Dokumen tersebut membahas tentang pengaruh rasio keuangan terhadap return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Secara khusus dibahas pengaruh rasio likuiditas (current ratio), rasio leverage (debt to equity ratio), rasio aktivitas (total asset turnover), dan rasio profitabilitas (return on equity) terhadap return saham. Diuraikan pula landasan teori dan pengembangan hipotesis penelitian serta tinjauan pustaka penelitian terdahulu yang
1. BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mendapatkan modal bagi
perusahaan di dalam kegiatan usahanya,salah satu syarat untuk mendapatkan modal tersebut
yaitu perusahaan sudah go public Mohammad samsul (2006). Bagi perusahaan yang ingin
masuk ke pasar modal perlu memperhatikan syarat-syarat yang dikeluarkan oleh Bapepam
sebagai regulator pasar modal. Selain itu, perusahaan juga harus mampu meningkatkan nilai
perusahaan sehingga terjadi peningkatan penjualan sahamnya dipasar modal. Jika
diasumsikan investor adalah seorang yang rasional, maka investor tersebut pasti akan sangat
memperhatikan aspek fundamental untuk menilai ekspektasi imbal hasil yang akan
diperolehnya,
Laporan keuangan merupakan sebuah informasi yang penting bagi investor dalam
mengambil keputusan investasi. Manfaat laporan keuangan tersebut menjadi optimal bagi
investor apabila investor dapat menganalisis lebih lanjut melalui analisis rasio keuangan
(Penman, 1991). Horigan (1965) dalam (Tuasikal, 2001) menyatakan bahwa rasio keuangan
berguna untuk memprediksi kesulitan keuangan perusahaan, hasil operasi, kondisi keuangan
perusahaan saat ini dan pada masa mendatang, serta sebagai pedoman bagi investor
mengenai kinerja masa lalu dan masa mendatang.
Return saham dapat didefinisikan sebagai tingkat pengembalian minimum yang dibutuhkan
yang dapat menarik para investor untuk membeli atau memiliki sekuritas,dengan kata lain
investor melakukan investasi dengan harapan untuk mendapatkan tingkat pengembalian
yang layak sebagai jaminan Chaerul Djakman (1997)
2. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat dimunculkan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham?
2. Apakah DER berpengaruh signifikan terhadap return saham?
3. Apakah TAT berpengaruh signifikan terhadap return saham?
4. Apakah ROE berpengaruh signifikan terhadap return saham?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahi pengaruh rasio likuiditas terhadap return saham.
2. Untuk mengetahui pengaruh rasio laverage terhadap return saham.
3. Untuk mengetahui pengaruh rasio aktivitas terhadap return saham.
4. Untuk mengetahui pengaruh rasio profitabilitas terhadap return saham.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapaun manfaat penelitian ini adalah ;
1. .Sebagai sumber informasi investor untuk membuat keputusan investasi
2. Dapat digunakan untuk mengetahui profil suatu perusahaan
3. Dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya.
1.5. Kontribusi Penelitian
3. Penelitian Ulupui (2010) menenliti tentang pengaruh rasio likuiditas, leverage, rasio
aktivitas, dan rasio profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan industri barang
konsumsi yang terdaftar di BEJ, penelitian tersebut hanya terbatas pada satu jenis
perusahaan saja, dan dirasa kurang dapat dijadikan sebagai acuan bagi perusahaan lain
karena perbedaan karakteristik perusahaan, oleh karena itu, penelitian sekarang mencoba
mengambil perusahaan manufaktur yang terdafar di BEI mulai tahun 2008-2010 sebagai
sampel penelitian. Selain itu juga, penelitian sekarang menggunakan ROE sebagai proksi
dari rasio profitabilitas, hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menggunakan
ROA.
4. BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENELITIAN SEBELUMNYA
Beberapa penelitian sebelumnya berkaitan dengan manfaat informasi akuntansi untuk
memprediksi laba atau return saham di BEJ dikemukakan berikut ini. Silalahi
(1991) mengadakan penelitian terhadap 38 perusahaan yang listing di BEJ dengan
periode penelitian 1989—1990. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa fluktuasi harga
saham secara nyata dan simultan dipengaruhi oleh variabel-variabel return on assets,
dividend pay out ratio, volume perdagangan saham, dan tingkat bunga deposito.
Sementara itu ROA ternyata mempunyai pengaruh yang dominan.
Machfoedz (1994) menguji manfaat rasio keuangan dalam memprediksi perubahan laba
perusahaan pada masa depan pada 89 perusahaan pemanufakturan yang terdaftar di BEJ
dari tahun 1989—1993. Machfoedz menunjukkan bahwa rasio keuangan tertentu dapat
digunakan untuk memprediksi laba satu tahun ke depan, tetapi tidak untuk memprediksi
lebih dari satu tahun.
Asyik (1999) menemukan bahwa rasio neraca dan laba rugi memiliki hubungan yang
lebih kuat dengan return saham dibandingkan dengan rasio arus kas. Sementara itu
penelitian yang dilakukan oleh Kennedy JSP (2003) meneliti pengaruh ROA, ROE,
Earnings per Share, Profit Margin, Asset Turnover, Rasio Leverage, dan Debto to
Equity Ratio terhadap Return saham. Sampel yang digunakan adalah LQ 45 di
BEJ tahun 2001 dan 2002. Dengan menggunakan teknik analisis regresi hasil yang
diperoleh menunjukkan hanya variabel asset turnover, ROA, ROE, leverage ratio, debt
to equity ratio, dan earnings per share memberikan hubungan yang nyata dengan return
saham. Meskipun secara individu rata-rata hubungannya rendah, secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel dependennya.
Sementara itu Tuasikal (2001) menguji manfaat informasi akutansi dalam memprediksi
return saham. Sampel yang digunakan adalah perusahaan manufaktur dan nonmanufaktur
5. yang terdaftar di BEJ sejak tahun 1996—1997. Hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa untuk perusahaan pemanufakturan informasi akuntansi dalam bentuk rasio
keuangan tidak bermanfaat dalam memprediksi return saham untuk periode satu
tahun ke depan. Sebaliknya, untuk memprediksi dua tahun ke depan hasil
pengujiannya menunjukkan informasi akuntansi dalam bentuk rasio keuangan tertentu
bermanfaat dalam memprediksi return saham. Di pihak lain informasi akuntansi dalam
bentuk rasio keuangan tertentu memiliki kemampuan prediksi yang berbeda antara
perusahaan pemanufakturan dan nonpemanufakturan dalam memprediksi return saham
untuk periode dua tahun ke depan.
Natarsyah S. (2002) menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko
sistematik terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan studi terhadap 16 industri
barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun (1990—
1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi dari ROA,
ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return. Setelah melakukan
pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor fundamental seperti return on
assets, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity pershare, dan indeks
beta berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Pengujian hipotesis kedua untuk
melihat apakah benar ROA— sebagai indikator earning power perusahaan, yaitu yang
mencerminkan kinerja manajemen dalam menggunakan seluruh aset yang dimilikinya—
mempunyai pengaruh yang dominan terhadap harga saham. Hipotesis ini tidak
mendapat dukungan karena ternyata book value equity per share yang berpengaruh
dominan terhadap harga saham.
Parawiyati et al. (2000) pernah meneliti penggunaan informasi keuangan untuk
memprediksi keuntungan investasi bagi investor di pasar modal berdasarkan data
laporan keuangan dari 48 perusahaan manufaktur yang go public yang telah terdaftar di
BEJ mulai tahun
1989—1994. Informasi keuangan yang digunakan adalah piutang, sediaan, biaya
adminisrasi dan penjualan, serta rasio laba kotor terhadap penjualan yang digunakan
untuk mengestimasi laba atau arus kas untuk satu, dua, dan empat tahun ke depan.
Hasil pengujiannya menunjukkan bahwa variabel informasi keuangan tersebut
berpengaruh signifikan sebagai prediktor laba dan arus kas untuk satu, dua, dan empat
tahun ke depan.
Pankoff dan Virgill (1970) dalam Zainudin & Jogiyanto (1999) mengemukakan bahwa
manfaat laporan keuangan tidak dapat diukur hanya dari keakuratannya mencerminankan
6. kondisi keuangan perusahaan pada masa lalu. Akan tetapi, juga harus diukur
manfaatnya dalam memprediksi kondisi keuangan perusahaan pada masa yang akan
datang sehingga laporan keuangan bermanfaat sebagai input dalam pengambilan
keputusan investasi. Penelitian Machfoedz (1994) menemukan kekuatan prediksi rasio
keuangan untuk periode satu tahun lebih tinggi daripada dua tahun dan kekuatan
prediksi rasio keuangan untuk periode dua tahun ditemukan tidak signifikan.
2.2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.2.1 RATIO LIKUIDITAS
Rasio lancar adalah ukuran dari likuiditas jangka pendek. Rasio lancar perbandingan
antara aset lancar dengan kewajiban lancar. Bagi perusahaan, rasio lancar yang tinggi
menunjukkan likuiditas, tetapi ia juga bisa dikatakan menunjukkan penggunaan kas
dan aset jangka pendek secara tidak efisien (Ross, Westerfield, Jordan, 2008). Rasio ini
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Suatu perusahaan yang mampu membayar belum tentu mampu memenuhi segala
kewajiban keuangan yang harus dipenuhi (Sofyan, 2007). Karena proporsi atau distribusi
dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalya jumlah persediaan yang relatif
tinggi dibandingkan dengan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat
perputaran persediaan rendah menunjukkan adanya over investment dalam
persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit ditagih
(Robert Ang, 1997). Apabila aktiva lancar untuk mengurangi jumlah hutang lancar,
sedangkan hutang lancar digunakan untuk menambah aktiva lancar. Maka aktiva lancar
yang dimiliki perusahaan lebih kecil daripada hutang lancar, dan perusahaan
mengalami kesulitan dalam mengoperasikan perusahaannya. Ini dikarenakan terlalu
banyak modal kerja mengakibatkan banyak dana yang menganggur, sehingga dapat
menurunkan laba, (Tulasi, 2006). Dengan demikian sangat dimungkinkan bahwa hubungan
antara CR dengan ROE adalah negatif. Penelitian Ika Rahayu (2003) tentang pengaruh
Current Ratio (CR) terhadap return saham perusahaan menunjukkan bahwa
berpengaruh tdk signifikan
H1 : Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham
2.2.2 RATIO LAVERAGE
Tingkat Debt to Equity Ratio (DER) yang tinggi menunjukkan komposisi total hutang
(hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang) semakin besar apabila dibandingkan
7. dengan total modal sendiri, sehingga hal ini akan berdampak pada semakin besar pula
beban perusahaan terhadap pihak eksternal (para kreditur). Penggunaan dana dari pihak
luar akan dapat menimbulkan 2 dampak, yaitu: dampak baik dengan meningkatkan
kedisiplinan manajemen dalam pengelolaan dana, serta dampak buruk, yaitu: munculnya
biaya agensi dan masalah asimetri informasi.
Peningkatan beban terhadap kreditur akan menunjukkan sumber modal perusahaan sangat
tergantung dari pihak ekternal, sehingga mengurangi minat investor dalam menanamkan
dananya di perusahaan yang bersangkutan. Penurunan minat investor dalam menanamkan
dananya ini akan berdampak pada penurunan harga saham perusahaan, sehingga return
perusahaan juga semakin menurun.
Semakin besar nilai Debt to Equity Ratio (DER) menandakan bahwa struktur permodalan
usaha lebih banyak memanfaatkan hutang‐hutang relatif terhadap ekuitas. Semakin
tinggi Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan risiko perusahaan yang relatif tinggi,
akibatnya para investor cenderung menghindari saham‐saham yang memiliki nilai Debt
to Equity Ratio (DER) yang tinggi (Ang, 1997).
Bhandari (1988) dalam penelitiannya yang meneliti tentang hubungan antara DER dengan
Expected Stock Return menunjukkan hasil bahwa DER memiliki pengaruh yang negatif
dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan Natarsyah (2000), Ratnasari (2003)
dan Anastasia et al. (2003) menunjukkan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan
pada return saham. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Debt to Equity ratio berpengaruh signifikan terhadap return saham
2.2.3 RATIO AKTIVITAS
Total Assets Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa
efisiennya seluruh aktiva perusahaan digunakan untuk menunjang kegiatan penjualan
(Ang, 1997). Perputaran total aktiva menunjukkan bagaimana efektifitas perusahaan
menggunakan keseluruhan aktiva untuk menciptakan penjualan dalam kaitannya untuk
mendapatkan laba. Perusahaan dengan tingkat penjualan yang besar diharapkan
mendapatkan laba yang besar pula. Nilai TATO yang semakin besar menunjukkan nilai
penjualannya juga semakin besar dan harapan memperoleh laba juga semakin besar pula. ,
8. hal ini akan menujukkan kinerja perusahaan semakin baik. Kinerja perusahaan
yang semakin baik memberikan dampak pada harga saham perusahaan tersebut akan
semakin tinggi dan harga saham yang tinggi memberikan harapan return yang semakin
besar
H3 : Total Asset Turnover berpengaruh signifikan terhadap return saham
2.2.4 RATIO PROFITABILITAS
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat kembalian perusahaan
atau efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
ekuitas (shareholder’s equity) yang dimiliki oleh perusahaan
(Brigham,2001).Menurut Herlambang (2003) semakin tinggi nilai ROE
menunjukkan semakin efisien perusahaan menggunakan modal sendiri untuk
menghasilkan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang semakin efisien dalam
menggunakan modal sendiri dalam menghasilkan laba akan memberikan harapan
naiknya return sahamnya. sehingga hubungan antara ROE dengan return saham dapat
dihipotesiskan sebagai berikut :
H4 : Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap return saham
2.2.5 RETURN SAHAM
Menurut Elton & Gruber (1995) saham adalah menunjukkan hak kepemiilikan pada
keuntungan dan aset dari suatu perusahaan. Secara sederhana, saham dapat
didefinisikan sebagai surat berharga yang menjadi bukti penyertaan atau kepemilikan
individu maupun industri dalam suatu perusahaan.
Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu
investasi saham yang dilakukan (Ang, 1997). Setiap investasi baik jangka
pendek maupun jangka panjang mempunyai tujuan utama untuk mendapatkan
keuntungan yang disebut return baik langsung maupun tidak langsung. Dalam
melakukan investasi, investor yang rasional akan mempertimbangkan 2 (dua) hal, yaitu
expected return (tingkat kembalian yang diharapkan) dan risk (resiko) yang terkandung
dalam altternatif investasi yang dilakukan.
Menurut Usman (2004), komponen return terdiri dari dua jenis: current
income (pendapatan lancar), dan Capital Gain (keuntungan selisih harga). Current
income merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat
9. periode seperti: pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, dividen dan sebagainya.
Current income disebut sebagai pendapatan lancar, karena keuntungan yang diterima
biasanya dalam bentuk kas, sehingga dapat diuangkan secara cepat, seperti bunga atau
jasa giro, dan dividen tunai; juga dapat dalam bentuk setara kas seperti bonus atau
dividen saham yaitu dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dan dapat
dikonversikan menjadi uang kas.
Komponen kedua dari return adalah capital gain, yaitu keuntungan yang diterima
karena adnya selisih antara harga jual dengan harga beli saham suatu instrumen
investasi. Capital gain sangat bergantung dari harga pasar instrumen investasi, yang
berarti bahwa instrumen nvestasi harus diperdagangkan dipasar. Dengan adanya
perdagangan maka akan timbul perubahan nilai suatu instrumen investasi yang
memberikan captal gain. Besarnya capital gain dilakukan dengan analisis return
histories yang terjadi pada periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya
tingkat kembalian (expected return).
11. . BAB III
METODE PENELITIAN
1.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, Indrianto dan Supomo (2002: 12) menjelaskan
bahwa penelitian kuantitatif menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel
penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Penelitian-
penelitian dengan pendekatan deduktif yang bertujuan untuk menguji hipotesis.
1.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mulai tahun 2008 -
2010. Pengamatan dilakukan melalui media internet dengan website www.idx.co.id.
1.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di bursa Efek Indonesia (BEI).
Sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI mulai
tahun 2007-2010. Sampel diambil dengan metode random sampling. Sampel diambil dengan
kriteria sebagai berikut :
1.4. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, karena berasal dari laporan keuangan
perusahaan, sedangkan sumber datanya adalah sekunder.
1.5. Teknik Pengambilan Data
12. Data dalam penelitian ini diambil dengan teknik dokumentasi, dengan melakukan penelusuran
informasi melalui media internet dengan alamat situs www.idx.co.id untuk memperoleh data
skunder.
1.6. Identifikasi dan Definisi Opersaional Variabel
3.6.1 Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah return saham. Return saham. Dalam penelitian ini
menggunakan return saham satu periode ke depan sehingga perhitungan return saham merupakan
hasil bagi antara selisih harga saham periode tahun depan dengan harga saham periode saat ini
dibagi harga saham periode saat ini dengan rumus:
Return saham = [(Rt+1) – Rt] : Rt
Keterangan :
Rt = harga saham tahun ke dasar
3.6.2. Variabel Independen
Variable independen dalam penelitian ini tardiri dari :
1. Current Ratio, dalam penelitian ini, curret ratio diukur dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
CR = hutang lancar / asset lancar
2. Selanjutnya adalah DER ( Debt Equity Ratio ) adalah variable yang didefinisikan sebagai
rasio total hutang dengan modal sendiri. Rumusnya adalah :
3. Total Asset Turnover diukur dengan model sebagai berikut :
13. Total Asset Turnover : Penjualan / Total aktiva
4. Return On Equity dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan model sebagai berikut :
ROE = EAT / Jumlah Modal Sendiri
1.7. Teknik Analisis Data
1.7.1. Perhitungan Nilai Setiap Variabel
Perhitungan untuk setiap variabel diperlukan dalam analis data pada penelitian ini, yang nantinya
akan di analisis lebih lanjut dalam program SPSS 15. Adapun perhitungan tiap variabel (dependen
dan independen) dalam penelitian ini menggunakan rumus yang telah dijelaskan pada definisi
operasional variabel, dan dapat dilihat seperti yang tertera pada lampiran kedua dalam penelitian
ini.
1.7.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam model persamaan regresi linier berganda ada tiga asumsi yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Multikolinearitas
Multikolinearitas terjadi bila ada korelasi antara variabel-variabel bebas. Gejala
multikolinearitas yang cukup tinggi dapat menyebabkan standar eror dari koefisien regresi
masing-masing variabel bebas menjadi sangat tinggi. Ada tidaknya multikolinearitas dapat
dilihat pada nilai VIF dan tolerance-nya. Apabila nilai VIF<10, dan nilai tolerance-nya>10%,
maka tidak terdapat multikolinearitas pada persamaan regresi linier.
2. Autokorelasi
14. Gejala autokorelasi terjadi karena adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan
menurut urutan waktu. Gejala ini banyak ditemukan pada data time series. Cara untuk
mendeteksinya adalah dengan uji Durbin Watson (DW). Dengan kriteria (Ghozali, 2006: 100):
a. Bila d<dL : terdapat autokorelasi negatif.
b. Bila dL≤d≤dU : tanpa keputusan.
c. Bila dU ≤d≤ (4-dU) : tidak terdapat autokorelasi.
d. Bila (4-dU)≤d≤(4-dL) : tanpa keputusan.
e. Bila d≥(4-dL) : terdapat autokorelasi positif.
3. Heterokedastisitas
Cara untuk mendeteksi gejala ini menurut Ghozali (2011: 139) adalah dengan melihat grafik
plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola
tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika tidak ada pola yang jelas,
sereta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
1.7.3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian di atas, maka variabel-variabel dalam penelitian ini,
akan dianalisis dengan bantuan software SPSS, lebih lanjut model yang digunakan untuk
menganalisisnya adalah Regresi Linier Berganda. Modelnya adalah sebagai berikut :
Adapun :
15. Y = Return saham ()
α = Konstanta
β1x1 = likuiditas (Current Ratio)
β2x2 = leverage (DER)
β3x3 = aktivitas (TAT)
β4x4 = profitabilitas (NPM)
e = Eror
3.7.3. Uji Hipotesis
a. Uji regresi secara simultan atau uji F :
1. Merumuskan hipotesis untuk masing-masing kelompok.
H0 = berarti secara simultan atau bersama-sama tidak ada pengaruh yang signifikan antara
X1, X2, X3, X4 dengan Y.
H1 = berarti secara simultan atau bersama-sama ada pengaruh yang signifikan antara X1, X2,
X3, X4 dengan Y.
2. Menentukan tingkat signifikan yaitu sebesar 5% (α = 0,05)
3. Membandingkan tingkat signifikan (α = 0,05) dengan tingkat signifikan F yang diketahui
secara langsung dengan menggunakan program spss dengan kriteria :
Nilai signifikan F > 0,05 berarti H0 diterima dan H1 ditolak.
Nilai signifikan F < 0,05 berarti H0 ditolak dan H1 dierima.
4. Mebandingkan F hitung dengan F tabel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika F hitung > F tabel, maka H0 ditolak dan H1 dierima.
16. Jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.