2. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan
Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan negaranegara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India,
Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk
ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi,
dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha
Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan
Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari
Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien.
Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang
bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan Tarumanagara
yang dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke16.
3. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni Sriwijaya dan
Majapahit. Pada masa abad ke-7 hingga abad ke-14, kerajaan Buddha
Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Penjelajah Tiongkok I-Tsing
mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar tahun 670. Pada puncak
kejayaannya, Sriwijaya menguasai daerah sejauh Jawa Tengah dan
Kamboja. Abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan
Hindu di Jawa Timur, Majapahit. Patih Majapahit antara tahun 1331
hingga 1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas
wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir
seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada
termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa,
seperti yang terlihat dalam wiracarita Ramayana.
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abad ke-12, melahirkan kerajaankerajaan bercorak Islam yang ekspansionis, seperti Samudera Pasai di
Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut,
secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit,
sekaligus menandai akhir dari era ini.
4. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Penempatan Lembah Bujang yang menggunakan aksara Sanskrit Pallava
membuktikan hubungan dengan India di Sungai Batu.
300 - Kerajaan-kerajaan di asia tenggara telah melakukan hubungan dagang
dengan India. Hubungan dagang ini mulai intensif pada abad ke-2 M.
Memperdagangkan barang-barang dalam pasaran internasional misalnya:
logam mulia, perhiasan, kerajinan, wangi-wangian, obat-obatan. Dari sebelah
timur Indonesia diperdagangkan kayu cendana, kapur barus, cengkeh.
Hubungan dagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat
Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh
lainnya terlihat pada sistem pemerintahan.
300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok.
Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan
Gunavarman. Hubungan dagang ini telah lazim dilakukan, barang-barang yang
diperdagangkan kemenyan, kayu cendana, hasil kerajinan.
400 - Hindu dan Budha telah berkembang di Indonesia dilihat dari sejarah
kerajaan-kerajaan dan peninggalan-peninggalan pada masa itu antara lain
prasasti, candi, patung dewa, seni ukir, barang-barang logam. Keberadaan
kerajaan Tarumanagara diberitakan oleh orang Cina.
5. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
603 - Kerajaan Malayu berdiri di hilir Batang Hari. Kerajaan ini merupakan
konfederasi dari para pedagang-pedagang yang berasal dari pedalaman
Minangkabau. Tahun 683, Malayu runtuh oleh serangan Sriwijaya.
671 - Seorang pendeta Budha dari Tiongkok, bernama I-Tsing berangkat dari
Kanton ke India. Ia singgah di Sriwijaya untuk belajar tata bahasa Sanskerta,
kemudian ia singgah di Malayu selama dua bulan, dan baru melanjutkan
perjalanannya ke India.
685 - I-Tsing kembali ke Sriwijaya, disini ia tinggal selama empat tahun untuk
menterjemahkan kitab suci Budha dari bahasa Sanskerta ke dalam bahasa
Tionghoa.
692 - Salah satu kerajaan Budha di Indonesia yaitu Sriwijaya tumbuh dan
berkembang menjadi pusat perdagangan yang dikunjungi oleh pedagang
Arab, Parsi, dan Tiongkok. Yang diperdagangkan antara lain tekstil, kapur
barus, mutiara, rempah-rempah, emas, perak. Wilayah kekuasaannya
meliputi Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Jawa. Sriwijaya juga
menguasai jalur perdagangan Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut China
Selatan. Dengan penguasaan ini, Sriwijaya mengontrol lalu lintas perdagangan
antara Tiongkok dan India, sekaligus menciptakan kekayaan bagi kerajaan.
6. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
922 - Dari sebuah laporan tertulis diketahui seorang musafir Tiongkok telah datang
kekerajaan Kahuripan di Jawa Timur dan maharaja Jawa telah menghadiahkan pedang
pendek berhulu gading berukur pada kaisar Tiongkok.
932 - Restorasi kekuasaan Kerajaan Sunda. Hal ini muncul melalui Prasasti Kebon Kopi
II yang bertanggal 854 Saka atau 932 Masehi.
1292 - Musafir Venesia, Marco Polo singgah di bagian utara Sumatera dalam
perjalanan pulangnya dari Tiongkok ke Persia melalui laut. Marco Polo berpendapat
bahwa Perlak merupakan sebuah kota Islam.
1292 - Raden Wijaya, atas izin Jayakatwang, membuka hutan tarik menjadi
permukiman yang disebut Majapahit. Nama ini berasal dari pohon Maja yang berbuah
pahit di tempat ini.
1293 - Raden Wijaya memanfaatkan tentara Mongol untuk menggulingkan
Jayakatwang di Kediri. Memukul mundur tentara Mongol, lalu ia naik takhta sebagai
raja Majapahit pertama pada 12 November.
1293 - 1478 - Kota Majapahit menjadi pusat kemaharajaan yang pengaruhnya
membentang dari Sumatera ke Papua, kecuali Sunda dan Madura. Kawasan urban
yang padat dihuni oleh populasi yang kosmopolitan dan menjalankan berbagai macam
pekerjaan. Kitab Negarakertagama menggambarkan keluhuran budaya Majapahit
dengan cita rasa yang halus dalam seni, sastra, dan ritual keagamaan.
7. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
• 1345-1346 - Musafir Maroko, Ibn Battuta melewati Samudra dalam
perjalanannya ke dan dari Tiongkok. Diketahui juga bahwa Samudra
merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat kapal-kapal
dagang dari India dan Tiongkok. Ibn Battuta mendapati bahwa
penguasa Samudra adalah seorang pengikut Mahzab Syafi'i salah
satu ajaran dalam Islam.
• 1350-1389 - Puncak kejayaan Majapahit dibawah pimpinan raja
Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada. Majapahit menguasai
seluruh kepulauan di asia tenggara bahkan jazirah Malaya sesuai
dengan "Sumpah Palapa" yang menyatakan bahwa Gajah Mada
menginginkan Nusantara bersatu.
• 1478 Majapahit runtuh akibat serangan Demak. Kota ini berangsurangsur ditinggalkan penduduknya, tertimbun tanah, dan menjadi
hutan jati.
• 1570 - Pajajaran, ibukota Kerajaan Hindu terakhir di pulau Jawa
dihancurkan oleh Kesultanan Banten.
8. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Masa sejarah Bangsa Indonesia dimulai dengan
ditemukannya prasasti-prasasti yang ditinggalkan
oleh Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang ada
di Indonesia, Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
A. Kerajaan Hindu
1. Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu
di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua.
Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu
sungai Mahakam.
9. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai Informasi yang ada
diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara
pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada
tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama
bagi para ahli dalam menginterpretasikan
sejarah Kerajaan Kutai. Yupa adalah tugu batu
yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang
dibuat oleh para brahman atas kedermawanan
raja Mulawarman.
10. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Masa sejarah Bangsa Indonesia dimulai dengan
ditemukannya prasasti-prasasti yang ditinggalkan
oleh Kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha yang ada
di Indonesia, Kerajaan-kerajaan itu antara lain :
A. Kerajaan Hindu
1. Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu
di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua.
Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di
Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu
sungai Mahakam.
11. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Isi dari Prasasti Yupa adalah :
śrīmatah śrī-narendrasya; kuṇḍuṅgasya mahātmanaḥ; putro
śvavarmmo vikhyātah; vaṅśakarttā yathāṅśumān; tasya putrā
mahātmānaḥ; trayas traya ivāgnayaḥ; teṣān trayāṇām pravaraḥ; tapobala-damānvitaḥ; śrī mūlavarmmā rājendro; yaṣṭvā bahusuvarṇnakam;
tasya yajñasya yūpo ‘yam; dvijendrais samprakalpitaḥ. ”
Artinya:
Sang Mahārāja Kundungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang
mashur, Sang Aśwawarmman namanya, yang seperti Angśuman (dewa
Matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang
Aśwawarmman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci). Yang
terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mūlawarmman, raja yang
berperadaban baik, kuat, dan kuasa. Sang Mūlawarmman telah
mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak.
Untuk peringatan kenduri (selamatan) itulah tugu batu ini didirikan
oleh para brahmana.
12. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
2. Kerajaan Tarumanegara
Tarumanagara atau Kerajaan Taruma adalah
sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di
wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga
abad ke-7 M. Taruma merupakan salah satu
kerajaan tertua di Nusantara yang meninggalkan
catatan sejarah. Dalam catatan sejarah dan
peninggalan artefak di sekitar lokasi kerajaan,
terlihat bahwa pada saat itu Kerajaan Taruma
adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
13. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanegara
1. Prasasti Tugu
Ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu,
Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang
disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya
menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh
Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati sepanjang
6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun
ke-22 masa pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut
merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam
berupa banjir yang sering terjadi pada masa
pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau.
14. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
2. Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Ci Aruteun, seratus meter dari
pertemuan sungai tersebut dengan Ci Sadane; namun pada tahun 1981 diangkat
dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman,
beraksara Palawa, berbahasa Sanskerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang
berbunyi:
vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya
vishnoriva padadvayam
Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja
dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.
Selain itu, ada pula gambar sepasang "padatala" (telapak kaki), yang menunjukkan
tanda kekuasaan &mdash& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman
sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa
daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi
Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada
masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah)
Pasir Muhara.
15. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
3. Prasasti Jambu
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan
Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung,
Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun
berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri
purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam
arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram
shalyabhutam ripunam.
Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri
Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus
oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang
selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan
kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi
musuh-musuhnya.
16. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
4. Prasasti Muara Cianten
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh
dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini
tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi
marsa-n desa barpulihkan haji su-nda
Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji
(8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada
raja Sunda.
Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan
"angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti
tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
17. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
5. Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang
diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam
padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti
Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.
Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan
Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka
Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang
Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan
Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara
berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula
mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.
18. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
3. Kerajaan Mataram Hindu
Kerajaan Medang (atau sering juga disebut Kerajaan
Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu)
adalah nama sebuah kerajaan yang berdiri di Jawa
Tengah pada abad ke-8, kemudian berpindah ke
Jawa Timur pada abad ke-10. Para raja kerajaan ini
banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasastiprasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, serta membangun banyak candi baik yang
bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang
akhirnya runtuh pada awal abad ke-11.
19. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Bhumi Mataram adalah sebutan lama untuk
Yogyakarta dan sekitarnya. Di daerah inilah
untuk pertama kalinya istana Kerajaan Medang
diperkirakan berdiri (Rajya Medang i Bhumi
Mataram). Nama ini ditemukan dalam beberapa
prasasti, misalnya prasasti Minto dan prasasti
Anjuk ladang. Istilah Mataram kemudian lazim
dipakai untuk menyebut nama kerajaan secara
keseluruhan, meskipun tidak selamanya
kerajaan ini berpusat di sana.
20. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
A. BUKTI SEJARAH
1. Prasasti Mantyasih
Prasasti Mantyasih, juga disebut Prasasti Balitung atau Prasasti
Tembaga Kedu, adalah prasasti berangka tahun 907 M yang berasal
dari Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini ditemukan
di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat
daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini
dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang
sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat
penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno.
Dalam prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan
Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung
Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini
sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu
disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir
Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing).
Kata "Mantyasih" sendiri dapat diartikan "beriman dalam cinta kasih".
21. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
2. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal (juga disebut Prasasti Gunung Wukir atau
Prasasti Sanjaya) adalah prasasti dalam bentuk candra
sengkala berangka tahun 654 Saka atau 732 Masehi yang
ditemukan di halaman Candi Gunung Wukir di desa Kadiluwih,
kecamatan Salam, Magelang, Jawa Tengah.
Prasasti yang ditulis pada stela batu ini menggunakan aksara
Pallawa dan bahasa Sanskerta.Prasasti dipandang sebagai
pernyataan diri Raja Sanjaya pada tahun 732 sebagai seorang
penguasa universal dari Kerajaan Mataram Kuno.
Prasasti ini menceritakan tentang pendirian lingga (lambang
Siwa) di desa Kunjarakunja oleh Sanjaya. Diceritakan pula
bahwa yang menjadi raja mula-mula adalah Sanna, kemudian
digantikan oleh Sanjaya anak Sannaha, saudara perempuan
Sanna.
22. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
3. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan adalah prasasti peninggalan Wangsa Sanjaya
dari Kerajaan Mataram Kuno yang berangka tahun 700 Saka
atau 778 M. Prasasti yang ditemukan di kecamatan Kalasan,
Sleman, Yogyakarta, ini ditulis dalam huruf Pranagari (India
Utara) dan bahasa Sanskerta.
Prasasti ini menyebutkan, bahwa Guru Sang Raja berhasil
membujuk Maharaja Tejahpura Panangkarana (Kariyana
Panangkara) yang merupakan mustika keluarga Sailendra
(Sailendra Wamsatilaka) atas permintaan keluarga Syailendra,
untuk membangun bangunan suci bagi Dewi Tara dan sebuah
biara bagi para pendeta, serta penghadiahan desa Kalasan
untuk para sanggha (umat Buddha). Bangunan suci yang
dimaksud adalah Candi Kalasan.
23. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
4. Prasasti Kelurak
Prasasti Kelurak merupakan prasasti batu berangka tahun 782
M yang ditemukan di dekat Candi Lumbung Desa Kelurak, di
sebelah utara Kompleks Percandian Prambanan, Jawa Tengah.
Keadaan batu prasasti Kelurak sudah sangat aus, sehingga isi
keseluruhannya kurang diketahui. Secara garis besar, isinya
adalah tentang didirikannya sebuah bangunan suci untuk arca
Manjusri atas perintah Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadhananjaya. Menurut para ahli, yang dimaksud
dengan bangunan tersebut adalah Candi Sewu, yang terletak
di Kompleks Percandian Prambanan. Nama raja Indra tersebut
juga ditemukan pada Prasasti Ligor dan Prasasti Nalanda
peninggalan kerajaan Sriwijaya.
Prasasti Kelurak ditulis dalam aksara Pranagari, dengan
menggunakan bahasa Sanskerta.
24. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
5. Prasasti Sojomerto
Prasasti Sojomerto merupakan peninggalan Wangsa Sailendra yang
ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna. Prasasti ini
tidak menyebutkan angka tahun, berdasarkan taksiran analisis paleografi
diperkirakan berasal dari kurun akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 masehi.
Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais. Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya bernama Santanu, ibunya
bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah
cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa di Kerajaan
Mataram Hindu.
Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan
tinggi 78 cm.Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian barisnya rusak
terkikis usia.
25. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
6. Prasasti Karangtengah
Isi tulisan pada bagian berbahasa Sanskerta adalah tentang seorang
raja bernama Samaratungga. Anaknya bernama Pramodawardhani
mendirikan bangunan suci Jinalaya serta bangunan bernama
Wenuwana (Sansekerta: Venuvana, yang berarti "hutan bambu") untuk
menempatkan abu jenazah 'raja mega', sebutan untuk Dewa Indra.
Mungkin yang dimaksud adalah raja Indra atau Dharanindra dari
keluarga Sailendra.
Bagian Jawa Kuna menyebutkan bahwa pada 10 Kresnapaksa bulan
Jyestha tahun 746 Saka atau 824 Masehi, Rakai Patapan pu Palar
meresmikan tanah sawah di Kayumwungan menjadi tanah sima atau
tanah perdikan (daerah bebas pajak).
Casparis mengaitkan bangunan Wenuwana ini dengan candi Mendut,
sedangkan Soekmono mengaitkannya dengan candi Ngawen atas dasar
persamaan bunyi nama. Sementara bangunan yang disebut Jinalaya
diduga merujuk kepada Borobudur.
26. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
B. KEADAAN PENDUDUK
Penduduk Medang sejak periode Bhumi Mataram
sampai periode Wwatan pada umumnya bekerja
sebagai petani. Kerajaan Medang memang terkenal
sebagai negara agraris, sedangkan saingannya, yaitu
Kerajaan Sriwijaya merupakan negara maritim.
Agama resmi Kerajaan Medang pada masa
pemerintahan Sanjaya adalah Hindu aliran Siwa.
Ketika Sailendrawangsa berkuasa, agama resmi
kerajaan berganti menjadi Buddha aliran
Mahayana. Kemudian pada saat Rakai Pikatan dari
Sanjayawangsa berkuasa, agama Hindu dan Buddha
tetap hidup berdampingan dengan penuh toleransi.
27. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
C. KEHANCURAN MATARAM HINDU
Perpindahan istana Medang dari Jawa Tengah menuju Jawa
Timur disebabkan oleh letusan Gunung Merapi yang sangat
dahsyat. Konon sebagian puncak Merapi hancur. Kemudian
lapisan tanah begeser ke arah barat daya sehingga terjadi
lipatan, yang antara lain, membentuk Gunung Gendol dan
lempengan Pegunungan Menoreh. Letusan tersebut disertai
gempa bumi dan hujan material vulkanik berupa abu dan
batu.
Istana Medang yang diperkirakan kembali berada di Bhumi
Mataram hancur. Tidak diketahui dengan pasti apakah Dyah
Wawa tewas dalam bencana alam tersebut ataukah sudah
meninggal sebelum peristiwa itu terjadi, karena raja
selanjutnya yang bertakhta di Jawa Timur bernama Mpu
Sindok.
28. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Selain menguasai Medang, Wangsa Sailendra juga menguasai
Kerajaan Sriwijaya di pulau Sumatra. Hal ini ditandai dengan
ditemukannya Prasasti Ligor tahun 775 yang menyebut nama
Maharaja Wisnu dari Wangsa Sailendra sebagai penguasa
Sriwijaya.
Hubungan senasib antara Jawa dan Sumatra berubah menjadi
permusuhan ketika Wangsa Sanjaya bangkit kembali memerintah
Medang. Menurut teori de Casparis, sekitar tahun 850–an, Rakai
Pikatan berhasil menyingkirkan seorang anggota Wangsa
Sailendra bernama Balaputradewa putra Samaragrawira.
Balaputradewa kemudian menjadi raja Sriwijaya di mana ia tetap
menyimpan dendam terhadap Rakai Pikatan. Perselisihan antara
kedua raja ini berkembang menjadi permusuhan turun-temurun
pada generasi selanjutnya. Selain itu, Medang dan Sriwijaya juga
bersaing untuk menguasai lalu lintas perdagangan di Asia
Tenggara.
29. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
4. KERAJAAN SRIWIJAYA
A. BUKTI SEJARAH
Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari
abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I Tsing, menulis bahwa
ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6
bulan. Selanjutnya prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya
juga berada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di
Palembang, bertarikh 682.Kemunduran pengaruh Sriwijaya
terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan
beberapa peperangan di antaranya serangan dari raja
Dharmawangsa Teguh dari Jawa pada tahun 990, dan tahun
1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya
tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan
Dharmasraya.
30. KERAJAAN HINDU-BUDHA DI INDONESIA
Pembangunan candi yang dipersembahkan oleh
raja Sriwijaya (Se li chu la wu ni fu ma tian hwa
atau Sri Cudamaniwarmadewa) tahun 1003
kepada kaisar Cina yang dinamakan cheng tien
wan shou (Candi Bungsu, salah satu bagian dari
candi yang terletak di Muara Takus). Namun
yang pasti pada masa penaklukan oleh Rajendra
Chola I, berdasarkan prasasti Tanjore, Sriwijaya
telah beribukota di Kadaram (Kedah sekarang).