283 506,0459 788,0520
3,1214 4,8312 520,2414 805,2044
3,2771 4,7418 546,1815 790,2988
Rerata 515,4755 796,8193
Standar deviasi 18,9693 7,4140
Ketelitian 96,32% 99,07%
Akurasi 185,57% -
Selang kepercayaan 95% (α = 0,05)
515,4755 ±
23,5497
805,2044 ± 9,4042
Keterangan:
[kasein]produk minuman ringan Panther = 50 mg dalam 180 mL
=
Contoh perhitungan:
1. Penentuan konsentrasi kafein dan natrium benzoat
2. Rerata konsentrasi kafein dan natrium benzoat
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ∑[ ]
= ( )
=
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ∑[ ]
( )
3. Standar deviasi konsentrasi kafein dan natrium benzoat
√∑ ( [ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
√
( ) ( )
√∑ ( [ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅)
√
( ) ( )
4. Ketelitian pengukuran konsentrasi kafein dan natrium benzoat
| |
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
||
| | ||
| |
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
||
| | ||
5. Ketepatan pengukuran konsentrasi kafein minuman
| |
[ ] [ ]
[ ]
||
| |
( )
||
6. Selang kepercayaan 95% konsentrasi kafein dan natrium benzoat dalam
minuman ( ( )
)
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
( )
√
( )
√
( )
[ ]
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
( )
√
( )
√
( )

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...qlp
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenawd_amaliah
 
Adisi Nukleofilik
Adisi NukleofilikAdisi Nukleofilik
Adisi Nukleofilikelfisusanti
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinFransiska Puteri
 
Ppt titrasi redoks
Ppt titrasi redoksPpt titrasi redoks
Ppt titrasi redoksBillqis yh
 
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhulaporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhuEmmy Nurul
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatYasherly Amrina
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURLinda Rosita
 
Substitusi Elektrofilik
Substitusi ElektrofilikSubstitusi Elektrofilik
Substitusi Elektrofilikelfisusanti
 
Permanganometri
PermanganometriPermanganometri
PermanganometriRidwan
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriqlp
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis miselqlp
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanqlp
 

Was ist angesagt? (20)

Ekstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cairEkstraksi pelarut cair cair
Ekstraksi pelarut cair cair
 
Kelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhuKelarutan sebagai fungsi suhu
Kelarutan sebagai fungsi suhu
 
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
laporan praktikum kimia anorganik - pembuatan cis dan trans kalium dioksalato...
 
laporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilenalaporan praktikum pembuatan Propilena
laporan praktikum pembuatan Propilena
 
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-AirLaporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
Laporan Praktikum Timbal Balik Fenol-Air
 
Adisi Nukleofilik
Adisi NukleofilikAdisi Nukleofilik
Adisi Nukleofilik
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi KafeinITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimOr Acara 4 Ekstraksi Kafein
 
Ppt titrasi redoks
Ppt titrasi redoksPpt titrasi redoks
Ppt titrasi redoks
 
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhulaporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
laporan praktikum kelarutan sebagai fungsi suhu
 
Reaksi reaksi radikal bebas
Reaksi reaksi radikal bebasReaksi reaksi radikal bebas
Reaksi reaksi radikal bebas
 
pembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfatpembuatan natrium tiosulfat
pembuatan natrium tiosulfat
 
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPURDISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
DISTRIBUSI SOLUT ANTARA DUA PELARUT TAK BERCAMPUR
 
Substitusi Elektrofilik
Substitusi ElektrofilikSubstitusi Elektrofilik
Substitusi Elektrofilik
 
Permanganometri
PermanganometriPermanganometri
Permanganometri
 
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetriPenentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
Penentuan ni dalam ferronikel secara gravimetri
 
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misellaporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
laporan kimia fisik - Konsentrasi kritis misel
 
Pik 2 bab 1_nitrasi
Pik 2 bab 1_nitrasiPik 2 bab 1_nitrasi
Pik 2 bab 1_nitrasi
 
Titrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometriTitrasi kompleksometri
Titrasi kompleksometri
 
Karbohidrat
KarbohidratKarbohidrat
Karbohidrat
 
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutanlaporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
laporan kimia fisik - Proses adsorpsi isoterm larutan
 

Ähnlich wie Jurnalsak

analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1mila_indriani
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinDila Adila
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiabanachan
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleDila Adila
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4mila_indriani
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroFransiska Puteri
 
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam UrinValidasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam UrinHasib Habibie
 
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary Pharmacy
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary PharmacyBioanalysis and instrumentation in Veterinary Pharmacy
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary PharmacyLazuardi ardi
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIElvarinna Permata
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxCitraCirebon
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromqlp
 
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1HalimArifXIMIPA1
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriRidha Faturachmi
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiLookWWE
 

Ähnlich wie Jurnalsak (20)

Jurnal spektro
Jurnal spektroJurnal spektro
Jurnal spektro
 
analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1analisis spektroskopi percobaan 1
analisis spektroskopi percobaan 1
 
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar KafeinLaporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
Laporan Analitik Instrumen Kadar Kafein
 
acara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimiaacara iv kesetimbangan kimia
acara iv kesetimbangan kimia
 
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-VisibleLaporan Spektrofotometri UV-Visible
Laporan Spektrofotometri UV-Visible
 
Loporan amoniak
Loporan amoniakLoporan amoniak
Loporan amoniak
 
Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20Laporan spektronic-20
Laporan spektronic-20
 
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4laporan analisis spektroskopi percobaan 4
laporan analisis spektroskopi percobaan 4
 
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektroITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
ITP UNS SEMESTER 2 Laporan KimTik Acara 5 spektro
 
Fenol
FenolFenol
Fenol
 
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam UrinValidasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin
Validasi Metode Penetapan Kadar Levofloxacine dalam Urin
 
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary Pharmacy
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary PharmacyBioanalysis and instrumentation in Veterinary Pharmacy
Bioanalysis and instrumentation in Veterinary Pharmacy
 
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRIMakalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
Makalah analisa farmasi kuantitatif spektro uv vis dan fluorometri FARMASI UNSRI
 
FLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptxFLAVONOID PART II.pptx
FLAVONOID PART II.pptx
 
Analisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan kromAnalisis fosfor dan krom
Analisis fosfor dan krom
 
1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm1884 3673-1-sm
1884 3673-1-sm
 
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
PPT_PEMEBELAJARAN TENTANG SPEKFOTOMETRI 1
 
Laporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum SpektrofotometriLaporan Praktikum Spektrofotometri
Laporan Praktikum Spektrofotometri
 
125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1125474737 49535134-laporan-pk1
125474737 49535134-laporan-pk1
 
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggiKEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
KEL 1 KCKT KAI.pptx. kromatografi cair kinerja tinggi
 

Kürzlich hochgeladen

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAppgauliananda03
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxNurindahSetyawati1
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMIGustiBagusGending
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfJarzaniIsmail
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfAkhyar33
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptxSusanSanti20
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfCandraMegawati
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"baimmuhammad71
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...Kanaidi ken
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...pipinafindraputri1
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...Kanaidi ken
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfKartiniIndasari
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 

Kürzlich hochgeladen (20)

KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMMAKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
AKSI NYATA BERBAGI PRAKTIK BAIK MELALUI PMM
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdfKanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
Kanvas BAGJA prakarsa perubahan Ahyar.pdf
 
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
7.PPT TENTANG TUGAS Keseimbangan-AD-AS .pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdfContoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
Contoh Laporan Observasi Pembelajaran Rekan Sejawat.pdf
 
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
power point bahasa indonesia "Karya Ilmiah"
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 

Jurnalsak

  • 1. Penentuan Konsentrasi Kafein dan Natrium Benzoat dalam Minuman Berenergi Merk Panther Ali Aulia Ghozali1 , Ika Rachmawati2 , Suci Rahmadani3 Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Nomor Induk Mahasiswa: 1. G44100007; 2. G44100023; 3. G44100076 Abstrak Penentuan kadar kafein dan natrium benzoat sebagai dua komponen utama dalam minuman berenergi dilakukan secara simultan menggunakan Spektrofotometer UV-Vis Shimadzu 1700 PC pada panjang gelombang maksimum kafein dan natrium benzoat. Kafein memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 272,80 nm sedangkan natrium benzoat memiliki panjang gelombang maksimum sebesar 229,60 nm. Sampel minuman berenergi yang digunakan dalam percobaan ini adalah minuman berenergi bermerk Panther. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh rerata konsentrasi kafein dalam sampel sebesar 515,4755 mg/L sedangkan rerata konsentrasi natrium benzoat dalam sampel sebesar 796,8193 mg/L. Kata kunci: Kafein, Natrium benzoat, spektrofotometer UV-VIS, Pengukuran Simultan. Abstract Determination of levels of caffeine and sodium benzoate as the two major components in energy drinks made simultaneously using UV-Vis Spectrophotometer Shimadzu 1700 PC at the maximum wavelength of caffeine and sodium benzoate. Caffeine has a maximum wavelength of 272.80 nm, while sodium benzoate has a maximum wavelength of 229.60 nm. Samples energy drinks used in this experiment were branded energy drinks Panther. Based on the experimental results obtained by the average concentration of caffeine in the sample amounted to 515.4755 mg/L, while the mean concentration of sodium benzoate in the sample amounted to 796.8193 mg/L. Keywords: Caffeine, Sodium benzoic, Spectrophotometric UV-VIS, Simultant Measuring Pendahuluan Kafein merupakan senyawa organik yang banyak terdapat di berbagai jenis sediaan obat, makanan, dan minuman. Salah satunya adalah minuman berenergi yang banyak beredar di pasaran yaitu Panther. Kafein atau 1,3,7-trimetilxantin merupakan senyawa golongan alkaloid purin dengan rumus molekul C8H10N4O2 (Hesse 2002, lihat Gambar 2). Senyawa ini mempunyai
  • 2. sifat fisik berupa serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya menggumpal, tidak berbau, dan berasa pahit seperti alkaloid pada umumnya. Kafein sukar larut dalam eter, agak sukar larut dalam air dan etanol, serta mudah larut dalam kloroform (Depkes RI 1995). Kafein dapat menimbulkan perangsangan terhadap susunan saraf pusat (otak), sistem pernapasan, serta sistem pembuluh darah dan jantung. Bahkan senyawa xantin dalam dosis rendah mampu merangsang susunan saraf yang sedang depresi. Lebih jauh, kafein ternyata dapat menetralisasi asam lemak dalam darah. Pada dosis sedang, kafein dapat meningkatkan produksi asam lambung yang berlangsung lama, sehingga memperbesar resiko penyakit lambung, tukak lambung, atau tukak usus halus (Nawrot P et al 2003). Natrium benzoat dihasilkan dari hasil netralisasi asam benzoat dengan natrium hidroksida (Gambar 1). Natrium benzoat umumnya digunakan sebagai bahan pengawet dalam industri minuman ringan, acar, saus dan jus buah. Selain itu juga digunakan sebagai agen antimikroba dalam pelapis makanan yang dapat dikonsumsi. Natrium benzoat berbentuk granula atau serbuk hablur, putih, tidak berbau, atau praktis tidak berbau, dan stabil di udara. Kelarutannya tinggi dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 90%. Kandungan natrium benzoat dalam minuman umumnya tidak terlalu besar,akan tetapi jika dikonsumsi secara terus-menerus tentu akan berakumulasi dan menimbulkan efek terhadap kesehatan. Dampak lain dari bahan pengawet minuman adalah kanker, dikonsumsi secara berlebihan dapat timbul efek samping berupa edema (bengkak) yang dapat terjadi karena retensi atau tertahannya cairan di dalam tubuh. Gambar 1 Struktur Natrium benzoat. (SCCP 2006)
  • 3. Gambar 2 Struktur kafein (Fatmawati 2008) Spektrofotometri merupakan suatu metode analisis berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Berdasarkan panjang gelombang yang digunakan, spektrofotometri dibedakan menjadi spektrofotometri ultraviolet (UV), tampak (Vis), inframerah dan lain-lain. Teknik spektrofotometri UV dan Vis terutama digunakan untuk penentuan kuantitatif komponen dengan konsentrasi rendah, selain itu teknik ini juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Penyerapan sinar tampak atau ultraviolet oleh suatu molekul akan menghasilkan transisi tingkat energi elektronik molekul tersebut. Transisi elektronik pada umumnya terjadi antara orbital ikatan atau orbital pasangan bebas dan orbital bukan ikatan atau orbital anti ikatan. Jika suatu molekul menyerap cahaya pada daerah UV dan Vis, elektron valensi atau elektron ikatan berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Besar energi radiasi bergantung pada frekuensi atau panjang gelombang radiasi yang dimiliki. Gambar 3 Bagan alat spektrofotometer UV-VIS (Fatmawati 2008)
  • 4. Menurut hukum Lambert- Beert penyerapan sinar tidak bergantung pada intensitas sumber cahaya dan fraksi penyerapan sinar sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap gelombang elektromagnetik. Sumber radiasi yang dipancarkan harus memiliki panjang gelombang yang sama. Analisis kuantitatif dengan pengukuran absorbans menggunakan teknik spektrofotometri UV-Vis telah banyak dikembangkan, seperti memakai kurva kalibrasi dari sederet larutan standar, adisi standar, adisi standar titik H, dan teknik derivatif. Kurva kalibrasi menggunakan larutan-larutan standar yang sebaiknya mempunyai komposisi sama dengan komposisi cuplikan yang sebenarnya, dan konsentrasi cuplikan berada di antara konsentrasi-konsentrasi larutan standar (Supriatna 1994). Penentuan kadar kafein dan natrium benzoat dalam sampel dilakukan secara simultan. Percobaan ini bertujuan mengukur kadar kafein dan natrium benzoat dalam minuman berenergi merk Panther dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Sampel minuman berenergi yang digunakan adalah Panther. Prosedur Percobaan Kurva Standar Larutan stok standar kafein dan natrium benzoat 50 ppm dalam 50 mL HCl 0,01 M. Dari masing- asing larutan stok dibuat larutan standar kafein dan natrium benzoat dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Larutan sampel dibuat dengan mengambil 0,30 mL sampel dicampurkan dalam 5 mL HCl 0,0100 M lalu ditera dengan akuades hingga 50 mL. Pengukuran Konsentrasi Kafein dan Natrium Benzoat Panjang gelombang serapan maksimum masing-masing senyawa diukur. Larutan masing-masing senyawa dengan konsentrasi 10 ppm diukur panjang gelombangnya dengan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 200-400 nm.
  • 5. Gambar 4 Kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum kafein (272,80 nm). Setelah mendapatkan panjang gelombang maksimum, larutan standar 2,0-10,0 ppm dan sampel diukur pada panjang gelombang maksimum kafein dan natrium benzoat. Sampel diukur 5 kali ulangan. Pada percobaan analisis kafein dan natrium benzoat dalam suatu sampel minuman berenergi digunakan spektrum absorbsi ultraviolet pada 2 panjang gelombang maksimum dari masing- masing komponen utama dalam sampel minuman berenergi. Kafein dan natrium benzoat berturut-turut memiliki panjang gelombang maksimum 272,80 nm dan 229,60 nm. Panjang gelombang maksimum setiap komponen tersebut ditentukan dengan pencarian panjang gelombang maksimum (λ maks) dari larutan standar kafein dan natrium benzoat. Panjang gelombang maksimum merupakan panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbans (A) paling maksimum dari larutan standar yang dianalisis. Konsentrasi larutan standar yang dibuat dari kafein dan natrium benzoat terdiri dari 5 konsentrasi berbeda, yaitu 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm dari stok larutan standar yang tersedia dan dilarutkan dalam HCl 0,0100M y = 0,049x + 0,003 R² = 0,999 0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500 0,600 0 5 10 15 Absorbans [Kafein] (ppm)
  • 6. Gambar 5 Kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang maksimum kafein (272,80 nm). Larutan standar yang digunakan dari masing-masing komponen untuk menentukan panjang gelombang maksimum adalah larutan standar dengan konsentrasi 10 ppm yang dianalisis pada rentang panjang gelombang 200-400 nm (Lampiran 1-3). Kedua panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh dari kafein dan natrium benzoat digunakan untuk menganalisis absorbans larutan standar kafein, natrium benzoat, dan sampel minuman berenergi. Hasil pengukuran absorans dari larutan standar kafein, natrium benzoat, dan sampel masing-masing akan diperoleh persamaan regresi linear yang dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi kafein dan natrium benzoat yang terdapat dalam sampel minuman berenergi. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum kafein yaitu y = 0,0030 + 0,0490x dengan R² sebesar 0,9990. Berdasarkan AOAC (2002), nilai koefisien korelasi (R²) yang baik bernilai lebih besar atau sama dengan 0,9900. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan hubungan linear antara konsentrasi larutan standar dengan aborbans yang dianalisis. y = 0,007x + 0,007 R² = 0,990 0,000 0,020 0,040 0,060 0,080 0,100 0 5 10 15 Absorbans [Natrium benzoat] (ppm) y = 0,0861x + 0,0011 R² = 0,9998 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 0 5 10 15 Absorbans [ Natrum benzoat] (ppm)
  • 7. Gambar 6 Kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang maksimum natrium benzoat (229,60 nm). Bila konsentrasi sampel yang dianalisis semakin besar maka nilai absorbans akan semakin besar. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang maksimum kafein yaitu y = 0,0070 + 0,0070x dengan R² sebesar 0,9900. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang maksimum natrium benzoat yaitu y = 0,0010 + 0,0860x dengan R² sebesar 0,9990. Persamaan garis yang diperoleh dari kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum natrium benzoat yaitu y = -0,1950 + 0,1070x dengan R² sebesar 0,9520. Sampel minuman berenergi dihangatkan dan disaring sebelum dianalisis. Penghangatan dilakukan untuk menghilangkan CO₂ dalam sampel minuman berenergi sedangkan penyaringan dilakukan untuk memisahkan partikel-partikel yang tidak larut pada sampel. Penentuan kadar kafein dan natrium benzoat dalam sampel dilakukan secara simultan karena kafein dan natrium benzoat keduanya memberikan serapan pada panjang gelombang maksimum kafein dan natrium benzoat. Hal ini dibuktikan bahwa masih adanya serapan senyawa kafein pada puncak serapan natrium benzoat (lihat: Tabel 1 dan Tabel 2). y = 0,1073x - 0,195 R² = 0,9528 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 0 5 10 15 Absorbans Konsentrasi (ppm)
  • 8. Gambar 7 Kurva standar kafein pada panjang gelombang maksimum natrium benzoat (229,60 nm). Sampel minuman berenergi dilarutkan dalam HCl 0,0100 M karena natrium benzoat dalam sampel akan terprotonasi menjadi asam benzoat sedangkan kafein dalam sampel bersifat netral dalam suasana asam yang disebabkan oleh sifat kebasaan yang sangat lemah pada kafein. Hasil yang diperoleh dari percobaan untuk rerata konsentrasi kafein dalam sampel sebesar 515,4755 mg/L sedangkan konsentrasi kafein yang tertera dalam kemasan sampel minuman berenergi bermerk Panther sebesar 277,7778 mg/L. Rerata konsentrasi kafein dari hasil analisis lebih besar dibandingkan konsentrasi kafein yang tertera pada kemasan sampel. Hal ini dipengaruhi oleh sampel yang dianalisis sudah kadaluarsa sekitar setahun yang lalu sehingga memengaruhi kadar kafein dalam sampel tersebut Menurut SNI 01- 7152-2006 dalam Bahan Tambahan Pangan Perisa, batas maksimum kafein dalam produk minuman sebesar 150 mg/hari. Ketelitian dan ketepatan untuk kafein berturut-turut sebesar 96,32% dan 185,57% dengan selang kepercayaan 95% sebesar 23,5497. Rerata konsentrasi natrium benzoat dalam sampel sebesar 796,8193 mg/L sedangkan konsentrasi natrium benzoat tidak tertera dalam kemasan sampel minuman berenergi yang dianalisis. Ketelitian untuk natrium benzoat sebesar 99,07% dengan selang kepercayaan 95% sebesar 9,2042. Menurut SNI 01-0222-1995 y = 0,1073x - 0,195 R² = 0,9528 0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 0 5 10 15 Absorbans [Kafein] (ppm)
  • 9. dalam Bahan Tambahan Makanan, batas maksimum natrium benzoat dalam produk minuman sebesar 600 mg/kg. DAFTAR PUSTAKA [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 2002. AOAC International methods committee guidelines for validation of qualitative and quantitative food microbiological official methods of analysis. J AOAC Int 85:1-5. [Depkes RI]. 1995. Farmakope Indonesia. Ed ke-4. Jakarta: Depkes RI [SCCP]. 2005. Scientific Committee on Consumer Products SCCP: Opinion on Venzoic Acid and Sodium Benzoate. SCCP/0891/05 [SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. Bahan Tambahan Makanan. 01-0222-1995. [SNI] Standar Nasional Indonesia. 2006. Bahan Tambahan Pangan Perisa. 01-7152-2006. Fatmawati Y. 2008. Kombinasi spektrum ultraviolet dan model kalibrasi multivariat untuk penentuan simultan kafein, vitamin B1, B2, dan B6. Skripsi. Bogor: Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Hesse M. 2002. Alkaloids: Nature’s Curse or Blessing. Zurich: Verlag Helvetica Chimica Acta. Nawrot P,et al. 2003.. Effects of caffeine on human health. Food Additives and Contaminants 20(1):1–30 Supriatna A. 1994. Kimia Analitik Instrumental. Ed ke-1. Semarang: IKIP Semarang. Walpole R E. 1995. Pengantar Statistika Ed ke-3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
  • 11. Lampiran 1 Spektrum kafein pada penentuan panjang gelombang maksimum kafein.
  • 12. Lampiran 2 Spektrum natrium benzoat pada penentuan panjang gelombang maksimum natrium benzoat.
  • 13. Lampiran 3 Spektrum kafein dan natrium benzoat tumpang tindih pada panjang gelombang maksimum kafein dan natrium benzoat.
  • 14. Tabel 1 Pengukuran Absorbans Standar Kafein, Natrium Benzoat, dan Sampel pada Panjang Gelombang Absorbans Maksimum Kafein (272,80 nm) Standar Konsentrasi (ppm) Absorbans Kafein 2,0 0,102 4,0 0,202 6,0 0,298 8,0 0,400 10,0 0,497 Natrium Benzoat 2,0 0,021 4,0 0,040 6,0 0,052 8,0 0,072 10,0 0,082 Sampel 1 0,195 Sampel 2 0,198 Sampel 3 0,197 Sampel 4 0,202 Sampel 5 0,209 Persamaan garis kurva standar 1. Persamaan garis kurva standar kafein pada panjang gelombang 272,80 nm (Gambar 4). y = 0,0494x + 0,0034 R2 = 0,9999 Keterangan: y = absorbans kafein terukur x = konsentrasi kafein (ppm) 2. Persamaan garis kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang 272,80 nm (Gambar 5). y = 0,0077x + 0,0072 R2 = 0,9901
  • 15. Keterangan: y = absorbans natrium benzoat x = konsentrasi natrium benzoat (ppm) 3. Persamaan garis umum pengukuran sampel (λmaks kafein = 272,80 pm) y – 0,0106 = 0,0494x + 0,0077z Keterangan: y = absorbans sampel x = konsentrasi kafein (ppm) z = konsentrasi natrium benzoat (ppm) 4. Persamaan-persamaan garis pengukuran sampel (λmaks kafein = 272,80 pm) a. 0,1844 = 0,0494x + 0,0077z b. 0,1874 = 0,0494x + 0,0077z c. 0,1864 = 0,0494x + 0,0077z d. 0,1914 = 0,0494x + 0,0077z e. 0,1984 = 0,0494x + 0,0077z
  • 16. Tabel 2 Pengukuran Absorbans Standar Kafein, Natrium Benzoat, dan Sampel pada Panjang Gelombang Absorbans Maksimum Natrium Benzoat (229,60 nm) Standar Konsentrasi (ppm) Absorbans Kafein 2,0 0,067 4,0 0,115 6,0 0,520 8,0 0,689 10,0 0,853 Natrium Benzoat 2,0 0,169 4,0 0,349 6,0 0,522 8,0 0,686 10,0 0,861 Sampel 1 0,539 Sampel 2 0,547 Sampel 3 0,539 Sampel 4 0,557 Sampel 5 0,566 Persamaan kurva standar 5. Persamaan garis kurva standar kafein pada panjang gelombang 272,80 nm (Gambar 4). y = 0,1073x + 0,1950 R2 = 0,9528 Keterangan: y = absorbans kafein terukur x = konsentrasi kafein (ppm) 6. Persamaan garis kurva standar natrium benzoat pada panjang gelombang 272,80 nm (Gambar 5). y = 0,0861x + 0,0011 R2 = 0,9998
  • 17. Keterangan: y = absorbans natrium benzoat x = konsentrasi natrium benzoat (ppm) 7. Persamaan garis umum pengukuran sampel (λmaks natrium benzoat = 229,60 pm) y + 0,1939 = 0,1073x + 0,0861z Keterangan: y = absorbans sampel x = konsentrasi kafein (ppm) z = konsentrasi natrium benzoat (ppm) 8. Persamaan-persamaan garis pengukuran sampel (λmaks kafein = 229,60 pm) a. 0,7329 = 0,1073x + 0,0861z b. 0,7409 = 0,1073x + 0,0861z c. 0,7329 = 0,1073x + 0,0861z d. 0,7509 = 0,1073x + 0,0861z e. 0,7599 = 0,1073x + 0,0861z Tabel 4 Hasil perhitungan data kafein dan natrium benzoat Konsentrasi kafein (ppm) Konsentrasi natrium benzoat (ppm) Konsentrasi kafein (mg/1000 mL) Konsentrasi natrium benzoat (mg/1000 mL) 2,9860 4,7909 497,6715 798,4883 3,0434 4,8123 507,2373 802,0530 3,0363 4,7283 506,0459 788,0520 3,1214 4,8312 520,2414 805,2044 3,2771 4,7418 546,1815 790,2988 Rerata 515,4755 796,8193 Standar deviasi 18,9693 7,4140 Ketelitian 96,32% 99,07% Akurasi 185,57% - Selang kepercayaan 95% (α = 0,05) 515,4755 ± 23,5497 805,2044 ± 9,4042
  • 18. Keterangan: [kasein]produk minuman ringan Panther = 50 mg dalam 180 mL = Contoh perhitungan: 1. Penentuan konsentrasi kafein dan natrium benzoat 2. Rerata konsentrasi kafein dan natrium benzoat [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ∑[ ] = ( ) = [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ∑[ ] ( )
  • 19. 3. Standar deviasi konsentrasi kafein dan natrium benzoat √∑ ( [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅) √ ( ) ( ) √∑ ( [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅) √ ( ) ( ) 4. Ketelitian pengukuran konsentrasi kafein dan natrium benzoat | | [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ || | | || | | [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ || | | || 5. Ketepatan pengukuran konsentrasi kafein minuman | | [ ] [ ] [ ] || | | ( ) ||
  • 20. 6. Selang kepercayaan 95% konsentrasi kafein dan natrium benzoat dalam minuman ( ( ) ) [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ( ) √ ( ) √ ( ) [ ] ̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅ ( ) √ ( ) √ ( )