5. misteri/mis·te·ri/ /mistéri/ n
1 sesuatu yang masih belum jelas (masih
menjadi teka-teki; masih belum terbuka
rahasianya)
2 kenyataan yang begitu luhur sehingga
secara mendasar melampaui daya tangkap
manusia; apa pun yang semakin dapat
dimengerti atau dihayati, tetapi tidak pernah
ditangkap seluruhnya sehingga tetap
merupakan rahasia menyangkut kehadiran
atau kegiatan Ilahi
6.
7.
8. Cole Sear: I see dead people.
Malcolm Crowe: In your dreams?
[Cole shakes his head no]
Malcolm Crowe: While you're awake?
[Cole nods]
Malcolm Crowe: Dead people like, in graves? In
coffins?
Cole Sear: Walking around like regular people.
They don't see each other. They only see what
they want to see. They don't know they're dead.
Malcolm Crowe: How often do you see them?
Cole Sear: All the time. They're everywhere.
9. (1Sa 28:13-15 ITB)
13 Maka berbicaralah raja kepadanya: "Janganlah
takut; tetapi apakah yang kaulihat?" Perempuan itu
menjawab Saul: "Aku melihat sesuatu yang ilahi
muncul dari dalam bumi."
14 Kemudian bertanyalah ia kepada perempuan
itu: "Bagaimana rupanya?" Jawabnya: "Ada
seorang tua muncul, berselubungkan jubah." Maka
tahulah Saul, bahwa itulah Samuel, lalu berlututlah
ia dengan mukanya sampai ke tanah dan sujud
menyembah.
10. 15 Sesudah itu berbicaralah Samuel kepada
Saul: "Mengapa engkau mengganggu aku
dengan memanggil aku muncul?" Kata
Saul: "Aku sangat dalam keadaan terjepit:
orang Filistin berperang melawan aku, dan
Allah telah undur dari padaku. Ia tidak
menjawab aku lagi, baik dengan perantaraan
nabi maupun dengan mimpi. Sebab itu aku
memanggil engkau, supaya engkau
memberitahukan kepadaku, apa yang harus
kuperbuat."
11. Sheol (Alam Maut)
Kebangkitan (Abad II SM)
Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah
dibangkitkan, pada hari yang ketiga,
sesuai dengan Kitab Suci;bahwa Ia telah
menampakkan diri kepada Kefas dan
kemudian kepada kedua belas murid-Nya.
(1Kor 15:4-5)
12. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula
tubuh rohaniah. (1Kor 15:44)
Sama seperti kita telah memakai rupa dari
yang alamiah, demikian pula kita akan
memakai rupa dari yang sorgawi. (1Kor
15:49 ).
Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu
suatu rahasia: kita tidak akan mati
semuanya, tetapi kita semuanya akan
diubah,dalam sekejap mata, pada waktu
bunyi nafiri yang terakhir. (1Kor 15:51-52)
13.
14.
15. Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1024
Suatu kondisi kehidupan yang serba
sempurna.
Persekutuan kehidupan abadi yang
bahagia, sempurna dan penuh cinta
bersama Allah Tritunggal Mahakudus,
bersama Perawan Maria, para malaikat
dan orang kudus.
16. Tradisi Gereja, neraka merupakan tempat
atau keadaan di mana setan-setan dan para
pendosa yang tidak bertobat menderita untuk
selama-lamanya (DS 1002).
Neraka adalah keadaan pengucilan diri
secara definitif dari persekutuan dengan
Allah dan dengan para kudus (KGK 1033).
Penderitaan neraka yang paling buruk adalah
perpisahan abadi dengan Allah (KGK 1035).
17.
18. Api Penyucian
“Tempat” atau “keadaan” di mana terjadi
proses pemurnian atau pembersihan atau
penyucian jiwa-jiwa agar mencapai suatu
pemurnian yang layak untuk masuk surga.
19. “Siapa yang mati dalam rahmat Allah dan
dalam persahabat dengan Allah, namun
belum disucikan sepenuhnya,memang
sudah pasti akan keselamatan abadinya,
namun
Ia masih harus menjalankan satu
penyucian untuk memperoleh kehidupan
yang perlu, supaya dapat masuk ke dalam
kegembiraan surga”
20. Setiap dosa, malahan dosa ringan,
mengakibatikan satu hubungan
berbahaya dengan makhluk, hal
mana membutuhkan penyucian di
dunia ini atau sesudah kematian di
dalam apa yang dinamakan
purgatorium.
21.
22. Dogma Api Penyucian lahir dari sebuah
proses selama beradab-abad
1) Allah akan menghukum manusia demi
kebaikan manusia (Perjanjian Lama) dan
sarana penghukuman adalah api.
2) Allah Maharahim dan Mahaadil ia
selalu siap mengampuni dosa orang, dan
tidak terikat oleh waktu.
23. 3) Allah menghendaki keselamatan dan
bukan kebinasaan orang yang percaya
kepada-Nya
4) Kepercayaan bahwa manusia masih
bisa menebus dosanya, bahkan setelah
kematian (2 Makabe 12:43-46)
5) Kebiasaan mendoakan arwah,
memperlihatkan setelah kematian masih
ada ‘kehidupan’ lain.
24. Kitab suci, tradisi mendoakan orang
meninggal, refleksi para teolog, melahirkan
dogma Api Penyucian.
25. Sementara Gereja Katolik, seperti diperintahkan
oleh Roh Kudus, Konsili telah memperoleh ajarah
dari Kitab Suci dan tradisi kuno dari Bapa Gereja
dan terakhir dari Sinode Ekumenis ini, bahwa ada
Api Penyucian, bahwa jiwa-jiwa yang berada di
dalamnya dapat ditolong oleh para orang beriman
terutama dengan penerimaan kurban di altar,
Sinode Suci ini memerintahkan para Uskup agar
berusaha meneruskan doktrin yang sehat dari para
Bapa Konsili tentang Api Penyucian dan
menjaganya agar diketahui dan diimani oleh kaum
beriman.