Survei ini mengidentifikasi 35 kandidat muda potensial untuk pilpres 2014 melalui tiga tahapan yaitu identifikasi publisitas, penyortiran usia dan peluang politik, serta meta analisis dan FGD. Kandidat tersebut dievaluasi oleh 100 pakar dan opinion maker berdasarkan 13 aspek seperti integritas, kapabilitas, dan dukungan partai.
Pol-Tracking Institute - Laporan riset kandidat muda potensial 2014
1. OPINION MAKERS DAN PAKAR:
HASIL SURVEI MENCARI KANDIDAT MUDA POTENSIAL 2014
Pol-Tracking Institute Jl. Pangrango 3A, Guntur, Setiabudi, Jakarta Selatan-12980
Jakarta, 7 Oktober 2012 Telp. +6221-83701545, +6221-83794995, Faks.+6221-83795016
24. Analisis Aspek II
Kapabilitas/Intelektualitas
Dalam aspek kapabilitas dan kapasitas intelektual dalam menyelesaikan persoalan
bangsa, figur-figur muda yang saat ini (saat riset dilakukan) bukan merupakan
fungsionaris partai, justru memenuhi urutan pertama sampai kesepuluh. Sementara
itu, hanya Joko Widodo sebagai kader partai yang dianggap mempunyai
kapabilitas menyelesaikan persoalan bangsa. Sedangkan urutan puncak diisi oleh
Anies Baswedan (80,5) dan Sri Mulyani (77,7) sebagai figur yang dalam rekam
jejaknya tidak dibesarkan oleh partai politik atau tidak mempunyai riwayat
sebagai fungsionaris partai.
Keunggulan Anies Baswedan dan Sri Mulyani sebagai figur muda karena
kepakarannya di bidang sumber daya manusia dan ekonomi. Pun juga dengan Gita
Wirjawan Artinya keunggulan mereka dalam Aspek II ini lebih disebabkan dirinya
sebagai profesional. Walaupun memang dalam pengalaman mengelola
pemerintahan dan publik hanya ada di Jokowi.
Disisi lain, rendahnya Puan Maharani yang berada di peringkat terbawah dengan
nilai 47,9, menunjukkan bahwa genetika politik dan dekatnya figur muda di dalam
orbit keputusan politik partai, tidak menjamin dirinya dianggap mempunyai
kapasita dan kapabilitas./
27. Analisis Aspek III:
Visioner
Aspek ini dilakukan untuk mengukur visi dan program
yang dimiliki oleh figur muda dalam membawa
Indonesia menjadi bangsa yang maju.
Dalam aspek ini, Anies Baswedan (79.3), Joko Widodo
(78.2), dan Sri Mulyani (75.4) adalah adalah figur
yang dianggap paling visioner. Hal ini menjelaskan
bahwa penilaian seorang figur muda adalah visioner
lebih banyak dipengaruhi oleh
program, kebijakan, atau aktivitas yang telah
dilakukan dalam institusi atau lembaga yang pernah di
pimpin oleh figur muda.
30. Analisis Aspek IV:
30
Leadership Skill
Kemampuan dan keterampilan memimpin (leadership skill) seorang kandidat muda
diakui oleh publik, karena ia telah terbukti memiliki track record yang baik.
Respresentasi hal ini terlihat dari nilai yang cukup tinggi yang diberikan kepada
Jokowi, Sri Mulyani, Anies Baswedan, Pramono Anung Wibowo, Khofifah Indar
Parawangsa, Chairul Tanjung, Gita Wiryawan, Budiman Sudjatmiko, Anis
Matta, dan Sandiaga Uno
Hanya Jokowi dari kalangan Parpol yang mampu mendominasi tokoh-tokoh non
parpol seperti Sri Mulyani dan Anies Baswedan. Walaupun, seperti yang sudah
dijelaskan di awal, Jokowi sendiri berlatar belakang pengusaha dan tak tergabung
secara langsung sebagai fungsionaris Parpol.
Latar belakang pengusaha memiliki perolehan skor yang tinggi dalam aspek
leadership skill, hal ini terlihat dari nama-nama seperti Jokowi, Chairul
Tandjung, Gita Wiryawan, dan Sandiaga Uno. Disusul oleh parpol dan profesional
33. Analisis Aspek V:
33
Pengalaman Prestatif
Prestasi merupakan tolak ukur mendasar untuk memastikan
bahwa para kandidat muda ini memiliki nilai tambah di
banding figur-figur lainnya. Nama-nama seperti Jokowi, Sri
Mulyani, Anies Baswedan, Chairul Tanjung, Pramono Anung
Wibowo, Khofifah Indar Parawangsa, Sandiaga Uno, Anis
Matta, Gita Wiryawan, dan Budiman Sudjatmiko menjadi
10 teratas nama-nama yang unggul dalam aspek ini.
Oligarki partai masih terjadi, sehingga tak banyak nama-
nama dari Partai yang muncul sebagai figur teratas yang
berprestasi. Di luar Partai, peluang muncul cukup luas dan
tak terbatas karena berbasis profesionalitas
36. Analisis Aspek VI:
36
Keberanian Memutuskan
Di saat negara menghadapi problem serius dan
krusial, keberanian seorang pemimpin untuk
memutuskan menjadi penting. Jokowi, Sri
Mulyani, Chairul Tanjung, Anies Baswedan, Khofifah
Indar Parawangsa, Sandiaga Uno, Budiman
Sudjatmiko, Pramono Anung Wibowo, Hary
Tanosoedibyo, dan Ferry Mursidan Baldan muncul
sebagai 10 kandidat muda teratas.
Dari aspek keberanian memutuskan, kandidat muda
berlatar belakang pengusaha kembali
mendominasi, disusul Parpol dan profesional.
39. Analisis Aspek VII:
39
Komunikasi Publik Analyst
Kemampuan berbicara di depan publik mutlak dimiliki oleh seorang
pemimpin agar pesan yang ingin ia sampaikan dapat dipahami
dengan baik. Dalam konteks ini, Jokowi, Anies Baswedan, Sri
Mulyani, Pramono Anung Wibowo, Khofifah Indar
Parawangsa, Budiman Sudjatmiko, Priyo Budi Santoso, Anis
Matta, Sandiaga Uno, dan Anas Urbaningrum.
Peluang berbicara di depan publik hanya bisa hadir bila para
kandidat muda memiliki kapasitas dan kualitas publik. Dalam
konteks ini, tokoh-tokoh dari Parpol memiliki peluang cukup
luas, disusul oleh kandidat muda berlatar belakang profesional dan
pengusaha.
Kesempatan kandidat-kandidat muda yang berasal dari Parpol
berkomunikasi kepada publik semakin luas, bila ia tak hanya
berperan untuk partai, namun berperan aktif dalam menyikapi
problem-problem kebangsaan
42. Analisis Aspek VIII:
42
Komunikasi Elite
Membangun komunikasi politik penting dimiliki seorang kandidat
muda dalam rangka membangun konsensus bersama elit lainnya
agar substansi persoalan bangsa dapat segera teratasi. Dalam
konteks ini, Jokowi, Jeffrie Geovanni, Pramono Anung Wibowo, Anas
Urbaningrum, Anies Baswedan, Priyo Budi Santoso, Anis
Matta, Fadjroel Rachman, Sri Mulyani, dan Chairul Tandjung menjadi
sosok-sosok yang muncul
Komunikasi elite yang intens dilakukan oleh para kandidat muda
dari parpol (Joko Widodo dan Jeffrie Geovanie) berada dipuncak
skor, terbukti mengungguli para kandidat muda yang berasal dari
latar belakang profesional, pengusaha, dan masyarakat sipil.
Kerja-kerja politik ini penting dilakukan oleh kandidat-kandidat
muda non parpol
46. Analisis Aspek IX:
46
Aspiratif dan Empati
Aspek ini mengukur tingkat empati figur muda terhadap persoalan rakyat dan tingkat
penerimaan figur muda terhadap masukan-masukan dalam rangka menyelesaikan persoalan
bangsa.
Berdasarkan temuan data, diketahui bahwa urutan teratas (sepuluh besar) di dalam aspek
aspiratif dan empati, menunjukkan latar belakang figur yang beragam seperti Jokowi
(81.6), Budiman Sudjatmiko (66.8), Pramono Anung (63.5), dan Lukman Hakim (60.0)
merupakan figur muda sebagai kader partai. Sementara Anies Baswedan (72.3) dan Sri
Mulyani (60.7) dikenal sebagai seorang profesional atau pakar. Di sisi lain, Fadjroel Rahman
(61.6) adalah aktivis sosial dan Khofifah (65.6) kini dikenal sebagai pemimpin organisasi
masyarakat atau ormas.
Artinya, temuan ini memberikan konklusi bahwa aspek aspiratif dan empati yang ada pada
figur muda—baik dari partai politik maupun di luar parpol—sangat bergantung dengan
track record dan aktivitas figur muda dalam aktivitas sosial kemasyarakatan. Artinya, sekuat
apapun seorang figur mempunyai jabatan strategisnya dan mempunyai pengaruh di dalam
lingkungan elit politik, belum tentu dianggap berpengaruh dalam masyarakat.
49. Analisis Aspek X:
49
Kematangan Emosi
Kematangan emosi berarti tingkat ketenangan dan
sikap dalam menghadapi serangan politik atau sebuah
kondisi yang genting.
Hasil assessment oleh para pakar dan public opinion
makers menunjukkan Jokowi, Anis Baswedan, dan Anas
Urbaningrum adalah figur muda yang mempunyai
stabilitas emosi tinggi.
Hal ini memberikan petunjuk bahwa kemampuan figur
dalam menghadapi banyak isu di depan media
berpengaruh pada cara orang dalam melihat
kematangan emosi.
52. Analisis Aspek XI:
52
Physical Apparence
Penampilan menjadi aspek yang cukup penting harus
dimiliki oleh seorang kandidat muda. Karena dari aspek
ini, gambaran tentang diri dan pesan yang ingin
disampaikan dapat tertangkap dengan jelas. Anies
Baswedan, Jokowi, Sri Mulyani, Pramono Anung, Khofifah
Indra Parawangsa, Sandiaga Uno, Gita Wiryawan, Chairul
Tandjung, Budiman Sudjatmiko, dan Lukman Hakim
Saifuddin menjadi para kandidat muda teratas dalam
aspek ini.
Kandidat-kandidat muda dari Parpol mampu menggungguli
kandidat-kandidat muda dari pengusaha dan profesional.
Artinya, Parpol sebenarnya memiliki banyak kader-kader
mudayang berkualitas, namun pertanyaan
berikutnya, apakah mereka sudah diberi kesempatan?
55. Analisis Aspek XII:
55
Akseptabilitas Publik
Aspek ini untuk mengukur peluang penerimaan publik
terhadap figur muda.
Tingginya perolehan nilai Jokowi (81,8) yang
mempunyai jarak cukup jauh dari figur muda terseleksi
lainnya seperti Anies Baswedan, Pramono Anung, dan
lainnya, keunggulan Jokowi tampaknya masih
dipengaruhi ueforia kemenangan di Pilkada DKI.
Hasil ini memberi pesan bahwa momentum kehadiran
figur muda menjadi faktor lain dalam elektabilitas
ataupun akseptabilitas publik
58. Analisis Aspek XIII:
58
Akseptabilitas Partai
Akseptabilitas Partai adalah tingkat penerimaan partai politik yang menunjukkan
tingkat kemungkinan seorang figur diterima oleh partai politik untuk dicalonkan
sebagai kandidat dalam Pilpres.
Jika dilihat sekilas, tiga urutan teratas diduduki oleh tiga kader PDIP yakni: Jokowi
(78.1), Pramono Anung (66.8 ), dan Puan Maharani (66.5), baru kemudian di susul
ketua umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum (64.6). Dalam struktur internal
partai, Jokowi belum tidak menduduki jabatan penting dalam kepengurusan
partai, sementara Anas, Puan, dan Pramono adalah figur muda yang duduk atau
pernah duduk dalam struktur penting kepengurusan partai.
Namun demikian, konklusi besar atas temuan pada Aspek XIII ini adalah bahwa
keterlibatan figur muda dalam partai politik atau kerja-kerja politik merupakan
faktor utama seorang figur muda mempunyai akseptabilitas yang tinggi terhadap
partai. Hal ini diperkuat dengan temuan bahwa urutan pertama sampai kedelapan
diduduki oleh figur-figur yang mempunyai pengalaman dan kerja panjang dalam
partai politik. Sementara figur lain yang unggul di beberapa aspek terlihat sangat
lemah pada aspek ini.
64. Rekomendasi
64
1. Bagi figur muda yang merupakan kader atau fungsionaris partai, penting untuk
memposisikan diri sebagai figur yang pantas sebagai kandidat Pilpres 2014. Sehingga
kerja politik di dalam internal parpol dan publik tidak hanya berimplikasi pada peluang
politik patron atau politisi senior dalam partainya.
2. Bagi figur muda di luar kelembagaan parpol, perlu untuk melakukan kerja-kerja politik
kepartaian melalui partisipasi politik sebagai kader partai. Hal ini penting karena secara
konstitusional, partai politik adalah satu-satunya lembaga negara sebagai jalur kandidasi
dalam pilpres.
3. Perlu political will para politisi senior dalam kelembagaan partai yang memegang otoritas
puncak dalam struktur kepengurusan untuk memberi ruang bagi hadirnya figur muda
sebagai kandidat.
4. Kelembagaan partai politik perlu membangun sistem kandidasi secara demokratis melalui
konvensi sehingga mampu menghadirkan kandidat yang mempunyai elektabilitas
publik, bukan elektabilitas elit, dan sesuai dengan garis kebijakan partai