Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1) Dokumen tersebut membahas tujuan pendidikan dalam Islam berdasarkan ayat Al-Quran dan hadis Nabi.
2) Tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk insan yang mengabdi kepada Allah dengan melaksanakan ibadah sesuai syariat Islam.
3) Pendidikan dalam Islam bertujuan mengembangkan seluruh potensi manusia untuk menjalankan fungsinya sebagai khalifah
TAFSIR TARBAWI SURAT AL-DZARIAT 56 By AGUS MUKHANDAR
1. 1
BAB I
PENDAHULUAN
ِْمي ِحَّالر ِنَمْحَّالر ِهاّلل ِمْسِب
Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan
berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya
memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-
institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi
tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab,
terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan.
Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai
kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya
yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri
bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk
melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan
materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara.
Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi.
Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya
modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan
seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan
yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-
individu yang beradab.
Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak
berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan.
Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah
banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam
kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan
berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih
dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim.
2. 2
Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya,
agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding
dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik
yang memiliki paradigma yang pragmatis.
Dalam makalah ini penulis berusaha menggali dan mendeskripsikan tujuan
pendidikan dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah
ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks
kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan
tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita
kekinian.
3. 3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Al-Qur’an Surat al-Dzariyat [51] ayat 56
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi (menyembah) kepada-Ku.” (Q.S. al-Dzariyat [51] : 56)
2. Makna Mufrodat
supaya mereka
menyembahKu
melainkan
dan
manusia jin Aku
menciptakan
dan tidak
3. Munasabah dengan ayat sebelum dan sesudahnya
A. Ayat sebelumnya
ْرِّكَذَوْنِّمؤُمْالُعَفَنتْىَرِّكْالذَّنِّإَف
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat
bagi orang-orang yang beriman.(QS. 51:55)
Ayat ini memerintahkan kepada Muhammad saw agar tetap memberikan peringatan
dan nasihat karena peringatan dan nasihat itu akan bermanfaat bagi orang yang
hatinya siap menerima petunjuk.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Hatim, Baihaqi bahwa Ali bin Abu Talib berkata:
"Setelah diturunkan ayat 54 tersebut yaitu tatkala Allah SWT memerintahkan kepada
Nabi Muhammad saw untuk memalingkan diri, maka setiap orang menyangka akan
datang malapetaka yang akan menimpa. Maka turunlah ayat 55 ini, dan legalah
perasaan dan lapanglah dada kami."
4. 4
B. Ayat sesudahnya
ْ)ِّونُمِّعطُيْنَُْأدي ِّرُاْأَمَْوٍقز ِّْرنِّْممُهنُِّْمدي ِّرُماْأِّْإ )
Aku tidak menghendaki rezki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki
supaya mereka memberi Aku makan.(QS. 51:57)
Dalam ayat ini, selanjutnya Allah SWT menerangkan bahwa sesungguhnya Ia tidak
akan minta bantuan mereka untuk sesuatu kemanfaatan atau kemudaratan dan tidak
pula menghendaki rezeki dan memberikan makan seperti apa yang dikerjakan oleh
para majikan terhadap buruhnya karena Allah SWT tidak perlu kepada mereka,
bahkan merekalah yang memerlukan Nya dalam segala urusan mereka, Allah SWT
adalah Pencipta mereka dan Pemberi rezeki mereka. Dialah yang mempunyai
kekuasaan, kemampuan dan kekuatan yang tak terhingga. Akan tetapi kebanyakan
manusia tidak mengerti.
Aba Hurairah meriwayatkan dan berkata:
ْْتفرغْلعبادتيْأمألْصدركْغنىْوأسدْفقركْياْابنْآدم:قالْرسولْهللاْصلىْهللاْعليهْوسلم:ْيقولْهللاْتعالى
ْوإالْتفعلْمألتْصدركْشغالْولمْأسدْفقرك
Rasulullah bersabda: "Allah SWT berfirman: "Wahai anak Adam, luangkanlah
waktu untuk beribadat kepada Ku niscaya Ku penuhi dadamu dengan kekayaan dan
Ku tutupi kefakiran, dan jika engkau tidak berbuat (menyediakan waktu) untuk
beribadat kepada Ku niscaya akan Ku penuhi dadamu dengan kesibukan
(keruwetan) dan tak akan Ku tutupi kebutuhanmu (kefakiran)". (H.R. Ahmad dari
Abu Hurairah)
4. Kandungan harfiah ayat
o Kandungan Al Qur’an Surah Az-Zariyat, 51 : 56 adalah tentang
pemberitahuan dari Allah SWT bahwa maksud dan tujuan diciptakan
makhluk berupa jin dan manusia ialah agar mereka beribadah
kepada-Nya.
o Menurut pengertian bahasa kata ibadah berarti : taat, patuh, tunduk,
dan menurut. Allah SWT menciptakan jin dan manusia agar
5. 5
beribadah kepada-Nya, maksudnya agar taat dan patuh segala
perintah-Nya, dan menjauhi semua larangan-Nya.
o Pengertian ibadah dapat dibedakan ibadah mahdhah dan ibadah
ghairu mahdhah. Ibadah mahdhah adalah bentuk ibadah yang
berhubungan antara manusia dengan Allah, seperti salat, puasa, haji
dan lain-lain. Sedangkan ibadah ghoiru mahdhah adalah bentuk
ibadah yang berupa aktivitas manusia yang baik dengan niat mencari
ridlo Allah, seperti bekerja, belajar, sillaturrahmi dan lain-lain.
Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan
penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah
SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan
untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam
menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas
utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai
abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik
atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah.
Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk
ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa
keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi.
Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada
yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah
dalam pandangan ilmu Fiqh ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru
mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah
bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji.
Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu
segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari
Allah SWT.
6. 6
Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah
termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :
)طلبْالعلمْفريضةْعلىْكلْمسلمْوْمسلمةْ(رواهْابنْعبدْالبر
“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan
perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)
)منْخرجْفىْطلبْالعلمْفهوْفىْسبيلْهللاْحتىْيرجعْ(رواهْالترمذى
“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk
golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia sampai
pulang kembali”. (H.R. Turmudzi)
Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup
individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku.
Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat
dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah di
muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting
tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk
membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada
zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.
Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan
dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia
sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya.
Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya
berikut, “…’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi’…” [Q.S Al-Baqarah(2): 30]. Ketika Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan
bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan
wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.
7. 7
Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya
dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya,
yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik
itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan
takwa.
Dalam khazanah pemikiran pendidikan Islam, pada umumnya para ulama
berpendapat bahwa tujuan akhir pendidikan Islam adalah ”untuk beribadah
kepada Allah SWT”. Kalau dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan
diarahkan untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa, maka dalam konteks pendidikan Islam justru harus lebih
dari itu, dalam arti, pendidikan Islam bukan sekedar diarahkan untuk
mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa, tetapi justru berusaha
mengembangkan manusia menjadi imam/pemimpin bagi orang beriman dan
bertaqwa (waj’alna li al-muttaqina imaama).
Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka
kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua
macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-
Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan
Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-
orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai
dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa, artinya
disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah
sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak,
pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.
5. Tafsir kontekstual terkait pendidikan
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori
pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya
berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai
sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis
pendidikan.
8. 8
Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “
Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan
Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama
dan Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk
membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya.
Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat
buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum
pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri :
(1) memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan;
(2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu menyelesaikan secara cepat
dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan
mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat dan
(3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang
berkemampuan dengan alam gaib.
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan
dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses
pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. (selengkapnya lihat
pemikiran Ahmad Tafsir dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam).
Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk
menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa
hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan
pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi
dan memliki hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang
lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner
9. 9
BAB III
P E N U T U P
A. KESIMPULAN
Dari deskripsi singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah
memberikan rambu-rambu yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang
komperehensif. Yaitu pendidikan yang tidak hanya berorientasi untuk kepentingan
hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi untuk keberhasilan hidup di akhirat
kelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk menuju kehidupan
sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.
Manusia sebagai insan kamil dilengkapi dua piranti penting untuk memperoleh
pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang dengan dua piranti ini manusia mampu
memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya. Fenomena maupun nomena yang
mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia makhluk yang diberi kelebihan
ini.
Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya diorientasikan
untuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa
manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta
merta kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan
dan merusak keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk
melestarikan alam ini sebagai pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligus
bentuk ta’abbudnya kepada Allah swt.
B. SARAN
Ayat-ayat yang telah dijelaskan diatas mengemukakan tentang tujuan
pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu mempunyai
pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa, melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, menegakkan nilai-nilai ma’ruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan
mencegah perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya dengan
system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang hendaklah kita pada umumnya
dan pendidik pada khususnya merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk
10. 10
“mendapatkan ridho Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap
perintah-Nya”. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan
terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang berakhlak
mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari pendidikan seperti yang
dikatakan oleh Muhammad Athiyah al- Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia.
Manusia benar-benar siap untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-
benar dikuasai dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar
terampil bekerja di dalam masyarakat.