Dokumen tersebut membahas beberapa tradisi pernikahan suku Jawa yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti sungkeman (sujud kepada selain Allah), tarub atau janur kuning (simbol yang dianggap berhala), dan upacara siraman dan pangkas rikmo. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa ritual pernikahan Jawa seperti pitulungan, pecah kendi, dan upacara temu panggih beserta maknanya.
1. PERNIKAHAN SUKU JAWA
Ajeng Fani Yustina
Anggia Jelita
Farhan
Fenita Sari
Irmayanti
Muarif Vani
M. Yusuf
Rizky Ali Wardhana
Sarah Khairunnisa
Subhan
Sri Bella
Viciartias
Zulviana Monalisa
3. 1. Peminangan
Istilah meminang yang dalam bahasa Jawa disebut ngelamar berarti permntaan yang menurut hukum adat brlaku dalam
bentuk pernyataan kehendak dari satu pihak kepada pihak lain untuk maksud mngdakan ikatan perkawinan.
Peminangan dengan maksud mengadakan ikatan prkawinan tidak hanya terjadi dalam hubungan muda mudi, akan tetapi
juga bisa terjadi karena adanya dorongan orang tua atau keluarga diantara mereka. Pada mulanya hubungan muda mudi di
daerah Jawa hanya diprbolehkan di daerah Surakarta Jawa Tengah, akan tetaapi setelah zaman telah maju pertemuan antara
muda-mudi tidak lagi mngikuti tata cara adat istiadat yang berlaku di daerah pedalaman, lebih-lebih dalam prgaulan pemuda
biasanya pelajar masa kini. Mereka bebas mengadakan prtemuan dengan siapa saja dengan tanpa adanya beban moral
ataupun tekanan. Pengawasan yang lebih banyak hanya dilakukan oleh orang tua dan keluarga terdekat. Dalam hal ini
masyarakat dan warga sekitar hanya memiliki peran sedikit, karena merka tidak mampu brbuat apa-apa (kebanyakan dari
mereka hanya mendiamkan) hanya mampu berbicara I belakang layar.
Di kalangan masyarakat adat Jawa ketika acara lamaran di langsungkan biasanya diikut sertakan pula membawa si pemuda
untuk diperkenalkan dengan keluarga mempelai wanita. An si gadis kluar dngan membawa suguhan atau jamuan untuk
tamu-tamu. Acara seperti ini di Jawa biasanya disebut "nontoni, njaluk". Selanjutnya jika lamaran itu diterima selang
beberapa hari kemudian dari keluarga memplai pria datang lagi sambil membawa barang-barang, kue-kue dan uang untuk
dibrian kepada keluarga mempelai wanita, di ponorogo ini di sebut sebagai tugel dino, saserahan, sedangkan di daerah
lamongan, Tuban (daerah pesisir utara) meiliki adat yang berbda dengan daerah yang lain, di sana barang-barang bukti tanda
ditrimanya lamaran pertama kali dibawa oleh pihak wanita untuk diberikan kepada pihak pria, mereka biasa menyebut acara
tersebut dengan nama ngganjur, kebiasaan keluarga yang adat jawanya sangat melekatatau mendarah daging, alam
menentukan hari pernikahan sangat memperhatkan weton (hari kelahran) dari kedua calon mempelai, apakah pada hari itu
sebelumnya ada salah satu keluarganya.yang meninggal dunia. Seandainya ada maka dicari hari lain, karena menurut
kprcayaan mereka jika acara resepsi ttap dilaksanakan pada hari trsebut akan menybabkan hiup mereka sengsara (pati
sandang, pangan , papan)
Kepercayaan seperti itulah yang tidak dikhendaki oleh ajaran Islam yang mengajarkan iman kepada taqdir baik dan buruk
Allah. Mereka lebih mendahulukan percaya kpada hari baik daripada taqdir Allah.
Terjadinya ikatan seelah diterimanya lamaran dari pihak pria yang biasanya disebut pertunangan dapat diresmikan dalam
ligkungan keluarga dekat dan dapat pula diresmikan secara umum. Dalam hal ini nampaknya masuk pula pada budaya barat,
dimana peresmian pertunangan itu diisertai acara tukar cincin. Meskipun hal tersebut dikalangan masyarakat perkotaan
sudah menjadi suatu adat, akan tetapi sebenarnya bertentangan dengan tata cara lamaran yang telah dicontokan olh Nabi,
yakni dalam lamaran terdapat larangan adanya aling berjabat tangan antara yang dilamar dengan yang melamar.
4. 2. Akad Nikah
(Moh. Idris Ramulyo, 2002:69) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan akad nikah adalah
rangkaian ijab yang diucapkan oleh wali dan qabul yang diucapkan oleh mempelai pria atau
wakilnya yang disaksikan oleh ua oarang saksi. Sebelum dilangsungkan akad nikah terkadang
disuatu daerah masih dilakukan adat kebiasaan mandi kembang (kembang setaman), yakni para
pinisepuh atau wanita-wanita yang sudah berumur yang brtugas mengurus persiapan untuk
memandikan mempelai wanita dengan air kembang yang kemudian malam harinya berlangsung
acara midodareni yaitu acara tirakatan sampai malam yang dihadiri oleh anggota keluarga dan para
tetangga yang sifatnya berjaga sepanjang malam " melekan" dan biasanya para tamu undangan
yang tidak bisa datang pada acara inti/ akad nikahnya mereka datang pada saat ini dengan
membawa buwuhan (pesangon) ataupun bahan-bahan makanan
Sebenarnya kebiasaan membawa buwuhan tersebut tidak dilarang oleh ajaran Islam, akan tetapi
anggapa masyarakat mengenai uang buwuhan yang mereka anggap sebagai hutang dan suatu
keharusan bagi merekayang punya hajatan untuk mengembalikan uang tersebut ketika si pemberi
memiliki hajatan atau acara, itulah yang tidak disukai oleh agama Islam, karena Islam mengajarkan
keikhlasan dalam pemberian bantuan tanpa mengharapkan balasan. Buwuhan yang dismakn
dengan hutang itu bisa terlihat dari kebiasaan mereka menuliskan nama mereka di atas amplop.
Persoalan seperti ini memang sangat sulit untuk dihindari disebabkan tidak bisa dipungkiri
bahwasannya setiap orang hidup itu pasti butuh bantuan orang lain,
Keesokan harinya baru diadakan akad nikah, seharusnya dalam akad nikah menurut tata cara Islami
tidak boleh dipertemukan ntar calon mempelai pria sebelum akad tersebut selesai karena status
mereka masih belum menjadi suami isteri. Sedangkan akad tersebut sudan dianggap sah tanpa
hadirnya mempelai wanita ditempat akad, karena yang disyaratkan hadir dalam akad nikah adalah
wali dari mempelai wanita, mempelai pria atau wakilnya dan dua orang saksi. Akan tetapi yang
terjadi sekarang ini malah sebaliknya, mereka sudah disandingkan terlebih dahulu sbelum akad
nikah selesai.
5. 3. Walimah (Resepsi Pernikahan)
Walimah (resepsi pernikahan) diadakan setelah akad nikah didalamnya terdapat acara panggeh
temanten, dimana kedua mempelai saling beradapan memegang bingkisan sirih yang berisi buah
pinang belahan. Sebagian dibawa memplai pria dan yang lain dibawa mempelai wanita. Kedua
mempelai disuruh saling melempar bingkisan sirih itu satu sama lain. Setelah itu keduanya
melewati rintangan (pasangan kayu) yang diletakkan di depan serambi muka, kemudian mempelai
pria melangkah dan menginjak telur sehingga kakinya kotor, lalu mempelai wanita berjongkok
untuk membasuh kaki mempelai pria dengan air kembang yang etlah disiapkan. Ritual tersebut
dilakukan agar dalam kehidupan rumah tangga nanti mereka bisa melewati segala rintangan dan
menyelesaikannya sama-sama (saling membantu).
Selanjutnya kedua mempelai menuju tempat duduk. Untuk memeriahkan upacara panggeh
temanten maka jika mengundang kesenian wayang kulit, gamelan dibunyikan dengan irama khusus
untuk tamu undangan dan terkadang juga ada yang mengundan grup orkes keliling yang biasanya
menyanyikan lagu dangdut dengan diiringi musik gendang dan tarian tariannya.
Sebenarnya memeriahka psta prkawinan dengan rebana dan nyanyian telah disebutkan dalam
syariat Islam yaitu dari Aisyah r.a ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
الدفوف با هليه اضربوا و المساجد فى واجعلوه النكاح هذا اعلنو(الترمذى و هحمد رواه)
"Umumkanlah pernikahan ini dan jadikanlah ia di masjid-masjid serta pukullah rebana atasnya"
Dan juga musik yang dipertontonkan itu disyaratkan agar liriknya tidak mengandung ajakan maksiat
(seperti mengajak pergaulan bebas, narkoba) dan tidak terdapat tarian-tarian wanita. Maka
seandainya kebiasaan memeriahkan pesta pernikahan dengan musik-musik dan nyanyian itu tidak
bisa memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh syariat Islam setuju atau tidak, harus dihindarkan.
7. SUNGKEMAN
Biasanya, kebiasaan ini berasal dari
pulau Jawa yang umumnya dilakukan
pada saat Hari Raya dan pada upacara
pernikahan, tetapi kadang kala
dilakukan juga setiap kali bertemu.
Dilakukan dengan cara sujud kepada
orang tua atau orang yang dianggap
sepuh (Jawa, tua atau dituakan). Adat
ini mengandung unsur sujud dan rukuk
kepada selain Allah, yang tentunya
dilarang dalam Islam.
8. TARUB ATAU JANUR
KUNING
Sehari sebelum pernikahan, biasanya
gerbang rumah pengantin perempuan
akan dihiasi tarub atau janur kuning
yang terdiri dari bermacam tumbuhan
dan daun-daunan, dua pohon pisang
dengan setandan pisang masak pada
masing-masing pohon, melambangkan
suami yang akan menjadi kepala rumah
tangga yang baik dan pasangan yang
akan hidup baik dan bahagia
dimanapun mereka berada (seperti
pohon pisang yang mudah tumbuh di
manapun).
9. TEBU WULUNG DAN
CENGKIR GADING
Tebu wulung yang berarti keluarga yang
mengutamakan pikiran sehat sedangkan
cengkih gading atau buah kelapa muda,
yang berarti pasangan suami istri akan
saling mencintai dan saling menjagai dan
merawat satu sama lain.
10. Daun
Beringin
Daun Dadap
Serep Alang-alang
Berbagai macam daun
seperti daun beringin,
mojo-koro, alang-alang,
dadap serep, sebagai
simbol kedua pengantin
akan hidup aman dan
keluarga mereka
terlindung dari mara
bahaya. Selain itu di
atas gerbang rumah
juga dipasang
belketepe, yaitu hiasan
dari daun kelapa untuk
mengusir roh-roh jahat
dan sebagai tanda
bahwa ada acara
pernikahan sedang
berlangsung di tempat
tersebut.
11. UPACARA
SIRAMAN
Acara yang dilakukan pada
siang hari sebelum ijab atau
upacara pernikahan ini,
bertujuan untuk
membersihkan jiwa dan raga.
Siraman biasanya dilakukan
di kamar mandi atau taman
keluarga masing-masing dan
dilakukan oleh orang tua atau
wakil mereka
12. PITULUNGAN
Ada tujuh Pitulungan atau penolong
(Pitu artinya tujuh) -biasanya tujuh
orang yang dianggap baik atau penting-
yang membantu acara ini. Airnya
merupakan campuran dari kembang
setaman yang disebut Banyu
Perwitosari, yang jika memungkinkan
diambil dari tujuh mata air dan
melambangkan kehidupan. Keluarga
pengantin perempuan akan mengirim
utusan dengan membawa Banyu
Perwitosari ke kediaman keluarga
pengantin pria dan menuangkannya di
dalam rumah pengantin pria.
13. PECAH KENDI
Pecah Kendi yaitu ibu pengantin
perempuan atau Pameas (untuk
siraman pengantin pria) atau orang
yang terakhir akan memecahkan kendi
dan mengatakan “wis pecah pamore”,
artinya sekarang sang pengantin siap
untuk menikah.
14. PANGKAS RIKMO
Acara memotong sedikit rambut
pengantin perempuan dan potongan
rambut tersebut ditanam di rumah
belakang.
17. Penjelasan upacara temu panggih
Upacara panggih/temu (mengawali acara resepsi). Pada upacara ini kembar mayang dibawa keluar
rumah dan diletakan di persimpangan dekat rumah yang tujuannya untuk mengusir roh jahat.
Kembar mayang adalah karangan bunga yang terdiri dari daun-daun pohon kelapa yang
ditancapkan ke sebatang tanggul kelapa. Dekorasi ini memiliki makna: Berbentuk seperti gunung,
tinggi dan luas, melambangkan seorang laki-laki harus berpengetahuan luas, berpengalaman, dan
sabar. Hiasan menyerupai keris, pasangan harus berhati-hati di dalam hidup mereka. Hiasan
menyerupai cemeti, pasangan harus selalu berpikir positif dengan harapan untuk hidup bahagia.
Hiasan menyerupai payung, pasangan harus melindungi keluarga mereka. Hiasan menyerupai
belalang, pasangan harus tangkas, berpikir cepat dan mengambil keputusan untuk keselamatan
keluarga mereka. Hiasan menyerupai burung, pasangan harus memiliki tujuan hidup yang tinggi.
Daun beringin, pasangan harus selalu melindungi keluarga mereka dan orang lain. Daun kruton,
melindungi pasangan pengantin dari roh-roh jahat. Daun dadap serep, daun ini dapat menjadi
obat turun panas, menandakan pasangan harus selalu berpikiran jernih dan tenang dalam
menghadapi segala permasalahan (menenangkan perasaan dan mendinginkan kepala). Bunga
Patra Manggala, digunakan untuk mempercantik hiasan kembar mayang. Sebagai hiasan,
sepasang kembar mayang diletakkan di samping kanan dan kiri tempat duduk pengantin selama
resepsi pernikahan. Kembar mayang hanya digunakan jika pasangan pengantin belum pernah
menikah sebelumnya.
18. Wiji Dadi
Mempelai laki-laki
menginjak telur ayam
hingga pecah dengan kaki
kanan, kemudian
pengantin perempuan
akan membasuh kaki sang
suami dengan air bunga.
Proses ini melambangkan
seorang suami dan ayah
yang bertanggung jawab
terhadap keluarganya dan
istri yang taat melayani
suaminya.