SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 7
Downloaden Sie, um offline zu lesen
Buletin AgroBio 4(2):56-61

                                                                                                        perhatian terhadap aplikasi pupuk
Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk                                                                         hayati di Indonesia akhir-akhir ini,
                                                                                                        yaitu krisis ekonomi yang terjadi
Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu                                                                         pada tahun 1997, pencabutan sub-
                                                                                                        sidi pupuk oleh pemerintah pada
R.D.M. Simanungkalit                                                                                    tahun 1998, dan tumbuhnya kesa-
Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor                                                     daran terhadap potensi pencemar-
                                                                                                        an lingkungan melalui penggunaan
ABSTRACT                                                                                                pupuk kimia yang berlebihan dan
Application of Biofertilizer and Chemical Fertilizer: An Integrated Approach. R.D.M.                    tidak efisien. Selama lebih dari 25
Simanungkalit. Biofertilizers are living microorganisms applied to soils in the form of inoculant       tahun Pemerintah memberikan
to facilitate or provide a particular mineral nutrient required by crops through a mutual symbiotic
or non-symbiotic relationship. A legume inoculant containing root-nodule bacteria was the first         subsidi pupuk, sehingga petani
biofertilizer in the world and has been commercialized since more than 100 years ago. Despite           sanggup memenuhi kebutuhan pu-
this long history the global use of biofertilizers remain insignificant. The energy crisis in the       puknya dengan biaya yang relatif
1970’s and the environmental problems caused by the application of chemical fertilizers have
aroused the public interest in applying biofertilizers. The success of food crop production             lebih rendah. Terjadinya krisis eko-
intensifying program in Indonesia has been attributed among others to the increased use of              nomi dan pencabutan subsidi pu-
chemical fertilizer from time to time. High-yielding varieties which are mostly grown by farmers        puk menyebabkan naiknya harga
require high dosage fertilizer to achieve their potential yields. The removal of chemical fertilizers
subsidies by the government has affected the efforts to maintain and increase the current               pupuk, sehingga petani terpaksa
production levels. If they want to maintain their production they must allocate more money, but if      mengurangi penggunaan pupuk
they reduce the amount of chemical fertilizers they usually apply or do not apply at all, yield can     un-tuk       tanamannya         yang
drop, meaning that their income will decrease and the national production target will not be
achieved. The increased interest in use of biofertilizer as complement fertilizers particularly after   selanjutnya berdampak terhadap
the removal fertilizer subsidies has increased tremendously as shown by the flooding of various         tingkat kon-sumsi pupuk nasional
kinds of the so-called biofertilizers in the market. However, not all these biofertilizers can be       yang menu-run, pada tahun 1997
categorized as biofertilizers. The over-expectation on biofertilizer by considering it as a panacea
which can solve all crop nutritional problems and replace chemical fertilizers can really inflict
                                                                                                        dari 5,781 juta ton menjadi 4,688
financial losses on farmers. The current research results show that biofertilizers can increase         juta ton dan se-lanjutnya pada
the efficiency of fertilizer use. The use of biofertilizer alone can give the highest efficiency but    tahun 1998 menjadi 3,664 juta ton
the low yield levels. To obtain higher yield levels the application of integrated fertilizer
management principles is the best by combining the application biofertilizer and chemical
                                                                                                        (Tabel 1). Penurunan konsumsi
fertilizer in a way that the amount of applied chemical fertilizer does not suppress the growth         pupuk ini di samping ter-jadinya El
and development of microorganisms in the biofertilizer. The responsive curves of either                 Nino pada tahun 1997 dan 1998
biofertilizer alone, or chemical fertilizer alone, or chemical fertilizer in combination with           telah menyebabkan ter-jadinya
biofertilizer all follow the Mitscherlich’s law on diminishing returns due to increased fertilizer
dosages.                                                                                                penurunan produksi ber-bagai
                                                                                                        tanaman        pangan,     sehingga
Key words: Chemical fertilizer, biofertilizer, integrated fertilizer management
                                                                                                        memaksa Pemerintah mengimpor
                                                                                                        beras sampai 5.000.000 t jagung
K    eberhasilan peningkatan pro-
     duksi berbagai tanaman pa-
ngan di Indonesia tidak terlepas da-
                                                     meningkat dari tahun ke ta-hun
                                                     seperti disajikan pada Tabel 1.
                                                     Peningkatan ini terutama sekali ter-
                                                                                                        dan kedelai masing-masing lebih
                                                                                                        dari 500.000 t (FADINAP, 1999).
ri penggunaan pupuk kimia (buat-                     jadi pada periode 1975-1980 de-
an).     Varietas   unggul     yang                  ngan laju pertumbuhan rata-rata                       SEJARAH PERKEMBANGAN
dihasilkan oleh para pemulia                         15,6% per tahun. Selanjutnya pada                          PUPUK HAYATI
dalam revolusi hijau merupakan                       periode 1980-1985, 1985-1990, dan                      Bakteri penambat nitrogen rhi-
jenis tanaman yang membutuhkan                       1990-1996 laju pertumbuhan ini                     zobia merupakan pupuk hayati per-
masukan pu-puk yang tinggi, di                       me-nurun masing-masing menjadi                     tama di dunia yang dikenal dan te-
samping masuk-an lain seperti                        10,2; 3,9; dan 1,5% per tahun.                     lah dimanfaatkan lebih dari 100 ta-
pengairan dan pes-tisida, agar                            Pupuk hayati merupakan mik-                   hun sejak pertama kali digunakan
dapat mencapai potensi hasil yang                    roorganisme hidup yang diberikan                   untuk       menginokulasi    benih
optimal dari tanaman tersebut.                       ke dalam tanah sebagai inokulan                    kacang-kacangan. Hermann Riegel
    Akibat   dari    penggunaan                      untuk membantu tanaman memfa-                      dan Hermann Wilfarth, dua orang
varietas unggul disertai dengan                      silitasi atau menyediakan unsur ha-                pene-liti Jerman yang pertama kali
makin inten-sifnya pengelolaan                       ra tertentu bagi tanaman. Oleh ka-                 men-demonstrasikan         adanya
tanaman dan perluasan areal                          rena itu, pupuk hayati sering juga                 proses     pe-nambatan    nitrogen
tanaman,     konsumsi     pupuk                      disebut sebagai pupuk mikrobe.                     secara simbio-sis pada tanaman
                                                     Setidak-tidaknya ada tiga faktor                   kacang-kacangan yang termasuk
                                                     yang mendorong meningkatnya                        Papilionaceae me-lalui publikasi
Hak Cipta  2001, Balitbio
2001                           R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia                             57

         Tabel 1. Jumlah dan pertumbuhan konsumsi pupuk di Indonesia tahun           akar telah digunakan untuk meng-
                  1975-1998
                                                                                     inokulasi kedelai dalam skala besar
           Tahun        Urea     TSP/SP-36          AS     KCl    Total              pada tahun 1981 di daerah-daerah
                                          x1000 t
                                                                                     transmigrasi (Jutono, 1982). Pada-
            1975        676         235              94     34    1035               hal pembuatan inokulan skala
            1980       1776         494             330    123    2723               labo-ratorium telah dimulai pada
            1985       2607        1048             475    290    4420               tahun 1938 di Plantkundige Institut
            1989       2911        1217             596    460    5184
            1990       2983        1261             605    510    5359               dan Laboratorium Treub di Bogor.
            1991       3097        1256             606    444    5403                    Jamur mikoriza adalah seke-
            1992       3410        1290             608    482    5790
            1993       3095        1173             639    366    5273               lompok jamur tanah yang diketahui
            1994       3288        1125             615    302    5330               dapat berfungsi sebagai pupuk ha-
            1995       3710        1070             653    404    5837               yati. Sekalipun keberadaan jamur
            1996       3918         900             588    375    5781
            1997       3324         663             351    350    4688
                                                                                     mikoriza sudah diketahui lebih dari
            1998*      2871         361             158    274    3664               100 tahun yang lalu, namun peng-
                            Laju pertumbuhan per tahun (%)                           gunaannya sebagai pupuk hayati
          1975/1980     14,5         16,1      17,6        23,9    15,6              mungkin baru mulai sejak Mosse
          1980/1985      8,0         16,2       7,6        18,7    10,2              (1957) mengetahui peran jamur
          1985/1990      2,7          3,8       4,7        12,0     3,9
          1990/1996      5,6          0,9       0,1         0,9     1,5              mikoriza dalam penyerapan fosfor
                                                                                     oleh tanaman.
         * Periode Januari-September
         Sumber: FADINAP (1999)
                                                                                       MIKROORGANISME SEBAGAI
pada tahun 1888 (Schilling, 1988).             tanaman tetapi pada bintil ini juga          PUPUK HAYATI
Mereka mengada-kan percobaan                   terjadi hubungan kausal antara ke-        Tabel 2 menunjukkan berbagai
pada oat, buck-wheat, rape, pea,               beradaan bakteri dan penambatan       kelompok pupuk hayati baik yang
serradella, dan lupin dengan                   nitrogen. Pada tanggal 20 Septem-     bersifat simbiotik maupun yang
menggunakan pasir murni yang                   ber 1886, Hellriegel memberikan       nonsimbiotik serta mikroorganisme
sama sekali tidak me-ngandung                  presentasi tentang hasil penelitian   yang tergolong ke dalam tiap ke-
nitrogen sebagai me-dium tumbuh.               mereka pada pertemuan ke-59           lompok tersebut.
Kemudian medium tadi ditambah                  ilmuwan pengetahuan alam dan
unsur lain yang perlu. Semua                   dokter Jerman di Berlin.                  Rhizobia merupakan kelompok
tanaman tumbuh sampai nitrogen                                                       penambat nitrogen yang bersimbio-
                                                   Pada tahun 1930-an dan 1940-      sis dengan tanaman kacang-ka-
yang ada di biji habis. Kemudian ke            an berjuta-juta hektar lahan yang
setiap pot ditambah-kan sedikit                                                      cangan. Penggunaan teknik mole-
                                               di-tanami berbagai tanaman di Uni     kuler pada penelitian taksonomi
ekstrak tanah permuka-an yang                  Soviet diberi inokulan Azotobacter
keruh, yang mengandung 0,3-0,7                                                       rhizobia telah menyebabkan ber-
                                               (Macdonald, 1989). Inokulan difor-    tambahnya jumlah genus, dari dua
mg nitrogen. Penambahan ekstrak                mulasikan dengan berbagai cara
tanah tidak berpengaruh terhadap                                                     (Rhizobium dan Bradyrhizobium)
                                               dan disebut sebagai pupuk bakteri     menjadi enam genus, yaitu Rhizo-
oat, buckwheat maupun rape,                    Azobakterin. Pupuk bakteri lain
tetapi tanaman tetap pada kondisi                                                    bium, Bradyrhizobium, Azorhizo-
                                               yang disebut sebagai fosfobakterin    bium, Sinorhizobium, Mesorhizo-
“kelaparan nitrogen”. Seba-liknya,             mengandung Bacillus megatherium
ketiga    kacang-kacangan      (pea,                                                 bium, dan satu genus baru yang
                                               dan telah digunakan secara luas di    saat ini hanya memiliki satu spe-
serradella, dan lupin) pulih dari              Eropa Timur. Bakteri ini diduga me-
“kelaparan     nitrogen”,   tiba-tiba                                                sies, Rhizobium galegae. Paku air
                                               nyediakan fosfat yang terlarut dari   Azolla bersimbiosis dengan Ana-
menjadi hijau tua dan selanjutnya              pool tanah ke tanaman. Tetapi
tumbuh luar biasa baiknya. Mereka                                                    baena azollae. Simbiosis ini me-
                                               penggunaan kedua pupuk ini ke-        nyebabkan Azolla dapat menambat
membuat kesimpulan bahwa ta-                   mudian terhenti. Terjadinya krisis
naman kacang-kacangan menggu-                                                        nitrogen dari atmosfir, dan selanjut-
                                               energi pada tahun 1970-an telah       nya dapat digunakan sebagai
nakan nitrogen atmosfir sebagai
                                               mendorong kembali perhatian           pupuk organik. Frankia me-
sumber nitrogen. Bintil terbentuk
                                               dunia kepada penggunaan pupuk         rupakan aktinomiset yang mampu
pada tanaman kacang-kacangan
                                               hayati.                               menambat        nitrogen     melalui
setelah terjadi infeksi oleh mikro-
organisme tertentu. Bintil ini tidak              Di Indonesia, pupuk hayati da-     simbio-sis     dengan      tanaman
hanya menjadi cadangan protein                 lam bentuk inokulan bakteri bintil    nonlegum, mi-salnya Alnus dari
58                                                     BULETIN AGROBIO                                                 VOL 4, NO. 2

famili   Betulaceae     (Akkermans,       (Aspergillus, Penicillium), dan akti-           sama      atau   berbeda    seperti
1978).                                    nomiset (Streptomyces). Berbagai                ditunjukkan pada inokulan yang
     Penambat nitrogen nonsimbio-         kelompok mikroorganisme pupuk                   ada pada Tabel 3. Inokulan yang
tik merupakan kelompok bakteri            hayati disajikan pada Tabel 2.                  mengandung dua atau lebih
hidup bebas dan asosiatif, ada yang           Tabel 3 memperlihatkan berba-               spesies pupuk hayati dengan fungsi
aerob, anaerob, dan anaerob fakul-        gai inokulan pupuk hayati yang di-              yang berbeda dise-but pupuk
tatif tergantung pada pertumbuhan         komersialkan di Indonesia. Secara               hayati majemuk (Sima-nungkalit
dan kemampuan hidup organisme             tradisional dikenal dua tipe inoku-             dan Saraswati, 1999). Se-bagai
tersebut pada kondisi tanpa dan           lan rhizobia, yaitu inokulan yang               contoh dari pupuk semacam ini
dengan oksigen. Mikroorganisme            mengandung satu strain (strain                  adalah Rhizo-plus yang mengan-
yang tergolong kelompok ini antara        tunggal) dan yang multistrain                   dung bakteri penambat nitrogen
lain Azotobacter, Azospirillum,           (strain ganda). Inokulan multistrain            (Bradyrhizobium dan Sinorhizo-
Clos-tridium, Klebsiella, dan alga        mengandung strain-strain dari dua               bium) dan bakteri pelarut fosfat
biru-hijau.                               kelompok inokulan seperti strain                (Bacillus dan Micrococcus).
     Jamur mikoriza merupakan ke-         dari clover dicampur dengan
lompok jamur tanah yang bersim-           medic atau suatu campuran strain                        MANFAAT POTENSIAL
biosis dengan berbagai tanaman.           yang berasal dari satu kelompok                           PUPUK HAYATI
Kelompok ini dapat dibagi menjadi         (Roughley, 1988). Di samping itu,
                                                                                              Mikroorganisme pupuk hayati
dua kelompok besar, yaitu endomi-         di-kenal juga inokulan yang
                                                                                          terutama berkaitan dengan unsur
koriza dan ektomikoriza. Jamur mi-        mengan-dung campuran dua atau
                                                                                          hara N dan P yang merupakan dua
koriza arbuskular adalah salah satu       lebih spesies dengan fungsi yang
                                                                                          unsur     hara    yang   banyak
subkelompok dari endomikoriza
yang        jauh       lebih       luas   Tabel 2. Berbagai kelompok mikroorganisme pupuk hayati
penyebarannya            dibandingkan
dengan ektomikoriza. Saat ini, ada        Kelompok pupuk hayati               Sistem             Mikroorganisme
enam genus jamur mikoriza                 Penambat nitrogen       a. Simbiosis dengan legum      Rhizobium, Bradyrhizobium, Azorhi-
arbuskular      yang     bersimbio-sis    simbiotik                                              zobium, Sinorhizobium, Mesorhizo-
                                                                                                 bium, dan satu genus baru
dengan tanaman, yaitu Acaulo-                                    b. Simbiosis dengan Azolla      Anabaena azollae
spora, Entrophospora, Gigaspora,                                 c. Simbiosis dengan non-        Frankia sp.
Glomus, Sclerocystis, dan Scutello-                                 legum (a.l. Alnus, Myrica,
spora (Morton dan Benny, 1990),                                     dan Casuarina)
                                          Penambat nitrogen non- Hidup bebas/asosiatif           a.l. Azotobacter, Azospirillum, Clos-
de-ngan jumlah spesies lebih dari         simbiotik                                              tridium, Klebsiella, alga biru-hijau
100. Kelompok jamur ektomikoriza          Jamur mikoriza         Simbiosis dengan berbagai       Endomikoriza (mikoriza arbuskular:
me-miliki jumlah spesies yang jauh                               tanaman                         Acaulospora, Entrophospora, Giga-
                                                                                                 spora, Glomus, Sclerocystis, dan
le-bih besar. Di Amerika Utara saja                                                              Scutellospora)
lebih dari 2100 spesies (National                                                                Ektomikoriza
Academy of Sciences, 1979). Jamur         Mikroorganisme pelarut Hidup bebas                     Bakteri:      a.l. Bacillus dan
ektomikoriza dapat bersimbiosis           fosfat                                                               Pseudomonas
                                                                                                 Jamur:        a.l. Aspergillus dan
dengan sekurang-kurangnya 19                                                                                   Penicillium
famili tanaman (Brundrett et al.,                                                                Aktinomiset: Streptomyces
1996).
     Mikroorganisme pelarut fosfat        Tabel 3. Pupuk hayati komersial di Indonesia dan kandungan mikroorganismenya
merupakan kelompok mikroorga-             Nama produk pupuk hayati     Kandungan mikroorganisme
nisme yang dapat mengubah fosfat
                                          Legin                        Rhizobia
tidak larut dalam tanah menjadi           Rhizo-plus                   Bradyrhizobium, Sinorhizobium, Bacillus, Mikrococcus
bentuk yang dapat larut dengan ja-        Emas                         Azospirillum lipoverum, Azotobacter, Beijerinckia, Aeromonas
lan mensekresikan asam organik                                         punctata, Aspergillus niger
                                          Ginon 100x                   Bradyrhizobium japonicum
seperti asam format, asetat, pro-         Biofer 2000-K                Jamur ektomikoriza
pionat, laktat, glikolat, fumarat, dan    Biofer 2000-N                Jamur endomikoriza
suksinat (Subba Rao, 1982). Mikro-        E-2001                       Azotobacter vinelandii, Clostridium pasterianum, Nitrosomonas,
organisme yang tergolong kelom-                                        Nitrobacter, Ankia alni, Nostoc muscorum, Anabaena azollae
                                          OST (organic soil treatment) Azotobacter, Rhizobium, Agrobacterium, Azospirillum,
pok ini dapat berupa bakteri              (pupuk hayati rajawali)      bakteri pelarut fosfat, protein, dan humus aktif
(Bacillus, Pseudomonas), jamur            Biota                        Bacillus spp., Lactobacillus spp, Micrococcus sp.
2001                          R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia                                   59

dibutuhkan tanaman. Tabel 4                    fasilitator pe-nyerapan hara, jamur      berlendir sehingga menyebabkan
menyajikan perki-raan nitrogen                 mikoriza juga berpotensi sebagai         partikel-partikel tanah melekat satu
yang ditambat oleh berbagai sistem             pengendali ha-yati. Pada umumnya         sama lain (Tisdall dan Oades, 1979).
fiksasi N2. Kisaran jumlah nitrogen            tanaman ber-mikoriza mengalami           Dengan demikian, stabilitas tanah
yang ditambat oleh berbagai sistem             kerusakan          le-bih     sedikit    meningkat.
fiksasi N2 sangat besar, mungkin               dibandingkan dengan tanaman
karena adanya va-riasi pada                    tidak bermikoriza dan serangan                 APLIKASI TERPADU
kondisi tanah, iklim, sis-tem                  penyakit         berkurang      atau     PUPUK HAYATI DAN PUPUK KIMIA
pengelolaan, makrosimbion dan                  perkembangan patogen dihambat
mikrosimbionnya.                               (Dehne, 1982). Menurut Linderman              Dewasa ini orang sering berbi-
                                               (1996) pengendalian hayati berba-        cara tentang pupuk alternatif sete-
    Informasi tentang penelitian fik-
                                               gai penyakit oleh mikoriza dapat di-     lah harga pupuk kimia makin ma-
sasi N2 di Indonesia sangat terbatas.
                                               pengaruhi oleh satu atau lebih me-       hal. Pupuk alternatif sering diiden-
Hasil penelitian yang dilaporkan
                                               kanisme, yaitu (1) perbaikan gizi ta-    tikkan dengan pupuk hayati dan
oleh Sisworo et al. (1990) menun-
                                               naman, (2) kompetisi untuk               pu-puk organik. Penggunaan kata
jukkan bahwa jumlah nitrogen
                                               fotosin-tat dan tempat infeksi pada      “alternatif” sebenarnya tidak tepat
yang difiksasi pada tanaman
                                               tanam-an inang, (3) perbaikan            karena dapat memberikan penger-
kedelai 33% dari N total tanaman
                                               morfologi dan jaringan tanaman,          tian yang keliru. Kata ini berarti me-
yang      setara     dengan     26-33
                                               (4) perubah-an susunan kimia             milih salah satu dari dua atau lebih
kg/N/h/musim, se-dangkan pada
                                               jaringan tanam-an, (5) reduksi stres     pilihan. Dengan penafsiran seperti
cowpea 12-33% yang setara dengan
                                               abiotik,     dan     (6)  perubahan      itu tidak heran kalau akhir-akhir ini
12-22       kg/N/ha/musim.      Pada
                                               mikrobial pada mikori-zosfir.            kita sering mendengar pernyataan
penelitian lain dilaporkan jumlah
                                                    Beberapa hasil penelitian me-       seakan-akan pupuk hayati dapat
nitrogen yang difiksasi pada kedelai
                                               nunjukkan bahwa mikoriza dapat           menggantikan         pupuk      kimia,
42 HST yang dinyatakan se-bagai
                                               meningkatkan toleransi tanaman           sehing-ga      tidak     perlu     lagi
persentase N-ureida pada N total
                                               terhadap kekeringan. Perbaikan to-       menggunakan pupuk kimia kalau
yang terkandung pada cairan sel
berjumlah 50,2% (Simanungka-lit,               leransi tanaman bermikoriza terha-       memang terlalu mahal untuk
1995). Estimasi nitrogen yang di-              dap stres air dapat disebabkan oleh      dibeli, cukup membeli pupuk
tambat oleh berbagai sistem fiksasi            peningkatan konduktivitas hidrau-        hayati yang dianggap murah.
N2 disajikan pada Tabel 4.                     lik, laju transpirasi yang lebih kecil   Berdasarkan         berbagai      hasil
                                               per satuan luas, adanya ekstraksi        peneliti-an     yang     ada,    suatu
    Berdasarkan hasil penelitian                                                        pendekatan        ter-padu     dengan
yang ada sampai sekarang, jamur                air dari tanah ke potensi yang lebih
                                               rendah, pemulihan tanaman yang           menggunakan kom-binasi pupuk
mikoriza berpotensi memfasilitasi                                                       hayati dan pupuk kimia merupakan
penyediaan berbagai unsur hara                 lebih cepat dari stres air, dan ada-
                                               nya nutrisi P tanaman yang lebih         pendekatan yang terbaik.
ba-gi    tanaman       terutama    P.
Perbaikan       pertumbuhan      dan           baik.                                         Hasil   percobaan     inokulasi
kenaikan hasil berbagai tanaman                    Jamur mikoriza berpengaruh           kede-lai dengan pupuk hayati
berkaitan de-ngan perbaikan nutrisi            terhadap agregasi tanah melalui          Bradyrhi-zobium japonicum pada
P tanaman. Di samping sebagai                  miselia jamur yang dilapisi oleh zat     tanah Pod-solik Merah Kuning di
                                                                                        Tamanbogo (Lampung Tengah)
        Tabel 4. Estimasi nitrogen yang ditambat oleh berbagai sistem fiksasi N2
                                                                                        menunjukkan bahwa tanpa pupuk
                                                                                        N (urea) ting-kat hasil kedelai lebih
                                                                               -1
        Sistem fiksasi N2                            N2 yang difiksasi (kg N ha )       rendah di-bandingkan dengan yang
        Hidup bebas/asosiatif                                                           diberi N (Tabel 5), tapi tingkat
                                                                         -1
           Padi-alga biru-hijau                             10-80 musim
                                                                        -1
                                                                                        efisiensinya       lebih       tinggi
           Asosiasi padi-bakteri                           10-30 musim
           Asosiasi tebu-bakteri                           20-160 musim
                                                                         -1             (Simanungkalit et al., 1996).
        Simbiotik                                                                       Besarnya kenaikan hasil yang
           Padi-Azolla                                     20-100 musim
                                                                          -1
                                                                                        diperoleh dengan inokulasi tanpa
           Legum-rhizobia
                                                                          -1
                                                                                        pupuk N rata-rata 20%. Sebaliknya
             Leucaena leucocephala                        100-300 musim
             Glycine max                                   0-237 musim
                                                                        -1              bila    diinokulasikan    di-tambah
             Trifolium repens                             13-280 musim
                                                                         -1
                                                                                        dengan 25 kg N tingkat ha-sil lebih
                                                                          -1
             Sesbania rostrata                            320-360 musim
                                                                       -1
                                                                                        tinggi tetapi persentase ke-naikan
           Non-legum (Casuarina sp.)-Frankia               40-60 tahun
                                                                                        hasil karena inokulasi men-jadi
        Sumber: Bohlool et al. (1992)
60                                                           BULETIN AGROBIO                                                               VOL 4, NO. 2

lebih rendah (7%). Dalam rang-ka                  mikori-za arbuskular (MA) tingkat        ngandung mikroorganisme pelarut
kepentingan     produksi      pangan              hasil op-timal diperoleh pada            fosfat dan Azospirillum di Seputih
nasional tingkat hasil yang lebih                 kombinasi pu-puk hayati dan 45           Banyak (Lampung) menunjukkan
tinggi diutamakan. Ini berarti pem-               ppm P2O5 (Sima-nungkalit, 1993).         bahwa pemberian pupuk P tanpa
berian pupuk kimia masih diperlu-                 Tanpa pemberian pupuk P (hanya           Bio-fosfat   meningkatkan      hasil
kan di samping inokulan sampai                    pupuk hayati saja) tingkat hasil         kede-lai dan mencapai maksimum
batas di mana pemberian ini tidak                 rendah, tetapi efisiensi-nya paling      pada pemberian 125 kg SP-36 ha-1,
menekan perkembangan mikro-                       tinggi. Penurunan hasil pada             se-dangkan          bila     pupuk
organisme        pupuk          hayati            kedelai yang diberi pupuk hayati         dikombinasi-kan dengan Bio-fosfat
bradyrhizo-bia, yaitu sebanyak 25                 dan pupuk P lebih awal di-               hasil maksi-mal dicapai pada
kg N/ha. Pada dosis yang lebih                    bandingkan dengan hanya diberi           pemberian 53 kg SP-36 ha-1
tinggi (50 kg N/ha) peranan pupuk                 pupuk P tanpa pupuk hayati (Gam-         (Saraswati et al., 1999). Seperti
hayati       menu-run          seperti            bar 1). Kurva ini mengikuti hukum        pada inokulasi dengan ja-mur MA,
diindikasikan oleh penu-runan                     kenaikan hasil yang menurun me-          kurva respon terhadap Bio-fosfat
bobot kering bintil (Tabel 6).                    nurut Mitscherlih.                       juga mengikuti hukum kenaikan
   Pada     inokulasi   tanaman                      Pada percobaan inokulasi de-          hasil dari Mitscherlih (Gambar 2).
kedelai dengan pupuk hayati jamur                 ngan inokulan Bio-fosfat yang me-        Penurunan hasil kede-lai terjadi
                                                                                           lebih    awal    pada    perlaku-an
            Tabel 5.     Pengaruh taraf pemberian N terhadap hasil biji kede-
                                                                                           kombinasi pupuk hayati dan pu-
                         lai yang diinokulasi dengan tiga strain Bradyrhizobium            puk P saja dibandingkan dengan
                         japonicum                                                         hanya pupuk P saja tanpa pupuk
             Inokulasi                 Taraf N (kg/ha)       Hasil biji (kg/ha)
                                                                                           hayati (Bio-fosfat). Kecenderungan
                                                                         f
                                                                                           yang sama ditunjukkan pula pada
             Tanpa inokulasi                  0                   1287
                                                                       cd                  percobaan inokulasi kacang hijau
                                             25                   1664
                                                                       a
                                             50                   2134
                                                                       e
             FCB 152                          0                   1542                                            20                Kontrol
                                                                       bc
                                             25                   1752                                            18                Inkubasi
                                                                       a
                                             50                   2191                                            16           Y =8,718 + 0,04978X -
             FCB 26                           0                   1513
                                                                       e                     Hasil biji (g/pot)
                                                                       b
                                                                                                                  14               0,0881212X2
                                             25                   1788                                            12
                                                                       a
                                             50                   2110                                            10
                                                                       de
             CB 1809                          0                   1572                                             8
                                                                       b
                                             25                   1796                                             6
                                                                       d
                                             50                   1582                                             4          Y = 7,596 + 0,01614X -
            Angka-angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak                                        2              0,08801667X2
            berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan                                          0
            Sumber: Simanungkalit et al. (1996)                                                                        0      25,5    45    67,5       90
                                                                                                                           Dosis pupuk P (ppm P 2O5)
            Tabel 6.     Pengaruh taraf pemberian N dan strain Bradyrhizo-
                         bium japonicum terhadap bobot kering bintil kedelai               Gambar 1. Hubungan antara pupuk P dan
                         yang tumbuh di pot                                                          hasil kedelai tanpa dan dengan
                                                                                                     inokulasi jamur MA
                                                         Bobot kering bintil               Sumber: Simanungkalit (1993)
             Perlakuan
                                                          (mg/tanaman)
             Strain Bradyrhizobium japonicum                                                                      1600
                                                                    ab
                 CB 1809                                        160
                                                                                             Hasil biji (kg/ha)




                 USDA 110                                       150
                                                                    b                                             1200
                                                                    a
                 FCB 26                                         170
             Nitrogen (kg/ha)                                                                                     800
                                                                    a
                       0                                        170                                                                  Tanpa Bio-fosfat
                     25                                         164
                                                                    a                                             400
                     50                                         159
                                                                    a                                                                Dengan Bio-fosfat
                   100                                          141
                                                                    b                                                  0
             Varietas                                                                                                      0            50           100
                                                                    a
                 Wilis                                          170                                                         Dosis pupuk P (kg SP-36/ha)
                                                                    b
                 Sekayu                                         146
                                                                                           Gambar 2. Kurva respon hasil kedelai ter-
            Angka-angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda pada             hadap inokulasi Bio-fosfat
            taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan
                                                                                           Sumber: Saraswati et al. (1999)
            Sumber: Simanungkalit et al. (1996)
2001                          R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia                                  61

dengan pupuk hayati jamur MA                   University and The University of        Schilling, G. 1988. Hellriegel and
(Djasmara dan Simanungkalit,                   Adelaide. p. 163-174.                      Wilfarth and their discovery of
                                                                                          nitrogen fixation at Bernburg. In
1999).                                      FADINAP. 1999. Supply, marketing,             Bothe, de Bruijn, and Newton (Eds.).
                                              distribution, and use of fertilizer in      Nitrogen Fixation: Hundred Year
                                              Indonesia.      ESCAP/FAO/UNIDO,
            KESIMPULAN                                                                    After. Gustav Fischer, Stuttgart.
                                              Bangkok.
    Dari hasil penelitian yang telah        Jutono. 1982. The application of
dikemukakan dapat ditarik kesim-               Rhizobium-inoculant on soybean in
pulan bahwa aplikasi pupuk hayati              Indonesia. Ilmu Pert. (Agric. Sci.)
dan pupuk kimia terpadu mampu                  3:215-222.
meningkatkan                efisiensi       Linderman, R.G. 1996. Role of VAM
penggunaan pupuk P dengan                      fungi in biocontrol. In Pfleger, F.L.
mengurangi         dosis     pupuk.            and     R.G.    Linderman     (Eds.).
Berkurangnya dosis ini akan                    Mycorrhizae and Plant Health. APS
membantu upaya menekan risiko                  Press, St. Paul. p. 1-25.
pencemaran       lingkungan      dan        Macdonald, R.M. 1989. An overview of
menghemat sum-ber daya.                       crop inoculation. In Campbell, R.
                                              and    R.M.     Macdonald     (Eds.).
                                              Microbial Inoculation of Crop Plants,
         DAFTAR PUSTAKA                       IRL Press, Oxford. p. 1-9.
Akkermans, A.D.L. 1978. Root nodule         Morton, J.B. and J.L. Benny. 1990.
   symbiosis in non-leguminous N2-            Revised classification of arbuscular
   fixing plants. In Dommergues, Y.R.         mycorrhizal fungi (Zygomycetes): A
   and S.V. Kruva (Eds.). Interactions        new order, Glomales, two new
   between Non-pathogenic Soil Micro-         suborders, Glomineae and Gigas-
   organisms and Plants. Elsevier             porineae, and two new families,
   Scientific   Publishing  Company,          Acaulosporaceae and Gigaspora-
   Amsterdam. p. 335-372.                     ceae, with emendation of Gloma-
Bohlool, B.B., J.K. Ladha, D.P.               ceae. Mycotaxon 37:471-491.
  Garrity, and T. George. 1992.             Mosse, B. 1957. Growth and chemical
  Biological nitrogen fixation for sus-       composition of mycorrhizal and non-
  tainable agriculture: A perspective.        mycorrhizal apples. Nature (London)
  Plant Soil 141:1-11.                        179:922-924.
Brundrett, M.N., Bougher, B. Dell, T.       National Academy of Sciences. 1979.
   Grove, and N. Malayczuk. 1996.              Microbial   processes:  Promising
   Working with mycorrhizas in forestry        technologies     for   developing
   and agriculture. ACIAR Monograph            countries. National Academy of
   32. Australian Centre for Internatio-       Sciences, Washington DC.
   nal Agricultural Research, Canberra.
                                            Roughley, R.J. 1988. Commercial
Dehne, H.W. 1982. Interaction between         applications of biological dinitrogen
  vesicular-arbuscular     mycorrhizal        fixation. In Shamsuddin, Z.H.,
  fungi and plant pathogens. Phytopa-         W.M.H. Othman, M. Marziah, and J.
  thology 72:1115-1119.                       Sundram (Eds.). Biotechnology of
Djasmara, S. and R.D.M. Simanung-             Nitrogen Fixation in the Tropics.
   kalit. 1999. Effects of arbuscular         Universiti   Pertanian     Malaysia,
   micorrhizal fungal and phosphate-          Serdang, Malaysia. p. 147-154.
   solubilizing bacterial inoculation on    Saraswati, R., N. Sunarlim, S. Hutami,
   growth and yield of mungbean                R.D. Hastuti, R.D.M. Simanung-
   (Vigna radiata L.) Wilczek in               kalit, D.H. Goenadi, S. Indarto,
   inceptisols. In Smith, F.A., K. Kra-        dan     D.S.   Damardjati.    1999.
   madibrata, R.D.M. Simanungkalit, N.         Pengembangan Bio-fosfat untuk
   Sukarno, and S.T. Nuhamara (Eds.).          meningkatkan efisiensi pemupukan
   Proc. International Confe-rence on          P di lahan masam Al. Laporan Akhir
   Mycorrhizas in Sustainable Tropical         Hasil ARMP II-Kemitraan, Balai
   Agriculture and Forest Ecosystems.          Penelitian Bioteknologi Tanaman
   Research Develop-ment Center for            Pangan, Bogor.
   Biology,       Bogor      Agricultural
62                                          BULETIN AGROBIO   VOL 4, NO. 2

Simanungkalit, R.D.M. 1993. Efficien-
   cy of vesicular mycorrhizal (VAM)
   fungi-soybean symbiosis at various
   levels of P fertilizer. In Soerianega-
   ra, I. and Supriyanto (Eds.). Proc.
   Second Asian Conference on Myco-
   rrhizae. BIOTROP Spec. Publ.
   42:167-178.
Simanungkalit, R.D.M. 1995. Soybean
   response on nodulation to starter
   nitrogen and inoculation with Brady-
   rhizobium japonicum. Indonesian J.
   Crop. Sci.10:25-32.
Simanungkalit,        R.D.M.,      R.J.
   Roughley, R.D. Hastuti, E. Pratiwi,
   and A. Indrasumunar. 1996.
   Inoculation of soybean with selected
   strains of Bradyrhizobium japonicum
   can increase yield on acid soils in
   Indonesia. Soil Biol. Biochem.
   28:257-259.
Simanungkalit, R.D.M. and R. Saras-
   wati. 1999. Application of biotech-
   nology on biofertilizer production in
   Indonesia. In Manuwoto, S., S.
   Suharsono, and K. Syamsu (Eds.).
   Proc. Seminar on Biotechnology:
   Sustainable Agriculture, and Alter-
   native Solution for Food Crisis. PAU-
   Bioteknologi IPB, Bogor. p. 45-57.
Sisworo, W.H., M.M. Mitrosuhardjo,
   H. Rasyid, and R.J.K. Myers. 1990.
   The relative roles of N fixation,
   fertilizer, crop residues and soil in
   supplying N in multiple cropping
   systems in a humid, tropical upland
   cropping system. Plant Soil 121:73-
   82.
Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizers in
  agriculture.   Oxford   dan      IBH
  Publishing Co., New Delhi.
Tisdall, J.M. and J.M. Oades. 1979.
   Stabilization of soil aggregates by
   the root systems of ryegrass. Aust.
   J. Soil Res. 17:429-441.

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Minggu 1 Ii
Minggu 1 IiMinggu 1 Ii
Minggu 1 Iisudiono
 
Materi perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 editMateri perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 editAndrew Hutabarat
 
Ss. penglolaan agroekosistem2
Ss. penglolaan agroekosistem2Ss. penglolaan agroekosistem2
Ss. penglolaan agroekosistem2maemunahmuchtar
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduIeke Ayu
 
Perlindungan tanaman kuliah umum
Perlindungan tanaman kuliah umumPerlindungan tanaman kuliah umum
Perlindungan tanaman kuliah umumAndrew Hutabarat
 
Strategi pengembangan sektor hortikultura
Strategi pengembangan sektor hortikulturaStrategi pengembangan sektor hortikultura
Strategi pengembangan sektor hortikulturaKusuma Darma
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organikdita wahyu
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperkuEka Kurniati
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Nestri Yuniardi
 
Perta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nyaPerta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nyaharisnibras
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduPurwandaru Widyasunu
 
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanModul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanmuditateach
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian OrganikDeni Wahyu
 
revolusi hijau indonesia
revolusi hijau indonesiarevolusi hijau indonesia
revolusi hijau indonesiayashintaptr
 

Was ist angesagt? (20)

Minggu 1 Ii
Minggu 1 IiMinggu 1 Ii
Minggu 1 Ii
 
Materi perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 editMateri perkuliahan dpt2015 edit
Materi perkuliahan dpt2015 edit
 
Pertanian organik
Pertanian organikPertanian organik
Pertanian organik
 
Ss. penglolaan agroekosistem2
Ss. penglolaan agroekosistem2Ss. penglolaan agroekosistem2
Ss. penglolaan agroekosistem2
 
Sistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpaduSistem pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu
 
Perlindungan tanaman kuliah umum
Perlindungan tanaman kuliah umumPerlindungan tanaman kuliah umum
Perlindungan tanaman kuliah umum
 
Revolusi Hijau
Revolusi HijauRevolusi Hijau
Revolusi Hijau
 
Liesa
LiesaLiesa
Liesa
 
Strategi pengembangan sektor hortikultura
Strategi pengembangan sektor hortikulturaStrategi pengembangan sektor hortikultura
Strategi pengembangan sektor hortikultura
 
Revolusi Hijau
Revolusi Hijau Revolusi Hijau
Revolusi Hijau
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
 
Usaha tani kelompok
Usaha tani kelompokUsaha tani kelompok
Usaha tani kelompok
 
Bismillah p aperku
Bismillah p aperkuBismillah p aperku
Bismillah p aperku
 
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)Pertanian Organik (Organic Agriculture)
Pertanian Organik (Organic Agriculture)
 
Perta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nyaPerta organik sisi undang2nya
Perta organik sisi undang2nya
 
Proposal jagung
Proposal jagungProposal jagung
Proposal jagung
 
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian TerpaduBahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
Bahan Kuliah Pertanian Terpadu Bab 3 Prinsip Dasar Pertanian Terpadu
 
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintanModul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
Modul1 kb1, permasalahan artipenting_perlintan
 
Pertanian Organik
Pertanian OrganikPertanian Organik
Pertanian Organik
 
revolusi hijau indonesia
revolusi hijau indonesiarevolusi hijau indonesia
revolusi hijau indonesia
 

Ähnlich wie Peningkatan Produksi Pangan

2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf
2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf
2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdfMasiverDor
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikBBPP_Batu
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahSarjan Alatas
 
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptx
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptxCopy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptx
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptxArmanS12
 
(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fix(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fixWahyu Arema
 
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptx
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptxPembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptx
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptxilmarianse1
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...BBPP_Batu
 
Tehnologi bioorganik di pertanian
Tehnologi bioorganik di pertanianTehnologi bioorganik di pertanian
Tehnologi bioorganik di pertanianRom Doni
 
Revolusi hijau pertanian
Revolusi hijau pertanianRevolusi hijau pertanian
Revolusi hijau pertanianSapar AmaEnbo
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjieArta Adjie
 
Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauYuca Siahaan
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2f' yagami
 
Dampak revolusi hijau pada masa orde baru
Dampak revolusi hijau pada masa orde baruDampak revolusi hijau pada masa orde baru
Dampak revolusi hijau pada masa orde baruKusmiati
 
Leisa di lahan basah
Leisa di lahan basahLeisa di lahan basah
Leisa di lahan basahAli Hutzi
 
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptx
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptxIV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptx
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptxOktiHerliana2
 
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdfAdonia4
 

Ähnlich wie Peningkatan Produksi Pangan (20)

2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf
2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf
2013-1-54211-613409084-bab1-31072013054800.pdf
 
Pentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk OrganikPentingnya Pupuk Organik
Pentingnya Pupuk Organik
 
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan TanahKesuburan dan Kesehatan Tanah
Kesuburan dan Kesehatan Tanah
 
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptx
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptxCopy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptx
Copy-of-PERTANIAN-ORGANIK.pptx
 
BITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdfBITRANET edisi 48.pdf
BITRANET edisi 48.pdf
 
BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48BITRANET edisi 48
BITRANET edisi 48
 
(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fix(Paper 1 )industri pupuk fix
(Paper 1 )industri pupuk fix
 
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptx
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptxPembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptx
Pembangunan Pertanian Berkelanjutan 5.pptx
 
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...Aplikasi  urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
Aplikasi urine sapi dengan inokulan bakteri dan urea terhadap tanaman padi (...
 
Tehnologi bioorganik di pertanian
Tehnologi bioorganik di pertanianTehnologi bioorganik di pertanian
Tehnologi bioorganik di pertanian
 
Revolusi hijau pertanian
Revolusi hijau pertanianRevolusi hijau pertanian
Revolusi hijau pertanian
 
Proposal PL adjie
Proposal PL adjieProposal PL adjie
Proposal PL adjie
 
Fenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijauFenomena revolusi hijau
Fenomena revolusi hijau
 
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2Bab i pendahuluan   bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
Bab i pendahuluan bab iii Laporan tetap Fisiologi Tumbuhan 2
 
Dampak revolusi hijau pada masa orde baru
Dampak revolusi hijau pada masa orde baruDampak revolusi hijau pada masa orde baru
Dampak revolusi hijau pada masa orde baru
 
Leisa di lahan basah
Leisa di lahan basahLeisa di lahan basah
Leisa di lahan basah
 
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptx
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptxIV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptx
IV. KOMPONEN PERTANIAN ORGANIK NEW.pptx
 
REVOLUSI HIJAU KEDUA
REVOLUSI HIJAU KEDUAREVOLUSI HIJAU KEDUA
REVOLUSI HIJAU KEDUA
 
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf
3048-Article Text-9245-1-10-20191201.pdf
 
Pertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutanPertanian berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan
 

Kürzlich hochgeladen

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdfsdn3jatiblora
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxRizkyPratiwi19
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7IwanSumantri7
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfwalidumar
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfChananMfd
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxdeskaputriani1
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..ikayogakinasih12
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxPurmiasih
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfirwanabidin08
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfDimanWr1
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxsukmakarim1998
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptArkhaRega1
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaafarmasipejatentimur
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxSaefAhmad
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CAbdiera
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSdheaprs
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidupfamela161
 

Kürzlich hochgeladen (20)

2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar  mata pelajaranPPKn 2024.pdf
2 KISI-KISI Ujian Sekolah Dasar mata pelajaranPPKn 2024.pdf
 
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptxPERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
PERAN PERAWAT DALAM PEMERIKSAAN PENUNJANG.pptx
 
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
CAPACITY BUILDING Materi Saat di Lokakarya 7
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdfaksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
aksi nyata - aksi nyata refleksi diri dalam menyikapi murid.pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
AKSI NYATA NARKOBA ATAU OBAT TERLARANG..
 
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docxLK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
LK.01._LK_Peta_Pikir modul 1.3_Kel1_NURYANTI_101.docx
 
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdfREFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
REFLEKSI MANDIRI_Prakarsa Perubahan BAGJA Modul 1.3.pdf
 
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdfAksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
Aksi nyata disiplin positif Hj. Hasnani (1).pdf
 
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptxPEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
PEMANASAN GLOBAL - MATERI KELAS X MA.pptx
 
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 pptppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
ppt-modul-6-pend-seni-di sd kelompok 2 ppt
 
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
HiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaHiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Hiperlipidemiaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
 
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptxPPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
PPT PENELITIAN TINDAKAN KELAS MODUL 5.pptx
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase CModul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
Modul Ajar Pendidikan Pancasila Kelas 5 Fase C
 
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNSLatsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
Latsol TWK Nasionalisme untuk masuk CPNS
 
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk HidupUT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
UT PGSD PDGK4103 MODUL 2 STRUKTUR TUBUH Pada Makhluk Hidup
 

Peningkatan Produksi Pangan

  • 1. Buletin AgroBio 4(2):56-61 perhatian terhadap aplikasi pupuk Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk hayati di Indonesia akhir-akhir ini, yaitu krisis ekonomi yang terjadi Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu pada tahun 1997, pencabutan sub- sidi pupuk oleh pemerintah pada R.D.M. Simanungkalit tahun 1998, dan tumbuhnya kesa- Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor daran terhadap potensi pencemar- an lingkungan melalui penggunaan ABSTRACT pupuk kimia yang berlebihan dan Application of Biofertilizer and Chemical Fertilizer: An Integrated Approach. R.D.M. tidak efisien. Selama lebih dari 25 Simanungkalit. Biofertilizers are living microorganisms applied to soils in the form of inoculant tahun Pemerintah memberikan to facilitate or provide a particular mineral nutrient required by crops through a mutual symbiotic or non-symbiotic relationship. A legume inoculant containing root-nodule bacteria was the first subsidi pupuk, sehingga petani biofertilizer in the world and has been commercialized since more than 100 years ago. Despite sanggup memenuhi kebutuhan pu- this long history the global use of biofertilizers remain insignificant. The energy crisis in the puknya dengan biaya yang relatif 1970’s and the environmental problems caused by the application of chemical fertilizers have aroused the public interest in applying biofertilizers. The success of food crop production lebih rendah. Terjadinya krisis eko- intensifying program in Indonesia has been attributed among others to the increased use of nomi dan pencabutan subsidi pu- chemical fertilizer from time to time. High-yielding varieties which are mostly grown by farmers puk menyebabkan naiknya harga require high dosage fertilizer to achieve their potential yields. The removal of chemical fertilizers subsidies by the government has affected the efforts to maintain and increase the current pupuk, sehingga petani terpaksa production levels. If they want to maintain their production they must allocate more money, but if mengurangi penggunaan pupuk they reduce the amount of chemical fertilizers they usually apply or do not apply at all, yield can un-tuk tanamannya yang drop, meaning that their income will decrease and the national production target will not be achieved. The increased interest in use of biofertilizer as complement fertilizers particularly after selanjutnya berdampak terhadap the removal fertilizer subsidies has increased tremendously as shown by the flooding of various tingkat kon-sumsi pupuk nasional kinds of the so-called biofertilizers in the market. However, not all these biofertilizers can be yang menu-run, pada tahun 1997 categorized as biofertilizers. The over-expectation on biofertilizer by considering it as a panacea which can solve all crop nutritional problems and replace chemical fertilizers can really inflict dari 5,781 juta ton menjadi 4,688 financial losses on farmers. The current research results show that biofertilizers can increase juta ton dan se-lanjutnya pada the efficiency of fertilizer use. The use of biofertilizer alone can give the highest efficiency but tahun 1998 menjadi 3,664 juta ton the low yield levels. To obtain higher yield levels the application of integrated fertilizer management principles is the best by combining the application biofertilizer and chemical (Tabel 1). Penurunan konsumsi fertilizer in a way that the amount of applied chemical fertilizer does not suppress the growth pupuk ini di samping ter-jadinya El and development of microorganisms in the biofertilizer. The responsive curves of either Nino pada tahun 1997 dan 1998 biofertilizer alone, or chemical fertilizer alone, or chemical fertilizer in combination with telah menyebabkan ter-jadinya biofertilizer all follow the Mitscherlich’s law on diminishing returns due to increased fertilizer dosages. penurunan produksi ber-bagai tanaman pangan, sehingga Key words: Chemical fertilizer, biofertilizer, integrated fertilizer management memaksa Pemerintah mengimpor beras sampai 5.000.000 t jagung K eberhasilan peningkatan pro- duksi berbagai tanaman pa- ngan di Indonesia tidak terlepas da- meningkat dari tahun ke ta-hun seperti disajikan pada Tabel 1. Peningkatan ini terutama sekali ter- dan kedelai masing-masing lebih dari 500.000 t (FADINAP, 1999). ri penggunaan pupuk kimia (buat- jadi pada periode 1975-1980 de- an). Varietas unggul yang ngan laju pertumbuhan rata-rata SEJARAH PERKEMBANGAN dihasilkan oleh para pemulia 15,6% per tahun. Selanjutnya pada PUPUK HAYATI dalam revolusi hijau merupakan periode 1980-1985, 1985-1990, dan Bakteri penambat nitrogen rhi- jenis tanaman yang membutuhkan 1990-1996 laju pertumbuhan ini zobia merupakan pupuk hayati per- masukan pu-puk yang tinggi, di me-nurun masing-masing menjadi tama di dunia yang dikenal dan te- samping masuk-an lain seperti 10,2; 3,9; dan 1,5% per tahun. lah dimanfaatkan lebih dari 100 ta- pengairan dan pes-tisida, agar Pupuk hayati merupakan mik- hun sejak pertama kali digunakan dapat mencapai potensi hasil yang roorganisme hidup yang diberikan untuk menginokulasi benih optimal dari tanaman tersebut. ke dalam tanah sebagai inokulan kacang-kacangan. Hermann Riegel Akibat dari penggunaan untuk membantu tanaman memfa- dan Hermann Wilfarth, dua orang varietas unggul disertai dengan silitasi atau menyediakan unsur ha- pene-liti Jerman yang pertama kali makin inten-sifnya pengelolaan ra tertentu bagi tanaman. Oleh ka- men-demonstrasikan adanya tanaman dan perluasan areal rena itu, pupuk hayati sering juga proses pe-nambatan nitrogen tanaman, konsumsi pupuk disebut sebagai pupuk mikrobe. secara simbio-sis pada tanaman Setidak-tidaknya ada tiga faktor kacang-kacangan yang termasuk yang mendorong meningkatnya Papilionaceae me-lalui publikasi Hak Cipta  2001, Balitbio
  • 2. 2001 R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia 57 Tabel 1. Jumlah dan pertumbuhan konsumsi pupuk di Indonesia tahun akar telah digunakan untuk meng- 1975-1998 inokulasi kedelai dalam skala besar Tahun Urea TSP/SP-36 AS KCl Total pada tahun 1981 di daerah-daerah x1000 t transmigrasi (Jutono, 1982). Pada- 1975 676 235 94 34 1035 hal pembuatan inokulan skala 1980 1776 494 330 123 2723 labo-ratorium telah dimulai pada 1985 2607 1048 475 290 4420 tahun 1938 di Plantkundige Institut 1989 2911 1217 596 460 5184 1990 2983 1261 605 510 5359 dan Laboratorium Treub di Bogor. 1991 3097 1256 606 444 5403 Jamur mikoriza adalah seke- 1992 3410 1290 608 482 5790 1993 3095 1173 639 366 5273 lompok jamur tanah yang diketahui 1994 3288 1125 615 302 5330 dapat berfungsi sebagai pupuk ha- 1995 3710 1070 653 404 5837 yati. Sekalipun keberadaan jamur 1996 3918 900 588 375 5781 1997 3324 663 351 350 4688 mikoriza sudah diketahui lebih dari 1998* 2871 361 158 274 3664 100 tahun yang lalu, namun peng- Laju pertumbuhan per tahun (%) gunaannya sebagai pupuk hayati 1975/1980 14,5 16,1 17,6 23,9 15,6 mungkin baru mulai sejak Mosse 1980/1985 8,0 16,2 7,6 18,7 10,2 (1957) mengetahui peran jamur 1985/1990 2,7 3,8 4,7 12,0 3,9 1990/1996 5,6 0,9 0,1 0,9 1,5 mikoriza dalam penyerapan fosfor oleh tanaman. * Periode Januari-September Sumber: FADINAP (1999) MIKROORGANISME SEBAGAI pada tahun 1888 (Schilling, 1988). tanaman tetapi pada bintil ini juga PUPUK HAYATI Mereka mengada-kan percobaan terjadi hubungan kausal antara ke- Tabel 2 menunjukkan berbagai pada oat, buck-wheat, rape, pea, beradaan bakteri dan penambatan kelompok pupuk hayati baik yang serradella, dan lupin dengan nitrogen. Pada tanggal 20 Septem- bersifat simbiotik maupun yang menggunakan pasir murni yang ber 1886, Hellriegel memberikan nonsimbiotik serta mikroorganisme sama sekali tidak me-ngandung presentasi tentang hasil penelitian yang tergolong ke dalam tiap ke- nitrogen sebagai me-dium tumbuh. mereka pada pertemuan ke-59 lompok tersebut. Kemudian medium tadi ditambah ilmuwan pengetahuan alam dan unsur lain yang perlu. Semua dokter Jerman di Berlin. Rhizobia merupakan kelompok tanaman tumbuh sampai nitrogen penambat nitrogen yang bersimbio- Pada tahun 1930-an dan 1940- sis dengan tanaman kacang-ka- yang ada di biji habis. Kemudian ke an berjuta-juta hektar lahan yang setiap pot ditambah-kan sedikit cangan. Penggunaan teknik mole- di-tanami berbagai tanaman di Uni kuler pada penelitian taksonomi ekstrak tanah permuka-an yang Soviet diberi inokulan Azotobacter keruh, yang mengandung 0,3-0,7 rhizobia telah menyebabkan ber- (Macdonald, 1989). Inokulan difor- tambahnya jumlah genus, dari dua mg nitrogen. Penambahan ekstrak mulasikan dengan berbagai cara tanah tidak berpengaruh terhadap (Rhizobium dan Bradyrhizobium) dan disebut sebagai pupuk bakteri menjadi enam genus, yaitu Rhizo- oat, buckwheat maupun rape, Azobakterin. Pupuk bakteri lain tetapi tanaman tetap pada kondisi bium, Bradyrhizobium, Azorhizo- yang disebut sebagai fosfobakterin bium, Sinorhizobium, Mesorhizo- “kelaparan nitrogen”. Seba-liknya, mengandung Bacillus megatherium ketiga kacang-kacangan (pea, bium, dan satu genus baru yang dan telah digunakan secara luas di saat ini hanya memiliki satu spe- serradella, dan lupin) pulih dari Eropa Timur. Bakteri ini diduga me- “kelaparan nitrogen”, tiba-tiba sies, Rhizobium galegae. Paku air nyediakan fosfat yang terlarut dari Azolla bersimbiosis dengan Ana- menjadi hijau tua dan selanjutnya pool tanah ke tanaman. Tetapi tumbuh luar biasa baiknya. Mereka baena azollae. Simbiosis ini me- penggunaan kedua pupuk ini ke- nyebabkan Azolla dapat menambat membuat kesimpulan bahwa ta- mudian terhenti. Terjadinya krisis naman kacang-kacangan menggu- nitrogen dari atmosfir, dan selanjut- energi pada tahun 1970-an telah nya dapat digunakan sebagai nakan nitrogen atmosfir sebagai mendorong kembali perhatian pupuk organik. Frankia me- sumber nitrogen. Bintil terbentuk dunia kepada penggunaan pupuk rupakan aktinomiset yang mampu pada tanaman kacang-kacangan hayati. menambat nitrogen melalui setelah terjadi infeksi oleh mikro- organisme tertentu. Bintil ini tidak Di Indonesia, pupuk hayati da- simbio-sis dengan tanaman hanya menjadi cadangan protein lam bentuk inokulan bakteri bintil nonlegum, mi-salnya Alnus dari
  • 3. 58 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 2 famili Betulaceae (Akkermans, (Aspergillus, Penicillium), dan akti- sama atau berbeda seperti 1978). nomiset (Streptomyces). Berbagai ditunjukkan pada inokulan yang Penambat nitrogen nonsimbio- kelompok mikroorganisme pupuk ada pada Tabel 3. Inokulan yang tik merupakan kelompok bakteri hayati disajikan pada Tabel 2. mengandung dua atau lebih hidup bebas dan asosiatif, ada yang Tabel 3 memperlihatkan berba- spesies pupuk hayati dengan fungsi aerob, anaerob, dan anaerob fakul- gai inokulan pupuk hayati yang di- yang berbeda dise-but pupuk tatif tergantung pada pertumbuhan komersialkan di Indonesia. Secara hayati majemuk (Sima-nungkalit dan kemampuan hidup organisme tradisional dikenal dua tipe inoku- dan Saraswati, 1999). Se-bagai tersebut pada kondisi tanpa dan lan rhizobia, yaitu inokulan yang contoh dari pupuk semacam ini dengan oksigen. Mikroorganisme mengandung satu strain (strain adalah Rhizo-plus yang mengan- yang tergolong kelompok ini antara tunggal) dan yang multistrain dung bakteri penambat nitrogen lain Azotobacter, Azospirillum, (strain ganda). Inokulan multistrain (Bradyrhizobium dan Sinorhizo- Clos-tridium, Klebsiella, dan alga mengandung strain-strain dari dua bium) dan bakteri pelarut fosfat biru-hijau. kelompok inokulan seperti strain (Bacillus dan Micrococcus). Jamur mikoriza merupakan ke- dari clover dicampur dengan lompok jamur tanah yang bersim- medic atau suatu campuran strain MANFAAT POTENSIAL biosis dengan berbagai tanaman. yang berasal dari satu kelompok PUPUK HAYATI Kelompok ini dapat dibagi menjadi (Roughley, 1988). Di samping itu, Mikroorganisme pupuk hayati dua kelompok besar, yaitu endomi- di-kenal juga inokulan yang terutama berkaitan dengan unsur koriza dan ektomikoriza. Jamur mi- mengan-dung campuran dua atau hara N dan P yang merupakan dua koriza arbuskular adalah salah satu lebih spesies dengan fungsi yang unsur hara yang banyak subkelompok dari endomikoriza yang jauh lebih luas Tabel 2. Berbagai kelompok mikroorganisme pupuk hayati penyebarannya dibandingkan dengan ektomikoriza. Saat ini, ada Kelompok pupuk hayati Sistem Mikroorganisme enam genus jamur mikoriza Penambat nitrogen a. Simbiosis dengan legum Rhizobium, Bradyrhizobium, Azorhi- arbuskular yang bersimbio-sis simbiotik zobium, Sinorhizobium, Mesorhizo- bium, dan satu genus baru dengan tanaman, yaitu Acaulo- b. Simbiosis dengan Azolla Anabaena azollae spora, Entrophospora, Gigaspora, c. Simbiosis dengan non- Frankia sp. Glomus, Sclerocystis, dan Scutello- legum (a.l. Alnus, Myrica, spora (Morton dan Benny, 1990), dan Casuarina) Penambat nitrogen non- Hidup bebas/asosiatif a.l. Azotobacter, Azospirillum, Clos- de-ngan jumlah spesies lebih dari simbiotik tridium, Klebsiella, alga biru-hijau 100. Kelompok jamur ektomikoriza Jamur mikoriza Simbiosis dengan berbagai Endomikoriza (mikoriza arbuskular: me-miliki jumlah spesies yang jauh tanaman Acaulospora, Entrophospora, Giga- spora, Glomus, Sclerocystis, dan le-bih besar. Di Amerika Utara saja Scutellospora) lebih dari 2100 spesies (National Ektomikoriza Academy of Sciences, 1979). Jamur Mikroorganisme pelarut Hidup bebas Bakteri: a.l. Bacillus dan ektomikoriza dapat bersimbiosis fosfat Pseudomonas Jamur: a.l. Aspergillus dan dengan sekurang-kurangnya 19 Penicillium famili tanaman (Brundrett et al., Aktinomiset: Streptomyces 1996). Mikroorganisme pelarut fosfat Tabel 3. Pupuk hayati komersial di Indonesia dan kandungan mikroorganismenya merupakan kelompok mikroorga- Nama produk pupuk hayati Kandungan mikroorganisme nisme yang dapat mengubah fosfat Legin Rhizobia tidak larut dalam tanah menjadi Rhizo-plus Bradyrhizobium, Sinorhizobium, Bacillus, Mikrococcus bentuk yang dapat larut dengan ja- Emas Azospirillum lipoverum, Azotobacter, Beijerinckia, Aeromonas lan mensekresikan asam organik punctata, Aspergillus niger Ginon 100x Bradyrhizobium japonicum seperti asam format, asetat, pro- Biofer 2000-K Jamur ektomikoriza pionat, laktat, glikolat, fumarat, dan Biofer 2000-N Jamur endomikoriza suksinat (Subba Rao, 1982). Mikro- E-2001 Azotobacter vinelandii, Clostridium pasterianum, Nitrosomonas, organisme yang tergolong kelom- Nitrobacter, Ankia alni, Nostoc muscorum, Anabaena azollae OST (organic soil treatment) Azotobacter, Rhizobium, Agrobacterium, Azospirillum, pok ini dapat berupa bakteri (pupuk hayati rajawali) bakteri pelarut fosfat, protein, dan humus aktif (Bacillus, Pseudomonas), jamur Biota Bacillus spp., Lactobacillus spp, Micrococcus sp.
  • 4. 2001 R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia 59 dibutuhkan tanaman. Tabel 4 fasilitator pe-nyerapan hara, jamur berlendir sehingga menyebabkan menyajikan perki-raan nitrogen mikoriza juga berpotensi sebagai partikel-partikel tanah melekat satu yang ditambat oleh berbagai sistem pengendali ha-yati. Pada umumnya sama lain (Tisdall dan Oades, 1979). fiksasi N2. Kisaran jumlah nitrogen tanaman ber-mikoriza mengalami Dengan demikian, stabilitas tanah yang ditambat oleh berbagai sistem kerusakan le-bih sedikit meningkat. fiksasi N2 sangat besar, mungkin dibandingkan dengan tanaman karena adanya va-riasi pada tidak bermikoriza dan serangan APLIKASI TERPADU kondisi tanah, iklim, sis-tem penyakit berkurang atau PUPUK HAYATI DAN PUPUK KIMIA pengelolaan, makrosimbion dan perkembangan patogen dihambat mikrosimbionnya. (Dehne, 1982). Menurut Linderman Dewasa ini orang sering berbi- (1996) pengendalian hayati berba- cara tentang pupuk alternatif sete- Informasi tentang penelitian fik- gai penyakit oleh mikoriza dapat di- lah harga pupuk kimia makin ma- sasi N2 di Indonesia sangat terbatas. pengaruhi oleh satu atau lebih me- hal. Pupuk alternatif sering diiden- Hasil penelitian yang dilaporkan kanisme, yaitu (1) perbaikan gizi ta- tikkan dengan pupuk hayati dan oleh Sisworo et al. (1990) menun- naman, (2) kompetisi untuk pu-puk organik. Penggunaan kata jukkan bahwa jumlah nitrogen fotosin-tat dan tempat infeksi pada “alternatif” sebenarnya tidak tepat yang difiksasi pada tanaman tanam-an inang, (3) perbaikan karena dapat memberikan penger- kedelai 33% dari N total tanaman morfologi dan jaringan tanaman, tian yang keliru. Kata ini berarti me- yang setara dengan 26-33 (4) perubah-an susunan kimia milih salah satu dari dua atau lebih kg/N/h/musim, se-dangkan pada jaringan tanam-an, (5) reduksi stres pilihan. Dengan penafsiran seperti cowpea 12-33% yang setara dengan abiotik, dan (6) perubahan itu tidak heran kalau akhir-akhir ini 12-22 kg/N/ha/musim. Pada mikrobial pada mikori-zosfir. kita sering mendengar pernyataan penelitian lain dilaporkan jumlah Beberapa hasil penelitian me- seakan-akan pupuk hayati dapat nitrogen yang difiksasi pada kedelai nunjukkan bahwa mikoriza dapat menggantikan pupuk kimia, 42 HST yang dinyatakan se-bagai meningkatkan toleransi tanaman sehing-ga tidak perlu lagi persentase N-ureida pada N total terhadap kekeringan. Perbaikan to- menggunakan pupuk kimia kalau yang terkandung pada cairan sel berjumlah 50,2% (Simanungka-lit, leransi tanaman bermikoriza terha- memang terlalu mahal untuk 1995). Estimasi nitrogen yang di- dap stres air dapat disebabkan oleh dibeli, cukup membeli pupuk tambat oleh berbagai sistem fiksasi peningkatan konduktivitas hidrau- hayati yang dianggap murah. N2 disajikan pada Tabel 4. lik, laju transpirasi yang lebih kecil Berdasarkan berbagai hasil per satuan luas, adanya ekstraksi peneliti-an yang ada, suatu Berdasarkan hasil penelitian pendekatan ter-padu dengan yang ada sampai sekarang, jamur air dari tanah ke potensi yang lebih rendah, pemulihan tanaman yang menggunakan kom-binasi pupuk mikoriza berpotensi memfasilitasi hayati dan pupuk kimia merupakan penyediaan berbagai unsur hara lebih cepat dari stres air, dan ada- nya nutrisi P tanaman yang lebih pendekatan yang terbaik. ba-gi tanaman terutama P. Perbaikan pertumbuhan dan baik. Hasil percobaan inokulasi kenaikan hasil berbagai tanaman Jamur mikoriza berpengaruh kede-lai dengan pupuk hayati berkaitan de-ngan perbaikan nutrisi terhadap agregasi tanah melalui Bradyrhi-zobium japonicum pada P tanaman. Di samping sebagai miselia jamur yang dilapisi oleh zat tanah Pod-solik Merah Kuning di Tamanbogo (Lampung Tengah) Tabel 4. Estimasi nitrogen yang ditambat oleh berbagai sistem fiksasi N2 menunjukkan bahwa tanpa pupuk N (urea) ting-kat hasil kedelai lebih -1 Sistem fiksasi N2 N2 yang difiksasi (kg N ha ) rendah di-bandingkan dengan yang Hidup bebas/asosiatif diberi N (Tabel 5), tapi tingkat -1 Padi-alga biru-hijau 10-80 musim -1 efisiensinya lebih tinggi Asosiasi padi-bakteri 10-30 musim Asosiasi tebu-bakteri 20-160 musim -1 (Simanungkalit et al., 1996). Simbiotik Besarnya kenaikan hasil yang Padi-Azolla 20-100 musim -1 diperoleh dengan inokulasi tanpa Legum-rhizobia -1 pupuk N rata-rata 20%. Sebaliknya Leucaena leucocephala 100-300 musim Glycine max 0-237 musim -1 bila diinokulasikan di-tambah Trifolium repens 13-280 musim -1 dengan 25 kg N tingkat ha-sil lebih -1 Sesbania rostrata 320-360 musim -1 tinggi tetapi persentase ke-naikan Non-legum (Casuarina sp.)-Frankia 40-60 tahun hasil karena inokulasi men-jadi Sumber: Bohlool et al. (1992)
  • 5. 60 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 2 lebih rendah (7%). Dalam rang-ka mikori-za arbuskular (MA) tingkat ngandung mikroorganisme pelarut kepentingan produksi pangan hasil op-timal diperoleh pada fosfat dan Azospirillum di Seputih nasional tingkat hasil yang lebih kombinasi pu-puk hayati dan 45 Banyak (Lampung) menunjukkan tinggi diutamakan. Ini berarti pem- ppm P2O5 (Sima-nungkalit, 1993). bahwa pemberian pupuk P tanpa berian pupuk kimia masih diperlu- Tanpa pemberian pupuk P (hanya Bio-fosfat meningkatkan hasil kan di samping inokulan sampai pupuk hayati saja) tingkat hasil kede-lai dan mencapai maksimum batas di mana pemberian ini tidak rendah, tetapi efisiensi-nya paling pada pemberian 125 kg SP-36 ha-1, menekan perkembangan mikro- tinggi. Penurunan hasil pada se-dangkan bila pupuk organisme pupuk hayati kedelai yang diberi pupuk hayati dikombinasi-kan dengan Bio-fosfat bradyrhizo-bia, yaitu sebanyak 25 dan pupuk P lebih awal di- hasil maksi-mal dicapai pada kg N/ha. Pada dosis yang lebih bandingkan dengan hanya diberi pemberian 53 kg SP-36 ha-1 tinggi (50 kg N/ha) peranan pupuk pupuk P tanpa pupuk hayati (Gam- (Saraswati et al., 1999). Seperti hayati menu-run seperti bar 1). Kurva ini mengikuti hukum pada inokulasi dengan ja-mur MA, diindikasikan oleh penu-runan kenaikan hasil yang menurun me- kurva respon terhadap Bio-fosfat bobot kering bintil (Tabel 6). nurut Mitscherlih. juga mengikuti hukum kenaikan Pada inokulasi tanaman Pada percobaan inokulasi de- hasil dari Mitscherlih (Gambar 2). kedelai dengan pupuk hayati jamur ngan inokulan Bio-fosfat yang me- Penurunan hasil kede-lai terjadi lebih awal pada perlaku-an Tabel 5. Pengaruh taraf pemberian N terhadap hasil biji kede- kombinasi pupuk hayati dan pu- lai yang diinokulasi dengan tiga strain Bradyrhizobium puk P saja dibandingkan dengan japonicum hanya pupuk P saja tanpa pupuk Inokulasi Taraf N (kg/ha) Hasil biji (kg/ha) hayati (Bio-fosfat). Kecenderungan f yang sama ditunjukkan pula pada Tanpa inokulasi 0 1287 cd percobaan inokulasi kacang hijau 25 1664 a 50 2134 e FCB 152 0 1542 20 Kontrol bc 25 1752 18 Inkubasi a 50 2191 16 Y =8,718 + 0,04978X - FCB 26 0 1513 e Hasil biji (g/pot) b 14 0,0881212X2 25 1788 12 a 50 2110 10 de CB 1809 0 1572 8 b 25 1796 6 d 50 1582 4 Y = 7,596 + 0,01614X - Angka-angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak 2 0,08801667X2 berbeda pada taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan 0 Sumber: Simanungkalit et al. (1996) 0 25,5 45 67,5 90 Dosis pupuk P (ppm P 2O5) Tabel 6. Pengaruh taraf pemberian N dan strain Bradyrhizo- bium japonicum terhadap bobot kering bintil kedelai Gambar 1. Hubungan antara pupuk P dan yang tumbuh di pot hasil kedelai tanpa dan dengan inokulasi jamur MA Bobot kering bintil Sumber: Simanungkalit (1993) Perlakuan (mg/tanaman) Strain Bradyrhizobium japonicum 1600 ab CB 1809 160 Hasil biji (kg/ha) USDA 110 150 b 1200 a FCB 26 170 Nitrogen (kg/ha) 800 a 0 170 Tanpa Bio-fosfat 25 164 a 400 50 159 a Dengan Bio-fosfat 100 141 b 0 Varietas 0 50 100 a Wilis 170 Dosis pupuk P (kg SP-36/ha) b Sekayu 146 Gambar 2. Kurva respon hasil kedelai ter- Angka-angka dalam satu lajur yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda pada hadap inokulasi Bio-fosfat taraf nyata 5% menurut uji jarak berganda Duncan Sumber: Saraswati et al. (1999) Sumber: Simanungkalit et al. (1996)
  • 6. 2001 R.D.M. SIMANUNGKALIT: Aplikasi Pupuk Hayati dan Pupuk Kimia 61 dengan pupuk hayati jamur MA University and The University of Schilling, G. 1988. Hellriegel and (Djasmara dan Simanungkalit, Adelaide. p. 163-174. Wilfarth and their discovery of nitrogen fixation at Bernburg. In 1999). FADINAP. 1999. Supply, marketing, Bothe, de Bruijn, and Newton (Eds.). distribution, and use of fertilizer in Nitrogen Fixation: Hundred Year Indonesia. ESCAP/FAO/UNIDO, KESIMPULAN After. Gustav Fischer, Stuttgart. Bangkok. Dari hasil penelitian yang telah Jutono. 1982. The application of dikemukakan dapat ditarik kesim- Rhizobium-inoculant on soybean in pulan bahwa aplikasi pupuk hayati Indonesia. Ilmu Pert. (Agric. Sci.) dan pupuk kimia terpadu mampu 3:215-222. meningkatkan efisiensi Linderman, R.G. 1996. Role of VAM penggunaan pupuk P dengan fungi in biocontrol. In Pfleger, F.L. mengurangi dosis pupuk. and R.G. Linderman (Eds.). Berkurangnya dosis ini akan Mycorrhizae and Plant Health. APS membantu upaya menekan risiko Press, St. Paul. p. 1-25. pencemaran lingkungan dan Macdonald, R.M. 1989. An overview of menghemat sum-ber daya. crop inoculation. In Campbell, R. and R.M. Macdonald (Eds.). Microbial Inoculation of Crop Plants, DAFTAR PUSTAKA IRL Press, Oxford. p. 1-9. Akkermans, A.D.L. 1978. Root nodule Morton, J.B. and J.L. Benny. 1990. symbiosis in non-leguminous N2- Revised classification of arbuscular fixing plants. In Dommergues, Y.R. mycorrhizal fungi (Zygomycetes): A and S.V. Kruva (Eds.). Interactions new order, Glomales, two new between Non-pathogenic Soil Micro- suborders, Glomineae and Gigas- organisms and Plants. Elsevier porineae, and two new families, Scientific Publishing Company, Acaulosporaceae and Gigaspora- Amsterdam. p. 335-372. ceae, with emendation of Gloma- Bohlool, B.B., J.K. Ladha, D.P. ceae. Mycotaxon 37:471-491. Garrity, and T. George. 1992. Mosse, B. 1957. Growth and chemical Biological nitrogen fixation for sus- composition of mycorrhizal and non- tainable agriculture: A perspective. mycorrhizal apples. Nature (London) Plant Soil 141:1-11. 179:922-924. Brundrett, M.N., Bougher, B. Dell, T. National Academy of Sciences. 1979. Grove, and N. Malayczuk. 1996. Microbial processes: Promising Working with mycorrhizas in forestry technologies for developing and agriculture. ACIAR Monograph countries. National Academy of 32. Australian Centre for Internatio- Sciences, Washington DC. nal Agricultural Research, Canberra. Roughley, R.J. 1988. Commercial Dehne, H.W. 1982. Interaction between applications of biological dinitrogen vesicular-arbuscular mycorrhizal fixation. In Shamsuddin, Z.H., fungi and plant pathogens. Phytopa- W.M.H. Othman, M. Marziah, and J. thology 72:1115-1119. Sundram (Eds.). Biotechnology of Djasmara, S. and R.D.M. Simanung- Nitrogen Fixation in the Tropics. kalit. 1999. Effects of arbuscular Universiti Pertanian Malaysia, micorrhizal fungal and phosphate- Serdang, Malaysia. p. 147-154. solubilizing bacterial inoculation on Saraswati, R., N. Sunarlim, S. Hutami, growth and yield of mungbean R.D. Hastuti, R.D.M. Simanung- (Vigna radiata L.) Wilczek in kalit, D.H. Goenadi, S. Indarto, inceptisols. In Smith, F.A., K. Kra- dan D.S. Damardjati. 1999. madibrata, R.D.M. Simanungkalit, N. Pengembangan Bio-fosfat untuk Sukarno, and S.T. Nuhamara (Eds.). meningkatkan efisiensi pemupukan Proc. International Confe-rence on P di lahan masam Al. Laporan Akhir Mycorrhizas in Sustainable Tropical Hasil ARMP II-Kemitraan, Balai Agriculture and Forest Ecosystems. Penelitian Bioteknologi Tanaman Research Develop-ment Center for Pangan, Bogor. Biology, Bogor Agricultural
  • 7. 62 BULETIN AGROBIO VOL 4, NO. 2 Simanungkalit, R.D.M. 1993. Efficien- cy of vesicular mycorrhizal (VAM) fungi-soybean symbiosis at various levels of P fertilizer. In Soerianega- ra, I. and Supriyanto (Eds.). Proc. Second Asian Conference on Myco- rrhizae. BIOTROP Spec. Publ. 42:167-178. Simanungkalit, R.D.M. 1995. Soybean response on nodulation to starter nitrogen and inoculation with Brady- rhizobium japonicum. Indonesian J. Crop. Sci.10:25-32. Simanungkalit, R.D.M., R.J. Roughley, R.D. Hastuti, E. Pratiwi, and A. Indrasumunar. 1996. Inoculation of soybean with selected strains of Bradyrhizobium japonicum can increase yield on acid soils in Indonesia. Soil Biol. Biochem. 28:257-259. Simanungkalit, R.D.M. and R. Saras- wati. 1999. Application of biotech- nology on biofertilizer production in Indonesia. In Manuwoto, S., S. Suharsono, and K. Syamsu (Eds.). Proc. Seminar on Biotechnology: Sustainable Agriculture, and Alter- native Solution for Food Crisis. PAU- Bioteknologi IPB, Bogor. p. 45-57. Sisworo, W.H., M.M. Mitrosuhardjo, H. Rasyid, and R.J.K. Myers. 1990. The relative roles of N fixation, fertilizer, crop residues and soil in supplying N in multiple cropping systems in a humid, tropical upland cropping system. Plant Soil 121:73- 82. Subba Rao, N.S. 1982. Biofertilizers in agriculture. Oxford dan IBH Publishing Co., New Delhi. Tisdall, J.M. and J.M. Oades. 1979. Stabilization of soil aggregates by the root systems of ryegrass. Aust. J. Soil Res. 17:429-441.