Dokumen tersebut membahas tentang toksoplasmosis yang mencakup klasifikasi, morfologi, mekanisme invasi, daur hidup, epidemiologi, gejala, diagnosis, dan pengobatan toxoplasmosis. Toxoplasma gondii dapat menginfeksi manusia dan hewan lainnya sebagai inang perantara melalui konsumsi daging atau buah yang terkontaminasi oleh oocysta parasit yang dikeluarkan kucing.
6. Morfologi Takizoit
• Takizoit : mirip bulan sabit dengan satu ujung runcing
dan satu ujung membulat, panjang 4-8 mikron, satu inti
di tengah
• Tidak mempunyai alat pergerakan (silia, flagella,
pseudopodia)
• Dapat berputar, meluncur di permukaan, undulate
movement (pergerakan seperti ombak)
8. Morfologi Bradizoit
• Kista (mengandung bradizoit) :
– Di otak: bulat, lonjong
– Di otot: panjang mengikuti bentuk sel
otot (s/d 100 μm)
• 5 – 8.5 x 1-3 μm
• Stadium pembelahan yang lambat
• Kista yang baru terbentuk hanya
mengandung sedikit bradizoit → berukuran
sekitar 5 μm
• Bradizoit membelah secara endodyogeny
• Kista paling sering di otak, mata, otot rangka
dan otot jantung dan jarang menyerang
jaringan organ visceral.
11. Ookista dan Sporokista
• Ookista : lonjong, 12,5 mikron
• Ookista tersporulasi diameternya 1113 μm
• Dalam setiap ookista terdapat 2
sporokista berbentuk elipsoidal / subspherical
• Sporokista adalah stadium parasit
yang terdapat pada ookista yang
telah tersporulasi
• Ukuran sporokista 2 x 6-8 μm
• Sporokista membelah secara
endodyogey menjadi 4
13. Daur hidup dalam
hospes definitif (kucing)
• Dalam sel epitel usus halus kucing daur
aseksual (skizogoni) & seksual (gametogoni,
sporogoni) menghasilkan oocyst
• Oocyst2 sporocyst (@isi 4 sporozoit)
• MASA PRAPATEN
– 3-5 hari: dari kista
– 5-10 hari: dari takizoid
– 20-24 hari: dari ookista
14. Daur hidup dalam
hospes perantara (mamalia/burung)
• Stadium aseksual
• Oocyst tertelan mamalia/burung (HP) bentuk
trofozoid membelah cepat takizoid (infeksi
akut) berkembangbiak dalam sel
(endodiogeni) sel penuh dengan takizoid
1)lisis sel kemudian menyebar ke seluruh tubuh;
2)bentuk dinding zoitocyst(isi bradizoit)
MASA LATEN
• 2 jalur:
– Tertelan host lain: ulangi siklus
– Tertelan kucing: jadi oocyst
19. Epidemiologi
• Infeksi Toxoplasma gondii sering terjadi di
daerah dataran rendah yang bersuhu tinggi
dan beriklim lembab.(1)
• Penelitian penyebaran toxoplasmosis
umumnya mengenai toxoplasmosis
kongenital.(2)
20. Tabel prevalensi zat anti T.gondii positif
pada manusia di beberapa wilayah(3)
Wilayah
El Savador
Indonesia
Eskimo
Prevalensi zat anti T.gondii
positif
90%
2-63%
1%
21. Tabel prevalensi zat anti T.gondii positif
pada binatang(3)
Binatang
Anjing
Kucing
Babi
Ternak
Prevalensi zat anti T.gondii
positif
75%
35-73%
11-36%
<10%
22. Tabel prevalensi toxoplasmosis kongenital di
beberapa negara(3)
Negara
Belanda
Vienna
Paris
New York
Prevalensi zat anti T.gondii
positif
6,5‰
6-7‰
3‰
1,3‰
23. Tabel insidensi infeksi Toxoplasma gondii pada 35.940
wanita hamil di Norwegia sejak 1992-1994(2)
Masa Kehamilan
Jumlah wanita yang
terinfeksi
Trimester 1
30 wanita (0,094%)
Trimester 2
7 wanita (0,022%)
Trimester 3
10 wanita (0,031%)
24. Faktor Risiko
• Kebiasaan makan daging kurang matang
• Kucing perliharaan, tikus dan burung sebagai hospes
perantara yang diburu kucing
• Adanya lipas dan lalat yang memindahkan ookista dari
tinja kucing ke makanan dan yang terakhir adalah adanya
cacing tanah yang memindahkan ookista dari lapisan
dalam permukaan tanah.
• Transmisi lainnya adalah transmisi melalui ookista, ookista
yang dikeluarkan kucing dapat berjumlah 10 juta butir
sehari selama 2 minggu dan menjadi matang dalam 1-5
hari, dapat hidup di tanah lebih dari setahun.
• Ookista hanya mati pada suhu 45-55 derajat celcius,
dikeringkan, dicampur formalin, amonia atau larutan
iodium.
25.
26. Mekanisme invasi
• Invasi biasa terjadi di usus, lalu parasit akan
memasuki sel berinti atau mati difagositosis
• Parasit yang masuk ke sel berinti berkembang
biak dan menyebabkan sel hospes pecah dan
menyerang sel-sel lain
• Penyebaran dilakukkan secara hematogen dan
limfogen, dikarenakan adanya parasit didalam
makrofag dan limfosit
• T.gondii dapat menyerang semua sel berinti pada
semua organ dan jaringan
• Akan terbentuk kista jaringan bila sudah terjadi
kekebalan dan ditemukan di berbagai jaringan
27. • Kerusakan yang terjadi tergantung pada :
– Usia
– Virulensi strain Toxoplasma
– Jumlah parasit
– Organ yang diserang
28. Patologi
• Usia : pada bayi lebih berat dibandingkan orang
dewasa
• Organ yang diserang : lesi pada SSP dan mata
biasanya lebih bersifat permanen dan berat
karena tidak adanya mekanisme untuk
regenerasi.
– Kelainan pada SSP berupa nekrosis disertai kalsifikasi.
• Infeksi akut : pada retina ditemukan reaksi
peradangan fokal dengan edema dan infiltrasi
leukosit yang dapat menyebabkan kerusakan
total dan proses pembentukan sikatriks, disertai
atrofi retina dan pigmentasi
29. Jenis Toksoplasmosis
• Toksoplasmosis akuista : pada orang dewasa
– Jarang menimbulkan gejala (asimtomatik)
– Pada ibu hamil yang menderita penyakit ini dapat
mengakibatkan bayi yang menderita toksoplasmosis
kongenital
– Manifestasi Klinis : limfadenopati, rasa lelah, demam,
nyeri otot, sakit kepala
– Toxoplasma menyebabkan infeksi oportunistik yang
disebabkan imunosupresi berhubungan dengan
transplatasi organ dan penyebab keganasan
30. • Kelainan susunan saraf pusat akibat
Toxoplasma merupakan manifestasi klinis
paling sering dari AIDS
• Awal berupa sakit kepala, demam, letargi, perubahan
mental, lalu berlanjut menjadi kelainan neurologik dan
kejang.
• Pada CT Scan dan MRI akan tampak lesi
tunggal atau multipelring-enhancing lesions
yang dikelilingi edema otak.
31. Jenis Toxoplasmosis
• Toksoplasmosis kongenital :
– Makin muda usia janin, makin berat kerusakan
organ tubuh.
– Infeksi pada kehamilan muda dapat menyebabkan
abortus spontan
– Manifestasi klinis dapat langsung muncul setelah
kelahiran atau setelah beberapa minggu sampai
tahun.
– Pada bayi lahir prematur gejala klinis tampak lebih
berat
32. Manifestasi Klinis
• Eritroblastosis
• Hidrops fetalis
• TRIAD KLASIK : hidrosefalus, retinokoroiditis,
dan kalsifikasi intrakranial.
• Kelainan SSP sering meninggalkan gejala sisa,
misalnya retardasi mental dan motorik.
33.
34.
35. Cara Diagnosis
• Uji Serologis (mencari antigen / antibodi spesifik)
– Uji Agglutinasi Latex
– ELISA (Enzyme Linked Immunoabsorbent Assay)
– Deteksi IgE spesifik dengan metode ISAGA ( Immunosorbent
Agglutination Assay)
– IFA (Indirect Fluorescent Assay)
– PCR
– Kultur Sel
– Sabin-Feldman dye test (IgG) → Gold Standard
• Ada IgG terhadap toxoplasma → (+) → sel lisis → tidak terwarnai biru
• Biopsi jaringan
– Jarang dilakukan kecuali ada kecurigaan terhadap gejala penyakit
tertentu yang mungkin disebabkan Toxoplasma gondii
• Mikroskopi (pendeteksian ookista dll)
37. Tes serologi
Toksoplasmosis kongenital
1. Zat anti IgM (dibuat oleh janin yang terinfeksi
dalam uterus)
2. Zat anti IgG (didapat dari ibu melalui
plasenta)
Pada bayi yg tidak terinfeksi : berangsurangsur menghilang
Pada bayi yg terinfeksi : mulai dibentuk
sendiri umur 2-3 bulan
38. Toksoplasmosis akuisita
1. Zat anti IgG
• Tidak cukup hanya sekali
• Titer IgG meninggi secara bermakna pada
pemeriksaan kedua kali dengan jangka waktu
3 minggu atau lebih
39. Kelemahan Tes serologi
• IgM tidak selalu dapat ditemukan pada
neonatus
• IgM ditemukan selama berbulan-bulan
bahkan sampai lebih dari satu tahun
• Pada penderita imunodefisiensi tidak dibentuk
antibodi IgM dan tidak dapat ditemukan titer
IgG yang meningkat
40. Teknik PCR
• Deteksi DNA parasit pada cairan tubuh dan
jaringan
• Cukup sensitif untuk cairan serebrospinal
menunjukkan pleositosis, kadar protein
meningkat
• Sangat spesifik untuk diagnosis ensefalitis
toksoplasmik
41.
42. Pirimetamin
• Obat sekarang hanya bisa membunuh stadium takizoit T.
gondii dan tidak membasmi stadium kista membasmi
infeksi akut, tidak untuk infeksi menahun yg bisa aktif
kembali
• Pirimetamin & sulfonamid bekerja sinergistik selama 3
minggu / sebulan
• Pirimetamin menekan hemopoeisis & dapat menyebabkan
trombositopenia dan leukopenia
• Untuk cegah efek samping + as. Folinat atau ragi
• Pirimetamin bersifat teratogenik tidak untuk ibu hamil
• Pirimetamin 50-75 mg/hari utk dewasa selama 3 hari,
kemudian jadi 25 mg (0,5-1 mg/kg berat badan/hari) 3-4
hari sekali
• As. Folinat 2-4 mg /hari atau ragi roti 5-10 g/hari 2 x
seminggu
43. Sulfonamid, Klindamisin, Kortikosteroid
• Sulfonamid dapat menyebabkan trombositopenia &
hematuria, 50-100 mg/kg berat badan/hari beberapa
minggu / bulan
• Spiramisin (macrolide) tidak menembus plasenta tapi
ditemukan dengan konsentrasi di plasenta, 100mg/kg berat
badan/hari selama 30-45 hari
• Obat ini digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah
transmisi T. gondii ke janin, diberikan sampai aterm atau
sampai bayi terbukti terinfeksi Toxoplasma, kalau terbukti
maka pakai pirimetamin, sulfonamid, dan as. Folinat
setelah kehamilan 12-18 minggu
• Klindamisin efektif namun dapat menyebabkan kolitis
pseudomembranosa / kolitis ulserativa rutin pada bayi
dan ibu hamil
• Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan
pada mata bukan untuk pengobatan tunggal
44. Klaritromisin, Azitromisin, Atovaquone
• Obat macrolide lain yaitu klaritromisin &
azitromisin diberikan dengan pirimetamin
pada penderita AIDS dengan ensefalitis
toksoplasmik
• Obat baru yaitu hidroksinaftokuinon
(atovaquone) yg bila dikombinasikan dengan
sulfadiazin atau obat aktif lain dapat
membunuh kista jaringan pada mencit
• Toksoplasmosis kongenital, diberi pirimetamin
dengan loading dose 2 mg/kg berat badan
45. Penderita immunocompromized (AIDS, keganasan)
a. Terapi awal (diberi selama 6 minggu):
– Pirimetamin + sulfadiazin +asam folinat
– Alternatif:
- Pirimetamin + asam folinat + klindamisin
- Kotrimokaszol + sulfametoksazol
- Pirimetamin + asam folinat + dapson / klaritromisin /
azitromisin / atovaquone
- Atovaquon + sulfadiazin
- Atovaquon saja bila ada intoleransi thdp pirimetamin &
sulfadiazin, pemberian steroid bila ada edema
46. Penderita immunocompromized (AIDS, keganasan)
b. Terapi pemeliharaan (supresif, profilaksis sekunder)
diberikan seumur hidup, jika rekonstitusi imun tidak
terjadi:
– Pirimetamin + asam folinat +sulfadizin
– Alternatif:
- Klindamisin + pirimetamin + asam folinat
- Atovaquone
• Terapi supresif dapat dipertimbangkan untuk
dihentikan jika terapi diberikan sedikitnya 6 minggu:
- Pasien tidak mempunyai gejala dan tanda klinis
ensefalopatis toksoplasmik
- CD4+ dipertahankan > 200 sel/mm3 selama ≥ 6 bulan pada
terapi antiretroviral
- Profilaksis sekunder dimulai kembali jika CD4+ menurun
sampai < 200 sel/mm3
47. Penderita immunocompromized (AIDS, keganasan)
c. Profilaksis primer
– Pada pasien seropositif terhadap Toxoplasma dan
mempunyai CD4+ < 200 sel/mm3:
- TMP-SMX 1 tablet forte peroral
- Dapson + pirimetamin + asam folinat
- Atovaquon + pirimetamin + asam folinat
• Profilaksis primer dihentikan jika pasien
respon terhadap terapi antiretroviral dengan
peningkatan CD4+ > 200 sel/mm3 selama
sedikitnya 3 bulan. Profilaksis diberikan
kembali bila CD4+ menurun sampai < 200
sel/mm3
48. Pencegahan
• Untuk mencegah infeksi T.gondii (terutama pada ibu
hamil) harus menghindari makan daging kurang
matang yang mungkin mengandung kista jaringan dan
minum / makan yang terkontaminasi ookista matang
yang terdapat dalam tinja kucing
• Kista jaringan dalam daging tidak infektif bila sudah
dipanaskan sampai 66oC atau diasap
• Setelah memegang daging mentah (tukang jagal,
tukang masak), sebaiknya tangan dicuci bersih dengan
sabun
• Makanan harus ditutup untuk menghindari lalat.
• Sayur-mayur sebagai lalap harus dicuci bersih atau
dimasak
• Kucing peliharaan sebaiknya diberi makan matang dan
dicegah berburu tikus dan burung.
49. Referensi
1.
Sutanto I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran Edisi Keempat. FKUI. 2008
2. Soedarto. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Sagung Seto. 2011
3. SK Rai, S Uga, N Kataoka, T Matsumura. Atlas of Medical Parasitology. 1996
4. Chiodini PL, Moody AH, Manser DW. Atlas of Medical Helminthology and
Protozoology 4th Edition. 2003
5. Gerald D. Schmidt & Larry S. Robert’s Foundation of Parasitology 8th
edition. 2009
6. http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/HTML/Para_Health.htm
7. http://www.pamf.org/serology/clinicianguide.html
8. http://path.upmc.edu/cases/case160/dx.html
9. CDC - Toxoplasmosis - Epidemiology & risk factors [Internet]. [cited 2013
Oct 27]. Available from:
http://www.cdc.gov/parasites/toxoplasmosis/epi.html
10. Chandra, G. Toxoplasma gondii: Aspek biologi, epidemiologi, diagnosis,
dan penatalaksanaannya [Internet]. [cited 2013 Oct 27]. Available from:
http://tempo.co.id/medika/arsip/052001/pus-1.htm